You are on page 1of 23

Membaca dan Menulis untuk Anak Usia Dini Opini

Membaca dan Menulis untuk Anak Usia Dini melalui Aktivitas dan Permainan yang Menyenangkan

Hilda Karli*)

Abstrak embaca dan menulis merupakan keterampilan yang dibutuhkan oleh anak sejak memasuki lembaga pendidikan. Akan tetap tidak jarang terjadi guru mengalami kesulitan dalam membelajarkan anak dalam membaca dan menulis permulaan di kelas 1 SD. Di lain pihak, banyak anak merasa jenuh belajar membaca dan menulis karena metode yang dipakai guru tidak monoton dan tidak menarik. Tulisan ini membahas berbagai teknik dan kegiatan membelajarkan membaca dan menulis sehingga membuat proses pembelajaran menarik dan menyenangkan bagi siswa misalnya dengan bermain kartu, bermain peran, panggung boneka, bernyanyi, dan keterampilan tangan. Berdasarkan analisis, dalam menerapkan teknik itu perlu memperhatikan perkembangan ppsikologi dan karakter anak, kemampuan berbahasa anak, dan tahapan membaca dan menulis untuk tahap pemula.

Kata-kata kunci: membaca, menulis, psikologi perkembangan anak, perkembangan motorik anak, pola permainan, pembelajaran bahasa. Abstract Reading and writing are basic skills to be learned and practiced by the children as they enter primary school. However the teacher often faces some problems to teach them to read and write. On the other hand many children find reading and writing classes monotone and dull. This article discusses a number of techniques and activities to make reading and writing class interesting, motivating, and joyful. The techniques introduced in this article among others are playing card, role playing, puppet show, singing, and crafting. This article suggests to make the techniques effective, the teacher should well consider the psychological development and characte-ristics of the children, the childrens language ability, and the learning procedure for reading and writing for early ages. Keywords: reading, writing, child psychological development, child physical development, game model, language teaching.

Pendahuluan
Pendidikan bahasa dan sastra Indonesia di kelas awal terutama kelas 1 dan 2 SD merupakan dasar untuk memperoleh kemampuan bahasa secara baik. Namun, pendidik menjadi salah kaprah tidak lagi memperhatikan kemampuan anak usia dini yang baru mengenal baca dan tulis di masa prasekolah. Guru kelas 1 SD menginginkan agar

anak didiknya harus sudah bisa baca dan tulis dengan baik. Guru kelas 1 SD menganggap guru TK yang harus membelajarkan baca dan tulis. Sementara dalam kurikulum TK kegiatan baca dan tulis bukan merupakan fokus bagi pembelajaran di TK. Mereka perlu diperkenalkan huruf, angka dan membaca secara umum bukan menjadi titik fokus yang harus dikuasai oleh anak TK. Tekanan dari orang dewasa terutama orang tua pada anaknya terlalu berlebihan sehingga

*) Dosen Universitas Katolik Atma Jaya Jakarta

62

Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010

Membaca dan Menulis untuk Anak Usia Dini

membuat anak menjadi takut baca dan tulis. Orang tua akan bangga jika anak TK sudah lancar baca dan tulis seperti anak SD kelas 1-2. Sebenarnya kapan waktu tepat untuk membelajarkan baca dan tulis permulaan pada anak? Banyak orang tua sibuk membeli buku untuk membelajarkan baca dan tulis lalu anak diminta untuk belajar, atau diberi kursus baca tulis agar cepat menguasai. Tanpa mengindahkan perkembangan anak itu sendiri. Pada dasarnya anak itu senang bermain karena itu dunia mereka. Melalui pembelajaran bahasa yang menyenangkan diharapkan dapat membantu anak untuk memperoleh kemampuan bahasa secara lebih baik sesuai dengan karakteristik usia. Berbagai aktivitas dan permainan yang menyenangkan dapat diterapkan untuk membelajarkan membaca dan menulis bagi anak usia dini seperti: bermain kartu, bercerita, menggambar, dll. Kegiatan membaca dan menulis tidak lepas dari kegiatan untuk melatih motorik halus seperti menganyam, menarik garis, mewarnai, dll. Kegiatan melatih motorik tangan, mata dan kemampuan mengenal huruf digabung menjadi satu kegiatan yang menarik. Perkembangan anak usia TK (masa awal) dan SD (masa akhir) tentu berbeda. Untuk membelajarkan baca dan tulis dengan kegiatan yang menyenangkan, perlu diperhatikan beberapa aspek seperti: psikologi perkembangan

karakteristik anak ditinjau dari perkembangan fisik/motorik, permainan, dan emosi.

Kajian Pustaka
1. Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini Konsep perkembangan dirumuskan oleh H.Werner (Gunarsa, 1990:22) dengan mengemukakan bahwa perkembangan merupakan suatu proses yang mula-mula global, masif, belum terpecah atau terperinci kemudian semakin lama semakin banyak, berdiferensiasi, dan terjadi integrasi yang hirarkis. Penggunaan istilah masa awal anak-anak (early childhood) menyebutnya usia prasekolah ketika anak masuk sekolah untuk persiapan masuk ke sekolah formal yaitu SD. Pada masa itu anak perlu mendapatkan selain pengetahuan juga keterampilan dan budi pekerti untuk dapat menyesuaikan diri pada kehidupan dewasa. Umumnya orang Indonesia menggo-longkan masa awal anak itu pada usia 7-12 tahun ( Sekolah Dasar kelas 1-6). a. Perkembangan fisik/motorik Menurut Hurlock (1980:110), proses tumbuh kembang kemampuan gerak seorang anak disebut perkembangan motorik. Secara umum perkembangan ini dibagi dua yaitu perkembangan motorik kasar dan motorik halus. Keterampilan ini pada dasarnya berkembang sejalan dengan kematangan saraf dan otot.

Tabel 1: Keterampilan Motorik Kasar dan Keterampilan Halus Keterampilan Motorik Kasar Faktor genetik (normal) Kondisi prenatal (saat ibu hamil baik) Kondisi kesehatan (nutrisi cukup) Adanya stimulasi, dukungan dan kesempatan. 5. Urutan keluarga (anak pertama lebih diperhatikan). 6. Kelahiran yang sulit (trauma di kepala) 7. IQ anak rendah 8. Orang tua terlalu protektif 9. Kelahiran prematur 10. Cacat fisik 11. Perbedaan pola asuh anak laki beda dengan perempuan 1. 2. 3. 4. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Keterampilan Motorik Halus Kesiapan anak belajar fisik maupun p s i ki s Kesempatan untuk belajar Kesempatan untuk berlatih Contoh yang baik dan benar Bimbingan Motivasi Setiap keterampilan perlu dipelajari khusus (cara pegang sendok beda dengan cara pegang pinsil) Setiap keterampilan perlu dipelajari satu demi satu (melempar bola sambil makan anak bingung)

8.

Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010

63

Membaca dan Menulis untuk Anak Usia Dini

Setiap anak mempunyai proses kematangan yang berbeda, oleh karena itu perkembangan motorik mereka juga akan berbeda setiap anak. Keterampilan motorik kasar adalah bagian dari aktivitas motorik yang mencakup keterampilan otot-otot besar seperti merangkak dan berjalan. Keterampilan motorik halus melibatkan gerak

gerik otot-otot kecil seperti mencoret, melempar, dan menjahit. Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk mempelajari kedua keterampilan motorik dapat di lihat pada tabel 1. Sementara itu, perkembangan motorik kasar dan halus berdasarkan usia anak dapat dilihat pada tabel 2 di bawah ini.

Tabel 2: Perkembangan Motorik Keterampilan Kasar dan Keterampilan Halus Usia 1-2
Tahun

Keterampilan Motorik Kasar 1. Merangkak. 2. Berdiri dan berjalan beberapa langkah (usia 12 bulan). 3. Berjalan cepat (15 bulan) 4. Cepat duduk agar tidak jatuh 5. Merangkak di tangga 6. Berdiri di kursi tanpa pegangan 7. Menarik dan mendorong benda keras seperti meja dan kursi 8. Melempar bola 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Keterampilan Motorik Halus Mengambil benda kecil dengan ibu jari dan telunjuk. Mengambil benda kecil dalam mangkuk Membuka 2-3 halaman buku secara bersamaan Menyusun beberapa balok menjadi menara Menuang cairan dari satu wadah ke wadah lain Memakai kaus kaki, sepatu sendiri dengan hasil kurang sempurna Memutar tombol radio atau TV Mengupas pisang dengan hasil kurang sempurna Melakukan kegiatan dengan satu tangan seperti mencoret-coret Menggambar garis lurus serta lingkaran tak bertaruran Membuka gerendel pintu Mengenggam pensil Menggunting dengan hasil kurang sempurna Mengancingkankan baju dan restleting Membuka tutup toples Memakai baju lengkap sendiri Menggambar badan manusia Menyendok cairan Mencuci dan melap tangan Makan dengan sendok garpu Membawa wadah tanpa menumpahkan isinya

2-3
Tahun

1. Melompat di tempat 2. Berjalan mundur hingga 3 meter 3. Menendang bola dgn mengayunkan k ak i 4. Memanjat mebel dan berdiri di atasnya 5. Langsung bangun tanpa berpegangan ketika berbaring 6. Berjalan jinjit 7. Naik tangga dengan kaki 8. Lompat dari anak tangga terakhir 9. Mengayuh sepeda 1. Berdiri dengan tumit, tangan di samping tanpa kehilangan keseimbangan 2. Melompat dengan satu kaki 3. Berdiri dengan satu kaki selama 5 detik 4. Menggunakan bahu dan siku pada saat melempar bola hingga 3 meter 5. Menangkap bola besar 6. Mengendarai sepeda roda tiga

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 1. 2. 3. 4. 5.

3-4
Tahun

64

Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010

Membaca dan Menulis untuk Anak Usia Dini

Usia 4-5
Tahun

Keterampilan Motorik Kasar 1. Menuruni tangga langkah demi langkah 2. Tetap seimbang ketika berjalan mundur 3. Melompat selokan selebar 0,5 meter dengan satu kaki 4. Melempar bola melebihi 4 meter 5. Membuat belokan tajam dengan sepeda roda tiga 6. Memanjat tangga di lapangan bermain 1.

Keterampilan Motorik Halus Menggunakan gunting dengan baik meski belum lurus 2. Memasukkan surat ke dalam amplop 3. Membawa secangkir kopi beberapa meter tanpa tumpah 4. Memasukkan benang ke dalam jarum Mengoleskan selai di atas roti

Sumber : Majalah Ayah Bunda "Perkembangan Anak", (2002)

Keterampilan motorik atau istilah pendidikan aspek psikomotor adalah masa paling penting dan ideal karena pada masa ini anak dengan senang hati mengulang-ulang suatu aktivitas hingga terampil, anak bersifat pemberani artinya tidak takut sakit atau tidak malu ketika diejek oleh temannya. Tubuh mereka masih lentur, keterampilan yang dikuasai sedikit sehingga ketika belajar keterampilan yang baru tidak mengganggu keterampilan yang sudah ada. Pada usia empat tahun sudah dapat menggerak motorik secara tepat karena sudah diatur oleh cortex dalam otak untuk mengerakkan otot. Lingkungan dapat mempengaruhi kematangan anak untuk mempelajari sesuatu aktivitas. Anak yang berada di lingkungan yang kurang dapat perhatian dari orang tuanya akan lebih cepat matang dan menguasai keterampilan lebih cepat daripada anak yang berada di lingkungan baik. Mereka sudah dapat mengikat tali sepatunya, menulis huruf abjad, berjalan, berlari, mewarnai, meronce, dll. Mereka juga dapat menunjukkan keterampilan motorik yang baik seperti memotong dengan gunting, menggunakan pensil warna untuk mewarnai sebuah gambar. Mereka juga mulai belajar menulis kalimat dan kata-kata. Setelah enam atau tujuh tahun semua keterampilan dasar dapat dikuasai. b. Perkembangan emosi Pada masa awal kanak-kanak emosinya sangat kuat karena ketidakseimbangan sehingga mudah terbawa ledakan-ledakan sehingga sulit

untuk dibimbing. Hal ini dipengaruhi karena kegiatan terlalu lelah bermain, tidak mau tidur siang dan makan terlalu sedikit sehingga ada gangguan fisiologis. Emosi memegang peranan penting dalam hidup seorang anak. Tiap bentuk emosi pada dasarnya membuat hidup terasa lebih menyenangkan. Oleh karena itu kehangatan perasaan, rasa persahabatan, simpati yang ditujukan pada orang lain. Setiap orang punya kebutuhan memberi dan menerima afeksi. Saat yang terpenting ketika masa awal kanak-kanak, bila kedua orang tua kurang memberikan kasih sayangnya maka anak akan mengalami berbagai macam gangguan seperti terlihat pada tabel 3. Bila kebutuhan emosional anak terpenuhi secara seimbang dalam awal kehidupannya maka ia akan berkembang menjadi anak yang mampu mewujudkan potensi secara optimal. c. Perkembangan bermain Bermain adalah kegiatan yang dilakukan berulang-ulang demi kesenangan tanpa ada tujuan atau sasaran yang hendak dicapai. Bermain sebagai suatu kegiatan yang muncul atas motivasi dan kehendaknya sendiri dan tak perlu diajarkan. Manfaat bermain ditinjau dari 3 aspek yaitu kognitif, afektif dan psikomotor menurut yaitu: (1) aspek kognitif (berhubungan dengan kecerdasan-berpikir), (2) aspek afektif (sosial-emosional) , dan (3) aspek psikomotor (fisik-gerakan) . Ketiga aspek tesebut harus seimbang karena penelitian longitudinal, yang dilakukan di USA, terhadap anak TK antara kelompok yang diberikan 3M (Membaca,
Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010

65

Membaca dan Menulis untuk Anak Usia Dini

Tabel 3: Gangguan pada Diri Anak dan Penyebabnya No 1. Gangguan berupa Perkembangan fisik yang lambat Men y eb ab k an Anak depresi akibatnya terjadi hambatan sekresi (pengeluaran) hormon pituitary yaitu hormon yang mengatur metabolisma dan pertumbuhan badan. Sehingga anak terganggu perkembangan fisiknya Gangguan motorik kasar dan halus seperti duduk, berdiri, jalan, nulis tidak luwes seperti anak lannya. Bahkan gagap pada bicara pun bisa terjadi. Sulit berkomunikasi dengan orang di sekitarnya dan sulit konsentrasi dan mudah teralih perhatiannya. Sehingga tampak agresif dan nakal. Lebih penuntut, menarik diri, egois, kurang minat bergaul dengan orang lain. Ada gangguan dari masalah kejiwaannya jika hal ini terjadi pada anak dalam waktu lama dan pola asuh yang tidak baik dari waktu ke waktu.

2.

Keterlambatan perkembangan motorik Sulit mempelajari hubungan

3.

4.

Gangguan jiwa

Sumber: Majalah Ayah Bunda "Perkembangan Anak" , (2002)


Menulis dan Menghitung) sangat baik pada anak yang menekankan kognitif saja, kenyataannya 10 tahun kemudian kemampuan akademis mereka sama dengan kelompok anak TK yang diberikan 3M yang tidak optimal. Bahkan anak yang terlalu dini dirangsang 3M akan mengalami gangguan emosi, berperilaku menyimpang, tidak mau sekolah dan

Tabel 4: Pola Permainan Anak


Usia 0-1 Tahun Pola permainan Bermain b e b as d an spontan Tahapan bermain Usia 3-4 bulan Gerakan diulang-ulang Gerakan dari anggota tubuhnya sendiri seperti bermain ludah, tersenyum Usia 4-8 bulan Tertarik dengan objek luar dan gerakan yang diulang untuk kesenangan . Usia 7-8 senang melihat TV karena bergerak dan warna dominan . Usia 8 - 12 bulan Bermain dengan sengaja dan gerakan lebih majemuk Mencoba-coba untuk menggerakkan bola Jenis bermain B e b as d an spontan. Melakukan aktivitas spontan tanpa tujuan dan terus bereksplorasi seperti merangkak dan berjalan kian kemari Alat bermain Warna yang cerah dan warna-warni. Permainan yang mengeluarkan bunyi-bunyian Permainan yang bergerak Peran orang tua Sebagai teman bermainnya dan al at permainannya. Orang tua harus peka melihat kondisi anak ketika bermain.

66

Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010

Membaca dan Menulis untuk Anak Usia Dini

memberontak. Sebaiknya anak yang kegiatan fisiknya sangat aktif harus juga diseimbangkan dengan kegiatan yang tidak membutuhkan kegiatan fisik terlalu banyak agar ketekunan,
Usia Pola permainan

konsentrasi dan kesabaranpun akan tumbuh dalam diri anak. Pola permainan berdasarkan usia anak dan jenis permainan dan peran orang tua dapat dilihat pada tabel 4.

Tahapan bermain Senang mengigit, dipencet, diraba, dipukul, diremas, dicorat-coret tanpa tujuan. Belum bisa bicara banyak tetapi ekspresi wajahnya bisa dilihat senang atau marah saat bermain. Senang bermain berpurapura (menyisir pakai sisir boneka, minum pakai gelas kosong). Nonton TV karena orang lain tertawa maka ia menirukan walaupun tidak tahu apa yang diketawakan.

Jenis bermain Bermain eksplorasi Kemampuan fisiknya sudah makin berkembang dan mulai tertarik dengan segala sesuatu di luar dirinya d an kemampuan kognitifnya terbatas sehingga peran orang tua sangat kuat

Alat bermain Permainan yang melatih motorik dan mengasah k e p e k aan panca indera. Ukuran mainan besar, aman, bersih. Mainan berbu-nyi saat dige-rakkan, mainan gantungan (untuk merangsang berdiri) mainan yang dapat digerakkan (merangsang belajar jalan) mainan gigitan senang menggigit dan memasukkan kemulut) Warna yang menyolok, ukuran besar, bersih dan tidak tajam. Permainan yang menggunakan pikiran seperti l e g o , b al o k , plastisin, alat menggambar, kertas lipat, tanah liat, gips.

Peran orang tua Orang tua harus ketat perhatian karena anak sudah senang dengan lingkungan di luar dirinya tetapi belum bisa kontrol diri. Jangan terlalu over protec tive dapat menyebabkan anak terhambat perkembangannya Pendampingan dari orang tua sehingga tahu perkembangan anaknya.

1-2 Bermain Tahun eksplorasi

2-3 Dikenal-Tahun kan permainan konstruktif

Memasuki tahap praoperasional Teori Piaget: mereka mempresentasikan dunianya melalui katakata dan imajinasi (bermain purapura/simbolik). Usia 2,6 tahun Kebutuhan bicara dengan orang lain walau pembendaharaan terbatas . Usia 3 tahun Pembendaharaan meningkat sehingga dapat bicara lebih dimengerti. Permainan kognitif seperti menyusun balok, membuat karya dari plastisin.

Permainan konstruktif yang dapat melatih koordinasi motorik halus d an k e s ab ar annya. Bermain paralel dengan teman artinya mereka bermain bersama tetapi tidak saling berinteraksi karena sibuk dengan permainan masing- masing.

Sebagai teman bermain karena ingin mandiri dalam bermain. Sebagai pengawas tetapi b u k an pengkritik. Pemberi motivasi ketika g ag al melakukan kegiatan karena motivasinya sering berubahu b ah

Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010

67

Membaca dan Menulis untuk Anak Usia Dini

Usia

Pola permainan

Tahapan bermain Anak sudah terampil motorik kasar dan halus tetapi harus lebih diasah supaya lebih berkembang. Permainan role play sangat disenangi mereka karena mereka dapat berimajinasi, selain itu melatih sosioemosianal , motorik serta bahasa dan belajar menunggu giliran. Permainan yang menggunakan aturan sederhana

Jenis bermain Keterampilan motorik kasar dan halus s u d ah b ai k mulai bersosialisasi. Melalui permainan aturan sederhana anak dapat dilatih motorik dan sosial-emosinya serta bahasa

Alat bermain Permainan yang dapat mengklasifikasi bentuk, warna, ukuran. Permainan role play seperti dokter-dokter-an, pasarpasaran. Permainan yang mengasah motorik halus seperti mengancing baju, meronce,dll. Permainan yang melatih motorik ka-sar seperti bermai n s e p e d a, ayunan Permainan yang bersifat bermain peran Permainan orang dewasa misalnya adu kelereng, lempar tangkap bola, bergulat, memasak. Permainan olahraga seperti lompat kodok, meniti trotoar, melemp ar b o l a k e kaki meja, berenang.

Peran orang tua Sebagai fasilitator dalam mendampingi anak bermain role play artinya ikut juga terlibat d al am permainan itu sambil membelajarkan anak mematuhi aturan permainan yang ad a

3-4 PermainTahun an dengan aturan sederha-na

4-5 Bermain Tahun sosial

Permainan yang bersifat kompetetif artinya ada unsur menantang dalam diri untuk berlomba dengan teman sebaya. Senang mengobrol denga teman sebaya dan menyukai bermain peran dengan teman sebaya

Bermain sosial karena sudah d ap at bersosialisasi dengan baik. Sudah tidak bermain paralel l ag i

Menghargai pilihan anak jangan melarang anak untuk bermain dengan siapa atau bermain apa. Mengarahkan anak untuk berkompetensi sehat . Keterlibatan orang tua jangan sampai mengurangi kebebasan anak.

Tahun konstru-

7-9

Bermain

ktif

Memasuki tahap operasi-onal Teori Piaget: mereka sudah berpikir logis dan dapat mengkaitkan beberapa konsep tetapi masih perlu bantuan benda nyata.

Bermain dengan teman gengnya artinya kegiatan yang dilakukan teman sebaya (geng) untuk mengisi

Peralatan menjahit, peralatan untuk menggambar/melukis, peralatan untuk tukang, peralat-

Pemberi motivasi ketika gagal melakukan kegiatan karena motivasinya sering berubah-ubah

68

Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010

Membaca dan Menulis untuk Anak Usia Dini

Usia

Pola permainan

Tahapan bermain Permainan kognitif lebih disukai mereka seperti membuat karya dari kayu/balok untuk anak laki-laki. Menjahit, menggambar, membentuk perhiasan dari tanah liat atau kancing dan bernyanyi untuk anak perempuan Pada masa akhir kanakkanak anak sudah tidak senang menjelajah di dalam lingkungan rumah tetapi lingkungan yang lebih luas seperti lingkungan tetangga. Kegiatan ini senang dilakukan bersama teman sebaya satu gengnya. Sebagai salah satu kegiatan bermain yang s u d ah d i l ak u k an s e j ak kecil. Mengumpulkan benda yang menjadi favoritnya dilakukan karena iri hati pada teman, gengsi dan memberikan kesenangan bagi kolektornya.

Jenis bermain waktu mereka ketika kosong

Alat bermain an listrik atau peralatan musik

Peran orang tua motivasinya sering berubahu b ah

7-9 Bermain Tahun konstruktif

Bermain menjelaj ah

Permainan menjelajah d i l ak u k an karena rasa ingin tahu anak tentang segala yang terjadi di lingkungan sekitar di luar dirinya. Mengkoleksi benda awalnya anak akan mengumpulkan segala benda yang menjadi perhatiannya tetapi berangsur usia maka anak ak an menfokuskan pada satu benda yang akan disenangi dan berbeda deng-an temanteman untuk dikumpulkannya dan menyimpannya secara sistematis dan dipajang

Kegiatan pramuka, kegiatan kemah di luar halaman rumah, kegiatan, kegiatan berbelanja bersama teman. Koleksi boneka barbi, koleksi yang berbau Superman, ko l e ks i perhiasan, k o l e k s i j am tangan, dll

Mengawasi dan mengarahkan pada berbagai kegiatan di luar rumah.

Mengumpulk an

Memberi kepercayaan dan kesempatan kepada anak untuk dapat mengoleksi benda kesayangan dengan tujuan positif dan didapat dengan cara yang baik

Sumber: Majalah Nakita "Mainan dan Permainan" , (2007)

Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010

69

Membaca dan Menulis untuk Anak Usia Dini

Menurut Jean Piaget seorang psikolog dari Swiss dalam Hurlock (1999: 222), kemampuan intelektual dibagi dalam 4 tahap yaitu: 1) tahap sensorimotorik (lahir 2 tahun) , motorik anak berkembang dari refleks menjadi gerakan yang bertujuan, yang melibatkan seluruh alat indera (misalnya memasukkan benda ke dalam mulut , mulut terbuka ketika disuapi makanan); 2) tahap praoperasional (2-7 tahun) pada tahap ini pemikian anak masih didominasi oleh hal yang berkaitan dengan aktivitas fisik dan persepsinya sendiri, berpikir masih egosentris dan belum punya pemahaman realitis dan obyektif tentang lingkungan yang berada di luar dirinya, belum mampu memecahkan masalah yang berhubungan dengan angka atau pengelompokkan benda ; 3) tahap operasi kongkrit (7-11 tahun) kemampuan abstrak sudah lebih baik tetapi masih perlu benda kongkrit (dikaitkan dengan kehidupan nyata) untuk memahami suatu benda, pembentukan konsep waktu, ruang, bilangan, pengelompokkan benda, berpikir rasional sudah nampak pada tahap ini; 4) tahap operasi formal (di atas 11 tahun) anak sudah mampu untuk berpikir abstrak dan memecahkan masalah dengan menggunakan berbagai alternaif serta dapat berpikir secara kombinasi dari berberbagai informasi. Penalarannya sudah logis dan mampu memahami masalah yang kompleks. Dari tahapan bepikir di atas dapat disimpulkan bahwa anak berpikir dan melihat hubungan-hubungan terlihat ketika mereka bermain atau menjelajah lingkungan karena dengan meningkatnya koordinasi motorik, pembendaharaan kata, kemampuan untuk bertanya sehingga perkembangan pesat untuk mengerti apa itu benda dan makhluk hidup. Pada tahap praoperasional ini anak mulai berpikir lebih khusus karena mereka sudah mulai memperhatikan hal-hal yang lebih kecil. Sehingga tidak mudah bingung jika dia menemukan benda yang sama. Kemampuan anak dalam memahami konsep bilangan artinya berkaitan dengan jumlah dan angka pada usia tujuh ahun baru mereka memahami konsep blangan. Sementara

banyak anak usia 18 bulan sudah bisa membilang satu sampai sepuluh bukanlah berarti anak itu paham melainkan mereka menirukan saja. Bila ada benda di atas meja dan mereka diminta untuk menghitung maka mereka tidak akan mampu. Perlu waktu lama untuk anak dapat memahami konsep bilangan karena sifatnya abstrak. Pada usia tiga tahun anak hanya dapat membilang dari angka satu sampai tiga sedangkan Pada usia empat tahun anak hanya dapat membilang dari angka satu sampai empat dan anak pada usia lima tahun anak hanya dapat membilang dari angka satu sampai lima. Kemampuan mereka belum dapat untuk mengoperasikan bilangan seperti menjumlah, mengurangi, mengali dan membagi. Sebelum mereka dapat memahami konsep bilangan secara lengkap awalnya anak harus mengerti dulu ukuran benda. Anak pada usia tiga tiga setengah tahun sudah dapat membedakan benda yang ukuran benda besar dan kecil, pada usia empat - lima tahun. Setelah itu anak dapat mengelompokan benda-benda. 2. Pembelajaran Bahasa Anak Usia Dini Manusia sebagai makhluk sosial tidak bisa dipisahkan dari kegiatan saling berkomunikasi. Untuk berkomunikasi manusia memerlukan suatu media yaitu bahasa. Bahasa adalah suatu bentuk komunikasi lisan, tertulis atau isyarat yang digunakan secara kombinasi oleh masyarakat. Menurut Semiawan (1999: 112), bahasa merupakan suatu kode atau sistem simbol dan urutan kata-kata yang diterima secara konvensional untuk menyampaikan konsepkonsep atau ide-ide dan berkomunikasi melalui penggunaan simbol-simbol yang diatur oleh ketentuan yang ada. Bahasa juga merupakan alat komunikasi dengan orang lain dan kemudian berlangsung dalam suatu interaksi sosial. Menurut Tarigan (1985 : 3), bahasa meliputi empat aspek keterampilan yaitu aspek keterampilan berbicara, menulis, menyimak, dan membaca. Menurut Ralph Waldo dalam Santrock (2007:353), ada lima sistem aturan bahasa dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

70

Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010

Membaca dan Menulis untuk Anak Usia Dini

Tabel 5: Sistem Aturan Bahasa Sistem Aturan Fonologi Morfologi


Sintaksis

Deskripsi

Contoh

Sistem suara dalam sebuah Sebuah fonem adalah unit terkecil dalam bahasa. sebuah bahasa. Kata rumah dibunyikan dari "ru" dan "mah"
Sistem yang melibatkan bagaimana kata-kata dikombinasikan sehingga membentuk frasa-frasa dan kalimat yang dapat diterima. Sistem yang melibatkan arti kata dan kalimat.

Sistem dari unit-unit bermakna yang terlibat dalam pembentukan kata.


Bus merupakan morfem tunggal, karena b dan us tidak memiliki arti. Walaupun "bu" dan "s" bila dipisahkan mempunyai arti bu adalah ibu. Tetapi s tidak.

Semantik

K u da hitam lari sangat kencang Kt benda kt sifat kt kerja kt keterangan Kalimat terdiri dari frasa kata benda dan frasa kata kerja

Pragmatik

Sistem yang menggunakan Berbicara sopan pada guru dengan menggunakan percakapan dan pengetahuan tata bahasa. Misalnya bolehkan saya izin untuk ke yang tepat terkait penggunaan kamar mandi? bahasa secara efektif dalam konteks.

Sejak bayi sudah mulai belajar bahasa yaitu ketika ia menangis minta susu pada ibunya. Ketika itu bayi itu sedang berbicara melalui bahasa isyarat. Berangsurnya usia bayi mulai mereka untuk menyimak apa yang didengar dari lingkungan. Selanjutnya anak usia dua - tiga tahun mulai dengan belajar bicara dari kosa kata yang sering didengarnya. Usia empat enam tahun anak sudah mulai belajar baca dan tulis dengan konsep yang sangat sederhana sebagai pengenalan anak pada baca dan tulis yaitu melatih gerakan motorik halus seperti menulis huruf. Usia tujuh - delapan tahun anak lebih matang untuk gerakan motorik halus seperti menulis dan mewarnai sehingga pengenalan baca dan tulis lebih kompleks. Usia sembilan sampai 12 tahun anak sudah paham akan bacaan yang dibaca dan anak dapat mengungkapkan ekspresi dirinya melalui tulisan seperti puisi, sajak atau karangan. Di atas secara singkat telah dipaparkan perkembangan bahasa yang dialami oleh bayi hingga anak usia 12 tahun (Anak SD kelas 6). Di bawah ini disajikan perubahan perkembangan

bahasa anak pada masa awal kanak-kanak ( 0-5 tahun) terjadi sebagai tertera dalam tabel 6. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Fungsi pengembangan Bahasa Indonesia di Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah: a. Mengenalkan peraturan dan menanamkan disiplin pada anak. b. Mengenalkan anak dengan dunia sekitar. c. Menumbuhkan sikap dan perilaku yang baik. d. Mengembangkankemampuan berkomunikasi dan bersosialisasi. e. Mengembangkan keterampilan, kreativitas dan kemampuan yang dimiliki anak. f. Menyiapkan anak untuk memasuki pendidikan dasar.

Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010

71

Membaca dan Menulis untuk Anak Usia Dini

Tabel 6: Perubahan Perkembangan Berbahasa Anak No 1 2 3 Sistem Aturan Fonologi Morfologi Sintaksis Kejadian Kesulitan untuk mengucapkan kelompok konsonan misalnya strika. Umumnya akan berlanjut hingga memasuki masa akhir anak-anak. Anak sudah dapat mengungkapkan lebih dari dua kata misalnya kakak memukul saya dan saya dipukul kakak. Anak belajar menerapkan aturan untuk membentuk kalimat sesuai aturan. Misalnya badu membawa buku bukan membawa badu buku. Orang tua memperbaiki kalimat yang salah tersebut untuk sesuai aturan SPOK. Akan terus berlanjut pemelajaran hingga masa akhir dengan kalimat yang lebih kompleks. Anak pada masa ini sangat pesat belajar kosa kata hingga 5 - 8 kata sehari mereka serap sehingga diperkirakan pada usia 6 tahun sudah 8000 hingga 14000 kata yang sudah dikuasai. Usia 2 tahun berbeda dengan 6 tahun, pada usia 6 tahun mereka sudah dapat berbicara imaginatif dan gaya bicara lebih sopan dengan orang dewasa.

Semantik

Pragmatik

Dikutip dari Ralph Waldo dalam Santrock (2007:355)

Menurut Early Learning Goals 1999 dalam Masitoh tujuan pengembangan bahasa pada usia awal dijabarkan sebagai berikut: (a) menyenangi mendengarkan /menyimak dan menggunakan bahasa lisan dan lebih siap dalam bermain dan belajarnya; (b) menyelidiki dan mencoba dengan suara-suara, kata-kata dan teks; (c) mendengarkan dengan kesenangan dan merespon ceritera, lagu, irama, dan sajak-sajak daan memperbaiki sendiri ceritera, lagu, musik dan irama; (d) menggunakan bahasa untuk menciptakan, melukiskan kembali peran dan pengalaman; (e) Menggunakan pembicaraan, untuk mengorganisasi, mengurutkan, berpikir jelas, idea, perasaan dan kejadian-kejadian; (f) mendukung mendengarkan dengan penuh perhatian; (g) merespon terhadap apa yang mereka dengar dengan komentar pertanyaan dan perbuatan yang relevan; (h) interaksi dengan orang lain, merundingkan rencana dan kegiatan dan menunggu giliran dalam percakapan; (i) memperluas kosa kata mereka, meneliti arti dan suara dari kata-kata baru; (j) mengatakan kembali ceritera-ceritera dalam urutan yang benar, menggambarkan pola bahasa pada ceritera; (k). berbicara lebih jelas dan dapat 72
Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010

di dengar dengan kepercayaan dan pengawasan dan bagaimana memperlihatkan kesadaran pada pendengar; (l) mendengarkan dan berkata, ciri dan suara akhir dalam katakata; (m) menyesuaikan suara dan huruf, memberi nama , mengarahkan huruf-huruf dalam alphabeth; (n) membaca kata-kata umum yang sudah dikenal dan kalimat sederhana; (o) mengetahui bahwa cetakan itu memiliki arti contoh dalam bahasa inggris membaca dari kiri ke kanan dari atas ke bawah; (p) menunjukkan pemahaman dari unsur-unsur buku seperti karakternya urutan kajian dan pembahasan; (q) mencoba menulis untuk berbagai pilihan; (r) menulis nama sendiri dan benda-benda lain seperti sebagai label dan kata-kata di bawah gambar dan mulai dari bentuk kalimat sederhana, kadang-kadang menggunakan tanda baca; (s) menggunakan pengetahuan huruf untuk menulis kata-kata sederhana dan mencoba dengan kata-kata yang lebih kompleks; dan (t) memegang pinsil dan menggunakan secara lebih efektif untuk membentuk huruf yang dapat dikenal. Pengembangan bahasa untuk anak TK dikutip dari Depdiknas dalam Masitoh (2000)

Membaca dan Menulis untuk Anak Usia Dini

ada sembilan prinsip pembelajaran seperti: (1) sesuaikan dengan tema kegiatan dan lingkungan terdekat; (2) pembelajaran harus berorienatasi pada kemampuan yang hendak dicapai sesuai potensi anak; (3) tumbuhkan kebebasan dalam mengungkapkan pikiran dan perasaan dikaitkan dalam spontanitas; (4) diberikan alternatif pikiran dalam mengungkapkan isi hatinya; (5) komunikasi guru dan anak akrab dan menyenangkan; (6) guru menguasai pengembangan bahasa; (7) guru harus bersikap normatif, model, contoh penggunaan bahasa yang baik dan benar; (8) bahan pembelajaran membantu pengembangan kemampuan dasar anak ; dan (9) tidak menggunakan huruf satu-satu secara formal. Peran pendidik (orang tua, guru, dan orang dewasa lain) sangat diperlukan dalam upaya pengembangan potensi anak empat - enam tahun. Upaya pengembangan tersebut harus dilakukan melalui kegiatan bermain sambil belajar atau belajar seraya bermain. Dengan bermain anak memiliki kesempatan untuk bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan perasaan, berkreasi, belajar secara menyenangkan. Selain itu bermain membantu anak mengenal dirinya sendiri, orang lain dan lingkungan. a. Keterampilan berbahasa 1) Aspek berbicara dan mendengarkan (menyimak) Menyimak dan berbicara merupakan kegiatan komunikasi dua arah yang langsung antara berbicara dan menyimak terdapat hubungan erat

seperti: ujaran biasanya dipelajari melalui menyimak atau meniru (pemodelan), kata-kata yang dipelajari anak biasanya dipengaruhi oleh kondisi lingkungan budaya. Semakin banyak anak melakukan kegiatan menyimak maka kualitas berbicara anak akan menjadi lebih baik. Hal penting yang harus diperhatikan seorang anak kecil belajar berbicara adalah (a) persiapan fisik untuk berbicara artinya tergantung dari kematangan otot untuk berbicara seperti langit-langit mulut datar, saluran suara ,dll; (b) kesiapan mental untuk berbicara bergantung pada kematangan otak anak; (c) model yang baik untuk ditiru yaitu kondisi lingkungan ketika mendengar TV, perintah orang tua, dll; (d) kesempatan untuk berpraktek artinya diberi kesempatan untuk berceloteh walaupun salah; (e) motivasi akan melemah jika orang tua mencoba untuk terus memahami bahasa isyarat dan tangisan anak ; dan (f) bimbingan dengan cara menyediakan model yang baik dan mengatakan kata dengan perlahan dan jelas. Kosa kata yang dikuasai oleh anak-anak pada usia dini antara lain: (a) kata benda yaitu kata pertama yang dikuasai oleh anak bersuku kata satu (celoteh mereka) ; (b) kata kerja adalah tahap berikutnya belajar melukiskan tindakan (ambil...; pegang ...) ; (c) kata sifat mulai muncul dari usia satu setengah tahun seperti baik, buruk, bagus, jelek, nakal, baik... ; (d) kata keterangan mulai muncul bersamaan dengan kata sifat seperti di sana, di sini ; dan (e) kata perangai atau kata ganti akan muncul paling akhir karena

Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010

73

Membaca dan Menulis untuk Anak Usia Dini

bingung untuk menggunakan kata ku, nya , kami dan mereka. Untuk lebih jelasnya mengenai tugas perkembangan bahasa pada aspek berbicara untuk anak usia dini dipaparkan dalam tabel 7. Kosa kata khusus yang dikuasai oleh anakanak pada masa ini antara lain: (a) kosa kata warna mulai dikenal anak usia empat tahun tergantung pada minat dan kesempatan mereka untuk belajar ; (b) jumlah kosa kata berdasarkan usia lima tahun diharapkan dapat menghitung tiga objek, usia enam tahun diharapkan dapat memahami bilangan seperti menghitung jumlah (lima, sembilan...) ; (c) kosa kata waktu seperti pagi, siang, hujan, panas sekitar enam atau tujuh tahun ; (d) kosa kata uang dikenal oleh anak pada usia empat atau lima tahun dengan melihat ukuran dan warna ; dan (e) kosa kata ucapan populer muncul usia empat sampai delapan tahun biasanya anak lelaki punya istilah sendiri

dan anak perempuan juga dalam kelompoknya bisa jadi menjadi bahasa rahasia dalam bentuk isyarat. Orang tua yang baik akan peduli pada perkembangan bahasa bayi dan anak pada awal masa ini. Naomi Baron dalam Santrock (2007: 376) memberikan ide untuk menolong para orang tua mendukung perkembangan bahasa anak untuk bayi sebagai berikut: (1) menjadil teman bicara yang aktif, (2) berbicara seolah-olah bayi memahami apa yang dikatkan agar anak dapat menyesuaikan diri, (3) mempergunakan gaya bahasa yang nyaman, (4) menjadi pendengar yang baik, (5) menganggap orang tua mengerti apa yang diucapkan oleh anak , serta 6) tidak membandingkan jenis kelamin atau kemampuan berbicara anak dengan lainnya. Bentuk-bentuk perilaku anak yang mendapat gangguan untuk aspek-aspek keterampilan bahasa adalah sebagai pada tabel 8.

Tabel 8: Bentuk-bentuk Perilaku Anak yang Mendapat Gangguan untuk Aspek-Aspek Keterampilan Bahasa No 1. Perilaku Disleksia Keterangan Gangguan perkembangan membaca karena ada kelainan atau hambatan perk pada belahan otak sebelah kiri (berbicara,verbal dan bahasa manusia). Hal ini disebabkan oleh kemampaun orientasi ruang si anak yang tidak berkembang dengan baik. (membedakan kanan, kiri, bawah, atas) sehingga dia tidak salah membunyikan huruf p,d, b atau palu dibaca pula) bila gejala ini muncul saat belajar membaca dan menulis belum menunjukkan gejala disleksia. Bahkan tidak bisa membedakan arah kiri dan kanan. Hal ini perlu latihan. Bentuk kelainan bicara yang ditandai dengan tersendatnya pengucapan kata-kata. Misalnya tiba-tiba anak tidak dapat mengungkapkan kata-kata perlu waktu lama dan disertai kejang otot leher dan diagfragma yang disebabkan oleh tidak sempurnanya koordinasi otot bicara. Hal ini karena genetik, ganagguan alat pendengaran dan syaraf, tuntutan orangtua terlalu tinggi untuk bisa bicara saat 2-3 tahun sehingga digembeleng terus sehingga anak tertekan dan cemas ada 3 jenis gagap yaitu gagap perkembangan pada usia 2-4 tahun , gagap sementara pada usia 6-8 tahun kaena adaptasi mental dengan lingkungan, gagap menetap pada usia 3-8 tahun. Gugup bisa berkembang menjadi gagap hal ini akan berpengaruh pada pola pikir anak, prestasi di sekolah. Oleh karena itu perlu diberi pelajaran tambahan, dengarkan keluhan anak, beri motivasi untuk terus mau belajar, beri kesempatan anak untuk mau bergaul dengan teman.

2.

Gagap

74

Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010

Membaca dan Menulis untuk Anak Usia Dini

No 3.

Perilaku Clutering

Keterangan Keahlian anak untuk bicara karena belum ada ide dalam pikirannya. Hal ini karena kurangnya koordinasi anatara ide dan pengucapan terjadi karena keterlambatan kontrol motorik dan perkembangan kemampuan bicara anak yang lambat. Ciri-ciri clutering seperti: bicara terburu-buru, beberapa kata sering tertukar, perilakunya sering terburu-buru melakukan aktivitas, tidak ada sinkronisasi dalam penggunaan bagian tubuh kanan dan kiri, kondisi anak stres dan tegang. Penanganannya melalui: melatih anak dengan bicara tempo lambat dan disertai latihan pernafasan perut, ciptakan suasana santai dan menyenangkan, beri pujian. Pertukaran pikiran dan perasaan. Dapat dilakukan dengan berbagai cara: gerakan tubuh, ekspresi wajah, bahasa secara lisan dan tulisan. Anak menggunakan bentuk bahasa yang mempunyai arti bagi orang yang diajak bicara baik secara verbal maupun non, misalnya anak menunjuk botol sambil mengucapkan tol. Atau ibu melarang sambil menggelengkan kepala sambil telunjuknya bergoyang sambil mengucapkan tidak boleh. Anak dibawah usia 18 buan dipersiakan secara mental dan otot bicara untuk memasuki komunikasi bicara. Cara awal bayi untuk berkomunikasi dengan lingkungannya. Arti tangisan bayi kuat, lemah, lama atau sebentarnya mempunyai arti. Melalui tangisan dia bisa mengkomunikan rasa sakit, ingin sesuatu, ingin ditemani, dll. Kata-kata yang diucapkan untuk tidak sepantasnya diucapkan karena tidak sopan. Penyebabnya karena ingin menarik perhatian, untuk membuat orang dewasa terkejut, untuk meredakan ketegangan, ingin dianggap orang dewasa, agar diterima oleh kempoknya. Pencegahannya dengan cara memberikan contoh yang baik, memberikan anak kesempatan mengekspresikan perasaannya, ajak berdiskusi. Penangangannya melalui cara sbb: jangan pedulikan apa yang telah diucapkan, berlagak bodoh dengan bertanya artinya, menunjukkan empati pada anak yang frustasi, memberi hukuman atau pujian dan tunjukkan ketidaksetujuan dengan ekspresi wajah. Bayi pada minggu ke-6 sudah dapat mengeluarkan suara kesenangan atau kepuasan. Suara itu berasal dari gerakan alat suara. Tergantung pula pada rongga mulut. Rangkaian satu huruf dan konsonan misalnya da, ma, pa.. lalu kombinasi menjadi satu rangkaian ma-ma-ma, da-da-da... lalu menjadi serangkaian kata seperti mama, papa, dada.

Komunik as i

Menangis

Omong jorok

Mengoceh

Sumber: Majalah Ayah Bunda "Perkembangan Anak", (2002).


Masitoh). Memulai membaca sejak usia dini merupakan sesuatu yang sangat penting bagi anak usia pra sekolah, karena usia satu sampai lima tahun dikenal sebagai sesuatu yang paling penting dalam perkembangan anak. Tentunya berbeda dengan membaca di SD. Kegiatan di TK

2). Aspek membaca dan menulis Membaca adalah menerjemahkan simbol (huruf) ke dalam suara yang dikombinasikan dengan kata-kata. Kata-kata tersebut disusun sehingga kita dapat belajar memahaminya dan kita dapat membaca catatan (Lee Tze Peng, 1844 dalam

Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010

75

Membaca dan Menulis untuk Anak Usia Dini

dirancang untuk mempersiapkan membaca dari pada mengajar anak membaca. Anak usia dini yang menyukai gambar atau huruf sejak awal perkembangannya akan mempunyai keinginan membaca lebih besar karena mereka tahu membaca dapat membuka pintu baru dan menyenangkan bagi mereka. Perilaku kesiapan membaca dapat diperlihatkan sebagai (a) rasa ingin tahu yang besar tentang benda-benda di dalam lingkungan, manusia, proses dan sebagainya; (b) mampu untuk menerjemahkan atau membaca gambar dengan mengidentifikasikan dan menggambarkan; (c) menyeluruh dalam pembelajaran anak; (d) melalui kemampuan berkomunikasi dengan bahasa percakapan khususnya kalimat; (e) memiliki kemampuan untuk membedakan persamaan dan perbedaan dalam dan suara secara cukup baik untuk mencocokan satu kata dengan yang lainnya; (f) keinginan untuk belajar membaca; (g) memiliki kematangan emosional yang cukup untuk dapat konsentrasi dan terus menerus dalam satu tugas; (h) memiliki percaya diri dan stabilitas emosi; dan (h) mempunyai banyak pengalaman yang menyenangkan dengan membaca. (bahan bacaan untuk membaca dini harus sesuai dengan bahas dan pengalaman anak). Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca pada anak usia dini antara lain . a). Fisiologis yaitu meliputi kesehatan fisik, jenis kelamin dan otak. Misalnya, perlu diperiksa mata anak sebelum mereka akan memulai kegiatan membaca permulaan. Atau kadang-kadang anak belum matang untuk mengucapkan perbedaan bunyi bahasa dan mendengar kemiripan huruf b, p, d. b). Intelektual adalah kemampuan untuk bertindak sesuai dengan tujuan, berpikir rasional dan berbuat efektif terehadap lingkungan. IQ baik untuk mempengaruhi membaca permulaan. c). Lingkungan dapat membentuk pribadi, sikap dan nilai-nilai serta kemampuan bahasa anak. Seperti latar belakang anak dan pengalaman anak di rumah dan sosial ekonomi sangat mempengaruhi kemampuan membaca juga. Bila anak dalam 76
Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010

keluarga yang hangat atmosfernya maka anak lebih termotivasi membaca daripada anak yang mengalami brokenhome. Apabila fasilitas membaca disediakan untuk membaca maka anak tersebut akan lebih baik kemampuan membacanya daripada yang tidak ada fasilitas membaca di rumah. Terdapat hubungan erat antara membaca dan menulis ketika anak memperlihatkan kegiatannya dalam menulis kegiatan membaca akan meningkat. Menulis memerlukan kemampuan motorik halus, koordinasi mata dengan tangan anak memegang peralatan menulis, cara dasar penulisan persepsi huruf dan bahasa cetak . Anak mulai menulis dimulai dengan kegiatan mencorat coret (scribbing) sekitar usia 2 tahun atau 3 tahun. Keahlian motorik mereka berkembang sedemikian rupa sehingga mereka mulai sanggup menulis huruf-huruf pada masa awal kanak-kanak (Santrock : 2007: 365). Pada usia 4 tahun mereka sudah dapat menuliskan nama depan nama mereka. Pada usia 5 tahun dapat menuliskan kembali huruf-huruf yang mereka lihat dan menirukan menuliskan beberapa kata yang pendek. Mereka lambat laun akan mampu membedakan ciri khas dari huruf seperti huruf V, S, T, ... Kegiatan anak ketika mereka mencoba teknik menulis menggunakan lekuk-lekuk dan garis sebagai huruf, meniru tulisan atau meniru huruf-huruf yang dapat dikenal, menulis nama sendiri, menulis beberapa kata atau frase pendek, menulis frase atau kalimat bervariasi. Menulis dapat dilakukan anak dengan berbagai cara seperti menggambar, tulisan cakar ayam, bentuk yang mirip dengan huruf, ejaan konvensional yang ditulis sendiri. Anak usia prasekolah harus memiliki pengetahuan tentang segi-segi grafis dari cetak sebelum menerima pembelajaran formal membaca dan menulis. Mereka harus memiliki pengertian dari hubungan antara simbol tulisan dan suara bahasa kata. Kemampuan menulis anak akan berangsurangsur bersamaan dengan munculnya bahasa lisan. Oleh karena itu kita sebagai guru atau pembimbingnya harus memahami dan menerima tulisan anak usia prasekolah sebagai alat komunikasi dan memahami apa yang diharapkan anak melalui tulisannya, karena

Membaca dan Menulis untuk Anak Usia Dini

anak TK belum sebagaimana halnya tulisan dengan bentuk-bentuk huruf yang jelas seperti tulisan kita. Menurut Brown 1990 dalam Masitoh, ada empat tahap dalam menulis yaitu pre communicative writing, semphonic writing, phonic writing, dan trantitional writing. Pre communicative writing , anak belajar bahwa huruf-huruf itu membantu kata-kata untuk keperluan berkomunikasi. Anak memperhatikan orang tua atau saudara-saudaranya membaca dan menulis sekalipun anak belum menghubungkan huruf dan bunyi. Anak tetap saja menulis sekalipun orang tua menganggapnya main-main. Semphonic writing, dengan membayangkan kemampuan

berbahasa anak melalui pemahaman huruf, bunyi dengan konsonan dalam posisinya sebuah kata. Sayangnya ini belum diakui sebagai komunikasi yang sesungguhnya. Pembaca dapat memahaminya apabila anak membaca apa yang telah dituliskan. Phonic writing , anak mulai mengeja bunyi kata menutur struktur katadan trantitional writing, periode transisi di mana anak mulai mengikuti aturan-aturan bagi standar ejaan. Setelah itu anak mulai mendemonstrasikan pengetahuannya tentang ketatabahasaan dan standar ejaan. Tahapan perkembangan bahasa dapat dilihat berdasarkan usia anak adalah seperti terlihat dalam tabel 9.

Tabel 9: Bentuk-bentuk Perilaku Anak yang Mendapat Gangguan untuk Aspek-Aspek Keterampilan Bahasa T ah ap an 0 Rentang Usia Mulai lahir hingga u si a 1 tahun Deskripsi Anak-anak menguasai prasayarat membaca. Banyak anak mempelajari gerak membaca kiri-kanan dan tatanan membaca, bagaimana mengidentifikasi huruf-huruf dan alpabeth serta bagaimana menulis nama mereka. Banyak anak belajar membaca kata-kata yang muncul di rambu jalan. Sebagai akibat dari acara TV dan program prasekolah dan TK, banyak anak belia telah memiliki kemampuan membaca pada usia lebih awal daripada masa lampau. Pada tingkat ini, anak mulai belajar membaca. Dengan melakukannya mereka juga memperoleh kemampuan membunyikan kata-kata menerjemahkan huruf menjadi bunyi dan mencampur bunyi menjadi kata). Mereka juga melengkapi pembelajaran mereka dengan nama dan bunyi huruf. Anak menjadi lancar dalam mengulang tiap kata dan keahlian membaca yang lain. Akan tetapi, pada tahapan ini membaca belum digunakan secara efektif dalam pembelajaran. Tuntutan membaca dakan menguras stamina anak-anak pada tahapan ini sehingga mereka umumnya kelelahan sebelum mampu menyerap intisari bacaan.

1.

Tingkat 1 d an 2

2.

Tingkat 2 d an 3

3.

Tingkat 4 Pada tingkat 4 hingga 8 anak menjadi lebih mampu memperoleh hingga 8 informasi dari media cetak. Dengan kata lain, mereka membaca untuk belajar. Mereka masih mengalami kesulitan memahami intonasi yang ditampilkan dari beragam sudut pandang dalam satu cerita. Ketika anak tidak belajar membaca, anak cenderung mengalami kesulitan serius dalam berbagai mata pelajaran. SMA Banyak siswa menjadi pembaca-pembaca yang sangat kompeten. Mereka mengembangkan kemampuan untuk memahami materi yang ditampilkan dari berbagai sudut pandang. Hal ini memupuk mereka mendiskusikan literatur, sejarah, ekonomi, dan politik.
Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010

4.

77

Membaca dan Menulis untuk Anak Usia Dini

3. Metode Pembelajaran Bahasa Indonesia Proses pembelajaran harus diarahkan untuk mengembangkan kecakapan hidup. Pengembangan konsep kecakapan hidup didasarkan atas pembiasaan-pembiasaan yang memiliki tujuan untuk mengembangkan kemampuan menolong diri sendiri. Pembelajaran berorientasi pada prinsipprinsip perkembangan anak usia prasekolah dan sekolah awal kelas 1-2 SD yaitu: (a) anak belajar dengan baik apabila kebutuhan fisiknya terpenuhi serta merasakan aman dan tentram secara psikologis; (b) siklus belajar anak selalu berulang. (c) Anak belajar melalui interaksi sosial dengan orang dewasa dan anak-anak lainnya; (d) minat dan keingintahuan anak akan memotivasi belajarnya; (e) perkembangan dan belajar anak harus memperhatikan perbedaan individu; (f) kegiatan pembelajaran pada anak harus senantiasa berorientasi kepada kebutuhan anak; (g) bermain merupakan pendekatan dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran pada anak usia TK dan kelas awal SD; (h) kegiatan pembelajaran hendaknya dirancang

dengan menggunakan pendekatan tematik dan beranjak dari tema yang menarik minat anak; (i) pemilihan tema dalam kegiatan pembelajaran hendaknya dikembangkan dari hal-hal yang paling dekat dengan anak, sederhana, serta menarik minat anak; (j) proses pembelajaran yang kreatif dan inovatif dapat dilakukan oleh pendidik melalui kegiatan-kegiatan yang menarik, membangkitkan rasa ingin tahu anak, memotivasi anak untuk berpikir kritis dan menemukan hal-hal baru; dan (k) lingkungan pembelajaran harus diciptakan sedemikian menarik dan menyenangkan sehingga anak selalu betah dalam lingkungan sekolah baik di dalam maupun di luar ruangan. Beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengajar pada anak usia dini dan awal kelas SD seperti: (a) metode bercerita; (b) metode bercakap-cakap; (c) metode tanya jawab ; (d) metode pemberian tugas; (e) metode karya wisata; (f) metode demonstrasi ; (g) metode sosiodrama ; (h) metode eksperimen ; (i) metode bermain peran ; dan (j) metode proyek. Dalam tabel 10 akan dipaparkan setiap metode.

Tabel 10: Metode Pembelajaran untuk Anak Usia Dini Metode


Bercerita

Keterangan
Cara bertutur kata d an menyampaikan cerita atau memberikan penjelasan kepada anak secara lisan.

Tujuan
Melatih daya tangkap anak. Melatih daya pikir . Melatih daya konsentrasi Membantu perkembangan imajinasi anak . Menciptakan suasana menyenangkan dan akrab. Mengembangkan kecakapan dan keberanian anak dalam menyampaikan pendapatnya kepada orang lain . Memberi kesempatan kpd anak untuk berekpresi secara lisan. Mengembangkan daya pikir anak secara lisan. Memperbaiki lafal dan ucapan . Menambah pembendaharaan kosa kata

Kegiatan
Bercerita tanpa alat peraga. Bercerita dengan alat peraga (tiruan, gambar atau nyata) . Membacakan cerita Sandiwara boneka

Bercakap-- Suatu cara cakap(c ir- penyampaian bahan c le time) pengembangan yang dilaksanakan melalui bercakapcakap dalam bentuk tanya jawab antara guru dan anak (diskusi)

Bercakap-cakap bebas . Bercakap menurut pokok bahasan

78

Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010

Membaca dan Menulis untuk Anak Usia Dini

Metode
Tanya Jawab

Keterangan
Dilaksanakan dengan memberi pertanyaan-pertanyaan yang dapat memberikan rangsangan agar anak aktif untuk berpikir. Melalui pertanyaan anak berusaha untuk memahami dan menemukan jawabannya Memberi kesempatan kepada anak untuk melaksanakan tugas yang telah disiapkan oleh guru TK: tugas yang diberikan dikerjakan di kelas secara individu /kelompok. SD: tugas yang dikerjakan di rumah atau di luar s e k o l ah Guru mengajak anak untuk mengunjungi secara langsung objek-objek sesuai dengan bahan pengembangan dan kemampuan yang sedang di bahas di kelas yang tidak dapat langsung diamati oleh anak

Tujuan
Mengetahui pengetahuan awal dan pengalaman anak sudah sampai di mana . Memberikan kesempatan kepada anak untuk bertanya mengenai hal yang belum dipahami . Membangkitkan perhatian dan semangat belajar anak pada saat suasana kelas lesu Mendorong keberanian anak untuk mengemukakan pendapatnya.

Kegiatan
Saat bercerita . Saat bercakap-cakap . Saat melakukan ekspreimen . Saat karya wisata. Saat demonstrasi

Pemberian T u g as

Melatih keterampilan dan kemampuan anak misalnya menggambar, meronce, melompat, mengurutkan bilangan, menyebutkan benda,dll

Melalui kegiatan menyanyi . Melalui kegiatan mengucapkan s y ai r . Melalui kegiatan praktik langsung (Kegiatan ini diberikan secara berulang dan bertahap)

Karya Wisata

Melihat dan mengenal secara langsung lingkungan atau objek yang dikunjungi secara langsung. Menambah pembendaharaan bahasa dan kecerdasan anak Memancing anak untuk dapat menjawab pertanyaan guru tentang apa yang dilihat, didengar atau dirabanya . Memperoleh informasi melalaui percakapan , tanya jawab atau penjelasan dari tempat yang dikunjungi. Memupuk rasa kerjasama anak Memperlihatkan kepada semua anak tentang kejadian atau peristiwa, agar anak memiliki pemahaman/pengertian dari sang diperagakan/didemonstrasikan

Mengunjungi museum Mengunjungi cagar alam . Mengunjungi kebun binatang Mengunjungi kantor pos Mengunjungi pasar. Mengunjungi rumah sakit (perlu diperhitungkan biaya, transportasi, keselamatan, dan waktu perjalanan)

Demonstrasi

Mempertunjukkan atau memperagakan suatu objek/proses dari suatu kejadian atau persitiwa.

Kegiatan motorik kasar seperti melompat, melempar bola , berjingkat , meniup balon, mengoles roti dengan mentega. Kegiatan motorik halus seperti: menggunting, melipat, menempel, mencampur warna, menanam biji

Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010

79

Membaca dan Menulis untuk Anak Usia Dini

Metode
Sosiodrama

Keterangan
Cara memainkan peran dalam suatu cerita tertentu yang menuntut integrasi antara pemeran lainnya, umumnya ceritanya di ambil dari kehidupan sehari-hari yang dekat dengan anak Melakukan sesuatu percobaan dengan cara mengamati proses dan hasil percobaan itu. (metode demonstrasi , pemberian tugas dan eksperimen sangat berkaitan) Memerankan tokoh atau benda di sekitar anak dengan menggunakan sarana atau prasarana yang ada Memberikan kesempatan kepada anak untuk menggunakan alam sekitar dan kegiatan sehari-hari anak sebagai bahan pembahasan melalui berbagai kegiatan

Tujuan
Mengembangkan kemampuan berekpresi untuk menghayati perasaannya. Memberi kesempatan anak untuk mengekpresikan diri melalui pemodelan tokoh . Memberi kesempatan untuk bergantian berbicara lisan Membangkitkan rasa percaya diri, kreatifitas, dan partisipasi anak Melatih anak untuk mencari jawaban dengan usaha sendiri berdasarkan fakta/data yang benar. Memberikan pengalaman langsung kepada anak tenatng proses terjadinya sesuatu Membuktikan suatu teori melalui pengamatan langsung anak agar bermakna Melatih daya tangkap serta daya konsentrasi anak. Melatih anak berbicara lancar. Melatih membuat kesimpulan. Melatih perkembangan intelegensi dan imajinasi anak. Menciptakan suasana menyenangkan Membangun rasa keterikatan anak. Mengembangkan konsep yang dipelajari seperti mengamati, mengukur, mengelompokkan, mengkomunikasikan, menyimpulkan . Memotivasi rasa ingin tahu anak dan bersikap jujur

Kegiatan
Dramatisasi bebas (atas keinginannya sendiri dan dengan caranya sendiri) Dramatisasi terpimpin (atas bimbingan guru dan guru sudah menyiapkan cerita yang akan diperankan oleh anak waktunya 15 menit)

Eksperi men

Kegiatan seperti menimbang benda, menanam biji, membuat sirup, mengoles roti dengan selai, memelihara ikan

Bermain Peran

Kegiatan seperti bermain peran menjadi : dokter-dokteran, polisi-polisian, guru-guruan, tukang sayur, sopir, dll

Proyek

Kergiatan seperti: anak diajak untuk mengamati pertumbuhan dari biji hingga tanaman. Anak diajak untuk memlihara hewan kesayangan . Anak diajak untuk memelihara mainan kesayangan

Tahapan Membelajarkan Baca dan Tulis Permulaan a. Latihan membaca permulaan untuk anak TK 1). Belajar membaca tanpa buku Awali KBM yang dapat merangsang dan menggali pengalaman anak (sapaan, nyanyian, permainan). Pilihlah variasi kegiatan seperti : menunjukkan gambar, 80
Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010

4.

menemukan /mencari jejak berupa gambar, bermain kartu bergambar, memperkenalkan bentuk tulisan melalui gambar, membaca tulisan bergambar. 2). Belajar membaca dengan menggunakan buku Perkenalkan cara membaca buku dari arah kiri ke kanan dan membalikkan halaman buku dari arah depan ke belakang. Bila

Membaca dan Menulis untuk Anak Usia Dini

yakin semua anak sudah mengenal huruf dengan baik maka sebaiknya belajar membaca dengan menggunakan buku. Untuk anak TK B sebaiknya menggunakan buku yang helai halamannya tebal agar tidak mudah robek bila anak membuka dan membalikkan kertas. b. Latihan Membaca Permulaan untuk anak SD kelas 1-2 1). Belajar membaca tanpa buku Awali KBM yang dapat merangsang dan menggali pengalaman anak (sapaan, percakapan, nyanyian atau demonstrasi). Pilihlah variasi kegiatan seperti : menunjukkan gambar, menemukan gambar, anak bercerita dengan bahasa sendiri, memperkenalkan bentuk tulisan melalui gambar, membaca tulisan bergambar, memperkenalkan huruf, suku kata, kalimat. 2). Belajar membaca menggunakan buku a) Membaca buku pelajaran ( Paket ) (1).Beri kesempatan pada anak untuk isi buku terutama gambarnya. (2).Beri penjelasan singkat tentang buku tersebut misalnya : warna, jilid, tulisan, dsb. (3).Beri penjelasan cara membuka halaman buku agar buku tidak rusak. (4).Beri penjelasan tentang fungsi dan kegunaan angka-angka yang menunjukkan halaman buku. (5).Anak diajak untuk memusatkan perhatian pada salah satu teks yang terdapat pada halaman tertentu. (6).Jika bacaan itu disertai gambar, sebaiknya terlebih dulu guru bercerita tentang gambar. (7).Kemudian pembelajaran membaca dimulai. b). Membaca buku dan majalah anak yang sudah terpilih. Pertimbangkan taraf kemampuan anak, asas kebermaknaan, kebermanfaatan, kemenarikan, dan kemudahan pemerolehan, untuk menumbuhkan minat baca anak. c). Membaca bacaan susunan bersama guru- anak

(1). Perlihatkan beberapa gambar, anak diminta menyebutkan gambargambar tersebut. (2). Perlihatkan beberapa kartu (huruf, suku kata/kata), anak diminta untuk menempelkan di bawah gambar (3). Satu dua gambar dipilih siswa untuk bahan diskusi dan stimulus untuk membuat bacaan bersama. Melalui tanya jawab dan bimbingan guru, diharapkan anak dapat membuat bacaan bersama. (4). Membaca bacaan melalui kegiatan secara berkelompok atau kegiatan anak secara perorangan. d). Pengenalan huruf Pengenalan huruf diarahkan pada pengenalan bentuk tulisan serta pelafalan yang benar. Untuk melatih indera anak dalam mengenal dan membedabedakan bentuk gambar atau tulisan. (1). Guru menunjukkan gambar seorang anak laki-laki dan perempuan. (2). Memperkenalkan namanya sambil menunjuk tulisan di bawah gambar. (3). Proses tanya jawab secara berulangulang dan menghafal bentuk tulisannya. (4). Guru memindahkan dan menuliskan kedua bentuk tulisan di papan tulis dan siswa diminta untuk memperhatikan. (5). Guru menulis secara perlahanlahan dan anak diminta untuk memperhatikan gerakan-gerakan tangan serta contoh pengucapan dari tulisan yang sudah ditulis guru. (6). Setiap tulisan dianalisis dan disintesis kembali. (7). Kegiatan ini dilakukan berulangulang bersamaan dengan pembelajaran membaca permulaan. c). Latihan menulis permulaan untuk TK 1). Latihan menggunakan pensil dan duduk dengan sikap dan posisi yang benar. 2). Latihan gerak tangan, mula-mula melatih gerakan tangan di udara dengan

Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010

81

Membaca dan Menulis untuk Anak Usia Dini

3).

4)

5). 6). 7).

8).

telunjuk sendiri atau dengan bantuan alat seperti: pensil kemudian dilanjutkan dengan latihan di buku latihan disertai kegiatan cerita. Misalnya : membuat lingkaran cerita tentang telur,dsb. Latihan meraba dengan jari pada sebuah huruf yang dibuat dari sebuah amplas (kertas kasar) dengan ukuran besar. Latihan mengeblat yaitu menirukan atau menebalkan suatu tulisan dengan menindas tulisan huruf yang sudah ada. Latihan menghubungkan tanda titik yang membentuk tulisan huruf. Latihan mewarnai sebuah huruf. Latihan menyalin, latihan ini hendaknya diberikan setelah dipastikan anak mengenal huruf dengan baik (menggunakan buku kotak yang ukuran kotaknya lebih besar daripada ukuran kotak yang biasa digunakan anak SD kelas 1) Latihan menatap bentuk tulisan (untuk mengkoordinasi antara mata, ingatan, dan jemari anak untuk menulis sehingga anak dapat menyimpan bentuk kata/huruf dalam benaknya dan memindahkannya ke jari jemari tangan. Pinsil yang digunakan untuk usia 4-6 tahun adalah ukuran diameternya lebih besar daripada yang ukuran diameter pinsil umumnya dan bentuk permukaannya berbentuk segitiga bukan lingkaran yang pada umumnya ada. Ukuran kotak yang digunakan ( 8 mm untuk TK A dan 6 mm untuk TK B).

4. 5.

Latihan menghubungkan tanda titik yang membentuk tulisan. Latihan menarik garis atau lengkung diawali dengan cerita dari guru seperti: (bola) (balon) (matahari)

6.

d.

Latihan menulis permulaan untuk anak SD kelas awal (1-2) 1. Latihan menggunakan pensil dan duduk dengan sikap dan posisi yang benar. 2. Latihan gerak tangan, mula-mula melatih gerakan tangan di udara dengan telunjuk sendiri atau dengan bantuan alat seperti: pensil kemudian dilanjutkan dengan latihan di buku latihan disertai kegiatan cerita. Misalnya : membuat lingkaran cerita tentang telur,dsb. 3. Latihan mengeblat yaitu menirukan atau menebalkan suatu tulisan dengan menindas tulisan yang sudah ada.
Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010

Latihan menatap bentuk tulisan (untuk mengkoordinasi antara mata, ingatan, dan jemari anak untuk menulis sehingga anak dapat menyimpan bentukkata/huruf dalam benaknya dan memindahkannya ke jari jemari tangan. 7. Latihan menyalin, latihan ini hendaknya diberikan setelah dipastikan anak mengenal huruf dengan baik. Untuk anak kelas 1 SD semester 1 menulis lepas dahulu selanjutnya semester 2 anak belajar menulis tegak bersambung. 8. Latihan menulis tegak bersambung gunakan buku bergaris khusus untuk menulis tegak bersambung (untuk pemula gunakan garis tiga yang ukurannya besar sekitar 5 mm). 9. Latihan dikte/imla dimaksudkan agar siswa terlatih untuk mengkoordinasikan antara ucapan, pendengaran, ingatan, dan jari-jari ketika menulis. 10. Latihan memberi tanda baca seperti titik, koma, tanya tanya dan tanda seru untuk kalimat yang ditulis sejak awal. Pinsil yang digunakan untuk usia 6-7 tahun sebaiknya pinsil yang ukuran diameternya lebih besar dari umumnya besar dan bentuk permukaan segitiga. Anak usia 8 tahun bila ingin menulis dengan pinsil yang dijual umumnya mereka sudah dapat menggunakannya. Buku kotak digunakan saat anak kelas 1 semester 1 awal masuk 1 bulan) sebagai penyesuaian menggu-nakan buku kotak yang digunakan anak saat di TK B untuk belajar huruf lepas setelah 1 bulan anak sudah dapat menggunakan buku kotak yang ukurannya lebih kecil. Saat anak kelas 1 semester 2 anak belajar menulis tegak bersambung menggunakan buku tegak bersambung yang jaraknya lebih besar dari umumnya (2mm).

82

Membaca dan Menulis untuk Anak Usia Dini

Kesimpulan dan Saran Kesimpulan


Cara membelajarkan baca tulis permulaan sebagai berikut. Pertama, menggunakan alat peraga (gambar, benda nyata) dan metode variasi. Kedua, bernyanyi sesuai dengan kata yang sedang dipelajari dan didiktekan namun harus hati-hati misalnya dalam nyanyian naik delman lalu yang didiktekan sado. Anak akan bingung. Ketiga, berusaha untuk menciptakan kelas bersih dan nyaman. Keempat, mengajar dengan penuh semangat diikuti volume suara tinggi. Kelima, pemperhatikan kesulitan dan kesalahan menulis anak secara individu misalnya kata sepeda anak menulis sepedah, maka guru harus mengomentari sejak awal. Keenam, menggunakan metode pembelajaran menarik minat anak daripada menggunakan metode ejaan yang membuat anak bosan. Ketujuh, setelah menulis kata atau kalimat maka sebaiknya anak membacakan berulang-ulang kata atau kalimat yang ditulis. Kedelapan, jangan terlalu fokus pada hasil penulisan anak (produk) sehingga saat proses anak menulis terabaikan karena guru sibuk memberi nilai produk. Kesembilan, fasilitas untuk baca dan tulis perlu disesuaikan dengan perkembangan anak seperti ukuran dan bentuk pinsil, ukuran kotak dan garis tiga, dll.

3.

Contoh pertanyaan yang berkaitan dengan alat/bahan sebagai berikut: (a) Apakah alat peraga yang dipakai merangsang anak untuk bercakap-cakap?; (b) Apakah pokok ceritera yang dibicarakan menarik minat anak?; (c) Apakah ceritera yang disajikan sesuai dengan daya tangkap anak?; (d) Apakah boneka yang digunakan cukup besar untuk dapat dilihat oleh semua anak pada di kelas?; (e) serta Apakah syair atau puisi yang diberikan sesuai dengan daya tangkap anak? Penilaian terhadap diri sendiri Guru perlu merefleksi apa yang sudah dilakukan pada anak dalam kegiatan belajar mengajar, agar proses belajar mengajar dapat lebih baik. Beberapa contoh pertanyaan untuk menilai kinerja sendiri: misalnya: (a) Apakah guru cukup menyediakan alat/bahan untuk kegiatan yang akan diselenggarakan?; (b) Apakah guru cukup memberi kesempatan untuk berekspresi?; (c) Apakah guru dengan sadar memasukkan unsur pendidikan intelektual, perkembangan anak dan minat ke dalam kegiatan kemampuan berbahasa?; dan (d) Apakah ada jenis bentuk kegiatan yang tidak disenangi anak?

Daftar Pustaka
Ahmad, Kasina. (2003). Pelaksanaan pembelajaran terpadu bahasa Indonesia di Kelas III SD. Jurnal penelitian : Teknodik Ambary, Abdulla. (1986). Intisari tatabahasa Indonesia. Bandung: Jatnika Depdiknas. (1997). Metodik khusus pengembangan kemampuan bahasa di TK. Jakarta: Proyek Peningkatan Mutu TK Jakarta Depdiknas. (1997). Metodik umum di TK. Jakarta: Proyek Peningkatan Mutu TK Jakarta Depdiknas. (2004). Kurikulum berbasis kompetensi untuk jenjang TK. Jakarta: Pusat Kurikulum Depdiknas. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pelajaran untuk jenjang SD. Jakarta: Pusat Kurikulum Dwijawiyata. (1970). Cakap membaca dan menulis. Yogyakarta: Kanisius

Saran
Beberapa komponen yang harus diperhatikan oleh guru adalah: 1. Respon anak Respon anak dapat kita deteksi dengan mencoba menjawab pertanyaan sebagai berikut: (a) Pada waktu kegiatan bermain bebas apakah anak-anak berbicara dengan temannya?; (b) Bagaimana sikap anak pada waktu kegiatan berlangsung?; (c) Apakah anak tersebut ikut terlibat dalam kegiatan bercakap-cakap (aspek berbicara)?; (d) Apakah sudah terlihat minat terhadap buku sebagai akibat dari pembacaan ceritera kepada mereka? 2. Kesesuaian alat/bahan Taman kanak-kanak tidak akan lepas dari alat dan bahan untuk bermain seraya belajar.

Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010

83

Membaca dan Menulis untuk Anak Usia Dini

Dyson, Anna and Genishi, Celia. (1993). Handbook of research on the education of young children. New York : Macmillan Publishing company Gunarsa, Singgih. (1990). Dasar dan teori perkembangan anak. Jakarta: BPK Gunung Mulia Guru BPK PENABUR. (2000). Laporan hasil pendidikan di LPGTK Tadika Puri. Bandung: BPK Haditono, Siti Rahayu. (1985). Psikologi perkembangan. UGM: Yogyakarta Hurlock, Elisabeth. (1988). Perkembangan anak. Jilid I. Edisi ke-6.Jakarta: Erlangga Karli, Hilda. (2003). Head hand heart dalam KBK . Bandung: BMI Masitoh. (2003). Model pembelajaran bahasa berdasarkan pendekatan bahasa menyeluruh (whole language approach) di TK. Bandung: Tesis UPI: PPS Santrock, John. (2007). Perkembangan anak. Jilid I. Edisi ke-11. Jakarta: Erlangga. Semiawan, Conny. (1999). Perkembangan dan belajar peserta didik. Jakarta: Depdikbud

Tandiono. 1984. Berlatih gerakan menulis untuk anak-anak. Semarang: Mandira: Jilid 2 Tarigan, Henry. (1985). Membaca sebagai suatu keterampilan berbahasa . Bandung: Angkasa Tarigan, Henry. (1985). Menyimak sebagai suatu keterampilan berbahasa . Bandung: Angkasa Tarjo, Enday, dkk. (2004). Pendidikan seni rupa dan kerajinan. Bahan ajar bagi mahasiswa PGDS/PGTK dan guru SD/ TK. Bandung: Fakultas Pendidikan Bahasa danSeni rupa Tim Editor.(2002). Majalah Ayahbunda seri perkembangan anak. Jakarta: Gramedia Tim Editor.2007). Seri Nakita Mainan dan Permainan. Majalah. Jakarta: Gramedia Tim PGSD FIP UNJ dan Unesco. (2007). Kasuskasus dalam pembelajaran bahasa Indoensia di Kelas Awal SD. Jakarta: Unesco Tim PGSD. (2007). Kasus dalam pembelajaran bahasa Indonesia di kelas awal SD. Jakarta: Unesco Wuryani, Sri Esti. (2002). Psikologi pendidikan. Jakarta: Grasindo

84

Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010

You might also like