You are on page 1of 17

1

BAB I LAPORAN KASUS

1. 1. IDENTIFIKASI Nama Umur Jenis kelamin Berat badan Panjang badan Agama Alamat Kebangsaan MRS :K : 3 Tahun : Perempuan : 14 kg : 94 cm : Islam : Jl. Demak Kertapati : Indonesia : 21 Juli 2012

1. 2. ANAMNESA (Alloanamnesa dari ibu, tanggal 22 juli 2012) Keluhan utama Keluhan tambahan : Kejang : Demam disertai batuk pilek

Riwayat perjalanan penyakit 2 hari SMRS OS mengalami batuk pilek. tidak ada demam, mual(-), muntah (-). Lalu OS berobat ke bidan dan diberi OBH, tetapi batuk pilek tidak ada perbaikkan.

1 hari SMRS OS mengalami demam yang tidak terlalu tinggi. OS juga masih batuk pilek, menggigil(-), mual(-), muntah(-), sakit kepala(-), nyeri perut(-), nyeri sendi(), gusi berdarah dan mimisan(-), diare(-). Keesokan paginya OS demam tinggi dan selang beberapa menit OS mengalami kejang, 5 menit, kejang tonik. Setelah kejang OS sadar dan tertidur. OS langsung dibawa ke RSUD BARI.

Riwayat Penyakit Dahulu Pada bulan Januari OS pernah mengalami kejang selama 5 menit, kejang tonik, hanya dibawa ke dokter dan diberi diazepam rectal. Riwayat luka dan trauma pada kepala disangkal.

Riwayat Penyakit Dalam Keluarga Tidak ada dalam keluarga yang pernah mengalami kejang.

Riwayat kehamilan dan kelahiran Masa kehamilan : Cukup bulan, Kontrol kandungan teratur, riwayat minum alkohol dan jamu (-) Partus Ditolong oleh Panjang badan lahir Berat badan lahir Keadaan saat lahir : Spontan pervaginam : Dokter Kandungan : 52 cm : 3700 gr : Sehat

Riwayat Makan ASI Susu formula Bubur tim Nasi Kesan Baik : 0 1 minggu : sampai sekarang : Usia 1 2 tahun : Usia 2 sekarang

Riwayat Perkembangan Motorik kasar Motorik halus Bicara Sosial dan mandiri : Bisa berjalan dan naik turun tangga : Bisa menggambar : Bicara dengan baik : Makan sendiri

Kesan Perkembangan Sesuai Usia

Riwayat imunisasi BCG DPT Polio Hepatitis B Campak : Sudah : Sudah : Sudah : Sudah : Sudah

Kesan

: Imunisasi dasar lengkap

1. 3. PEMERIKASAAN FISIK Tanggal 22 Juli 2012 Keadaan Umum Tampak sakit ringan Kesadaran Nadi Pernapasan Suhu Berat Badan Tinggi Badan Status Gizi Kesan Keadaan spesifik a. Kepala Bentuk Rambut Mata : oval, simetris : lurus, tidak mudah dicabut : kelopak mata cekung (-), konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), pupil isokor Hidung Telinga : nch(-), sekret (+) mukopurulen, mukosa hipermis (-) : sekret (-) : Kompos mentis : 112x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup : 44x/menit : 37,80C : 14 kg : 94 cm : = (-1 SD)-(median)

: status gizi baik

Mulut

: mukosa bibir kering (-), rhagaden (-), sianosis (-)

Tenggorokan : faring hiperemis (-), tonsil T1/T1 Leher : pembesaran KGB (-)

b. Toraks Pulmo Inspeksi : simetris, retraksi (-) Palpasi Perkusi : stemfremitus kanan=kiri : sonor pada lapangan paru kanan dan kiri

Auskultasi: vesikuler (+)/(+), wheezing (-), ronchi (-) Jantung Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat Palpasi Perkusi : iktus kordis tidak teraba : batas jantung dalam batas normal

Auskultasi : buny i jantung I/II normal, murmur (-), gallop (-). c. Abdomen Inspeksi : datar Palpasi Perkusi : lemas, hepar tidak teraba, lien tidak teraba, nyeri tekan epigastrium (-). : pekak pada perabaan hepar, acites (-)

Auskultasi : bising usus normal d. Genital e. Ekstremitas : tidak ada kelainan : akral hangat, sianosis (-), CRT<2, edema (-).

g. Status neurologikus Fungsi motorik Pemeriksaan Lengan Kanan Gerakan Kekuatan Tonus Klonus Refleks fisiologis (+) normal Refleks patologis (-) (+) normal (-) Luas +5 Eutoni Kiri Luas +5 Eutoni Tungkai Kanan Luas +5 Eutoni (-) (+) normal (-) Kiri Luas +5 Eutoni (-) (+) normal (-)

Fungsi sensorik Nn. Cranialis GRM

: dalam batas normal : dalam batas normal : tidak ada

1. 4. PEMERIKSAAN PENUNJANG Darah Rutin (21 Juli 2012) Hb : 10,6 g/dl


3

Hitung jenis Hematokrit

: 0/2/2/72/19/3 : 30 vol%

Leukosit : 12100/mm3 Trombosit : 119000/mm

1. 5. RESUME 2 hari SMRS OS mengalami batuk pilek. tidak ada demam, mual(-), muntah (-). Lalu OS berobat ke bidan dan diberi OBH, tetapi batuk pilek tidak ada perbaikkan.

1 hari SMRS OS mengalami demam yang tidak terlalu tinggi. OS juga masih batuk pilek, menggigil(-), mual(-), muntah(-), sakit kepala(-), nyeri perut(-), nyeri sendi(), diare(-). Keesokan paginya OS demam tinggi dan selang beberapa menit OS mengalami kejang, 5 menit, kejang tonik. Setelah kejang OS sadar dan tertidur. OS langsung dibawa ke RSUD BARI. Pemeriksaan Neurologis GRM (-) dan reflek patologis (-)

1. 6. DIAGNOSA BANDING 1. Kejang Demam Sederhana dengan ISPA 2. Kejang Demam Komplek dengan ISPA

1.7. DIAGNOSA KERJA Kejang Demam Sederhana dengan ISPA

1. 8. PENATALAKSANAAN IUFD D5 + NS X gtt/menit makro Diazepam 3 x 4 mg IV Paracetamol 3 x 150 mg, 3 x 1 cth Ampisilin 3 x 500 mg IV Gentamisin 2 x 35 mg IV

1. 9. PROGNOSA Quo ad vitam Quo ad fungsionam : bonam : bonam

1. 10. FOLLOW UP Tanggal 22 Juli 2012 S: Keterangan Kejang (-), demam (+), muntah (-), batuk pilek (+), suara serak (-) O: Ku : Tampak Sakit Ringan Sensorium : Compos Mentis Nadi : 112 X/Menit RR : 44 X/Menit T : 37,8 C

Kepala : Pupil Isokor, nch (-), Mukosa Bibir Kering (-), Rhagaden (-). Leher : dbn

Thorax : simetris, retraksi (-) Pulmo : Vesikuler (N), Ronchi (-/-), Wheezing (-/-) Cor : BJ I dan II normal, murmur (-), gallop (-) Abdomen : datar, lemas, hepar lien sulit diraba, nyeri tekan epigastrium (-), bising usus normal Ekstremitas : Acral dingin (-), CRT < 2 A: P: Kejang Demam Sederhana IUFD D5% + NS X gtt Paracetamol 3 x 150 mg, 3x1 cth Diazepam 3x 4 mg Ampisilin 3 x 500 mg IV Gentamisin 2 x 35 mg IV 23 Juli 2012 S: O: Kejang (-), demam (-), muntah (-), batuk pilek (+) Ku : baik Sensorium : Compos Mentis Nadi : 112 X/Menit RR : 38 X/Menit T : 36,8 C

Kepala : Pupil Isokor, nch (-), Mukosa Bibir Kering (-), Rhagaden (-). Leher : dbn Thorax : simetris, retraksi (-) Pulmo : Vesikuler (N), Ronchi (-/-), Wheezing (-/-) Cor : BJ I dan II normal, murmur (-), gallop (-) Abdomen : datar, lemas, hepar lien sulit diraba, nyeri tekan epigastrium (-), BU normal Ekstremitas : Acral dingin (-), CRT < 2 A: P: Kejang Demam Sederhana IUFD D5% + NS X gtt/ menit Paracetamol 3 x 150 mg, 3x1 cth Diazepam 3 x 4 mg

Ampisilin 3 x 500 mg IV Gentamisin 2 x 35 mg IV 24 Juli 2012 S: O: Kejang (-), demam (-), muntah (-), batuk pilek (-) Ku : Baik Sensorium : Compos Mentis Nadi : 120X/Menit RR : 40 X.Menit T : 36,3 C

Kepala : Pupil Isokor, nch (-), Mukosa Bibir Kering (-), Rhagaden (-) Leher : dbn Thorax : simetris, retraksi (-) Pulmo : Vesikuler (N), Ronchi (-/-), Wheezing (-/-) Cor : BJ I dan II normal, murmur (-), gallop (-) Abdomen : datar, lemas, hepar lien sulit diraba, nyeri tekan epigastrium (-), BU normal Ekstremitas : Acral dingin (-), CRT < 2 A: P: Kejang Demam Sederhana Pasien diperbolehkan pulang Paracetamol 3 x 150 mg, 3x1 cth Diazepam 3 x 4 mg Ampisilin 3 x 500 mg IV Gentamisin 2 x 35 mg IV

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2. 1. Definsi Kejang adalah suatu manifestasi klinik dari lepas muatan listrik berlebihan dari sel-sel neuron di otak yang terganggu fungsinya.2 Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38 C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranial.1,2,10

2. 2. Epidemiologi Kejadian kejang demam di Amerika Serikat diestimasikan 2% - 4%, Amerika Selatan dan Eropa Barat. Di Asia dilaporkan lebih tinggi, sekitar 20%. Kejang demam terjadi pada 2% - 4% anak berumur 6 bulan 5 tahun, tersering pada usia 6 bulan 3 tahun. Perbandingan angka kejadian antara laki-laki dan perempuan adalah sama. 2% - 4% berkembang menjadi epilepsi, resiko 4 kali lebih tinggi daripada populasi normal.3,5 Angka kejadian untuk kejang demam sederhana adalah 70% - 80% dari seluruh kejadian kejang demam, sedangkan 20% - 30 % merupakan kejang demam komplek. Dari seluruh angka kejadian kejang demam komplek 4% fokal, 8% berlangsung lebih dari 15 menit, dan 16% berulang dalam 24 jam.5,6,9

2. 3. Etiologi Etiologi kejang sampai saat ini belum diketahui, namun menurut penelitian faktor yang paling banyak berperan dalam kejadian kejang adalah :1,2,10 1. imaturitas otak dan termoregulatoretik 2. demam, dimana kebutuhan oksigen meningkat 3. genetik Sedangkan demam pada anak paling sering disebabkan oleh :6,7 1. infeksi saluran pernapasan akut 2. otitis media 3. pneumonia

10

4. gastroenteritis 5. infeksi saluran kemih

2. 4. Patogenesis Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh suatu membran yang terdiri dari permukaan dalam adalah lipoid dan permukaan luar adalah ionik. Dalam keadaan normal, membran sel neuron dapat dilalui oleh ion K, ion Na, dan elektrolit seperti Cl. Konsentrasi K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedangkan di luar sel neuron terdapat keadaan sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel maka terdapat perbedaan potensial yang disebut potensial membran dari sel neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran ini diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K-ATPase yang terdapat pada permukaan sel. Perbedaan potensial membran sel neuron disebabkan oleh : 1. Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraseluler. 2. Rangsangan yang datangnya mendadak, misalnya mekanis, kimiawi, aliran listrik dari sekitarnya. 3. Perubahan patofisiologis dari membran sendiri karena penyakit atau keturunan.

Pada keadaan demam, kenaikan suhu 1 derajat celcius akan menyebabkan metabolisme basal meningkat 10-15% dan kebutuhan oksigen meningkat 20%. Pada seorang anak yang berumur 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh, sedangkan pada orang dewasa hanya 15%. Jadi pada kenaikan suhu tubuh tertentu dapat terjadi perubahan keseimbangan dari membran dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun natrium melalui membran tadi, dengan akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini sedemikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun ke membran sel lainnya dengan bantuan bahan yang disebut neurotransmitter sehingga terjadi kejang.2,6,7 Pada anak dengan ambang kejang yang rendah kenaikan suhu sampai 38o C sudah terjadi kejang, Namun pada anak dengan ambang kejang yang tinggi, kejang baru terjadi pada suhu diatas 40o C. Terulangnya kejang demam lebih sering terjadi

11

pada anak dengan ambang kejang rendah. Tiap anak memiliki ambang kejang yang berbeda, mungkin disebabkan oleh kekurangan antikonvulsan alamia

misalnyagamma-aminobutirat acid (GABA) sehingga neuron-neuron kortikal anak ini mudah terganggu dan bereaksi dengan mengeluarkan muatan listriknya secara menyeluruh. Selain itu suhu yang tinggi menyebabkan reseptor GABA-A yang berfungsi untuk menghambat aktiitas yang berlebihan dari otak akan menghilang, sehingga terjadi kejang. Kejang tersebut kebanyakan terjadi bersamaan dengan kenaikan suhu badan yang tinggi dan cepat yang disebabkan oleh infeksi di luar susunan saraf pusat, misalnya tonsilitis, infeksi pada telinga, dan infeksi saluran pernafasan lainnya.1,3,6 Kejang demam yang berlangsung singkat umumnya tidak berbahaya dan tidak meninggalkan gejala sisa. Tetapi kejang demam yang berlangsung lama (>15 menit) biasanya disertai dengan apneu, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skeletal yang mengakibatkan hipoksemia, hiperkapneu, dan asidosis laktat. Hipotensi arterial disertai dengan aritmia jantung dan kenaikan suhu tubuh disebabkan
2,8

meningkatnya

aktivitas

berakibat

meningkatnya

metabolisme otak.

Patogenesis Kejang Demam

12

2. 5. Klasifikasi Kejang demam dibedakan menjadi dua, yaitu kejang demam komplek dan kejang demam sederhana : 1. Kejang demam komplek adalah kejang dengan lama kejang lebih dari 15 menit, kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang unum dengan frekuensi lebih dari 1 kali dalam 24 jam. 2. Kejang demam sederhana adalah kejang yang berlangsung kurang dari 15 menit, umumnya berhenti sendiri, berbentuk umum tonik, dan atau klonik tanpa gerakan fokal tidak berulang dalam 24 jam.9

2. 6. Pemeriksaan Penunjang 1. Darah rutin untuk mengevaluasi sumber infeksi penyebab demam. 2. Lumbal pungsi untuk menyingkirkan meningitis. 3. EEG pada kejang yang tidak khas misalnya KDK pada anak di atas 6 tahun.9

2. 7. Tatalaksana Tatalaksana kejang demam meliputi tatalaksana konservatif dan medikamentosa. Tatalaksana konservatif pada saat kejang yaitu : 1. Longgarkan pakaian ketat 2. Bebaskan jalan nafas 3. Suction mukus pada saluran nafas jika perlu 4. posisikan telentang dan miringkan tubuh pasien untuk mecegah aspirasi 5. Jangan memasukkan sendok atau sudip lidah, karena dapat menyebabkan fraktur8

13

Tatalaksana medikamentosa kejang demam yaitu :

Algoritma Tatalaksana Kejang Demam

Selain itu menelusuri penyebab kejang sangatlah penting dalam tatalaksana kejang, yaitu dengan cara pemeriksaan penunjang : 1. darah rutin untuk mengevaluasi infeksi penyebab demam. 2. lumbal pungsi untuk menyingkirkan meningitis 3. EEG Setelah kejang berhenti tentukan jenis kejang, apakah perlu pengobatan rumatan atau cukup intermiten saja sebagai propilaksis kejang. Pengobatan rumatan adalah pengobatan yang terus-menerus dalam jangka waktu tertentu, sedangkan pengobatan intermiten adalah pengobatan yang diberikan pada saat anak demam saja dengan tujuan mencegah kejang demam.1,2,8

14

Rumatan: 1. Asam Valproat 15-40 mg/kgbb/hari dibagi dalam 2-3 dosis, atau, 2. Fenobarbital 3-4 mg/kg/bb/hari dibagi dalam 1-2 dosis. 3. Pengobatan rumatan harus dilakukan sampai 1 tahun bebas kejang. 4. Penggunaan Fenobarbital dapat menganggu prilaku dan kesulitan belajar, sedangkan asam valproat dapat menganggu fungsi hati, bila memberikan asam valproat sebaiknya periksa SGOT dan SGPT setelah 2 minggu, 1 bulan, kemudian tiap 3 bulan. 5. Pengobatan rumatan hanya diberikan jika kejang demam menunjukkan salah satu atau lebih gejala berikut : - Kejang lama > 15 menit - Adanya kelainan neurologi yang nyata sebelum dan sesudah kejang - Kejang fokal - Riwayat keluarga mengalami epilepsi

Intermiten : Untuk mencegah terjadinya kejang pada anak saat demam, diberikan antipiretik dan antikonvulsan. Antipiretik parasetamol 10 15 mg/kgbb/kali diberikan 4 kali atau ibufropen 10 mg/kgbb/kali diberikan 3 kali. Antikonvulsan dapat diberikan diazepam oral 0,3-0,5 mg/kgbb setiap 8 jam, atau diazepam rektal 0,5 mg/kgbb/kali sebanyak 3 kali per hari.8,9

2. 8. Komplikasi Kemungkinan kecacatan neurologis dan kematian tidak pernah dilaporkan, Perkembangan mental dan neurologis umumnya tetap normal pada pasien yang sebelumnya normal.

2. 9. Preventif dan Promotif Edukasi pada orangtua dalam menghadapi kejang adalah : 1. meyakinkan bahwa kejang demam umumnya mempunyai prognosis baik 2. memberitahukan cara penanganan kejang 3. memberikan informasi mengenai kemungkinan kejang kembali

15

4. pemberian obat untuk mencegah rekurensi memang efektif, namun harus tetap diingat efek samping obat.8,10

2. 10. Prognosis Resiko untuk berulangnya demam bila terdapat riwayat keluarga dengan kejang demam, usia pada saat kejang demam <12 bulan, temperatur rendah pada saat kejang, cepatnya kejang pada saat demam. 80% untuk kemungkinan berulang bila semua faktor resiko dimiliki sedangkan 10% - 15% bila tidak memiliki faktor resiko tersebut.9

16

BAB III PEMBAHASAN


Dari anamnesis diketahui OS mengalami batuk pilek sejak 2 hari SMRS OS. Lalu OS berobat ke bidan dan diberi OBH, tetapi batuk pilek tidak ada perbaikkan. 1 hari SMRS OS mengalami demam yang tidak terlalu tinggi. OS juga masih batuk pilek, menggigil(-), mual(-), muntah(-), sakit kepala(-), nyeri perut(-), nyeri sendi(-), gusi berdarah dan mimisan(-), diare(-). Keesokan paginya OS demam tinggi dan selang beberapa menit OS mengalami kejang, 5 menit, kejang tonik. Setelah kejang OS sadar dan tertidur. OS langsung dibawa ke RSUD BARI. Berdasarkan anamnesis kemungkinan penyebab demam, yaitu batuk pilek yang merupakan sumber infeksi dan tubuh merespon infeksi tersebut dengan demam tinggi keesokkan harinya. Jenis kejang pada kasus ini adalah kejang demam sederhana, sebab OS memenuhi kriteria untuk kejang demam sederhana yaitu, kejang <15 menit, tonik, kejang berhenti sendiri, dan tidak berulang dalam waktu 24 jam. Sedangkan kejang demam komplek, kejang lama >15 menit, kejang fokal atau parsial satu sisi, frekuensi lebih dari satu kali dalam 24 jam. Pemeriksaan fisik didapat keadaan umum tampak sakit ringan, kesadaran kompos mentis, nadi 112x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup, pernapasan 44x/menit, suhu 37,80C. Sedangkan tanda-tanda meningitis yaitu, GRM, gangguan syaraf otak dengan muncul refleks patologis, kejang dengan penurunan kesadaran drastis tidak ditemukan pada kasus ini. Pada pemeriksaan laboratorium Darah Rutin (21 Juli 2012) Hb : 10,6 g/dl Hitung jenis Hematokrit : 0/2/2/72/19/3 : 30 vol% Leukosit : 12100/mm3 Trombosit : 119000/mm3

Hb dan Hematokrit tidak mengalami peningkatan serta trombosit masih dalam batas normal.

17

Untuk penanganan kejang demam OS mendapatkan terapi IVFD D5% + NS IX gtt/m, paracetamol 3 x 150 mg 3 x 1 cth, diazepam 3 x 4 mg, ampisilin 3 x 500 mg IV, gentamisin 2 x 35 mg IV. Setelah OS pulang dari rumah sakit, OS mendapat pengobatan intermiten yaitu pengobatan yang diberikan pada anak yang kejang yang berlangsung < 15 menit, kejang tonik, berhenti sendiri, dan tidak berulang dalam waktu 24 jam. Pengobatan intermiten yaitu diberikan antipiretik dan antikonvulsan. Antipiretik yang dapat digunakan yaitu parasetamol 10 15 mg/kgBB/kali diberikan 4 kali atau Ibuprofen 10 mg/kgBB, diberikan 3 kali. Antikonvulsan yang dapat diberikan pada saat demam yaitu diazepam oral dosis 0,3 0,5 mg/kg setiap 8 jam atau dapat diberikan diazepam rectal dengan dosis 0,5 mg/kgBB, diberikan sebanyak 3 kali per hari. OS mendapat paracetamol 3 x 150 mg, 3 x 1 cth dan diazepam oral atau diazepam rectal 3 x 7 mg/hari.

You might also like