You are on page 1of 18

Fungsi kuda-kuda adalah menerima beban gording + penutup atap, kemudian menyalurkan beban-beban tersebut ke kolom.

Kuda-kuda atap bangunan baja berupa rangka batang menggunakan profil siku. Kuda-kuda bukan rangka (rafter) menggunakan profil WF

1. Tipe Rangka Kuda-kuda


Berbagai tipe kuda-kuda rangka batang seperti pada Gb. 1. Untuk menentukan tipe rangka kuda-kuda atap, yang perlu dipertimbangkan adalah : bentangan, rasio l / t (bentangan terhadap tinggi) sehingga harus diketahui tinggi puncak kuda-kuda atau kemiringan dari rangka kuda-kuda. Ada 3 katagori kemiringan kuda-kuda, yaitu : 1. Puncak tinggi, yaitu tinggi puncak lebih besar 1/5 bentang, menggunakan rangka atap Fink. 2. Puncak medium, yaitu l /t antara 5-12, menggunakan rangka Pratt. 3. Puncak rendah, yaitu l /t > 12, menggunakan rangka Warren.

Gambar 1. Berbagai Tipe Rangka Kuda-kuda

2. Perhitungan Kuda-kuda

Gambar 2. Rangka Kuda-kuda dengan Beban Mati

Suatu konstruksi kuda-kuda rangka baja seperti gambar 2 di atas. Sudut kemiringan KK adalah . Jarak antar kuda-kuda = L meter. Beban gording + penutup atap = q kg/m.

Langkah 1 : Pembebanan gording qu = berat sendiri gording + berat penutup atap + berat sambungan Beban terpusat : P1 = qu gording x L = . kg Langkah 2 : Hitung berat sendiri kuda-kuda Hitung panjang batang kuda-kuda :
panjang batang atas panjang batang bawah panjang batang diagonal panjang batang vertikal

diperoleh panjang total batang

Tentukan dimensi rencana batang : asumsi pakai profil L 70x70x7 (rangkap), sehingga diketahui berat total profil qu Hitung Berat sendiri kuda-kuda : G = panjang total batang x qu profil x 2 (profil rangkap) = .. kg

Langkah 3 : Hitung beban P G P = n + P1 dimana : n = jumlah titik buhul = 8 Langkah 4 : Hitung Gaya-gaya batang rangka Hitung reaksi di tumpuan A dan B Hitung gaya-gaya batang dengan metode Cremona atau Ritter dan diperoleh gaya batang Nu Langkah 5 : Menentukan dimensi profil batang Gaya batang Nu yang diperoleh dari Langkah 4, diperoleh batang tarik dan batang tekan Nu Batang Tarik : Ag = 0,9fy Ada pengaruh lubang sambungan, maka luas profil = Anetto Batang tekan : Ada faktor tekuk , tergantung dari harga = L / imin Ag = Nu = Nu.
fcr fy

maka : diperoleh dimensi profil batang sesuai kondisi beban

Langkah 6 : Perhitungan ulang (rekalkulasi) Dengan menggunakan profil yang diperoleh dari Langkah 5, hitung kembali Kuda-kuda seperti Langkah 2 s/d Langkah 5 Akan diperoleh dimensi profil lebih kecil atau tidak berubah. Hasil perhitungan ini yang digunakan sebagai konstruksi - Berat kuda-kuda rekalkulasi = G - G harus memenuhi syarat :

G' 3% G

Tabel Gaya Batang Kuda-kuda No batang a1 a2 a3 a4 b1 b2 b3 dst - . - + .. + .. - . - . Gaya batang D + . + . Gaya batang W - .. - .. Kombinasi beban Nu 1,2D + 0,8 W + + ..

3. Perhitungan Kuda-kuda Akibat Beban Angin

Gambar 3. Rangka Kuda-kuda dengan Beban Angin

Konstruksi kuda-kuda digunakan pada Gedung tertutup Beban angin : (lihat Tabel 4.1 PPI 1983)

L = jarak antar kuda-kuda Koefisien angin : CAB = - 0,02 0,4 = CBC = - 0,4 = . maka diperoleh beban angin : qu angin = 0,8 x (c . w . L) qAB = 0,8 . CAB . w . L qBC = 0,8 . CBC. w . L

Beban angin bekerja pada kuda-kuda

asumsi sebagai beban terpusat

W1 = qAB . a = .. kg W2 = qBC . a = kg
Setelah beban diketahui, kemudian hitung gaya batang menggunakan metode Cremona atau Ritter

4. Bentuk-bentuk Konstruksi Gudang


Banyak bentuk-bentuk konstruksi untuk gudang, dimana bentuk gudang ini akan menentukan terhadap cara penyelesaian perhitungannya. Karena itu untuk menentukan bentuk konstruksi gudang harus mempertimbangkan secara matang : - fungsi gudang tersebut sebagai apa. - kondisi tempat yang akan dibangun gudang, seperti kondisi tanah, beban angin di daerah tersebut

5. Kuda-kuda dengan tumpuan sendi -rol


Konstruksi kuda-kuda ini adalah statis tertentu, tapi dalam pelaksanaan jarang sekali konstruksi kuda-kuda yang memenuhi keadaan kondisi ini. Umumnya dalam pelaksanaan sifat perletakan A dan B sama, yaitu sendi-sendi, sehingga konstruksi menjadi statis tak tentu. Dalam praktek, untuk memudahkan penyelesaian seperti hal tersebut di atas dapat disederhanakan (pendekatan) dengan menganggap perletakan A = B dalam menerima gaya H (horisontal) di RAH = RBH sehingga konstruksi menjadi statis tertentu.

Gambar 4. Rangka Kuda-kuda Tumpuan Sendi-rol

Bila penunjang kuda-kuda bentuk menggunakan kolom dengan perletakan sendi, maka konstruksi menjadi tidak stabil bila ada beban horisontal. Karena itu untuk mendukung kuda-kuda harus dipakai kolom dengan perletakan jepit sehingga konstruksi akan tetap berdiri bila ada gaya H, karena kolomnya akan tetap berdiri tegak.

Gambar 5. Kolom Pendukung Kuda-kuda

Bila konstruksi yang dipilih adalah bentuk sepertidi gambar atas, maka pondasi dari kolom akan menerima momen lentur sebesar : H x h. Karena itu untuk pondasi pada tanah kondisi yang jelek, bentuk konstruksi seperti ini sebaiknya dihindari karena biaya pondasi menjadi mahal.

6. Kuda-kuda yang Dikakukan dengan Kolom


a. Kolom Perletakan Jepit
Konstruksi dengan sistem ini cukup kaku. Momen yang terjadi di A dan B lebih kecil daripada keadaan gambar 6. Konstruksi ini sebenarnya statis tak tentu, tapi dalam praktek dapat diselesaikan secara sederhana dengan anggapan sebagai berikut : Bila hanya beban vertikal yang bekerja, maka pada tiang dapat dianggap tidak ada momen, dengan demikian rangka batang itu dapat dianggap konstruksi statis tertentu. Dan gaya-gaya batang dapat dicari dengan metode Cremona.

Bila ada beban angin (beban H), maka kolom-kolom akan menerima beban lentur (momen) dan geser. Maka diasumsikan RAH = RBH, kemudian pada perubahan bentuk kolom dianggap titik balik, terjadi pada pertengahan CA dan CD (S1 dan S2) Pada titik balik, M = 0
Gambar 6. Rangka Kuda-kuda dengan Kolom Tumpuan Jepit

Tinjau kolom S1E : ME = 0, maka diperoleh gaya batang (a) Kv = 0, diperoleh gaya batang (c) MS1 = 0 diperoleh gaya batang (b)

Setelah diperoleh gaya batang ini, maka gaya batang kuda-kuda lainnya dapat dicari menggunakan metode Cremona. Sedangkan kolom MC = H. a dan MA = H.a

Gambar 7

b. Kolom Perletakan Sendi


Dengan kolom perletakan sendi ini maka momen pada pondasi menjadi sangat berkurang, sedangkan momen pada kaki kolom = 0. Penyelesaian konstruksi ini sama seperti kolom perletakan jepit, hanya saja titik baliknya adalah kaki kolom (perletakan). Bentuk lainnya seperti pada gambar 8.

Gambar 8. Kolom dengan Perletakan Sendi

7. Konstruksi 3 Sendi
Konstruksi ini dapat diselesaikan dengan sederhana, yaitu setelah diperoleh reaksi perletakan, gaya batang rangka dapat dicari menggunakan metode Cremona. Konstruksi-konstruksi yang telah dibahas di atas seolah-olah konstruksi satu bidang, tapi sebenarnya konstruksi-konstruksi tersebut adalah dalam ruang (tiga dimensi). Hanya untuk mempermudah penyelesaian perhitungan, diasumsikan dalam bidang sesuai dengan bidang beban tersebut bekerja, sehingga konstruksi itu dalam kondisi stabil hanya terhadap bidang tersebut.

Gambar 9. Konstruksi 3 sendi

Sebagai contoh ambil konstruksi sebagai berikut : Pada bidang : konstruksi kuda-kuda ini tetap Pada bidang yang tegak lurus bidang kuda-kuda (arah memanjang bangunan) : a. Dinding temboknya tetap b. Kuda-kudanya bila ada beban yang tegak lurus pada bidang kuda-kuda akan terguling, karena itu harus dijaga agar kuda-kudanya juga tetap kuat dalam arah ini.

Umumnya pada konstruksi gudang, beban yang tegak lurus bidang kuda-kuda adalah akibat beban angin. Karena itu untuk menahan beban angin ini dibutuhkan konstruksi ikatan angin.

Gambar 10

Perlu Diperhatikan Pada Saat Dimensi Profil Pada suatu konstruksi rangka batang selalu timbul batang-batang dengan gaya tekan dan gaya tarik. Untuk mendimensi profil batang tarik tidak timbul persoalan karena cukup dengan menentukan luas profil : Anetto = A profil A lubang Untuk batang tekan, akan timbul masalah tekuk dan panjang tekuk. Tekuk akan terjadi ke arah terlemah dari profil itu, hal ini karena dipengaruhi oleh panjang tekuk untuk masing-masing arah. Sebagai contoh : suatu rangka kuda-kuda di atas dua perletakan. Panjang tekuknya adalah , karena pada setiap titik simpul dengan adanya batang-batang diagonal dan vertikal, titiknya menjadi tetap.

Gambar 11

Bila hanya ditinjau bidang vertikal maka panjang tekuk pada arah vertikal = . Jika sekarang tinjau bidang atap, maka titik yang tetap akan ditentukan oleh gordinggording. Hal ini karena gordinggording terletak pada titik simpul juga, maka panjang tekuk pada bidang atap = . Jadi panjang tekuk batang tekan =.

Contoh lain : rangka batang suatu konsol. Batang tekan berada pada batang-batang bagian bawah, sedangkan gording konsol berada pada batang sebelah atas. Jadi panjang tekuk pada arah vertikal tetap = , tetapi untuk bidang horisontal menjadi 5 . Untuk memperkecil panjang tekuk ini maka sering ditambahkan ikatan-ikatan khusus untuk menjamin beberapa titik simpul pada batang tekan agar dimensi profilnya tetap.

Gambar 12. Konsol Rangka

You might also like