You are on page 1of 14

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara penghasil minyakk nilam terbesar di dunia yang memenuhi kebutuhan minyak nilam dunia dengan pangsa pasar 90 %. Minyak nilam Indonesia sangat digemari pasar Amerika dan Eropa terutama digunakan untuk bahan baku industri pembuatan minyak wangi, kosmetika, farmasi dan industri lainnya. Minyak nilam (patchouli oil) diperoleh dari proses penyulingan daun nilam (Pogostemon cabilin Benth). Dalam industri parfum, minyak nilam digunakan sebagai bahan fixative (pengikat wewangian) yang sampai saat ini belum dapat disintesis. Budi daya dan produksi pengolahan minyak nolam Indonesia umumnya dilakukan petani dan agroindustri penyulingan nilam yang menggunakan teknologo yang masih tradisional dan memiliki keterbatasan di bidang pengetahuan ekstraksi minyak nilam sehingga pengawasan terhadap mutunya sangat kurang diperhatikan. Selain itu, masalah lain yang mereka hadapi adalah masalah permodalan, baik dalam budi daya tanaman nilam maupun pengolahannya. Keterbatasan itulah yang mendorong dilakukannya upaya optimalisasi nilai tambah setiap komoditas pertanian khususnya produksi pengolahan minyak nilam pada tingkat petani desa. Ada tiga jenis tanaman nilam yang dibudidayakan di Indonesia, yaitu Pogostemon heyneanus (nilam Jawa), Pogostemon hortensis (nilam Sabun), dan Pogostemon cablin (nilam Aceh). Minyak

nilam merupakan salah satu jenis minyak atsiri yang digunakan dalam industri parfum, sabun dan kosmetika, di samping itu juga dapat digunakan sebagai bahan pembuatan pestisida nabati. Sedangkan limbah sisa dari hasil penyulingan yang jumlahnya berkisar 40 - 50 % dari bahan baku dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan dupa, obat nyamuk bakar, dan pupuk tanaman atau mulsa. Selanjutnya air sisa hasil penyulingan minyak nilam setelah dipekatkan masih dapat dimanfaatkan sebagai aroma terapi. Minyak nilam diperoleh dari

hasil penyulingan daun, batang dan cabang tanaman nilam. Kadar minyak tertinggi terdapat pada daun dengan kandungan utamanya adalah patchouli alcohol yang berkisar antara 30-50 %. Aromanya segar dan khas dan mempunyai daya fiksasi yang kuat, sulit digantikan oleh bahan sintetis.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Nilam Nilam adalah suatu semak tropis penghasil sejenis minyak atsiri yang dinamakan minyak nilam. Dalam perdagangan internasional, minyak nilam dikenal sebagai minyak patchouli (dari bahasa Tamil, patchai (hijau) dan ellai (daun), karena minyaknya disuling dari daun). Aroma minyak nilam dikenal berat dan kuat dan telah berabad-abad digunakan sebagai wangi-wangian (parfum) dan bahan dupa. Harga jual minyak nilam termasuk yang tertinggi apabila dibandingkan dengan minyak atsiri lainnya. Tumbuhan nilam berupa semak yang bias mencapai satu meter. Tumbuhan ini menyukai suasana teduh, hangat dan lembab. Mudah layu jika terkena sinar matahari langsung atau kekurangan air. Bunganya menyebarkan bau wangi yang kuat. Bijinya kecil. Perbanyakan biasanya dilakukan secara vegetative. Di Indonesia, sentr produksi nilam terdapat di Nangroe Aceh Darussalam dan Sumatra Utara. Pada sentra tersebut melibatkan banyak pengrajin serta menyerap ribuan tenaga kerja. Sebagai penghasil minyak nilam terbesar, propinsi Nangroe Aceh Darussalam memberikan kontribusi 70 % terhadap produksi nasional. Walaupun tanaman nilam telah dibudidayakan selama hampir 100 tahun, di daerah penghasil utama (Aceh dan Sumatra Utara), namun sampai sekarang teknologi pengolahannya masih tertinggal sehingga mutu minyak yang

dihasilkan masih rendah. Hal ini disebabkan oleh beberapa factor antara lain factor social ekonomi petani dan factor teknologi yang diakses masih tebatas.

2.2 Minyak Nilam Minyak nilam tergolong dalam minyak atsiri dengan komponen utamanya adalah patchoulol. Daun dan bunga nilam mengandung minyak ini, tetapi orang biasanya mendapatkan minyak nilam dari penyulingan uap terhadap daun keringnya (seperti minyak cengkeh). Minyak nilam yang baik umumnya memiliki kadar PA di atas 30%, berwarna kuning jernih dan memiliki wangi yang khas dan sulit dihilangkan. Minyak nilam jenis ini didapat dengan menggunakan teknik penyulingan uap kering yang dihasilkan mesin penghasil uap (boiler) yang diteruskan ke dalam tangki reaksi selanjutnya uap akan menembus bahan baku nilam kering dan uap yang ditimbulkan diteruskan ke bagian pemisahan untuk dilakukan pemisahan uap air dengan uap minyak nilam dengan system penyulingan. Minyak nilam yang baik dihasilkan dari tabung reaksi dan peralatan penyulingan yang terbuat dari baja tahan karat (stainless steel) dan peralatan tersebut hanya digunakan untuk menyuling nilam saja (tidak boleh berganti-ganti dengan bahan baku lain). Karena sifat aromanya yang kuat, minyak ini banyak digunakan dalam industri parfum. Sepertiga dari produk parfum dunia memakai minyak ini, termasuk lebih dari separuh parfum untuk pria. Minyak ini juga digunakan dalam pembuatan sabun dan kosmetika (karena dapat dicampur dengan minyak atsiri lainnya), pewangi kertas tisu, campuran deterjen pencuci pakaian dan pewangi ruangan. Fungsi yang lebih tradisional adalah sebagai bahan utama setanggi dan pengusir serangga perusak pakaian. Aroma minyak nilam dianggap mewah menurut persepsi orang Eropa,

tetapi orang sepakat bahwa aromanya bersifat menenangkan. Seiring dengan perkembangan zaman, dan semakin meningkatnya kebutuhan manusia pada kesehatan dan kebugaran, minyak nilam banyak digunakan sebagai aromaterapi karena aromanya yang sangat khas. Minyak nilam bersiifat fikastif terhadap bahan pewangi lain, sehingga dapat mengikat bau wangi dan mencegah penguapan zat pewangi tersebut sehingga bau wanginya tidak cepat hilang alias tahan lama. Selain itu, minyak nilam juga membentuk bau yang khas dalam suatu campuran. Karena itu,minyak nilam sendiri sebenarnya sudah bias disebut dengan parfum karena baunya memang enak dan wangi.

2.3 Kandungan Kimia Minyak Nilam Lingkungan tumbuh (agroklimat) mempengaruhi kandungan dan mutu minyak nilam. Kandungan minyak nilam dari dataran rendah lebih tinggi daripada nilam dataran tinggi. Namun nilam dataran tinggi memiliki kandungan patchouli alcohol lebih tinggi daripada nilam dataran rendah. Kandungan patchouli alcohol inilah yang menjadi salah satu penentu tingginya kualitas minyak nilam. Nilam yang tumbuh di bawah naungan mempunyai kadar minyak lebih rendah daripada di tempat tanpa naungan, meskipun pertumbuhannya lebih subur. Hal ini diduga akibat terganggunya proses fotosintesis sehingga pembentukan minyak nilam dalam tanaman kurang lancer. Sementara itu, kandungan minyak atsiri pada nilam yang ditanam di daerah terbuka bias mencapai 5 %, sedangkan yang ditanam sebagai tanaman sela di antara pohon karet dan pohon kelapa sawit, kandungan minyaknya hanya 4,66 %. Di habitatnya, tanaman nilam cenderung tumbuh liar. Tanaman yang tidak dipelihara akan menghasilkan kadar dan mutu minyak lebih rendah daripada tanaman yang dipelihara secara intensif.

Minyak nilam mengandung beberapa senyawa, antara lain Benzaldehid (2,34 %), kariofilen (17,29 %), a-patchoulin (28,28 %), Buenesen (11,76 %) dan patchouli alcohol (40,04 %). Sementara itu, kandungan minyak dalam batang, cabang atau ranting jauh lebih kecil (0,4-0,5 %) daripada bagian daun (5-6 %). Standar mutu minyak nilam belum seragam untuk seluruh dunia. Setiap Negara menentukan sendiri standar minyak nilamnya. Indonesia menetapkan standar mutu minyak nilam untuk ekspor dengan berat jenis 0,943-0,983 ;indeks bias 1,504-1,514 ; bilangan ester maksimum 10,0 ; bilangan asam 5,0 ; warna kuning muda sampai coklat dan tidak tercampur dengan bahan lain. Sebelum dikirim ke eksportir, biasanya minyak nilam harus diuji terlebih dahulu untuk menentukan kualitasnya. 2.4 Proses Pengolahan Minyak Nilam

Minyak nilam dihasilkan melalui proses penyulingan, sebelum proses penyulingan biasanya dilakukan perlakuan pendahuluan terhadap bahan yang akan disuling. Perlakuan tersebut dapat dengan beberapa cara yaitu dengan pengecilan ukuran atau pelayuan dan fermentasi (Ketaren, 1985). Proses tersebut perlu dilakukan karena minyak atsiri di dalam tanaman dikelilingi oleh kelenjar minyak, pembuluh-pembuluh, kantong minyak atau rambut glandular. Apabila bahan dibiarkan utuh, kecepatan pengeluaran minyak hanya tergantung dari proses difusi yang berlangsung sangat lambat (Guenther,1948). Pengecilan ukuran bahan biasanya dilakukan dengan pemotongan atau perajangan. Perlakuan ini bertujuan agar kelenjar minyak dapat terbuka sebanyak mungkin sehingga memudahkan pengeluaran minyak dari bahan dan mengurangi sifat kamba bahan tersebut. Namun demikian bahan berupa bunga seperti melati dan daun seperti kayu putih dapat langsung disuling tanpa pengecilan bahan terlebih dahulu karena sifat bahannya lebih mudah pengeluaran minyak dari jaringan (Ketaren,1985). Pelayuan dan pengeringan bertujuan untuk menguapkan sebagian air dalam bahan sehingga penyulingan berlangsung lebih mudah dan

lebih singkat. Selain itu juga untuk menguraikan zat yang tidak berbau wangi (Ketaren, 1985). Menurut Tan (1962), penyulingan daun segar tidak dapat dibenarkan karena rendemen minyak terlalu rendah. Hal ini disebabkan karena sel-sel yang mengandung minyak sebagian terdapat di permukaan dan sebagian lagi di bagian dalam dari daun. Pada penyulingan daun segar hanya minyak yang berasal dari permukaan saja yang dapat keluar. Dengan pelayuan atau pengeringan, dinding-dinding sel akan terbuka sehingga lebih mudah ditembus uap. Pengeringan biasanya lagnsung di bawah sinar matahari, walaupun cara pengeringan tidak langsung lebih baik hasilnya. Penelitian Nurdjanah dan Mamun (1994) menyatakan bahwa daun nilam yang tanpa dijemur atau dianginkan selama 2 minggu menghasilkan produksi lebih tinggi yaitu 29,7 mL/2 kg bahan sedangkan dengan dijemur selama 4 jam di panas matahari menghasilkan minyak nilam 27,0 mL/2 kg bahan. Lebih lanjut dikatakan bahwa minyak nilam yang dihasilkan dari daun yang mengalami penjemuran mempunyai bilangan ester yang lebiih tinggi dibandingkan dengan yang tidak mengalami penjemuran. Pengeringan langsung di bawah sinar matahari juga menyebabkan sebagian minyak nilam turut menguap, dan pengeringan yang terlalu cepat menyebabkan daun menjadi rapuh dan sulit disuling. Sebaliknya bila penyulingan terlalu lambat daun akan menjadi lembab dan timbul bau yang tidak disenangi akibat adanya kapang, sehingga mutu minyak yang dihasilkan akan menurun. Pengeringan nilam dilakukan dengan dihamparkan di atas tikar dan dibalik dari waktu ke waktu supaya keringnya merata dan terhindar dari proses fermentasi dan harus dihindari penumpukan bahan dalam keadaan basah. Tergantung dari teriknya matahari dan kelembaban udaranya, pengeringan membutuhkan waktu selama 3-5 hari. Tanda pengeringan sudah cukup apabila sudah timbulnya bau nilam yang lebih keras dan khas bila dibandingkan daun segar (Guenther, 1948). Pengolahan minyak nilam dilakukan dengan proses destilasi.

Proses destilasi adalah suatu proses perubahan minyak yang terikat di dalam jaringan parenchym cortex daun, batang dan cabang tanaman nilam menjadi uap kemudian didinginkan sehingga berubah kembali menjadi zat cair yaitu minyak nilam. Penyulingan minyak nilam dapat dilakukan dengan menggunakan pipa pendingin model belalai gajah atau model bak diam. Pemilihan sistim pipa pendingin ini tergantung di lokasi mana alat akan ditempatkan. Pada daerah-daerah yang airnya sulit atau permukaan air tanahnya rendah, maka model bak diam adalah yang terbaik. Ketel alat suling yang banyak digunakan di tingkat petani adalah dari drum bekas dan pipa pendinginnya dari besi yang dimasukkan ke dalam bak atau saluran air. Hal ini menyebabkan mutunya menjadi rendah karena minyak yang dihasilkan berwarna gelap dan mengandung zat besi. Pada tem-peratur yang tinggi, besi dari drum berada dalam bentuk ion akan terikut dengan uap dan terakumulasi dalam minyak. Pada penyulingan dengan cara direbus, bahan yang akan disuling kontak langsung dengan air mendidih. Bahan tersebut mengapung di atas air atau terendam secara sempurna. Cara penyulingan ini baik digunakan untuk bahan yang berbentuk tepung dan bunga-bungaan yang mudah menggumpal jika dikenai panas, tetapi kurang baik untuk bahan yang mengandung fraksi sabun atau bahan yang larut dalam air. Penyulingan dengan cara dikukus, bahan diletakkan di atas rak-rak atau saringan berlobang. Ketel suling diisi air sampai permukaan air berada tidak jauh dari saringan. Ciri khas cara ini adalah uap selalu dalam keadaan basah, jenuh dan tidak terlalu panas dan bahan yang akan disuling hanya berhubungan dengan uap dan tidak dengan air panas. Sedangkan penyulingan dengan cara uap, prinsipnya hampir sama dengan penyulingan kukus, tetapi pada penyulingan uap sumber panas terdapat pada ketel uap yang letaknya terpisah dari ketel suling (Guenther, 1948).

Untuk instalasi skala kecil penggunaan penyulingan cara direbus dan cara dikukus lebih menguntungkan. Sedangkan untuk instalasi skala besar atau skala industri penerapan cara penyulingan uap lebih menguntungkan (Ketaren, 1985). Penyulingan nilam dalam tangki stainless steel dengan cara uap memberikan rendemen dan kadar patchouli alkohol yang lebih tinggi dibandingkan cara rebus maupun kukus. Makin lama waktu penyulingan, makin tinggi rendemen, bobot jenis, bilangan ester dan kadar patchouli alkohol dari minyak yang dihasilkan. Minyak yang dihasilkan dengan cara ini memenuhi standar SNI. Diagram alir proses penyulingan minyak nilam dapat dilihat pada Gambar 1. Tabel 1 Standar Mutu Minyak Nilam
Karakteristik Warna Bobot Jenis 250C/250C Indeks bias 250C Kelarutan dalam etanol 90% pada suhu 25 0C 3 0C Bilangan asam Maksimum Bilangan ester, maksimum Minyak kruing Zat-zat asing: a. Alkohol b. Lemak c. Minyak pelikan Rekomendasi : - Bau - Putaran optik - Kand. Patchouly alkohol minimum Sumber : Dewan Standarisasi Nasional (1991) Minyak nilam yang dihasilkan disimpan dalam wujud cairan, dikemas dalam drum bersih dan kering. Drum penyimpanan minyak nilam harus terbuat dari aluminium atau plat timah putih atau plat besi yang berlapis timah putih, plat besi yang galvanis atau yang di dalamnya dilapisi dengan lapisan yangtahan minyak nilam. Perkembangan teknologi pengolahan minyak nilam di negara-negara maju sudah demikian pesatnya, namun Indonesia belum mampu mengikuti perkembangan tersebut. Syarat Kuning muda sampai coklat tua 0,943 - 0,983 1.506 - 1,516 Larutan jernih atau opalensi ringan dalam perbandingan volume 1 s/d 10 bagian 5,0 10,0 Negatif Negatif

Segar, khas minyak nilam (-470) - (-660) 30%

Pemacuan industri minyak nilam sangat diperlukan. Desain peralatan yang memenuhi standar yang lebih baik akan meningkatkan rendemen dan kualitas produk, meskipun harga peralatan relative lebih mahal, akan tetapi untuk jangka panjang akan lebih murah dan menguntungkan (Harfizal, 2002). Daun + batang + cabang nilam Tanpa dijemur

Dengan dijemur (4) jam)

Pengeringan di dalam ruangan (6 hari)

Penyulingan (8 jam) Pemisahan minyak

pengemasan

Minyak nilam siap dipasarkan Gambar 1. Diagram Alir Proses Penyulingan Minyak Nilam

2.5 Pemanfaatan Minyak Nilam 2.5.1 Industri Parfum

Perkembangan industri parfum dalam negeri terus berkembang sehingga permintaan akan minyak nilam cukup besar, dan ini akan terus berkembang sesuai dengan kemajuan teknologi khususnya dalam bidang gaya hidup (style). Minyak nilam adalah minyak atsiri yang tergolong pada kelompok aroma akhir (end note) dimana aromanya dapat bertahan lama, dan minyak nilam sendiri sebenarnya telah dapat disebut sebagai parfum (Guenther, 1948). Menurut Ketaren (1985)

minyak nilam dapat berfungsi sebagai zat pengikat yang baik jadi sangat penting sebagai bahan pembuatan parfum. Zat pengikat adalah suatu senyawa yang mempunyai daya menguap lebih rendah atau titik uapnya lebih tinggi dari zat pewangi, sehingga kecepatan peng-uapan zat pewangi dapat dikurangi atau dihambat. Penambahan zat pengikat ini didalam parfum bertujuan untuk me-ngikat bau wangi dengan mencegah laju penguapan zat pewangi yang terlalu cepat, sehingga bau wangi tidak cepat hilang. Komposisi minyak nilam yang digunakan dalam suatu parfum dapat mencapai 50%. Dalam industri parfum, minyak nilam tidak dapat digantikan oleh zat sintetik lainnya karena sangat berperan dalam menetukan kekuatan, sifat dan ketahanan wangi. Hal ini disebabkan oleh sifatnya yang dapat mengikat bau wangi dari bahan pewangi lain dan sekaligus dapat membentuk bau yang harmonis dalam suatu campuran parfum (Guenther, 1948).

2.5.2

Industri Sabun dan Kosmetik

Industri sabun dan kosmetik dalam negeri juga berkembang dengan baik sehingga kebutuhan akan minyak nilam sebagai bahan baku industri terus meningkat.

Fungsi minyak nilam dalam industri sabun dan kosmetik tidak berbeda dengan industri parfum yaitu sebagai zat pengikat agar wewangian tidak cepat hilang pada saat pemakaian. Banyaknya industri sabun dan kosmetik menggunakan minyak nilam sebagai pengikat karena sampai saat ini minyak nilam masih yang terbaik sebagai pengikat bahan. Di samping itu juga dapat bermanfaat sebagai antiseptik untuk mengobati gatal-gatal pada kulit.

2.5.3

Pestisida

Daun Tanaman nilam dapat digunakan sebagai bahan baku pestisida, Menurut Dummond (1960) daun nilam digunakan sebagai insektisida terutama untuk mengusir ngengat kain (Thysanura) karena di dalamnya mengandung zat yang tidak disukai oleh serangga tersebut, karena terdapat dalam komponen minyak nilam seperti pinen dan pinen. Dari hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa minyak nilam dapat digunakan sebagai pengendali populasi serangga karena sifatnya sebagai bahan penolak dan penghambat pertumbuhan serangga. Sebagai pengendali hama, minyak nilam mempunyai prospek yang cukup baik untuk dikembangkan sebagai salah satu bahan insektisida nabati. Ada beberapa keuntungan menggunakan insektisida nabati, antara lain tidak mencemari lingkungan, lebih bersifat spesifik dan hama tidak mudah menjadi resisten. Menurut hasil penelitian, bagian akar, batang dan daun tanaman nilam dapat membunuh ulat Crocodolomia binotalis dan Spodotera litura yang merupakan hama penting pada tanaman, sedangkan daun dan pucuk nilam dapat membasmi semut dan kecoa di dalam rumah.
2.5.4 Pemanfaatan Lainnya

Selain sebagai pengikat wangi pada parfum, kosmetika dan sabun serta sebagai pestisida ternyata minyak nilam berkhasiat sebagai antibiotik dan anti radang karena dapat menghambat pertumbuhan jamur dan mikroba. Dapat digunakan untuk deodoran, obat

batuk, asma, sakit kepala, sakit perut, bisul dan herpes. Minyak nilam merupakan minyak eksotik yang dapat meningkatkan gairah dan semangat serta mepunyai sifat meningkatkan sensualitas. Biasanya digunakan untuk mengharumkan kamar tidur untuk memberi efek menenangkan dan membuat tidur lebih nyenyak (anti insomnia). Dalam hal psikoemosional, minyak nilam termasuk dalam aroma terapi yang belakangan ini semakin populer sebagai salah satu aspek pengobatan alternatif, karena minyak nilam mempunyai efek sedatif (menenangkan) dapat digunakan untuk menanggulangi gangguan depresi, gelisah, tegang karena kelelahan, stres, kebingungan, lesu dan tidak bergairah serta meredakan kemarahan.

DAFTAR PUSTAKA Anonym 1. Nilam. www.wikipedia.com. Diakses tanggal 17 Oktober 2012 pukul 12.25 WITA.

You might also like