You are on page 1of 33

HAND OUT PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

OLEH : IMAM SYAFII

UNIVERSITAS PAMULANG TANGERANG 2013

MODUL I HAKEKAT MANUSIA MENURUT ISLAM


A. Konsep Manusia Teori psikoanalisis menyebut manusia sebagai homo valens (manusia berkeinginan) Teori behaviorisme menyebut manusia sebagai homo mechanicus (manusia mesin) Teori kognitif menyebut manusia sebagai homo sapiens (manusia berpikir) Teori humanisme menyebut manusia sebagai homo ludens (manusia bermain). Manusia tidak berbeda dengan binatang dalam kaitan dengan fungsi tubuh dan fisiologisnya. Dalam diri manusia terdapat sesuatu yang tidak ternilai harganya, sebagai anugerah Tuhan yang tidak diberikan kepada makhluk lainnya yaitu akal. Ada dua komponen esensial yang membentuk hakikat manusia yang membedakannya dari binatang, yaitu potensi mengembangkan iman dan ilmu. Manusia Menurut Al-Quran Al Quran tidak menggolongkan manusia ke dalam kelompok binatang (animal) selama manusia mempergunakan akalnya dan karunia Tuhan lainnya. (QS. AlAraf 7: 179)

a. b. c. d. e. f.

Manusia dalam al-Quran disebut; Al-Insan: Potensi untuk berkembang, tumbuh secara fisik dan mental menghasilkan kreatifitas dan keseniaan (al-Insan 76: 1). Al-Basyar: Jasad, tubuh, jasmani dan biologis (al-Hijr 15: 28). Bani Adam: Kemanusiaan, tidak tergoda syaitan, keluarga bersaudara (al-Isra 17: 70). An-Nas: Sebagai makhluk sosial (an-Nas 114: 1). Al-Ins, Abdun: Pengabdi Allah, hamba Allah yang harus tunduk dan patuh kepada-Nya (Az-Zariyat 51: 56, Saba 34: 9). Khalifah: Pemelihara alam dan bertanggung jawab kepada Allah (Al-Baqarah 2: 30).

Aspek manusia terdiri dari:


1. Aspek material (jasmaniah); -Manusia berasal dari: tanah kasar (turab): Ali Imran3: 59, Al-Kahfi 18: 37; menjadi sari pati (sulalah): Al-Mukminun 23: 12; atau dari tanah liat (tin) Al-Araf7: 12, AlAnam 6: 2; lalu menjadi air mani (nuthfah) Al-Mukminun 23: 13, lalu menjadi segumpal darah (alaqah), lalu menjadi daging (mudghah), lalu menjadi tulang (idhamah), lalu tulang itu dibungkus daging (janin) Al-Mukminun 23: 14, kemudian Allah meniupkan roh (manusia).

2. Aspek immaterial (rohani)


Roh, berupa daya manusia mengenal dirinya, mengenal tuhannya, dan ibadah lainnya Nafs, berupa panas alami pada pembuluh nadi, otot syaraf, tanda kehidupan.

Segi-segi positif manusia:


1. 2. 3. 4. 5. 6. Manusia adalah khalifah Tuhan di bumi. (Al Baqarah 2: 30) Manusia mempunyai kapasitas intelegensia yang paling tinggi. (Al-Baqarah 2: 31-33) Manusia mempunyai kecenderungan dekat dengan Tuhan. (Al-Araf 7: 172) Manusia dikaruniai pembawaan yang mulia dan martabat. (Al-Isra 17: 70) Manusia memiliki kesadaran moral. (Asy-Syams 91: 7-8) Tuhan menciptakan manusia agar mereka menyembah-Nya; dan tunduk patuh kepada-Nya menjadi tanggungjawab utama mereka. (Adz-Dzariyat 51: 56)

Segi-segi negatif manusia:


1.Bersifat tergesa-gesa (Al-Isra 17: 11) 2.Sering membantah (Al-Kahfi 18: 54) 3.Ingkar dan tidak berterima kasih kepada Tuhan (Al-Adiyat 100: 6) 4.Keluh kesah, gelisah dan kikir (Al-Maarij 70: 19) 5.Amat zalim dan bodoh (Al-Ahzab 33: 72) 6.Putus asa bila ada kesalahan (Al-Maarij 70: 20)

Dimensi-dimensi Manusia a. Secara fisik manusia hampir sama dengan hewan, membutuhkan makan, minum, istirahat dan menikah, supaya ia dapat hidup, tumbuh dan berkembang. Manusia memiliki sejumlah emosi yang bersifat etis, yaitu ingin memperoleh keuntungan dan mengindari kerugian. Manusia mempunyai perhatian terhadap keindahan. Manusia memiliki dorongan untuk menyembah Tuhan. Manusia mempunyai kemampuan dan kekuatan yang berlipat ganda, karena ia dikaruniai akal, pikiran, dan kehendak bebas. Manusia mampu mengenal dirinya sendiri.

b. c. d. e. f.

B. Eksistensi dan Martabat Manusia

Tujuan Penciptaan Manusia Manusia diciptakan oleh Allah di dunia ini tidak lain supaya mereka menyembah Allah dan bersetatus pengabdi Allah. (QS. Az-Zariyat 51: 56)
Fungsi dan Peranan Penciptaan Manusia Manusia adalah khalifah Tuhan di muka bumi. (QS. Al-Baqarah 2: 30) Khalifah adalah wakil Tuhan di atas muka bumi ini dengan tuntunan al-Quran berfungsi sebagai penterjemah sifat-sifat Tuhan ke dalam kenyataan kehidupan dan penghidupan manusia sehari-hari dalam batas-batas kemanusiaan yang diridhoi Allah.

Tugas atau fungsi manusia sebagai khalifah Allah: Mewujudkan kemakmuran: Dia (Allah) telah menciptakan kamu (manusia) dari tanah dan meminta kamu untuk memakmurkannya. (QS. Hud 11: 61)

Mewujudkan kebahagiaan: Allah hendak membimbing orang yang mengikuti keridhaan-Nya dengan al-Quran itu kejalan kebahagiaan. (QS. Al-Maidah 5: 16)
3. Tanggungjawab Manusia sebagai Hamba dan Khalifah Allah Sebagai khalifah senantiasa haruslah bekerja, mengambil dan memanfaatkan kekayaan alan ini sebaik-baiknya dalam bentuk yang positif yang berpedoman kepada ajaran-ajaran yang terdapat dalam al-Quran dan al-Hadits. Menurut Prof. Abbas Mahmud al-Aqqad mendefinisikan: manusia adalah makhluk yang bertanggung jawab, yang diciptakan dengan sifat-sifat ketuhanan.

MODUL II KETUHANAN DAN ALAM SEMESTA A. Kecenderungan Manusia Untuk Bertuhan


1.

2.

3.

Fitrah Masalah Tauhid atau ketuhanan dianggap sebagai masalah fitrah, sehingga tidak perlu lagi dicari dalilnya, karena ia merupakan bagian dari fitrah (ciptaan) manusia. Surat Rum 30 : 30 : Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama sebagai fitrah Allah, yang telah menciptakan manusia atasnya. Tidak ada perubahan pada ciptaan (fitrah) Allah. Surat Al-Araf 7 : 172 : Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan dari sulbi anak-anak Adam keturunan mereka dan mengambil kesaksian dari mereka atas diri mereka sendiri, Bukankah Aku ini Tuhan kalian ? Seraya mereka menjawab, Benar (Engkau Tuhan kami), Kami menjadi saksi. (Hal ini Kami lakukan), agar di hari kiamat nanti kalian tidak mengatakan, Sesungguhnya kami lengah atas ini (wujud Allah). Lihat pula QS. Al-Anam 6 : 74-79; tentang kisah Nabi Ibrahim tentang pengembaraan rasionalnya dalam mencari Tuhan.

B. Konsep Tuhan Tuhan disebut "ilahun", artinya penggerak, motivator, yang dipatuhi dan ditaati. Kata Tuhan juga merujuk kepada suatu Zat Abadi dan Supernatural, biasanya dikatakan mengawasi dan memerintah manusia dan alam semesta atau jagat raya. (. (45:23)

Ditinjau dari sudut Perbandingan Agama Tuhan ialah sesuatu, apa atau siapa yang dipentingkan sedemikian rupa oleh manusia, sehingga ia membiarkan dirinya dikuasai (didominir) oleh yang dipentingkannya itu. )23 : (. Allah Islam. (QS. Al-Ikhlas 112). Lihat pula 99 Asma Allah. Yehowa atau Yahwe salah satu istilah yang dipakai Alkitab. Istilah ini berasal dari istilah ber-bahasa Ibrani YHVH. Sang Hyang Tri Tunggal Mahasuci yang artinya adalah Bapa, Putra, dan Roh Kudus, terutama dipakai dalam Gereja Katolik dan Gereja Ortodoks. Konsep ini dipakai sejak Konsili Nicea pada tahun 325 M. Konsep Tuhan Menurut Pemikiran Barat: 1. Tuhan Dinamisme Manusia sejak zaman primitif sudah mengenal dan mengakui adanya kekuatan gaib yang mempengaruhi hidup manusia. Yang dimaksud berpengaruh di sini adalah sebuah benda. Benda tersebut bisa berpengaruh negatif positif. Namun kekuatan benda tersebut juga di sebut bermacam-macam, ada namanya mana, tuah, Syakti. Semua kekuatan tersebut tidak dapat di cerna oleh panca indera manusia, namun ia dapat di rasakan pengaruhnya.

2.

Tuhan Animisme Setiap benda dianggap mempunyai roh. Roh bagi masyarakt primitif bisa bersifat aktif meski benda tersebut kelihatan mati. Oleh karena itu, roh dianggap sesuatu yang hidup (rasa senang dan kebutuhan-kebutuhan). Karena roh mempunyai kebutuhan, masyarakat primitif menyediakan sesajian sebagai salah satu wujud memenuhi kebutuhan roh, jika tidak, manusia bisa terkena dampak negatif dari roh tersebut.

3.

Tuhan Politeisme Bagi Tuhan politeisme, eksistensi Tuhan Dinamisme dan Animisme belum dapat memberikan konsep ketuhanan yang sebenarnya karena masih bersifat sanjungan dan pujaan saja. Baginya, dari sekian banyak roh-roh ada beberapa saja yang dianggap unggul, punya karakter dan punya pengaruh terhadap hidup manusia. Di antara roh yang unggul tersebut disebut sebagai dewa-dewa yang bertanggungjawab terhadap cahaya, air, angin dan sebagainya. Tuhan Henoteisme Henoteise mengaku satu Tuhan untuk satu bangsa. Bangsa lain mempunyai Tuhan sendiri. Tuhan mereka disebut Tuhan nasional. Paham ini seperti agama Yahudi yang mengakui Yahweh sebagai Tuhan nasional mereka.

4.

5.

a.

b.
c.

Tuhan Monoteisme Dalam monoteisme hanya mengakui satu Tuhan untuk seluruh bangsa dan bersifat internasional. Bentuk monoteisme di tinjau dari segi filsafat ketuhanan terbagi menjadi 3: Deisme ( Tuhan bersifat transenden: setelah pencipataan alam, Tuhan tidak terlibat lagi dengan hasil ciptaannya). Panteisme ( Tuhan bersifat imanen: Tuhan menampakkan diri dalam berbagai fenomena alam). Teisme ( Tuhan pada prinsip bersifat transenden, mengatasi semesta kenyataan, tetapi Tuhan juga selalu terlibat dengan alam semesta).

C. Tuhan Sebagai Wajibul Wujud


Segala yang ada, yang dapat dicapai dan diterima akal menurut falsafah dibagi tiga macam, yaitu: 1. Mumkinul Wujud adalah segala sesuatu yang bermula dari tidak ada kemudian menjadi ada, jika ada penyebab (pencipta menghendaki adanya). Sesudah itu dapat kembali tidak ada, jika penyebab yang mendukung adanya tidak berfungsi (pencipta tidak menghendaki adanya). Kemudian ada terus jika penyebab yang mendukungnya berfungsi (pencipta menghendaki adanya). Bermula dari tidak ada kemudian ada dan kembali tidak ada seperti nyawa manusia, dan ada terus seperti ruh manusia.

2. Mustahil Wujud adalah segala sesuatu yang tidak mungkin wujud, yang tidak mungkin terjadi menurut akal, seperti gajah bertelur, dll. Mustahil Wujud itu sejak dari dulu tidak ada sekarang tidak ada dan seterusnya tidak ada. Andai kata sesuatu yang mustahil terjadi, ada wujudnya, maka bukan mustahil wujud lagi namanya tetapi mumkinul wujud. Oleh karena itu akal mewajibkan bahwa yang menciptakan alam semesta ini tentu wujud yang di luar mumkinul wujud dan mustahil wujud.
3. Wajibul Wujud, yaitu wujud yang wajib ada dengan sendirinya. Wajibul wujud adalah wujud yang

tidak bermula dari tidak ada. Dari dahulu ada sekarang ada, seterusnya ada. Dia adalah sumber dari segala sumber, pencipta alam semesta dengan segala isinya. Karena akal menolak hukum daur (hukum berputar-putar). Karena sifat Allah yang pertama adalah wujud, wajibul wujud (wujud yang wajib ada dengan sendirinya). Kedua, adalah Qidam atau terdahulu, karena ia ada den sendirinya. Sifat ketiga, Baqa, artinya mutlak kekal, karena ia tidak bermula dari tidak ada, dahulu ada, sekarang ada dan seterusnya ada, sedangkan ruh manusia relative kekal, karena bermula dari tidak ada, sekarang ada dan seterusnya ada. Keempat sifat-Nya adalah Esa. Bukti wujud Allah pada alam dan diri manusia adalah: Wujud alam semesta Susunan Aturan

1. 2. 3.

4. 5. 6. 7.

Pergerakan Adanya nilai moral pada manusia (adanya kebaikan dan keburukan) Tawa dan tangis manusia Tantangan

D. Keesaan Tuhan Menurut ajaran monoteisme adalah Tuhan Tunggal, Tuhan Maha Esa, Pencipta Alam Semesta. Tentang Tuhan, dalam Islam dikenal dengan konsep Tauhid yang tentunya sudah melekat dalam hati umat Islam Keesaan Tuhan berarti segala sesuatu yang berhubungan dengan Esa-Nya Tuhan: 1. Tuhan (Allah) itu Esa Wujud-Nya 2. Tuhan (Allah) itu Esa Zat-Nya 3. Tuhan (Allah) itu Esa Sifat-Nya 4. Tuhan (Allah) itu Esa Perbuatan-Nya E. Konsep Alam Semesta 1. Alam ini adalah makhluq = diciptakan Allah (QS. al-Baqarah 2: 117). 2. Alam ini akan rusak dan berakhir (QS. al-Qoshosh 28 : 88). 3. Alam ini rill, nyata, konkrit, bukan maya (QS. al-An'am 6 : 73; QS. Shod 38 : 27). 4. Alam ini teratur (QS. al-Mulk 67 : 3 dan 4).

5. 6. 7.

Alam terikat dengan hukum-hukum tertentu yang pasti (QS. al-Furqon 25: 2; QS. ar-Ro'du 13: 8; QS. ar-Rahman 55: 5). Alam ini dapat dipikirkan dan dipelajari (QS. al-Jasiyah 45: 13). Seluruh alam ini patuh kepada ketentuan Tuhan (QS. Ali-'Imran 3: 83; QS. an-Nahl 16: 49 dan 50; QS. al-Isra17:44). Penciptaan alam bertujuan : Membuktikan kebesaran Allah (QS. Ali-Imran 3: 190). Disiapkan untuk kesejahteraan dan kebahagiaan manusia (QS. Luqman 31: 20). Ujian untuk manusia (QS. Hud 11: 7; QS. al-Mulk 67: 2). Alam ini berpasang-pasangan (QS. adz-Dzariyat 51: 49). Buah-buahan (QS. arRo'du 13: 3). Ternak dan manusia (QS. asy-Syura 42: 11). Yang tidak diketahui (QS. Yasin 36: 36).

Proses kejadian alam : Berkembang dari satu dzat seperti gas (QS. Fushshilat 41: 9-12). Dipisah-pisahkan menjadi benda-benda langit, galaksi, planet dan lain-lain (QS. alAnbiya 21: 30; QS. adz-Dzariyat 51: 7). Perkembangannya melalui 6 masa (QS. Fushshilat 41: 9 dan 10).

MODUL III AGAMA DAN AGAMA ISLAM

A. Pengertian Agama dan Agama Islam 1. Pengertian Agama Secara etimologis kata agama berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti tradisi. Kata lain untuk menyatakan konsep ini adalah religi yang berasal dari bahasa Latin dan berasal dari kata kerja re-ligare yang berarti mengikat kembali. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia agama adalah sistem atau prinsip kepercayaan kepada Tuhan, atau juga disebut dengan nama Dewa atau nama lainnya dengan ajaran kebhaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan tersebut.

Dalam bahasa Arab agama disebut ad-din, berarti ketaatan, paksaan, penghambaan, kekuasaan, balasan, adat, perhitungan amal, dll. Sinonim kata din dalam bahasa arab ialah milah. Bedanya, milah lebih memberikan titik berat pada ketetapan, aturan, hukum, tata tertib, atau doktrin dari din itu.

Secara epistimologi agama adalah risalah yang disampaikan Tuhan kepada Nabi sebagai petunjuk bagi manusia dan hukum-hukum sempurna untuk dipergunakan manusia dalam menyelenggarakan tata cara hidup yang nyata serta mengatur hubungan dengan dan tanggungjawab kepada Allah, kepada masyarakat serta alam sekitarnya. Ruang lingkup ajaran agama mengandung unsur: Keyakinan; Peribadatan; dan Sistem nilai. Tujuan agama adalah membawa manusia kepada kehidupan yang lebih baik, kebahagiaan di dunia dan akhirat, dan membebaskan manusia dari kehidupan sesat. Fungsi agama bagi manusia: Dapat mendidik jiwa manusia menjadi tenteram, sabar, tawakkal dan sebagainya. Dapat mendidik manusia berani menegakkan kebenaran dan takut untuk melakukan kesalahan. Dapat memberi sugesti kepada manusia agar dalam jiwa mereka tumbuh sifatsifat utama seperti rendah hati, sopan santun, hormat-menghormati dan sebagainya.

a. b. c.

Jenis-Jenis Agama a. Dari segi penyebaran Agama Universal, merupakan agama-agama yang "besar" dan mempunyai minat untuk menyebarkan ajaran untuk keseluruhan umat Manusia. Sasaran agama jenis ini adalah kesemua manusia tanpa mengira kaum dan bangsa. Contohnya: Agama Islam, Kristian dan Buddha. Agama Folk, merupakan agama yang kecil dan tidak mempunyai sifat dakwah seperti agama universal. Amalannya hanya terhad kepada etnik tertentu. Contohnya: Agama Rakyat China/Taoisme.

b. Dari segi sumber rujukan Agama Wahyu atau Samawi atau Langit, yaitu agama yang diturunkan dari Tuhan melalui seorang Rasul. Contohnya: agama Islam, Nasrani, dan Yahudi. Agama Budaya atau Ardhi atau Bumi, yaitu agama yang berasal dari ajaran seorang manusia dan merujuk kepada pelbagai sumber seperti pembuktian, tradisi, falsafah dan sebagainya. Contohnya: agama Budha, dan Hindu. Perbedaan agama wahyu dengan agama budaya terletak pada aspek: waktu penyampaian kepad manusia, disampaikan melalui Rasul, kitab suci, sifat kemutlakan kebenarannya, konsep ketuhanannya, sifat universalitas keberlakuannya.

c. Dari segi tanggapan ketuhanan Agama Monoteisme, merupakan agama yang menganggap Tuhan hanya satu, yakni mendukung konsep ketauhidan Tuhan. Contohnya, agama Islam. Agama Politeisme, merupakan agama yang menganggap bahwa Tuhan wujud secara berbilangan, yakni ada banyak Tuhan atau Tuhan boleh berpecah kepada banyak bentuk. Contohnya, agama Hindu, Agama Rakyat China. Berdasarkan cara beragamanya : Tradisional, yaitu cara beragama berdasar tradisi. Cara ini mengikuti cara beragamanya nenek moyang, leluhur atau orang-orang dari angkatan sebelumnya. Formal, yaitu cara beragama berdasarkan formalitas yang berlaku di lingkungannya atau masyarakatnya. Cara ini biasanya mengikuti cara beragamanya orang yang berkedudukan tinggi atau punya pengaruh. Rasional, yaitu cara beragama berdasarkan penggunaan rasio sebisanya. Untuk itu mereka selalu berusaha memahami dan menghayati ajaran agamanya dengan pengetahuan, ilmu dan pengamalannya. Metode Pendahulu, yaitu cara beragama berdasarkan penggunaan akal dan hati (perasaan) dibawah wahyu. Untuk itu mereka selalu berusaha memahami dan menghayati ajaran agamanya dengan ilmu, pengamalan dan penyebaran (dakwah).

2. Pengertian Agama Islam Pengertian Islam, berasal dari kata salama-salamun berarti keselamatan, sallama-taslim berarti penyerahan, salima-silmun berarti perdamaian, saluma-sulamun berarti tangga. Menurut istilah, agama Islam adalah agama wahyu, yaitu agama yang berasal dari Allah swt diwahyukan kepada manusia yang dipilih-Nya (Rasul). Kemudian wahyu-wahyu itu diwujudkan menjadi kitab suci yang menjadi pedoman hidup umat manusia agar mereka berbahagia dunia dan akhirat. Turunnya Agama Islam. Pada malam 17 Ramadhan, bertepatan dengan 6 Agustus tahun 610 M, Nabi Muhammad menerima wahyu dari Allah SWT yang disampaikan melalui perantara Malaikat Jibril a.s. Ayat pertama yang diturunkan oleh Allah SWT adalah surat Al-Alaq 96: 1-5. Tujuan Agama Islam. Allah swt menurunkan agama Islam sebagai rahmat kepada semesta alam (QS. Al-Anbiya 21: 107), karena tujuan agama Islam adalah agar umat manusia memperoleh rida Allah , bahagia dunia-akhirat.

D. Pendekatan Studi Islam 1. metode filologi. Merupakan aktivitas mengamati atau meneliti terhadap teks yang terdapat pada kitab kitab suci dalam memahami terhadap kebenaran yang di berikan oleh teks atau suatu peristiwa dan mempelajarinya serta mencari rumpun dari bahasa teks ( Az- Zumar 39 : 52 ). 2. metode phenomenologi. Ialah meneliti dan memahami sesuatu dari berbagai gejala yang diberikan dengan tidak mempermasalahkan darimana datangnya gejala itu, misalnya adanya pengulangan terhadap gejala yang di berikan antara ummat sebelumnya dan ummat sesudahnya, .3.Pendekatan metode semantik. Ialah meneliti dalam bentuk makna yang di berikan oleh teks maupun peristiwa yang berupa simbol simbol yang di berikan sebagai cabang linguistik dalam logika, sebagai contoh dalam pendekatan semantik dari perkataan mengetahui dan tidak mengetahui . ( Az-Zumar 39 : 9 )

4.Pendekatan histerografi, Adalah meneliti suatu permasalahan melalui sejarah ummat maupun Individu yang di jelaskan pada ayat ayat Qur-an, misalnya keingkaran kaum ad pada ayat-ayat Allah dan pada rasul Allah. ( Hud 11 : 59 ) 5.Pendekatan hermeunitik Ialah suatu bentuk pendekatan untuk memberikan suatu jawaban pada suatu permasalahan dan kemudian menghubungkan dengan permasalahan yang lainnya dari keseluruhan masalah yang berkaitan. Tindakan pengamat atau penulis dalam pendekatan hermeuninitik dapat mengambil bentuk bentuk : a.To express (To say) ; pengamat atau penulis bertindak sebagai pengungkap. b.To explain ; pengamat atau penulis betindak sebagai penjelas. c.To translate ; pengamat atau penulis bertindak sebagai sebagai penterjemah dari suatu masalah. 6.Pendekatan yang bersifat deskriftif, yaitu pendekatan dimana pengamat atau penulis mendekati Permasalahan bertindak sebagai penutur, penganalisa, dan pengkelassifikasian melalui studi komperatif (perbandingan).

B. a.

Pokok-pokok/Kerangka Dasar Ajaran Agama Islam: Aqidah, yatu kepercayaan terhadap Allah, malaikat, kitab-kitab Allah, RasulNya, hari akhir, dan qadha dan qadar Allah. Syariah, yaitu segala bentuk peribadatan baik ibadah khusus, seperti thaharah, shalat, zakat, puasa dan haji, maupun ibadah umum (muamalah), seperti hukum publik dan hukum perdata. Akhlak, sifat yang tertanam dalam jiwa manusia yang menimbulkan perbuatan dengan gampang dan mudah tanpa memerlukan pertimbangan dan pemikiran terlebih dahulu. Fungsi Agama Islam: Menyempurnakan agama yang terdahulu Agama fitrah. Fitrah artinya sifat asal, bakat, pembawaan dari asal muasal kejadian manusia dan suci bersih dari dosa Pendorong kemajuan. Agama Islam menghendaki dan memerintahkan setiap muslim untuk menjadi sebaik-baik manusia, dan unggul dalam segala bidang (Ali Imran 3: 110) Memberikan pedoman hidup bagi manusia. Agama Islam merupakan sumber sistem nilai yang harus dijadikan pedoman hidup oleh manusia.

b.

c.

C. a. b.

c.

d.

E. Islam rahmatan lilalamin Kata rahmatan lil alamin berarti mengasihi segala ciptaan dari Allah yang berada di langit dan di bumi selain Allah, untuk di kasihi sebagaimana menga sihi Allah, baik sahabat ataupun musuh Allah ; dan mengapa Islam di katakan rahmatan lil alamin, maka terhadap pembahasan pada masalah yang demikian perlu di perhatikan, rekomendasi firman Allah tentang masalah penciptaanNya seperti yang di ungkapkan dalam wahyu Nya : 1) Realitas keseimbangan bagi kehidu pan alam semesta sebagaimana telah di ciptakan oleh Allah dalam sunnah yang merupakan ketetapan hukum bagi alam semesta ( Al-Mulk 67:3 ) 2) Manusia sebagai khalifah Allah di muka bumi ( Al-Infitar 82:7) 3) Allah telah mengkons truksikan realita lembaga taubatan nasuha sebagai pamungkasnya ( Al-Quran Surat 14 Ibrahim : 14 )

F.`

Alasan mengapa Masuk Islam

a.

b.

c. d.

Untuk memberikan jawaban alasan mengapa masuk islam ? Dapat dijawab melalui : Kebenaran mutlak dan ungkpan kebenaran relatif dan termasuk dalam masalah seperti ungkapan judul di maksud , maka terhadap ungkapan ini dapat diamati melalui tuturan wahyu (Al-Quran Surat 16 An-Nahl Ayat 89) Kebenaran mutlak ini merupakan kebenaran yang mesti di imani bagi setiap muslim dan konsekuensi bagi yang menafsirkan adalah kekufuran terhadap Allah. Kebenaran relatif Ialah kebenaran yang di teorikan atau didalilkan oleh manusia dianggap benar selama belum ada fakta dan data baru yang merevisinya. Contoh pendapat para alim ulama dan cendekiawan. Kebenaran konsistensi, yaitu sebagai bentuk dari konsistensi beriman kepada Allah. Otomatis harus membenarkan segala yang datang dari Allah. Kebenaran pragmatisme Ialah kebenaran berdasarkan kemanfaatan bagi teori atau dalil yang diberikan. Ketiga teori ini tidak di dapati satupun dari ketiganya yang bertentangan dengan kebenaran mutlak. ( Al An-Nam 6:125). (Az-zumar 39:22 dan ( Al-Isra 54 : 105 )

Karakterisitk Ajaran Islam : 1. Bersifat mudah dan ringan ajaran-ajarannya 2. Bertahap pelaksanaan hukum-hukumnya 3. Bersifat Universal

Kesalah pahaman terhaap Islam : * Non Muslim : Islam Muhammadanisme * Islam : Pemikiran dikhotomis Pemikiran yg sempit Islam sekedar ritual memisahkan antara agama dan kehidupan.

MODUL IV
SUMBER AJARAN ISLAM A. AL-QUR'AN

1. Pengertian al-Quran
Al-Quran berasal dari kata qaraa, berarti mengumpulkan dan menghimpun, juga berarti quranah, artinya bacaan. (QS. Al-Qiyamah 75 : 17-18) Al-Quran adalah kalam atau firman Allah yang diturunkan kepada Muhammad saw. Secara lafaz, makna dan gaya bahasa, yang termaktub dalam mushaf yang dinukil secara mutawatir, yang bagi pembacaannya merupakan ibadah. 1. Nama-nama Al-Quran:

Al-Kitab = Tulisan yang Lengkap (QS. Al-Baqarah2:2), Al-Furqan = Memisahkan yang Haq dari yang Bathil (QS. Al-Furqon25:1), Al-Mauidhah = Nasihat (QS. Yunus 10:57), Asy-Syifa = Obat (QS. Yunus 10:57), Al-Huda = Yang Memimpin (QS. Al-Jin 72:13), Al-Hikmah = Kebijaksanaan (QS. Al-Isra 17:39), Adz-Dzikru = Peringatan (QS. Al-Hijr 15:9). 2. Kedudukan Al-Quran: Al-Quran sebagai sumber utama dan pertama dari seluruh ajaran Isam, berturutturut Al-Sunnah dan Ijtihad.

3. Fungsi Al-Quran:
a. b. c. d. e. Sebagai Mukjizat Nabi Muhammad SAW (QS. Al-Isra 17: 88) Pedoman dan petunjuk hidup bagi manusia (QS. An-Nisa 4: 105) Pemisah yang hak dengan yang batil (QS. Asy-Syura 42: 24) Peringatan bagi manusia (QS. Al-Furqon 25: 1) Sebagai korektor dan penyempurna terhadap kitab-kitab Allah yang sebelumnya ( QS. Al-Maidah 5: 48)

4. Isi kandungan al-Quran: a. Keimanan dan keyakinan b. Tuntunan ibadah dan hukum c. Berisi daya tarik dan ancaman d. Berisi tata aturan yang diperlukan manusia dalam hubungannya dengan Allah, manusia, hewan, dan alam sekitar demi kebahagiaan dunia dan akhirat e. Berisi riwayat-riwayat orang terdahulu baik yang taat maupun yang mengingkari.

5. Kodifikasi Al-Quran:
Wahyu turun kepada Nabi, Nabi langsung memerintahkan para sahabat penulis wahyu untuk menuliskannya secara hati-hati. Begitu mereka tulis, kemudian mereka hafalkan sekaligus mereka amalkan

Pada awal pemerintahan khalifah yang pertama dari Khulafaur Rasyidin, yaitu Abu Bakar Shiddiq, Quran telah dikumpulkan dalam mushhaf tersendiri

Pada zaman khalifah yang ketiga, Utsman bin Affan, Quran telah sempat diperbanyak Dalam perkembangan selanjutnya, tumbuh pula usaha-usaha untuk menyempurnakan cara-cara penulisan dan penyeragaman bacaan, dalam rangka menghindari adanya kesalahan-kesalahan bacaan maupun tulisan. 6. Pembagian Isi Al-Quran: Al-Quran terdiri dari 114 surat; 91 surat turun di Makkah dan 23 surat turun di Madinah. Ada pula yang berpendapat, 86 turun di Makkah, dan 28 di Madinah Surat/ayat yang turun sebelum Nabi Hijrah dinamakan surat Makkiyyah, pada umumnya suratnya pendek-pendek, menyangkut prinsip-prinsip keimanan dan akhlaq, panggilannya ditujukan kepada manusia Surat/ayat yang turun etelah Nabi Hijrah ke Madinah disebut surat Madaniyyah, pada umumnya suratnya panjang-panjang, menyangkut peraturan-peraturan yang mengatur hubungan seseorang dengan Tuhan atau seseorang dengan lainnya ( syariah ).

Atas inisiatif para ulama maka kemudian Al-Quran dibagi-bagi menjadi 30 juz. Dalam tiap juz dibagi-bagi kepada setengah juz, seperempat juz, maqra dan lain-lain.

B. Al-HADIS/SUNNAH
1. Pengertian al-Hadis dan as-Sunnah Secara bahasa hadis berarti baru, dekat, dan informasi. Sedangkan as-Sunnah berarti cara, jalan, undang-undang, kebiasaan dan tradisi. Secara istilah hadis berarti segala perbuatan (afal), perkataan (aqwal), dan keizinan Nabi Muhammad saw (taqrir).

2. Fungsi al-Hadis terhadap al-Quran: a. Bayan Tafsir, yaitu menerangkan ayat-ayat yang sangat umum, mujmal dan musytarak. Seperti hadits : Shallu kama ro-aitumuni ushalli . (Shalatlah kamu sebagaimana kamu melihatku shalat) adalah merupakan tafsiran daripada ayat Al-Quran yang umum, yaitu : Aqimush- shalah , (Kerjakan shalat)

b. Bayan Taqrir, yaitu as-Sunnah berfungsi untuk memperkokoh dan memperkuat pernyataan al-Quran. Seperti hadits yang berbunyi : Shoumu liruyatihiwafthiru liruyatihi (Berpuasalah karena melihat bulan dan berbukalah karena melihatnya) adalah memperkokoh ayat Al-Quran dalam surat Al-Baqarah 2: 185.

c. Bayan Taudhih, yaitu menerangkan maksud dan tujuan sesuatu ayat al-Quran, seperti pernyataan Nabi : Allah tidak mewajibkan zakat melainkan supaya menjadi baik harta-hartamu yang sudah dizakati , adalah taudhih (penjelasan) terhadap ayat Al-Quran dalam surat at-Taubah 9: 34.
3. Perbedaan Antara Al-Qur'an dan Al-Hadits sebagai Sumber Hukum a. b. c. d. Al-Quran nilai kebenarannya adalah qathI (absolut), sedangkan al-Hadits adalah zhanni (kecuali hadits mutawatir) Seluruh ayat al-Quran mesti dijadikan sebagai pedoman hidup. Tetapi tidak semua hadits mesti kita jadikan sebagai pedoman hidup Al-Quran sudah pasti otentik lafazh dan maknanya sedangkan hadits tidak Apabila Al-Quran berbicara tentang masalah-masalah aqidah atau hal-hal yang ghaib, maka setiap muslim wajib mengimaninya.

4. Kodifikasi Hadis

Pada zaman Umar bin Abdul Azis, khalifah ke-8 dari dinasti Bani Umayyah (99101 H) timbul inisiatif secara resmi untuk menulis dan membukukan hadits
Kodifikasi Hadits dilatar belakangi oleh adanya usaha-usaha untuk membuat dan menyebarluaskan hadits-hadits palsu dikalangan ummat Islam, baik yang dibuat oleh ummat Islam sendiri karena maksud-maksud tertentu, maupun oleh orang-orang luar yang sengaja untuk menghancurkan Islam dari dalam.

5. Macam-Macam Hadis
a. Dilihat dari segi jumlah orang yang menyampaikan: Hadits mutawatir, yaitu hadits yang diriwayatkan oleh banyak orang kepada banyak orang dan seterusnya sehingga tercatat dengan banyak sanad. Dan mustahil orang yang banyak itu sepakat untuk berdusta Hadits masyhur, yaitu hadits yang diriwayatkan oleh tiga orang atau lebih hingga tercatat dengan sanad sekurang-kurangnya tiga orang Hadits aziz, yaitu hadits yang diriwayatkan oleh dua orang sanad hingga tercatat dengan dua sanad Hadits gharib, yaitu hadits yang diriwayatkan seorang sanad hingga tercatat satu sanad.

b. Dilihat dari segi kualitasnya: Hadits Shahih. Yaitu sunnah/hadits yang diriwayatkan oleh orang-orang yang adil (baik), kuat hafalannya, sempurna ketelitiannya, sanadnya bersambung sampai kepada Rasul, tidak mempunyai cacat, dan tidak bertentangan dengan dalil periwayatan yang lebih kuat (Al Quran) Hadits Hasan. Yaitu sunnah/hadits yang diriwayatkan oleh orang-orang yang adil (baik), sanadnya bersambung sampai kepada Rasul, tidak mempunyai cacat, dan tidak bertentangan dengan dalil yang lebih kuat (Al Quran), tapi kekuatan hafalan atau ketelitian perawinya kurang baik.

Hadits Dhaif. Yaitu sunnah/hadits lemah karena perawinya tidak adil, terputus sanadnya, punya cacat, bertentangan dengan dalil atau periwayatan yang lebih kuat, atau cacat lainnya Hadits Maudhu. Yaitu sunnah/hadits yang dibuat oleh seseorang (karangan sendiri) kemudian dikatakan sebagai perkataan atau perbuatan Rasulullah saw. c. Dilihat dari segi diterima atau ditolaknya: Hadis Maqbul, ialah hadis yang diterima dan dapat dijadikan hujjah/sumber hukum Hadis Mardud, ialah hadis yang ditolak dan tidak boleh dijadikan sumber hukum. d. Dilihat dari siapa yang berperan dalam berbuat atau bersabda: Hadis Marfu, ialah hadis yang disandarkan kepada Nabi saw Hadis Mauquf, ialah hadis yang disandarkan kepada sahabat Hadis Maqthu, ialah hadis yang disandarkan kepada tabiin. 6. Kitab-kitab hadis yang dinilai terbaik: Ash-Shahih Bukhari; Ash-Shahih Muslim; Ash-Sunan Abu-Dawud; As-Sunan Nasai ; As-Sunan Tirmidzi; As-Sunan Ibnu Majah ; dan Al-Musnad Imam Ahmad.

C. IJTIHAD

1. Pengertian Ijtihad Secara bahasa ijtihad berarti pencurahan segenap kemampuan untuk mendapatkan sesuatu. Menurut istilah ialah mengerahkan segala potensi akal pikiran dan kemampuan semaksimal mungkin

untuk menetapkan hukum-hukum syariah. Dasar keharusan berijtihad ialah QS. A-Nisa 4: 59. 2. Kedudukan Ijtihad a. Pada dasarnya yang ditetapkan oleh ijtihad tidak dapat melahirkan keputusan yang mutlak absolut. Sebab ijtihad merupakan aktifitas akal pikiran manusia yang relatif b. Sesuatu keputusan yang ditetapkan oleh ijtihad, mungkin berlaku bagi seseorang tapi tidak berlaku bagi orang lain c. Ijtihad tidak berlaku dalam urusan penambahan ibadah mahdhah. Sebab urusan ibadah mahdhah hanya diatur oleh Allah dan Rasulullah d. Keputusan ijtihad tidak boleh bertentangan dengan al-Quran dan as-Sunnah e. Dalam proses berijtihad hendaknya dipertimbangkan faktor-faktor motifasi, akibat, kemaslahatan umum, kemanfaatan bersama dan nilai-nilai yang menjadi ciri dan jiwa daripada ajaran Islam.

3. Bentuk-Bentuk Ijtihad

Ijma = konsensus = ijtihad kolektif. Yaitu persepakatan ulama-ulama Islam dalam menentukan sesuatu masalah ijtihadiyah Qiyas = reasoning by analogy. Yaitu menetapkan sesuatu hukum terhadap sesuatu hal yang belum diterangkan oleh al-Quran dan as-Sunnah, dengan dianalogikan kepada hukum sesuatu yang sudah diterangkan hukumnya oleh al-Quran/asSunnah, karena ada sebab yang sama Istihsan = preference. Yaitu menetapkan sesuatu hukum terhadap sesuatu persoalan ijtihadiyah atas dasar prinsip-prinsip umum ajaran Islam seperti keadilan, kasih sayang dan lain-lain. Mashalihul Mursalah = utility, yaitu menetapkan hukum terhadap sesuatu persoalan ijtihadiyah atas pertimbangan kegunaan dan kemanfaatan yang sesuai dengan tujuan syariat. Saddudz Dzari'ah, yaitu menetapkan hukum atas dasar kehilangan kerusakan/kemadorotan bagi seseorang atau segolongan orang. Istishab, yaitu menetapkan hukum atas hukum yang telah berlaku sampai ada hukum yang merubahnya. 'Urf, yaitu menetapkan suatu hukum yang telah menjadi kebiasaan masyarakat.

You might also like