You are on page 1of 15

POTENSI AMILUM LOKAL SEBAGAI EKSIPIEN DALAM FORMULASI SEDIAAN TABLET Yandi Syukri Jurusan Farmasi Fakultas MIPA

Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta email : yandisyukri@fmipa.uii.ac.id ABSTRAK Saat ini Indonesia masih mengimpor eksipien untuk memenuhi 100 % kebutuhan industri farmasi, salah satunya adalah amilum atau pati yang merupakan eksipien utama dalam sediaan tablet. Di sisi lain, Indonesia memiliki potensi pati tropis yang dapat dihasilkan dari umbi-umbian lokal yang merupakan sumber utama penghasil amilum. Dari studi yang telah dilakukan ternyata pisang kapok (Musa paradisiacca) , ubi jalar (Ipomea batatas, L), singkong (Manihot utilissima, Pohl) dan jagung (Zea mays, L) ternyata berpotensi untuk dikembangkan lebih lanjut sebagai eksipien sediaan tablet sebagai bahan pengikat dan bahan penghancur dalam formulasi tablet asetaminofen. Dari uji karakterisasi fisikokimia diperoleh hasil bahwa amilum yang diperoleh dari pisang kepok, ubi jalar, singkong dan jagung semuanya memenuhi persyaratan sebagai eksipien untuk sediaan tablet, namun dari uji sifat alir tidak memenuhi persyaratan sebagai eksipien untuk tablet yang dimanufaktur secara langsung (direct compression). Amilum yang diperoleh dari bahan-bahan diatas dicoba dikembangkan menjadi sediaan tablet yang berfungsi sebagai bahan penghancur dan bahan pengikat dengan menggunakan asetaminofen sebagai zat aktif yang dibuat dengan teknik granulasi basah. Ternyata tablet yang dihasilkan memenuhi persyaratan sifat fisik tablet yang baik dan termasuk uji disolusinya. Dengan demikian, amilum yang diperoleh dari pisang kepok, ubi jalar, singkong dan jagung memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi eksipien untuk sediaan tablet. Kata kunci : amilum, pisang kepok, ubi jalar, singkong, jagung, asetaminofen. PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu negara yang banyak menghasilkan umbi-umbian yang potensial dapat dapat diproses untuk menghasilkan amilum. Amilum bisa diperoleh dari jagung (Zea mays), kentang (Solanum tuberosum), singkong (Manihot utilissima Pohl) dan gandum (USP30-NF25) (Anonim, 2007). Sayangnya, amilum sampai saat ini masih diimpor untuk memenuhi kebutuhan di industri farmasi. Amilum merupakan bahan tambahan/eksipien yang penting dalam formulasi sediaan tablet yang berfungsi sebagai bahan pengisi, bahan pengikat dan bahan penghancur (Swabrick, 2007). Di pasaran telah tersedia amilum yang diproses dari singkong (Manihot utilissima Pohl), yang dikenal dengan Amprotab. Amprotab telah digunakan secara luas sebagai bahan pengisi, bahan pengikat dan bahan penghancur untuk formulasi sediaan tablet. Saat ini telah dilakukan berbagai upaya untuk mengembangkan amilum dari bahan baku dari

umbi-umbian lokal sebagai bahan tambahan dalam formulasi sediaan tablet yang diproses dari pisang kepok (Syukri et al, 2009), jagung (Syukri et al, 2009), singkong (Muliani, 2008) dan ubi jalar (Fittasari, 2008) yang berfungsi sebagai bahan pengikat dan bahan penghancur. Amilum dari berbagai sumber juga telah dievaluasi yang bisa digunakan sebagai bahan pengikat yang diperoleh dari jagung dan pisang (Olufenke, 2005) dan juga diperoleh dari jahe (Ibezim, 2008). Berikut juga dilakukan memodifikasi amilum yang diproses dari beras untuk mendapatkan amilum yang memiliki kompresibilitas yang baik sehingga dapat dikembangkan sebagai bahan tambahan dalam formulasi tablet secara kempa langsung (Zang et al, 2003). Singkong, pisang kepok, jagung dan ubi jalar relatif sangat mudah diperoleh karena tanaman ini sangat cocok tumbuh di daerah tropis seperti Indonesia. Semua tanaman ini saat ini memiliki nilai ekonomi yang rendah. Pati singkong sudah sejak lama diproduksi di berbagai daerah di Indonesia, akan tetapi hanya sebagian kecil saja yang diproduksi dengan kualitas pharmaceutical grade. Karena kegunaannya untuk makanan juga banyak maka manfaatnya dalam bidang farmasi terabaikan. Amilum singkong sudah sejak lama diproduksi di berbagai daerah di Indonesia, akan tetapi hanya sebagian kecil saja yang diproduksi dengan kualitas pharmaceutical grade. Karena kegunaannya untuk makanan juga banyak maka manfaatnya dalam bidang farmasi terabaikan. Dengan diprosesnya tanaman ini menjadi amilum dan dikembangkan menjadi eksipien dalam formulasi sediaan tablet diharapkan bisa meningkatkan nilai ekonominya. Setelah diproses menjadi amilum dilakukan evaluasi karakteristik fisikokimianya meliputi sifat alir, kelarutan, ukuran partikel, bulk dan tap density, rasio Hausner, indek compresibilitas dan kandungan lembab. Berikut di formulasi menjadi sediaan tablet dengan menggunakan asetaminofen sebagai model obat dan amilum yang diperoleh di evaluasi untuk menilai kemampuannya sebagai bahan pengikat dan bahan penghancur. AMILUM Amilum merupakan salah satu eksipien yang paling banyak digunakan dalam industry farmasi karena memiliki sifat sebagai bahan pengikat dan bahan penghancur. Amilum merupakan polimer dengan rumus molekul (C6H10O5)n, dimana nilai n dari 300 sampai 1000. Secara umum amilum terdiri dari 2 jenis dari dari polimer D-glukopiranosa yang dikenal sebagai amilosa dan amilopektin. Amilosa merupakan polimer linear dari glukopiranosil sedangkan amilopektin polimer bercabang, sebagaimana gambar 1 dibawah ini (Swabrick, 2007).

Bagian dari molekul amilopektin Gambar 1. (A) Molekul amilosa linear dan (B) molekul amilopektin bercabang (Rowe, 2006). Amilum mengandung kira-kira 30 % amilosa dan sifat-sifatnya ditentukan oleh ukuran dan jumlah masing-masing jenis molekul polimer yang terdapat pada material. Amilum secara luas digunakan pada industri farmasi dengan alasan mudah didapat, murah, putih dan inert. Amilum bisa berfungsi sebagai bahan pengisi, pengikat dan penghancur pada tablet dan kapsul. Fungsinya tergantung pada bagaimana amilum diinkorporasi ke dalam formulasi. Amilum akan berfungsi sebagai bahan penghancur apabila ditambahkan secara kering sebelum penambahan lubrikan. Amilum berfungsi sebagai bahan pengikat dan bahan penghancur apabila ditambahkan dalam bentuk pasta atau kering sebelum digranul dengan komponen yang lain. Telah dilaporkan bahwa amilum mengalami deformasi plasstik selama kompresi, tetapi sifat ini tergantung pada ukuran, distribusi ukuran dan bentuk partikel (Swabrick, 2007). Amilum juga berfungsi sebagai bahan penghancur karena granulnya mampu mengembang apabila kontak dengan air dan amilosa merupakan komponen yang memiliki sifat sebagai bahan penghancur karena kemampuannya untuk mengembang. Mekanisme

kedua yang membuktikan aksi sebagai bahan penghancur amilum dalam tablet adalah aksi kapiler yang lebih dominan dari pengembangan. Mekanisme ketiga adalah berdasarkan pada gaya tolak antar partikel antara konstituen tablet apabila kontak dengan air dan bagian hidrofilik dari amilum Swabrick, 2007). Karakteristik fisikokimia dari beberapa amilum lokal. Berikut adalah karakteristik fisikokimia beberapa amilum yang berasal dari sumber lokal meliputi pisang kepok, jagung, singkong dan ubi jalar. Tabel I. Karakteristik fisikokimia amilum pisang kepok dan jagung dibandingkan dengan Amprotab (Syukri, et al, 2009) No. 1. Karakteristik Organoleptik Amilum pisang kepok Amilum jagung Amprotab Serbuk halus, putih, tidak berbau dan tidak berasa Praktis tidak larut dalam etanol (95 %) dan air 1,01 2,00 0,47 0,64 1,36 27,23 11,10

2.

Kelarutan

Serbuk halus, putih, Serbuk kasar, tidak berbau dan tidak coklat kekuningan, berasa tidak berasa dan tidak berwarna. Praktis tidak larut Praktis tidak larut dalam etanol (95 %) dalam etanol (95 dan air %) dan air 1,01 2,00 11,66 0,52 0,75 1,44 30,00 13,48 0,51 - 1,00 10,10 0,48 0,64 1,33 37,80 9,21

3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Ukuran partikel (m) Sudut diam (o) Bulk Density (g/ml) Tap density (g/ml) Hausner ratio Carrs Index (%) Kandungan lembab (%)

Tabel II. Karakteristik fisikokimia amilum singkong dan ubi jalar dibandingkan dengan Amprotab (Muliani dan Fittasari, 2008) No. 1. Karakteristik Organoleptik Amilum singkong Amilum ubi jalar Amprotab Serbuk halus, putih, tidak berbau dan tidak berasa Praktis tidak larut dalam etanol (95 %) dan air 1,01 2,00

2.

Kelarutan

Serbuk halus, putih, Serbuk kasar, tidak berbau dan tidak coklat kekuningan, berasa tidak berasa dan tidak berwarna. Praktis tidak larut Praktis tidak larut dalam etanol (95 %) dalam etanol (95 dan air %) dan air partikel 1,01 1,50 1,01 1,50

3.

Ukuran (m)

4. 5. 6. 7. 8. 9.

Sudut diam (o) Bulk Density (g/ml) Tap density (g/ml) Hausner ratio Carrs Index (%) Kandungan lembab (%)

0,61 0,83 1,36 26,51 10,78

0,46 0,83 1,80 27,41 12,56

0,47 0,64 1,36 27,23 11,10

Dari tabel diatas terlihat bahwa sifat organoleptik dari amilum pisang kepok, amilum singkong, amilum ubi jalar dan Amprotab adalah sama yaitu berupa serbuk halus, putih, tidak berasa dan tidak berwarna, tetapi untuk amilum jagung berupa serbuk kasar. . Ukuran partikel dari amilum pisang kepok berada dalam rentang 1,01 2,00 m, amilum jagung 0,51 1,00 m, amilum singkong dan amilum ubi jalar 1,01 1,50 m sehingga memiliki karakter yang hampir sama dengan Amprotab. Sudut diam menujukkan sifat kohesifnes dan kemampuan mengalir dari serbuk. Sudut diam yang rendah menunjukkan serbuk memiliki kehesifnes yang kecil sehingga memiliki kemampuan mengalir yang baik (Well, JI, et al, 1996). Amilum dari pisang kepok memiliki sudut diam 11,66, amilum jagung 10,10, sedangkan amilum singkong, amilum ubi jalar dan Amprotab tidak mampu mengalir. Dengan demikian sifat alir dari amilum pisang kepok dan amilum jagung lebih bagus dibandingkan dengan amilum singkong, amilum ubi jalar dan Amprotab. Hauner rasio merupakan perbandingan rasio tap density dengan bulk density yang menunjukkan porositas dan kemampuan serbuk dalam menata diri selama proses pencetakan tablet. Semakin tinggi rasio semakin besar porositas sehingga mengakibatkan tablet yang dihasilkan tidak memiliki bobot dan kesaragaman kandungan zat aktif yang seragam. Sifat alir dari serbuk sangat penting untuk menentukan apakah tablet bisa di proses secara kempa langsung dengan eksipien. Sudut diam, Hausner index, Carrs compressibility dapat dipertimbangkan sebagai pengukuran sifat alir secara tidak langsung. Hauner index menunjukkan interaksi antar partikel sedangkan Carrs index menunjukkan kemampuan material berkurang volumenya selama proses. Secara umum Hausner rasio yang lebih besar dari 1,25 menunjukkan serbuk mengalir tidak baik, Carrs compressilibility index dibawah 16 % menunjukkan serbuk mengalir dengan bagus sedangkan jika nilainya diatas 35 % menunjukkan serbuk cohesifnes (Ohwoavworhua, et al, 2005). Secara umum sifat alir dari amilum pisang kepok dan amilum jagung tidak bagus sehingga dibutuhkan glidan untuk memperbaiki sifat alir dalam proses penbuatan tablet.

Kandungan lembab amilum pisang kepok adalah 13,48 %, sedikit diatas Amprotab yaitu 11,10 %. Sedangkan kandungan lembab amilum jagung 9,21 %, amilum singkong 10,78 % dan amilum ubi jalar 12,56 %. Sehingga amilum pisang kepok butuh pengeringan lebih lanjut apabila dijadikan sebagai eksipien dalam formulasi obat yang peka dengan lembab seperti aspirin.

Potensi beberepa amilum lokal sebagai bahan pengikat dan bahan penghancur. Tablet yang baik harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : (1) penampilan menarik dan bebas dari kerusakan seperti pecah pada bagian sisinya, retak, perubahan warna dan kontaminan, (2) memiliki kekuatan mekanik untuk menahan goncangan selama proses manufaktur, pengemasan, distribusi dan dispensing pada pasien, (3) stabil secara fisik dan kimia dalam waktu yang lama dan (4) harus mampu melepaskan zat aktif dalam tubuh dalam waktu yang bisa diprediksi. Dengan demikian semua evaluasi diarahkan untuk menghasilkan tablet dengan sifat yang baik ini, misalnya uji kekerasan dan kerapuhan bertujuan supaya tablet tahan terhadap goncangan mekanik selama proses manufaktur sampai pada pasien sedangkan uji disintegrasi dan disolusi bertujuan untuk mengevaluasi kemampuan obat lepas dalam tubuh dan mampu diabsorpsi menuju sirkulasi sistemik. Potensi amilum pisang kepok sebagai bahan penghancur Berikut adalah potensi amilum pisang kepok sebagai bahan pengisi dan pengikat dalam formulasi tablet asetaminofen. Amprotab digunakan sebagai pembanding. Tablet dibuat dengan metode granulasi basah. Tabel IV. Formula Tablet asetaminofen kepok (Handayani, 2009) Bahan Asetaminofen (mg) Gelatin (%) Amilum pisang kepok atau Amprotab (mg) Lactosa (mg) Magnesium stearat (mg) dengan bahan penghancur amilum pisang Jumlah 500 10 32,5 ; 65 ; 97,5 ; 130 111 ; 78,5 ; 46 ; 13,5 6,5

Berikut adalah hasil evaluasi sifat fisik amilum pisang kepok sebagai bahan penghancur pada tablet asetaminifen. Tabel V. Data hasil uji sifat fisik tablet acetaminophen dengan bahan penghancur Pati Pisang Kepok dan Amprotab (Handayani, 2009)

Bahan penghancur Pati Pisang Kepok Amprotab

Keseragaman Bobot (mg) X SD 0,650.001 0,650.002 0,650.002 0,650.001 0,650.005 0,650.003 0,650.004 0,650.003

CV (%) 0,21 0,27 0,24 0,21 0,70 0,54 0,59 0,43

Kekerasan (kg/cm2) X SD 9,330,91 8,830,75 8,361,26 8,310,89 9,090,48 8,671,3 8,211,32 7,85 0,58

Kerapuhan (%) X SD 0,120,01 0,090,02 0,090,02 0,080,01 0,110,03 0,120,03 0,150,01 0,180,04

I II III IV V VI VII VIII

Waktu Hancur (menit) X SD 10,120,21 7,310,01 2,490,02 2,150,04 6,250,06 3,420,02 3,180,02 3,130,25

Keterangan: Formula I Formula II Formula III Formula IV Formula V Formula VI Formula VII Formula VIII

: bahan pengancur Pati Pisang Kepok dengan kosentrasi 5% : bahan pengancur Pati Pisang Kepok dengan kosentrasi 10% : bahan pengancur Pati Pisang Kepok dengan kosentrasi 15% : bahan pengancur Pati Pisang Kepok dengan kosentrasi 20% : bahan pengancur Amprotab dengan kosentrasi 5% : bahan pengancur Amprotab dengan kosentrasi 10% : bahan pengancur Amprotab dengan kosentrasi 15% : bahan pengancur Amprotab dengan kosentrasi 20%

Dari tabel V diatas diperoleh bahwa tablet asetaminofen yang menggunakan pati pisang kepok memenuhi persyaratan keseragaman bobot (% CV dibawah 5 %), kekerasan yang konsisten, kerapuhan kurang dari 0,8 % dan waktu hancur kurang dari 15 menit. Jika dibandingkan dengan Amprotab tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. Berikut adalah profil disolusi dari tablet asetaminofen menggunakan pati amilum pisang kepok sebagai bahan penghancur (Handayani, 2009).

Gambar 2. Grafik hubungan antara waktu dan kadar zat aktif terlarut
Keterangan: Formula I Formula II Formula III Formula IV Amprotab Inovator : bahan pengancur Pati Pisang Kepok dengan kosentrasi 5% : bahan pengancur Pati Pisang Kepok dengan kosentrasi 10% : bahan pengancur Pati Pisang Kepok dengan kosentrasi 15% : bahan pengancur Pati Pisang Kepok dengan kosentrasi 20% : bahan pengancur Amprotab dengan kosentrasi 20% : pembanding dari sediaan yang ada dipasaran

Dari data diatas diperoleh bahwa tablet yang mengandung amilum pati singkong sebagai bahan pengisi dengan konsentrasi 15 % dan 20 % memenuhi persyaratan disolusi tablet (disolusi pada menit ke 30 lebih dari 80 %). Hasil ini tidak jauh berbeda dengan tablet yang diformulasi menggunakan Amprotab sebagai bahan penghancur dan salah satu produk innovator yang ada di pasaran. Potensi amilum pisang kepok sebagai bahan pengikat Berikut adalah formula tablet yang mengandung amilum pisang kepok sebagai bahan pengikat. Tabel VI. Formula Tablet asetaminofen 500 mg dengan bahan pengikat amilum pisang kepok Bahan Jumlah Asetaminofen (mg) 500 Bahan pengikat *) (%) 5, 10, 15, 20 Primojel (mg) 32,5 Laktosa (mg) 111 Magnesium stearat (mg) 6,5 ) * Bahan pengikat, amilum pisang kepok atau Amprotab Berikut adalah hasil evaluasi sifat fisik tablet asetaminifen menggunakan amilum pisang kepok sebagai bahan pengikat. Tabel VII. Data hasil pemeriksaan fisik tablet asetaminofen dengan bahan pengikat pati pisang kepok dan Amprotab (Rahayu, 2009)
Parameter F1 Keseragaman bobot(mg) CV (%) Kekerasan (kg/cm2) Kerapuhan (%) Waktu hancur (menit)
Keterangan: Formula 1 Formula 2 Formula 3 Formula 4 Formula 5 Formula 6

Formula Pati F2 653,3 5,55 0,85 5,74 0,95 0,84 0,74 6,94 0,09 F3 650,3 5,31 0,82 6,33 0,66 0,75 1,05 6,53 0,74 F4 654 5,41 0,83 6,66 0,66 0,25 0,37 9,89 0,88 F5 654,3 4,8 0,73 6,65 0,73 0,7 0,39 1,03 0,09 Amprotab F6 651,3 5,06 0,78 7,74 0,69 0,29 0,05 1,36 0,11 F7 650,6 6,56 1,01 6,45 0,76 0,58 0,34 2,92 0,14 F8 648,05 4,76 0,74 6,78 1,01 0,34 0,09 5,34 0,18

652,2 6,41 0,98 4,96 0,46 0,71 0,38 6,79 0,03

: bahan pengikat Pati Pisang Kepok 5% : bahan pengikat Pati Pisang Kepok 10% : bahan pengikat Pati Pisang Kepok 15% : bahan pengikat Pati Pisang Kepok 20% : bahan pengikat Amprotab 5% : bahan pengikat Amprotab 10%

Formula 7 Formula 8

: bahan p pengikat Amprotab 15% : bahan pengikat Amprotab 20%

Dari data diatas diperoleh bahwa tablet asetaminofen yang dihasilkan menggunakan amilum pisang kepok sebagai bahan pengikat memenuhi persyaratan sifat fisik yang baik meliputi keseragaman bobot, kekerasan, kerapuhan dan waktu hancur. Berikut adalah profil disolusi dari tablet asetaminofen yang mengandung amilum pisang kepok sebagai bahan pengikat (Rahayu, 2009).

Gambar 3. Grafik %terdisolusi tablet asetaminofen


Keterangan: Formula 1 : bahan pengikat Pati Pisang Kepok 5% Formula 2 : bahan pengikat Pati Pisang Kepok 10% Formula 3 : bahan pengikat Pati Pisang Kepok 15% Formula 4 : bahan pengikat Pati Pisang Kepok 20% Amprotab : bahan pengikat Amprotab 10% Inovator : Tablet asetaminofen yang beredar di pasaran

Dari data diatas diproleh bahwa semua formula tablet asetamnifen yang mengandung amilum pisang kepok sebagai bahan pengikat memenuhi persyaratan. Potensi amilum singkong sebagai bahan penghancur Berikut adalah data potensi amilum singkong sebagai bahan penghacur pada sediaan tablet asetamnofen meliputi hasil evaluasi sifat fisik dan kimia tablet termasuk profil disolusinya Tabel VIII. Hasil pemeriksaan sifat fisik tablet asetaminofen dengan penghancur pati singkong (Medisa, 2009)
Parameter Formula

bahan

Pati F1 Keseragaman bobot (mg) CV (%) Kekerasan (kg/cm2) Kerapuhan (%) Waktu hancur (mnt) 655,15 0,75 7,40 0,35 11,34 F2 656,30 1,01 6,61 0,41 4,49 F3 654 0,76 7,64 0,44 5,87 F4 654,15 0,84 7,58 0,55 3,53 F5 656,10 0,49 6,25 1,43 5,59

Amprotab F6 F7 653,90 0,60 7,38 1,47 3,50 655,70 0,64 7,17 0,37 3,65

F8 652,45 0,56 6,84 0,42 2,79

Keterangan: F1 : bahan penghancur Pati Singkong 5% F2 : bahan penghancur Pati Singkong 10% F3 : bahan penghancur Pati Singkong 15% F4 : bahan penghancur Pati Singkong 20%

F5 : bahan penghancur Amprotab 5 % F6 : bahan penghancur Amprotab 10% F7 : bahan penghancur Amprotab 15% F8 : bahan penghancur Amprotab 20%

Profil uji disolusi dari data di atas dapat dilihat pada gambar grafik berikut ini (Medisa, 2009):
120

100 FI pati F2 pati 60 F3 pati F4 pati F4 amprotab 40 panadol

% terdisolusi

80

20

0 0 5 10 15 20 25 30 35 Waktu (menit)

Gambar 4. Grafik hubungan antara waktu dan kadar zat aktif terlarut
Keterangan: F1 : bahan penghancur Pati Singkong 5% F2 : bahan penghancur Pati Singkong 10% F3 : bahan penghancur Pati Singkong 15% F4 : bahan penghancur Pati Singkong 20% F5 : bahan penghancur Amprotab 20 % Panadol : innovator

Dari data diatas tablet asetaminofen yang di formula menggunakan amilum pati singkong sebagai bahan penghancur memenuhi sifat fisik dan kima persyaratan tablet yang baik termasuk uji disolusinya. Potensi amilum singkong sebagai bahan pengikat Berikut adalah data evaluasi sifat fisik termasuk kimia dan profil disolusi tablet asetaminofen yang di formula menggunakan amilum singkong sebagai bahan pengikat.

Tabel IX. Hasil pemeriksaan kualitas tablet dengan bahan pengikat pati singkong dan Amprotab (Syukri, et al, 2009) Parameter Kekerasan (kg/cm2) Kerapuhan (%) Waktu Hancur (menit) Bobot rata- 651,3 rata (mg) 5 6,64 CV (%) 1,02 I 8,76 1,36 0,73 0,28 1,78 0,24 Pati Singkong II III 8,48 7,68 1,49 0,99 0,64 0,29 0,16 0,11 1,67 1,83 0,15 0,03 656,7 0 5,46 0,83 653,6 5 8,34 1,28 Formula IV 8,25 1,59 0,33 0,04 1,29 0,13 652,1 5 4,41 0,68 V 6,42 0,91 0,55 0,02 1,22 0,07 654,3 5 5,10 0,78 Amprotab VI VII 7,36 7,36 0,66 1,14 0,29 0,4 0,14 0,14 1,62 1,62 0,12 0,04 660,8 5 5,52 0,84 649,7 0 4,8 0,75 VIII 6,51 0,62 0,61 0,07 0,92 0,04 652,35 4,68 0,70

Keterangan : FI = bahan pengikat pati singkong 5% (b/v) FII = bahan pengikat pati singkong 10% (b/v) FIII = bahan pengikat pati singkong 15% (b/v) FIV = bahan pengikat pati singkong 20% (b/v)

FV = bahan pengikat amprotab 5% (b/v) FVI = bahan pengikat amprotab 10% (b/v) FVII = bahan pengikat amprotab 15% (b/v) FVIII = bahan pengikat amprotab 20% (b/v)

Berikut adalah profil disolusi tablet asetaminofen yang di formula menggunakan pati singkong sebagai bahan pengikat (Syukri, et al, 2009).

Gambar 5. Grafik hubungan antara waktu dan kadar zat aktif terlarut
Keterangan : FI = bahan pengikat pati singkong konsentrasi 5% (b/v) FII = bahan pengikat pati singkong konsentrasi 10% (b/v) FIII = bahan pengikat pati singkong konsentrasi 15% (b/v) FIV = bahan pengikat pati singkong konsentrasi 20% (b/v) Amprotab = bahan pengikat amprotab konsentrasi 10% (b/v) Inovator = pembanding dari sediaan yang ada di pasaran

Dari data diatas tablet asetaminofen yang di formula menggunakan amilum singkong sebagai bahan pengikat memenuhi sifat fisik dan kima persyaratan tablet yang baik termasuk uji disolusinya. Potensi amilum ubi jalar sebagai bahan pengikat Potensi amilum ubi jalar sebagai bahan pengikat pada tablet asetamnofen meliputi evaluasi sifat fisik, kimia dan profil disolusi dapat dilihat pada data sebagai berikut : Tabel X. Hasil Pemeriksaan Sifat Fisik Tablet Asetaminofen (500 mg) dengan Bahan Pengikat Amilum Ubi Jalar dan Amprotab (Putriyati, 2009) Sifat Fisik Tablet Bobot CV Kekerasan Kerapuhan Waktu hancur Formula rata-rata (mg) (%) (Kg) (%) (menit) 1 2 3 4 5 6 7 8
Keterangan : Formula 1 Formula 2 Formula 3 Formula 4 Formula 5 Formula 6 Formula 7 Formula 8

650,55 11,33 659,85 8,06 655,256,91 654,856,81 647,554,06 654,055,72 654,155,52 654,604,47

1,74 1,22 1,05 1,04 0,63 0,87 0,84 0,68

6,150,72 5,870,75 6,640,58 6,120,72 5,580,53 6,360,60 6,700,50 6,430,38

0,390,06 0,490,15 0,360,08 0,450,05 0,440,07 0,290,07 0,300,07 0,340,08

2,540,17 1,940,01 6,780,56 1,890,24 0,970,14 1,750,18 3,180,47 1,970,19

: dengan bahan pengikat amilum ubi jalar 5 % : dengan bahan pengikat amilum ubi jalar10 % : dengan bahan pengikat amilum ubi jalar 15 % : dengan bahan pengikat amilum ubi jalar 20 % : dengan bahan pengikat Amprotab 5 % (pembanding) : dengan bahan pengikat Amprotab 10 % (pembanding) : dengan bahan pengikat Amprotab 15 % (pembanding) : dengan bahan pengikat Amprotab 20 % (pembanding

Sedangkan profil disolusinya dapat dilihat pada gambar dibawah ini (Putriyati, 2009).

120 110 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 0 5 10 15 20 25 30 35 Waktu (menit) % Terdisolusi Amilum 1 % Terdisolusi Amilum 3 % Terdisolusi Amprotab % Terdisolusi Amilum 2 % Terdisolusi Amilum 4 % Terdisolusi Inovator

% Terdisolusi Asetaminofen

Gambar 6. Profil disolusi tablet asetaminofen (500 mg) dengan variasi kadar amilum ubi jalar dan Amprotab sebagai pengikat serta inovator sebagai pembanding Sama dengan hasil sebelumnya bahwa tablet asetaminofen yang di formula menggunakan amilum ubi jalar sebagai bahan pengikat memenuhi sifat fisik dan kima persyaratan tablet yang baik termasuk uji disolusinya. KESIMPULAN 1. Karakteristik fisikokimia amilum pisang kepok, amilum jagung, amilum singkong dan amilum ubi jalar memenuhi persyaratan untuk dikembangkan menjadi bahan penghancur dan bahan pengikat pada tablet yang dibuat dengan teknik granulasi. 2. Tablet asetaminofen yang dibuat dengan menggunakan amilum pisang kepok, amilum singkong dan amilum ubi jalar sebagai bahan penghancur dan bahan pengikat memenuhi persyaratan sifat fisik, kimia dan disolusi tablet. DAFTAR PUSTAKA Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, 649-651, 515, 771 Anonim., 2007, The United State Pharmacopeia-National Formulary,Thirthy Revision, Washington Dc, 242,643,1269

Fitasari,G., 2008, Karakterisasi Fisikokimia Pati Tropis Ubi Jalar (Ipomoea batatas, L) Sebagai Bahan Tambahan Dalam Formulasi Tablet, Skripsi, Jurusan Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta Muliani, H., 2008, Karakterisasi Fisikomekanik Amilum Singkong ( Manihot utillisima, Pohl) sebagai Bahan Tambahan dalam Formulasi sediaan Farmasi, Skripsi, Jurusan Farmasi FMPA, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta Handayani, D., 2009, Potensi Pati Pisang Kepok ( Musa paradisiacal) sebagai bahan Penghancur dalam Formulasi Tablet Asetaminofen, Skripsi, Jurusan Farmasi, FMIPA, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta Ibezim, E.C, et all. 2008. The Role of Ginger Starch as a Binder in Acetaminophen Tablets : African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol. 3, University of Nigeria Medisa, D., 2009, Potensi Pati Singkong (Manihot utillissima, Pohl) sebagai bahan Penghancur dalam Formulasi Tablet Asetaminofen, Skripsi, Jurusan Farmasi, FMIPA, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta Olufunke D. Akin-Ajani, Oludele A. Itiola, and Oluwatoyin A. Odeku, 2005, Effects of Plantain and Corn Starches on the Mechanical and Disintegration Properties of Paracetamol Tablets, AAPS PharmSciTech ; 6 (3) Article 57, available online at http://www.aapspharmscitech.org Ohwoavworhua, F. O., Adelakun, T. A., 2005, Some Physical Characteristics of Microcrystalline Cellulose Obtained from Raw Cotton of Cochlospermum planchonii, Trop. J. Pharm. Res. 4 (2) : 501-507 Rahayu, 2009, Potensi Pati Pisang Kepok (Musa paradisiacal) sebagai bahan Pengikat dalam Formulasi Tablet Asetaminofen, Skripsi, Jurusan Farmasi, FMIPA, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta Putriyati, AF., 2009, Potensi Amilum Ubi Jalar (Ipomea batatas, L) sebagai bahan Pengikat dalam Formulasi Tablet Asetaminofen, Skripsi, Jurusan Farmasi, FMIPA, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta Rowe, R.C., Sheskey, P.J and Owen, S.C., 2006, The Handbokk of Pharmaceutical Excipients, Pharmaceutical Press and the American Pharmacists Association Swabrick, J (ed), 2007, Encyclopedia of Pharmaceutical Technology, third edition, Informa Healthcare, USA, Inc Well JI and Aulton ME, Preformulation. In: Aulton ME (Ed). Pharmaceutics The Science of Dosage form Design. Churchill Livingston, 1996, pp 223 -253 Syukri, Y., Ningsih, T.R., Prabawa, H., 2009., The effect of Cassava Starch (Manihot utilissima, Pohl.) as a Binder on Physicochemical Characteristics of Acetaminophen Tablet Formulation, Proceeding International Confererence, Jogjakarta Syukri, Y., Dewi, R., Firdaus, F., The Phsycomechanical Characteristics of Corn Starch ( Zea mays, L) as Excipients in Solid Dosage Form Formulation, Proceeding International Conference, MIPS, Makassar

Syukri, Y., Saefulah, A., Firdaus, F., 2009, The Physicochemical Characteristics of Starch from White Kepok Bananas (Musa Pradisiaca) as Excipients in Formualtion of Pharmaceutical Dosage Form, Proceeding International Conference, ISSTEC, Jogjakarta Zhang, Y., Law, Y., and Chakrabarti, S., 2003, Physical Properties and Compact Analysis of Commonly Used Direct Compression Binders, AAPS PharmSciTech ; 4 (4) Article 62 (http://www.aapspharmscitech.org).

You might also like