You are on page 1of 28

FATWA MUI : HUKUM NIKAH BEDA AGAMA HARAM !

oleh Kembang Anggrek pada 23 Oktober 2010 pukul 8:40 KEPUTUSAN FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor : 4/MUNAS VII/MUI/8/2005

Tentang PERKAWINAN BEDA AGAMA

Majelis Ulama Indonesia (MUI), dalam Musyawarah Nasional VII MUI, pada 19-22 Jumadil Akhir 1426H. / 26-29 Juli 2005M., setelah

MENIMBANG : 1. Bahwa belakangan ini disinyalir banyak terjadi perkawinan beda agama; 2. Bahwa perkawinan beda agama ini bukan saja mengundang perdebatan di antara sesama umat Islam, akan tetapi juga sering mengundang keresahan di tengah-tengah masyarakat; 3. Bahwa di tengah-tengah masyarakat telah muncul pemikiran yang membenarkan perkawinan beda agama dengan dalih hak asasi manusia dan kemaslahatan; 4. Bahwa untuk mewujudkan dan memelihara ketentraman kehidupan berumah tangga, MUI memandang perlu menetapkan fatwa tentang perkawinan beda agama untuk dijadikan pedoman. MENGINGAT : 1. Firman Allah SWT :Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yatim (bilamana kamu mengawini-nya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi : dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya. (QS. al-Nisa [4] : 3);Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir. (QS. al-Rum [3] : 21);Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperlihatkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (QS. al-Tahrim [66]:6 );Pada hari ini dihalalkan bagimu yang baik-baik. Makanan (sembelihan) orang-orang yang diberi Al Kitab itu halal bagimu, dan makanan kamu halal pula bagi mereka. (Dan dihalalkan mengawini) wanita-wanita yang menjaga kehormatan di antara wanita-wanita yang beriman dan wanita-wanita yang menjaga kehormatan di antara orang-orang yang diberi Al Kitab sebelum kamu, bila kamu telah membayar mas kawin mereka dengan maksud menikahinya, tidak dengan maksud berzina dan tidak (pula) menjadikannya gundik-gundik. Barang siapa yang kafir sesudah beriman (tidak menerima hukum-hukum Islam) maka hapuslah amalannya dan ia di hari akhirat termasuk orang-orang merugi. (QS. al-Maidah [5] : 5);Dan janganlah kamu nikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin

lebih baik dari wanita yang musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik walaupun ia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya . Dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran. (QS. al-Baqarah [2] : 221)Hai orang-orang yang beriman, apabila datang berhijrah kepadamu perempuan-perempuan yang beriman, maka hendaklah kamu uji (keimanan) mereka. Alllah lebih mengetahui tentang keimanan mereka; maka jika kamu telah mengetahui bahwa mereka (benar-benar) beriman maka jangalah kamu kembalikan mereka kepada (suami-suami mereka) orang-orang kafir. Mereka tiada halal bagi orang-orang kafir itu dan orang-orang kafir itu tiada halal pula bagi mereka. Dan berikanlah kepada (suami-suami) mereka mahar yang telah mereka bayar. Dan tiada dosa atasmu mengawini mereka apabila kamu bayar kepada mereka maharnya. Dan janganlah kamu tetap berpegang pada tali (perkawinan) dengan perempuan-perempuan kafir; dan hendaklah kamu minta mahar yang telah kamu bayar; dan hendaklah mereka meminta mahar yang telah mereka bayar. Demikianlah hukum Allah yang ditetapkan-Nya diantara kamu. Dan Allah maha mengetahui dan maha bijaksana (QS. al-Mumtahianah [60] : 10).Dan barang siapa diantara kamu (orang merdeka) yang tidak cukup perbelanjaannya untuk mengawini wanita merdeka lagi beriman, Ia boleh mengawini wanita yang beriman, dari budak-budak yang kamu miliki. Allah mengetahui keimananmu; sebahagian kamu adalah dari sebahagian yang lain, karena itu kawinilah mereka dengan seizin tuan mereka dan berilah mas kawin mereka menurut yang patut, sedang mereka pun wanita-wanita yang memelihara diri bukan pezina dan bukan (pula) wanita-wanita yang mengambil laki-laki lain sebagai piaraannya; dan apabila mereka telah menjaga diri dengan kawin, kemudian mereka mengerjakan perbuatan yang keji (zina), maka atas mereka separuh hukuman dari hukuman wanita-wanita merdeka yang bersuami. (Kebolehan mengawini budak) itu, adalah bagi orang-orang yang takut pada kesulitan menjaga diri (dari perbuatan zina) diantaramu, dan kesabaran itu lebih baik bagimu. Dan Allah Maha Pengamun dan Maha Penyayang (QS. al-Nisa [4] : 25). 2. Hadis-hadis Rasulullah s.a.w :Wanita itu (boleh) dinikahi karena empat hal : (i) karena hartanya; (ii) karena (asal-usul) keturunannya; (iii) karena kecantikannya; (iv) karena agama. Maka hendaklah kamu berpegang teguh (dengan perempuan) yang menurut agama Islam; (jika tidak) akan binasalah kedua tangan-mu (Hadis riwayat muttafaq alaih dari Abi Hurairah r.a); 3. Qaidah Fiqh :Mencegah kemafsadatan lebih didahulukan (diutamakan) dari pada menarik kemaslahatan. MEMPERHATIKAN : 1. Keputusan Fatwa MUI dalam Munas II tahun 1400/1980 tentang Perkawinan Campuran. 2. Pendapat Sidang Komisi C Bidang Fatwa pada Munas VII MUI 2005 : Dengan bertawakkal kepada Allah SWT

MEMUTUSKAN

MENETAPKAN :

FATWA TENTANG PERKAWINAN BEDA AGAMA 1. Perkawinan beda agama adalah haram dan tidak sah. 2. Perkawinan laki-laki muslim dengan wanita Ahlu Kitab, menurut qaul mutamad, adalah haram dan tidak sah.

Ditetapkan di : Jakarta Pada Tanggal : 22 Jumadil Akhir 1426 H.29 Juli 2005 M.

MUSYAWARAH NASIOANAL VII MAJELIS ULAMA INDONESIA, Pimpinan Sidang Komisi C Bidang Fatwa Ketua, K. H. MARUF AMIN Sekretaris, HASANUDIN

WANITA MENJADI IMAM SHALAT

REPUBLIKA.CO.ID, Masih ingat Amina Wadud? Itu tuh, wanita liberal yang menciptakan sensasi pada 2005 dengan menjadi imam shalat Jumat di gereja Katedral di AS. Yang nyeleneh lagi, makmum yang ikutikutan shalat di belakangnya tidak hanya kaum perempuan, tapi banyak juga yang laki-laki. Tentu saja ibadah shalat dengan makmum campur-aduk alias gado-gado ini menimbulkan kecaman dunia Islam.

Tak cukup sampai di situ, tiga tahun kemudian, tokoh kebanggaan kaum liberal yang juga profesor studi Islam di Virginia Commonwealth University ini, kembali berulah. Wadud didapuk sebagai imam shalat di Pusat Pendidikan Muslim di Oxford, Inggris pada 2008. Juga dengan makmum campur-aduk, laki-laki dan perempuan. Hebatnya lagi, bak khatib Jumat beneran, si Wadud juga memberikan khutbah singkat sebelum shalat dua rakaat.

Beragam kecaman dari ulama-ulama Islam dunia menampar muka Wadud, namun ia tak ambil pusing. Untuk menjaga agar kejadian nyeleneh ala Amina ini tidak terjadi di Indonesia, Majelis Ulama Indonesia (MUI) segera mengeluarkan fatwa.

Dalam Musyawarah Nasional (Munas) MUI VII, pada 19-22 Jumadil Akhir 1426 H/26-29 Juli 2005 M, MUI menetapkan Fatwa Nomor: 9/MUNAS VII/MUI/13/2005 Tentang Wanita Menjadi Imam Shalat. Hal ini, menurut MUI, perlu dilakukan untuk memberikan kepastian hukum dalam syariat Islam tentang hukum wanita menjadi imam shalat, agar dapat dijadikan pedoman bagi umat Islam.

MUI mendasarkan fatwanya pada Kitabullah, sunnah Rasulullah SAW, ijma' ulama, dan kaidah-kaidah fiqh.

Firman Allah SWT antara lain: "Kaum laki-laki adalah pemimpin bagi kaum wanita oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita)..." (QS An-Nisaa': 34)

Sedangkan hadits-hadits Nabi SAW, antara lain:

"Rasulullah memerintahkan Ummu Waraqah untuk menjadi imam bagi penghuni rumahnya." (HR Abu Dawud dan Al-Hakim). Rasulullah bersabda, Janganlah seorang perempuan menjadi imam bagi laki-laki. (HR Ibnu Majah) Rasulullah bersabda, Saf (barisan dalam shalat berjamaah) terbaik untuk laki-laki adalah saf pertama (depan) dan saf terburuk bagi mereka adalah saf terakhir (belakang); sedangkan saf terbaik untuk perempuan adalah saf terakhir (belakang) dan saf terburuk bagi mereka adalah saf pertama (depan). Rasulullah bersabda, Shalat dapat terganggu oleh perempuan, anjing dan himar (keledai). (HR Muslim)

Rasulullah bersabda, (Melaksanakan) shalat yang paling baik bagi perempuan adalah di dalam kamar rumahnya. (HR Bukhari) Adapun berdasarkan ijma sahabat, di kalangan mereka tidak pernah ada wanita yang menjadi imam shalat di mana di antara makmumnya adalah laki-laki. "Para sahabat juga berijma bahwa wanita boleh menjadi imam shalat berjamaah yang makmumnya hanya wanita, seperti yang dilakukan oleh Aisyah dan Ummu Salamah," jelas MUI seraya mengutip kitab Tuhfah Al-Ahwazi karya Al-Mubarakfuri. Dan berdasarkan kaidah fiqh: Hukum asal dalam masalah ibadah adalah tauqif dan ittiba (mengikuti petunjuk dan contoh dari Nabi).

Selain itu, MUI juga memerhatikan pendapat para ulama seperti termaktub dalam kitab Al-Umm (Imam Syafii), Al-Majmu Syarah Al-Muhazzab (Imam Nawawi), dan Al-Mughni (Ibnu Qudamah).

"Berdasarkan telaah kitab-kitab tersebut, dan kenyataan bahwa sepanjang masa sejak zaman Nabi Muhammad SAW, tidak diketahui adanya shalat jamaah di mana imamnya wanita dan makmumnya lakilaki," kata MUI.

Oleh sebab itu, Sidang Komisi C Bidang Fatwa MUI memutuskan fatwa. "Dengan bertawakkal kepada Allah SWT, MUI memutuskan bahwa wanita menjadi imam shalat berjamaah yang di antara makmumnya terdapat orang laki-laki hukumnya haram dan tidak sah. Adapun wanita yang menjadi imam shalat berjamaah yang makmumnya wanita, hukumnya mubah."

Fatwa ini ditetapkan di Jakarta pada tanggal 21 Jumadil Akhir 1426 H yang bertepatan dengan 28 Juli 2005 M, dan ditandatangani oleh Ketua MUI KH Maruf Amin dan Sekretaris Hasanuddin.

HUKUM KOPI LUWAK Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH. Maruf Amin saat konferensi pers di Gedung MUI, Jl. Proklamasi No. 51 Jakarta, Selasa, 20 Juli 2010 telah mengumumkan fatwa yang menyatakan, kopi luwak halal setelah melalui proses pencucian. Diperbolehkan meminum, memproduksi, dan memperdagangkannya.

Turut mendampingi Sekretaris Umum MUI Ichwan Sam dan Direktur Eksekutif Lembaga Pengkajian Pangan Obat-obatan dan Kosmetika (LPPOM) MUI Lukmanul Hakim.

Dijelaskan dalam fatwa tersebut, bahwa biji kopi luwak ini bersifat mutanajis atau terkena najis. Akan dinyatakan halal setelah melalui proses pencucian dengan melakukan pencucian secara islami sebanyak 7 kali dengan menggunakan air mengalir. Kalau sudah dicuci dan najisnya hilang, berarti hukumnya Halal dikonsumsi dan diperjualbelikan.

Sebagaimana diketahui, proses memproduksi kopi luwak ini dimulai dari biji kopi yang ditelan oleh luwak, kemudian keluar bersamaan dengan faeces (kotoran). Biji kopi tersebut tetap utuh (tertutup kulit tanduk). Direktur Eksekutif LPPOM MUI Lukmanul Hakim menuturkan, biji kopi ini bersifat mutanajis. Seperti barang lain yang terkena najis, maka biji kopi pun harus dicuci terlebih dahulu untuk proses selanjutnya.

Atas landasan diatas, saya bersama teman-teman memberanikan diri untuk mengkonsumsi kopi luwak dan menjualnya ke khalayak umum. Sehingga, berdirilah Kopi Luwak Liar Jember dengan Merek Bun Prenk. Semua proses akan kami lakukan sesuai fatwa Majelis Ulama Indonesia, karena bagi kami transaksi yang berkah adalah transaksi yang tidak melanggar syariat Allah.

Fatwa MUI tentang Hukum Mengucapkan Selamat Natal Memperhatikan

1. Perayaan Natal bersama pada akhir-akhir ini disalah artikan oleh sebagian ummat Islam dan disangka dengan ummat Islam merayakan Maulid Nabi Besar Muhammad SAW. 2. Karena salah pengertian tersebut ada sebagian orang Islam yang ikut dalam perayaan Natal dan duduk dalam kepanitiaan Natal. 3. Perayaan Natal bagi orang-orang Kristen adalah merupakan ibadah. Menimbang : 1. Ummat Islam perlu mendapat petunjuk yang jelas tentang Perayaan Natal Bersama. 2. Ummat Islam agar tidak mencampur adukkan aqiqah dan ibadahnya dengan aqiqah dan ibadah agama lain.

3. Ummat Islam harus berusaha untuk menambah Iman dan Taqwanya kepada Allah SWT.

4. Tanpa mengurangi usaha ummat Islam dalam Kerukunan Antar Ummat Beragama di Indonesia. Meneliti kembali : Ajaran-ajaran agama Islam, antara lain: 1. Bahwa ummat Islam diperbolehkan untuk bekerja sama dan bergaul dengan ummat agamaagama lain dalam masalah-masalah yang berhubungan dengan masalah keduniaan, berdasarkan atas: 1. Al Qur`an surat Al-Hujurat ayat 13: Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan Kamu sekalian dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan Kami menjadikan kamu sekalian berbangsa-bangsa dan bersuku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah adalah orang yang bertaqwa (kepada Allah), sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.

2. Al Qur`an surat Luqman ayat 15:Dan jika kedua orang tuamu memaksamu untuk mempersekutukan dengan aku sesuatu yang kamu tidak ada pengetahuan tentang itu, maka janganlah kamu mengikutinya, dan pergaulilah keduanya di dunia ini dengan baik. Dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian kepada-Ku lah kembalimu, maka akan Kuberikan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. 3. Al Qur`an surat Mumtahanah ayat 8: Allah tidak melarang kamu (ummat Islam) untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang (beragama lain) yang tidak memerangi kamu karena

agama dan tidak pula mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.

2. Bahwa ummat Islam tidak boleh mencampuradukkan aqiqah dan peribadatan agamanya dengan aqiqah dan peribadatan agama lain berdasarkan : 1. Al Qur`an surat Al-Kafirun ayat 1-6:Katakanlah hai orang-orang kafir, aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu tidak pernah pula menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmulah agamamu dan untukkulah agamaku.

2. Al Qur`an surat Al Baqarah ayat 42: Dan jika kedua orang tuamu memaksamu untuk mempersatukan dengan aku sesuatu yang kamu tidak ada pengetahuan tentang itu, maka janganlah kamu mengikutinya dan pergaulilah keduanya di dunia ini dengan baik Dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Kita, kemudian kepada-Kulah kembalimu, maka akan Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. 3. Bahwa ummat Islam harus mengakui kenabian dan kerasulan Isa Al Masih bin Maryam sebagaimana pengakuan mereka kepada para Nabi dan Rasul yang lain, berdasarkan atas:

1. Al Qur`an surat Maryam ayat 30-32: Berkata Isa: Sesungguhnya aku ini hamba Allah. Dia memberiku Al Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi. Dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkahi di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku mendirikan shalat dan menunaikan zakat selama aku hidup. (Dan Dia memerintahkan aku) berbakti kepada ibumu (Maryam) dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka. 2. Al Qur`an surat Al Maidah ayat 75: Al Masih putera Maryam itu hanyalah seorang Rosul yang sesungguhnya telah lahir sebelumnya beberapa Rosul dan ibunya seorang yang sangat benar. Kedua-duanya biasa memakan makanan(sebagai manusia). Perhatikanlah bagaimana Kami menjelaskan kepada mereka (ahli Kitab) tanda-tanda kekuasaan (Kami), kemudian perhatikanlah bagaimana mereka berpaling (dari memperhatikan ayat-ayat Kami itu).

3. Al Qur`an surat Al Baqarah ayat 285 : Rasul (Muhammad telah beriman kepada Al Qur`an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman) semuanya beriman kepada Allah, Malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya dan Rasul-Nya. (Mereka mengatakan) : Kami tidak membeda-bedakan antara seseorang pun (dengan yang lain) dari Rasul-rasulnya dan mereka mengatakan : Kami dengar dan kami taat. (Mereka berdoa) Ampunilah Ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali. 4. Bahwa barangsiapa berkeyakinan bahwa Tuhan itu lebih daripada satu, Tuhan itu mempunyai anak Isa Al Masih itu anaknya, bahwa orang itu kafir dan musyrik, berdasarkan atas :

1. Al Qur`an surat Al Maidah ayat 72 : Sesungguhnya telah kafir orang-orang yang berkata :

Sesungguhnya Allah itu ialah Al Masih putera Maryam. Padahal Al Masih sendiri berkata : Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu. Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga dan tempatnya ialah neraka, tidak adalah bagi orang zhalim itu seorang penolong pun. 2. Al Qur`an surat Al Maidah ayat 73 : Sesungguhnya kafir orang-orang yang mengatakan : Bahwa Allah itu adalah salah satu dari yang tiga (Tuhan itu ada tiga), padahal sekali-kali tidak ada Tuhan selain Tuhan yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu pasti orang-orang kafir itu akan disentuh siksaan yang pedih. 3. Al Qur`an surat At Taubah ayat 30 : Orang-orang Yahudi berkata Uzair itu anak Allah, dan orang-orang Nasrani berkata Al Masih itu anak Allah. Demikianlah itulah ucapan dengan mulut mereka, mereka meniru ucapan/perkataan orang-orang kafir yang terdahulu, dilaknati Allah-lah mereka bagaimana mereka sampai berpaling. 5. Bahwa Allah pada hari kiamat nanti akan menanyakan Isa, apakan dia pada waktu di dunia menyuruh kaumnya, agar mereka mengakui Isa dan Ibunya (Maryam) sebagai Tuhan. Isa menjawab Tidak : Hal itu berdasarkan atas : Al Qur`an surat Al Maidah ayat 116-118 : Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman: Hai Isa putera Maryam adakah kamu mengatakan kepada manusia (kaummu): Jadikanlah aku dan ibuku dua orang Tuhan selain Allah, Isa menjawab : Maha Suci Engkau (Allah), tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). Jika aku pernah mengatakannya tentu Engkau telah mengetahuinya, Engkau mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang ghaib. Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang engkau perintahkan kepadaku (mengatakannya), yaitu : sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu dan aku menjadi saksi terhadapa mereka selama aku berada di antara mereka. Tetapi setelah Engkau wafatkan aku, Engkau sendirilah yang menjadi pengawas mereka. Engkaulah pengawas dan saksi atas segala sesuatu. Jika Engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba-Mu dan Jika Engkau mengampunkan mereka, maka sesungguhnya Engkau Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana. 6. Islam mengajarkan Bahwa Allah SWT itu hanya satu, berdasarkan atas Al Qur`an surat Al Ikhlas : Katakanlah : Dia Allah yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang sega la sesuatu bergantung kepada-Nya. Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak ada seorang pun / sesuatu pun yang setara dengan Dia. 7. Islam mengajarkan kepada ummatnya untuk menjauhkan diri dari hal-hal yang syubhat dan dari larangan Allah SWT serta untuk mendahulukan menolak kerusakan daripada menarik kemaslahatan, berdasarkan atas : 1. Hadits Nabi dari Nu`man bin Basyir : Sesungguhnya apa apa yang halal itu telah jelas dan apa apa yang haram itu pun telah jelas, akan tetapi diantara keduanya itu banyak yang syubhat (seperti halal, seperti haram) kebanyakan orang tidak mengetahui yang syubhat itu. Barang siapa memelihara diri dari yang syubhat itu, maka bersihlah agamanya dan kehormatannya, tetapi barang siapa jatuh pada yang syubhat maka berarti ia telah jatuh kepada yang haram, semacam orang yang mengembalakan binatang makan di daerah larangan itu. Ketahuilah bahwa setiap raja

mempunyai larangan dan ketahuilah bahwa larangan Allah ialah apa-apa yang diharamkan-Nya (oleh karena itu hanya haram jangan didekati). 2. Kaidah Ushul Fiqih Menolak kerusakan-kerusakan itu didahulukan daripada menarik kemaslahatan-kemaslahatan (jika tidak demikian sangat mungkin mafasidnya yang diperoleh, sedangkan masholihnya tidak dihasilkan). Memutuskan Memfatwakan 1. Perayaan Natal di Indonesia meskipun tujuannya merayakan dan menghormati Nabi Isa AS, akan tetapi Natal itu tidak dapat dipisahkan dari soal-soal yang diterangkan diatas. 2. Mengikuti upacara Natal bersama bagi ummat Islam hukumnya haram. 3. Agar ummat Islam tidak terjerumus kepada syubhat dan larangan Allah SWT dianjurkan untuk tidak mengikuti kegiatan-kegiatan Natal. Jakarta, 1 Jumadil Awal 1401 H 7 Maret 1981 Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia Ketua Sekretaris K.H.M SYUKRI. G Drs. H. MAS`UDI

FATWA MUI TENTANG BISNIS MLM


03 Jun

Majelis Ulama Indonesia memberikan perhatian kepada bisnis MLM di indonesia dengan memberikan surat keputusan akan ciri2 bisnis mlm yang dapat dipertanggung jawabkan secara syariah.

KEPUTUSAN FATWA MUSYAWARAH Nomor :291/MUI-KB/E.1/VII

KOMISI

FATWA

MUI

KOTA

BANDUNG

Tentang HUKUM BISNIS MLM / NETWORK MARKETING Musyawarah Komisi Fatwa MUI Kota Bandung yang membahas tentang Hukum Bisnis MLM, setelah MENIMBANG :
1. Bahwa semakin banyak berbagai macam produk suatu perusahaan yang diperjual-belikan kepada masyarakat dengan sistem MLM. 2. Bahwa oleh karena itu, MUI Kota Bandung memandang perlu menetapkan fatwa tentang hukum masalah dimaksud. MEMPERHATIKAN : 1. Pertanyaan-pertanyaan dari umat tentang status hukum bisnis MLM. 2. Pendapat dan saran-saran para Ulama peserta musyawarah. MENGINGAT : 1. Deskripsi Masalah sebagai berikut :Secara sederhana, bahwa dalam memasarkan suatu produk dari suatu perusahaan ada dua macam cara:

Yang sudah umum berlaku, disebut cara konvensional.Yaitu sampainya suatu produk kepada konsumen setelah melalui setidaknya 4 (empat) tahap berikut: dari pabrik kepada distributor, kemudian kepada agen, kemudian kepada grosir, lalu kepada pengecer/toko dan baru kepada konsumen. Bila harga dari pabrik Rp. 100.000 maka sesudah sampai kepada konsumen bisa menjadi Rp. 200.000 atau lebih, karena banyak menyerap biaya, seperti biaya produksi, biaya promosi dan biaya lainnya. MLM (Multy Level Marketing) atau sistem pemasaran berjenjang (Network Marketing)Di sistem ini seorang konsumen harus mampu merekrut konsumen (jaringan) dibawahnya disebut frontline (jaringan/kaki pertama) dan downline atau upline (jaringan/kaki kedua dan seterusnya) dan ia akan menerima keuntungan (prosentase) dari setiap pembelanjaan downline tersebut. Semakin banyak jaringan (downline) maka semakin besar pula keuntungan yang akan diterima olehnya. Bila mampu mencapai titik tertentu sesuai persyaratan, ia akan menduduki suatu posisi dan akan menerima bonus yang telah ditentukan. Cara ini memutus tahapan diatas, yakni dari pabrik langsung kepada konsumen yang sekaligus bisa menjadi distributor. Mengenai harga, tetap seperti diatas hanya kelebihan harga pabrik tersebut menjadi keuntungan distributor.

Pada kenyataannya ada tiga macam bentuk yang berkaitan dengan bisnis MLM :

MLM yang tidak menjual produk, biasa disebut money game (permainan uang) Contoh: Pihak MLM menawarkan sebuah sepeda motor merk x hanya dengan menyetor uang Rp. 2.000.000 dengan syarat harus bisa menjaring sebanyak sepuluh orang yang masing-masing harus menyetorkan uang sebesar Rp. 2.000.000 pula. la akan menerima sepeda motor tersebut setelah mampu menjaring sepuluh orang, dan bila tidak, maka uang tersebut hangus. Demikian seterusnya. Perusahaan MLM, ialah suatu perusahaan yang menjual produk orang lain dengan sistern MLM, yakni ia membeli suatu produk dari pabrik kemudian memasarkannya dengan sistem MLM. Perusahaan MLM ini kadang-kadang mengakibatkan harga menjadi tidak wajar (diatas harga pasar) dan kadang-kadang kabur entah kemana, sehingga banyak yang tidak pernah menerima bonus yang dijanjikan dan jaringan yang paling bawah tidak bisa mengembangkan lagi jaringan. Perusahaan yang memasarkan produknya dengan sistem Penjualan Berjenjang (Network Marketing).Adalah sebuah perusahaan yang menjual produknya dengan sistem berjenjang, sehingga setiap konsumen di perusahaan tersebut adalah juga seorang distributor. Dimana akan mendapatkan keuntungan sesuai dengan jumlah jaringan dan omzet yang dicapai sesuai dengan sistem marketing yang disetujui sejak awal. Dengan harga produk yang cukup wajar.

2. Prinsip Muamalat Islami : Hukum Islam adalah hukum yang berorientasi kemaslahatan sebesar besarnya bagi kehidupan manusia, baik individu maupun masyarakat (mashalih al-ammah). Orientasi ini menjadi pertimbangan mendasar bagi setiap muamalat yang terjadi, baik bagi yang sudah ada, maupun bagi yang baru muncul yang banyak direspon oleh masyarakat seperti Network Marketing / MLM. Muamalat Islami adalah HALAL selama dibangun di atas prinsip-prinsip berikut : 1. 2. 3. 4. Tabadul al-manafi / ( tukar-menukar barang yang bernilai manfaat) An taradlin ( kerelaan dari kedua pihak yang bertransaksi dengan tidak ada paksaan) Adamu al-gharar ( tidak berspekulasi yang tidak jelas / tidak transparan) Adamu Maysyir ( tidak ada untung-untungan atau judi seperti ba i al-hashat yi : melempar barang dengan batu kerikil dan yang terkena lemparan itu harus dibeli, atau seperti membeli tanah seluas lemparan kerikil dengan harga yang telah disepakati, dan ba i al-lams yi : barang yang sudah disentuh harus dibeli) Adamu Riba ( tidak ada sistem bunga-berbunga), Adamu al-gasysy ( tidak ada tipu muslihat), seperti al-tathfif ( curang dalam menimbang atau menakar), Adamu al-najasy ( tidak melakukan najasy yaitu menawar barang hanya sekedar untuk mempengaruhi calon pembeli lain sehingga harganya menjadi tinggi), Ta awun ala al-birr wa al-taqwa ( tolong menolong dalam kebaikan dan taqwa), Musyarakah ( kerja sama).

5. 6. 7. 8. 9.

3. Prinsip (rukun) jual beli.


Ba i ( penjual); Musytari ( pembeli); Syarat bagi penjual dan pembeli adalah harus shah (layak) melakukan transaksi. Mabi ( barang yang diperjual-belikan).

Adapun syarat barang yang diperjual-belikan harus ada manfaatnya, benda suci (bukan benda najis) dan halal dikonsumsi dan atau dipakai/digunakan.

4. Islam membolehkan membuat persyaratan perjanjian dalam transaksi apapun yang disepakati oleh semua pihak, seperti dalam bisnis MLM diatas, selama tidak untuk menghalalkan yang haram atau sebaliknya. 5. Dalil-dalil sebagai berikut :

A. Firman Allah swt :

. : 29 Hai orang-orang beriman, janganlah kamu memakan harta diantara kamu dengan cara yang batil, kecuali melalui perdagangan yang disertai kerelaan diantara kamu. (Q.S. al-Nisa : : 29.) 2

Bertolong-menolonglah kamu dalam kebaikan dan taqwa, dan janganlah bertolong-menolong dalam dosa dan permusuhan. (Q.S. al-Maidah : 2).

Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang, (yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi, dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi. Q.S. (al-Muthaffifiin: 1-3). Sesungguhnya orang-orang mukmin itu adalah saudara, maka rukunlah diantara saudarasaudaramu. Dan bertaqwalah kepada Alllah agar kamu mendapat rahmat. (Q.S. al-Hujurat : 10). Agar harta tidak berputar hanya diantara orang-orang kaya saja diantara kamu. (Q.S. al-Hasyr : 7). B. Sabda Nabi Muhammad saw :

Nabi saw. melarang jual-beli dengan cara melemparkan batu kerikil. HR. Lima orang perowi hadits kecuali Bukhary dari Abu Hurairah Ra. Sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda: Barangsiapa mengangkat senjata kepada kami (umat Islam) maka bukan umat kami, dan siapa yang menipu kami maka bukan umat kami HR. Muslim dari Abu Hurairah Ra. Sesungguhnya Rasulullah saw melewati sekarung makanan (gandum), lalu memasukkan tangannya ke dalam karung tersebut dan jari-jemarinya menyentuh yang basah, maka beliau bertanya: Mengapa hal ini, wahai pemilik makanan? Terkena air hujan, ya Rasulallah ! jawab si pemilik makanan. Rasul saw. bersabda: Mengapa tidak kamu simpan yang basah itu di bagian atas agar dilihat orang. Siapa yang menipu kami maka bukan umat kami. HR. Muslim dari Abu Hurairah Ra Sesungguhnya Rasulullah saw. telah bersabda: Janganlah kamu saling melakukan najasy (menawar barang hanya sekedar untuk mempengaruhi calon pembeli lain sehingga harganya menjadi tinggi). HR. Muttafaq alaih dari Abu Hurairah Ra. Nabi saw.telah melarang melakukan najasy.HR.Muttafaq alaih dari Ibnu Umar Ra. Dari Jabir Ra. ia mendengar Rasulullah saw. bersabda di Makkah pada tahun futuh Makkah: Sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya telah mengharamkan menjual khamr, bangkai, babi dan menjual berhala. Lalu ada yang bertanya: Ya rasulallah, bagaimana dengan lemak bangkai karena suka dipakai melabur kapal, dipakai meminyaki kulit dan dijadikan lampu oleh orang-orang ? Tidak, ia haram. Jawab Rasul. Kemudian beliau bersabda lagi: Allah membinasakan Yahudi, karena tatkala Allah Azza wa Jalla mengharamkan lemak bangkai, mereka melakukan rekayasa kemudian menjualnya dan memakan hasilnya. HR. Lima orang perowi hadits. Masih dari Jabir Ra.: Rasulullah saw. melarang makan hasil jual-beli anjing, upah perzinaan dan upah berdukun. Dan di dalam riwayat lainnya: Nabi saw. melarang hasil jual-beli anjing dan binatang sinnaur. HR. Lima orang perowi hadits kecuali Bukhary. Dari Anas Ra. katanya: Rasulullah saw.mengutuk sepuluh orang dalam soal khamr: Yang membuatnya, yang menyuruh membuat, yang meminumnya, yang mengangkutnya, yang menyurruh mengangkut, penyalurnya, penjualnya, yang memakan hasil penjualannya, pembelinya dan yang membelikannya. HR. Tirmidzy dan Abu Daud. Allah berfirman dalam hadits qudsi: Aku adalah yang ketiga (yang selalu mendampingi) dua orang yang melakukan kerjasama, selama salah seorang dari keduanya tidak mengkhianati temannya. Apabila ia berkhianat maka Akupun keluar dari keduanya. HR. Abu Daud dan al-Hakim, shahih Orang-orang Islam itu terikat dengan persyaratan / perjanjian yang mereka buat. HR. Bukhary.

C. Kaidah Fiqh : Tidak memudaratkan dan tidak dimudaratkan (tidak saling memudaratkan). Hukum yang dikaitkan dengan suatu syarat/perjanjian maka tidak shah kecuali bila syarat tersebut sudah ada.

MEMUTUSKAN Dengan senantiasa memohon ridla dan taufiq serta bimbingan Allah swt. MENETAPKAN : Pertama :
MLM yang pertama yaitu MLM yang tidak menjual produk disebut money game (permainan uang) hukumnya Kedua : MLM yang kedua yaitu perusahaan MLM yang menjual produk perusahaan orang lain hukumnya boleh, hanya calon konsumen (calon anggota MLM tersebut) harus berhati-hati karena harga barang menjadi tidak Ketiga : MLM yang ketiga yaitu suatu perusahaan yang memasarkan produknya dengan sistem penjualan berjenjang di atas hukumnya shah / halal. Adanya bonus yang dijanjikan, disamakan dengan jualah. Yang perlu diperhatikan : wajar, dan kadang-kadang bisa bangkrut. haram, karena berupa penipuan yang nyata.

1. Bagi calon anggota, hendaknya memahami prosedur dan peraturan yang berlaku pada MLM; 2. Bagi siapapun hendaknya tidak membeli barang yang tidak diperlukan karena termasuk israf yang dilarang oleh Islam.

Wallaahu Alam Bis-Shawaab. MAJELIS ULAMA INDONESIA KOTA BANDUNG KH. Ketua Bidang Fatwa Daftar Pustaka :
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Al-Qur-an ; Shahih Bukhary ; Shahih Muslim ; Riyadlus Shalihiin : 547-548 ; Al-Taj al-Jami Li al-Ushul Fi Ahaadiits al-Rasuul, Juz II: 198 dan 201 ; Al-Fiqh al-Islami Wa Adillatuh ; AI-Asybah Wa al-Nadha-ir ; Dan kitab-kitab Fiqh lainnya.

Maftuh

Kholil

====================================================================== BISNIS MLM MELIA NATURE INDONESIA HALAL SESUAI SYARIAT ISLAM

Berdasarkan KEPUTUSAN FATWA MUSYAWARAH KOMISI FATWA MUI KOTA BANDUNG

Nomor :291/MUI-KB/E.1/VII.Tentang HUKUM BISNIS MLM / NETWORK MARKETING diatas sebagai dasar hukum dan prinsip utama MLM SYARIAH, maka dapat diambil kesimpulan bahwa Bisnis MLM dari PT MELIA NATURE INDONESIA termasuk dalam MLM yang HALAL seperti yang telah tercantum pada bab Menetapkan poin Ketiga yaitu : MLM yang ketiga yaitu suatu perusahaan yang memasarkan produknya dengan sistem penjualan berjenjang di atas hukumnya shah / halal. Adanya bonus yang dijanjikan, disamakan dengan jualah.
Dari prinsip hukum diatas dapat diambil kesimpulan bahwa MLM PT MELIA NATURE INDONESIA sesuai dengan ciri ciri MLM berbasis Syariah Islam dengan uraian sebagai berikut:

Produk yang dipasarkan oleh dapat dipastikan kehalalannya, sesuai Sijil Pengesahan HALAL yang dikeluarkan oleh JABATAN KEMAJUAN ISLAM MALAYSIA. ========================================== Fatwa MUI Kota Bandung telah dihapus setelah Keluar Fatwa DSN MUI Tertanggal 25 Juli 2009 FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL MUI No : 75/DSN MUI/VII/2009 Tentang PEDOMAN PENJUALAN LANGSUNG BERJENJANG SYARIAH (PLBS) MLM Memperkuat dan Menambahkan Fatwa MUI Kota Bandung Nomor :291/MUI-KB/E.1/VII

FATWA MUI TENTANG KHITAN PEREMPUAN


Posted on 14/08/2011 by muidiy

FATWA MUI TENTANG KHITAN PEREMPUAN ADALAH SOLUSI JALAN TENGAH *) 1. Latar Belakang Fatwa Masalah khitan perempuan dibahas di MUI setelah mendapat pertanyaan dari Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan. Pertanyaan tersebut muncul disertai data penyimpangan pelaksanaan khitan perempuan di berbagai Negara. Juga dikuatkan oleh penelitian yang dilakukan oleh Population Council terhadap pelaksanaan khitan perempuan di 6 provinsi di Indonesia yang dibiayai oleh USAID dan Ford Foundation.. Bahkan terkait dengan hal itu, Departemen Kesehatan RI, cq. Dirjen Bina Kesejahteraan Masyarakat telah mengeluarkan Surat Edaran tentang Larangan Medikalisasi Khitan Perempuan bagi Petugas Kesehatan. Di sisi lain terjadi beragam tata cara pelaksanaan khitan bagi perempuan yang tidak jarang berimplikasi terhadap adanya dlarar (bahaya) bagi perempuan. Dalam penelitian yang dilaksanakan di berbagai daerah di Indonesia pun telah terjadi keragaman praktek khitan perempuan : ada yang dengan cara menggores dan mengerik, menusuk , mencubit dan menindik insisi dan eksisi. WHO juga telah melakukan klasifikasi praktek sunat perempuan ke dalam 4 type : a. pemotongan prepuce dengan atau mengiris/menggores bagian atau seluruh klirotis. b. Pemotongan klirotis dengan disertai pemotongan sebagian atau seluruh labia minora. c. Pemotongan bagian atau seluruh alat kelamin luar disertai penjahitan/ penyempitan lubang vagina, dan d. Tidak terklarisifasi : penusukan, pelubangan, pengirisan/penggoresan terhadap klirotis dan/atau labia, pemotongan vagina, pemasukan bahan jamu yang bersifat korosif ke dalam vagina. Dorongan untuk pelarangan khitan perempuan semakin menguat dengan kampanye yang sistimatis dari WHO serta beberapa lembaga donor. Sementara itu, dalam literatur fiqh tidak ditemukan satu pun ulama madzhab fiqh yang mutabar (terkenal) melarang praktek khitan prempuan. Bahkan ada kesepakatan bahwa khitan perempuan adalah bentuk keutamaan. Hanya saja terdapat perbedaan hukum fiqh-nya antara sunat dan wajib. Belakangan ada beberapa ulama kontemporer seperti Yusuf Qordowy yang menambah ketentuan hukum mubah=boleh, merujuk pada kenetralan pengertian yang diperoleh dari kata makrumah dalam Hadits Nabi Al Khitanu sunnatan lir rijaal makrumatun lin nisaa= Khitan merupakan sunnah (ketetapan Rasul) bagi laki-laki, dan makrumah (kemuliaan) bagi wanita (lihat konsideran Fatwa MUI No.9.A Tahun 2008 tertanggal 7 Mei 2008, terlampir). Untuk itu penetapan Fatwa tidak lagi seputar hukum khitan bagi perempuan. Karena secara fiqh ketentuan tersebut sudah sangat panjang lebar dijelaskan dalam berbagai literatur, baik klasik maupun kontemporer. Permasalahan yang justru baru adalah adanya trend pelarangan terhadap khitan perempuan secara umum. Bahkan sudah dituangkan dalam kebijakan pemerintah, sekalipun itu hanya Surat Edaran, yang dalam tata perundangan kita tidak mempunyai kekuatan hukum tetap. 2. Substansi dan Diktum Fatwa Diktum fatwa MUI tentang hukum pelarangan khitan terhadap perempuan terdiri dari 4 bagian : (1) Status Hukum khitan Perempuan (2) Hukum Pelarangan Khitan terhadap Perempuan (3) Batas atau Cara khitan Perempuan , dan (4) Rekomendasi Diktum fatwa MUI selengkapnya adalah sbb. : Pertama : Status Hukum Khitan Perempuan : 1). Khitan bagi laki-laki maupun perempuan termasuk fitrah (aturan) dan syiar Islam 2). Khitan terhadap perempuan adalah makrumah, pelaksanaannya sebagai salah satu bentuk ibadah yang dianjurkan Kedua : Hukum Pelarangan Khitan terhadap Perempuan :

Palarangan khitan terhadap perempuan adalah bertentangan dengan ketentuan syariah, karena khitan, baik bagi laki-laki maupun perempuan termasuk fitrah (aturan) dan syiar Islam Ketiga : Batas dan Cara Khitan Perempuan : Dalam pelaksanaannya, khitan terhadap perempuan harus memperhatikan hal hal sebagai berikut : 1. Khitan perempuan cukup dengan hanya menghilangkan selaput (jaldah/ colum/prapaeputium) yang menutupi klirotis. 2. Khitan prempuan tidak boleh dilakukan secara berlebihan, seperti memotong atau melukai klirotis (insisi dan eksisi) yang mengakibatkan dloror (bahaya dan merugikan) Keempat : Rekomendasi : 1. Meminta kepada pemerintah cq. Departemen Kesehatan untuk menjadikan fatwa ini sebagai acuan dalam penetapan peraturan/regulasi tentang masalah khitan perempuan. 2. Menganjurkan kepada Pemerintah cq. Departemen Kesehatan untuk memberikan penyuluhan dan pelatihan kepada tanaga medis untuk melakukan khitan perempuan sesuai dengan ketentuan fatwa ini. Dari diktum fatwa tersebut, sejatinya fatwa MUI ini ingin menegaskan 2 substansi sekaligus, yaitu : Pertama : menegaskan tindak pelarangan khitan terhadap perempuan. Kedua : menegaskan tata cara berkhitan bagi perempuan yang sesuai dengan ketentuan syareah dan melarang tindakan berlebihan dalam praktek khitan yang menimbulkan bahaya bagi perempuan, baik secara pisik maupun psikis. 3. Argumentasi atas Penetapan Fatwa : Fatwa MUI terkait dengan masalah khitan perempuan ini, diawali dengan adanya penegasan bahwa khitan, baik bagi laki-laki maupun perempuan termasuk fitrah (aturan) dan syiar Islam. Pelaksanaannya bagian dari ibadah. Hal ini menjadi penting untuk ditegaskan terkait dengan adanya kesalahpahaman terhadap posisi khitan. Khitan tidak hanya sekedar kebutuhan medis, namun merupakan bentuk ibadah yang dogmatik. Meski tidak jarang ajaran agama yang bersifat dogmatik tersebut melahirkan hikmah positif. Meskipun secara medis tidak (lebih tepatnya belum) ditemukan manfaat terhadap pelaksanaan khitan bukan serta merta ia menjadi terlarang. Hal ini sangat berbeda dengan cara pandang medik ansich. Cara pandang yang seperti ini dipastikan akan melarang khitan jika tidak ada pertimbangan medis. Selanjutnya secara lebih ekstrim, cara pandang seperti ini akan mengabsahkan gerakan pro-integrasi genital juga melarang khitan laki-laki sebagaimana larangan terhadap khitan terhadap perempuan di Amerika Serikat. Disamping itu, fatwa ini juga mendasarkan pada keumuman ayat tentang perintah mengikuti millah Ibrahim sebagaimana dalam Al Quran S.Ali Imran ayat 95, An Nissa ayat 125 serta keumuman tunduk terhadap perintah Allah sebagaimana tersebut dalam Al Quran S.Ali Imran 31 : S.Ali Imran ayat 95 : 95. Katakanlah: Benarlah (apa yang difirmankan) Allah. Maka ikutilah agama Ibrahim yang lurus, dan bukanlah dia termasuk orang-orang yang musyrik. S.An Nisa ayat 125 : 125. Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus? dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayanganNya. S.Ali Imron ayat 31 : 31. Katakanlah: Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dalam teori hukum Islam, ibadah itu ada yang berdimensin rasional (taaqquli/ maqulat al mana) dan ada yang dogmatik (taabbudi/ghairu maqulatal mana). Nah khitan sekalipun tidak/belum dapat dinalar sesuai dengan nalar medik sekalipun, ia tetap dan harus eksis sebagai identitas agama atau ibadah. Penetapan fatwa bahwa pelarangan khitan terhadap perempuan adalah bertentangan dengan syariah,

didasarkan pada keumuman ayat-ayat Al Quran tersebut diatas, Sunnah dan pandangan ulama madzhab yang bersepakat atas kebolehan khitan terhadap perempuan (sebagaimana tersebut dalam konsideran fatwa MUI). Secara tersirat , terdapat adanya konsensus di kalangan ulama mengenai ketidakbenaran tindakan pelarangan khitan terhadap perempuan. Ulama sepakat bahwa khitan terhadap perempuan tidak haram, pun tidak makruh. Dalil Al Quran yang dijadikan landasan fatwa MUI ini adalah keumuman ayat tentang keharusan mengikuti millah Ibrahim, antara lain dalam S.An Nahl ayat 123 : 123. Kemudian kami wahyukan kepadamu (Muhammad): Ikutilah agama Ibrahim seorang yang hanif dan bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan. Dalam Tafsir Al Shanani, As Syaukani dll disebutkan bahwa cakupan millah Ibrahim yang hanif antara lain adalah : tauhid, khitan, larangan menikah dengan ibu, anak kandung dan sudara kandung. Dalam konteks ayat ini ada penjelasan dari hadits shaheh Bukhari Muslim, yang artinya : Nabi Ibrahim berkhitan pada usia delapan puluh tahun dengan menggunakan kapak. Fatwa MUI ini disamping mempertimbangkan ayat-ayat Al Quran tersebut, dilengkapi juga dengan beberapa Hadits dan Fatwa Ulama, yang semuanya menegaskan adanya syareat khitan bagi perempuan ini dan tidak ada yang melarang dengan hukum haram maupun makruh, dan tak ada satupun yang menegaskan, terlebih menganggapkan sebagai kriminal (perhatikan konsideran Fatwa MUI tersebut dalam mengingat dan memperhatikan. 4. Fatwa MUI tentang Khitan Perempuan : moderasi antara dua ekstrim Dari paparan diatas, dapat kita pahami bahwa Fatwa MUI terkait dengan masalah khitan perempuan merupakan langkah moderasi diantara dua ekstrim. Jika digambarkan secara sederhana, penyikapan terhadap masalah khitan perempuan ada dua kutub yang berlawanan : 1) Pihak yang melakukan khitan terhadap perempuan dengan praktek yang secara pasti membahayakan, seperti dengan menjepit dan sejenisnya, menutup dan menjahit vagina , mengambil seluruh klirotis dan labia baik mayora maupun minora, dan praktek lain yang membahayakan, sebagaimana digambarkan terjadi di beberapa negara Afrika Utara. 2) Pihak yang melarang seluruh praktek khitan perempuan, dengan alasan sebagai bentuk kekerasan, mutilasi dan pelanggaran hak asasi manusia. Banyak tulisan yang bernada sangat provokatif dan memaksakan opini bahwa khitan perempuan adalah tindakan kriminal yang harus diberangus. Bahkan tanpa disadari juga dilakukan oleh beberapa dokter serta petugas medis sendiri. Lebih ironis lagi Surat Edaran Dirjen Bina kesehatan Masyarakat Departemen Kesehatan yang ditandatangani oleh Sri Astuti Suparmanto pada tanggal 20 April 2006, juga mengklaim bahwa sunat perempuan sebagai penyebab perusakan alat kelamin perempuan , tanpa ada penjelasan mengenai khitan yang seperti apa yang masuk kategori merusak itu. Fatwa MUI berdiri di antara dua ekstrim tsb., karena keduanya, secara akademik maupun keagamaan bertentangan dengan ketentuan normatif yang dikembangkan Islam. Kepada pihak yang menyatakan pelarangan mutlak terhadap khitan perempuan secara agama jelas bertentangan, sebagaimana tersebut dalam diktum kedua Fatwa tersebut di muka. Namun demikian fatwa MUI tidak menutup mata terhadap fakta adanya berbagai praktek khitan perempuan yang menimbulkan bahaya. Untuk itu untuk mengindari adanya bahaya akibat penyimpangan terhadap praktek khitan perempuan, Fatwa MUI juga menegaskan mengenai batasan atau tata cara khitan perempuan sesuai dengan ketentuan syariah, sebagaimana tersebut dalam diktum ketiga fatwa MUI di muka. Penentuan batasan atau tatacara khitan tersebut didasarkan pada petunjuk yang diberikan Nabi SAW yang menekankan 3 prinsip, yaitu : a. Sedikit saja b. Tidak berlebihan, dan c. Tidak menimbulkan bahaya Dalam keterangan dalam Haditsnya (secara rinci ada dalam konsideran fatwa), Rasulullah SAW hanya memperbolehkan pemotongan itu dilakukan dengan syarat tidak berlebihan, sehingga tidak menyebabkan bahaya, seperti mengurangi fungsi seksual dan dampak psikis lainnya. Dalam elaborasi lebih lanjut, para ulama memberikan penjelasan lebih detail, yang intinya tersebut dalam konsideran Fatwa pada

memperhatikan. Di samping itu, penetapan batas atau tatacara khitan ini juga merujuk pada pendapat beberapa ahli kedokteran, diantaranya kesimpulan dalam presentasi Prof.Dr.Jurnalis Uddin (Fakultas Kedokteran Universitas YARSI Jakarta) yang menegaskan bahwa khitan pada laki-laki hanya memotong preputium penis, mestinya yang dilakukan pada khitan perempuan adalah juga memotong preputium klirotis saja. Dengan demikian khitan terhadap perempuan secara umum sebanding dengan khitan terhadap laki-laki. Hanya saja karena secara anatomis antara keduanya berbeda, maka tatacaranya juga berbeda. Khitan lelaki dilakukan dengan membuang kulup yang menutupi penis (hasyafah), sedang pada perempuan dilakukan dengan membuang kulup yang menutupi klirotis (bizhr). Fakta terhadap adanya berbagai dampak negatif yang ditemukan, lebih sebagai akibat dari penyimpangan dari ptaktek khitan perempuan tersebut. Untuk itu sebagai tindak lanjut dari langkah moderat dalam penyikapan terhadap masalah khitan perempuan, fatwa MUI diakhiri dengan dua point rekomendasi, sebagaimana tersebut dalam diktum keempat tersebut di muka. Kedua rekomendasi tersebut diberikan mengingat masalah khitan perempuan sebagai sebuah bentuk ibadah (yang dijamin oleh pasal 29 UUD 1945), dalam diskursus hukum Islam termasuk dalam masalah Fiqh Ijtimai (yang punya dimensi sosial), sehingga membutuhkan intervensi dari pemegang kebijakan publik cq.Pemerintah up.Departemen Kesehatan. Namun mandat tersebut diberikan untuk kepentingan pemberian petunjuk pelaksanaan, fasilitasi, dan desminasi kebijakan mengenai tata cara khitan yang sejalan dengan ketentuan syariah sekaligus standar medik. Sedang langkah pelarangan khitan terhadap perempuan merupakan tindakan melampaui mandat tersebut. 5. Permenkes No. No.1636/MENKES/PER/XI/2010 tentang Sunat Perempuan Sebenarnya dalam persepektif hukum Islam, penegasan mengenai status hukum khitan perempuan tidak hanya disuarakan oleh MUI, hampir seluruh lembaga keagamaan menegaskan hukum yang sama terkait dengan masalah ini. Bahkan NU dalam muktamarnya ke 32 di Makasar pada tahun 2010 menegaskan bahwa khitan perempuan menurut Imam Syafii hukumnya wajib, seperti hukum khitan bagi laki-laki. Muktamar juga menegaskan bahwa pendapat yang melarang khitan perempuan sebenarnya tidak memiliki dalil syari. Atas dasar realitas inilah kemudian Pemerintah, dalam hal ini Kementerian Kesehatan melakukan review atas SE yang bermasalah tersebut, baik dari segi struktur keredaksian maupun konten. Dan anehnya SE inilah yang kemudian dijadikan bahan kampanye kelompok yang mendakwakan larangan sunat perempuan. Dalam review tersebut seluruh pemangku kepentingan diundang untuk mendiskusikan, mengevaluasi dan memberikan masukan terkait dengan terbitnya SE yang bermasalah itu. Pertemuan tersebut menghadirkan ahli dan sejumlah asosiasi, mulai dari IDI, IDAI, IBI dan juga dari kalangan akademisi. Atas prakarsa Dirjen, pertemuan terus diintensifkan untuk melakukan koreksi dan revisi SE yang bias budaya ini, dan lebih dari itu meregulasi praktek pelaksanaan sunat Perempuan. Masalah yang selama ini dijadikan alasan pelarangan sunat perempuan adalah tidak adanya SOP (Standar Operating Procedure) dalam pelaksanaan sunat perempuan, sehingga terjadi penyimpangan yang membahayakan. Atas dasar inilah, maka Menteri kesehatan menerbitakan Peraturan Menteri kesehatan No. 1636/MEN-KES/ PER/XI/2010, dalam psl 4 telah mengatur mengenai syarat dan prosedur pelaksanaan sunat perempuan : (1).Pelaksanaan Sunat Perempuan dilakukan dengan persyaratan : a. diruangan yang bersih b. tempat tidur/meja tindakan yang bersih c. alat yang steril d. pencahayaan yang cukup e. ada air bersih yang mengalir (2).Pelaksanaan sunat perempuan dengan prosedur tindakan sebagai berikut : a. cuci tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir selama 10 (sepuluh) menit b. gunakan sarung tangan steril c. pasien berbaring telentang, kaki direntangkan secara hati-hati d. fiksasi pada lutut dengan tangan, vulva ditampakkan e. cuci vulva dengan povidon iodin 10 %, menggunakan kain kasa f. bersihkan kotoran (smegma) yang ada diantara frenulum klirotis dan glan klirotis sampai bersih g. lakukan goresan pada kulit yang menutupi bagian depan klirotis (frenulum klirotis) dengan menggunakan ujung jarumsteril sekali pakai berukuran 20G-22G dari sisi mukosa ke arah kulit, tanpa melukai klirotis

h. cuci ulang daerah tindakan dengan povidon iodin 10 % i. lepas sarung tangan, dan j. cuci tangan dengan sabun dengan air bersih yang mengalir Billahit Taufieq Wal Hidayah Yogyakarta, 13 Agustus 2011 *) Disusun dan disampaikan oleh KRT.Drs.H.Ahmad Muhsin Kamaludingrat, Sekretaris Umum MUI DIY dalam seminar tentang Kajian Sunat Perempuan yang diselenggaran oleh Jaringan Perempuan Yogyakarta pada tanggal 13 Agustus 2011 bertempat di Ruang Paripurna DPRD Kota Yogyakarta.

HUKUM TENTANG SISHA

Shisha semakin diminati oleh sebagian masyarakat kita. Menurut satu catatan sejarah, alat shisha ini telah dibuat di India oleh seorang dokter sebagai satu cara atau alternatif yang dapat mengurangi bahaya menghisap tembakau. Menurut dokter tersebut, asap tembakau yang disedot itu harus disaring terlebih dahulu dalam satu wadah air agar ia tidak mendatangkan bahaya kepada penggunanya. Maka ramailah orang percaya bahwa ia aman digunakan dibandingkan dengan merokok.

Kepercayaan lama ini masih tersebar dan mempengaruhi orang yang baru mengenal atau menggunakannya sampai ke hari ini. Namun sejauh mana kebenaran kepercayaan ini? Apakah kemudharatan menggunakan shisha lebih ringan dari kemudharatan menghisap tembakau dengan rokok?

Apakah Sebenarnya Shisha Itu?

Shisha (Waterpipe) adalah sejenis alat yang digunakan untuk menghisap tembakau dan bahan-bahan lain tersebut. Ia digunakan oleh suku asli di Afrika dan Asia sekitar empat abad yang lalu. Umumnya alat shisha terdiri dari beberapa bagian utama yaitu:

(I) Bagian kepala (head), yang merupakan sebuah mangkuk (yang terbuat dari tanah liat) untuk menempatkan tembakau dan arang.

(II) Bagian badan atau tengah (body), merupakan penghubung antara bagian kepala dan bagian bawah dan biasanya terbuat dari bahan logam atau kayu.

(III) Bagian bawah yang merupakan sebuah mangkuk air (water bowl / water chamber). Biasanya ia diisikan dengan air tetapi terkadang ia juga dapat diisikan dengan susu, jus buah-buahan atau anggur. Bekas air ini biasanya terbuat dari kaca.

(IV) Host dan alat penyedot (mouthpiece) yang digunakan untuk menyedot asap keluar dari alat shisha tersebut. Namun ada juga beberapa perbedaan dalam desain shisha ini menurut tempat serta adat penduduk yang menggunakannya. Misalnya, ada yang memiliki selang dan alat penyedot yang lebih dari satu dan bisa dibagi berdua atau lebih dan juga perbedaan pada bentuk dan ukuran bagian kepala atau bekas airnya.

Bahkan nama untuk shisha ini juga berbeda menurut tempat atau negeri.Misalnya di negeri-negeri di area Mediterania Timur (Turki, Suriah dan lain-lain) ia dikenal dengan nama narghile, di Mesir dan di beberapa negeri Afrika Utara pula ia disebut shisha atau goza dan di India ia disebut hookah. Dalam bahasa Inggris itu disebut waterpipes tetapi nama shisha lebih dikenal dan sering digunakan.

Jenis Tembakau Shisha

Ada dua tipe tembakau shisha yaitu yang disebut mu'assal dan 'ajami.Tembakau mu'assal terdiri dari campuran tembakau, buah-buahan dan bahan manisan seperti sirup dari tebu atau madu. Ia juga ditambahkan dengan Glycerin, bumbu dan pewarna yang lain. Tembakau mu'assal ini basah dan lengket dan bila digunakan akan mengeluarkan bau yang manis dan nyaman seperti bau buah dan kebanyakan pengguna lebih suka menggunakan tembakau jenis ini.

Tembakau 'ajami hampir selalu tidak rasa, kering dan lebih asli. Sebelum digunakan ia harus dicampur dengan air sehingga ia dapat dicanai atau dibentuk dan harganya lebih mahal. Cara Menggunakan Shisha

Cara menggunakannya adalah dengan membakar tembakau shishaitu dengan menempatkan bahan pembakar seperti arang (apakah arang kayu atau arang campuran) karena tembakau shisha ini tidak dapat terbakar dengan sendirinya secara berkelanjutan. Kemudian asap tembakau itu disedut dengan menggunakan selang atau alat penyedot.

Tetapi perlu diingat bahwa bila pengguna menyedot asap dari alat shisha ini, dia tidak hanya menyedot asap dari tembakau tetapi juga asap dari arang, yang masing-masing kimia dan beracun yang dihasilkan dari pembakaran tersebut. Efek Shisha Menurut Penelitian Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)

Menurut satu dokumen yang berjudul "Tobacco: Deadly In Any Form or disguise" yang telah dikeluarkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sempena Hari Tanpa Tembakau Sedunia 2006, bahwa tembakau walau dalam bentuk apa pun tetap dapat mendatangkan bahaya dan mudharat kepada penggunanya, termasuk shisha .

Ini karena satu sesi petunjuk shisha (sekitar 20-80 menit) akan mengungkapkan penggunanya ke asap yang lebih banyak dalam waktu yang lebih lama dibandingkan dari sebatang rokok (sekitar 5-7 menit), dan asap yang dihasilkan dari shisha tersebut memiliki bermacam- macam bahan beracun diketahui dapat menyebabkan kanker paru-paru, penyakit jantung dan berbagai jenis penyakit lainnya.

Sedangkan asap dari shisha (yang dihasilkan dari pembakaran tembakau dan arang) berisi gas berbahaya seperti karbon monoksida. Selain itu ia juga memiliki hidrokarbon (benzene dan benzo-pyrene) yang dikatakan bahan penyebab kanker tetapi kadarnya belum dapat dipastikan.

Dari hasil penelitian yang dilakukan, petunjuk shisha juga dikaitkan dengan berbagai penyakit serius seperti penyakit jantung koroner, atherosclerosis, penyakit sistem pernapasan yang kronis, kanker mulut, kanker kandung kemih dan juga saluran darah tersumbat (clogged arteries).

Selain itu petunjuk shisha juga dikaitkan dengan beberapa jenis penyakit menular seperti turberculosis (tibi), hepatitis, herpes, infeksi virus di bagian pernapasan dan bahkan juga HIV.

Walaupun penelitian tentang shisha ini belum dilakukan secara intensif sebagaimana yang dilakukan terhadap rokok, namun penelitian awal telah menunjukkan bahwa shisha itu dapat membawa risiko dan bahaya yang sama yang disebabkan oleh rokok. Ini adalah berdasarkan kesimpulan yang telah dibuat pihak WHO dan didukung oleh data ilmiah, telah menyatakan:

Menggunakan shisha untuk menghisap tembakau dapat menyebabkan bahaya kesehatan yang serius kepada perokok dan juga orang lain yang terkena asap tembakau tersebut.

Apa yang jelas menurut hasil penelitian dan data yang ada mengatakan bahwa shisha bisa membawa risiko dan bahaya yang sama seperti rokok dan ia bukanlah satu alternatif yang aman untuk rokok. Hakikatnya, walaupun dalam bentuk dan cara yang berbeda menghisap shisha adalah menghisap tembakau dan penelitian ilmiah telah membuktikan bahwa tembakau dan paparan asapnya dapat menyebabkan bermacam-macam penyakit, bahkan dapat membawa maut. Larangan memudharatkan Atau Membunuh Diri

Agama Islam sebagai agama sejahtera sangat menghargai nyawa dan kehidupan dan mementingkan kesehatan, keafiatan, kebugaran dan kekuatan, dan kesemuanya itu untuk tujuan yang satu yaitu untuk menyembah Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

Karena itu Islam melarang umatnya dari memudharatkan diri mereka sendiri, apalagi bunuh diri sendiri. Larangan ini banyak disebutkan dalam ayat-ayat al-Qur'an diantaranya firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala:

Tafsirnya:

"Dan janganlah kamu membunuh dirimu sendiri (atau membunuh orang lain).Sesungguhnya Allah Maha Pengasih terhadap kamu. " (Surah an-Nisa 29)

FirmanNya lagi:

Tafsirnya:

"Dan janganlah kamu sengaja mencampakkan diri kamu dengan tangan kamu sendiri ke dalam bahaya kebinasaan." (Surah al-Baqarah: 195)

Dalam hadits Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam juga jelas melarang umatnya dari membahayakan diri sendiri dan juga orang lain. Sabda beliau:

Maksudnya:

"Tidak ada kemudharatan dan tidak dapat berbuat kemudharatan." (Hadits riwayat Ibnu Majah)

Ayat al-Qur'an dan hadits ini jelas melarang manusia dari membunuh dan memudharatkan dirinya sendiri dan juga orang lain. Karena seseorang manusia itu tidaklah memiliki dirinya sendiri sehingga dia bisa sesuka hati melakukan apa pun yang diinginkannya. Bahkan dia adalah milik Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Kehidupannya adalah hak Allah Subahanahu Wa Ta'ala karena Dialah yang menganugerahkan dan Dialah yang berhak ke atasnya. Begitu juga kesehatan seseorang, ia adalah karunia dan nikmat Allah kepadanya.

Oleh karena itu haram seseorang mengakhiri riwayat hidupnya sendiri (bunuh diri) dan memudharatkan kesehatannya padahal dia tahu bahayanya, karena manusia dan kehidupannya adalah milik Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

Tidak ada perbedaan antara orang yang bunuh diri dengan tiba-tiba dengan orang yang bunuh diri secara perlahanlahan, seperti dengan memakan racun.Ini karena keduanya memiliki tujuan yang sama, yang berbeda hanyalah segera atau lambat. Tetapi natijahnya adalah sama yaitu memudharatkan atau menyebabkan kematian. Kedua cara ini sama tertegahnya di sisi Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

Untuk memelihara kesejahteraan umatnya, Islam juga telah mengatur beberapa metode untuk menolak bahaya dan kemudharatan, antara metode yang digunakan para ulama dalam menentukan adalah:

Artinya:

"Kemudharatan itu dihilangkan (dihindarkan)."

Maka jika sesuatu benda itu sabit mendatangkan mudharat, kerusakan dan kebinasaan, hendaklah ia dijauhi dan dihindari. Memakan, meminum dan juga menghisap benda-benda yang memudharatkan harus

dihindari bahkan ia dihukumkan haram. Tidak kira sama ada bahaya atau mudharat tersebut datang secara perlahan atau langsung, karena para ulama telah mengatakan bahwa bahaya secara perlahan juga adalah sama dengan bahaya yang segera, keduanya harus dihindari.

Jika dilihat berdasarkan hasil penelitian yang ada sejauh ini menyatakan bahwa shisha itu dapat membayahakan kesehatan sebagaimana rokok, maka ia adalah haram. Karena saat syara 'mengharamkan al-khaba'its (benda-benda yang keji, jijik, buruk dan sejenisnya) atau hal yang berbahaya atau memudharatkan, ia adalah berdasarkan metode:

"Segala makanan atau minuman yang memiliki unsur-unsur alkhaba'its adalah haram."

Yang mana metode ini didasarkan kepada ayat-ayat al-Qur'an dan hadis di atas. Maka apabila shisha itu memudharatkan, dan setiap yang memudharatkan itu haram dimakan atau diminum, maka menghisap tembakau menggunakan shisha itu juga adalah haram.

Menyentuh mengenai hal memakan dan meminum benda yang memudharatkan dan merusak tubuh, dalam al-Qur'an Allah Subhanahu Wa Ta'ala telah menerangkannya dengan terang dalam firmanNya:

Tafsirnya:

"Dan Dia menghalalkan bagi mereka yang baik-baik dan mengharamkan atas mereka (segala) yang buruk." (Surah al-A'raf 157)

Antara maksud atau penjelasan kata al-khaba'its adalah sesuatu yang menjadi sebab kerusakan dan bahaya bagi tubuh atau dari sumber-sumber yang memudharatkan. Walaupun kata al-khaba'its dalam ayat ini ditujukan kepada (memakan) daging babi dan riba, namun menurut al-Imam Fakhruddin ar-Razi rahimahullahu Ta'ala ketika mengulas ayat di atas adalah sebagai berikut:

Artinya:

"Seperti pendapatku: Setiap benda yang dipandang jijik oleh tabiat (tabiat alami) dan dianggap kotor oleh jiwa, adalah memakannya dapat menyebabkan timbul sakit atau kemudharatan. Dan asal (dasar) hukum segala yang memudharatkan itu haram. Dengan demikian, maka asal (dasar) hukum setiap benda yang dipandang jijik oleh tabiat juga adalah haram, melainkan benda-benda yang memiliki bukti untuk dikecualikan. " Hukum Penggunaan Shisha

Berdasarkan hasil penelitian dan penelitian awal tentang shisha, menunjukkan bahwa ia bisa membawa risiko dan bahaya yang sama seperti rokok, bahkan ia juga dikatakan dapat menyebabkan penyakit yang

sama yang berhubungan dengan merokok. Meskipun penelitian yang lebih rinci masih dilakukan dan belum ada keputusannya, namun hasil keputusan itu nanti tidak mungkin menyatakan bahwa shisha itu aman digunakan dan tidak membahayakan kesehatan karena menurut penelitian awal (preliminary research) saja telah menunjukkan bahayanya terhadap kesehatan.

Maka jelaslah bahwa menghisap tembakau menggunakan shisha membawa bahaya kepada kesehatan dan dapat menyebabkan berbagai penyakit, maka hukum menghisapnya adalah haram. Karena sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, setiap yang dapat membahayakan atau mendatangkan bahaya, tidak kira secara perlahan atau langsung, hukumnya adalah haram.

Sumber: Mufti Brunei http://blognyafitri.wordpress.com/2010/11/12/hukum-menghisap-shisha/

Tak sedikit laki-laki dan perempuan menjadikan rokok sebagai kebutuhan biasa, meskipun mereka tahu bahaya merokok. Cara menikmati asap rokok pun semakin beragam, misalnya, dengan sisha atau hookah dari Timur Tengah.

Sisha atau hookah berasal bahasa Persia yang memiliki arti gelas atau piala. Para penggunanya beranggapan bahwa kandungan air yang digunakan dalam sisha berfungsi sebagai filter penyaring racun yang membahayakan.

Namun pada kenyataannya, baik rokok atau pun sisha ternyata memiliki efek negatif yang tak jauh berbeda. Sebuah riset terbaru menyebutkan, hookah dan rokok tembakau sama-sama mengandung kadar tinggi karbonmonoksida yang merugikan kesehatan.

Riset yang dipublikasikan dalam Journal of the American Medical Association ini memang hanya meneliti satu jenis gas beracun saja. Sehingga mustahil untuk membandingkan secara langsung dampak penggunaaan sisha dengan asap rokok.

Walau begitu, riset ini setidaknya memberi peringatan kepada pecinta sisha untuk berpikir dua kali menghisap pipa. Menikmati sisha bukanlah suatu aktivitas yang bebas risiko seperti yang mereka kira.

"Penggunaannya sungguh tidak aman untuk kesehatan," kata penulis riset S Katharine Hammond, kepala Divisi Ilmu Kesehatan Lingkungan di University of California, Berkeley.

Sisha yang hampir serupa dengan bong yang digunakan untuk mengisap mariyuana, memang sangat populer dalam beberapa tahun terakhir. Di banyak negara kini banyak berdiri bar-bar menyediakan sisha sehingga memicu ketertarikan pengunjung untuk mencoba menghisap pipa berbentuk unik tersebut, termasuk di Indonesia.

Untuk membuktikan kandungan racun pada sisha, Hammond melibatkan 27 mahasiswa yang biasa menghisap sisha selama satu jam dalam tiga malam yang berbeda pada April 2006.

Lima mahasiwa lain yang tidak memakai hookah juga dilibatkan dalam riset. Tetapi mereka harus tinggal bersama di ruangan saat para mahasiswa mengisap sisha.

Partisipan sebelumnya harus terbebas dari sisha selama 84 jam sebelum riset dilakukan. Kemudian, partisipan penghisap pipa yang didalamnya mengandung air serta 10 gram tembakau Al Fakher Mu'assal Tobacco yang dipanaskan menggunakan arang.

Peneliti lalu memantau kandungan karbonmonoksida pada dua kelompok partisipan sebelum dan sesudahnya dengan menggunakan sebuah mesin yang didesain untuk mendeteksi perokok.

Rata-rata kandungan karbonmonoksida pada partisipan mencapai 42 ppm, lebih tinggi ketimbang yang ditemukan pada perokok sigaret (17 ppm). Riset juga menemukan kadar karbonmonoksida meningkat di ruangan tempat partisipan menghisap hookah, dan bahkan bisa mencapai tingkat yang merugikan kesehatan lingkungan.

Hookah atau sisha mungkin saja tidak akan membuat Anda mengidap kanker paru-paru, tetapi akan mempengaruhi kesehatan dengan cara lain.

Sementara itu Thomas Eissenberg, profesor psikologi dari Virginia Commonwealth University yang juga meneliti penggunaan sisha mengatakan bahwa risetnya menunjukkan bahwa menghisap sisha selama 45 menit menghasilkan jumlah tar 36 kali lebih banyak ketimbang merokok selama lima menit. (rmd/inlh)

You might also like