You are on page 1of 46

Buku 5

PROFIL DAN PETA MUTU PENDIDIKAN SEBAGAI BASIS PENINGKATAN MUTU

Diklat Pengembangan i Kapasitas SDM Penjaminan Mutu Pendidikan 2012

KATAPENGANTAR
Pendidikan bermutu dapat terwujud dengan keterlibatan segenapkomponenbangsa,karenasangatdisadaribahwapendidikan nasional merupakan tanggung jawab bersama antara orang tua, pemerintah, dan masyarakat. Pendidikan bermutu menjadi tanggung jawab bersama dari berbagai pihak serta bertumbuh menjadi budaya mutu. Oleh karena itu, diperlukan komitmen dan pemahaman yang samadalampelaksanaanpenjaminanmutupendidikan. Dalam rangka menyediakan informasi yang komprehensif terkait dengan implementasi penjaminan mutu dari seluruh pemangku kepentingan, Pusat Penjaminan Mutu Pendidikan (PPMP) menyediakan serangkaian sumber bacaan yang meliputi lima paket buku; Buku 1 Konsep, Regulasi, dan Kebijakan Penjaminan Mutu Pendidikan, Buku 2 Manual Penjaminan Mutu Pendidikan, Buku 3 Instrumen Penjaminan Mutu Pendidikan, Buku 4 Sistem Informasi Penjaminan Mutu Pendidikan, dan Buku 5 Profil dan Peta Mutu PendidikanSebagaiBasisPeningkatanMutu. Semoga sumber bacaan tentang penjaminan mutu pendidikan ini dapat memberi manfaat terutama kepada para pendidik dan tenaga kependidikan serta pihakpihak lain yang memerlukan informasiyangterkaitdenganpenjaminanmutupendidikan. KepalaPPMP, Dr.Ir.Bastari,MA NIP196202031987031002

ii

DAFTARISI
KataPengantar DaftarIsi Bab1Pendahuluan Bab2Profil&PetaMutuPendidikan Bab3PemanfaatanProfil&PetaMutuPendidikan A. RKSdanRAKS B. Pengembanganprogramkab/kota C. Pengembanganprogramprovinsi D. Pengembanganprogramnasional Bab7Penutup

ii iii 1 3 13 13 23 28 32 42

iii

BABI PENDAHULUAN
Penjaminan mutu pendidikan digerakkan oleh semua unsur di dalam institusi satuan pendidikan. Proses perbaikan yang dilaksanakan secara terus menerus ini akan bermuara pada terciptanya budaya mutu pendidikan. Kegiatan yang berbentuk siklus ini diawali dengan penetapan baseline SNP, menjalankan proses pemenuhan standar, monitoring proses, melakukan evaluasi diri, auditmutuinternal,perumusanperbaikanSNP. Aktivitas yang bersifat siklus dan merupakan kebutuhan internal satuan pendidikan (internally driven) tersebut secara periodik perlu mendapat pengakuan publik sehingga aktivitas yang dijalankan itu memang dapat dipertanggungjawabkan kepada pemangku kepentingan. Kondisi ini memberikan arti bahwa, satuan pendidikan sebagai institusi publik berarti telah menjaminkan seluruh klaimmutuyangdiberikankepadamasyarakatsecaraakuntabel. Dalam implementasinya di lapangan, satuan pendidikan perlu dilengkapi dengan manual yang dapat menjadi landasan kerja operasional. Praktikpraktik yang dialami dalam perjalanannya akan terekamdipangkalandatasebagaiprofilmutusatuanpendidikandan secara agregatif menjadi peta mutu pendidikan yang sangat bermanfaatuntukpengembanganprogram. Profil dan peta mutu pendidikan sebagai terobosan baru dalam pengelolaan data dan informasi pendidikan diharapkan memiliki kontribusi dalam upaya mengurai benang kusut manajemen data tersebut dengan mendukung sinkronisasi dan harmonisasi pengelolaan data mutu pendidikan. Profil dan peta diharapkan mempermudah akses mutu pendidikan bagi setiap penyelenggara
1

pendidikan kapan pun dan di mana pun mereka berada. Profil mutu merupakanawalbagipengelolasatuanpendidikanuntukpeningkatan mutu berbasis data yang dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan.

BabII PROFILDANPETAMUTUPENDIDIKAN

ProfilMutuPendidikan Pada umumnya, profil mutu pendidikan merupakan gambaran tentangkondisimutusatuanpendidikanberdasarkan8(delapan)SNP yang telah digariskan dalam PP Nomor 19/2005. Didukung aplikasi software dan hardware di dalam komputer, profil mutu pendidikan setiap satuan pendidikan dapat disajikan dalam aneka bentuk dan asesorisnya, termasuk tabel dan grafik, yang dapat disesuaikan dengan selera, kemampuan, dan kebutuhan bagi pemakai data mutu program dan/atau satuan pendidikan bersangkutan. Selain tampilan sajian data mutu pendidikan yang menarik, setiap pemangku kepentingan diharapkan dapat mengkases secara cepat dan mudah terhadap profil mutu pendidikan melalui media cetak maupun elektronik. Dengan bantuan teknologi informasi dan komunikasi yang berkembang saat ini, profil data mutu pendidikan menjadi sesuatu yang menarik bagi orang tua dan siswa, dan bisa diakses secara fleksibeldiseluruhnusantara. Profil mutu satuan pendidikan dapat didefinisikan sebagai gambaran singkat yang menjelaskan karakteristik satuan pendidikan menurut jenjang, jalur, dan jenis satuan pendidikan yang disusun berdasarkan data kuantitatif atau kualitatif yang dikumpulkan melalui evaluasi, sertifikasi, dan akreditasi yang mencerminkan pemenuhan dan pencapaian standar. Dengan deksripsi mutu tersebut diharapkan secara sekilas profil mutu dapat menarik perhatian dan mudah bagi pembaca untuk mengetahui mutu masingmasing satuan pendidikan.
3

Secara mendalam, profil mutu menyediakan karakteristik mutu dilengkapi dengan data yang akurat, mutakhir, relevan dengan acuan standar. Gambaran kondisi satuan pendidikan yang muncul dalam profil idealnya dapat memberikan informasi utuh tentang satuan pendidikan baik dalam tataran input, proses maupun output dari satuan pendidikan tersebut. Untuk mendapatkan gambaran utuh yang dimaksudkan, berbagai sumber data yang disebutkan dalam sistem penjaminan mutu telah dapat digunakan sebagai data awal untuk menyusun profil mutu satuan pendidikan. Sumber data dalam sistem penjaminan mutu pendidikan secara garis besar dapat dibedakan menjadi sumber data internal dan sumber data eksternal. Sumber data internal merupakan data yang diperoleh dari hasil pengumpulan informasi oleh satuan pendidikan yang menggambarkan kondisi nyata dalam tahun berjalan, sedangkan sumber data eksternal diperoleh dari hasil pengumpulan informasi dari pihak lain yang menggambarkan hasil penilaian kinerja satuan pendidikan berdasarkan kebutuhan dalam rentang waktu yang telah ditentukan. Kedua sumber data tersebut sebaiknya difokuskan untuk menjawab pertanyaan mengenai capaian kinerja satuan pendidikan atas Standar Nasional Pendidikan, dengan demikian keduanya dapat menjadi modal utama untuk memperbaiki sistem penjaminan mutu secarainternaldaneksternalsecaraterpadu. Peluang untuk menyatukan standar sebagai acuan mutu, instrumen pengumpulan data yang lebih terpadu dan memudahkan satuan pendidikan, pengelolaan data yang mudah dan cepat diakses oleh semua pemangku kepentingan pendidikan, penguatan kapasitas asesor di setiap provinsi dan kabupaten/kota sangat terbuka. Bahkan instrumeninstrumen evaluasi yang ada sekarang, untuk sementara dapat menjadi rujukan dalam mengembangkan profil mutu pendidikan. Agar tidak reinventing the wheel, dalam penjaminan
4

mutu pendidikan, setiap kegiatan evaluasi tersebut di atas perlu dipertahankan dan (jika perlu diperbaiki kekurangankekurangannya) karena kegiatankegiatan tersebut telah, sedang, dan akan terus menghasilkan data mutu pendidikan di setiap program/satuan pendidikan. Sebagaigardaterdepandalampenjaminanmutupendidikandi setiap jalur, jenjang dan jenis pendidikan, tim pengembang sekolah yang terdiri dari kepala sekolah, pendidik, pengawas, dan wakil masyarakat di satuan pendidikan merupakan pelaku utama yang bertanggung jawab secara langsung atas pemenuhan dan pencapaian mutupendidikankepadamasyarakatsebagaipenggunadanpenerima layanan pendidikan. Dalam pelaksanaan penjaminan mutu, satuan pendidikan perlu mengumpulkan, mengolah, memutakhirkan, menganalisis, dan memubliksikan data mutu pendidikan secara akuntabel dan terbuka kepada semua pemangku kepentingan pendidikan. Sampaisaatini,banyaksatuanpendidikanmenyusunprogram peningkatan mutu pendidikan tanpa didasarkan pada data mutu sebagai baseline sehingga setiap kemajuan dan pencapaian standar mutu tidak dapat diukur dan dibandingkan antarwaktu, antarsatuan pendidikan, dan antardaerah. Profil mutu pendidikan diharapkan dapat membantu program dan/atau satuan pendidikan untuk menyusun program dan anggaran pendidikan berdasarkan data mutu yanglengkap,akurat,danmutakhir. Tujuan utama penyajian profil mutu pendidikan pada satuan pendidikan adalah untuk menggambarkan mutu pendidikan berdasarkan 8 (delapan) SNP dan menyajikan mutu pendidikan sesuai dengan indikator setiap standar. Dengan profil mutu, setiap anggota Tim Pengembang Sekolah (TPS) dapat mendalami dan memetakan
5

indikator dan standar mutu yang mana yang sudah atau belum memenuhidan/ataumelampuistandarpendidikan.Dengandemikian manfaatprofilmutuditingkatsatuanpendidikanantaralainadalah: Sekolah dapat mengetahui potret, capaian, dan kemajuan mutu pendidikan yang telah, sedang, dan akan dilakukan di masingmasingsatuanpendidikan. Tim pengembang sekolah dapat mempunyai data nyata yang akurat, lengkap, dan mutakhir untuk penyusunan RKS dan RAPBS. Pengawas dapat menggunakan data mutu satuan pendidikan untuk melakukan supervisi baik akademik maupun manajerial berdasarkan kebutuhan satuan pendidikan untuk pencapaian dan pengembangan kinerja satuan pendidikan atas Standar NasionalPendidikan. Sebagai sebuah alternatif yang masih membuka peluang sangat besar untuk dikembangkan, profil mutu di satuan pendidikan minimalmemuatinformasisebagaiberikut: 1. Data pokok satuan pendidikan yang minimal memuat informasitentang:NPSN,nama,jenjang,status,alamatsatuan pendidikan,telepon,fax,website,kelurahan,kecamatan,kota, kabupaten, provinsi,status akreditasi, tanggal validasi dokumenKTSPterakhir,namapengawasuntukmasingmasing bidangkepengawasandannamakepalasekolah. 2. Datapendidikdantenagakependidikanyangminimalmemuat informasi tentang : jumlah, kualifikasi, status kepegawaian, status NUPTK dan status sertifikasi masingmasing pendidik dan tenaga kependidikan per mata pelajaran dan per status ketenagaan, jumlah capaian hasil penilaian kinerja untuk masingmasingkriteria.

Data siswa yang minimal memuat informasi tentang jumlah siswa per rombongan belajar, jumlah siswa berdasarkan jenis kelamin,jumlahsiswaberkebutuhankhusus, 4. Data penilaian sekolah yang minimal memuat informasi tentang ratarata KKM per mata pelajaran yang diperoleh dari agregasi KKM per kompetensi dasar, capaian ratarata nilai hasil UN atau UASBN untuk masingmasing mata pelajaran, capaianrataratahasilbelajarpermatapelajaran. 5. Data sarana dan prasarana satuan pendidikan yang memuat informasi tentang jenis, jumlah dan kondisi fisik ruangan yang adadisatuanpendidikan. 6. Data capaian kinerja satuan pendidikan atas Standar Nasional Pendidikan yang minimal memuat informasi tentang deskripsi capaian masingmasing standar dan deskripsi identifikasi kekuatan serta kelemahan masingmasing standar yang ada di satuan pendidikan beserta usulan program untuk masing masingstandar. Sebagai sebuah alternatif format dari profil mutu satuan pendidikan dengan kriteria informasi tersebut dapat dilihat dalam lampiran buku ini. PetaMutuPendidikan Peta mutu adalah representasi visual yang menyoroti profil mutu satuan pendidikan dalam wilayah tertentu yang menggambarkan karakteristik mutu satuan pendidikan berdasarkan delapan standar nasional pendidikan. Dengan kata lain peta mutu diperoleh dari suatu proses pemetaan berjenjang mulai dari tingkat satuan pendidikan dengan output berupa profil mutu yang di tingkat berikutnyadiagregasidalambatasanwilayahtertentu.

3.

Pengumpulandatadaninformasidariprofilsatuanpendidikan idealnya dapat digunakan oleh berbagai pihak sebagai dasar pengambilan kebijakan karena pada hakekatnya sebuah peta harus dapat memberikan informasi bagi penggunanya untuk dapat dimanfaatkanlebihlanjut.Sebagaisebuahmediainformasipetamutu harus memiliki kemudahan bagi penggunanya, kemudahan yang dimaksudberartiadanyakejelasaninformasidantingkatketerbacaan peta yang cukup tinggi. Untuk itu suatu peta mutu diharapkan dapat disajikan dalam tampilan yang menarik, dengan bahasa yang sederhana dan komunikatif supaya tujuan pembuatan peta mutu dapattercapai. Secara umum peta mutu pendidikan disusun untuk dapat digunakan sebagai data awal (baseline data) kondisi nyata tentang pemenuhan dan pencapaian ke8 SNP dan indikatornya yang akan memudahkan pemangku kepentingan dalam menyusun perencanaan program dan penganggaran peningkatan mutu agar memiliki tujuan, ruang lingkup, sasaran, target, dan tahapan yang jelas. Secara khusus tujuan penyusunan peta mutu dapat diturunkan dalam tingkat wilayahsebagaiberikut: Pemerintah kabupaten/kota dapat melakukan agregasi profil mutu satuan pendidikan untuk penyusunan kebijakan, program,danangaranpendidikandiwilayahkabupaten/kota. Pemerintah provinsi dapat melakukan pemetaan mutu di daerahnya dan menggunakannya sebagai dasar dalam penyusunan peraturan daerah tentang pendidikan, perencanaan program dan penganggaran pendidikan, dan koordinasi antarkabupaten/kota dalam pelayanan pendidikan yangbermutu. Pemerintah dapat menggunakan profil mutu satuan pendidikan untuk menyusun peta mutu pendidikan nasional
8

sebagai bahan penyusunan peraturan perundangundangan, penguatan kapasitas kelembagaan, dan pengalokasian anggarandisektorpendidikan. Sumber data dari penyusunan peta mutu di tiap tingkatan wilayah adalah data profil di tingkat satuan pendidikan yang memuat informasi kuantitatif dan kualitatif kondisi satuan pendidikan dalam lingkup standar nasional pendidikan. Agregasi profil satuan pendidikan di tingkat selanjutnya diharapkan dapat disusun untuk menjawab kebutuhan para pemangku kepentingan untuk mendorong satuan pendidikan dalam melakukan upaya penjaminan mutu (penjelasanpasal91PP19/2005). Sebuah siklus dalam konteks sistem penjaminan mutu mensyaratkan output proses pemetaan yang berupa peta mutu pendidikan dapat menjadi input bagi proses peningkatan mutu berkelanjutan. Secara operasional proses peningkatan mutu yang dilakukan oleh pihak eksternal berupa program supervisi dan fasilitasi kepada satuan pendidikan. Penyusunan program supervisi dan fasilitasi dalam berbagai bentuknya dapat dilakukan apabila peta mutuyangdisusundapatdigunakansesuaikebutuhan.Untukitupeta mutu pendidikan berbasis hasil EDS hendaknya dapat dikembangkan menjadi peta dengan tematema tertentu yang lebih spesifik sesuai datadaninformasiyangadadalamprofilsatuanpendidikan. Agregasi profil mutu satuan pendidikan di tiap jenjang wilayah hendaknya minimal dapat dikembangkan untuk menghasilkan peta capaiankinerjasatuanpendidikanatasdelapanSNPdenganinformasi minimalsebagaiberikut: I. Deskripsiumumkondisipendidikan
9

i. Jumlahsatuanpendidikanperjenjangdanperstatus sekolah. ii. Hasilakreditasiperjenjangmaupunperprogramkeahlian (khususSMK/MAK) II. DeskripsiketercapaianSNPdalamlingkupwilayah 1. StandarIsi: i. PersentasekepemilikanDokumen1danDokumen2 KTSP ii. Persentasekepemilikanrencanatinjauandan perbaikanatasKTSPyangterjadwal. 2. StandarProses: i. PersentaseKepemilikansilabusdanRPPolehsemua pendidik ii. PersentaseKesesuaiansilabusdanRPPdengan implementasinya iii. PersentasekepemilikanRencanaperbaikanatasRPP danSilabus iv. Persentaserasiosiswadalamsaturombel(SD1:28, SMP1:32,SMA1:32) 3. StandarKompetensiLulusan: i. Persentasekelulusandisatuanpendidikanminimal dalamrentangwaktu3tahunterakhir. ii. PersentaseketercapaianKKMpermatapelajarandi tingkatsatuanpendidikan 4. StandarPengelolaan i. PersentasekepemilikanrencanapencapaianSNP ii. Persentasekepemilikanprogramkemitraan 5. StandarPendidikdanTenagaKependidikan i. PersentaseKualifikasiPTKsesuaistandarPTK ii. PersentaseSertifikasiPendidik iii. Persentasecapaianhasilpenilaiankinerjaguru
10

iv. PersentasekepemilikanPKBditingkatsatuan pendidikan v. Persentaserasiogurudansiswasesuaistandar pendidik(SD/MI,SMP/MTs,SMA/MA=1:20,SMK1:15, MAK=1:12) 6. StandarPembiayaan i. Persentasekesesuaianpenggunaanbiayasesuai standarpembiayaan 7. StandarSaranadanPrasarana i. Persentaseruangkelasyangsesuaidenganjumlah rombel ii. Persentasesumberbelajarsesuaidenganstandar iii. Persentasekepemilikanruangperpustakaan iv. Persentasekepemilikanruanglaboratorium 8. StandarPenilaian i. Persentasekepemilikanjadwalpenilaian(Ulangan hariandanremedialnya,ulangantengahsemester, ulangansemesterdanujianakhirsekolah). ii. Persentasekepemilikankisikisidansoalulanganper matapelajaran(Ulanganhariandanremedialnya, ulangantengahsemester,ulangansemesterdanujian akhirsekolah). iii. Persentasekepemilikananalisissoaldanhasil penilaian. Secara visual peta mutu dapat disajikan dalam berbagai bentuk diagram, carta (daftar), matriks dan narasi dari data dan informasi yang ditampilkan. Sebagai agregat dari sejumlah profil dalam satu wilayah, visualisasi komperatif dari data dan informasi antar profil
11

menjadisuatualternatifinformasiyangdapatditampilkandalampeta mutupendidikan.

12

BABIII PEMANFAATANPROFILDANPETAMUTUPENDIDIKAN
A. TingkatSatuanPendidikan Profil mutu pendidikan yang secara ringkas menggambarkan karakteristik mutu pendidikan di suatu satuan pendidikan idealnya dapat digunakan sebagai dasar penyusunan rencana peningkatan dan pengembangan kinerja satuan pendidikan dengan acuan SNP. Bentuk konkret dari rencana peningkatan dan pengembangan kinerja satuan pendidikan berupa rencana kerja tahunan yang merupakan penjabaran rinci dari rencana kerja menengah satuan pendidikan yangmeliputimasa4(empat)tahun(Pasal53PP19/2005). Lebih detail dalam Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan oleh Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah dinyatakanbahwasekolahwajibmembuat: 1) rencana kerja jangka menengah yang menggambarkan tujuan yang akan dicapai dalam kurun waktu empat tahun yang berkaitan dengan mutu lulusan yang ingin dicapai dan perbaikan komponen yang mendukung peningkatanmutululusan; 2) rencana kerja tahunan yang dinyatakan dalam Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah/Madrasah (RKAS/M) dilaksanakanberdasarkanrencanajangkamenengah. Rencana Kerja Sekolah (RKS) dalam kerangka empat tahun maupun tahunan merupakan hal yang sangat penting, karena RKS dapat digunakansebagai: 1) pedoman kerja (kerangka acuan) dalam mengembangkanSekolah; 2) dasar untuk memonitor dan mengevaluasi pelaksanaanpengembanganSekolah;serta 3) bahanacuanuntukmengidentifikasidanmengajukan sumberdaya pendidikan yang diperlukan dalam pengembanganSekolah.
13

Tujuan utama penyusunan RKS adalah agar Sekolah mengetahui secara rinci tindakantindakan yang harus dilakukan sehingga tujuan, kewajiban, dan sasaran pengembangan Sekolah dapat dicapai. RKS juga menjamin bahwa semua program dan kegiatan yang dilakukan untuk mengembangkan Sekolah sudah memperhitungkan harapanharapan pemangku kepentingan dan kondisi nyata sekolah/ madrasah. Karena itu proses penyusunan RKSharusmempertimbangkanprinsipprinsipsebagaiberikut: 1. Terpadu, mencakup perencanaan keseluruhan program yang akandilaksanakanolehSekolah, 2. multitahun,mencakupperiodeempattahun, 3. multisumber, mengindikasikan jumlah dan sumber dana masingmasingprogram. Misalnya dari BOS, DAK, APBD Provinsi/Kabupaten/Kota, sumbangandarimasyarakatatausumberdanalainnya, 4. berbasis kinerja, dalam arti semua program/kegiatan memiliki indikatorindikator yang harus dicapai dengan jelas termasuk kerangkawaktupencapaianindikatornya, 5. disusunsecarapartisipatifolehkepalaSekolah,komiteSekolah dan dewan pendidik dengan melibatkan pemangku kepentinganlainnya. 6. mengintegrasikan pendidikan karakter bangsa ke dalam programdankegiatansekolah/madrasah 7. sensitif terhadap isu jender, adalah adanya kesetaraan antara lakilakidanperempuandalampenyusunanprogram, 8. responsif terhadap keadaan bencana, menunjukan daya tanggap sekolah/ madrasah terhadap kemungkinan terjadinya bencana,dan 9. pelaksanaannya dimonitor dan dievaluasi oleh komite Sekolah danpemangkukepentinganlainnya.
14

Penyusunan RKS dengan mempertimbangkan prinsipprinsip tersebutdapatdilakukanmelaluitigatahapsebagaiberikut: PERSIAPAN PENYUSUNAN PENGESAHAN RKS 1. Rapatdewan 1. Menetapkan 1. Pembentukan pendidikuntuk kondisisekolah Tim persetujuanRKS saatini Pengembang melalui 2. Menetapkan Sekolah(TPS) pertimbangan 2. Pembekalan/ kondisisekolah komitesekolah. yang orientasiTim 2. Pengesahan diharapkan Pengembang olehpihakyang Sekolah 3. Menyusun berwenang programdan 3. Sosialisasi indikator kepada kinerja pemangku 4. Menyusun kepentingan rencana anggaran sekolah 5. MenyusunRKT danRKAS Alur penyusunan RKS dalam tabel di atas dapat dideskripsikan sebagai berikut: I. Persiapan Sebelum penyusunan RKS dilakukan, Dewan Pendidik (kepala Sekolah dan guru) bersama Komite Sekolah membentuk tim pengembang sekolah/ madrasah (TPS/M) yang salah satu tugasnya
15

adalah menyusun RKS. Pembentukan TPS/M hendaknya dilakukan melalui proses demokratis dengan mengedepankan musyawarah mufakat. Sekolah yang sudah memiliki TPS sebelumnya dapat mengoptimalkan tim yang sudah ada dengan mempertimbangkan bebankerjadantanggungjawabyangsesuaidanrelevan. Setelah terbentuk, TPS/M disarankan melakukan pendalaman/orientasi mengenai kebijakankebijakan pengembangan pendidikan dan penyusunan RKS. Materi yang perlu didalamiantara lain: peraturan dan perundangundangan mengenai pendidikan perlindungan anak, kebijakan pendanaan pendidikan, kebijakan peningkatan mutu dan perluasan kesempatan memperoleh pendidikan, prioritas pendidikan tingkat kabupaten/ kota,manajemen berbasissekolah/madrasah(MBS/M),pendekatan,strategidanmetode pembelajaran inovatif seperti pembelajaran aktif, pembelajaran aktifkreatifefektif dan menyenangkan (PAKEM), peranserta masyarakat dalam pendidikan, perencanaan pendidikan di Sekolah. Selain itu juga dibahas penyusunan RKS, peran dan fungsi masing masing pemangku kepentingan dalam proses perencanaan. Kegiatan ini dapat dilakukan bersamasama dalam kelompok kerja kepala sekolah (KKKS), kelompok kerja guru (KKG), musyawarah guru mata pelajaran(MGMP) serta pertemuan/rapatSekolah yang dihadiri baik oleh Dewan Pendidik, Komite Sekolah maupun secara mandiri oleh anggotaTPS/M. II. ProsesPenyusunanRKS SecaraumumprosespenyusunanRKSdapatdilakukanmelalui tahaptahapberikutini: 1. MenentukanKondisiSekolahSaatini Kondisi sekolah saat ini dapat ditentukan dengan mengkaji profil satuan pendidikan yang telah disusun berdasarkan proses evaluasi diri yang mengedepankan kejujuran dan obyektifitas dalam pengumpulan data dan informasi tentang capaian kinerja sekolah atas 8 SNP. Sumber data dalam proses evaluasi diri seperti telah disebutkan sebelumnya berasal dari sumber internal sekolah maupun dari sumber eksternal. Dengan
16

mengintegrasikansemuasumberdatatersebutdalamprofil mutu sekolah, diharapkan kajian dan tinjauan atas kondisi sekolahdapatlebihobyektifdanakuntabel. Tujuan melakukan evaluasi diri adalah untuk melihat gambaranyangjelastentangsituasisekolahsaatini.Karena itu, evaluasi diri sekolah harus dilakukan dengan seksama dan seobjektif mungkin. Informasi yang dihasilkan dari evaluasi diri sekolah/ madrasah juga berguna untuk membantu para pemangku kepentingan Sekolah dalam menyusun RKS dan RKTyang didasarkan pada kondisi nyata sekolahyangberikutnyadituangkandalamprofilsekolah. Hasil kajian profil sekolah hendaknya dapat dijadikan dasar untuk menentukan capaian kinerja sekolah saat ini. Kinerja sekolah yang dimaksud hendaknya dapat mengidentifikasi misalnya, bagian yang mengalami perbaikan atau peningkatan, bagian yang tetap, dan bagian yang mengalami penurunan. Dari hasil identifikasi tersebut sesuaidenganPetunjukTeknisPenggunaanDanaBOS2011, dapatdisusunprogramsekolahyangterdiridari: 1. Pengembangan kompetensi lulusan (bidang akademikdannonakademik) 2. Pengembangankurikulum/KTSP 3. Pengembanganpembelajaran 4. Pengembangansistempenilaian 5. Pengembangan pendidik dan tenaga kependidikan 6. PengembangansaranadanprasaranaSekolah 7. PengembanganmanajemenSekolah 8. Pembinaankesiswaan/ekstrakurikuler 9. BudayadanlingkunganSekolah 10.Penanamankarakter(budipekerti).
17

Dengan mempertimbangkan hasil kajian dari profil sekolah yang ada, TPS hendaknya mempertimbangkan ketersediaan sumber daya dan tingkat kebutuhan program untuk memberikan layanan yang baik dan bermutu untuk seluruh siswa. Tingkat kebutuhan yang dimaksud idealnya lebih memprioritaskan pada capaian kinerja yang belum memenuhi SNP untuk ditingkatkan minimal sesuai dengan SNPdengankerangkawaktuyangjelas. 2. Menentukankondisisekolahyangdiharapkan PP Nomor 19/2005 tentang standar Nasional Pendidikan mengamanatkan bahwa standar nasional pendidikan merupakan kriteria minimal tentang sistem pendidikan yang harus dicapai oleh setiap satuan pendidikan. Mengacu pada pencapaian SNP sekolah harus menentukan kondisi sekolah yang diharapkan dalam merumuskan visi, misi dan tujuan sekolah sekaligus dalam menentukan indikator keberhasilan kinerjanya termasuk dengan menetapkan kerangka waktu yang jelas dalam pencapaiannya. 3. Menyusunprogramdankegiatan Program dan kegiatan yang disusun sekolah secara ideal bertujuan untuk memberikan layanan yang baik dan bermutu kepada para pemangku kepentingan dengan targetmemenuhiataumelampauiSNPdenganjadwaldan tahapan yang jelas. Program adalah upaya untuk mencapai sasaran. Untuk mencapai satu sasaran, bisa dengan melalui satu atau beberapa program. Oleh sebab itu, program yang dicanangkan oleh sekolah tergantung pada sasaran yang telah ditetapkan oleh sekolah/ madrasah itu sendiri. Program bisa dilaksanakan oleh pihak Sekolah maupun melibatkan pihak lain, misalnyakomiteSekolahatauwargamasyarakatyanglebih luas. Agar pelaksanaan program lebih terkoordinasikan
18

dengan baik, maka perlu ditentukan penanggung jawab program. Penanggung jawab program bisa berupa suatu unit kerja, misalnya komite sekolah/ madrasah, atau bisa jugaperorangan,misalnyagurukelasataukepalasekolah. Kegiatan adalah tindakantindakan yang akan dilakukan di dalam suatu program. Kegiatan dirumuskan sebagai tindakan dalam memenuhi atau menjawab tantangan yang telah ditetapkan. Kegiatan yang baik adalah yang mengarah pada pencapaian tantangan yang telah dirumuskan dengan efektif dan efisien dari segi biaya, waktu dan penggunaan sumberdayayanglainnya. Jadwal adalah alokasi waktu suatu program dan kegiatan tertentu yang akan dilaksanakan. Tujuan penyusunan jadwal kegiatan ini adalah untuk mempermudah pelaksana dalam menentukan urutan kegiatandanmengaturpenggunaansumberdayadandana yangdimiliki Sekolah sehingga alur kegiatan dan keuangan sekolah/madrasahdapatdikontrollebihefektif. 4. PerumusanRencanaAnggaranSekolah Setelah program, penanggungjawab program, kegiatan dan jadwal kegiatan dirumuskan, tahap selanjutnya adalah menyusun Rencana Anggaran Jangka Menengah Sekolah/ Madrasah untuk melaksanakan program dan kegiatan tersebut. Padatahap ini ada 3 (tiga)langkahyang harusdilakukan: a. MembuatrencanabiayaSekolah Rencana biaya program dan kegiatan dilakukan untuk mengetahui berapa biaya yang diperlukan untuk melaksanakan program/kegiatan tersebut, dan apakah sekolah/ madrasah cukup memiliki dana, dan dari mana
19

danatersebutdiperoleh.Berikutiniadalahcaramenyusun rencanabiaya: 1. 2. mendapatkan dan menghitung biaya satuan darisemuakegiatanyangtelahditetapkan; menghitungrencanabiaya.

b. Membuat Rencana Pendanaan Sekolah Rencana pendanaan adalah rencana sumber pendapatan sekolah yang sesuai dengan kebutuhan dan urutan tingkat kepastian perolehan dana. Berikut adalah contoh tingkatkepastianperolehandanaSekolah: 1. Bantuan Operasional Sekolah (BOS), yang sudah dianggarkandanditetapkan. 2. Dana Alokasi Khusus (DAK), bagi Sekolah yang terpilih. 3. APBD Provinsi/Kabupaten/Kota, yang berbeda bedauntuksetiapdaerah. 4. Sumbangan masyarakat, belum dapatdipastikan. 5. Donatur (perusahaan/industri, alumni, dsb.), belumdapatdipastikan. c. Menyesuaikan Rencana Biaya dengan Sumber Pendanaan Sebelum menyesuaikan rencana biaya dan sumber pendanaan, maka Tim Pengembang Sekolah perlu mempelajari terlebih dahulu aturan penggunaan sumber pendanaan; karena biasanya masingmasing pemberi dana mempunyai aturan mainnya sendiri. Aturan penggunaan tertulis yang sudah tersedia adalah program BOS. Aturan tertuju pada pengeluaranpengeluaran yang tidak boleh dan boleh dibiayai dengan dana BOS. Aturan dari sumber dana lain diatur dan dipertanggungjawabkan sesuaidenganaturanpemberidana.
20

Langkah berikutnya adalah menyesuaikan Rencana Biaya dengan Sumber Pendanaan. Dengan selesainya langkah ini, maka RKS telah selesai karena Sekolah sudah mempunyai rencana yang lengkap, yaitu: Sasaran, Program,Kegiatan,RencanaBiaya,danPendanaan. 5. Merumuskan Rencana Kerja Tahunan Sekolah (RKTS/M) dan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS). Dalam menetapkan Rencana Kerja Tahunan, ada tiga hal yangharusdilakukan,yaitu: a. MenetapkanProgram/KegiatanStrategis; b. MenetapkanKegiatanKegiatanRutin/reguler; c. MenetapkanJadwalRencanaKerjaTahunan. Sedangkan tahapan dalam penyusunan RKAS adalah sebagaiberikut: a. MenghitungBiayaRutin/Reguler; b. Menghitung Rencana Biaya dan Sumber Pendanaan ProgramdanKegiatanRutin/Reguler; c. Menyusun Rencana Kegiatan dan AnggaranSekolah. III. Pengesahan,danSosialisasiRKS Tahapan terakhir yang harus dilakukan dalam penyusunan RKS/RKAS adalah melakukan pengesahan dan sosialisasi,denganlangkahsebagaiberikut: a. Penyetujuan RKS oleh rapat Dewan Pendidik setelah memperhatikan pertimbangan dari KomiteSekolah;
21

b.

c.

Pengesahan berlakunya RKS oleh Dinas Pendidikan/Kantor kemenag (untuk sekolah/ madrasah negeri), atau oleh penyelenggara Sekolah (bagi Sekolahswasta); Sosialisasi kepada pemangku kepentingan Sekolah.

22

B. PengembanganProgramTingkatKabupaten/Kota
Pasal 1 Permendiknas 63 /2009 menyebutkan mutu pendidikan adalah tingkat kecerdasan kehidupan bangsa yang dapat diraih dari penerapan Sistem Pendidikan Nasional. Pada tataran ini muara penjaminan mutu adalah meningkatnya kecerdasan peserta didikyangdiindikasikandariketercapaiankriteriaketuntasanminimal untuk setiap kompetensi dasar di setiap mata pelajaran. Penjaminan mutu menurut Permendiknas 63/2009 adalah kegiatan sistemik dan terpadu oleh satuan atau program pendidikan, penyelenggara satuan atau program pendidikan, pemerintah daerah, Pemerintah, dan masyarakat untuk menaikkan tingkat kecerdasan kehidupan bangsa melaluipendidikan.Dengankatalainsetiapkegiatanditingkatsatuan pendidikan,programpendidikan,penyelenggarasatuanatauprogram pendidikan, pemerintah daerah, pemerintah dan masyarakat harus secarasistemikdanterpadumenujupeningkatankecerdasanbangsa. Pada tingkat satuan pendidikan hasil evaluasi diri yang dituangkan dalam profil satuan pendidikan dengan menggunakan berbagai sumber data dan informasi yang didalamnya juga memuat hasilakreditasidansertifikasidalamkontekssistempenjaminanmutu pendidikan harus dapat menjadi bagian integral bagi upaya penjaminan mutu pendidikan di tingkat wilayah berikutnya. Salah satu pemangku kepentingan pengguna profil satuan pendidikan adalah pemerintah daerah tingkat kabupaten/kota yang dalam hal ini diwakili oleh dinas pendidikan kabupaten/kota di lingkungan pemerintahdaerah. Agregasi dari profil mutu satuan pendidikan di setiap jenis, jalur dan jenjang pendidikan yang berupa peta mutu pendidikan di tingkat kabupaten/kota idealnya disusun oleh Tim Pengembang Kabupaten/Kota yang dibentuk dalam upaya pengumpulan data dan informasi dari profil satuan pendidikan yang ada di wilayahnya. Tim Pengembang Kabupaten/Kota dapat dibentuk dengan melibatkan Pengawas,PegawaiDinasPendidikan,paraKetuaKelompokKerjabaik kepala sekolah maupun guru yang bertanggung jawab kepada kepala dinas pendidikan untuk menyusun peta mutu pendidikan termasuk
23

berbagai rangkuman rekomendasi untuk mendorong perbaikan maupun pengembangan kinerja satuan pendidikan untuk memenuhi ataupun melampaui standar sesuai dengan amanat Pasal 91 PP 19/2005tentangStandarNasionalPendidikan. Berdasarkan uraian di atas, program pengembangan tingkat kabupaten/kota dapat dirumuskan dengan menggunakan kerangka di bawahini. 1. Agregasi dari profil satuan pendidikan per jenjang, jalur dan jenispendidikan 2. Penyusunan peta mutu pendidikan tingkat kabupaten dengan fokus pada capaian SNP per jenjang, jalur dan jenis pendidikan. 3. Berbasis peta mutu tersebut, disusun daftar program tindak lanjut. 4. Berdasarkan daftar program tindak lanjut, disusun kebijakan pengembangan program peningkatan mutu di tingkat kabupaten/kota. 5. Penyusunan skala prioritas pelaksanaan program peningkatan mutu pendidikan, baik dari segi jenis maupun jumlah sasaran yangakandirealisasikansetiaptahun. Agregasi dari profil satuan pendidikan untuk wilayah kabupaten akan lebih mudah dan lebih cepat dilakukan dengan sentuhan teknologi informasi, sehingga penguatan kapasitas baik sarana dan prasarana maupun kapasitas sumber daya manusia menjadi tuntutan mutlak yang harus dijadikan fokus perhatian pemerintah daerah dalam mendukung berbagai upaya penjaminan mutu pendidikan untuksetiapsatuanpendidikandiwilayahnya. Penguatan kapasitas yang dimaksud akan lebih efektif apabila dilakukan melalui pembentukan jaringan kerjasama antar sekolah, pemerintah daerah dan pemerintah dengan berbagi sumberdaya yang dimiliki baik dalam bentuk program, kegiatan, sarana dan prasarana maupun sumber daya manusia agar terbangunnya sistem informasi mutu pendidikan formal dan nonformal berbasis teknologi informasi dan komunikasi yang andal, terpadu, dan tersambung yang menghubungkan satuan
24

atau program pendidikan, penyelenggara satuan atau program pendidikan, pemerintah kabupaten atau kota, pemerintah provinsi, dan Pemerintah (pasal 2 ayat 2 butir (e) Permendiknas 63/2009 tentangSPMP). Pasal 59 PP 19/2005 menyebutkan bahwa pemerintah daerah menyusun rencana kerja tahunan bidang pendidikan dengan salah satu prioritas programnya adalah penjaminan mutu pendidikan pada satuan pendidikan baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun oleh masyarakat. Wujud nyata kegiatan penjaminan mutu sesuai pasal 20 Permendiknas 63/2009 di tingkat pemerintah daerah adalah melalui pemberian bantuan, arahan, fasilitasi, supervisi dan/atau pengawasan, saran dan/atau bimbingan kepada satuan pendidikanberdasarkankegiatanevaluasidanpemetaanmutusatuan dan program pendidikan. Peta mutu sebagai data dasar bagi penyusunan program yang diperoleh dari agregasi profil satuan pendidikan dapat dikembangkan berdasarkan kebutuhan para pemangkukepentinganditingkatpemerintahdaerah.Petamutuyang dikembangkanharusmemilikitingkatketerbacaanyangtinggidengan visualisasiyangsederhanadanmenarikagarmudahdipahamidengan basis data yang berasal dari profil tingkat satuan pendidikan agar dapat menjadi data dasar bagi pengambilan kebijakan maupun bagi penyusunanprogramdanalokasianggaran. Kajian atas peta mutu mutlak menjadi bahan penyusunan daftar rekomendasi program. Daftar rekomendasi yang dikembangkan difokuskan pada upaya pemenuhan maupun pengembangan capaian acuan mutu baik ditingkat satuan pendidikan maupun di tingkat pemerintah daerah dengan mengacu pada regulasi yang relevan. Daftar rekomendasi hendaknya mencantumkan target sasaran dan kerangka waktu yang jelas untuk pencapaiannya. Sebagai bahan bagi penyusunan kebijakan dan program, daftar rekomendasi sebaiknya menggunakan bahasa kegiatan yang sederhana dan mudah dipahami untuk memastikan rekomendasi yang disusun dapat dilaksanakan tepatarahdantepatsasarandalamkerangkawaktuyangdituliskan.
25

Contoh dari mekanisme pengembangan program di tingkat kabupaten/kota berbasis hasil penyusunan profil dan peta mutu dapat dilihat sebagai berikut : HasilPemetaan: JumlahsiswaSMPkabupatenX=336000orang TabelketercapaianKKMuntuktigamatapelajaran:

PERSENTASEKETERCAPAIANKKM
76,00% 74,00% 72,00% 70,00% 68,00% 66,00% 64,00% 62,00% 60,00% 75,00%

70,00%

65,00%

BAHASA INDONESIA

BAHASAINGGRIS

MATEMATIKA

HasilKajianPetaKetercapaianKKM Teridentifikasibeberapapermasalahansebagaiberikut: 1. Belum semua guru memiliki jadwal ulangan harian untukmasingmasingkompetensidasar. 2. BelumsemuaguruberkualifikasiakademikS1/D4. 3. Ketersediaan buku pelajaran belum mencukupi dengan rasio1buku:1siswa
26


N O

DaftarRekomendasiProgram
DATA REKOMENDASI PROGRAM SASA RAN TARG ET WAK TU INDIKATOR KEBERHASILAN OUTPU T OUTCO ME

Keterca paian KKM Mapel Bahasa Indone sia 65% 1. Workshop peningkatan kompetensi guru dalam sistem penilaian

1680 guru bahas a indon esia

Juni 2012

Persentase guru yang ditingkatkan kompetensinya dalam sistem penilaian

Pening katan kompe tensi guru dalam melak ukan penilai an

60% guru belum memili ki jadwal ulanga n harian untuk setiap KD 70% guru berkual ifikasi akade mik S1/D4

Pening katan kompe tensi siswa mata pelajar an Bahas a Indone sia

2. Bantuan peningkatan kualifikasi akademik bagi guru

840 orang

Juli 2012

Persentase guru yang ditingkatkan kualifikasi akademiknya

Pening katan kualifik asi akade mik guru

rasio buku : siswa =1:4

3. Penambahan buku teks untuk siswa

2520 00 ekse mplar

Agust -12

Persentase pemenuhan rasio buku : siswa = 1 : 1

Pemen uhan rasio buku:s iswa = 1:1

Pening katan kompe tensi siswa mata pelajar an Bahas a Indone sia Pening katan kompe tensi siswa mata pelajar an Bahas a Indone

27

N O

DATA

REKOMENDASI PROGRAM

SASA RAN

TARG ET WAK TU

INDIKATOR KEBERHASILAN

OUTPU T

OUTCO ME

sia

Daftar rekomendasi yang telah disusun perlu ditindaklanjuti olehpihakdinaspendidikandenganmemperhitungkananggaranyang diperlukan untuk melaksanakan berbagai program peningkatan mutu sesuai. Anggaran ini akan menjadi masukkan bagi pemerintah daerah (bupati/walikota) untuk menyusun RAPBD untuk tahun mendatang. Tentu saja di tingkat pemerintah daerah, usulan anggaran peningkatan mutu ini masih akan diolah lagi sesuai dengan program program pembangunan semua aspek kehidupan sosial dan kemasyarakatan di daerah yang akan diproyeksikan untuk tahun mendatang. Secara komprehensif, usulan RAPBD akan diusulkan dan dibicarakanditingkatDPRDuntukdisahkanmenjadiAPBD.

C. PengembanganProgramProvinsi
Pasal 52 PP 19/2005 tentang SNP menyebutkan Pemerintah Provinsi mensupervisi dan membantu satuan pendidikan yang berada di bawah kewenangannya untuk menyelenggarakan atau mengatur penyelenggaraannya dalam melakukan penjaminan mutu. Permendiknas No 63 tahun 2009 dalam bagian ke tujuh pasal 32 hingga pasal 34 mengatur tentang tanggung jawab pemerintah provinsi dalam penjaminan mutu. Tanggung jawab pemerintah provinsi adalah melakukan supervisi, pengawasan, evaluasi, serta pemberian bantuan, fasilitasi, saran, arahan, dan/atau bimbingan oleh pemerintah provinsi kepada satuan atau program pendidikan formal dalam penjaminan mutu termasuk kewajiban untuk menciptakan sistem informasi mutu pendidikan berbasis teknologi informasi dan komunikasi dilakukan bekerjasama dan berkoordinasi denganLPMP.
28

Berdasarkan aturan tersebut maka Dinas Pendidikan Provinsi dan LPMP, yang memiliki kewajiban dalam melakukan penjaminan mutu di tingkat provinsi, perlu membuat peta mutu pendidikan di wilayahnya berdasarkan input peta mutu kabupaten/kota yang berada dalam lingkungannya sebagai dasar bagi pelaksanaan supervisi, pengawasan, evaluasi, serta pemberian bantuan, fasilitasi, saran, arahan, dan/atau bimbingan oleh pemerintah provinsi kepada satuanatauprogrampendidikanformaldannonformalsesuaidengan kewenangannya.Petamutupendidikanditingkatprovinsimerupakan agregat peta mutu kabupaten/kota. Peta mutu tingkat provinsi idealnya disusun oleh tim pengembang provinsi yang terdiri dari unsur dinas pendidikan provinsi bekerjasama dengan LPMP sebagai unit pelaksana teknis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk penyusunandanpelaporanpetamutupendidikandiwilayahnya. Peta mutu pendidikan tingkat provinsi merupakan deskripsi ringkas karakteristik mutu pendidikan mengacu pada 8 SNP di tingkat provinsi yang idealnya mampu mengidentifikasi satuan pendidikan yang kinerjanya telah atau hampir memenuhi SNP dan satuan pendidikan yang belum memenuhi SNP. Peta mutu pendidikan dengan kata lain dapat dijadikan dasar bagi pemerintah provinsi untuk mengkategorikan sekolah kriteria mandiri dan kriteria standar sesuai penjelasan pasal 11 PP 19/2005 tentang SNP. Kategorisasi tersebut bermanfaat bagi penentuan prioritas program peningkatan mutuditingkatprovinsi. Integrasi proses pemetaan mutu pendidikan perlu dilakukan dengan proses sertifikasi dan akreditasi sebagai bagian integral dari proses penjaminan mutu. Dinas Pendidikan Provinsi sebagai penanggungjawab pengelolaan pendidikan di tingkat pemerintah daerah provinsi perlu melakukan koordinasi dengan LPMP sebagai unit pelaksana teknis pemerintah sesuai dengan pasal 23 PP 17/2010 dalam berbagai upaya penjaminan mutu, termasuk dalam proses pemetaan mutu pendidikan. Kajian dari hasil peta mutu pendidikan tingkat provinsi idealnya merupakan dasar bagi pemerintah provinsi
29

dalam menentukan alokasi sumberdaya untuk mendorong satuan pendidikanminimalmencapaikategorimandiri. Kapasitas kewenangan dan otoritas wilayah yang dimiliki oleh pemerintah provinsi merupakan sumberdaya bagi upaya penjaminan mutupendidikanditingkatprovinsi.Kajianataspetamutupendidikan tingkat provinsi merupakan dasar bagi upaya intervensi pemerintah provinsi untuk mendorong satuan pendidikan mencapai SNP. Intervensi pemerintah provinsi ke satuan pendidikan dapat dilakukan dalam bentuk program, kegiatan dan anggaran untuk melakukan koordinasi dan fasilitasi peningkatan mutu di tingkat satuan pendidikan. Berikut ini contoh pengembangan program di tingkat provinsi berbasispengembanganprogramditingkatkabupaten/kota: HasilPemetaan:

KUALIFIKASIAKADEMIKGURU
90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% KABUPATENX KABUPATENY KABUPATENZ 0% 2% 4% 30% 20% 16% S2 S1 D3 70% 78% 80%

HasilKajianPetaKualifikasiAkademikGuru Teridentifikasibeberapainformasisebagaiberikut: 1. Ketercapaian KKM mata pelajaran bahasa Indonesia rendahdibandingkanmatapelajaranyanglain.


30

2. Kualifikasi dan kompetensi guru bahasa Indonesia belummencukupi. 3. Program peningkatan kompetensi guru bahasa Indonesia sudah dianggarkan di masingmasing kabupaten. 4. KabupatenXletakgeografisnyajauhdariLPTK. RekomendasiProgram
REKOM ENDASI PROGR AM SASA RAN TARG ET WAKT U INDIKATOR KEBERHASILAN OUTPUT OUTCO ME

DATA

1. Ketercapai an KKM mapel bhs Indonesia rendah. 2. Kualifikasi pendidikan guru sesuai standar paling rendah persentase nya di kabupaten X 3. Letak geografis kabupaten X jauh dari LPTK

2. Bantu an pening katan kualifi kasi akade mik bagi guru melalu i Univer sitas Terbuk a

840 orang

Juli 2012

Persentase guru yang ditingkatkan kualifikasi akademiknya

Peningk atan kualifik asi akadem ik guru

Peningk atan kompet ensi siswa mata pelajar an Bahasa Indones ia

Contoh diatas menggambarkan peran peta mutu sebagai basis data bagi penyusunan rekomendasi untuk menentukan sasaran dan program bagi peningkatan mutu pendidikan. Data dan informasi yang dimaksud diperoleh dari kajian atas berbagai tema dalam peta mutu pendidikan provinsi. Kajian antar tema diperlukan agar data dan informasi yang diperoleh akurat untuk mendukung penyusunan rekomendasi.
31

Identifikasi keluaran dan hasil serta penetapan indikator keberhasilan dari program akan menjamin kepastian program yang disusun tepat arah dan sasaran sesuai target yang ditetapkan. Indikator keberhasilan dalam penyusunan program hendaknya mengacu pada indikator keberhasilan dalam rencana strategis pendidikan provinsi yang berpedoman pada rencana strategis Kementerian Pendidikan Nasional 20102014 sesuai Permendiknas 44/2010 untuk menjamin sinergitas program antar pemerintah dan pemerintahdaerah.

D. PengembanganProgramNasional
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomer 44 tahun 2010 tentang Renstra Kemendiknas 20102014 mengamanatkan terwujudnya akuntabilitas dan transparansi serta peningkatan mutu output dan outcome dalam pemanfaatan APBN. Renstra menjadi acuan (guidance) pelaksanaan program dan kegiatan bagi setiap pimpinan unit kerja agar dalam melaksanakan tugas dan fungsinya semakin accountable. Dalam penyusunan Renstra tergambar secara jelas keterkaitan antara program, indikator kinerja, dan masukan (input) untuk setiap unit kerja. Reformasi perencanaan dan penganggaran dilakukan untuk lebih memantapkan kembali penerapan penganggaran berbasis kinerja (performance based budgeting) khususnya di Kementerian Pendidikan Nasional. Mengacu kepada perubahan struktur organisasi Kemdiknas sesuai dengan Perpres 67 Tahun 2010 Tentang Perubahan Perpres Nomor 24 Tahun 2010 Tentang Struktur Organisasi Eselon I di Kementerian dan Lembaga, Kemdiknas memiliki 9 Unit Eselon I, dan 9 Program. Bagan struktur organisasi Kementerian Pendidikan Nasional berdasarkan Perpres67Tahun2010dapatdilihatpadaGambar6.1.

32

MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL WAKIL MENTERI

DITJEN PENDIDIKAN TINGGI

DITJEN PENDIDIKAN MENENGAH

DITJEN PENDIDIKAN DASAR

DITJEN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI, NONFORMAL, DAN INFORMAL

INSPEKTORAT JENDERAL

SEKRETARIAT JENDERAL

BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN

BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN BAHASA

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

Gambar6.1.StrukturOrganisasiKemdiknassesuaidenganPerpres67 Tahun2010 Programprogram pembangunan pendidikan telah disusun Kemendiknas dalam upaya pencapaian tujuan Renstra pada tahun 2014 berdasarkan jenjang pendidikan dan dukungan yang diperlukan untuk kelancaran pelaksanaan programprogram tersebut. Pengelompokan program tersebut adalah seperti terlihat pada tabel berikut: Tabel6.1 ProgramdanUnitEselonIKemdiknas KODE PROGRAM UNITESELONI P1 ProgramPendidikanAnak DirektoratJenderalPendidikan UsiaDini,NonFormalDan AnakUsiaDini,NonFormal Informal DanInformal P2 ProgramPendidikanDasar DirektoratJenderalPendidikan Dasar
33

KODE PROGRAM P3 ProgramPendidikan Menengah P4 ProgramPendidikanTinggi P5

ProgramPengembangan SDMPendidikanDan PenjaminanMutu Pendidikan P6 ProgramPenelitianDan BadanPenelitianDan Pengembangan Pengembangan P7 ProgramPengembangan BadanPengembanganDan DanPembinaanBahasaDan PembinaanBahasaDanSastra Sastra P8 ProgramDukungan SekretariatJenderal ManajemenDan PelaksanaanTugasTeknis Lainnya P9 ProgramPengawasanDan InspektoratJenderal PeningkatanAkuntabilitas Aparatur Sebagai bagian integral dari organisasi Kemendiknas, Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Penjaminan Mutu Pendidikan bertanggungjawab sepenuhnya atas perencanaan dan pelaksanaan Program Pengembangan SDM Pendidikan dan Penjaminan Mutu Pendidikan. Keberhasilan dari program ini dapat diukur dari ketercapaian indikator kinerja utama seperti yang disajikanpadaTabel6.2: Tabel6.2 Indikator Kinerja Utama Program Pengembangan SDM Pendidikan Dan Penjaminan Mutu Pendidikan
KONDI SI AWAL (2009) TARGET 2010 2011 2012 2013 2014

UNITESELONI DirektoratJenderalPendidikan Menengah DirektoratJenderalPendidikan Tinggi BadanPengembanganSDM PendidikanDanPenjaminan MutuPendidikan

IKU/IKK

34

IKU/IKK IKU5.1 PersentaseGuru DalamJabatan Berkualifikasi Akademik MinimalS1/D4 IKU5.2 PersentaseGuru Bersertifikat Pendidik IKU5.3 PersentaseGuru Mengikuti Peningkatan KompetensiDan Profesionalisme Berkelanjutan IKU5.4 PersentaseKepala Sekolah Mengikuti Peningkatan KompetensiDan ProfesioNalisme Berkelanjutan IKU5.5 Persentase PengawasSekolah Mengikuti Peningkatan KompetensiDan Profesionalisme Berkelanjutan IKU5.6 JumlahKumulatif Pegawai KemdiknasYang MengikutiDiklat IKU5.7 PersentaseSatuan PendidikanAnak UsiaDiniYang TelahDilakukan PenjaminanMutu Pendidikan

KONDI SI AWAL 2010 (2009) 50,8 %

TARGET 2011 59,6% 2012 68,5% 2013 79,4% 2014 91,1%

33,6 % 34,0 %

44,8%

56,4%

70,7%

84,9%

45,9%

57,6%

69,5%

81,3%

10,0 %

25,0%

45,0%

70,0%

100,0 %

100, 0%

100,0 %

100,0 %

100,0 %

100,0 %

10,0 %

50,0%

56,0%

63,0%

70,0%

20,0 %

40,0%

60,0%

80,0%

100,0 %

35

IKU/IKK IKU5.8 PersentaseSatuan PendidikanDasar YangTelah Dilakukan PenjaminanMutu Pendidikan IKU5.9 PersentaseSatuan Pendidikan MenengahYang TelahDilakukan PenjaminanMutu Pendidikan PersentaseSatuan IKU 5.10 PendidikanTinggi YangTelah Dilakukan PenjaminanMutu Pendidikan Persentase IKU 5.11 PendidikYang TelahDisupervisi KinerjanyaSesuai Persyaratan StandarPendidik PersentaseKasus IKU 5.12 PendidikDan Tenaga Kependidikan YangDitangani TersedianyaJenis IKU 5.13 PenghargaanBagi PTK

KONDI SI AWAL 2010 (2009) 20,0 %

TARGET 2011 40,0% 2012 60,0% 2013 80,0% 2014 100,0 %

20,0 %

40,0%

60,0%

80,0%

100,0 %

20,0 %

40,0%

60,0%

80,0%

100,0 %

10,0 %

20,0%

30,0%

40,0%

50,0%

10,0 %

40,0%

55,0%

70,0%

90,0%

0,0%

5,0%

6,0%

7,0%

8,0%

Implementasisistempenjaminanmutupendidikanmerupakan suatu upaya sistematis bagi peningkatan mutu pendidikan yang secara simultan dapat menjawab ketercapaian indikator kinerja utama BPSDMPPPMP. Hal ini dapat terukur melalui adanya capaian
36

indikator kinerja kegiatan berupa persentase satuan pendidikan yang terpetakan mutu pendidikan yang mengharuskan adanya output berupa dokumen profil mutu di tingkat satuan pendidikan, dokumen peta mutu tingkat provinsi atau kabupaten dan dokumen peta mutu tingkat nasional. Dokumen peta mutu tingkat nasional diperoleh dari agregasidokumenpetamututingkatprovinsiyangmerupakanoutput agregasi dokumen peta mutu tingkat kabupaten/kota. Hierarki peta mutudapatdilihatsecaravisualsebagaiberikut: Petamutu nasional Petamutu tingkatprovinsi Petamututingkat kabupaten/kota

Profilmutusatuanpendidikan

Profil mutu di tingkat satuan pendidikan merupakan sumber data yang idealnya dapat digunakan oleh berbagai pihak sebagai dasar pengambilan kebijakan. Pada tataran nasional suatu peta mutu pendidikan diharapkan dapat merepresentasikan profil mutu pendidikan di setiap jenjang pendidikan sebagai bahan pengambilan kebijakan bagi pemerintah untuk mendorong dan membantu satuan pendidikan formal dalam melakukan penjaminan mutu (quality assurance).
37

IntegrasiProses Peta mutu pendidikan di tingkat nasional dihasilkan dengan baik dengan adanya integrasi proses akreditasi, sertifikasi dan evaluasi dalam berbagai bentuk program, kegiatan dan anggaran baik di tingkat unit utama Kemendikbud, tingkat pemerintah daerah maupun di tingkat satuan pendidikan. Dengan integrasi proses tersebut diharapkan adanya peta mutu yang merupakan agregasi dari profil di tingkat satuan pendidikan yang dapat dijadikan sebagai dasar pengambilan kebijakan berbasis data agar program, kegiatan dan anggaran yang disusun oleh para pengambil kebijakan dapat lebih tepatarahdantepatsasaran. Berbagisumberdaya Integrasi proses yang dimaksud sebelumnya dapat terjadi dengan optimal untuk menghasilkan peta mutu pendidikan apabila semua unit kerja ditingkat Kemendikbud, pemerintah daerah dan satuan pendidikan dapat bekerjasama dalam bentuk program, anggaran, sumberdaya manusia, sarana dan prasarana untuk mengumpulkan berbagaidatadaninformasisebagaibahanpenyusunanprofilmutudi tingkat satuan pendidikan dan peta mutu di tingkat selanjutnya agar dapat dimanfaatkan bersama sebagai baseline data untuk kepentingan peningkatan dan pengembangan kinerja satuan pendidikan dan stakeholders terkait dalam pemenuhan Standar NasionalPendidikanditiapsatuanpendidikan. SentuhanTeknologiInformasi Kemampuan teknologi informasi untuk mengumpulkan, mengolah, menyimpan dan menampilkan data mutu pendidikan dari tingkat satuan pendidikan yang di agregasi di tingkat selanjutnya mutlak diperlukan agar peta mutu yang dihasilkan lebih akurat dalam memberikan informasi kepada penggunanya. Akurasi data dan
38

informasi yang ditampilkan dalam suatu peta mutu dengan visualisasi yang menarik dan tingkat keterbacaan yang tinggi dapat memudahkan stakeholder menjadikan peta mutu sebagai dasar pengambilan kebijakan untuk penyusunan program, kegiatan dan anggaran bagi berbagai upaya peningkatan mutu pendidikan untuk pemenuhanmaupunpengembanganStandarNasionalPendidikan. Visualisasi integrasi proses, berbagi sumberdaya dengan sentuhan teknologiinformasidalampenyusunanpetamutudapatdigambarkan sebagaiberikut:

SatuanPendidikan Sertifikasi:PTK

PrimaryKey:NPSN Akreditasi: Satuanpendidikan,Program PrimaryKey:NUPTK

Evaluasi: PendidikdanTenaga Kependidikan PTK,Program,Satuan Pendidikan

MEMENUHIatau MELAMPAUISNP

ProfilMutu

Fasilitasi&Supervisi

PetaMutu

39

Deskripsiimplemetasiintegrasiproses,berbagisumberdayadengan sentuhanteknologiinformasidalampenyusunanprofilmutudi tingkatsatuanpendidikandapatdijelaskansebagaiberikut: 1. Satuanpendidikanmelakukanentrydatapokoksatuan pendidikandenganprimarykeyNPSNkedalamdatabase. 2. UntukPendidikdanTenagaKependidikandisatuanpendidikan melakukanentrymaupunupdatingdataindividunyakedalam databaseNUPTKsebagaibagiandariprosesawalsertifikasi profesiguru. 3. Untukpendidikyangsudahbersertifikatprofesi,satuan pendidikanberkewajibanmelakukanpenilaiankinerjaguru sebagaibaselinedatapenyusunanprogrampengembangan keprofesianberkelanjutanditingkatsatuanpendidikanyang diinputkedalamdatabasedenganprimarykeyNUPTK. 4. Data dan informasi dari langkah 1 sampai dengan 3 merupakan bahan bagi pelaksanaan evaluasi diri satuan pendidikan dalam menilai kinerjanya atas delapan standar nasional pendidikan sebagai bahan penyusunan rencana pengembangan sekolah dan rencana kerja anggaran sekolah. Proses evaluasi diri ini dilakukan terus menerus dan terjadwal sebagai bagian dari persiapan satuan pendidikan untuk dinilai kinerjanyaolehpihakeksternalmelaluimekanismeakreditasi. 5. Hasil dari evaluasi diri satuan pendidikan ini disusun dalam bentuk profil mutu satuan pendidikan yang secara umum dapatmenggambarkancapaiankinerjasatuanpendidikanatas delapanstandar. Profil mutu di tingkat satuan pendidikan secara umum sudah mengintegrasikanprosesakreditasi,sertifikasidanevaluasiyangperlu
40

diagegasi di tingkat selanjutnya dalam lingkup wilayah yang ditentukan. Hasil agregasi profil mutu satuan pendidikan akan menjadi suatu peta mutu yang diharapkan dapat ditindaklanjuti oleh para pengambil kebijakan untuk mengintegrasikan semua program, kegiatan dan anggaran antar unit kerja tingkat pemerintah daerah maupun antar unit utama Kemendikbud dengan baseline data yang sama yaitu profil mutu satuan pendidikan sebagai hasil evaluasi diri satuanpendidikan.

41

BABIV PENUTUP
Semangat memberikan kepastian memperoleh layanan pendidikanyangbermutubagisetiapwarganegaratanpadiskriminasi dalam Undangundang Sistem Pendidikan Nasional nomor 20 tahun 2003menuntutberbagaiupayabagiperbaikandanpeningkatanmutu pendidikan. Pemetaan mutu pendidikan sebagai langkah awal dalam rangkaian proses penjaminan mutu akan memiliki efektifitas dan efisiensi tinggi apabila terwujud integrasi dari berbagai proses dalam pemetaan mutu dengan berbagai sumber daya yang dimiliki oleh masingmasing unit utama Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, pemerintah daerah dan pemerintah dengan memanfaatkan kemampuan teknologi informasi untuk mengumpulkan, mengolah, menyimpan dan menampilkan berbagai data dan informasi dari satuanpendidikan. Penyusunan profil mutu satuan pendidikan yang diagregasi di tingkat berikutnya dengan sebutan peta mutu pendidikan merupakan gambaran nyata kondisi mutu pendidikan dalam konteks capaian Standar Nasional Pendidikan. Profil dan peta mutu yang dihasilkan akan bermanfaat bagi peningkatan mutu pendidikan apabila disusun berdasarkan data dan informasi yang valid dan akurat. Peningkatan mutu dapat terwujud apabila profil dan peta mutu yang telah digunakan sebagai sumber data bagi penyusunan program dan kegiatan ditindaklanjuti dalam implementasi program berbasis profil dan peta mutu di setiap tingkatan, yaitu satuan pendidikan, pemerintahdaerahdanpemerintah. Upaya bersama dari berbagai pihak pemangku kepentingan pendidikan dengan semangat memberikan pelayanan kepada seluruh peserta didik harus dimulai dari proses pengumpulan data yang selanjutnya diolah dan dianalisis sebagai bahan penyusunan program peningkatan mutu sebagai wujud komitmen dan tanggungjawab bersama dalam peningkatan mutu pendidikan. Buku Penyusunan
42

Profil dan Peta Mutu Sebagai Basis Peningkatan Mutu ini hadir dengan segala kekurangannya sebagai sebuah alternatif acuan bagi penyusunan profil dan peta mutu pendidikan. Sumbang saran dan perbaikan bagi upaya peningkatan mutu pendidikan sangat diharapkanuntukmemperkayadanmemperdalamidedankajianatas profil dan peta mutu sebagai basis peningkatan mutu pendidikan. Semoga segala upaya yang diniatkan untuk melakukan perbaikan dan peningkatan mutu pendidikan akan menjadi catatan pertanggungjawaban atas amanah yang dititipkan oleh seluruh pemangku kepentingan pendidikan, khususnya oleh peserta didik dan terutamaolehSangMahaPemberiAmanah,TuhanYangMahaEsa.

43

You might also like