You are on page 1of 16

SUPERVISOR DALAM ORGANISASI PENDIDIKAN

Makalah

Disampaikan dalam Diskusi Kelas Mata Kuliah Supervisi Pendidikan Dosen pengampu Dr.H. Kusasih, M.Pd.

Oleh MUNDHIU NIM.: 12.2.01.0009 Dra. Rahmi Roihana NIM. :12.2.01.0002

PROGRAM PASCA SARJANA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SAMARINA TAHUN 2013

KATA PENGANTAR Assalamu alaikum wr wb. Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan keberkahan manusia dengan kemuliaan akal budinya, sehingga Allah mempercayakan kepada umat manusia sebagai khalifah di bumi. Shalawat dan salam senantiasa mengiringi langkah kami dalam menuntut ilmu, hanya satu cita-cita itu hidup mulia dunia dan akhirat bersama Rasulullah yang mulia.

Kami mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga pada Direktur Pasca Sarja STAIN Samarindaa, kepada Dosen Pengampu Mata Kuliah Supervisi Pendidikan yang telah memberikan arahan dan pencerahan. Tak lupa pada teman-teman Pasca STAIN Lokal D yang senantiasa bersemangat dalam belajar.

Yang terakhir, mudah-mudahan makalah ini dapat memberikan kebaikan bagi kita semua . Amin. Wassalamu alaikum Wr wb.

PENULIS

MUNDHIU

ii

DAFTAR ISI Halaman judul . Kata Pengantar .. . Daftar Isi . BAB. I Pendahuluan 1 2 3 A. Latar Belakang Masalah .. B. Rumusan Masalah . C. Tujuan dan manfaat .. BAB II Landasan Teori 4 5 7 A. Pengertian Pluralisme B. Pendidikan Agama Islam dan Pluralisme . C Tantangan Global di Era Globalisasi BAB III Pembahasan 9 10 A. Pluralisme Dalam Pendidikan Agama Islam . B. Model Pendidikan Islam Berbasis Pruralisme .. BAB IV. Penutup 15 15 A. Kesimpulan .. B. Saran-saran i ii iii

Daftar Pustaka

iii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan kepengawasan dalam pendidikan harus dilakukan secara terencana, terprogram, terstruktur dan terus menerus guna mencapai perbaikan dalam pendidikan. Supervisi dapat dilakukan oleh seseorang yang mempunyai posisi lebih tinggi dari orang yang disupervisi, seperti kepala sekolah terhadap guru, pengawas terhadap guru dan kepala sekolah. Orang yang melakukan kegiatan supervisi disebut supervisor. Dalam struktur organisasi sekolah, maka kepala sekolah sebagai pimpinan mempunyai peran komplek untuk mengelola sebuah organisasi. Terkait dengan peran kepemimpinan dan tugas kepala sekolah yang cukup banyak antara lain sebagai manajer, administrator dan supervisor maka diperlukan seorang pemimpin yang cakap dan unggul. 1 Bagaimana posisi supervisor dalam struktur organisasi pendidikan, sehingga dari pokok masalah ini penulis dapat merumuskan masalah-masalah yang yang menjadi bahasan utaman B. Rumusan Masalah 1. Dimana kedudukan supervisor dalam organisasi pedidikaan ? 2. Apa peran supervisor dalam organisasi pendidikan ? C. Tujuan Pembahasan. 1. Memahami kedudukan supervisor dalam organisasi pedidikaan. 2. Memahami peran supervisor dalam organisasi pendidikan.

Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,

2003), h. 27-28.

BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Supervisi Pendidikan Kata supervisi dapat diartikan dari sisi etimologis (asal kata), morfologis (bentuk kata) serta arti semantik (arti menurut istilah). Secara etimologis, kata supervisi berasal dari bahasa Inggris supervision, yang artinya pengawasan.2 Supervisi pendidikan berarti kepengawasan dalam bidang kependidikan. Orang yang melakukan supervisi disebut supervisor atau pengawas. Secara morfologis, supervisi terbentuk dari dua kata super yang berarti atas atau lebih, dan visi yang berarti lihat, tilik atau awasi.3 Seorang supervisor memang mempunyai posisi di atas atau mempunyai kedudukan yang lebih tinggi daripada orang-orang yang disupervisinya, tugasnya adalah melihat, menilik, atau mengawasi orang-orang yang disupervisinya itu.4 Sedangkan arti supervisi dari sisi semantik telah dirumuskan banyak ahli. Berikut ini dikemukakan beberapa pendapat ahli sebagai bahan komparasi. Adams dan Dickey dalam Basic Principles of Supervision

mendevinisikan supervisi sebagai pelayanan khusus yang menyangkut pengajaran dan perbaikannya. Supervision is a service particularly conserned with instruction and its improvement.5 Wiles dalam bukunya Supervision for Better Schools secara singkat merumuskan supervisi sebagai bantuan dalam pengembangan situasi belajar mengajar yang lebih baik. Supervision is assistance in the development of a better teaching learning situation.6
2 Wojowasito, S. dan W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Lengkap Inggris-Indonesia, Indonesia-Inggris, (Jakarta: Hasta, 1972), h. 198. 3 Luk Luk Nur Mufidah, Supervisi Pendidikan, (Yogyakarta: Teras, 2009), h. 3. 4 Ametembun, N.A., Supervisi Pendidikan, (Bandung: Penerbit SURI, 1981), h. 2. 5 Adam, H.F. and Dickey F.G., Basic Principles of Supervision, (New York: American Book Company, 1959), h. 2. 6 Wiles, Kimball, Supervision for Better Schools, (New Jersey: Prentice Hall, Inc, 1956), h. 8.

Boardman dalam bukunya Democratic Supervision in Secondary School seperti yang dikutip Muwahid Shulhan mengemukakan bahwa supervisi adalah suatu usaha menstimulasi, mengkoordinasi dan membimbing secara kontinyu pertumbuhan guru-guru di sekolah baik secara individual maupun secara kolektif, agar lebih mengerti dan lebih efektif dalam mewujudkan seluruh fungsi pengajaran. Dengan demikian mereka dapat menstimulasi dan membimbing pertumbuhan tiap murid secara kontinyu serta mampu dan lebih cakap berpartisipasi dalam masyarakat demokrasi modern.7 Dari berbagai rumusan supervisi pendidikan di atas dapat disimpulkan, bahwa ana
B.

Ruang Lingkup Supervisi Pendidikan Supervisi pendidikan meliputi dua macam supervisi yaitu supervisi

akademis dan supervisi administrasi. Supervisi akademis adalah kegiatan pembimbingan yang ditujukan untuk memperbaiki kondisi baik personal maupun material yang memungkinkan terciptanya situasi pembelajaran yang lebih baik demi terciptanya tujuan pendidikan. Supervisi administrasi yaitu pada

pelaksanaannya hanya difokuskan pada penampilan mengajar guru (terpusat pada guru) yang meliputi aspek kemampuan mengajar guru yang terkandung di dalamnya kemampuan mengatur perencanaan pembelajaran, kemampuan mengajar materi pelajaran dan personal sosial atau pergaulan dengan siswa.8 Secara lebih terperinci supervisi yang dilakukan supervisor meliputi bidang-bidang berikut: 1. Supervisi Bidang Kurikulum Supervisi bidang kurikulum adalah pengendalian atau kontrol terhadap penyelenggaraan kurikulum sehingga dapat menjamin mutu pendidikan di sekolah. Kegiatan pengendalian dimaksud dalam supervisi kurikulum adalah terhadap proses dan hasil yang dicapai dalam kegiatan pembelajaran.

7 Muwahid Shulhan, Administrasi Pendidikan, (Jakarta: Bina Ilmu, 2004), h. 74. 8 Ahmad Ashari, Supervisi Rencana Program Pembelajaran, (Jakarta: 2004), hal 2.

Dalam supervisi penyelenggaraan bidang kurikulum, aspek yang diutamakan meliputi : aspek perencanaan, aspek pelaksanaan (implementasi), dan aspek evaluasi proses dan hasil. a. Aspek Perencanaan. Adapun tahap-tahap kegiatan perencanaan kurikulum adalah: (1) Penelaahan Kalender Pendidikan; (2) Penelaahan Kurikulum, yakni kegiatan analisis terhadap kurikulum nasional/kurikulum inti, yang meliputi tiga komponen utama yaitu aspek kompetensi yang harus dicapai pada setiap satuan dan jenjang pendidikan, standar materi untuk mencapai kompetensi dimaksud, indikator pencapaian kompetensi, dan waktu yang diperlukan untuk mencapai masing-masing kompetensi; (3) Analisis Materi Pelajaran; (4) Program Tahunan dan Semester; (5) Program Silabus dan Rencana pembelajaran. b. Aspek Pelaksanaan/Implementasi Aspek implementasi kurikulum secara umum meliputi: (1) Implementasi program pembelajaran berdasarkan perhitungan hari efektif; (2) Pembagian tugas guru sesuai spesifikasi keilmuannya; (3) Kegiatan pembelajaran seharihari di kelas. c. Aspek Evaluasi. Penilaian kurikulum adalah suatu tahap evaluasi yang dilakukan secara sistematis dan terukur untuk menentukan tingkat pencapaian kurikulum. Penilaian terhdapa kurikulum mengacu pada dua hal yaitu penilaian terhadap proses dan hasil belajar. Penilaian kurikulum sangat berguna bagi guru bidang studi, kepala sekolah, orang tua dan bagi pengawas.9 Penilaian kurikulum sangat berguna bagi guru bidang studi, kepala sekolah, orang tua dan bagi pengawas.10

2. Supervisi Bidang Kesiswaan


9 M, Amin Thaib BR dan Ahmad Robie, Standar Supervisi Pendidikan Pada MTs ., (Jakarta: Depag RI, 2005), Cet. I, h. 39 49. 10 M, Amin Thaib BR dan Ahmad Robie, Standar Supervisi Pendidikan Pada MTs., (Jakarta: Depag RI, 2005), Cet. I, h. 39 49.

Supervisi bidang kesiswaan meliputi : 1. Perencanaan penerimaan siswa yang meliputi kegiatan: pengumuman, penerimaan peserta didik, sumber calon peserta didik, regristrasi, seleksi dan penempatan. 2. Pembinaan, merupakan upaya mengarahkan peserta didik untuk

mengembangkan diri sesuai dengan potensi yang dimilikinya dan kebutuhan lingkungan. Jalur yang digunakan untuk melakukan kegiatan pembinaan, antara lain melalui: Kegitan OSIS, latihan kepemimpinan siswa (LKS), kegiatan intra dan ekstra kurikuler dan pelaksanaan wiyata mandala. 3. Monitoring dan Evaluasi Monitoring adalah kegiatan pengawasan yang terhadap seluruh aktivitas sekolah, dalam hal ini pengelolaan peserta didik, dari tahap perencanaan, pembinaan, sampai eveluasi, sementara evaluasi atau kegiatan menilai adalah upaya untuk mengukur tingkat keberhasilan atau kegagalan penyelenggaraan pendidikan di sekolah/sekolah, dalam hal ini pengelolaan peserta didik. Evaluasi dapat dilakukan terhadap dua hal pokok, yaitu evaluasi terhadap proses, dan evaluasi terhadap hasil yang dicapai.11

3. Supervisi Bidang Ketenagaan Supervisi bidang ketenagaan meliputi: a. Kegiatan analisis jabatan tenaga kependidikan, berfungsi sebagai landasan bagi kebijakan rekrutmen dan penempatan tenaga kependidikan, dan pelaksanaan tugas serta fungsi masing-masing pejabat bersangkutan. b. Rekruitmen/pengadaan, dilakukan ketika SDM yang tersedia tidak cukup memadai, dan jika pun dipaksakan akan berdampak kepada rendahnya kinerja organisasi.

11 Ibid, h. 73-77.

c. Penempatan, menempatkan pegawai baru pada posisi dan peran yang tepat sangat penting dan merupakan bagian dari prasarat tercapainya tujuan organisasi. d. Pengenalan Lingkungan Mengajar, bertujuan untuk memahami

karakteristik sekolah, budaya sekolah serta pola hubungan antara guru dengan atasan, antara sesama guru, tenaga kependidikan lainnya, dan dengan peserta didik. e. Pengenalan mengajar, bertujuan untuk mengetahui kegiatan mengajar guru dalam menguasai metode, teknik-teknik mengajar di kelas dalam berbagai suasana, mampu mempersiapkan materi pelajaran secara baik, dan membuat peserta didik merasa betah, nyaman, dan paham tentang materi yang disampaikan. f. Pengembangan kemampuan ketenagaan, merupakan usaha dalam

mengatasi keterbatasan kompetensi dan kualifikasi dengan melihat bakat dan minat guru, latar belakang pendidikan dan spesifikasi keilmuan yang selama ini ditekuni, ketersediaan waktu dan dana yang diperlukan,. g. Pengembangan karir, merupakan salah satu tuntutan profesionalisme. h. Kesejahteraan, merupakan jaminan yang selalu harus diupayakan, karena seorang yang bekerja tanpa ada jaminan kesejahteraan bagi dirinya memiliki kecenderungan tidak fokus dan optimal.
i.

Pemberhentian dan pensiunan, dilakukan dengan pertimbangan kondisi tertentu.12

4. Supervisi Bidang Sarana Prasarana Supervisi sarana prasarana meliputi: jenis sarana dan prasara, pengelolaan, serta monitoring dan evaluasi. a. Jenis sarana dan prasarana; sarana adalah benda yang bergerak atau tidak bergerak yang digunakan secara langsung untuk menunjang kegiatan belajar mengajar. Dilihat dari peranannya, sarana dapat dibedakan

12 Ibid. h. 91-95.

menjadi: alat pembelajaran (buku, kamus, alat peraga, alat praktek adan alat tulis) dan media pembelajaran (segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan kependidikan yang dapat

meningkatakan pemahaman dan penguasaan peserta didik terhadap materi atau kompetensi tertentu, seperti: media audio, media visual, dan media audio visual). Sedangkan prasarana adalah segala sesuatu yang dapat menunjang proses kegiatan belajar mengajar secara tidak langsung. Prasarana pendidikan dapat dibagi menjadi dua, yaitu: bangunan sekolah dan perabot sekolah. b. Pengelolaan, terdiri dari: Perencanaan yang merupakan tahap mula dalam pengelolaan sarana prasarana pendidikan, Pemanfaatan usaha maksimal yang telah terencana, sistematis dan terprogram untuk dioptimalkan ketersediaan sarana prasarana yang diperlukan dan memanfaatkan sebesarbesarnya untuk menunjang kegiatan belajar mengajar; Pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan yang bersifat aus dan mudah rusak, merskipun sebagian tahan lama perlu dipelihara dengan baik sehingga dapat dimanfaaatkan selama mungkin; Pengembangan, sarana dan prasarana perlu dikembangkan baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya.
c.

Monitoring dan Evaluasi, monitoring dilakukan untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya kesalahan penggunaan atau pemeliharaan yang tidak sesuai dengan tujuan pendidikan.13

13 Ibid. h. 111-115.

BAB III PEMBAHASAN

A. Supervisor Pendidikan Dalam Organisasi Sekolah Dalam satuan pendidikan, kepala sekolah adalah pimpinan puncak. Sebagai puncak pimpinan kepala sekolah mempunyai peran sebaga seorang manajer, pendidik, leadership, dan supervisor. Dalam pembahasan ini, penulis hendak mengupas peran kepala sekolah sebagai suervisor. 1. Narasumber. Supervisor dituntut untuk mengenal dan memahami masalah pengajaran. 2. Konsultan atau penasehat. Supervisor hendaknya dapat membantu guru melakukan cara-cara yang lebih baik dan mengelola proses pembelajaran. 3. Fasilitator. Supervisor harus mengusahakan sumber-sumber profesional baik materi seperti buku dan alat pelajaran maupun sumber manusia yaitu narasumber modul diperoleh guru. 4. Motifator. Supervisor hendaknya membangkitkan dan memelihara kegairahan kerja guru untuk mencapai prestasi kerja yang semakin baik. 5. Pelopor pembaharuan. Supervisor jangan merasa puas dengan cara-cara dan hasil yang sudah dicapai, tetapi harus memiliki prakarsa untuk melakukan perbaikan agar guru juga melakukan hal serupa.14 Dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional, terdapat tujuh peran utama kepala sekolah yang salah satunya adalah sebagai supervisor. Sebagai supervisor, kepala sekolah mempunyai beberapa peran penting, yaitu:
1.

Melaksanakan penelitian sederhana untuk perbaikan situasi dan kondisi proses belajar mengajar.

2.

Mengadakan observasi kelas untuk peningkatan efektivitas proses belajar mengajar.

3.

Melaksanakan pertemuan individual secara profesional dengan guru untuk meningkatkan profesi guru.
14 Sulistyorini, Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Pengembangan Sekolah Dasar,

(Jember: CSS, 2008), hal. 170.

4.

Menyediakan waktu dan pelayanan bagi guru secara profesional dalam pemecahan masalah proses belajar mengajar.

5.

Menyediakan dukungan dan suasana kondusif bagi guru dalam perbaikan dan peningkatan mutu proses belajar mengajar.

6. 7.

Melaksanakan pengembangan staf yang berencana dan terarah. Melaksanakan kerjasama dengan guru untuk mengevaluasi hasil belajar secara komprehensif.

8. 9.

Menciptakan team work yang dinamis dan profesional. Menilai hasil belajar peserta didik secara komprehensif.15 Tugas kepala sekolah sebagai supervisor diwujudkan dalam

kemampuannya menyusun dan melaksanakan program supervisi pendidikan serta memanfaatkan hasilnya. Kemampuan menyusun program supervisi pendidikan harus diwujudkan dalam penyusunan program supervisi kelas, pengembangan program supervisi untuk kegiatan ekstra-kurikuler, pengembangan program supervisi perpustakaan, laboraturium dan ujian. Kemampuan melaksanakan program supervisi pendidikan diwujudkan dalam pelaksanaan program supervisi klinis dan dalam program supervisi kegiatan ekstra-kurikuler. Sedangkan kemampuan memanfaatkan hasil supervisi pendidikan diwujudkan dalam pemanfaatan hasil supervisi untuk meningkatkan kinerja tenaga kependidikan dan pemanfaatan hasil supervisi untuk mengembangkan sekolah. Adapun kompetensi Kepala Sekolah dalam bidang supervisi adalah meliputi: 1. Merencanakan program supervisi. 2. Melaksanakan program supervisi. 3. Menindaklanjuti hasil supervisi guna meningkatkan profesionalisme guru.
16

15 Dalam: http://wwwmj67.blogspot.com/2012/01/kepala-sekolah-sebagai- supervisor. html, diakses, 29 Oktober 2012. 16 16 Ali Imron, Supervisi Pembelajaran Tingkat Satuan Pendidikan ( Jakarta: Bumi Aksara, 2011) hlm. 16.

10

B. Pengawas Sebagai Supervisor Selain kepala sekolah, yang mempunyai kewenangan mensupervisi adalah penilik sekolah, pengawas sekolah, dan supervisor lainnya yaitu guru-guru senior yang memberikan advice pada guru-guru yang lebih muda.17 Keberadaan Pengawas sekolah secara hukum diakui oleh Peraturan Pemerintah No. 19. Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dinyatakan bahwa pengawasan pada pendidikan formal dilakukan oleh Pengawas Satuan Pendidikan;18 Dalam struktur organisasi, kedudukan dan fungsinpengawas adalah penanggungjawab utama atas terjadinya pembinaan sekolah sesuai dengan jens dan jenjang lembaga pendidikannya. Dalam deskripsi tugas disebutkan bahwa pengawas harus berhubungan dengan dan meramu data yang dikumpulkan oleh perilaku supervisi yang lain. Semua data tersebut disimpulkan, kemudian ditarik kesimpulannya untuk menemukan alternatif tindakan yang sekiarnya tepat. Pelaksanaan supervisi yang dilakukan oleh pengawas sekolah akan berjalan dengan baik apabila ada tiga unsur utama yaitu kemauan, kemampuan dan komitmen.19 Salah satu fungsi pengawas adalah melakukan pengawasan dalam suatu organisasi, Situmorang dan Juhir menjelaskan bahwa maksud kepengawasan adalah untuk:
1. 2. 3. 4. 5.

Mengetahui jalannya pekerjaan, apakah lancar atau tidak. Memperbaiki kesalahan-kesalahan agar tidak terulang lagi. Mengetahui penggunaan budget apakah sesuai sasaran atau tidak. Mengetahui tingkat perkembangan pekerjaan. Mengetahui hasil pekerjaan dibandingkan dalam perencanaan, yaitu standar. 20

17 Ibid., hlm. 15. 18 Peraturan Pemerintah No. 19. Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, pasal 39. 19 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Supervisi ( Jakarta: Rineka Cipta, 2004) hlm. 74. 20 M. Situmorang, V dan Juhir, Aspek Hukum Pengawasan Melekat dalam Lingkungan Apoaratur Pemerintah, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1994) hlm. 26.

11

Dalam Permendiknas No. 12/ 2007 tentang Standar Pengawas/ Madrasah dijelaskan bahwa pengawas mempunyai standar: Kompetensi Kepribadian Kompetensi Supervisi Manajerial Kompetensi Akademik Kompetensi Evaluasi Pendidikan Kompetensi Penelitian Pengembangan. Kompetensi sosial.

12

BAB II KESIMPULAN Supervisi pendidikan berarti kepengawasan dalam bidang kependidikan. Orang yang melakukan supervisi disebut supervisor atau pengawas. Menurut istilah supervisi pendidikan dapat diartikan sebagai layanan khusus berupa bantuan yang diberikan kepada para guru baik secara individu maupun bersama untuk memperbaiki pengajaran. Ruang lingkup supervisi pendidikan meliputi supervisi bidang kurikulum yakni pengendalian atau kontrol terhadap penyelenggaraan kurikulum sehingga dapat menjamin mutu pendidikan di sekolah; supervisi bidang kesiswaan yakni suatu bentuk pengawasan yang mengarah kepada pengendalian dan pembinaan dalam menerimaan peserta didik, pendataan, pelaksanaan pembinaan dan evaluasi; supervisi bidang ketenagaan yakni keseluruhan upaya kepala sekolah dalam mengoptimalkan tugas dan fungsi pada masing-masing tenaga

kependidikan di sekolah, meliputi tenaga edukatif maupun administratif; serta supervisi bidang sarana prasarana yakni suatu bentuk pengawasaan yang mengarah kepada pengendalian dan pembinaan mutu pengelolaan dan pemanfaatan sarana dan prasarana pendidikan agar secara optimal dapat dimanfaatkan bagi penyelenggaraan proses pendidikan sehingga mendukung tercapainya hasil belajar. Supervisi ini berkaitan dengan persoalan fisik yang dapat mempengaruhi mutu proses dan hasil belajar. Kepala sekolah sebagai supervisor pendidikan, berperan sebagai Narasumber tentang masalah-masalah pengajaran. Kepala sekolah sebagai konsultan atau penasehat hendaknya dapat membantu guru melakukan cara-cara yang lebih baik dalam mengelola proses pembelajaran. Kepala sekolah sebagai fasilitator harus mampu mengusahakan sumber-sumber profesional. Kepala sekolah sebagai motifator hendaknya mampu membangkitkan dan memelihara kegairahan kerja guru untuk mencapai prestasi kerja yang semakin baik. Kepala sekolah sebagai pelopor pembaharuan harus memiliki prakarsa untuk melakukan perbaikan agar guru juga melakukan hal serupa.

13

DAFTAR PUSTAKA Ametembun, N.A. (1981). Supervisi Pendidikan. Bandung: Penerbit SURI. Ashari, Ahmad. (2004). Supervisi Rencana Program Pembelajaran. Jakarta: Dickey F.G and Adam, H.F. (1959). Basic Principles of Supervision. New York: American Book Company. Imron, Ali, Supervisi Pembelajaran Tingkat Satuan Pendidikan ( Jakarta: Bumi Aksara, 2011) Kartono, Kartini. (2003). Pemimpin dan Kepemimpinan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Kimball, Wiles. (1956). Supervision for Better Schools. New Jersey: Prentice Hall, Inc. Mufidah, Luk Luk Nur. (2009). Supervisi Pendidikan. Yogyakarta: Teras. Peraturan Pemerintah No. 19. Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, pasal 39. Poerwadarminta, W.J.S., dan Wojowasito, S. (1972). Kamus Lengkap InggrisIndonesia, Indonesia-Inggris. Jakarta: Hasta. Shulhan, Muwahid. (2004). Administrasi Pendidikan. Jakarta: Bina Ilmu. Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Supervisi ( Jakarta: Rineka Cipta, 2004) Sulistyorini. (2008). Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Pengembangan Sekolah Dasar, Jember: CSS. Thaib, M. Amin, dan Ahmad Robie. (2005). Standar Supervisi Pendidikan Pada MTs., Jakarta: Depag RI. http://wwwmj67.blogspot.com/2012/01/kepala-sekolah-sebagai- supervisor.html.

You might also like