You are on page 1of 6

PELURU RAMAH LINGKUNGAN

Disusun Oleh:
Dewi Lestari Natalia (1006704530) Hestia Hartini Novitasari (1006704644) Pandu Waskito (1006660232)

Tugas Mata Kuliah Metalurgi Serbuk

Departemen Metalurgi dan Material Fakultas Teknik Universitas Indonesia 2013

PELURU RAMAH LINGKUNGAN

I.

Cara Kerja Peluru dan Sifat-Sifat yang dibutuhkan Peluru

Sifat yang dibutuhkan pada sebuah peluru adalah kemampuan penetrasi dan ekspansi yang baik. Kedua hal tersebut tentunya terkait dengan fungsi peluru sebagai alat untuk melumpuhkan lawan. Penetrasi kurang dalam akan menyebabkan peluru tidak dapat mencapai organ dalam target sehingga fungsinya tidak tercapai. Sebaliknya, jika penetrasi terlalu dalam maka peluru akan menembus target dan terus bergerak yang mana hal tersebut membuang energi. Selain kemampuan penetrasi, kemampuan ekspansi peluru juga penting. Ekspansi dibutuhkan untuk memperlambat pergerakan peluru ketika mencapai target. Ekspansi peluru tidak boleh berlebihan karena akan menyebabkan peluru pecah menjadi fragmen-fragmen kecil yang tidak memiliki kemampuan penetrasi yang baik. Anda dapat membayangkan peristiwa ekspansi peluru melalui peristiwa mengembangnya parasut. Ketika mencapai target, peluru akan terbuka dan permukaannya berekspansi hingga dua kali diameter awalnya. Peristiwa ini lebih dikenal dengan sebutan mushrooming. Kemampuan penetrasi yang baik dapat diperoleh dengan meningkatkan kecepatan, berat, dan kekerasan peluru. Semakin tinggi kecepatan dan berat peluru, maka energi muzzle (energi kinetik peluru ketika ditembakan dari muzzle senjata api). Kecepatan peluru harus dihitung sedemikian rupa dan penting sekali untuk memasukkan percepatan akibat gravitasi ke dalam perhitungan. Rumus untuk menghitung energi muzzle adalah sebagai berikut : ( )

Dimana m adalah massa (dalam grains), v adalah kecepatan (dalam feet per second), dan Ek adalah energi kinetik (dalam foot-pound force atau ft-lbf). Jika ingin menghitung energi muzzle peluru untuk senjata api berukuran kecil, Anda hanya perlu mengganti percepatan gravitasi 32.163 ft/s2. II. Desain Peluru

Sebelum masuk lebih dalam mengenai material penyusun peluru kita akan membahas mengenai desain dan sifat dari peluru tersebut. Diawali dengan kegunaan dari peluru atau amunisi ini sendiri. Terdapat berbagai kegunaan dari amunisi seperti militer, penegakan hukum, perlindungan diri, perburuan, dan lain sebagainya. Untuk bisa memenuhi kriteria dari kegunaan yang bermacam-macam itu, peluru harus didesain sedemikian rupa supaya bisa menghasilkan sifat sesuai yang tujuan yang diharapkan. Kemudian, pemilihan material penyusunnya pun juga harus sesuai, supaya hasil yang didapat dari peluru yang dibuat bisa benar-benar optimal. Desain dari peluru itu sangat tergantung oleh desain dari pistolnya. Peluru harus memiliki ukuran yang sesuai sehingga bisa masuk ke dalam barrel secara tepat. Apabila

ukuran pelurunya terlalu kecil, peluru tersebut tidak akan mengontak riffling dalam barrel sehingga akan menyebabkan peluru mengalami pantulan-pantulan dalam barrel yang menyebabkan peluru tidak keluar dalam keadaan yang lurus. Sebaliknya, apabila ukuran peluru terlalu besar, peluru akan macet di dalam barrel yang dapat menyebabkan pistol meledak karena tekanan. Selain desain dan ukuran, berat peluru juga harus disesuaikan. Berat yang sesuai akan menghasilkan kecepatan penembakan yang baik.

Gambar 2.1. Arah dan Kualitas Tembakan Peluru Sangat Bergantung pada Desainnya

Mengenai desain bentuk dari peluru itu sendiri, peluru dapat berupa flat base bullet atau tapered base bullet. Flat base bullet memiliki berat yang lebih besar sehingga memberikan efek penetrasi yang lebih dalam terhadap target. Sedangkan tapered base bullet memberikan akurasi yang lebih baik terhadap target pada jarak yang jauh. Sedangkan bagian ujung dari peluru umumnya berbentuk tajam atau melengkung. Desain ujung peluru ini akan sangat mempengaruhi hasil tembakan, dimana ujung yang lebih tajam akan menghasilkan penetrasi yang lebih dalam. Sedangkan ujung yang lebih tumpul akan berefek sebaliknya, yakni menghasilkan penetrasi yang lebih pendek.

Gambar . Berbagai Desain Peluru

Penentuan material dasar peluru juga menjadi satu aspek utama yang sangat mempengaruhi sifat dan efek dari peluru tersebut. Peluru yang terbuat dari material yang lunak akan menghasilkan efek rusak yang lebih besar bagi target. Hal ini disebabkan karena peluru yang lunak akan berekspansi pada impak, sehingga kerusakan yang didapat oleh target menjadi lebih besar. Contoh material lunak yang dijadikan bahan peluru adalah timbal. Sedangkan material keras akan menyebabkan penetrasi yang lebih dalam dan lebih baik pada target dengan ketebalan yang lebih tinggi, namun tidak berekspansi secara besar. Contoh material keras untuk peluru adalah baja.

Bagian dari peluru ini sendiri ada yang disebut sebagai jaket dan bagian inti. Dimana bagian inti yang lebih lunak dapat dilapisi oleh material jaket yang lebih besar. Jaket ini dapat menutupi semua bagian peluru atau dapat meninggalkan baguan ujung terbuka dengan tujuan ekspansi. Variasi terhadap jaket dan inti akan memberikan keragaman sifat penetrasi terhadap ekspansi. Seperti yang telah dikatakan sebelumnya, peluru dapat disusun dari material lunak maupun keras dimana pemilihan material akan sangat mempengaruhi efek penembakannya. Pada peluru tradisional, peluru terbuat dari timbal atau timbal dengan paduannya. Paduan yang ada pada umumnya adalah antimoni. Sedangkan jaketnya terbuat dari tembaga atau paduan tembaga dengan seng. Walaupun begitu, terdapat berbagai material lain yang membentuk peluru saat ini seperti aluminum, bismut, tembaga, baja, timah, tungsten, karet, dan plastik. Di bawah ini adalah beberapa perbandingan sifat mekanik dan berat jenis dari masing-masing bahan penyusun.
Tabel 2.1. Perbandingan Densitas Logam Pembentuk Peluru No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. Material Aluminum Bismuth Copper Tin Tungsten Steel Densitas (kgm-3) 2712 9750 8940 7280 19600 7850

III.

Proses Fabrikasi

Pembentukan peluru difabrikasi dari campuran serbuk metal. Logam dengan densitas yang tinggi seperti tungsten yang dicampur dengan lighter dan logam yang halus seperti timah dan seng. Serbuk logam campuran dilakukan cold pressed untuk menghasilkan material dengan densitas tinggi.

Kompaksi

Deep Drawing

Swaging

Bullet Assembly

Fabrikasi pembuatan peluru secara keseluruhan merupakan cold working. Proses fabrikasi diawali dengan kompaksi material serbuk untuk membentuk bullet core. Material dicampurkan (mixing) ke dalam dice dan kemudian dikompaksi dengan memberikan tekanan. Pada pembuatan peluru, tidak dilakukan proses pemanasan atau sintering. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan sifat yang diinginkan pada material peluru. Kemudian untuk membentuk metal jacket pada peluru, dilakukan proses deep drawing. Dimana lempengan logam diberikan beban mekanis sehingga mengalami deformasi plastis. Selanjutnya merupakan proses swaging yaitu proses machining yang dilakukan pada

beberapa jenis peluru. Proses ini bertujuan untuk mengurangi cross section area pada peluru. Peluru yang melalui proses ini akan mendapatkan hasil yang sangat presisi.

Gambar . Proses kompaksi peluru

Gambar . Proses swaging

Proses selanjutnya adalah proses bullet assembly. Kombinasi proses antara mechanical interlocking dan cold welding akan mengikat metal bersamaan dan dapat divariasikan untuk mengontrol sifat dari peluru tersebut. Dalam proses fabrikasi peluru, penggunaan wetting agent dan coatings dapat mengontrol ikatan pada material dengan lebih baik dan dengan demikian dapat mencapai perilaku akhir yang baik. IV. Peluru Ramah Lingkungan (Peluru Non-Timbal)

Setelah mengetahui bahwa pada umumnya peluru terbentuk dari timbal, saat ini tengah dilakukan pengembangan untuk membuat peluru yang lebih ramah lingkungan karena timbal dan tembaga yang merupakan sumber utama polusi. Pengembangan dilakukan untuk menghasilkan peluru dengan tingkat polusi rendah, tak beracun, namun tetap dengan densitas yang tinggi. Peluru non-timbal harus bisa memenuhi semua persyaratan seperti apa yang telah didapat oleh peluru yang ada saat ini. Disamping itu, kontrol terhadap sifat impak dan penetrasi juga merupakan konsiderasi tambahan yang perlu diperhatikan pada peluru yang lemah dengan disintegrasi saat terjadi impak, kiat mengurangi kerusakan pada fasilitas pelatihan militer dan menurunkan cidera personal. Peluru non-timbal ini menggunakan variasi material lunak dan ringan seperti timah atau seng yang dicampur dengan material derat berdensitas tinggi seperti tungsten yang kemudian dikompaksikan pada temperatur ruang untuk mendapatkan komponen yang padat. Sifat dari gabungan material tersebut sangat diharapkan untuk bisa mengimbangi sifat dari material timbal untuk peluru seperti yang ada pada peluru tradisional. Proses penguncian mekanik dan las dingin digunakan untuk mengikat material dan sehingga bisa memberikan kontrol pada sifat impak material. Aplikasi metalurgi serbuk pada logam logam ini sangat bermanfaat dan mampu mensubstitusikan peluru timbal yang kurang ramah lingkungan.

Gambar . Peluru dengan inti komposit timah-tungsten (kiri); peluru dengan inti komposit seng-tungsten

V.

Referensi Anonim. Bullet. 2006. http://www.madehow.com/Volume7/Bullet.html#ixzz2Upeqs3RA (diakses pada tanggal 29 Mei 2013, pukul 12.00 WIB) Mikki, Don. U.S. Military Green Bullet. 1994. http://www.firearmsid.com/Feature%20Articles/GreenBullets/GreenBullets.htm (diakses pada tanggal 29 Mei 2013, pukul 12.30 WIB) Lowden, R.A; Vaughn, N.L. A Powder Metallurgy Approach to Non-Lead Bullets. 2009. http://www.ornl.gov/sci/physical_sciences_directorate/mst/SurfacePM/pbullets.shtml (diakses pada tanggal 29 Mei 2013, pukul 12.40 WIB)

You might also like