You are on page 1of 103

REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA

LAPORAN I PROJECT WORK II JEMBATAN


SPESIFIKASI UMUM SPESIFIKASI ADMINISTRASI SPESIFIKASI TEKNIS

DOKUMEN PELELANGAN NASIONAL PENYEDIAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI (PEMBORONGAN) UNTUK KONTRAK HARGA SATUAN
NOMOR PAKET NAMA PAKET :: PROYEK PEMBANGUNAN JEMBATAN RANGKA BAJA DAN BETON BERTULANG PEKANBARU RIAU PROVINSI KABUPATEN : RIAU :

PENYUSUN NIM PEMBIMBING

: ARUM DILAM PRATIWI : 310912036Z : EDY PRAMONO

BAB I SPESIFIKASI UMUM Pasal 1 Pengertian dan Istilah

1. Pengguna Jasa adalah pejabat pemegang kewenangan penggunaan Jasa milik daerah Pekanbaru. 2. Pengguna Anggaran yang selanjutnya disebut PA adalah pejabat pemegang kewenangan penggunaan daerah Pekanbaru pengguna APBD. 3. Kuasa Pengguna Anggaran yang selanjutnya disebut KPA adalah pejabat yang ditetapkan oleh Kepala Daerah untuk menggunakan APBD. 4. Pejabat Pembuat Komitmen yang selanjutnya disebut PPK adalah pejabat yang bertanggung jawab atas pelaksanaan pengadaan jasa. 5. Unit Layanan Pengadaan yang selanjutnya disebut ULP adalah unit organisasi pemerintah yang berfungsi melaksanakan pengadaan jasa di daerah yang bersifat permanen, dapat berdiri sendiri atau melekat pada unit yang sudah ada. 6. Pejabat Pengadaan adalah personil yang memiliki sertifikat keahlian pengadaan jasa yang melaksanakan pengadaan jasa. 7. Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan adalah panitia/ pejabat yang ditetapkan oleh PA/KPA yang bertugas memeriksa dan menerima hasil pekerjaan. 8. Aparat Pengawas Intern Pemerintah atau pengawas intern pada institusi lain yang selanjutnya disebut APIP adalah aparat yang melakukan pengawasan melalui audit, reviu, evaluasi, pemantauan dan kegiatan pengawasan lain terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi. 9. Penyedia Jasa adalah badan usaha atau orang perseorangan yang menyediakan pekerjaan jasa konstruksi. 10. Pakta Integritas adalah surat pernyataan yang berisi ikrar untuk mencegah dan tidak melakukan kolusi, korupsi dan nepotisme dalam pengadaan jasa.

11. Pekerjaan Konstruksi adalah seluruh pekerjaan yang berhubungan dengan pelaksanaan konstruksi bangunan atau pembuatan wujud fisik lainnya. 12. Sertifikat Keahlian Pengadaan Jasa adalah tanda bukti pengakuan dari pemerintah atas kompetensi dan kemampuan profesi dibidang pengadaan jasa. 13. Dokumen Pengadaan adalah dokumen yang ditetapkan oleh ULP/Pejabat Pengadaan yang memuat informasi dan ketentuan yang harus ditaati oleh para pihak dalam proses pengadaan jasa. 14. Kontrak Pengadaan Jasa yang selanjutnya disebut kontrak adalah perjanjian tertulis antara PPK dengan Penyedia Jasa. 15. Pelelangan Umum adalah metode pemilihan pekerjaan konstruksi untuk semua pekerjaan yang dapat diikuti oleh semua pekerjaan konstruksi/ yang memenuhi syarat. 16. Surat Jaminan yang selanjutnya disebut Jaminan, adalah jaminan tertulis yang bersifat mudah dicairkan dan tidak bersyarat (unconditional), yang dikeluarkan oleh Bank Umum yang diserahkan oleh penyedia jasa kepada PPK/ULP untuk menjamin terpenuhinya kewajiban Penyedia Jasa. 17. Pengadaan secara elektronik atau E-Procurement adalah pengadaan jasa yang dilaksanakan dengan menggunakan teknologi informasi dan transaksi elektronik sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. 18. Layanan Pengadaan Secara Elektronik yang selanjutnya disebut LPSE adalah unit kerja daerah yang dibentuk untuk menyelenggarakan sistem pelayanan pengadaan jasa secara elektronik. 19. E-Tendering adalah tata cara pemilihan penyedia Jasa yang dilakukan secara terbuka dan dapat diikuti oleh semua penyedia jasa yang terdaftar pada sistem pengadaan secara elektronik dengan cara menyampaikan 1 (satu) kali penawaran dalam waktu yang telah ditentukan. 20. Katalog elektronik atau E-Catalogue adalah sistem informasi elektronik yang memuat daftar, jenis, spesifikasi teknis dan harga barang tertentu dari berbagai penyedia jasa pemerintah. 21. E-Purchasing adalah tata cara pembelian jasa melalui sistem katalog elektronik.

22. Pelaksana Pengawasan Teknis adalah personil yang ditunjuk untuk mengawasi pelaksanaan pekerjaan dalam waktu tertentu sesuai jangka waktu yang telah ditetapkan sebagaimana dalam kontrak pada paket pekerjaan tersebut, dalam hal ini adalah Direksi Harian dan Pengawas Lapangan 23. Penyedia jasa adalah badan usaha atau orang perseorangan yang kegiatan usahanya menyediakan layanan jasa; 24. Sub penyedia jasa adalah penyedia jasa yang mengadakan perjanjian kerja dengan penyedia jasa penanggungjawab kontrak, untuk melaksanakan sebagian pekerjaan setelah disetujui oleh KPA/KPJ.

Pasal 2 Ruang Lingkup

1. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) menentukan nama paket pekerjaan yang dituangkan dalam data lelang dan diumumkan secara luas melalui media internet. 2. Penyedia jasa harus memilih paket pekerjaan berdasarkan IUJK sesuai dengan bidang sub bidang yang telah ditentukan dalam data lelang. 3. Pemenang lelang wajib menyelesaikan pekerjaan dalam jangka waktu yang ditentukan dalam data lelang dan syarat-syarat khusus kontrak dengan mutu sesuai spesifikasi teknis dan biaya sesuai kontrak. 4. Lingkup pekerjaan yang dilelangkan sesuai dengan ketentuan dalam data lelang.

Pasal 3 Prinsip-Prinsip Pengadaan

Pengadaan Jasa menerapkan prinsip-prinsip sebagai berikut: a. Efisien; b. Efektif; c. Transparan d. Terbuka; e. Bersaing; f. Adil/tidak diskriminatif; dan g. Akuntabel.

Pasal 4 Etika Pengadaan

Para pihak yang terkait dalam pelaksanaan Pengadaan Jasa harus mematuhi etika sebagai berikut: a. Melaksanakan tugas secara tertib, disertai rasa tanggung jawab untuk mencapai sasaran, kelancaran dan ketepatan tercapainya tujuan

Pengadaan Jasa; b. Bekerja secara profesional dan mandiri, serta menjaga kerahasiaan Dokumen Pengadaan Jasa yang menurut sifatnya harus dirahasiakan untuk mencegah terjadinya penyimpangan dalam Pengadaan Jasa; c. Tidak saling mempengaruhi baik langsung maupun tidak langsung yang berakibat terjadinya persaingan tidak sehat; d. Menerima dan bertanggung jawab atas segala keputusan yang ditetapkan sesuai dengan kesepakatan tertulis para pihak; e. Menghindari dan mencegah terjadinya pertentangan kepentingan para pihak yang terkait, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam proses Pengadaan Jasa; f. Menghindari dan mencegah terjadinya pemborosan dan kebocoran keuangan negara dalam Pengadaan Jasa;

g. Menghindari dan mencegah penyalahgunaan wewenang dan/atau kolusi dengan tujuan untuk keuntungan pribadi, golongan atau pihak lain yang secara langsung atau tidak langsung merugikan negara; dan h. Tidak menerima, tidak menawarkan atau tidak menjanjikan untuk memberi atau menerima hadiah, imbalan, komisi, rabat dan berupa apa saja dari atau kepada siapapun yang diketahui atau patut diduga berkaitan dengan Pengadaan Jasa.

Pasal 5 Persyaratan Peserta Lelang 1. Penyedia Jasa dalam pelaksanaan Pengadaan Jasa wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. Memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan untuk

menjalankan kegiatan/usaha; b. Memiliki keahlian, pengalaman, kemampuan teknis dan manajerial untuk menyediakan Jasa; c. Memperoleh paling kurang 1 (satu) pekerjaan sebagai penyedia jasa dalam kurun waktu 4 (empat) tahun terakhir baik dilingkungan pemerintah maupun swasta, termasuk pengalaman subkontrak; d. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada huruf c, dikecualikan bagi penyedia jasa yang baru berdiri kurang dari 3 (tiga) tahun; e. Memiliki sumber daya manusia, modal, peralatan dan fasilitas lain yang diperlukan dalam pengadaan jasa; f. Dalam hal penyedia jasa akan melakukan kemitraan, penyedia jasa harus mempunyai perjanjian kerja sama operasi/kemitraan yang memuat persentase kemitraan dan perusahaan yang mewakili kemitraan tersebut; g. Tidak dalam pengawasan pengadilan, tidak pailit, kegiatan usahanya tidak sedang dihentikan dan/atau direksi yang bertindak untuk dan atas nama perusahaan tidak sedang dalam menjalani sanksi pidana, yang dibuktikan dengan surat pernyataan yang ditandatangani Penyedia Jasa;

h. Sebagai wajib pajak sudah memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan telah memenuhi kewajiban perpajakan tahun terakhir (SPT Tahunan) serta memiliki laporan bulanan PPh Pasal 21, PPh Pasal 23 (bila ada transaksi), PPh Pasal 25/Pasal 29 dan PPN (bagi Pengusaha Kena Pajak) paling kurang 3 (tiga) bulan terakhir dalam tahun berjalan. i. Memiliki PKP (Perusahaan Kena Pajak). j. Memiliki SIUJK (Surat Ijin Usaha Jasa Konstruksi). k. Memiliki SBU (Sertifikat Badan Usaha) l. Secara hukum mempunyai kapasitas untuk mengikatkan diri pada kontrak; m. Tidak masuk dalam Daftar Hitam; n. Memiliki alamat tetap dan jelas serta dapat dijangkau dengan jasa pengiriman; dan o. Menandatangani Pakta Integritas. 2. Persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, huruf h dan huruf i, dikecualikan bagi Penyedia Jasa orang perorangan. 3. Pegawai daerah Pekanbaru dilarang menjadi penyedia jasa, kecuali yang bersangkutan mengambil cuti diluar tanggungan daerah Pekanbaru. 4. Penyedia Jasa yang keikutsertaannya menimbulkan pertentangan

kepentingan dilarang menjadi penyedia jasa. 5. Penyedia Jasa yang berminat mengikuti pemilihan penyedia jasa, mendaftar untuk mengikuti Pelelangan kepada ULP. 6. Penyedia Jasa mengambil dokumen pengadaan dari ULP/ atau mengunduh dari website yang digunakan oleh ULP yaitu

(http://eproc.pekanbarukab.go.id).

Pasal 6 Pakta Integritas

1. Pakta integritas berisi ikrar untuk mencegah dan tidak melakukan kolusi, korupsi dan nepotisme (KKN) yang dibuat oleh penyedia jasa. 2. Penyedia jasa harus menandatangani pakta integritas pada saat pemasukan dokumen penawaran yang selanjutnya diikuti oleh ULP. 3. Pakta integritas harus ditandatangani oleh pemimpin/ direktur utama perusahaan atau penerima kuasa dari direktur utama yang nama penerima kuasanya tercantum dalam akta pendirian atau perubahannya, atau kepala cabang perusahaan yang diangkat oleh kantor pusat yang dibuktikan dengan dokumen otentik, atau pejabat yang menurut perjanjian kerjasama adalah yang berhak mewakili perusahaan yang bekerjasama.

Pasal 7 Sumber Dana

Sumber dana pengadaan jasa berasal dari APBD Tahun 2012

Pasal 8 Metode Pemilihan

Pemilihan Penyedia Jasa Konstruksi pada Proyek Pembangunan Jembatan Rangka dan Beton Bertulang Pekanbaru II dilakukan dengan Pelelangan Umum PascaKualifikasi.

Pasal 9 Metode Penyampaian Dokumen

Metode pemasukan Dokumen Penawaran pada pelelangan jasa konstruksi Jembatan Rangka dan Beton Bertulang Pekanbaru II adalah metode satu sampul

Pasal 10 Metode Evaluasi

Penilaian kualifikasi dilakukan dengan metode sistem gugur.

Pasal 11 Jenis Kontrak

Jenis kontrak pada Pengadaan Jasa konstruksi pembangunan Jembatan Rangka dan Beton Bertulang Pekanbaru II adalah jenis Kontrak Lump Sump, dengan ketentuan sebagai berikut: a. Jumlah harga pasti dan tetap serta tidak dimungkinkan penyesuaian harga; b. Semua risiko sepenuhnya ditanggung oleh penyedia jasa; c. Pembayaran didasarkan pada tahapan produk/keluaran yang dihasilkan sesuai dengan isi kontrak; d. Sifat pekerjaan berorientasi kepada keluaran (outputbased); e. Total harga penawaran bersifat mengikat; dan f. Tidak diperbolehkan adanya pekerjaan tambah/kurang.

Pasal 12 Tanda Bukti Perjanjian

Tanda bukti perjanjian yang digunakan pada Proyek Pembangunan Jembatan Rangka dan Beton Bertulang Pekanbaru II menggunakan Surat Perjanjian. Pasal 13 Metode Penilaian Kualifikasi

Metode penilaian kualifikasi pada pengadaan jasa konstruksi Jembatan Rangka dan Beton Bertulang Pekanbaru II menggunakan metode

Pascakualifikasi, Dimana formisian kualifikasi disampaikan bersamaan dengan dokumen penawaran.

Pasal 14 Jaminan Penawaran

1. Jaminan Penawaran diberikan oleh penyedia jasa lainnya pada saat memasukkan penawaran, yang besarnya antara 1% (satu perseratus) hingga 3% (tiga perseratus) dari total HPS. 2. Jaminan Penawaran dikembalikan kepada penyedia jasa setelah PPK menerima jaminan pelaksanaan untuk penandatanganan kontrak. 3. Jaminan Penawaran untuk keperluan pelelangan pekerjaan, ditujukan kepada Yth. : PANITIA PENGADAAN JASA PEMBANGUNAN JEMBATAN

RANGKA DAN BETON BERTULANG PEKANBARU II, RIAU. Bagi peserta yang dinyatakan kalah, jaminan Penawaran akan dikembalikan segera setelah penunjukan pemenang dan berakhirnya masa sanggah. 4. Jaminan penawaran diterbitkan oleh bank umum (tidak termasuk bank perkreditan rakyat) atau perusahaan asuransi yang mempunyai program asuransi kerugian dan direasuransikan sesuai dengan peraturan yang berlaku. 5. Penawaran harus dilampiri dengan jaminan penawaran dengan substansi format jaminan penawaran harus sesuai dengan ketentuan di dalam dokumen pengadaan. 6. Bilamana ketentuan dimaksud diatas tidak sesuai maka penawaran dinyatakan gugur administrasi. 7. Jaminan penawaran dari peserta lelang yang tidak menang dikembalikan segera setelah penetapan pemenang lelang. 8. Masa berlaku surat jaminan penawaran sekurang-kurangnya 28 (dua puluh delapan) hari kalender lebih lama dari masa berlaku penawaran.

9. Nama penawar sama dengan nama yang tercantum dalam jaminan penawaran dengan nilai tidak kurang dari yang dipersyaratkan dalam dokumen pemilihan penyedia jasa. 10. Paket pekerjaan yang dijaminkan sama dengan paket pekerjaan yang dilelang 11. Jaminan penawaran dari pemenang lelang dikembalikan segera setelah pemenang lelang menanda tangani perjanjian dan menyerahkan jaminan pelaksanaan. 12. Jaminan penawaran akan disita apabila: a. Peserta lelang menarik penawarannya selama masa berlakunya penawaran; atau b. Peserta lelang menolak koreksi aritmatik atas harga penawarannya (Jika menggunakan koreksi aritmatik); atau c. Pemenang lelang mengundurkan diri; atau d. Pemenang lelang dalam batas waktu yang ditentukan gagal: 1). Menyerahkan jaminan pelaksanaan; atau 2) Menandatangani surat perjanjian.

Pasal 15 Ketetapan Waktu

1. Pelelangan Umum dengan pascakualifikasi dilakukan dengan ketetapan waktu sebagai berikut: a. Penayangan pengumuman lelang/seleksi dilaksanakan paling kurang 7 (tujuh) hari kerja; b. Pendaftaran dan pengambilan Dokumen Pengadaan (Dokumen Kualifikasi dan Dokumen Pemilihan) dimulai sejak tanggal

pengumuman sampai dengan 1 (satu) hari kerja sebelum batas akhir pemasukan Dokumen Penawaran; c. Pemberian penjelasan dilaksanakan paling cepat 4 (empat) hari kerja sejak tanggal pengumuman lelang/ seleksi;

d. Pemasukan Dokumen Penawaran dimulai 1 (satu) hari kerja setelah pemberian penjelasan; e. Batas akhir pemasukan Dokumen Penawaran paling kurang 2 (dua) hari kerja setelah penjelasan dengan memperhitungkan waktu yang diperlukan untuk mempersiapkan Dokumen Penawaran sesuai dengan jenis, kompleksitas dan lokasi pekerjaan; f. Evaluasi penawaran dapat dilakukan sesuai dengan: 1) waktu yang diperlukan; atau 2) jenis dan kompleksitas pekerjaan; g. Masa sanggah terhadap hasil lelang/seleksi selama 5 (lima) hari kerja setelah pengumuman hasil lelang/seleksi dan masa sanggah banding selama 5 (lima) hari kerja setelah menerima jawaban sanggahan; h. SPPBJ diterbitkan paling lambat 6 (enam) hari kerja setelah pengumuman penetapan pemenang lelang/seleksi apabila tidak ada sanggahan, atau setelah sanggahan dijawab dalam hal tidak ada sanggahan banding; i. Dalam hal sanggahan banding tidak diterima, SPPBJ diterbitkan paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah adanya jawaban sanggahan banding dari Kepala Daerah dan Kontrak ditandatangani paling lambat 14 (empat belas) hari kerja setelah diterbitkannya SPPBJ.

2. Pengaturan jadwal/waktu diluar proses sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a sampai dengan huruf j, diserahkan sepenuhnya kepada ULP.

Pasal 16 Tata Cara pelelangan

1. Pelelangan berpedoman kepada KEPPRES No. 54 tahun 2010 dengan memilih tata cara pemasukan dokumen penawaran sistem satu sampul.

2. Untuk sistem 1 (satu) sampul keseluruhan dokumen penawaran dijilid menjadi 1 (satu) buku dan dimasukkan ke dalam satu sampul, yang mencakup semua persyaratan yang ditentukan dalam dokumen lelang. 3. Sampul disiapkan oleh Pemberi Tugas dan akan didistribusikan kepada Kontraktor pada saat penjelasan pekerjaan 4. Sampul direkat dengan lem, disebelah belakang dilak pada 5 (lima) tempat. Satu tempat ditengah dan empat masing-masing di sudut sampul. 5. Pada sampul tidak boleh terdapat tulisan-tulisan atau simbol-simbol yang menandakan identitas peserta. 6. Peserta lelang harus menyegel. Jika tidak disegel dan ditandai, ULP tidak bertanggung jawab apabila terjadi salah penempatan atau pembukaan dini sampul penawaran oleh pihak yang tidak berkepentingan. 7. Dokumen penawaran sebelum dimasukkan kedalam sampul panita, terlebih dahulu, dimasukkan ke dalam sampul yang disediakan oleh kontraktor sendiri dengan ukuran bebas, tetapi dapat dimasukkan dalam sampul panita, terbuat dari kertas samson warna coklat harus tidak tembus baca.

Lak

Cover Depan

Cover Belakang

Pasal 17 Pendaftaran dan Pengambilan Dokumen Kualifikasi dan Pengadaan

Pendaftaran dan pengambilan akan diadakan pada : Hari/Tanggal Waktu Tempat : Rabu, 2 Mei 2012 Rabu, 9 Mei 2012 : Jam Kerja : Dinas Pekerjaan Umum Wilayah RIAU Jl Letjen S. Parman no.18 Pekanbaru

Pasal 18 Penjelasan Pekerjaan (Aanwijzing)

1. Penjelasan akan diadakan pada : Hari/Tanggal Waktu Tempat : Kamis, 10 Mei 2012 : 09.00 WIB s/d selesai : Dinas Pekerjaan Umum Wilayah RIAU Jl Letjen S. Parman no.18 Pekanbaru Peserta sebelum mengajukan penawaran diwajibkan melakukan

peninjauan ke lapangan atas resiko dan biaya sendiri, untuk memperoleh segala keterangan mengenai keadaan lapangan, dimana pekerjaan akan dilaksanakan. 2. ULP dapat memberikan penjelasan lanjutan dengan cara melakukan peninjauan lapangan. 3. Pemberian penjelasan harus dituangkan dalam Berita Acara Pemberian Penjelasan yang ditandatangani oleh ULP dan minimal 1 (satu) wakil dari peserta yang hadir.

4. ULP memberikan salinan Berita Acara Pemberian Penjelasan dan Adendum Dokumen Pengadaan kepada seluruh peserta, baik yang menghadiri atau tidak menghadiri pemberian penjelasan, yang akan diambil oleh peserta pada : Hari/Tanggal Waktu Tempat : Jumat, 11 Mei 2012 : Jam Kerja : Dinas Pekerjaan Umum Wilayah RIAU Jl Letjen S. Parman no.18 Pekanbaru 5. Apabila tidak ada peserta yang hadir atau yang bersedia menandatangani Berita Acara Pemberian Penjelasan, maka Berita Acara Pemberian Penjelasan cukup ditandatangani oleh anggota ULP yang hadir. 6. Dalam acara penjelasan dokumen lelang, dijelaskan mengenai: a. Metoda penyelenggaraan pelelangan; b. Cara penyampaian penawaran; c. Dokumen yang harus dilampirkan dalam dokumen penawaran; d. Acara pembukaan dokumen penawaran; e. Metoda evaluasi; f. Hal-hal yang menggugurkan penawaran; g. Jenis kontrak yang akan digunakan; h. Ketentuan dan cara sub kontrak sebagian pekerjaan kepada usaha kecil termasuk koperasi kecil; i. Masa berlaku dan penjamin yang dapat mengeluarkan jaminan penawaran. 7. Ketidakhadiran peserta pada saat pemberian penjelasan tidak dapat dijadikan dasar untuk menolak/menggugurkan penawaran.

Pasal 19 Pemasukan Dokumen Penawaran

1. Pemasukan dokumen penawaran akan dilaksanakan pada : Hari/Tanggal Waktu Tempat : Senin, 14 Mei 2012 - Rabu, 16 Mei 2012 : Jam Kerja : Dinas Pekerjaan Umum Wilayah RIAU Jl Letjen S. Parman no.18 Pekanbaru 2. Batas akhir pemasukan dokumen penawaran akan dilaksanakan pada : Hari/Tanggal Waktu Tempat : Rabu, 16 Mei 2012 : 12.00 WIB : Dinas Pekerjaan Umum Wilayah RIAU Jl Letjen S. Parman no.18 Pekanbaru 3. ULP dapat mengundurkan batas akhir waktu pemasukan penawaran dengan mencantumkan hal tersebut dalam addendum dokumen lelang. 4. Setiap penawaran yang diterima oleh ULP setelah batas akhir waktu pemasukan penawaran akan ditolak dan dikembalikan kepada peserta lelang dalam keadaan tertutup (sampul dalam tidak dibuka). 5. Penyedia jasa dapat mengubah, menambah dan/atau mengganti dokumen penawaran sebelum batas akhir pemasukan penawaran.

Pasal 20 Pembukaan Dokumen Penawaran

1. Pembukaan Dokumen Penawaran dilaksanakan sesuai dengan KEPRES No. 54 Tahun 2010.

2. Pembukaan Dokumen Penawaran akan dilaksanakan pada : Hari/Tanggal Waktu Tempat : Rabu, 16 Mei 2012 : 13.00 s/d 15.00 : Dinas Pekerjaan Umum Wilayah RIAU Jl Letjen S. Parman no.18 Pekanbaru 3. ULP membuka dokumen penawaran di hadapan peserta lelang, pada waktu dan tempat sesuai ketentuan dalam data lelang. 4. Para penawar/wakil penawar yang hadir harus memperlihatkan identitas atau surat keterangan/penugasan dari perusahaan untuk menghadiri pembukaan dokumen penawaran dan menandatangani daftar hadir sebagai bukti kehadirannya. 5. ULP meneliti isi kotak/tempat pemasukan dokumen penawaran dan menghitung jumlah penawaran yang masuk. Jika penawaran hardcopy dan di Portal e-Procurement kurang dari tiga ULP tidak akan membuka penawaran online di portal e-Procurement Pemerintah daerah Pekanbaru. Selanjutnya pelelangan tidak dapat diteruskan dan akan dilakukan pelelangan ulang dengan mengumumkan kembali dan mengundang peserta lelang yang baru. 6. ULP meminta kesediaan sekurang kurangnya dua wakil peserta lelang yang hadir sebagai saksi. Apabila tidak terdapat saksi dari peserta pelelangan yang hadir, Panitia menunda pembukaan kotak penawaran sekurang-kurangnya dua jam. Setelah sampai waktu yang telah ditentukan, wakil peserta lelang tetap tidak ada yang hadir, acara pembukaan penawaran dilakukan dengan disaksikan oleh dua saksi di luar ULP yang ditunjuk secara tertulis oleh ULP. 7. ULP memastikan terlebih dahulu bahwa peserta lelang yang datang adalah peserta yang memasukkan penawaran di portal e-Procurement sebelum sampul berkenaan dibuka. Jika penawar yang datang tidak sama dengan yang ada pada list di portal e- Procurement, maka dianggap tidak ada penawaran.

8. ULP memeriksa, menunjukkan dan membacakan dihadapan para peserta pelelangan mengenai dokumen penawaran yang terdiri dari : a. Surat penawaran yang menyebutkan masa berlaku penawaran b. Jaminan penawaran c. Daftar kuantitas dan harga 9. ULP harus membuat Berita Acara Pembukaan Penawaran (BAPP).

Pasal 21 Evaluasi penawaran

1. Dalam melakukan evaluasi penawaran, ULP harus berpedoman pada tata cara/kriteria yang ditetapkan dalam dokumen pengadaan. 2. Evaluasi Penawaran akan dilaksanakan pada : Hari/Tanggal Waktu Tempat : Rabu, 16 Mei 2012 : 15.00 s/d selesai : Dinas Pekerjaan Umum Wilayah RIAU Jl Letjen S. Parman no.18 Pekanbaru 3. Dalam evaluasi penawaran, ULP dan penyedia jasa dilarang melakukan tindakan post bidding. 4. Penilaian penawaran dilakukan oleh panitia pelelangan berdasarkan evaluasi administrasi, teknis dan biaya, berpedoman pada ketentuan yang diatur dalam KEPRES No. 54 Tahun 2010.

Pasal 22 Penetapan dan Pengumuman Pemenang

1. ULP menetapkan hasil pemilihan Penyedia Jasa. 2. ULP mengumumkan hasil pemilihan Penyedia Jasa setelah ditetapkan melalui website http://eproc.pekanbarukab.go.id dan papan pengumuman resmi. 3. Penetapan Pemenang akan dilaksanakan pada : Hari/Tanggal Waktu Tempat : Jumat, 18 Mei 2012 : 09.00 s.d selesai : Dinas Pekerjaan Umum Wilayah RIAU Jl Letjen S. Parman no.18 Pekanbaru 4. Peserta yang dinyatakan sebagai pemenang pelelangan dan diberikan Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK), wajib melaksanakan pekerjaan sesuai dengan yang tercantum dalam SPMK. 5. Penarikan diri setelah peserta dinyatakan sebagai pemenang

mengakibatkan Jaminan Penawaran yang telah diserahkan dicairkan kepada kas daerah serta penyedia jasa dikenakan sanksi berupa laranganuntuk mengikuti kegiatan pengadaan jasa diinstansi pemerintah selama 2 (dua) tahun. 6. Jika pemenang pertama mengundurkan diri, maka pemenang kedua dapat ditunjuk untuk melaksanakan pekerjaan kontraktor sesuai dengan harga penawaran pemenang pertama. 7. Jika pemenang kedua tidak bersedia untuk ditunjuk sebagai pelaksana pekerjaan maka dapat ditunjuk pemenang ketiga untuk melaksanakannya sesuai dengan penawaran pemenang pertama. 8. Jika ketiga pemenang tersebut tidak bersedia ditunjuk sebagai pelaksana pekerjaan, selanjutnya dilakukan pelelangan ulang.

Pasal 23 Sanggahan dan Sanggahan Banding

1. Peserta pemilihan penyedia jasa yang merasa dirugikan, baik secara sendiri maupun bersama-sama dengan peserta lainnya dapat mengajukan sanggahan secara tertulis apabila menemukan: a. Penyimpangan terhadap ketentuan dan prosedur yang diatur dalam peraturan presiden ini dan yang telah ditetapkan dalam dokumen pengadaan barang/jasa; b. Adanya rekayasa yang mengakibatkan terjadinya persaingan yang tidak sehat; dan/atau c. Adanya penyalahgunaan wewenang oleh ULP dan/atau pejabat yang berwenang lainnya. 2. Surat sanggahan disampaikan kepada ULP dan ditembuskan kepada PPK, PA/KPA dan APIP daerah Pekanbaru yang bersangkutan paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah pengumuman pemenang. 3. ULP wajib memberikan jawaban tertulis atas semua sanggahan paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah surat sanggahan diterima. 4. Penyedia Jasa yang tidak puas dengan jawaban sanggahan dari ULP dapat mengajukan sanggahan banding kepada daerah paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah diterimanya jawaban sanggahan. 5. Kepala Daerahmemberikan jawaban atas semua sanggahan banding kepadapenyanggah banding paling lambat 15 (lima belas) hari kerjasetelah surat sanggahan banding diterima. 6. Dalam hal sanggahan banding dinyatakan benar, jaminan sanggahan banding dikembalikan kepada penyanggah serta melakukan evaluasi ulang atau pengadaan jasa ulang. 7. Dalam hal sanggahan banding dinyatakan salah, jaminan sanggahan banding disita dan disetorkan ke kas daerah, serta kepala daerah memerintahkan agar ULP melanjutkan proses pengadaan jasa ulang.

8. Peserta yang mengajukan sanggahan bandingwajib menyerahkan jaminan sanggahan banding yang berlaku20 (dua puluh) hari kerja sejak pengajuan sanggahan banding. 9. Jaminan sanggahan banding ditetapkan sebesar 20/00 (dua perseribu) dari nilai total HPS atau paling tinggi sebesar Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah). 10. Dalam hal tidak terdapat sanggahan, SPPBJ harus diterbitkanpaling lambat 6 (enam) hari kerja setelah pengumumanpenetapan pemenang dan segera disampaikan kepada pemenangyang bersangkutan.

Pasal 24 Pemilihan Gagal

Pelelangan gagal apabila: 1. Jumlah peserta yang lulus kualifikasi pada proses pascakualifikasi kurang dari 3 (tiga) peserta; 2. Jumlah peserta yang memasukan dokumen penawaran untuk pengadaan pekerjaan konstruksi kurang dari 3 (tiga) peserta; 3. Tidak ada penawaran yang lulus evaluasi penawaran; 4. Dalam evaluasi penawaran ditemukan bukti/indikasi terjadi persaingan tidak sehat; 5. Harga penawaran terendah terkoreksi untuk kontrak lump sum lebih tinggi dari HPS; 6. Seluruh harga penawaran yang masuk untuk kontrak Lump Sum diatas HPS; 7. Sanggahan hasil Pelelangan dari peserta ternyata benar; atau 8. Calon pemenang dan calon pemenang cadangan 1 dan 2, setelah dilakukan evaluasi dengan sengaja tidak hadir dalam klarifikasi dan/atau pembuktian kualifikasi. 9. Pengaduan masyarakat adanya dugaan KKN yang melibatkan KPA ternyata benar.

Pasal 25 Pelelangan Ulang

1. Dalam hal Pelelangan dinyatakan gagal, maka ULP segera melakukan: a. Evaluasi ulang; b. Penyampaian ulang dokumen penawaran c. Pelelangan ulang; atau d. Penghentian proses pelelangan. 2. Dalam hal pelelangan ulang jumlah penyedia jasa yang ikut hanya 2 (dua) peserta, proses pelelangan dilanjutkan. 3. Dalam hal pelelangan ulang jumlah penyedia jasa yang memasukkan penawaran hanya 2 (dua) peserta, proses pelelangan dilanjutkan 4. Dalam hal pelelangan ulang jumlah penyedia jasa yang ikut hanya 1 (satu) peserta, pelelangan ulang dilakukan seperti proses penunjukan langsung.

BAB II SYARAT ADMINISTRASI

Pasal 26 Hak Dan Kewajiban Penyedia Jasa

1. Menerima pembayaran uang muka, hasil pekerjaan, dan uang retensi. 2. Melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan jadual pelaksanaan pekerjaan yang telah ditetapkan dalam kontrak. 3. Melaporkan pelaksanaan pekerjaan secara periodik kepada KPA. 4. Memberikan peringatan dini dan keterangan-keterangan yang diperlukan untuk pemeriksaan pelaksanaan yang dilakukan KPA. 5. Menyerahkan hasil pekerjaan sesuai dengan jadwal penyerahan pekerjaan yang telah ditetapkan dalam kontrak. 6. Mengambil langkah-langkah yang memadai untuk melindungi lingkungan baik di dalam maupun di luar tempat kerja dan membatasi perusakan dan pengaruh/gangguan kepada masyarakat maupun miliknya, sebagai akibat polusi, kebisingan dan kerusakan lain yang disebabkan kegiatan penyedia jasa.

Pasal 27 Penandatanganan Kontrak Pengadaan Jasa

1. Penandatanganan kontrak pengadaan jasa dilakukan setelah DIPA/DPA disahkan. 2. Para pihak menandatangani kontrak setelah penyedia jasa menyerahkan jaminan pelaksanaan paling lambat 14 (empat belas) hari kerja terhitung sejak diterbitkannya SPPBJ. 3. Pihak yang berwenang menandatangani kontrak pengadaan jasa atas nama penyedia jasa adalah direksi yang disebutkan namanya dalam akta pendirian/anggaran dasar penyedia jasa, yang telah didaftarkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

4. Pihak lain yang bukan direksi atau yang namanya tidak disebutkan dalam akta pendirian/anggaran dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (4), dapat menandatangani kontrak pengadaan jasa, sepanjang mendapat

kuasa/pendelegasian wewenang yang sah dari direksi atau pihak yang sah berdasarkan akta pendirian/anggaran dasar untuk menandatangani kontrak pengadaan jasa.

Pasal 28 Jaminan Pelaksanaan

1. Jaminan pelaksanaan diberikan setelah diterbitkannya SPPBJ dan sebelum penandatanganan kontrak pekerjaan konstruksi. 2. Besarnya jaminan pelaksanaan adalah 5% (lima persen) dari nilai kontrak 3. Jaminan pelaksanaan berlaku sejak tanggal kontrak sampai serah terima pertama pekerjaan konstruksi. 4. Jaminan pelaksanaan dikembalikan setelah: a. Penyerahan jasa lainnya dan sertifikat garansi; atau b. Penyerahan jaminan pemeliharaan sebesar 5% (lima persen) dari nilai kontrak khusus bagi penyedia pekerjaan konstruksi. 5. Apabila penyedia jasa yang ditunjuk sebagai pemenang lelang tidak menyerahkan jaminan pelaksanaan selama 14 (empat belas) hari kerja setelah diterbitkannya SPPBJ, maka penyedia jasa dinyatakan batal sebagai pemenang lelang dan disita jaminan penawarannya serta dikenakan sanksi sesuai ketentuan yang berlaku.

Pasal 29 Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK)

1. KPA harus sudah menerbitkan SPMK selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari sejak penandatanganan kontrak, setelah dilakukan penyerahan lapangan.

2. Dalam SPMK dicantumkan saat paling lambat dimulainya pelaksanaan kontrak yang akan dinyatakan penyedia barang/jasa dalam pernyataan dimulainya pekerjaan

Pasal 30 Penyerahan Lapangan

1. KPA wajib menyerahkan seluruh/sebagian lapangan pekerjaan kepada penyedia jasa sebelum diterbitkannya surat perintah mulai kerja 2. Sebelum penyerahan lapangan, KPA bersama-sama penyedia jasa melakukan pemeriksaan lapangan berikut bangunan bangunan pelengkap dan seluruh aset milik KPA yang akan menjadi tanggung jawab penyedia jasa, untuk dimanfaatkan dijaga dan dipelihara. 3. Hasil pemeriksaan lapangan dituangkan dalam berita acara serah terima lapangan yang ditandatangani kedua belah pihak.

Pasal 31 Pemeriksaan Bersama

1. Pada tahap awal pelaksanaan kontrak, setelah penerbitan SPMK, konsultan pengawas selaku pelaksana pengawasan teknis dan penyedia jasa melaksanakan pemeriksaan lapangan bersama dengan melakukan

pengukuran dan pemeriksaan detail kondisi lapangan untuk setiap rencana mata pembayaran guna menetapkan kuantitas awal. 2. Hasil pemeriksaan lapangan bersama dituangkan dalam berita acara. Apabila dalam pemeriksaan bersama mengakibatkan perubahan isi kontrak maka harus dituangkan dalam bentuk adendum kontrak. 3. Selanjutnya pemeriksaan lapangan bersama terhadap setiap mata pembayaran harus dilakukan oleh konsultan pengawas selaku pelaksana pengawasan teknis selaku pelaksana pengawasan teknis, dan penyedia jasa selama periode pelaksanaan kontrak untuk menetapkan kuantitas pekerjaan yang telah dilaksanakan guna pembayaran hasil pekerjaan.

Pasal 32 Persiapan Pelaksanaan Kontrak

1. Sebelum pelaksanaan kontrak KPA bersama-sama dengan penyedia jasa, unsur perencanaan, dan unsur pengawasan, menyusun rencana

pelaksanaan kontrak. 2. KPA harus menyelenggarakan rapat persiapan pelaksanaan kontrak selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sejak tanggal diterbitkannya SPMK. 3. Beberapa hal yang dibahas dan disepakati dalam rapat adalah: a. Organisasi kerja; b. Tata cara pengaturan pekerjaan; c. Jadwal pelaksanaan pekerjaan; d. Jadwal pengadaan bahan, mobilisasi peralatan dan personil; e. Penyusunan rencana pemeriksaan lapangan; f. Sosialisasi kepada masyarakat dan pemerintah daerah setempat mengenai rencana kerja; g. Penyusunan program mutu. Pasal 33 Uang Muka

1. Jaminan uang muka diberikan oleh penyedia jasa terhadap pembayaran uang muka yang diterimanya. 2. Besarnya jaminan uang muka adalah senilai uang muka yang diterimanya. 3. Pengembalian uang muka diperhitungkan secara proporsional pada setiap tahapan pembayaran. 4. Uang Muka dapat diberikan kepada penyedia jasa untuk: a. Mobilisasi alat dan tenaga kerja; b. Pembayaran uang tanda jadi kepada pemasok barang/material; dan/atau c. Persiapan teknis lain yang diperlukan bagi pelaksanaan pengadaan jasa

5. Uang muka dapat diberikan kepada penyedia jasa dengan ketentuan, paling tinggi 20% (dua puluh perseratus) dari nilai kontrak pengadaan jasa. 6. Nilai jaminan uang muka secara bertahap dapat dikurangi secara proporsional sesuai dengan pencapaian prestasi pekerjaan.

Pasal 34 Awal Pelaksanaan Pekerjaan

1. Untuk dapat memulai melaksanakan pekerjaan, kontaraktor akan menerima surat penyerahan lapangan dari pengguna jasa. 2. Setelah kontraktor menerima surat perintah mulai kerja dan penyerahan lapangan selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja kontraktor wajib menyerahkan pengembangan rencana kerja, metoda yang diusulkan dan tata cara pelaksanaan kepada konsultan pengawas untuk mendapatkan persetujuan pengguna jasa. 3. Kontraktor wajib memberitahukan kepada konsultan pengawas dan pengguna jasa pada waktu akan memulainya pekerjaan. Kelalaian kontraktor dalam hal ini, penunjukan sebagai kontraktor dibatalkan dan jaminan pelaksanaan akan dicairkan dan dan disetorkan ke kas daerah. 4. Kontraktor wajib melaksanakan pekerjaan menurut rencana kerja yang telah disetujui tersebut dan harus menyerahkan detail program kerja kepada konsultan pengawas, yang menunjukan kapan pekerjaan

dilaksanakan, kapan peralatan impor akan sampai di site, yang secara keseluruhan harus dibuatkan Time Schedule dalam bentuk balok (Barchart) dilengkapi Kurva S. 5. KPA harus sudah menerbitkan SPMK selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari sejak penandatanganan kontrak, setelah dilakukan penyerahan lapangan. 6. Dalam SPMK dicantumkan saat paling lambat dimulainya pelaksanaan kontrak yang akan dinyatakan penyedia jasa dalam pernyataan dimulainya pekerjaan.

Pasal 35 Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan

1. Pelaksanaan pekerjaan dilaksanakan selama terhitung sejak tanggal

ditandatanganinya kontrak jasa pemborongan ini sampai dengan serah terima pekerjaan tingkat I (STPT-1).
2. Pekerjaan tersebut dalam Pasal 1 (satu) diatas, harus sudah selesai

dilaksanakan dan dilakukan Serah Terima Pekerjaan Tingkat I (STPT-I), oleh penyedia jasa kepada KPA,
3. Batas waktu dapat diperpanjang dengan persetujuan tertulis dari penyedia

jasa, berdasarkan berita acara dari konsultan pengawas, setelah mempertimbangkan permintaan secara tertulis dari KPA dengan mengemukakan alasan-alasan yang cukup kuat, diluar kewenangan dan kekuasaan KPA antara lain : a. Pembebasan tanah/bangunan, dan atau utilitas, dari penguasaan pihak lain, yang dilaksanakan oleh penyedia jasa; b. Terjadinya keadaan kahar; c. Perubahan desain; d. Keterlambatan yang disebabkan oleh penyedia jasa.

Pasal 36 Perubahan Kontrak 1. Dalam hal terdapat perbedaan antara kondisi lapangan pada saat pelaksanaan, dengan gambar dan/atau spesifikasi teknis yang ditentukan dalam dokumen kontrak, PPK bersama penyedia jasa dapat melakukan perubahan kontrak yang meliputi: a. Menambah atau mengurangi volume pekerjaan yang tercantum dalam kontrak; b. Menambah dan/atau mengurangi jenis pekerjaan; c. Mengubah spesifikasi teknis pekerjaan sesuai dengan kebutuhan lapangan; atau d. Mengubah jadwal pelaksanaan.

2. Pekerjaan tambah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dengan ketentuan: a. Tidak melebihi 10% (sepuluh perseratus) dari harga yang tercantum dalam perjanjian/kontrak awal; dan b. Tersedianya anggaran. 3. Penyedia jasa dilarang mengalihkan pelaksanaan pekerjaan utama berdasarkan kontrak, dengan melakukan subkontrak kepada pihak lain, kecuali sebagian pekerjaan utama kepada penyedia jasa spesialis. 4. Pelanggaran atas ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), penyedia jasa dikenakan sanksi berupa denda yang bentuk dan besarnya sesuai dengan ketentuan sebagaimana diatur dalam dokumen kontrak. 5. Perubahan kontrak yang disebabkan masalah administrasi, dapat dilakukan sepanjang disepakati kedua belah pihak. 6. Perubahan kontrak harus dibuat bila terjadi perubahan kontrak. Perubahan kontrak dapat terjadi apabila:
a. Perubahan pekerjaan disebabkan oleh perbedaan atas perhitungan

menyeluruh atas hasil pengukuran pada saat pekerjaan fisik akan mulai dilaksanakan.
b. Terjadinya peristiwa-peristiwa diluar kekuasaan atau kemampuan

penyedia jasa yang dianggap sebagai keadaan kahar yang disetujui oleh KPA.
c. Jika terdapat sesuatu yang belum cukup diatur dalam kontrak dan/atau

perubahan yang dianggap perlu oleh kedua belah pihak. 7. Prosedur perubahan kontrak dilakukan sebagai berikut: a. KPA memberikan perintah tertulis kepada penyedia jasa untuk melaksanakan perubahan kontrak,atau penyedia jasa mengusulkan perubahan kontrak; b. Penyedia jasa harus memberikan tanggapan atas perintah perubahan dari KPA dan mengusulkan perubahan harga (bila ada) selambatlambatnya dalam waktu 7 (tujuh) hari atau selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari sejak terjadinya kahar;

c. Atas usulan perubahan harga dilakukan negosiasi dan dibuat berita acara hasil negosiasi; d. Berdasarkan berita acara hasil negosiasi dibuat amandemen kontrak.

Pasal 37 Kompensasi

1. Kompensasi dapat diberikan kepada penyedia jasa bila dapat dibuktikan merugikan penyedia jasa dalam hal sebagai berikut: a. Penyedia jasa belum bisa masuk ke lokasi pekerjaan, karena KPA tidak menyerahkan seluruh/sebagian lapangan kepada penyedia jasa; b. KPA tidak memberikan gambar, spesifikasi, atau instruksi sesuai jadwal yang telah ditetapkan; c. KPA memodifikasi atau mengubah jadwal yang dapat mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan; d. KPA menginstruksikan untuk melakukan pengujian tambahan yang setelah dilaksanakan pengujian ternyata tidak diketemukan

kerusakan/kegagalan/ penyimpangan pekerjaan; e. KPA menolak sub penyedia jasa tanpa alasan yang wajar; f. Penyedia jasa lain, petugas pemerintah, petugas utilitas atau KPA tidak bekerja sesuai waktu yang ditentukan, sehingga mengakibatkan keterlambatan dan/atau biaya tambah bagi penyedia jasa. g. KPA menunda berita acara penyerahan pertama pekerjaan dan/atau berita acara penyerahan akhir pekerjaan. h. KPA memerintahkan penundaan pekerjaan. 2. Penyedia jasa dapat meminta kompensasi biaya dan/atau waktu pelaksanaan.

Pasal 38 Sertifikat Garansi

1. Dalam pengadaan jasa, penyedia jasa menyerahkan sertifikat garansi. 2. Sertifikat garansi diberikan terhadap kelaikan penggunaan jasa hingga jangka waktu tertentu sesuai dengan ketentuan dalam kontrak. 3. Sertifikat garansi diterbitkan oleh pengguna jasa atau pihak yang ditunjuk secara sah oleh pengguna jasa.

Pasal 39 Asuransi

1. Penyedia jasa wajib mengasuransikan tenaga kerja (Jamsostek) pada perusahaan asuransi tenaga kerja yang telah ditetapkan pemerintah sesuai ketentuan yang berlaku, paling lambat dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah dimulainya pelaksanaan pekerjaan di lapangan. 2. Selama masa pelaksanaan pekerjaan sampai dengan berakhirnya masa pemeliharaan, penyedia jasa wajib mengasuransikan pada perusahaan asuransi yang disepakati kedua belah pihak atas pelaksanaan pekerjaan ini, dan terhadap kemungkinan tuntutan ganti rugi sebagai akibat dari pelaksanaan pekerjaan yang salah oleh penyedia jasa, serta semua kemungkinan kerugian lain yang tercakup dalam polis Contractors All Risk (CAR), dengan nilai pertanggungan sebesar nilai riil pekerjaan tersebut sebelum PPN sebesar 10 % (sepuluh persen), paling lambat 14 (empat belas) hari kerja sejak dimulainya pelaksanaan pekerjaan dimaksud; 3. Semua polis asuransi sebagaimana dimaksud ayat (2) Pasal ini, dibuat untuk dan atas nama KPA, dan polis asli serta bukti pembayaran premi asli yang telah dibayarkan oleh penyedia jasa harus diserahkan kepada KPA paling lambat dalam waktu 7 (tujuh) hari kerja setelah premi dibayarkan. 4. Apabila terjadi risiko atas pekerjaan yang diasuransikan tersebut diatas, maka hak klaim asuransi sepenuhnya berada pada KPA, dan uang

pertanggungan yang diperoleh dari perusahaan asuransi digunakan untuk perbaikan kembali bangunan yang mengalami resiko oleh penyedia barang/jasa; 5. Perusahaaan asuransi penerbit jaminan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah perusahaan asuransi umum yang memiliki izin untuk menjual produk jaminan (suretyship) sebagaimana ditetapkan oleh Menteri Keuangan.

Pasal 40 Laporan Hasil Pekerjaan

1. Buku Harian Lapangan (BHL) diisi oleh penyedia jasa dan diketahui oleh konsultan pengawas selaku pelaksana pengawasan teknis, dan selanjutnya mencatat seluruh rencana dan realisasi aktivitas pekerjaan sebagai bahan laporan harian. 2. Laporan harian dibuat oleh penyedia jasa, diperiksa oleh konsultan pengawas selaku pelaksana pengawasan teknis, dan disetujui oleh pejabat pembuat komitmen. 3. Laporan harian berisi:
a. Tugas, penempatan dan jumlah tenaga kerja di lapangan; b. Jenis dan kuantitas bahan di lapangan; c. Jenis, jumlah dan kondisi peralatan di lapangan; d. Jenis dan kuantitas pekerjaan yang dilaksanakan; e. Cuaca dan peristiwa alam lainnya yang mempengaruhi pelaksanaan

pekerjaan;
f. Catatan lain yang dianggap perlu.

4. Laporan mingguan dibuat oleh penyedia jasa, terdiri dari rangkuman laporan harian dan berisi hasil kemajuan fisik pekerjaan mingguan serta catatan yang dianggap perlu. 5. Laporan bulanan dibuat oleh penyedia jasa, terdiri dari rangkuman laporan mingguan dan berisi hasil kemajuan fisik pekerjaan bulanan serta catatan yang dianggap perlu.

6. Untuk kelengkapan laporan, penyedia jasa dan konsultan pengawas selaku pelaksana pengawasan teknis wajib membuat foto-foto dokumentasi pelaksanaan pekerjaan.

Pasal 41 Keterlambatan Pelaksanaan Pekerjaan

1. Keterlambatan pelaksanaan pekerjaan yang diakibatkan oleh terjadinya keadaan kahar tidak dikenakan sanksi. 2. Penyedia Jasa yang terlambat menyelesaikan pekerjaan dalam jangka waktu sebagaimana ditetapkan dalam kontrak, dapat dikenakan denda keterlambatan sebesar 1/1000 (satu perseribu) dari harga kontrak atau bagian kontrak untuk setiap hariketerlambatan dan tidak melampaui besarnya jaminan pelaksanaan. 3. Denda keterlambatan pelaksanaan pekerjaan akibat kesalahan penyedia jasa sudah melampaui 5% (lima perseratus) dari nilai kontrak maka pemutusan kontrak;

Pasal 42 Syarat-Syarat Pembayaran

1. Pembayaran prestasi pekerjaan dapat diberikan dalam bentuk pembayaran berdasarkan tahapan penyelesaian pekerjaan (termin). 2. Pembayaran prestasi kerja diberikan kepada penyedia jasa setelah dikurangi angsuran pengembalian uang muka dan denda apabila ada, serta pajak. 3. Permintaan pembayaran kepada PPK untuk kontrak yang menggunakan subkontrak, harus dilengkapi bukti pembayaran kepada seluruh

subkontraktor sesuai dengan perkembangan (progress) pekerjaannya. 4. Pembayaran bulanan/termin untuk pekerjaan konstruksi, dilakukan senilai pekerjaan yang telah terpasang.

5. PPK dapat menahan sebagian pembayaran prestasi pekerjaan sebagai uang retensi untuk jaminan pemeliharaan pekerjaan konstruksi. 6. Untuk setiap pengajuan permintaan pembayaran angsuran (termijn). Penyedia jasa diwajibkan menyertakan laporan rincian kemajuan fisik pekerjaan yang ditanda tangani oleh konsultan pengawas. 7. Yang diperhitungkan sebagai kemajuan fisik pekerjaan adalah bagianbagian pekerjaan yang telah selesai dikerjakan (volume terpasang), memenuhi persyaratan, disetujui dan diterima baik oleh konsultan pengawas. 8. Pembayaran-pembayaran angsuran dilakukan setelah bagian pekerjaan yang bersangkutan (volume terpasang) telah diperiksa/disetujui oleh konsultan pengawas, yang dituangkan dalam berita acara pemeriksaan fisik pekerjaan yang dilengkapi bukti hasil uji kualitas material dan ditandatangani oleh pejabat pembuat komitmen. 9. KPA wajib melakukan pembayaran kepada penyedia jasa paling lambat 7 (tujuh) hari dari tanggal berita acara pemeriksaan fisik pekerjaan yang ditandatangani oleh konsultan pengawas. 10. Pembayaran atau angsuran mengenai pelaksanaan

pemborongan/pembelian melalui SPMK dilakukan atas dasar berita acara yang menyertakan bahwa penyerahan jasa atau prestasi yang benar-benar diselesaikan sesuai dengan SPMK yang bersangkutan. 11. Berita acara sebagaimana dimaksud pada point 10 diatas adalah berita acara prestasi pekerjaan yang dibuat oleh rekanan dan ditandatangani bersama oleh pemborong/ rekanan dengan pimpro dan khusus untuk pekerjaan bidang pemborongan berita acara bobot pekerjaan yang telah dilaksanakan di lapangan dan ditandatangani bersama oleh penyedia jasa. 12. Berita acara bobot pekerjaan sebagaimana dimaksud point11 di atas disiapkan/dibuat dan ditandatangani oleh rekanan serta diajukan kepada kepala suku dinas wilayah kota yang tembusannya disampaikan kepada pimpro.

13. Dalam hal pekerjaan diawasi oleh konsultan pengawas, berita acara bobot pekerjaan sebagaimana dimaksud pada point 12 di atas disiapkan / dibuat dan ditandatangani oleh rekanan serta diajukan penyandang dana DPU Pekanbaru. 14. Perhitungan prosentase bobot pekerjaan atas dasar prosentase bobot dari perhitungan yang tercantum dalam RAB penyedia jasa. 15. Tahap pembayaran dilaksanakan proyek sebagai berikut :

Tahapan Pembayaran Uang muka 20% I II III IV Total

Prestasi

Perhiungan

Termin Angsuran

35% 50% 75% 100%

= 35% - (35% x 20%) = 15% - (15% x 20%) = 25% - (25% x 20%) = 25% - (25% x 20%)

28% 12% 20% 20% 80%

7% 3% 5% 5% 20%

jaminan pemeliharaan 5%

16. Apabila pekerjaan yang dilaksanakan oleh penyedia jasa dianggap cukup besar, maka pembayaran pekerjaan diukur lebih dari 5 (lima) angsuran dengan ketentuan bahwa setiap angsuran pembayaran tidak diperkenankan lebih besar dari prestasi pekerjaan.

Pasal 43 Penangguhan Pembayaran

1. KPA berhak melakukan penangguhan pembayaran pada setiap tahap angsuran pembayaran (termijn) jika penyedia jasa tidak melaksanakan kewajiban sesuai dengan kontrak, dengan surat pemberitahuan

penangguhan pembayaran disertai alasan yang jelas.

2. KPA memberikan kesempatan kepada penyedia jasa untuk segera memperbaiki kekurangan dan atau kesalahan dalam pelaksanaan pekerjaan dan pelaksanaan pekerjaan dimulai paling lambat 3 hari sejak diterimanya surat pemberitahuan penangguhan pembayaran 3. KPA akan melakukan pembayaran yang ditangguhkan sebagaimana disebut dalam ayat (1) diatas kepada penyedia jasa, setelah penyedia jasa memperbaiki kekurangan dan atau kesalahan dan dituangkan dalam suatu berita acara yang ditanda tangani oleh kedua belah pihak dan konsultan pengawas. 4. Penangguhan pembayaran sebagaimana disebut pada ayat (1) diatas tidak berakibat pada perubahan jangka waktu pelaksanaan pekerjaan.

Pasal 44 Keterlambatan Pembayaran

1. Besarnya ganti rugi yang dibayar oleh PPK atas keterlambatan pembayaran adalah sebesar bunga terhadap nilai tagihan yang terlambat dibayar, berdasarkan tingkat suku bunga yang berlakupada saat itu menurut ketetapan Bank Indonesia; atau 2. Dapat diberikan kompensasi sesuai ketentuan dalam kontrak.

Pasal 45 Penjelasan Tambahan

1. Pembayaran sewa direksi kit dan gudang lapangan ditambahkan biaya mobilisasi dari SUB dinas awal ke lokasi proyek pulang pergi. 2. Apabila terjadi perpanjangan waktu di lapangan yang bukan kesalahan kontrakan, maka kelebihan waktu tersebut tidak diperhitungkan sebagai pembayaran sewa direksi kit dan gudang lapangan tersebut sampai dengan proyek selesai.

Pasal 46 Perpanjangan Waktu Pelaksanaan

1. Perpanjangan waktu pelaksanaan dapat diberikan oleh KPA atas pertimbangan yang layak dan wajar, yaitu untuk: a. Pekerjaan tambah; b. Perubahan disain; c. Keterlambatan yang disebabkan oleh KPA; d. Masalah yang timbul di luar kendali penyedia jasa; e. Keadaan kahar. 2. Penyedia jasa mengusulkan secara tertulis perpanjangan waktu

pelaksanaan dilengkapi alasan dan data kepada KPA. KPA menugaskan konsultan pengawas selaku pelaksana pengawasan teknis untuk meneliti dan mengevaluasi usulan tersebut. Hasil penelitian dan evaluasi dituangkan dalam berita acara dilengkapi dengan rekomendasi dapat atau tidaknya diberi perpanjangan waktu. 3. Berdasarkan berita acara hasil penelitian dan evaluasi perpanjangan waktu pelaksanaan dan rekomendasi, maka KPA dapat menyetujui/tidak menyetujui perpanjangan waktu pelaksanaan. 4. Apabila perpanjangan waktu pelaksanaan disetujui, maka harus

dituangkan di dalam amandemen kontrak.

Pasal 47 Serah Terima Pekerjaan

1. Setelah pekerjaan selesai 100% (seratus perseratus) sesuai dengan ketentuan yang tertuang dalam kontrak, penyedia jasa mengajukan permintaan secara tertulis kepada KPA melalui PPK untuk penyerahan pekerjaan. 2. KPA menunjuk panitia/pejabat penerima hasil pekerjaan untuk melakukan penilaian terhadap hasil pekerjaan yang telah diselesaikan.

3. Apabila terdapat kekurangan dalam hasil pekerjaaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), panitia/pejabat penerima hasil pekerjaan melalui PPK memerintahkan penyedia jasa untuk memperbaiki dan/atau melengkapi kekurangan pekerjaan sebagaimana yang disyaratkan dalam kontrak. 4. Panitia/pejabat penerima hasil pekerjaan menerima penyerahan pekerjaan setelah seluruh hasil pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan kontrak. 5. Khusus pekerjaan konstruksi/jasa lainnya: a. Penyedia pekerjaan konstruksi/jasa lainnya melakukan pemeliharaan atas hasil pekerjaan selama masa yang ditetapkan dalam kontrak, sehingga kondisinya tetap seperti pada saat penyerahan pekerjaan; b. Masa pemeliharaan paling singkat untuk pekerjaan permanen selama 6 (enam) bulan, sedangkan untuk pekerjaan semi permanen selama 3 (tiga) bulan; dan c. Masa pemeliharaan dapat melampaui Tahun Anggaran. 6. Setelah masa pemeliharaan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) berakhir, PPK mengembalikan jaminan pemeliharaan/uang retensi kepada penyedia jasa. 7. Penyedia jasa menandatangani berita acara serah terima akhir pekerjaan pada saat proses serah terima akhir (Final Hand Over). 8. Penyedia jasa yang tidak menandatangani berita acara serah terima akhir pekerjaan sebagaimana dimaksud pada ayat (7) dimasukkan dalam daftar hitam.

Pasal 48 Denda dan Ganti Rugi 1. Apabila penyerahan pekerjaan tingkat pertama (STPT I), dilakukan melampaui batas waktu yang telah disepakati, maka penyedia jasa dikenakan denda keterlambatan untuk setiap satu hari keterlambatan sebesar 1 (satu permil) dari biaya pelaksanaan pekerjaan

2. Apabila jadwal waktu penyerahan pekerjaan tingkat I (STPT-I) yang telah disepakati ternyata dilampaui, sedangkan pekerjaan secara keseluruhan belum selesai, dan karena sesuatu hal terjadi pemutusan kontrak, maka penyedia jasa tetap dikenakan denda tersebut ayat (1) .Pasal ini, dengan mempertimbangkan nilai fisik (volume terpasang) yang telah dilaksanakan dan yang dapat disetujui KPA. 3. Semua denda tersebut diatas, dapat dilaksanakan oleh KPA melalui pemotongan terhadap pembayaran angsuran (termijn) yang diterimakan kepada penyedia jasa. 4. Besarnya denda yang dibayar oleh KPA atas keterlambatan pembayaran tagihan penyedia jasa sebesar bunga terhadap nilai tagihan yang terlambat dibayar, berdasarkan tingkat suku bunga yang berlaku pada saat itu menurut ketetapan Bank Indonesia, atau dapat diberikan kompensasi sesuai ketentuan dalam dokumen kontrak.

Pasal 49 Jaminan Pemeliharaan

1. Jaminan

pemeliharaan

wajib

diberikan

oleh

penyedia

pekerjaan

konstruksi/jasa lainnya setelah pelaksanaan pekerjaan dinyatakan selesai 100% (seratus perseratus). 2. Jaminan pemeliharaan sebesar 5% (lima perseratus) dari nilai kontrak harus diberikan kepada PPK untuk menjamin pemeliharaan pekerjaan konstruksi/jasa lainnya yang telah diserahkan. 3. Jaminan pemeliharaan dikembalikan setelah 14 (empat belas) hari kerja setelah masa pemeliharaan selesai. 4. Masa pemeliharaan untuk pekerjaan ditetapkan selama 180 (seratus delapan puluh) hari terhitung sejak dilakukan serah terima pekerjaan tingkat I (STPT-I) antara KPA dengan penyedia jasa. 5. Penyedia jasa dalam masa pemeliharaan tersebut diwajibkan mengadakan pemeliharaan pekerjaan agar tetap sempurna sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.

6. Segala biaya yang diperlukan untuk pekerjaan pemeliharaan, sepenuhnya menjadi tanggung jawab penyedia jasa 7. Apabila penyedia jasa tidak mengindahkan kewajiban tersebut diatas, maka pekerjaan pemeliharaan akan dilaksanakan oleh pihak lain atas perintah KPA dan biaya pemeliharaannya dibebankan kepada penyedia jasa. 8. Setelah masa pemeliharaan pekerjaan berakhir dan penyedia jasa sudah memenuhi kewajibannya sesuai ayat 5 dan ayat 6, maka diadakan serah terima pekerjaan Tingkat II (STPT II/Terakhir), dan penyedia jasa dibebaskan dari kewajibannya dalam pemeliharaan.

Pasal 50 Kegagalan Bangunan

1. Kegagalan bangunan adalah keadaan bangunan setelah diserah terimakan oleh penyedia jasa kepada KPA, baik secara keseluruhan maupun sebagian menjadi tidak berfungsi dan atau tidak sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam kontrak kerja konstruksi atau pemanfaatannya yang menyimpang sebagai akibat kesalahan penyedia jasa dan atau KPA; 2. Penyedia jasa wajib bertanggung jawab atas kegagalan bangunan yang terjadi pada pekerjaan sebagaimana dimaksud oleh kontrak ini. 3. Kegagalan bangunan yang menjadi tanggung jawab penyedia jasa ditentukan terhitung sejak penyerahan akhir pekerjaan kontruksi dan paling lama 10 (sepuluh) tahun. 4. Jika terjadi kegagalan bangunan yang disebabkan karena kesalahan penyedia jasa, dan hal tersebut terbukti menimbulkan kerugian bagi pihak lain, maka penyedia jasa wajib bertanggung jawab sesuai dengan bidang usaha dan dikenakan ganti rugi; 5. Apabila penyedia jasa melakukan pelaksanaan pekerjaan konstruksi yang bertentangan atau tidak sesuai dengan ketentuan keteknikan yang telah ditetapkan dan mengakibatkan kegagalan pekerjaan konstruksi atau kegagalan bangunan, dikenakan pidana paling lama 5 (lima) tahun penjara

atau dikenakan denda paling banyak sebesar 10% (sepuluh persen) dari nilai kontrak 6. Kegagalan bangunan dinilai dan ditetapkan oleh 1 (satu) atau lebih penilai ahli yang profesional dan kompeten dalam bidangnya serta bersifat independen dan mampu memberikan penilaian secara obyektif, yang harus dibentuk dalam waktu paling lambat 1 (satu) bulan sejak diterimanya laporan mengenai terjadinya kegagalan bangunan. 7. Penilai ahli yang dimaksud disepakati bersama oleh KPA dan penyedia jasa.

Pasal 51 Pemutusan Kontrak

1. PPK dapat memutuskan kontrak secara sepihak apabila: a. Denda keterlambatan pelaksanaan pekerjaan akibat kesalahan penyedia jasa sudah melampaui 5% (lima perseratus) dari nilai kontrak; b. Penyedia Jasa lalai/cidera janji dalam melaksanakan kewajibannya dan tidak memperbaiki kelalaiannya dalam jangka waktu yang telah ditetapkan; c. Penyedia Jasa terbukti melakukan KKN, kecurangan dan/atau pemalsuan dalam proses pengadaan yang diputuskan oleh instansi yang berwenang; dan/atau d. Pengaduan tentang penyimpangan prosedur, dugaan KKN dan/atau pelanggararan persaingan sehat dalam pelaksanaan pengadaan jasa dinyatakan benar oleh instansi yang berwenang. 2. Dalam hal pemutusan kontrak dilakukan karena kesalahan penyedia jasa: a. Jaminan pelaksanaan dicairkan; b. Sisa uang muka harus dilunasi oleh penyedia barang/jasa atau jaminan uang muka dicairkan; c. Penyedia jasa membayar denda; dan/atau d. Penyedia jasa dimasukkan dalam daftar hitam.

Pasal 52 Penyelesaian Perselisihan

1. Dalam hal terjadi perselisihan antara para pihak dalam penyediaan jasa pemerintah, para pihak terlebih dahulu menyelesaikan perselisihan tersebut melalui musyawarah untuk mufakat. 2. Dalam hal penyelesaian perselisihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak tercapai, penyelesaian perselisihan tersebut dapat dilakukan melalui arbitrase, apabila penyelesaian secara arbitase tidak selesai maka dilakukan penyelesaian di pengadilan negeri setempat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB III SPESIFIKASI TEKNIS DIVISI 1 PERSIAPAN

LINGKUP PEKERJAAN 1. Pekerjaan persiapan lokasi proyek meliputi : a) Mobilisasi dan demobilisasi b) Pembersihan lokasi proyek c) Pengukuran lokasi proyek d) Pengadaan direksi keet, gudang dan los kerja yang terdiri dari pekerjaan mulai dari membangun, menyediakan, memasang, memelihara, membersihkan, menjaga, dan pada saat selesainya kontrak harus memindahkan atau membuang semua bangunan kantor darurat. e) Pembuatan dokumen rekaman proyek f) Pembuatan papan nama proyek 2. Pekerjaan timbunan Pekerjaan ini mencakup pengadaan, pengangkutan, penghamparan dan pemadatan tanah atau bahan berbutir dengan menggunakan alat berat yang disetujui untuk pembuatan timbunan. 3. Pekerjaan timbunan kembali Pekerjaan ini mencakup penimbunan kembali struktur. pengadaan, pengangkutan, penghamparan dan pemadatan tanah. 4. Tiang pancang Pekerjaan ini harus mencakup pembuatan, pengangkutan,

penyimpanan, pemancangan serta pengujian test tiang pancang. 5. Pekerjaan struktur beton Pekerjaan ini harus meliputi pula penyiapan tempat kerja untuk pengecoran beton, penulangan, pengecetan. pengadaan beton bekisting sampai struktur jembatan, dengan pekerjaan

perawatan

6. Pekerjaan struktur beton bawah Pekerjaan ini meliputi abutment, pilar, pile cap, dan pier hed pada jembatan. Dimulai dari persiapan, bekisting, pembesian, pengadaan alat, pengecoran beton, perawatan beton sampai dengan pekerjaan finishing 7. Pekerjaan lean concrete persiapan lapisan alas, pengangkutan dan penyiapan agregat, pencampuran, pengadukan, pengangkutan, penuangan, pemadatan, finishing, dan pemeliharaan 8. Baja struktur Pekerjaan akan mencakup penyediaan, fabrikasi, pemasangan, galvanisasi dan pengecatan logam struktur sebagaimana yang disyaratkan dalam Spesifikasi ini atau sebagaimana yang ditunjukkan dalam Gambar. 9. Baja Tulangan Pekerjaan ini harus mencakup pengadaan dan pemasangan baja tulangan sesuai dengan Spesifikasi dan Gambar, 10. Expansion joint Pemasokan dan pemasangan sambungan lantai yaitu expansion joint elastobond asphaltic plug sampai dengan pemeliharaan.. 11. Bearing pad dan Elastomer Pekerjaan ini akan terdiri dari penyediaan dan pemasangan landasan bearing pad type 1 sampai dengan pemeliharaan. 12. Sandaran (railing) Pekerjaan ini terdiri dari penyediaan, fabrikasi dan pemasangan sandaran baja untuk jembatan seperti galvanisasi, pengecatan tiang sandaran, pelat dasar, dan baut pemegang. 13. Deck drain Pekerjaan ini juga mencakup penyediaan, pemberian bahan anti karat , pemasangan deck drain. 14. Pekerjaan lapisan permukaan

Pekerjaan ini harus mencakup penyediaan dan penghamparan bahan aspal pada permukaan bukan beraspal. 15. Lampu penerangan ganda Pekerjaan ini meliputi memasok, merakit dan memasang perlengkapan jalan yaitu lampu penerangan jalan 16. Marka Jalan Pengecatan marka jalan, perbaikan marka yang tidak sesuai dengan spesifikasi. 17. Pembersihan akhir Pegembalian bagian-bagian dari tempat kerja, pemeriksaan ulang untuk mengetahui kerusakan fisik yang mungkin ditemukan.

JAMINAN MUTU Penggunaan standar yang tercantum dalam Spesifikasi ini mencakup, tetapi tidak terbatas pada, standar yang dirumuskan oleh badan-badan dan organisasi-organisasi berikut : a. SII b. SNI = Standar Industri Indonesia = Standar Nasional Indonesia

c. AASHTO = American Association of State Highway and Transportation Officials d. ACI e. AISC f. ANSI g. ASTM h. AWS i. CRSI j. NEC k. BS = American Concrete Institute = American Institute of Steel Construction. = American National Standard Institute = American Society for Testing and Materials = American Welding Society Inc. = Concrete Reinforcing Steel Institute = National Electrical Code = British Standards

SEKSI 1.1 MOBILISASI DAN DEMOBILISASI

1.1.1 1.

UMUM Uraian Cakupan kegiatan mobilisasi yang diperlukan dalam kontrak ini akan tergantung pada jenis dan volume pekerjaan yang harus dilaksanakan, sebagaimana disyaratkan di bagian-bagian lain dari Dokumen Kontrak, dan secara umum harus memenuhi berikut: a. Ketentuan Mobilisasi untuk Semua Kontrak i. Penyewaan atau pembelian sebidang lahan yang diperlukan untuk base camp Kontraktor dan kegiatan pelaksanaan. ii. Mobilisasi Kepala Pelaksana (General Superintentent) yang memenuhi jaminan kualifikasi (sertifikasi). iii. Mobilisasi semua staf pelaksana dan pekerja yang

diperlukan dalam pelaksanaan dan penyelesaian pekerjaan dalam kontrak. iv. Mobilisasi dan pemasangan peralatan sesuai dengan daftar peralatan yang tercantum dalam Penawaran. b. Kegiatan Demobilisasi untuk Semua Kontrak Pembongkaran tempat kerja oleh kontraktor pada saat akhir kontrak, termasuk pemindahan semua instalasi, peralatan dan perlengkapan dari tanah milik pemerintah dan pengembalian kondisi tempat kerja menjadi kondisi seperti semula sebelum pekerjaan dimulai. 2. Periode Mobilisasi dan Demobilisasi Mobilisasi dari seluruh mata pekerjaan harus diselesaikan dalam jangka waktu 60 hari terhitung mulai tanggal mulai kerja, kecuali penyediaan fasilitas dan pelayanan pengendalian mutu harus diselesaikan dalam waktu 45 hari.

1.1.2

PROGRAM MOBILISASI DAN DEMOBILISASI

1. Dalam waktu 7 hari setelah Penandatangan Kontrak, Kontraktor harus melaksanakan Rapat Pra Pelaksanaan (Pre Construction Meeting) yang dihadiri Pemilik, Direksi Pekerjaan, Wakil Direksi Pekerjaan (bila ada) dan Kontraktor untuk membahas semua hal baik yang teknis maupun yang non teknis dalam proyek ini. 2. Dalam waktu 14 hari setelah Rapat Pra Pelaksanaan, Kontraktor harus menyerahkan Program Mobilisasi (termasuk program

perkuatan jembatan, bila ada) dan Jadwal Kemajuan Pelaksanaan kepada Direksi Pekerjaan untuk dimintakan persetujuannya. 3. Program mobilisasi harus menetapkan waktu untuk semua kegiatan mobilisasi yang disyaratkan dalam Pasal 1.2.1.(1) dan harus mencakup informasi tambahan berikut : a. Lokasi base camp kontraktor dengan denah lokasi umum dan denah detail di lapangan yang menunjukkan lokasi kantor kontraktor, bengkel, gudang, mesin pemecah batu dan instalasi pencampur aspal, serta laboratorium bilamana fasilitas tersebut termasuk dalam cakupan kontrak. b. Jadwal pengiriman peralatan yang menunjukkan lokasi asal dari semua peralatan yang tercantum dalam daftar peralatan yang diusulkan dalam penawaran, bersama dengan usulan cara

pengangkutan dan jadwal kedatangan peralatan dilapangan. c. Setiap perubahan pada peralatan maupun personil yang diusulkan dalam penawaran harus memperoleh persetujuan dari direksi pekerjaan. d. Suatu daftar detil yang menunjukkan struktur yang memerlukan perkuatan agar aman dilewati alat-alat berat, usulan metodologi pelaksanaan dan jadwal tanggal mulai dan tanggal selesai untuk perkuatan setiap struktur. e. Suatu jadwal kemajuan yang lengkap dalam format bagan balok (bar chart) yang menunjukkan tiap kegiatan mobilisasi utama dan suatu kurva kemajuan untuk menyatakan persentase kemajuan mobilisasi.

SEKSI 1.2 PEKERJAAN PEMBERSIHAN

1.2.1

UMUM Selama periode pelaksanaan pekerjaan, kontraktor harus memelihara pekerjaan bebas dari akumulasi sisa bahan bangunan, kotoran dan sampah, yang diakibatkan oleh operasi pelaksanaan.

1.2.2

PEMBERSIHAN SELAMA PELAKSANAAN

1. Kontraktor harus melakukan pembersihan secara teratur untuk menjamin bahwa tempat kerja, struktur, kantor sementara, tempat hunian dipelihara bebas dari akumulasi sisa bahan bangunan, sampah dan kotoran lainnya. 2. Bilamana dianggap perlu, Kontraktor harus menyemprot bahan dan sampah yang kering dengan air untuk mencegah debu atau pasir yang beterbangan. 3. Kontraktor haruis menyediakan drum di lapangan untuk menampung sisa bahanbangunan, kotoran dan sampah sebelum dibuang. 4. Kontraktor harus membuang sisa bahan bangunan, kotoran dan sampah di tempat yangt elah ditentukan sesuai dengan peraturan pusat maupun daerah dan Undang-undang Pencemaran Lingkungan yang berlaku. 5. Kontraktor tidak diperkenankan mengubur sampah atau sisa bahan bangunan di lokasi proyek tanpa persetujuan dari Direksi Pekerjaan. 6. Kontraktor tidak diperkenankan membuang limbah berbahaya, seperti cairan kimia, minyak atau thinner cat ke dalam saluran atau sanitasi yang ada. 7. Kontraktor tidak diperkenankan membuang sisa bahan bangunan ke dalam sungai atau saluran air.

8. Bilamana kontraktor menemukan bahwa saluran drainase samping atau bagian lain dari sistem drainase yang dipakai untuk pembuangan setiap jenis bahan selain dari pengaliran air permukaan, baik oleh pekerja Kontraktor maupun pihak lain, maka kontraktor harus segera melaporkan kejadian tersebut kepada Direksi Pekerjaan, dan segera mengambil tindakan sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan untuk mencegah terjadinya pencemaran lebih lanjut.

SEKSI 1.3 PENGUKURAN LOKASI PROYEK

1.3.1

UMUM Selama 30 hari pertama sejak periode mobilisasi. Kontraktor harus mengerahkan personil tekniknya untuk melakukan survei lapangan dan membuat laporan tentang kondisi fisik. Pekerjaan survei lapangan ini harus dilaksanakan pada seluruh panjang jalan dalam lingkup kontrak.

1.3.2

PENETAPAN TITIK PENGUKURAN

1. Pada umumnya, patok kilometer lama harus menjadi patokan untuk

memulai pekerjaan.
2. Jika dipandang perlu menurut pendapat direksi pekerjaan maka

Kontraktor harus melakukan survei dengan akurat dan memasang Bench Mark (BM) pada lokasi tertentu di sepanjang proyek untuk memungkinkan revisi minor terhadap Gambar, pengukuran

ketinggian permukaan perkerasan atau penetapan titik pengukuran (setting out) yang akan dilakukan. Bench Mark permanen harus dibuat di atas tanah yang tidak akan mudah bergeser.
3. Kontraktor

harus

memasang

titik

patok

pelaksanaan

yang

menunjukkan garis dan ketinggian untuk pekerjaan perbaikan.


4. Kontraktor harus sudah memperhitungkan biaya untuk pengukuran

dan penelitian ukuran tata letak atau ketinggian bangunan (Bouwplank), termasuk penyediaan Back Mark atau Line Offset Mark.

SEKSI 1.4 PENGADAAN DIREKSI KEET DAN FASILITASNYA

1. Uraian Menurut Seksi ini, Kontraktor harus membangun, menyediakan, memasang, memelihara, membersihkan, menjaga, dan pada saat selesainya kontrak harus memindahkan atau membuang semua bangunan kantor darurat, yang dibutuhkan untuk pengelolaan dan pengawasan proyek. 2. Ketentuan Umum a. Penempatan direksi keet harus diusahakan sedekat mungkin dengan daerah kerja (site) dan telah mendapat persetujuan dari Direksi Pekerjaan. b. Bangunan untuk kantor dan fasilitasnya harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga terbebas dari polusi yang dihasilkan oleh kegiatan pelaksanaan. c. Bangunan yang dibuat harus mempunyai kekuatan struktural yang baik, tahan cuaca, dan elevasi lantai yang lebih tinggi dari tanah di sekitarnya. d. Sesuai pilihan Kontraktor, bangunan dapat dibuat di tempat atau dirakit dari komponen-komponen pra-fabrikasi. e. Kantor lapangan harus didirikan diatas pondasi yang mantap dan dilengkapi dengan penghubung dengan untuk pelayanan utilitas. f. Bahan, peralatan dan perlengkapan yang digunakan untuk bangunan dapat baru atau bekas pakai, tetapi dengan syarat harus dapat berfungsi, cocok dengan maksud pemakaiannya dan tidak bertentangan dengan perundang-undangan dan peraturan yang berlaku. g. Lahan untuk kantor lapangan dan semacamnya harus ditimbun dan diratakan sehingga layak untuk ditempati bangunan, bebas dari genangan air, diberi pagar keliling, dan dilengkapi minimum dengan jalan masuk dari kerikil serta tempat parkir.

h. Kontraktor harus menyediakan alat pemadam kebakaran dan kebutuhan P3K yang memadai di barak, kantor. i. Ukuran kantor dan fasilitasnya sesuai untuk kebutuhan umum j. Kontraktor dan harus menyediakan sebuah ruangan yang digunakan untuk rapat kemajuan pekerjaan.

3. Alat Komunikasi a. Kontraktor harus menyediakan suatu saluran langsung. b. Bilamana sambungan saluran telepon tidak mungkin disediakan, atau tidak dapat disediakan dalam periode mobilisasi, maka Kontraktor harus menyediakan pengganti telpon satelit

(menggunakan sistem satelit Inmarsat atau Iridium atau sejenis) yang dapat berkomunikasi 2 arah (2-way) dengan jelas dan dapat diandalkan antara kantor Pemilik, kantor Tim Supervisi Lapangan dan titik terjauh di lapangan. 4. Perlengkapan dalam Ruang Rapat dan Ruang Penyimpanan Dokumentasi Proyek a. Meja rapat dengan kursi untuk paling sedikit 8 orang b. Rak atau laci untuk penyimpanan gambar dan arsip untuk Dokumentasi Proyek secara vertikal atau horisontal, yang ditempatkan di dalam atau dekat dengan ruang rapat.

SEKSI 1.5 PENGADAAN GUDANG

1. Uraian Menurut Seksi ini, Kontraktor harus membangun, menyediakan, memasang, memelihara, membersihkan, menjaga, dan pada saat selesainya kontrak harus memindahkan atau membuang semua bangunan kantor darurat, yang dibutuhkan untuk pengelolaan dan pengawasan proyek.

2. Ketentuan Umum a. Kontraktor harus menyediakan sebuah bengkel di lapangan yang diberi perlengkapan yang memadai serta dilengkapi dengan daya listrik, sehingga dapat digunakan untuk memperbaiki peralatan yang digunakan dalam pelaksanaan Pekerjaan. Sebuah gudang untuk penyimpanan suku cadang juga harus disediakan. b. Bangunan untuk penyimpanan bahan harus diberi bahan pelindung yang cocok sehingga bahan-bahan yang disimpan tidak akan mengalami kerusakan. c. Sesuai pilihan Kontraktor, bangunan dapat dibuat di tempat atau dirakit dari komponen-komponen pra-fabrikasi. d. Gudang sementara harus didirikan diatas pondasi yang mantap dan dilengkapi dengan penghubung dengan untuk pelayanan utilitas. e. Bahan, peralatan dan perlengkapan yang digunakan untuk bangunan dapat baru atau bekas pakai, tetapi dengan syarat harus dapat berfungsi, cocok dengan maksud pemakaiannya dan tidak bertentangan dengan perundang-undangan dan peraturan yang berlaku. f. Kontraktor harus menyediakan alat pemadam kebakaran dan kebutuhan P3K yang memadai.

SEKSI 1.6 PENGADAAN LOS KERJA

1. Uraian Menurut Seksi ini, Kontraktor harus membangun, menyediakan, memasang, memelihara, membersihkan, menjaga, dan pada saat selesainya kontrak harus memindahkan atau membuang semua bangunan kantor darurat, yang dibutuhkan untuk pengelolaan dan pengawasan proyek.

2. Ketentuan Umum a. Kontraktor harus menyediakan sebuah los kerja di lapangan yang diberi perlengkapan yang memadai serta dilengkapi dengan daya listrik. g. Sesuai pilihan Kontraktor, bangunan dapat dibuat di tempat atau dirakit dari komponen-komponen pra-fabrikasi. h. Los kerja harus didirikan diatas pondasi yang mantap dan dilengkapi dengan penghubung dengan untuk pelayanan utilitas. i. Bahan, peralatan dan perlengkapan yang digunakan untuk bangunan dapat baru atau bekas pakai, tetapi dengan syarat harus dapat berfungsi, cocok dengan maksud pemakaiannya dan tidak bertentangan dengan perundang-undangan dan peraturan yang berlaku. j. Kontraktor harus menyediakan alat pemadam kebakaran dan kebutuhan P3K yang memadai.

SEKSI 1.7 PENGADAAN BARAK

Bahan-bahan yang digunakan adalah : a. Lantai b. Atap c. Kaso Ukuran 5/7 d. Papan e. Finishing : Kayu Borneo : Asbes semen bergelombang : Jenis kayu meranti atau sejenisnya : Tripleks 3 mm, ukuran 122 cm x 244 cm : di cat dengan cat kayu

f. Paku dan perlengkapan lainnya g. Khusus untuk direksi keet dan WC pekerja diperlukan bak penampung air dan kloset jongkok.

SEKSI 1.8 DOKUMEN REKAMAN PROYEK

1.8.1 UMUM Selama pelaksanaan Pekerjaan Kontraktor harus menjaga rekaman yang akurat dari semua perubahan yang terjadi dalam Dokumen Kontrak dalam satu set Dokumen Rekaman Proyek, dan harus memindahkan informasi akhir tersebut ke dalam Dokumen Rekaman Akhir sebelum penyelesaian Pekerjaan.

1.8.2 DOKUMEN REKAMAN PROYEK 1. Dokumen Kerja (Job Set) Segera setelah Pengumuman Pemenang, Kontraktor dapat

memperoleh 1 (satu) set lengkap semua Dokumen yang berhubungan dengan Kontrak tanpa biaya dari Direksi Pekerjaan. Dokumen Kerja akan mencakup : a. Syarat-syarat Kontrak. b. Spesifikasi. c. Gambar.

d. Addenda (bila ada). e. Modifikasi lainnya terhadap Kontrak. f. Catatan hasil pengujian lapangan (bila ada). 2. Penyimpanan Dokumen Kerja Dokumen Kerja harus disimpan dan diarsipkan dalam rak-rak di kantor lapangan, dan Kontraktor harus menjaga dokumen kerja tersebut terlindung dari kehilangan atau kerusakan sampai

pemindahan data akhir ke dalam Dokumentasi Proyek Akhir telah selesai dilaksanakan.

SEKSI 1.9 PAPAN NAMA PROYEK

Papan nama proyek diletakkan pada tempat yang mudah dilihat umum. Papan nama proyek memuat : 1. Nama Proyek 2. Nama beserta logo pemilik Proyek 3. Nama konsultan perncana 4. Nama beserta logo pengawas proyek 5. Nama pelaksanan (kontraktor) 6. Lokasi Proyek 7. Proyek dimulai bulan, tanggal dan tahun

Bentuk tulisan dengan huruf capital warna hitam, tinggi

huruf 8 cm,

tebal 1 cm untuk pemborong, perencana, dan konsultan pengawas, dan huruf yang lain disesuaikan dengan keadaan Bahan-bahan yang digunakan : Tiang Papan atau Rangka Ukuran / Dimensi Finishing Isi tulisan : Kayu borneo : BJLS 32 : 2 m x 1.5 m : BJLS dengan cat dasar kuning : Minimal menyebutkan Nama Proyek, Pemborong, Konsultan Perencana, Konsultan Pengawas, dan lainlain yang berkenaan dengan nama proyek ini Bentuk Tulisan : Tulisan dengan huruf capital warna hitam, tinggi huruf 8 cm, tebal 1 cm untuk

Pemborong, Perencana, dan Konsultan Pengawas, dan huruf yang lain disesuaikan dengan keadaan

SEKSI 1.10 PAGAR KEAMANAN

Kontraktor diwajibkan memelihara dan melengkapi / menganti pagar Keamanan yang rusak disekeliling site agar tetap rapi dan tidak merusak pemandangan selama masa pelaksanaan serta membongkar setelah penyelesaian pekerjaan. Semua harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan-ketentuan Dinas Tata Kota setempat. Bahan-bahan yang digunakan adalah : a. Rangka b. Penutup c. Finishing d. Pondasi : Kayu dengan jarak 3 m : Lembar BJLS 30 : Di meni dan di cat : Beton campuran 1 : 2 : 3 sebagai bahan penahan kaso e. Paku dan perlengkapan lainnya Tinggi pagar adalah 1.5 m diukur dari muka dasar tanah. Pemagaran dilakukan pada saat dimulainya pelaksanaan proyek dan dicabut kembali sebelum ada perintah dari Konsultan Pengawas.

DIVISI 2 PEKERJAAN TANAH SEKSI 2.1 TIMBUNAN

2.2.1

UMUM

1. Uraian a. Pekerjaan ini mencakup pengadaan, pengangkutan,

penghamparan dan pemadatan tanah atau bahan berbutir dengan menggunakan alat berat yang disetujui untuk pembuatan timbunan, untuk membentuk dimensi timbunan sesuai dengan garis, kelandaian, dan elevasi penampang melintang yang disyaratkan atau disetujui. b. Timbunan yang dicakup oleh ketentuan dalam Seksi ini yaitu timbunan biasa.

2. Toleransi Dimensi a. Elevasi dan kelandaian akhir setelah pemadatan harus tidak lebih tinggi atau lebih rendah 2 cm dari yang ditentukan atau disetujui. b. Seluruh permukaan akhir timbunan yang terekspos harus cukup rata dan harus memiliki kelandaian yang cukup untuk menjamin aliran air permukaan yang bebas. c. Permukaan akhir lereng timbunan tidak boleh bervariasi lebih dari 10 cm dari garis profil yang ditentukan. d. Timbunan tidak boleh dihampar dalam lapisan dengan tebal padat lebih dari 20 cm atau dalam lapisan dengan tebal padat kurang dari 10 cm.

3. Perbaikan Terhadap Timbunan Yang Tidak Memenuhi Ketentuan atau Tidak Stabil a. Timbunan akhir yang tidak memenuhi penampang melintang yang disyaratkan atau disetujui atau toleransi permukaan yang

disyaratkan permukaannya sebagaimana

harus dan yang

diperbaiki membuang diperlukan

dengan atau dan

menggemburkan menambah bahan dengan

dilanjutkan

pembentukan kembali dan pemadatan kembali. b. Timbunan yang terlalu kering untuk pemadatan, dalam hal batasbatas kadar airnya yang disyaratkan atau seperti yang diperintahkan Direksi Pekerjaan, harus diperbaiki dengan menggaru bahan tersebut, dilanjutkan dengan penyemprotan air secukupnya dan dicampur seluruhnya dengan menggunakan "motor grader" atau peralatan lain yang disetujui. c. Timbunan yang terlalu basah untuk pemadatan, seperti dinyatakan dalam batas batas kadar air yang disyaratkan atau seperti yang diperintahkan Direksi Pekerjaan, harus diperbaiki dengan menggaru bahan tersebut dengan penggunaan motor grader atau alat lainnya secara berulang ulang dengan selang waktu istirahat selama penanganan, dalam cuaca cerah. Alternatif lain, bilamana pengeringan yang memadai tidak dapat dicapai dengan menggaru dan membiarkan bahan gembur tersebut, Direksi Pekerjaan dapat memerintahkan agar bahan tersebut dikeluarkan dari pekerjaan dan diganti dengan bahan kering yang lebih cocok. d. Timbunan yang telah dipadatkan dan memenuhi ketentuan yang disyaratkan dalam Spesifikasi ini, menjadi jenuh akibat hujan atau banjir atau karena hal lain, biasanya tidak memerlukan pekerjaan perbaikan asalkan sifat-sifat bahan dan kerataan permukaan masih memenuhi ketentuan dalam Spesifikasi ini. e. Perbaikan timbunan yang tidak memenuhi kepadatan atau ketentuan sifat-sifat bahan dari Spesifikasi ini haruslah seperti yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan dan dapat meliputi pemadatan tambahan, penggemburan yang diikuti dengan penyesuaian kadar air dan pemadatan kembali, atau pembuangan dan penggantian bahan.

f. Perbaikan timbunan yang rusak akibat gerusan banjir atau menjadi lembek setelah pekerjaan tersebut selesai dikerjakan dan diterima oleh Direksi Pekerjaan haruslah seperti yang disyaratkan dari Spesifikasi ini.

2.2.2

BAHAN Timbunan yang diklasifikasikan sebagai timbunan biasa harus terdiri dari bahan galian tanah yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan sebagai yang memenuhi syarat untuk digunakan dalam pekerjaan permanen.. Bahan yang dipilih sebaiknya tidak termasuk tanah yang

berplastisitas tinggi, yang diklasifikasikan sebagai A-7-6 menurut AASHTO M145 atau sebagai CH menurut "Unified atau Casagrande Soil Classification System". Bila penggunaan tanah yang

berplastisitas tinggi tidak dapat dihindarkan, bahan tersebut harus digunakan hanya pada bagian dasar dari timbunan atau pada penimbunan kembali yang tidak memerlukan daya dukung atau kekuatan geser yang tinggi Tanah plastis seperti itu sama sekali tidak boleh digunakan pada 30 cm lapisan langsung di bawah bagian dasar perkerasan atau bahu jalan atau tanah dasar bahu jalan. Tanah sangat expansive yang memiliki nilai aktif lebih besar dari 1,25, atau derajat pengembangan yang diklasifikasikan oleh AASHTO T258 sebagai "very high" atau "extra high", tidak boleh digunakan sebagai bahan timbunan. Nilai aktif adalah perbandingan antara Indeks Plastisitas / PI - (SNI 03-1966-1989) dan persentase kadar lempung (SNI 03-3422-1994).

2.2.3

PENGHAMPARAN DAN PEMADATAN TIMBUNAN

1. Penghamparan Timbunan a. Timbunan harus ditempatkan ke permukaan yang telah disiapkan dan disebar dalam lapisan yang merata yang bila dipadatkan akan memenuhi toleransi tebal lapisan yang

disyaratkan. Bilamana timbunan dihampar lebih dari satu lapis, lapisan-lapisan tersebut sedapat mungkin dibagi rata sehingga sama tebalnya. b. Tanah timbunan umumnya diangkut langsung dari lokasi sumber bahan ke permukaan yang telah disiapkan pada saat cuaca cerah dan disebarkan. Penumpukan tanah timbunan untuk persediaan biasanya tidak diperkenankan, terutama selama musim hujan. 2. Pemadatan Timbunan a. Segera setelah penempatan dan penghamparan timbunan, setiap lapis harus dipadatkan dengan peralatan pemadat yang memadai dan disetujui Direksi Pekerjaan sampai mencapai kepadatan yang disyaratkan. b. Pemadatan timbunan tanah harus dilaksanakan hanya bilamana kadar air bahan berada dalam rentang 3 % di bawah kadar air optimum sampai 1% di atas kadar air optimum. Kadar air optimum harus didefinisikan sebagai kadar air pada kepadatan kering maksimum yang diperoleh bilamana tanah dipadatkan sesuai dengan SNI 03-1742-1989. c. Setiap lapisan timbunan yang dihampar harus dipadatkan seperti yang disyaratkan, diuji kepadatannya dan harus diterima oleh Direksi Pekerjaan sebelum lapisan berikutnya dihampar. d. Timbunan harus dipadatkan mulai dari tepi luar dan bergerak menuju ke arah sumbu jalan sedemikian rupa sehingga setiap ruas akan menerima jumlah usahapemadatan yang sama. Bilamana memungkinkan, lalu lintas alat-alat konstruksi dapat dilewatkan di atas pekerjaan timbunan dan lajur yang dilewati harus terus menerus divariasi agar dapat menyebarkan pengaruh usaha pemadatan dari lalu lintas tersebut. e. Bilamana bahan timbunan dapat ditempatkan hanya pada satu sisi abutment, maka tempat-tempat yang bersebelahan dengan struktur tidak boleh dipadatkan secara berlebihan karena dapat

menyebabkan bergesernya struktur atau tekanan yang berlebihan pada struktur. f. Terkecuali disetujui oleh Direksi Pekerjaan, timbunan yang bersebelahan dengan ujung jembatan tidak boleh ditempatkan lebih tinggi dari dasar dinding belakang abutment sampai struktur bangunan atas telah terpasang. g. Timbunan pada lokasi yang tidak dapat dicapai dengan peralatan pemadat mesin gilas, harus dihampar dalam lapisan horizontal dengan tebal gembur tidak lebih dari 15 cm dan dipadatkan dengan penumbuk loncat mekanis atau timbris (tamper) manual dengan berat minimum 10 kg.

2.2.4

JAMINAN MUTU

1. Ketentuan Kepadatan Untuk Timbunan Tanah a. Lapisan tanah yang lebih dalam dari 30 cm di bawah elevasi tanah dasar harus dipadatkan sampai 95 % dari kepadatan kering maksimum yang ditentukan sesuai SNI 03-1742-1989. Untuk tanah yang mengandung lebih dari 10 % bahan yang tertahan pada ayakan , kepadatan kering maksimum yang diperoleh harus dikoreksi terhadap bahan yang berukuran lebih (oversize) tersebut sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan. b. Lapisan tanah pada kedalaman 30 cm atau kurang dari elevasi tanah dasar harus dipadatkan sampai dengan 100 % dari kepadatan kering maksimum yang ditentukan sesuai dengan SNI 03-1742-1989. Pengujian kepadatan harus dilakukan pada setiap lapis timbunan yang dipadatkan sesuai dengan SNI 03-28281992 dan bila hasil setiap pengujian menunjukkan kepadatan kurang dari yang disyaratkan maka Kontraktor harus

memperbaiki pekerjaan. Pengujian harus dilakukan sampai kedalaman penuh pada lokasi yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, tetapi harus tidak boleh berselang lebih dari 200 m.

2. Percobaan Pemadatan Kontraktor harus bertanggungjawab dalam memilih metode dan peralatan untuk mencapai tingkat kepadatan yang disyaratkan.: Percobaan lapangan harus dilaksanakan dengan variasi jumlah lintasan peralatan pemadat dan kadar air sampai kepadatan yang disyaratkan tercapai sehingga dapat diterima oleh Direksi Pekerjaan. Hasil percobaan lapangan ini selanjutnya harus digunakan dalam menetapkan jumlah lintasan, jenis peralatan pemadat dan kadar air untuk seluruh pemadatan berikutnya.

SEKSI 2.2 TIMBUNAN KEMBALI

2.3.1

UMUM Pekerjaan ini mencakup penimbunan kembali struktur dan untuk timbunan umum yang diperlukan untuk membentuk dimensi timbunan sesuai dengan garis, kelandaian, dan elevasi penampang melintang yang disyaratkan atau disetujui. Timbunan yang dicakup oleh ketentuan dalam Seksi ini harus dibagi menjadi tiga jenis, yaitu timbunan biasa.

2.3.2

BAHAN Timbunan yang diklasifikasikan sebagai timbunan biasa harus terdiri dari bahan galian tanah yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan sebagai yang memenuhi syarat untuk digunakan dalam pekerjaan permanen.. Bahan yang dipilih sebaiknya tidak termasuk tanah yang berplastisitas tinggi, yang diklasifikasikan sebagai A-7-6 menurut AASHTO M145 atau sebagai CH menurut "Unified atau Casagrande Soil Classification System". Tanah sangat expansive yang memiliki nilai aktif lebih besar dari 1,25, atau derajat pengembangan yang diklasifikasikan oleh AASHTO T258 sebagai "very high" atau "extra high", tidak boleh digunakan sebagai bahan timbunan. Nilai aktif adalah perbandingan antara Indeks Plastisitas / PI - (SNI 03-1966-1989) dan persentase kadar lempung (SNI 03-3422-1994).

DIVISI 3 STRUKTUR SEKSI 3.1 BETON

3.1.1

UMUM

1. Uraian a. Pekerjaan yang disyaratkan dalam Seksi ini harus mencakup pelaksanaan seluruh struktur beton, sesuai dengan Spesifikasi dan sesuai dengan garis, elevasi, kelandaian dan dimensi yang ditunjukkan dalam Gambar, dan sebagaimana yang diperlukan oleh Direksi Pekerjaan. b. Pekerjaan ini harus meliputi pula penyiapan tempat kerja untuk pengecoran beton, pemeliharaan pondasi, pengadaan lantai kerja, atau tindakan lain untuk mempertahankan agar pondasi tetap kering. c. Syarat dari SNI-03-2847-2002 harus diterapkan sepenuhnya pada semua pekerjaan beton yang dilaksanakan dalam kontrak ini, kecuali bila terdapat pertentangan dengan ketentuan dalam Spesifikasi ini, dalam hal ini ketentuan dalam Spesifikasi ini yang harus dipakai.

2. Toleransi a. Toleransi Dimensi : Panjang keseluruhan sampai dengan 6 m. + 5 mm Panjang keseluruhan lebih dari 6 m + 15 mm Panjang balok, pelat dek, kolom dinding, atau antara kepala jembatan - 0 dan + 10 mm

b. Toleransi Bentuk : Persegi (selisih dalam panjang diagonal) 10 mm Kelurusan atau lengkungan (penyimpangan dari garis yang dimaksud) untuk panjang s/d 3 m 12 mm Kelurusan atau lengkungan untuk panjang 3 m - 6 m 15 mm Kelurusan atau lengkungan untuk panjang > 6 m 20 mm

c. Toleransi Kedudukan (dari titik patokan) : Kedudukan permukaan horizontal dari rencana 10 mm Kedudukan permukaan vertikal dari rencana 20 mm

d. Toleransi Alinyemen Vertikal : Penyimpangan ketegakan kolom dan dinding 10 mm

e. Toleransi Ketinggian (elevasi) : Puncak lantai kerja di bawah pondasi 10 mm Puncak lantai kerja di bawah pelat injak 10 mm Puncak kolom, tembok kepala, balok melintang 10 mm

f. Toleransi Alinyemen Horisontal : 10 mm dalam 4 m panjang mendatar.

g. Toleransi untuk Penutup / Selimut Beton Tulangan : Selimut beton sampai 3 cm 0 dan + 5 mm Selimut beton 3 cm - 5 cm - 0 dan + 10 mm Selimut beton 5 cm - 10 cm 10 mm 3. Standar Rujukan Standar Industri Indonesia (SII) SII-13-1977 : Semen Portland. (AASHTO M85 - 75)

Standar Nasional Indonesia (SNI) SNI-03-2847-2002 :Peraturan Beton Bertulang Indonesia NI-2.

SK SNI M-02-1994-03 :Metode Pengujian Jumlah bahan Dalam (AASHTO T11 - 90) Agregat Yang Lolos Saringan No.200 (0,075mm). SNI 03-2816-1992 (AASHTO T21 - 87) SNI 03-1974-1990 (AASHTO T22 - 90) Pd M-16-1996-03 (AASHTO T23 - 90) SNI 03-1968-1990 (AASHTO T27 - 88) SNI 03-2417-1991 (AASHTO T96 - 87) SNI 03-3407-1994 (AASHTO T104 - 86) :Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton diLapangan. :Metode Pengujian tentang Analisis :Metode Pengujian Kotoran Organik Dalam Pasir untuk Campuran Mortar dan Beton. :Metode Pengujian Kuat Tekan Beton

Saringan Agregat Halus dan Kasar. :Metode Pengujian Keausan Agregat

dengan Mesin LosAngeles. :Metode Pengujian Sifat Kekekalan Bentuk Agregat Terhadap Larutan Natrium Sulfat dan Magnesium Sulfat.

SK SNI M-01-1994-03 :Metode Pengujian Gumpalan Lempung (AASHTO T112 - 87) dan Butir-butir Mudah Pecah Dalam Agregat

SNI 03-2493-1991 (AASHTO T126 - 90) SNI 03-2458-1991 (AASHTO T141 - 84)

:Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton di Laboratorium. :Metode Pengambilan Contoh Untuk

Campuran Beton Segar

4. Perbaikan Atas Pekerjaan Beton Yang Tidak Memenuhi Ketentuan a. Perbaikan atas pekerjaan beton yang tidak memenuhi kriteria toleransi yang disyaratkan atau yang tidak memiliki permukaan akhir yang memenuhi ketentuan, atau yang tidak memenuhi sifat-sifat campuran yang disyaratkan, harus mengikuti petunjuk yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan dan dapat meliputi : i. Perubahan proporsi campuran beton untuk sisa pekerjaan yang belum dikerjakan; ii. Tambahan perawatan pada bagian struktur yang hasil pengujiannya gagal; iii. Perkuatan atau pembongkaran menyeluruh dan penggantian bagian pekerjaan yang dipandang tidak memenuhi

ketentuan; b. Bilamana terjadi perbedaan pendapat dalam mutu pekerjaan beton atau adanya keraguan dari data pengujian yang ada, Direksi Pekerjaan dapat meminta kontraktor melakukan pengujian tambahan yang diperlukan untuk menjamin bahwa mutu pekerjaan yang telah dilaksanakan dapat dinilai dengan adil. Biaya pengujian tambahan tersebut haruslah menjadi tanggung jawab Kontraktor. c. Perbaikan atas pekerjaan beton yang retak atau bergeser haruslah sesuai dengan ketentuan Spesifikasi ini.

3.1.2

BAHAN

1. Semen a. Semen yang digunakan untuk pekerjaan beton haruslah jenis semen Portland yang memenuhi AASHTO M85 kecuali jenis IA, IIA, IIIA dan IV. Terkecuali diperkenankan oleh Direksi Pekerjaan, bahan tambahan (aditif) yang dapat menghasilkan gelembung udara dalam campuran tidak boleh digunakan. b. Terkecuali diperkenankan oleh Direksi Pekerjaan, hanya satu merk semen portland yang dapat digunakan di dalam proyek. 2. A i r Air yang digunakan dalam campuran, dalam perawatan, atau pemakaian lainnya harus bersih, dan bebas dari bahan yang merugikan seperti minyak, garam, asam, basa, gula atau organik. Air akan diuji sesuai dengan; dan harus memenuhi ketentuan dalam AASHTO T26. Air yang diketahui dapat diminum dapat digunakan tanpa pengujian. Bilamana timbul keragu-raguan atas mutu air yang diusulkan dan pengujian air seperti di atas tidak dapat dilakukan, maka harus diadakan perbandingan pengujian kuat tekan mortar semen + pasir dengan memakai air yang diusulkan dan dengan memakai air suling atau minum. Air yang diusulkan dapat digunakan bilamana kuat tekan mortar dengan air tersebut pada umur 7 hari dan 28 hari minimum 90 % kuat tekan mortar dengan air suling atau minum pada periode perawatan yang sama. 3. Ketentuan Gradasi Agregat
a.

Gradasi agregat kasar dan halus harus memenuhi ketentuan yang diberikan dalam Tabel 3.1.2.(1), tetapi bahan yang tidak memenuhi ketentuan gradasi tersebut tidak perlu ditolak bila Kontraktor dapat menunjukkan dengan pengujian bahwa beton yang dihasilkan memenuhi sifat-sifat campuran yang yang disyaratkan dalam Pasal 3.1.3.(3).

Tabel 3.1.2 (1) Ketentuan Gradasi Agregat Ukuran Ayakan ASTM 2" 1 1/2" 1" 3/4" 1/2" 3/8" No.4 No.8 No.16 No.50 No.100 (mm) 50.8 38.1 25.4 19 12.7 9.5 4.75 2.36 1.18 0.3 0.15 Persen Berat Yang Lolos Untuk Agregat Halus 100 95-100 45-80 10-30 2-10 100 95-100 35-70 0-10 0-5 Kasar 100 90-100 20-55 0-10 0-5 100 90-100 40-70 0-15 0-5 -

b. Agregat kasar harus dipilih sedemikian sehingga ukuran partikel

terbesar tidak lebih dari dari jarak minimum antara baja tulangan atau antara baja tulangan dengan acuan, atau celahcelah lainnya di mana beton harus dicor. 4. Sifat-sifat Agregat
a. Agregat untuk pekerjaan beton harus terdiri dari partikel yang

bersih, keras, kuat yang diperoleh dengan pemecahan batu (rock) atau berangkal (boulder), atau dari pengayakan dan pencucian (jika perlu) dari kerikil dan pasir sungai.
b. Agregat harus bebas dari bahan organik seperti yang

ditunjukkan oleh pengujian SNI 03-2816-1992 dan harus memenuhi sifat-sifat lainnya yang diberikan dalam Tabel 3.1.2.(2) bila contoh-contoh diambil dan diuji sesuai dengan prosedur SNI/AASHTO yang berhubungan.

Tabel 3.1.2.(2) Sifat-sifat Agregat Sifat-sifat Keausan Agregat dengan Mesin Los Angles pada 500 putaran Kekekalan Bentuk Batu terhadap Larutan Natrium Sulfat atau MagneSium Sulfat Setelah 5 siklus Gumpalan Lempung dan Partikel yang mudah Pecah Bahan yang Lolos Ayakan No.200 Metode Pengujian SNI 03-2417-1991 Batas Maksimum yang Diijinkan untuk Agregat 40%

SNI 03-3407-1994 SK-SNI M-01-199403 SK SNI M-02-199403

10%

12%

0.50% 3%

0.25% 1%

3.1.3 PENCAMPURAN DAN PENAKARAN 1. Rancangan Campuran Proporsi bahan dan berat penakaran harus ditentukan dengan menggunakan metode yang disyaratkan dalam SNI dan sesuai dengan batas-batas yang diberikan dalam Tabel 3.1.3.(1). 2. Campuran Percobaan Kontraktor harus menentukan proporsi campuran serta bahan yang diusulkan dengan membuat dan menguji campuran percobaan, dengan disaksikan oleh Direksi Pekerjaan, yang menggunakan jenis instalasi dan peralatan yang sama seperti yang akan digunakan untuk pekerjaan. Campuran percobaan tersebut dapat diterima asalkan memenuhi ketentuan sifat-sifat campuran yang disyaratkan dalam Pasal 3.1.3.(3) di bawah.

Tabel 3.1.3.(1) Batasan Proporsi Takaran Campuran


Mutu Beton K600 K500 K400 Ukuran Agregat Maks (mm) 37 25 19 37 25 19 37 25 19 37 25 19 Rasio Air/Semen Maks (terhadap berat) 0.375 0.45 0.45 0.45 0.45 0.45 0.45 0.45 0.45 0.45 0.50 0.50 0.50 0.57 0.60 Kadar Semen Min (kg/m3 dari campuran) 450 356 370 400 315 335 365 300 320 350 290 310 340 300 250

K350

K300

K250

K175 K125

3. Konversi kekuatan beton dari nilai K menjadi nilai fc Jika nilai kuat tekan beton dengan bentuk benda uji kubus ukuran 15x15x15, untuk mengkonversi kuat tekan karakteristik menjadi fc dengan benda uji berbentuk cilinder diameter 15 mm; tinggi 30 mm. maka dikalikan dengan faktor konversi sebesar 0,83. 4. Ketentuan Sifat-sifat Campuran a. Seluruh beton yang digunakan dalam pekerjaan harus memenuhi kuat tekan dan "slump" yang dibutuhkan seperti yang disyaratkan dalam Tabel 3.1.3.(2), atau yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan.

Tabel 3.1.3 (2) Ketentuan Sifat Campuran


Mutu Beton K600 K500 K400 K350 K300 K250 K225 K175 K125 Kuat Tekan Karakteristik Min (kg/cm2) Benda Uji Kubus Benda Uji Silinder 15x15x15 cm3 15 cm x 30 cm 7 hari 28 hari 7 hari 28 hari 390 600 325 500 325 500 260 400 285 400 240 330 250 350 210 290 215 300 180 250 180 250 150 210 150 225 125 190 115 175 95 145 80 125 70 105 " SLUMP"(mm) Digetarkan 20-50 20-50 20-50 20-50 20-50 20-50 20-50 20-50 20-50 Tidak Digetarkan 50-100 50-100 50-100 50-100 50-100 50-100

b. Beton yang tidak memenuhi ketentuan "slump" umumnya tidak boleh digunakan pada pekerjaan, terkecuali bila Direksi Pekerjaan dalam beberapa hal menyetujui penggunaannya dalam kuantitas kecil untuk bagian tertentu dengan pembebanan ringan. c. Bilamana pengujian beton berumur 7 hari menghasilkan kuat beton di bawah kekuatan yang disyaratkan dalam Tabel 3.1.3.(2), maka Kontraktor tidak diperkenankan mengecor beton lebih lanjut sampai penyebab dari hasil yang rendah tersebut dapat diketahui dengan pasti dan sampai telah diambil tindakantindakan yang menjamin bahwa produksi beton memenuhi ketentuan yang disyaratkan dalam Spesifikasi. Kuat tekan beton berumur 28 hari yang tidak memenuhi ketentuan yang disyaratkan harus dipandang tidak sebagai pekerjaan yang tidak dapat diterima dan pekerjaan tersebut harus diperbaiki. Kekuatan beton dianggap lebih kecil dari yang disyaratkan bilamana hasil pengujian serangkaian benda uji dari suatu bagian pekerjaan yang dipertanyakan lebih kecil dari kuat tekan karakteristik yang diperoleh dari rumus yang diuraikan dalam dalam spesifikasi ini.

5. Penyesuaian Campuran a. Penyesuaian Sifat Kelecakan (Workability) Bilamana sulit memperoleh sifat kelecakan beton dengan proporsi yang semula dirancang oleh Direksi Pekerjaan, maka Kontraktor akan melakukan perubahan pada berat agregat sebagaimana diperlukan, asalkan dalam hal apapun kadar semen yang semula dirancang tidak berubah, juga rasio air/semen yang telah ditentukan berdasarkan pengujian kuat tekan yang menghasilkan kuat tekan yang memenuhi, tidak dinaikkan. Pengadukan kembali beton yang telah dicampur dengan cara menambah air atau oleh cara lain tidak akan diperkenankan. Bahan tambah (aditif) untuk meningkatkan sifat kelecakan hanya diijinkan bila secara khusus telah disetujui oleh Direksi Pekerjaan. 6. Penakaran Agregat a. Seluruh komponen beton harus ditakar menurut beratnya. Bila digunakan semen kemasan dalam zak, kuantitas penakaran harus sedemikian sehingga kuantitas semen yang digunakan adalah setara dengan satu satuan atau kebulatan dari jumlah zak semen. Agregat harus diukur beratnya secara terpisah. Ukuran setiap penakaran tidak boleh melebihi kapasitas alat pencampur. b. Sebelum penakaran, agregat harus dibasahi sampai jenuh dan dipertahankan dalam kondisi lembab, pada kadar yang mendekati keadaan jenuh-kering permukaan, dengan menyemprot tumpukan agregat dengan air secara berkala. Pada saat penakaran, agregat harus telah dibasahi paling sedikit 12 jam sebelumnya untuk menjamin pengaliran yang memadai dari tumpukan agregat. 7. Pencampuran a. Beton harus dicampur dalam mesin yang dijalankan secara mekanis dari jenis dan ukuran yang disetujui sehingga dapat menjamin distribusi yang merata dari seluruh bahan.

b. Pencampur harus dilengkapi dengan tangki air yang memadai dan alat ukur yang akurat untuk mengukur dan mengendalikan jumlah air yang digunakan dalam setiap penakaran. c. Pertama-tama alat pencampur harus diisi dengan agregat dan semen yang telah ditakar, dan selanjutnya alat pencampur dijalankan sebelum air ditambahkan. d. Waktu pencampuran harus diukur pada saat air mulai dimasukkan ke dalam campuran bahan kering. Seluruh air yang diperlukan harus dimasukkan sebelum waktu pencampuran telah berlangsung seperempat bagian. Waktu pencampuran untuk mesin berkapasitas m3 atau kurang haruslah 1,5 menit; untuk mesinyang lebih besar waktu harus ditingkatkan 15 detik untuk tiap penambahan 0,5 m3. e. Bila tidak memungkinkan penggunaan mesin pencampur, Direksi Pekerjaan dapat menyetujui pencampuran beton dengan cara manual, sedekat mungkin dengan tempat pengecoran.

Penggunaan pencampuran beton dengan cara manual harus dibatasi pada beton non-struktural. 3.1.4 PELAKSANAAN PENGECORAN
1. Penyiapan Tempat Kerja

Sebelum pengecoran beton dimulai, seluruh acuan, tulangan dan benda lain yang harus dimasukkan ke dalam beton (seperti pipa atau selongsong) harus sudah dipasang dan diikat kuat sehingga tidak bergeser pada saat pengecoran.
2. Acuan

a. Acuan yang dibuat dapat dari kayu atau baja dengan sambungan dari adukan yang kedap dan kaku untuk mempertahankan posisi yang diperlukan selama pengecoran, pemadatan dan perawatan b. Kayu yang tidak diserut permukaannya dapat digunakan untuk permukaan akhir struktur yang tidak terekspos, tetapi kayu yang diserut dengan tebal yang merata harus digunakan untuk

permukaan beton yang terekspos. Seluruh sudut-sudut tajam Acuan harus dibulatkan. c. Acuan harus dibuat sedemikian sehingga dapat dibongkar tanpa merusak beton.
3. Pengecoran

a. Segera sebelum pengecoran beton dimulai, acuan harus dibasahi dengan air atau diolesi minyak di sisi dalamnya dengan minyak yang tidak meninggalkan bekas. b. Tidak ada campuran beton yang boleh digunakan bilamana beton tidak dicor sampai posisi akhir dalam cetakan dalam waktu 1 jam setelah pencampuran, atau dalam waktu yang lebih pendek sebagaimana yang dapat diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan berdasarkan pengamatan karakteristik waktu pengerasan (setting time) semen yang digunakan, kecuali diberikan bahan tambah (aditif) untuk memperlambat proses pengerasan (retarder) yang disetujui oleh Direksi. c. Beton harus dicor sedemikian rupa hingga terhindar dari segregasi partikel kasar dan halus dari campuran. d. Bilamana beton dicor ke dalam acuan struktur yang memiliki bentuk yang rumit dan penulangan yang rapat, maka beton harus dicor dalam lapisan-lapisan horisontal dengan tebal tidak melampaui 15 cm. Untuk dinding beton, tinggi pengecoran dapat 30 cm menerus sepanjang seluruh keliling struktur.
4. Konsolidasi a.

Alat penggetar mekanis dari luar harus mampu menghasilkan sekurang-kurangnya 5000 putaran per menit dengan berat efektif 0,25 kg, dan boleh diletakkan diatas acuan supaya dapat menghasilkan getaran yang merata.

b. Alat penggetar mekanis yang digerakkan dari dalam harus dari

jenis pulsating (berdenyut) dan harus mampu menghasilkan sekurang-kurangnya 5000 putaran per menit apabila digunakan

pada beton yang mempunyai slump 2,5 cm atau kurang, dengan radius daerah penggetaran tidak kurang dari 45 cm.
c.

Jumlah minimum alat penggetar mekanis dari dalam diberikan dalam Tabel 3.1.4.(5). Tabel 3.1.4.(5) Jumlah Minimum Alat Penggetar Mekanis dari Dalam Kecepatan Pengecoran Beton (m3/Jam) 4 8 12 16 20 Jumlah Alat 2 3 4 5 6

3.1.5 PENGERJAAN AKHIR


1. Pembongkaran Acuan

Acuan tidak boleh dibongkar dari bidang vertikal, kolom yang tipis dan struktur yang sejenis lebih awal 30 jam setelah pengecoran beton. Cetakan yang ditopang oleh perancah di bawah pelat, balok, gelegar, , tidak boleh dibongkar hingga pengujian menunjukkan bahwa paling sedikit 85 % dari kekuatan rancangan beton telah dicapai.
2. Permukaan (Pengerjaan Akhir Biasa)

Bilamana Direksi Pekerjaan menyetujui pengisian lubang besar akibat keropos, pekerjaan harus dipahat sampai ke bagian yang utuh (sound), membentuk permukaan yang tegak lurus terhadap permukaan beton. Lubang harus dibasahi dengan air dan adukan semen acian (semen dan air, tanpa pasir) harus dioleskan pada permukaan lubang. Lubang harus selanjutnya diisi dan ditumbuk dengan adukan yang kental yang terdiri dari satu bagian semen dan dua bagian pasir, yang harus dibuat menyusut sebelumnya dengan mencampurnya kira-kira 30 menit sebelum dipakai.

3. Perawatan Dengan Pembasahan

a. Beton harus dirawat, sesegera mungkin setelah beton mulai mengeras, dengan menyelimutinya dengan bahan yang dapat menyerap air. Lembaran bahan penyerap air ini yang harus dibuat jenuh dalam waktu paling sedikit 3 hari. Semua bahan perawat atau lembaran bahan penyerap air harus dibebani atau diikat ke bawah untuk mencegah permukaan yang terekspos dari aliran udara. Bilamana digunakan acuan kayu, acuan tersebut harus

dipertahankan basah pada setiap saat sampai dibongkar, untuk mencegah terbukanya sambungan-sambungan dan pengeringan beton. Lalu lintas tidak boleh diperkenankan melewati permukaan beton dalam 7 hari setelah beton dicor. b. Beton yang dibuat dengan semen yang mempunyai sifat kekuatan awal yang tinggi atau beton yang dibuat dengan semen biasa yang ditambah bahan tambah (aditif), harus dibasahi sampai

kekuatanya mencapai 70 % dari kekuatan rancangan beton berumur 28 hari.

SEKSI 3.2 BAJA STRUKTUR

3.2.1 UMUM 1. Uraian Pekerjaan ini mencakup struktur baja, yang dilaksanakan memenuhi garis, kelandaian dan dimensi yang ditunjukkan dalam Gambar atau yang ditetapkan oleh Direksi Pekerjaan. Pekerjaan ini terdiri dari pelaksanaan struktur baja baru. Pekerjaan akan mencakup penyediaan, fabrikasi, pemasangan, galvanisasi dan pengecatan logam struktur sebagaimana yang disyaratkan dalam Spesifikasi ini atau sebagaimana yang ditunjukkan dalam Gambar. 2. Toleransi a. Diameter Lubang Lubang pada elemen utama 0,4 mm Lubang pada elemen sekunder 0,4 mm b. Alinyemen Lubang Elemen utama, dibuat di bengkel Elemen sekunder, dibuat di lapangan : + 0,4 mm : + 0,6 mm : + 1,8 mm : + 1,2 mm -

c. Gelagar Lendutan Balik : penyimpangan dari lendutan balik (camber) yang disyaratkan + 0,2 mm per meter panjang balok atau + 6 mm, dipilih yang lebih kecil. d. Kabel Lubang keluar kabel dalam acuan Selimut kabel : 2 mm : 5 mm

3. Standar Rujukan AASHTO M160M - 90 : General Requirements for Rolled Steel Plates, Shapes, Sheet Piling and Bar for Structural Use. AASHTO M164M - 90 : High Strength Bolts for Structural Steel Joints. AASHTO M169 - 83 : Steel Bars, Carbon, Cold Finished, Standard Quality. AASHTO M183M - 90 : Structural Steel ASTM A233 ASTM A307 AWS D20 : Mild Steel, Arc Welding Electrode : Mild Steel Bolts and Nuts (Grade A) : Standard Specification for Welded Highway and Railway Bridges 4. Sistem Pra-tegang Sistem pra-tegang yang akan digunakan harus dipilih oleh kontraktor dengan memenuhi semua ketentuan di dalamnya dan atas persetujuan dari Direksi Pekerjaan. Pada umumnya tidak terdapat perubahan pada posisi sentroid gaya pra-tegang total sepanjang elemen tersebut dan pada besar gaya pra-tegang efektif akhir sebagaimana yang diuraikan dalam Gambar.

3.2.2

BAHAN

1. Baja Struktur Kecuali ditunjukkan lain dalam Gambar, baja karbon untuk baut harus sesuai dengan ketentuan AASHTO M183M - 90 : Structural Steel. Baja harus mempunyai tegangan leleh minimum sebesar 2500 kg/cm2 dan tegangan tarik minimum sebesar 4000 kg/cm2. 2. Baut, Mur dan Ring a. Baut dan mur harus memenuhi ketentuan dari ASTM A307 Grade A, dan mempunyai kepala baut dan mur berbentuk segienam (hexagonal).

b. Baut, Mur dan Ring dari Baja Geser Tegangan Tinggi Baut, mur dan ring dari baja tegangan tinggi harus difabrikasi dari baja karbon yang dikerjakan secara panas memenuhi ketentuan dari AASHTO M164M 90 dengan tegangan leleh minimum 5700 kg/cm2 dan pemuluran (elongation) minimum 12 %. c. Baut dan mur harus ditandai untuk identifikasi sesuai dengan ketentuan dari AASHTO M164M - 90. Ukuran baut harus sebagaimana ditunjukkan dalam Gambar. 3. Baja Pra-tegang a. Untaian kawat (strand) pra-tegang harus terdiri dari 7 kawat (wire) dengan kuat tarik tinggi, bebas tegangan, relaksasi rendah dengan panjang menerus tanpa sambungan atau kopel sesuai dengan AASHTO M203 - 90. Untaian kawat tersebut harus mempunyai kekuatan leleh minimum sebesar 16.000 kg/cm2 dan kekuatan batas minimum dari 19.000 kg/cm2. b. Kawat (wire) pra-tegang harus terdiri dari kawat dengan kuat tarik tinggi dengan panjang menerus tanpa sambungan atau kopel dan harus sesuai dengan AASHTO M204 - 89. c. Batang logam campuran dengan kuat tarik tinggi harus bebas tegangan kemudian diregangkan secara dingin minimum sebesar 9.100 kg/cm2. Kekuatan batas tarik minimum 10.000 kg/cm2. Kekuatan leleh minimum, diukur dengan per panjangan 0,7% menurut metode pembebanan tidak boleh kurang dari 9.100 kg/cm2. Modulus elastisitas minimum 25.000.000 kg/cm2 Pemuluran (elongation) min. setelah runtuh (rupture) dihitung rata-rata terhadap 20 batang adalah 4 %. Toleransi diamater + 0,76 mm dan - 0,25 mm

4. Selongsong Selongsong yang disediakan untuk kabel pasca-penegangan harus dibentuk dengan bantuan selongsong berusuk yang lentur atau

selongsong logam bergelombang yang digalvanisasi, dan harus cukup kaku untuk mempertahankan profil yang diinginkan antara titik-titik penunjang selama pekerjaan penegangan. Ujung selongsong harus dibuat sedemikian rupa sehingga dapat memberikan gerak bebas pada ujung jangkar. Sambungan antara ruas-ruas selongsong harus benarbenar merupakan sambungan logam dan segera harus ditutup sampai rapat dengan menggunakan pita perekat tahan air. Selongsong harus bebas dari belahan, retakan, dan sebagainya. Sambungan harus dibuat dengan hati-hati dengan cara sedemikian hingga saling mengikat rapat. Selongsong yang rusak harus dikeluarkan dari tempat kerja. 3.2.3 KECAKAPAN KERJA

1. Lubang Untuk Baut

Lubang Untuk Baut Geser Tegangan Tinggi. Pada umumnya diameter lubang 1 mm lebih besar dari diamater nominal untuk baut sampai diameter 16 mm dan 1,5 mm lebih besar dari diameter nominal untuk baut yang lebih besar. Jarak dari pusat lubang ke tepi pelat tergantung pada ketebalan pelat. Jarak minimum dari pusat lubang sampai tepi pelat hasil pemotongan cara geser harus 1,7 kali diameter nominal baut, sedangkan untuk tepi pelat yang diroll atau dipotong dengan las, harus 1,5 kali diameter nominal baut. 3.2.4 PELAKSANAAN

1. Pengelasan Permukaan las yang tampak harus dibersihkan dari residu kerak. Semua percikan pengelasan yang mengenai permukaan harus dibersihkan. 2. Pengecatan dan Galvanisasi Semua permukaan baja lainnya harus dicat sesuai dengan ketentuan dari Spesifikasi ini. Semua komponen Gelagar Baja Komposit termasuk balok, pelat, baut, ring, diafragma dan sejenisnya harus

digalvanisasi dengan sistem pencelupan panas sesuai dengan ASTM A123 89. 3. Perakitan Pekerjaan Baja Setiap penguncian sementara harus dibiarkan sampai sambungan tarik telah dibaut dan semua lubang pada titik buhul telah dijepit dan dibaut. Baut permanen untuk sambungan elemen-elemen tekan tidak boleh dimasukkan atau dikencangkan sampai seluruh bentangan berayun. Sambungan (splices) dan penyambungan dilapangan (field connections) harus mempunyai setengah jumlah lubang yang diisi dengan baut dan pen (pin) silindris untuk pemasangan (setengah baut dan setengah pin) sebelum dibaut dengan baut tegangan tinggi. Sambungan (splices) dan penyambung (connections) yang akan dilewati lalu-lintas selama pemasangan harus mempunyai lubang diisi sebanyak 3/4-nya.

SEKSI 3.3 BAJA TULANGAN

3.3.1

UMUM

1. Uraian Pekerjaan ini harus mencakup pengadaan dan pemasangan baja tulangan sesuai dengan Spesifikasi dan Gambar, atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan. 2. Standar Rujukan A.C.I. 315 : Manual of Standard Practice for Detailing Reinforced Concrete Structures, American Concrete Institute. AASHTO M31M 90 AASHTO M32 90 : Deformed and Plain Billet-Steel Bar for Concrete Reinforcement : Cold Drawn Steel Wire for Concrete Reinforcement. AASHTO M55- 89 : Welded Steel Wire Fabrics for Concrete Reinforcement. AWS D 2.0 : Standards Specifications for Welded Highway and Railway Bridges. 3. Toleransi a. Toleransi untuk fabrikasi harus seperti yang disyaratkan dalam ACI 315. b. Baja tulangan harus dipasang sedemikian sehingga selimut beton yang menutup bagian luar baja tulangan adalah sebagai berikut : i. 3,5 cm untuk beton yang tidak terekspos langsung dengan udara atau terhadap air tanah atau terhadap bahaya kebakaran; ii. Untuk beton yang terendam/ tertanam atau terekspos langsung dengan cuaca atau timbunan tanah tetapi masih dapat diamati untuk pemeriksaan;

Tabel 3.4.1 Tebal Selimut Beton Minimum dari Baja Tulangan untuk Beton Yang Tidak Terekspos Tetapi Mudah Dicapai Ukuran Batang Tulangan yang akan diselimut (mm) Batang 16 mm dan lebih kecil Batang 19 mm dan 22 mm Batang 25 mm dan lebih besar Tebal Selimut Beton Minimum (cm) 3.5 5.0 6.0

3.3.2

BAHAN

1. Baja Tulangan

a. Baja tulangan harus baja polos atau berulir dengan mutu yang sesuai dengan Gambar dan memenuhi Tabel 3.4.2.(1) berikut ini : Tabel 3.4.2 (1) Tegangan Leleh Karakteristik Baja Tulangan Mutu U24 U32 U39 U48 Sebutan Baja Lunak Baja Sedang Baja Keras Baja Keras Tegangan Leleh Karakteristik atau Tegangan Karakteristik yang memberikan regangan tetap 0.2 (kg/cm2) 2400 3200 3900 4800

b. Bila anyaman baja tulangan diperlukan, seperti untuk tulangan pelat, anyaman tulangan yang di las yang memenuhi AASHTO M55 dapat digunakan.
2. Tumpuan untuk Tulangan

Tumpuan untuk tulangan harus dibentuk dari batang besi ringan atau bantalan beton pracetak dengan mutu Fc25 seperti yang disyaratkan dari Spesifikasi ini, terkecuali disetujui lain oleh Direksi Pekerjaan. kayu, bata, batu atau bahan lain tidak boleh diijinkan sebagai tumpuan.
3. Pengikat untuk Tulangan

Kawat pengikat untuk mengikat tulangan harus kawat baja lunak yang memenuhi AASHTO M32 - 90.

3.3.3

PEMBUATAN DAN PENEMPATAN

1. Pembengkokan a. Terkecuali ditentukan lain oleh Direksi Pekerjaan, seluruh baja tulangan harus dibengkokkan secara dingin dan sesuai dengan prosedur ACI 315, menggunakan batang yang pada awalnya lurus dan bebas dari lekukan-lekukan, bengkokan-bengkokan atau kerusakan. Bila pembengkokan secara panas di lapangan disetujui oleh Direksi Pekerjaan, tindakan pengamanan harus diambil untuk menjamin bahwa sifat-sifat fisik baja tidak terlalu berubah banyak. b. Batang tulangan dengan diameter 2 cm dan yang lebih besar harus dibengkokkan dengan mesin pembengkok. 2. Penempatan dan Pengikatan a. Batang tulangan harus diikat kencang dengan menggunakan kawat pengikat sehingga tidak tergeser pada saat pengecoran.

Pengelasan tulangan pembagi atau pengikat (stirrup) terhadap tulangan baja tarik utama tidak diperkenankan. b. Bilamana penyambungan dengan tumpang tindih disetujui, maka panjang tumpang tindih minimum haruslah 40 diameter batang dan batang tersebut harus diberikan kait pada ujungnya.

SEKSI 3.4 SAMBUNGAN EKSPANSI (EXPANSION JOINT)

3.4.1

UMUM

a. Uraian

Pekerjaan ini akan terdiri dari pemasokan dan pemasangan sambungan lantai yang yaitu expansion joint elastobond asphaltic plug, dan setiap bahan pengisi (filler) dan penutup (sealer), untuk sambungan antar struktur sesuai dengan Gambar dan sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
b. Standar Rujukan

AASHTO M173 84 : Concrete Joint Sealer, Hot Poured ElasticType AASHTO M220 - 84 : Preformed Elastomeric Compression Joint Seals for Concrete.
c. Perletakan Elastomer (Elastomeric Bearing)

a) Sifat Sejajar Toleransi sifat sejajar untuk sumbu penulangan pelat terhadap dasar perletakan sebagai titik duga harus 1% dari diamater, untuk pelat bulat dalam bidang datar, atau 1% dari sisi yang lebih pendek untuk pelat empat persegi panjang dalam bidang datar. b) Ukuran Toleransi ukuran terhadap dimensi bidang datar pelat untuk perletakan elastomer dengan penulangan pelat harus + 3 mm dan 1 mm. Toleransi ukuran terhadap ketebalan lapisan penutup bagian atas dan bawah untuk membungkus perletakan elastomer harus antara + 20 % dan - 0 % dari ketebalan nominal, atau 1 mm, dipilih yang lebih kecil. Toleransi ukuran terhadap masing-masing ketebalan lapisan dalam perletakan elastomer harus + 20% dari nilai ketebalan nominalnya, atau 3 mm, dipilih yang lebih kecil. Toleransi ukuran terhadap ketebalan lapisan penutup sisi yang membungkus perletakan elastomer harus + 3 mm dan - 0 mm.

d. Perbaikan Atas Pekerjaan Yang Tidak Memenuhi Ketentuan

a) Bahan pengisi sambungan (joint filler) yang belum mengisi celah sambungan sampai penuh sebelum penutupan (sealing) harus dikeluarkan dan diisi kembali dengan bahan pengisi sampai penuh. b) Penutup (sealer) yang gagal mengeras, mengalir atau

bergelembung harus dikeluarkan dan diganti. 3.4.2 BAHAN

1. Struktur Sambungan Ekspansi (Expansion Joint Structure) a. Jenis struktur sambungan ekspansi tergantung pada jumlah pergerakan lantai yang diperlukan dan sebagaimana yang ditunjukkan dalam gambar. b. Bahan Pengisi Sambungan (Joint Filler) Bahan pengisi sambungan harus dari jenis kenyal yang tidak dikeluarkan pracetak (premoulded non-extruding resilient type), sesuai dengan AASHTO M153 - 84 atau AASHTO M213 81. 2. Penutup Sambungan (Joint Sealer) Bahan untuk penutup sambungan horisontal harus sesuai dengan AASHTO M173 - 84 : Hot Poured Elastic Sealer, 3.4.3 PELAKSANAAN 1. Penutup Sambungan Elastis Sambungan pada lantai, harus dibentuk dengan akurat memenuhi garis dan elevasi sebagaimana yang ditunjukkan dalam gambar atau sebagaimana yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Bahan pengisi (filler) sambungan tidak boleh diisi sampai melebihi rongga yang seharusnya diisi dengan penutup (sealer) kecuali bilamana lembaran bahan pengisi yang terpisah digunakan sebagai cetakan. 2. Struktur Sambungan Ekspansi Struktur sambungan ekspansi harus dipasang sesuai dengan gambar dan petunjuk pabrik pembuatnya. Ukuran celah harus sesuai (compatible) dengan temperature jembatan rata-rata pada saat pemasangan.

SEKSI 3.5 PERLETAKAN (BEARING)

3.5.1

UMUM 1. Uraian Pekerjaan ini akan terdiri dari penyediaan dan pemasangan landasan bearing pad type 1 (300x400x500) untuk menopang gelagar atau pelat seperti yang ditunjukkan pada gambar dan disyaratkan dalam spesifikasi ini. 2. Toleransi g) Penempatan Perletakan Perletakan harus diletakkan sedemikian hingga sumbunya berada dalam rentang + 3 mm dari posisi yang seharusnya. h) Landasan Perletakan Perletakan harus dilandasi pada seluruh bidang dasarnya sebagaimana yang ditunjukkan dalam gambar atau disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Setelah pemasangan, tidak boleh terdapat rongga atau bintik-bintik yang nyata pada landasan. Bahan landasan harus mampu meneruskan beban yang diberikan struktur tanpa kerusakan. Permukaan yang akan diberi adukan semen untuk landasan harus disiapkan sebagaimana mestinya sampai suatu keadaan yang sesuai (compatible) dengan adukan semen yang dipilih. Permukaan atas dari setiap bidang landasan di luar perletakan harus mempunyai kelandaian yang menurun dari perletakan. i) Ukuran Perletakan Tabel 3.6.1.(1) Toleransi Dimensi Total Perletakan Yang Diijinkan
Jenis Perletakan Elastomer dengan ketebalan atau tinggi sampai 200 mm Elastomer dengan ketebalan atau tinggi di atas 200 mm Selain Elastomer Toleransi Ukuran Total Bidang Datar Tebal Atau Tinggi + 6 mm 1 mm - 3 mm + 6 mm 5% - 3 mm 3 mm 3 mm

3. Standar Rujukan AASHTO M183 90 AASHTO M192 - 86 Bridges. AASHTO M251 - 90 Bearings. ASTM A47 ASTM D3183 : Mild Castings (Grade No 35019). : Elastomeric Bearings. : Laminated Elastomeric Bridge : Structural Steel. : Steel Castings for Highway

3.5.2

BAHAN Elastomer untuk Perletakan Elastomer yang digunakan dalam perletakan jembatan harus mengandung baik karet alam maupun karet chloroprene sebagai bahan baku polymer. Karet yang diolah kembali atau karet vulkanisir tidak boleh digunakan. Bahan elastomer, sebagaimana yang ditentukan dari pengujian, harus memenuhi ketentuan Tabel 3.6.2.(1) berikut ini. Tabel 3.6.2.(1) Ketentuan Bahan Elastomer
Pengujian

Kuat Tarik Pemuluran sampai putus Pengaturan Tekan, 22 Jam pada 67C Kuat sobek Kekerasan (shore A) Ketahanan Terhadap Ozone, regangan 20%, 100 jam pada 38 10C Kekakuan pada temperatur rendah, Modulus Young pada 35C Kerapuhan pada Temperatur rendah, 5jam pada - 40C

Metode ASTM D412 D412 D395 (metode B) D624 (Die C) D2240 D1149 (kecuali 10020 bagian per 1.000.000.000 D797 D736

Ketentuan min 169 kg/mm2 min 350 % maks 25% min 13 kg/cm2 655 Tidak ada keretakan maks.350 kg/cm2 Memenuhi

Setelah pengujian percepatan penuaan (aging) sesuai dengan ASTM D573 selama 70 jam pada 100oC, maka elastrometer tidak boleh menunjukkan kemunduran yang melebihi Tabel 3.6.2.(2) berikut ini:

Tabel 3.6.2.(2) Kemunduran Elastomer Setelah Pengujian Percepatan

Kuat tarik,% perubahan Pemuluran sampai putus Kekerasan

Maks.15 50% (tetapi tidak kurang dari 300% pemuluran total bahan) Maks. 10 angka

Penulangan

3.5.3 PEMASANGAN
1. Landasan Perletakan

Bahan yang umum digunakan adalah adukan semen atau resin kimiawi, adukan encer (grout) dan kemasan kering. Penggunaan bahan seperti timbal, yang cenderung meleleh di bawah tekanan beban, meninggalkan bintik-bintik besar, harus dihindarkan.
2. Penyetelan Perletakan Elastomer

Perletakan elastomer dapat diletakkan langsung pada beton, asalkan berada dalam toleransi yang disyaratkan untuk kedataran dan kerataan. Sebagai alternatif, perletakan tersebut harus diletakkan pada suatu lapisan bahan landasan.

SEKSI 3.6 SANDARAN (RAILING) 3.6.1 UMUM

1. Uraian Pekerjaan ini terdiri dari penyediaan, fabrikasi dan pemasangan sandaran baja untuk jembatan seperti galvanisasi, pengecatan tiang sandaran, pelat dasar, baut pemegang, dan sebagainya, sebagaimana yang ditunjukkan dalam Gambar atau diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan dan memenuhi spesifikasi ini. 2. Toleransi Diameter lubang Tiang Sandaran : + 1 mm, - 0,4 mm : Akan dipasang baris demi baris serta ketinggian, tiang harus tegak dengan toleransi tidak melampaui 3 mm per meter tinggi. Sandaran (railing) : Panel sandaran yang berbatasan harus segaris satu dengan lainnya dalam rentang 3 mm. Kelengkungan : Sandaran harus memenuhi kurva jembatan. Kurva ini dapat dibentuk dengan serangkaian tali antara tiang. Tampak : Sandaran harus menunjukkan penampilan yang halus dan seragam jika dalam posisi akhir. 3. Standar Rujukan AASHTO M111 - 87 AASHTO M183 - 90 AWS D210 : Galvanizing.. : Structural Steel. : Welded Highway and Steel Bridges.

3.6.2

BAHAN

1. Baja Bahan untuk sandaran jembatan harus baja rol dengan tegangan leleh 2800 kg/cm2 memenuhi AASHTO M183 - 90 atau standar lain yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan. 2. Baut Pemegang (Holding Down Bolt) Baut pemegang harus berbentuk U dan berdiameter 25 mm memenuhi ASTM A307 atau, bila disetujui oleh Direksi Pekerjaan, setara dengan baut jangkar Dengan Perekat Epoxy (Epoxy Bonded Stud Anchor Bolts). Paku jangkar jenis lainnya tidak diijinkan. Semua baut pemegang harus diproteksi terhadap korosi atau digalvanisasi.

3.6.3

PERALATAN

1. Umum Sandaran harus difabrikasi di bengkel yang disetujui. Sambungan pada panel yang berbatasan harus sangat tepat (match-marked) untuk maksud pemasangan. 2. Pengelasan Pengelasan harus dilaksanakan oleh tenaga yang terampil, dengan cara yang ahli, mengetahui detil semua sifat-sifat bahan. Lapisan yang terekspos harus dikupas, digosok, dikikir dan dibersihkan untuk mendapatkan penampilan yang bersih sebelum digalvanisasi. 3. Galvanisasi Semua bagian baja harus digalvanisasi sesuai dengan AASHTO M111 - 90 Galvanizing., kecuali jika galvanisasi ini telah mempunyai tebal minimum 80 mikron. Pekerjaan pengeboran dan pengelasan harus sudah selesai sebelum galvanisasi.

3.6.4

PELAKSANAAN Sandaran harus dipasang dengan hati-hati sesuai dengan garis dan ketinggian yang ditunjukkan dalam Gambar. Sandaran harus disetel dengan hati-hati sebelum dimatikan agar dapat memperoleh sambungan yang tepat, alinyemen yang benar dan lendutan balik (camber) pada seluruh panjang.

SEKSI 3.7 TIANG PANCANG

3.7.1

UMUM

1. Uraian Pekerjaan yang diuraikan dalam Seksi ini akan mencakup tiang pancang yang disediakan dan dipancang atau ditempatkan sesuai dengan Spesifikasi ini, dan sedapat mungkin mendekati Gambar menurut penetrasi atau ke dalamannya sebagaimana yang

diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan. 2. Toleransi a. Lokasi Kepala Tiang Pancang Tiang pancang harus ditempatkan sebagaimana yang ditunjukkan dalam Gambar. Penggeseran lateral kepala tiang pancang dari posisi yang ditentukan tidak boleh melampaui 75 mm dalam segala arah. b. Kemiringan Tiang Pancang Penyimpangan arah vertikal atau kemiringan yang disyaratkan tidak boleh lebih melampaui 20 mm per meter (yaitu 1 dalam 50). 3. Mutu Pekerjaan dan Perbaikan Atas Pekerjaan Yang Tidak Memenuhi Ketentuan Pekerjaan perbaikan, seperti yang telah ditentukan oleh Direksi Pekerjaan dan dikerjakan atas biaya Kontraktor akan mencakup, tetapi tidak perlu dibatasi berikut ini : a. Penarikan kembali tiang pancang yang rusak dan penggantian dengan tiang pancang baru atau lebih panjang, sesuai dengan yang diperlukan.

b. Pemancangan tiang pancang kedua sepanjang sisi tiang pancang yang cacat atau pendek. Perpanjangan tiang pancang dengan cara penyambungan, seperti yang telah disyaratkan di bagian lain dari seksi ini, untuk memungkinkan penempatan kepala tiang pancang yang sebagaimana mestinya dalam pur (pile cap).

3.7.2 BAHAN 1. Beton Beton harus memenuhi ketentuan dari Seksi 3.1 2. Baja Tulangan Baja tulangan harus memenuhi ketentuan dari Seksi 3.4 3. Sepatu dan Sambungan Tiang Pancang Sepatu dan sambungan tiang pancang harus seperti yang ditunjukkan dalam Gambar atau sebagaimana yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan. 3.7.3 TIANG PANCANG BETON PRACETAK

1. Umum Tiang pancang harus dirancang, dicor dan dirawat untuk memperoleh kekuatan yang diperlukan sehingga tahan terhadap pengangkutan, penanganan, dan tekanan akibat pemancangan tanpa kerusakan. Selimut beton tidak boleh kurang dari 40 mm 2. Perpanjangan Tiang Pancang Perpanjangan tiang pancang beton pracetak dilaksanakan dengan penyambungan tumpang tindih (overlap) baja tulangan. Beton pada kepala tiang pancang akan dipotong hingga baja tulangan yang tertinggal mempunyai panjang paling sedikit 40 kali diameter tulangan. Perpanjangan tiang pancang beton harus dilaksanakan dengan menggunakan baja tulangan yang sama (mutu dan diameternya) seperti pada tiang pancang yang akan diperpanjang. Baja spiral harus dibuat dengan tumpang tindih sepanjang 2 kali lingkaran penuh dan

baja tulangan memanjang harus mempunyai tumpang tindih minimum 40 kali diameter. Bilamana perpanjangan melebihi 1,50 m, acuan harus dibuat sedemikian hingga tinggi jatuh pengecoran beton tak melebihi 1,50 m. 3. Sepatu Tiang Pancang Tiang pancang harus dilengkapi dengan sepatu yang datar atau mempunyai sumbu yang sama (co-axial), jika dipancang masuk ke dalam atau menembus jenis tanah seperti batu, kerikil kasar, tanah liat dengan berangkal, dan tanah jenis lainnya yang mungkin dapat merusak ujung tiang pancang beton.

DIVISI 4 DRAINASE SEKSI 4.1 DECK DRAIN 4.1.1 UMUM 1. Uraian Pekerjaan ini juga mencakup pemasangan deck drain dengan pelapisan beton (concrete lined drains), bilamana diperlukan dilengkapi dengan pelat penutup, pada lokasi yang disetujui. 2. Standar Rujukan AASHTO M36 90:Zinc Coated (Galvanized) Corrugated Iron or Steel Culverts 4.1.2 BAHAN 1. Baja Penggunaan material baja deck drain sebagai saluran drainase jembatan harus memenuhi spesifikasi seksi 3.3 2. Adukan Adukan untuk sambungan pipa dan kelilingnya harus dari adukan semen yang memenuhi ketentuan yang disyaratkan dalam Spesifikasi ini. 4.1.3 PELAKSANAAN Pemasangan Deck Drain a. Pemasangan deck drain dipasang di lokasi penempatannya atau dirakit di dalam lubang saluran yang telah disiapkan. b. Deck drain yang terpasang harus dilengkapi dengan saringan agar saluran tersebut nantinya tidak tersumbat oleh kotoran. c. Semua deck drain yang telah dirakit harus dipasang dengan tepat dan alur sambungan harus terpasang dengan benar untuk menghindari adanya regangan yang berlebihan. d. Deck drain harus dipasang dengan hati-hati, lidah sambungan harus diletakkan di bagian hilir, lidah sambungan harus dimasukkan sepenuhnya ke dalam alur sambungan dan sesuai dengan arah serta kelandaiannya.

DIVISI 5 LAPIS PERMUKAAN SEKSI 5.1


LAPISAN LASTON

5.1.1

UMUM

1. Uraian

Pekerjaan ini harus mencakup penyediaan dan penghamparan bahan aspal pada permukaan bukan beraspal.
2. Kondisi Cuaca Yang Diijinkan Untuk Bekerja

Lapisan laston harus dicampur hanya pada permukaan yang kering atau mendekati kering, tidak boleh dilaksanakan waktu angin kencang, hujan atau akan turun hujan.
3. Mutu

Pekerjaan dan Perbaikan dari Pekerjaan Yang Tidak

Memenuhi Ketentuan permukaan berwarna hitam yang merata dan tidak berongga (porous). Tekstur untuk permukaan harus rapi dan tidak boleh ada genangan. 5.1.2 BAHAN Material yang terdiri dari campuran aspal keras, agregat dengan gradasi menerus diicampur dalam keadaan panas. 5.1.3 PERALATAN Alat yang digunakan adalah Asphalt finisher paver dilengkapi dengan pneumatic tire rolle, tandem, three whell, asphalt sprayer. Compressor, asphalt distributor. 5.1.4 PELAKSANAAN PEKERJAAN yang dipanaskan sampai dengan 175C kemudian

1. Agregat

disemprotkan dengan aspal panas kemudian diaduk kemudian disimpan dalam pan dan siap didistribusikan ke dump truck dan dikirim ke lokasi penggelaran. 2. Penggelaran dengan suhu minimum 115 dan cuaca cukup mendukung (tidak hujan). 3. Permukaan jalan harus sudah diberi tack atau prime coakdan dimulai dari posisi yang terjauh.

DIVISI 6 PENGEMBALIAN KONDISI DAN PEKERJAAN MINOR SEKSI 6.1 PEMASANGAN LAMPU GANDA

6.1.1

UMUM

1. Uraian Pekerjaan ini meliputi memasok, merakit dan memasang

perlengkapan jalan yaitu lampu penerangan jalan. Rambu jalan harus mempunyai ukuran, warna, jenis dan luas permukaan yang memantul sesuai ketentuan dari Dinas Lalu Lintas Angkutan Jalan Raya (DLLAJR).

6.1.2

BAHAN

1. Tiang Rambu Tiang rambu harus merupakan pipa baja berdiameter dalam minimum 40 mm, digalvanisir dengan proses celupan panas, sesuai dengan ASTM A120. Bahan yang sama dipakai juga untuk pelengkap pemegang dan penutup tiang rambu. Semua ujung yang terbuka harus diberi tutup untuk mencegah pemasukan air. 2. Perangkat Keras, Sekrup, Mur, Baut dan Cincin Perlengkapan tambahan harus berupa aluminium atau baja tahan karat yang mempunyai kekuatan tarik tinggi untuk tiang rambu.

6.1.3

PELAKSANAAN Jumlah, jenis dan lokasi pemasangan setiap rambu jalan harus sesuai dengan perintah Direksi Pekerjaan. Semua rambu harus dipasang dengan akurat pada lokasi dan ketinggian sedemikian rupa hinggadapat menjamin bahwa rambu tersebut tertanam kuat di tempatnya, terutama selama pengerasan (setting) beton.

SEKSI 6.2 MARKA JALAN

6.2.1

UMUM

1. Uraian pengecatan marka jalan baik pada permukaan perkerasan pada lokasi yang ditunjukkan dalam gambar atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan. 2. Standar Rujukan a. AASHTO M247 - 81 : Glass Beads Used in Traffic Paint (type 2). b. AASHTO M248 - 90 : Ready Mixed White and Yellow Traffic Paints. c. AASHTO M249 - 79 : White and Yellow Thermoplastic Stripping Material (Solid Form). Konfigurasi, ukuran dan warna marka jalan harus memenuhi Peraturan dan Perundang-undangan tentang Rambu Keamanan Jalan Repubik Indonesia. 6.2.2 BAHAN

1. Cat untuk Marka Jalan Cat haruslah bewarna putih atau kuning seperti yang ditunjukkan dalam Gambar dan memenuhi Spesifikasi menurut AASHTO berikut ini : a. Marka Jalan Termoplastik : AASHTO M249 79 (jenis padat, bukan serbuk) 6.2.3 PELAKSANAAN

1. Pengecatan Marka Jalan a. Penyiapan Permukaan Perkerasan Sebelum penandaan marka jalan atau pengecatan dilaksanakan, Kontraktor harus menjamin bahwa permukaan perkerasan jalan yang akan diberi marka jalan harus bersih, kering dan bebas dari bahan yang bergemuk dan debu.

b. Pelaksanaan Pengecatan Marka Jalan i. Pengecatan marka jalan dilaksanakan pada garis sumbu, garis lajur, garis tepi dan zebra cross dengan bantuan sebuah mesin mekanis yang disetujui, bergerak dengan mesin sendiri, jenis penghamparan otomatis dengan katup mekanis yang mampu membuat garis putus-putus dalam pengoperasian yang menerus (tanpa berhenti dan mulai berjalan lagi) dengan hasil yang dapat diterima Direksi Pekerjaan. Mesin yang digunakan tersebut harus

menghasilkan suatu lapisan yang rata dan seragam dengan tebal minimum 1,50 mm untuk cat termoplastik belum termasuk butiran kaca (glass bead) yang juga ditaburkan secara mekanis, dengan garis tepi yang bersih (tidak bergerigi) pada lebar rancangan yang sesuai. Bilamana tidak disyaratkan oleh pabrik pembuatnya, maka cat termoplastik harus dilaksanakan pada temperatur 204 - 218 C. ii. Bilamana penggunaan mesin tak memungkinkan, maka Direksi Pekerjaan dapat mengijinkan pengecatan marka jalan dengan cara manual, dikuas, disemprot dan dicetak iii. Butiran kaca (glass bead) harus ditaburkan dengan kadar 450 gram/m2 untuk semua jenis cat. iv. Semua marka jalan harus dilindungi dari lalu lintas sampai marka jalan ini dapat dilalui oleh lalu lintas tanpa adanya bintik-bintik atau bekas jejak roda serta kerusakannya lainnya. v. Semua marka jalan yang tidak menampilkan hasil yang merata dan memenuhi ketentuan baik siang maupun malam hari harus diperbaiki oleh Kontraktor atas biayanya sendiri.

You might also like