You are on page 1of 28

MAKALAH PPKN PENCIPTAAN SISTEM PEMERINTAHAN YANG BERSIH DAN DEMOKRATIS

Disusun oleh :
Guna Monda W. 09530074

TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2011

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah swt atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Pemerintahan yang Bersih dan Demokratis. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah kewarganegaraan Semester IV tahun 2010-2011. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Sulis., Tak ada gading yang selaku dosen mata kuliah Penciptaan Sistem

kewarganegaraan dan semua pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini. tak retak. Begitu pula dengan makalah ini masih banyak

kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar dimasa yang akan datang menjadi lebih baik. Akhirul kalam, semoga amal baik yang telah mereka berikan mendapat balasan dari Allah Swt. Tidak lupa semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan semua pihak yang membacanya dan membutuhkannya.

Malang, 1 April 2011

Tim Penyusun

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Di mata masyarakat, keberadaan negara hanya bisa dirasakan jika pelayanan publik tersedia dengan baik dan memadai serta semakin meningkatnya kesejahteraan masyarakat.

Pada tahap selanjutnya masyarakat juga merasa adanya jaminan keamanan karena tegaknya law and order serta adanya kebebasan individual yang dijamin dalam batas-batas konstitusi. Tujuantujuan bernegara, sebagaimana setiap kali dikumandangkan oleh para wakil rakyat, caprescawapres, dan calon kepala daerah menjelang pemilu, hanyalah akan menjadi isapan jempol belaka jika tidak diikuti dengan komitmen yang tinggi untuk menciptakan pemerintahan yang bersih. Bahkan bagi sebagian masyarakat yang memahami betapa rumit dan buruknya sistem pemerintahan kita, janji para pemimpin tersebut rasanya sulit untuk diwujudkan. Sedangkan Demokrasi itu sendiri merupakan suatu sistem kehidupan bermasyarakat yang dapat menjamin warga masyarakat menuju kesejahteraan. Sejalan dengan realita tersebut,

banyak bangsa-bangsa termasuk bangsa Indonesia tengah melakukan transformasi menuju masyarakat yang demokratis. Demokrasi semata-mata bukan merupakan hal yang mudah dan sederhana, melainkan suatu proses yang rumit. Realita menyatakan proses transformasi menuju masyarakat yang demokratis cenderung gagal, hal ini disebabkan bangsa tersebut tidak memiliki culture dan stuktur social politik yang demokrasi. Kiranya, instrumen yang baik untuk membangun culture dan struktur demokrasi yakni dengan di adakannya pendidikan, khususnya pendidikan kewarganegaraan karena hanya dengan pendidikan mampu mengembangkan culture demokrasi yang mencakup kebebasaan, persamaan, toleransi dan lain-lain.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari pemerintahan yang bersih? 2. Apa definisi dan konsep demokrasi? 3. Bagaimana sejarah dan perkembangan demokrasi? 4. Apa sajakah macam-macam dari demokrasi? 5. Bagaimana penerapan demokrasi di Indonesia?

BAB II PENCIPTAAN SISTEM PEMERINTAHAN YANG BERSIH & DEMOKRASI JIKA DILIHAT DARI PANDANGAN UMUM

A. PEMERINTAHAN YANG BERSIH DAN DEMOKRATIS DI LIHAT DARI SEGI UMUM


Secara sederhana, pemerintahan yang bersih dapat dijelaskan sebagai kondisi pemerintahan yang terlibat didalamnya menjaga diri dari perbuatan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN). Agar pemerintahan bebas dari rongrongan KKN, maka para pejabat pemerintah dan politisi. Baik di eksekutif, birokrasi, maupun badan legislatif, pusat maupun daerah, hendaknya mengindahkan nilai-nilai moralitas. 1. Sistem Demokrasi dalam Pemerintahan Untuk mewujudkan pemrintahan yang bersih dan demokratis maka diperlukan sebuah sistem yang akan melaksanakan tujuan tersebut. Sehingga apa yang menjadi citacita dari sistem tersebut dapat terlaksana dengan baik. Diantara sekian banyak yang dipakai oleh negara-negara yang ada didunia adalah: a.Sistem Pemerintahan Parlementer Sistem ini yang sangat jelas adalah adanya fusi kekuasan antara eksekutuf fan legislatif. Dalam sistem Parlementer, antara fungsi eksekutif dan fungsi legislatif terdapat hubungan yang menyatu dan tak terpisahkan. Eksekutif adalah apa yang sering kita sebut sebagai pemerintahan. Kepala eksekutif dalam sistem parlementer adalah perdana menteri, sedangkan kepala negara berada ditangan ratu sebagai simbol kepeminpinan negara. Kepala negeralah yang mengangkat kepala pemerintahan yang merupakan ketua partai mayoritas di parlemen.

b.Sistem Presidensial Dalam sistem ini tidak jauh berbeda dengan sistem parlementer, hanya perbedaan yang bersifat pelaksanaan saja yang terlihat beda. Prinsip pokoknya adalah adanya pemisahan kekuasan antara eksekutif dan legislatif. Pemisahan ini selain dinyatakan secara ekplisit didalam konstitusi, juga diperkuat dengan sistem pemilihan yang berbeda antara pemilihan presiden dan kongres (legislatif). Prinsip pemisahan antara eksekutif dan legislatif merupakan upaya untuk membuktikan bahwa sesungguhnya eksekutif dapat dikendalikan oleh badan diluar pemerintah. Prinsip ini sangat pundamental sifatnya, karena selama berabad-abad manusia lebih banyak menggunakan kudeta atau penggulingan kekuasaan untuk mengendalikan kekuasaan eksekutif. Cara kuno ini selalu diikuti dengan bentuk-bentuk kekerasan berdarah dan korban nyawa manusia. Dengan ditemukannya sistem presidensial, eksekutif relatif dapat dikendalikan oleh rakyat tanpa harus digulingkan dan cukup diganti secara periodik melaui pemilihan secara regular.

c.Kekuasaan Eksekutif Terbatas Kebutuhan untuk membatasi kekuasaan eksekutif, dengan demikian, bukan sekedar kebutuhan moral, Namun lebih merupakan kebutuhan struktural. Artinya, struktur politik tidak akan berfungsi jika tidak menyertakan bentuk kekuasaan eksekutif yang terbatas. Demikian membatasi kekuasaan eksekutif merupakan salah agenda penting dan mendasar bagi proses demokrasi. Ketentuan konstitusional tentang kekuasan eksekutif yang terbatas diperlukan untuk menutup kemungkinan tumbuhnya rezim otoritarianisme yang cendrung refresif. Jadi dengan adanya pembasan kekuasan eksekutif ini akan menimbulkan hal-hal yang positif bagi perkembangan

pemerintahan. Yang pada akhirnya akan menghasilkan pemerintah yang memiliki integritas tinggi yang akan menghasilkan out put kemakmuran bagi rakyat.

d.Pemberdayaan Badan Legislatif Badan Legislatif pada rezim otoriter pada umumnya lebih banyak memainkan peran sebagai tukang stempel saja. Badan legislatif semacam ini sangat jarang melakukan kritik terhadap eksekutif. Dalam era demokrasi, Badan legislatif dituntut untuk melakukan pemberdayaan dirinya selaku perwakilan badan perwakilan rakyat demokratis. Badan legislatif pusat, khususnya, merupakan badan politik yang dipilih rakyat dan tidak terlibat dalam pelaksanaan pemerintah sehari-hari. Pemberdayaan badan legislatif pada dasarnya merupakan salah satu pilar utama dari upaya membatasai kekuasaan eksekutif.

2. SISITEM PEMILIHAN Sistem pemilihan adalah cara untuk menentukan siapa politisi atau partai yang memenuhi syarat untuk menduduki jabatan di badan legislatif atau eksekutif. Di negara-negara demokrasi, pemilihan yang teratur merupakan cara damai dalam menggantikan pemerintahan. Dengan Demikian, pemilihan menghindari penggunaan kekerasan berdarah dalam menggantikan pemerintahan berkuasa yang sudah tidak lagi dikehendaki rakyat. Maka dengan adanya sistem yang seperti itu akan terhindar dari prilaku-prilaku yang akan menyebabkan anarkis. Ada beberapa jenis pemilihan yang dikembangkan di negara demokrasai. A .Sistem Proporsional Sistem pemilihan yang membuka peluang bagi banyak partai untuk duduk didalam pemerintahan. Dalam sistem proporsional ini, setiap partai bersaing untuk mendapatkan sebanyak mungkin suara pemilihan dalam setiap daerah pemilihan.

B. Sistem Distrik Sistem pemilihan di mana setiap daerah pemilihan disebut distrik. Dalam distrik hanya terdapat satu kursi untuk diperebutkan. Distri adalah bagian dari sebuah negara bagian atau propinsi. Jumlah distrik dalam negara bagian atau propinsi tergantung pada banyak sedikitnya jumlah penduduk.

C.Sistem Multi-Distrik Dalam sistem ini, setiap distrik terdiri dari lebih satu kursi yang diperebutkan. Dengan menambah banyak kursi yang diperebutkan, ada lebih dari satu partai yang dapat mendapatkan kursi di distrik yang bersangkutan.

3. SISTEM KEPARTAIAN Sistem kepartaian memainkan peran dalam pengembangan sistem politik yang demoratis. Walaupun demikian, hal ini tidak berarti bahwa sistem partai tertentu lebih demokratis dari pada sistem partai lain. 1.Sistem Dua-Partai Sistem dua-partai juga memudahkan partai pemenang pemilu. Sebab, segera setelah sebuah partai memenangkan pemilihan, dengan sendirinya program partai pemenang pemilu dapat diterapkan secara langsung menjadi program pemerintah. Pendukung sistem dua-partai keberatan dengan sistem mutli-partai, karena partai-partai yang menang masih harus menyatukan atau mengkompromikan program dan kebijakan partai yang seringkali berlainan. 2.Sistem Multi-partai Dalam sistem ini, partai yang berkuasa bisa lebih dari satu partai, dua partai, atau bisa pula lebih dari dua partai politik. Sistem multi-partai sering dianggap sebagai sumber instabilitas politik karena kabinet sulit menjalankan agenda pemerintahan yang terdiri dari banyak partai politik. 3.Fragmentasi Partai Sifat tak terhindarkan dari sistem multi-partai telah membuat kondisi ini dibenarkan sebagai akibat dari tahapan awal transisi menuju demokrasi. Para pengamat partai menyebutkan bahwa kondisi tidak menentu semacam ini dikarenakan partai-partai politik belum sepenuhnya terlembaga. Dalam kondisi belum terlembaga, sudah tentu prilaku partai menjadi sulit diprediksi.

4.Budaya Koalisi Dengan adanya banyak partai, mustahil sebuah partai mampu membentuk pemerintahan. Jalan termudah bagi partai untuk berkuasa adalah dengan membentuk koalisi dengan partai. Persoalannya adalah bahwa koalisi-koalisi yang dibentuk pada awal pemerintahan demokrasi pada umumnya didasari oleh pertimbangan pragmatis yang sangat kuat. Landasan berpijak untuk membentuk koalisi ini membuat partai-partai politik anggota koalisi mengabaikan prinsip demokrasi. Mereka tidak peduli dengan kualitas demokrasi pemerintahan baru, karena motivasi partai masuk ke dalam koalisi adalah mendapatkan jabatan dan kekuasaan di kabinet. 5.Budaya Oposisi Peran partai oposisi sesungguhnya sangat besar. Bila seluruh partai terlibat ke dalam pemerintahan dan tidak ada partai oposisi di DPR-bila partai berkuasa terlibat dalam tindakan KKN-bisa dipastikan mereka akan saling membela dan melindungi. Tanpa ada partai oposisi yang secara tegas menyatakan diri sebagai oposisi. DPR dengan sendirinya akan lumpuh karena tidak akan bersedia melakukan kritik terhadap partai yang berkuasa.

4. PERANAN ORGANISASI NON-PARTAI Secara organisasiaonal, mereka lebih ramping dan ditopang oleh tenaga profesional. Kelebihan ini membuat organisasi non-partai mampu bekerja lebih efektif dalam melakukan pengawasan terhadap pejabat dan kebijakan yang dihasilkannya. Protes dan demonstrasi yang dilancarkan oraganisasi kemahasiswaan sedikit banyak ikut memberikan sumbangan dalam menumbuhkan publik yang kritis terhadap pemerintah.

5. MEDIA MASSA Adanya pilihan berita ini penting sebagai bagian dari proses pendidikan politik yang membantu menciptakan kondisi bagi masyarakat untuk belajar menemukan alternatif lain. Pola berfikir seperti ini penting, karena dengan sistem pengawasan media yang sangat ketat telah menciptakan rasa takut bagi masyarakat

untuk menciptakan alternatif pemikiran. Akibat dari dominasi berita oleh pemerintah ini adalah terciptanya masyarakat yang takut mengajukan pendapat. Sebagai sarana komunikasi timbale balik antara masyarakat dan pemerintah, media massa sangat diperlukan kedua pihak ketika saluran-saluran resmi di DPR seringkali tidak berfungsi dengan sempurna. Politisi di DPR/DPRD seringkali tidak dapat secara maksimal memainkan peran mereka dalam menyalurkan kepentinagn masyarakat luas.

6. ANTI KORUPSI Fenomena korupsi muncul dalam dua bentuk, yaitu state capture dan korupsi administrasif. State capture adalah aksi-aksi ilegal oleh perusahan ataupun individu untuk mempengaruhi penyusunan hukum, kebijakan, dan peraturan demi keuntungan mereka sendiri. Korupsi administrasif adalah pemberlakuan secara sengaja untuk mendistorsi hukum, kebijakan, dan peraturan yang ada demi keuntungan pribadi.

7. KEPASTIAN HUKUM Ketidakpastian hukum di negara transisi merupakan faktor penghambat utama dari uapaya menciptakan pemerintahan yang bersih dan demokratis. Para penegak hukum yang mudah tergoda oleh insentif materi dalam jumlah melimpah menyebabkan mereka tidak peka terhadap tuntutan keadilan yang sangat sering diserukan publik. Para hakim, jaksa, pengacara, dan polisi seringkali bekerjasama dengan politisi dan pengusaha untuk membuat proses pengadilan terhadap tersangka tindak korupsi tidak berjalan lancar. Prilaku anti-hukum para penegak hukum sendiri dan kelemahan kontrol terhadap lembaga yudikatif menyebabkan para penegak hukum leluasa berdiri diatas hukum. Mereka memperlakukan ketentuan-ketentuan hukum sesuai dengan kepentiangan mereka sendiri maupun kelompoknya. Dengan kata lain, keadilan seringkali dikorbankan demi kepntingan jangka pendek mereka.

8. OTONOMI DAERAH Visi kebijakan otonomi daerah dirumuskan dalam tiga ruang lingkup utama, yakni politik, ekonomi, dan social budaya. Dalam bidang politik, otonomi daerah dimaksudkan sebagai proses lahirnya kader-kader pemimpin daerah yang dipilih secara demokratis dapat berlangsungnya penyelenggaraan pemerintahan yang respontif terhadap aspirasi masyarakat banyak; dan adanya trasparansi kebijakan dan adanya kemampuan memelihara mekanisme pengambilan keputusan yang taat pada asas pertanggungjawaban publik.

B. PEMERINTAHAN YANG BERSIH DAN DEMOKRATIS DI LIHAT DARI KEDUANNYA

1. PENCIPTAAN SISTEM PEMERINTAHAN YANG BERSIH


Di mata masyarakat, keberadaan negara hanya bisa dirasakan jika pelayanan publik tersedia dengan baik dan memadai serta semakin meningkatnya kesejahteraan masyarakat. Pada tahap selanjutnya masyarakat juga merasa adanya jaminan keamanan karena tegaknya law and order serta adanya kebebasan individual yang dijamin dalam batas-batas konstitusi. Tujuan-tujuan bernegara, sebagaimana setiap kali di

kumandangkan oleh para wakil rakyat, capres-cawapres, dan calon kepala daerah menjelang pemilu, hanyalah akan menjadi isapan jempol belaka jika tidak diikuti dengan komitmen yang tinggi untuk menciptakan pemerintahan yang bersih. Bahkan bagi sebagian masyarakat yang memahami betapa rumit dan buruknya sistem pemerintahan kita, janji para pemimpin tersebut rasanya sulit untuk diwujudkan.

A. Tiga Penyakit Utama Sistem pemerintahan yang bersih dan akuntabel adalah kunci keberhasilan realisasi semua janji yang diucapkan oleh capres-cawapres. Perdebatan antara sistem ekonomi pasar dan ekonomi kerakyatan, seperti yang tengah berlangsung saat ini, tidaklah berarti apa-apa jika kualitas pemerintahan untuk menjalankan sistem ekonomi sangatlah buruk. Bahkan jikalau peran dan fungsi negara untuk menyelenggarakan pelayanan publik dan pembangunan diperbesar di dalam sistem pemerintahan yang buruk tersebut, niscaya justru akan menyebabkan semakin banyak hilangnya sumbersumber daya bagi kemakmuran masyarakat. Buruknya kualitas pemerintahan di Indonesia disebabkan oleh penyakit korupsi yang sudah mendarah daging dalam semua sistem dan ranah kehidupan anak bangsa ini. Utamanya, penyakit korupsi ini menjalar dalam tiga locus, yaitu korupsi dalam ranah politik, korupsi dalam ranah hukum, dan korupsi dalam ranah birokrasi.

Ketiganya bahkan saling berkelindan membentuk simbiosis mutualisme yang sangat sulit untuk dibersihkan. Korupsi politik terjadi karena proses rekrutmen para wakil rakyat dalam pemilu legislatif tidak pernah memperhatikan sistem meritpolitik melalui proses pendidikan kader. Bahkan niat untuk menjadi politisi lebih dilatarbelakangi oleh semangat untuk memperoleh akses dalam mempergunakan sumber daya yang dimiliki oleh negara. Hal ini diperburuk oleh biaya politik yang sangat mahal yang harus dikeluarkan oleh para wakil rakyat tersebut. Alih-alih memperjuangkan kepentingan masyarakat, justru yang terjadi adalah penyalahgunaan wewenang. Hal yang sama terjadi dalam proses pemilihan jabatan-jabatan politik lain. Tidak semua begitu, tetapi pada umumnya hal ini terjadi dalam proses pemilihan dan pengisian jabatan-jabatan politik. Korupsi dalam ranah hukum ditandai oleh rendahnya budaya penegakan hukum. Tidak mengherankan jika masyarakat sebenarnya lebih takut dengan penegak hukum daripada hukum itu sendiri. Hukum hanya dihargai sebatas sanksi, bukan menjadi batas-batas dan standar kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Lemahnya penegakan hukum sebenarnya bukan tidak bersebab. Patut disayangkan, karena para penegak hukum itu sendiri juga tidak pernah dihargai hak-haknya sebagaimana harusnya. Selain itu, proses rekrutmen, pengukuran kinerja, pengisian jabatan para penegak hukum juga masih tidak berdasarkan kompetensi dan kinerja. Rendahnya remunerasi para jaksa, polisi, dan hakim, serta lemahnya pengawasan kode etik profesi penegak hukum menjadi alasan mengapa penyakit korupsi dalam ranah hukum ini sangat sulit diberantas. Penyakit korupsi dalam ranah hukum sebenarnya sangat berbahaya, karena dapat menyebabkan efek domino bagi korupsi dalam ranah yang lain. Jika hukum tidak dapat lagi ditegakkan, apalagi yang akan menjadi pilar bagi tegaknya pemerintahan yang bersih dan berwibawa. Penyakit korupsi dalam ranah birokrasi disebabkan oleh ketiadaan kesungguhan untuk mengelola aparatur negara secara baik dan profesional. Penyakit ini sudah dimulai sejak proses rekrutmen PNS yang tidak profesional dan tidak independen, remunerasi pas-pasan yang memaksa setiap PNS

untuk mencari tambahan penghasilan dari pekerjaannya, pengisian jabatan yang memaksa PNS untuk membangun afiliasi dan patronase politik, serta tidak adanya ukuran kinerja yang memadai atas prestasi PNS. Dalam peribahasa yang sudah kita kenal, "Pinter-goblok penghasilan sama". Tidak ada penghargaan bagi prestasi dan kinerja, tidak ada pula sanksi bagi pelanggaran dan buruknya kinerja. Bahkan seburuk apa pun kualitas PNS, tidak akan pernah dipensiunkan sejauh tidak adanya pelanggaran-pelanggaran serius seperti pidana dan makar. Tiga penyakit korupsi sebenarnya menjadi lingkaran setan yang saling bersinergi dalam membentuk pemerintahan yang buruk kualitasnya, tidak berkinerja dan korup. Produk pemerintahan yang demikian adalah buruknya kualitas pelayanan dan pembangunan, sikap mental aji mumpung, dan kebiasaan menyalahgunakan wewenang. Keberadaan pemerintah lebih dirasakan memberatkan daripada

ketidakberadaannya. Dalam pandangan sehari-hari hal ini menyebabkan korupsi pada tingkat jalanan, korupsi dalam pengadaan barang dan jasa, korupsi dalam penegakan hukum, dan yang paling membahayakan adalah korupsi melalui kebijakan.

B. Menuju Perubahan
Apa pun agenda yang diusung oleh para capres-cawapres, hanya akan bisa diwujudkan jika adanya upaya sungguh-sungguh dan sistematik membangun pemerintahan yang bersih. Cara paling mudah adalah mengobati sumber asal penyakit terjadinya pemerintahan yang buruk tersebut. Korupsi politik membutuhkan waktu yang lama untuk mengubahnya, karena hal ini hanya bisa dilakukan dengan menyederhanakan partai politik dan membangun sistem merit politik yang memadai. Kewenangan presiden terpilih untuk melakukan perubahan dalam sistem politik tidaklah berdiri sendiri, tetapi juga dipengaruhi oleh konfigurasi politik di DPR.

Perubahan yang paling mungkin dilakukan oleh presiden terpilih justru pada ranah hukum dan ranah birokrasi. Perbaikan penegakan hukum sejatinya lebih mudah dilakukan karena hal ini masih berada di dalam lingkup kewenangan presiden, paling tidak untuk kejaksaan dan kepolisian. Jika saja presiden terpilih mau melakukan secara sungguh-sungguh proses rekrutmen yang profesional dan independen pada jaksa dan polisi, mengukur kinerjanya secara benar, memberikan remunerasi yang layak dan memadai, melakukan pengawasan dan memberikan sanksi pada setiap pelanggaran tanpa pandang bulu, dan memiliki sistem karier berbasis kinerja, rasanya tidak ada yang mustahil bagi Indonesia untuk memiliki pemerintahan yang bersih. Untuk para hakim, karena kewenangannya berada di bawah Mahkamah Agung, maka presiden bisa menawarkan kepada Mahkamah Agung sejumlah agenda reformasi bagi para hakim. Akan halnya korupsi yang terjadi dalam birokrasi, tampaknya tidak bisa ditawar-tawar lagi bahwa presiden terpilih harus memberikan komitmen yang luar biasa untuk melakukan reformasi birokrasi. Tidak sulit untuk melakukannya, karena sejumlah substansi instrumen sejatinya telah tersedia. Dalam hal ini yang dibutuhkan adalah komitmen untuk menjadikan reformasi birokrasi sebagai agenda utama pemerintahan yang akan datang. Pemerintahan yang bersih adalah prasyarat bagi kemajuan bangsa ini.

2. PENCIPTAAN SISTEM PEMERINTAHAN YANG DEMOKRATIS

A. Sejarah dan perkembangan demokrasi


Demokrasi, dalam pengertian klasik, pertama kali muncul pada abad ke-6 SM tepatnya di Yunani. Pada saat itu pelaksanaan demokrasi dilakukan secara langsung, dalam artian rakyat berkumpul pada suatu tempat tertentu dalam rangka membahas pelbagai permasalahan kenegaraan. Pemerintahannya dijalankan dengan cara mengambil suara mayoritas secara langsung. Hal ini dimungkinkan karena Negara kota memiliki penduduk yang sangat minim sekitar 300.000 orang. Dan yang mempunyai hak suara hanyalah warga resmi dari kota tersebut, sedangkan untuk penduduk yang terdiri dari budak belian dan pedagang asing tidak mempunyai hak suara. Demokrasi langsung di Yunani kuno dapat berlangsung secara efektif, hal ini disebabkan karena wilayahnya terbatas dan penduduknya relatif sedikit. Adapun pengertian dari demokrasi modern muncul pertama kali di Amerika. Konsep demokrasi modern sebagian besar dipengaruhi oleh para pemikir besar seperti Marx, Hegel, Montesquieu dan Alexis de Tocqueville. Mengingat semakin berkembangnya negara-negara pada umumnya, secara otomatis

menyebabkan makin luasnya negara dan banyaknya jumlah warga serta meningkatnya kompleksitas urusan kenegaraan, mengakibatkan terjadinya perwalian aspirasi dari rakyat, yang disebut juga sebagai demokrasi secara tidak langsung. Hal ini dilaksanakan melalui perwakilan yang perolehan anggota legislatifnya dilakukan melalui pemilihan umum. Dahl merumuskan demokrasi modern dengan menggunakan 7 indikator yaitu: 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Pejabat yang dipilih harus bersifat akuntabilitas. Pemilihan yang bebas dan fair. Hak pilih yang mencakup semua. Hak untuk menjadi suatu calon jabatan. Kebebasaan pengungkapan diri secara lisan dan tulisan. Informasi yang alternative. Kebebasaan membentuk asosiasi.

B. Macam-macam Demokrasi
Menurut Skalar macam-macam demokrasi dapat dibagi menjadi 5 model diantaranya sebagai berikut: a. Demokrasi Liberal, adalah pemerintahan yang dibatasi oleh undang-undang dan pemilihan umum yang bebas diselenggarakan dalam waktu yang ajeg. b.Demokrasi terpimpin, adalah demokrasi dimana para pemimpin percaya bahwa semua tindakan mereka dipercaya oleh rakyat. c. Demokrasi Sosial, adalah demokrasi yang menaruh kepedulian pada keadilan social dan egaliterianisme politik. d.Demokrasi partisipasi, adalah demokrasi yang menekankan hubungan timbale balik antara penguasa dan yang dikuasai. e. Demokrasi konstitusional, adalah demokrasi yang menekankan penegakan aturan dan ketentuan dalam menjalankan demokrasi. Demokrasi ini melahirkan pemerintahan yang kekuasannya dibatasi oleh konstitusi sehingga pemerintah bagi persyaratan untuk memperoleh kepercayaan

tidak dapat betindak sewenang-wenang terhadap warga negaranya. Pemerintahan ini membatasi kekuasaannya secara fungsional. Montesque dalam trias politika, membagi kekuasaan secara fungsional menjadi tiga yaitu legislative, yudikatif dan eksekutif.

C. Syarat Pemerintahan Demokrasi


Syarat-syarat pemerintahan demokrasi menurut Raymond Gettel sebagai berikut : a. Bentuk pemerintahan itu harus didukung oleh persetujuan umum(general concert). b.Hukum yang berlaku dibuat oleh wakil-wakil rakyat yang dipilih melalui referendum yang luas atau melalui pemilu. c. Kepala Negara dipilih secara langsung atau secara tidak langsung melalui pemilu dan bertanggung jawab pada dewan legislative

d. Hak pilih aktif diberikan kepada sejumlah besar rakyat atas dasar kesederajatan. e.Jabatan-jabatan pemerintahan harus dapat dipangku oleh segenap lapisan masyarakat.

Sedangkan A.Appadural merumuskan syarat-syarat bentuk pemerintahan yang demokratis itu sebagai berikut : a. Ada kebebasan politik (political liberty) sebagai syarat minimum. b. Ada kebebasan menyatakan pendapat dan pengakuan kehendak rakyat sebagai hokum tertinggi c. Terdapat partisipasi politik, persamaan politik, dan kemungkinan akan pilihan pemerintahan. d. Harus terdapat toleransi dan kompromi antarwarganegara. e. Warga Negara harus diberikan kelonggaran-kelonggaran untuk

memeperkembangkan kepribadiannya. f. Demokrasi memerlukan organisasi yang baik dan pemimpin yang tepat. (syarat a,b dan c merupakan syarat pokok sedangkan syarat d,e dan f merupakan syarat tambahan)

D. Syarat Pemerintahan Demokrasi Syarat-syarat pemerintahan demokrasi menurut Raymond Gettel sebagai berikut : a. Bentuk pemerintahan itu harus didukung oleh persetujuan umum(general concert). b.Hukum yang berlaku dibuat oleh wakil-wakil rakyat yang dipilih melalui referendum yang luas atau melalui pemilu. c.Kepala Negara dipilih secara langsung atau secara tidak langsung melalui pemilu dan bertanggung jawab pada dewan legislative d. Hak pilih aktif diberikan kepada sejumlah besar rakyat atas dasar kesederajatan. e.Jabatan-jabatan pemerintahan harus dapat dipangku oleh segenap lapisan masyarakat.

Sedangkan A.Appadural merumuskan syarat-syarat bentuk pemerintahan yang demokratis itu sebagai berikut : a. Ada kebebasan politik (political liberty) sebagai syarat minimum. b.Ada kebebasan menyatakan pendapat dan pengakuan kehendak rakyat sebagai hokum tertinggi c.Terdapat partisipasi politik, persamaan politik, dan kemungkinan akan pilihan pemerintahan. d. Harus terdapat toleransi dan kompromi antarwarganegara. e.Warga Negara harus diberikan kelonggaran-kelonggaran untuk

memeperkembangkan kepribadiannya. f.Demokrasi memerlukan organisasi yang baik dan pemimpin yang tepat. (syarat a,b dan c merupakan syarat pokok sedangkan syarat d,e dan f merupakan syarat tambahan)

E. Bentuk-bentuk Demokrasi Bentuk-bentuk demokrasi dibedakan seperti berikut : 1. Demokrasi dengan system Parlementer Dalam system ini terjadi hubungan antara Badan Eksekutif dan Legislatif. Dimana kekuasaan eksekutif diserahkan kepada suatu badan yang disebut cabinet( dewan Menteri ). Sedangkan menteri-menteri bertanggung jawab kepada parlemen

(badan legislatif). Suatu aturan akan mempunyai kelebihan dan kekurangan dalam penyelenggaraannya. Kelebihan : Rakyat dapat menjalankan fungsi pengawasan dan peranannya dalam

penyelenggaraan pemerintah Negara. Kekurangan :

Kedudukan badan eksekutif tidak stabil,dimungkinkan karena penghentian di tengah jalan oleh lembaga legislatif setiap saat sehingga dapat menimbulkan krisi cabinet dan pemerintah tidak dapat menyelesaikan program-programnya. Nilai nilai Demokrasi Adapun nilai-nilai demokrasi yang patut dipraktikan dalam kehidupan sebagai berikut : a. Penghargaan atas kesamaan b. Penghargaan akan partisipasi dalam kehidupan bersama c. Penghargaan atas kebebasan d. Penghargaan atas perbedaan

Budaya domokrasi adalah kebiasaan berpikir dan berperilaku yang menghargai dan menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi, baik dalam kehidupan bermasyarakat maupun dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Suatu masyarakat demokratis mempunyai nilai-nilai sebagai berikut : a. Menyelesaikan perselisihan dengan damai dan secara melembaga

(institusionalized peaceful settlement of conflict). Dalam alam demokrasi, perselisihan pendapat dan kepentingan dianggap sebagai hal yang wajar, Perselisihan harus diselesaikan dengan perundingan dan dialog untuk mencapai kompromi, consensus, mufakat. Apabila kompromi tidak dapat dicapai akan berbahaya, sebab dapat mengundang campur tangan luar dan memaksakan kehendak dengan kekerasan.

b. Menjamin terselenggaranya perubahan dalam masyarakat secara damai atau tanpa gejolak. Perubahan social terjadi karena factor berikut : 1. Kemajuan Tekologi 2. Kepadatan Penduduk 3. Pola perdagangan

Pemerintah harus dapat menyesuaikan kebijaksanaannya Terhadap perubahanperubahan tersebut dan mampu Mengendalikan sehingga perubahan yang terjadi tetap dalam Kondisi damai.

c. Menyelenggarakan pergantian kepemimpinan secara teratur (orderly seccession of rulers). Dalam masyarakat demokratis, pergantian kepemimpinan atas dasar keturunan, pengangkatan diri sendiri, dan coup detat (perebutan kekuasaan ) dianggap sebagai cara-cara yang tidak wajar. d. Menekan penggunaan kekerasan seminimal mungkin (minimum of coercion) e. Mengakui serta menganggap wajar adanya keanekaragaman (diversity). Untuk itu, perlu cipta masyarakat yang terbukan dan kebebasan politik yaitu dengan tersediannya sebagai alternative dalam tindakan politik. Namun demikian, keanekaragaman itu tetap berada dalam kerangka persatuan bangsa dan Negara. f. Menjamin tegaknya keadilan. Dalam masyarakat demokratis, keadilan merupakan cita-cita bersama yang menjangkau seluruh anggota masyarakat. Untuk melaksanakan nila-nilai demokrasi tersebut dibutuhkan lembaga penyelenggara, seperti berikut : 1. Pemerintah yang bertanggung jawab 2. Suatu DPR sebagai wakil golongan-golongan dan kepentingan-kepentingan dalam masyarakat, DPR dipilih dengan pemilu yang bebas dan rahasia atas dasar sekurang-kurangnya dua calon untuk setiap kursi. DPR ini mengadakan pengawasan (control) sehingga menjadi oposisi yang konstruktif dan memungkinkan kontinyu. 3. Suatu organisasi politik yang mencakup satu atau lebih partai politik (system dwi partai, multi partai). Partai-partai ini menyelnggarakan hubungan yang kontinyu antara masyarakat dengan pemerintah dan sebagai wadah aspirasi rakyat. 4. Pers dan media massa yang bebas untuk menyatakan pendapat. 5.System peradilan yang bebas untuk menjamin hak-hak asasi dan mempertahankan keadilan. penilaian terhadap kebijaksanaan pemerintah secara

Unsur-unsur demokrasi Pada dasarnya demokrasi meliputi unsure-unsur berikut : a. Adanya partisipasi masyarakata secara aktif dalam kehidupan

bermasyarakat,berbangsa dan bernegara b. Adanya pengakuan akan sepremasi hokum c. Adanya pengakuan akan kesamaan anatara warga Negara d. Adanya pengakuan akan supremasi sipil atas militer e. Adanya kebebasan berekspresi, berbicara, berkumpul,berorganisasi, beragama, berkeyakinan dan kebebasan mengurus nasib sendiri.

2. Demokrasi dengan Sistem Pemisahan Kekuasaan (Presidensiil) Pada sistem ini, hubungan antara badan eksekutif dengan badan legislatif dapat dikatakan tidak ada. Pemisahan yang tegas antara kekuasaan eksekutif (pemerintah) dan legislatif (badan perwakilan rakyat) ini mengingatkan kita pada ajaran dari Montesquieu, yang dikenal dengan ajaran Trias Politika. Menurut ajaran ini masing-masing kekuasaan tersebut terpisah satu sama lain, baik fungsi maupun organ-organ yang menyelenggarakannya. Ketiga kekuasaan tersebut sebagai berikut: 1) Kekuasaan legislatif yaitu kekuasaan untuk membuat undang-undang. 2) Kekuasaan eksekutif yaitu kekuasaan untuk menjalankan undang-undang atau peraturan. 3) Kekuasaan yudikatif yaitu kekuasaan pengadilan untuk mengawasi pelaksanaan UU oleh lembaga-lembaga peradilan. Dalam sistem ini terdapat pemisahan kekuasaan lembaga eksekutif yang terdiri dari prosedur sebagai kepala pemerintahan dan dibantu oleh para menteri. Menteri tersebut memimpin sebuah lembaga departemen pemerintahan yang bertanggung jawab kepada presiden. Para menteri tersebut diangkat oleh presiden. Sistem ini juga dapat disebut sebagai sistem presidensiil. Pada sistem ini terdapat kelebihan dan kelemahan.

Kelebihan Adanya kestabilan pemerintahan, karena mereka tidak dapat dibubarkan oleh parlemen, sehingga pemerintah dapat bekerja dan rnelaksanakan programprogramnya dengan baik. Kelemahan Dapat menimbulkan pemusatan kekuasaan di tangan presiden dan lemahnya pengawasan dari rakyat.

3. Demokrasi dengan Sistem Referendum Dalam pelaksanaan sistem ini, badan legislatif berada dalam pengawasan rakyat. Dalam melaksanakan pengawasannya sistem ini dilakukan dengan referendum. Sistem ini dibagi menjadi berikut. 1) Referendum obligatoire (referendum yang wajib) Referendum obligatoire adalah referendum yang menentukan berlakunya suatu undang-undang atau suatu peraturan. Artinya suatu undang-undang dapat berlaku jika rakyat menyetujuinya lewat referendum. 2) Referendum fakultatif (referendum yang tidak wajib) Referendum fakultatif adalah referendum yang menentukan berlaku tidaknya dan perlu tidaknya suatu undang-undang diadakan perubahan. Pada sistem ini terdapat kelebihan dan kelemahan. 1. Kelebihan : Rakyat berperan serta dalam pembuatan undang-undang.

2. Kelemahan : Tidak semua rakyat memiliki pengetahuan tentang undangundang yang baik danbenar serta pembuatan undang-undang sehingga prosesnya akan berjalan lambat.

F. Macam-macam Demokrasi yang Pernah Berlaku di Indonesia 1. Demokrasi Liberal (Tahun 1945-1959) Demokrasi Liberal lebih sering disebut sebagai Demokrasi Parlementer, demokrasi ini dilaksanakan setelah keluarnya Maklumat Pemerintah tanggal 14 November 1945. Pada sistem ini menteri-menteri bertanggung jawab kepada parlementer, Pada sistem ini bentuk negara berubah menjadi RIS dan UUD 1945 berubah menjadi Konstitusi RIS, hal ini berlangsung tanggal 27 Desember 1949 sampai 17 Agustus 1950 saat berlakunya UUDS. . Penerapan UUDS 1950 tidak bertahan lama, hal ini ditandai dengan keluarnya Dekrit Presiden 5 Juli 1959 kita kembali ke UUD 1945. Dengan kita melaksanakan UUD 1945 tersebut, maka berakhirlah Demokrasi Liberal. 2. Demokrasi Terpimpin (Tahun1959-196S) Pada sistem ini berlaku sejak dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juni 1959 yang berbunyi sebagai berikut. 1) Pembubaran Konstituante, 2) Berlakunya kembali UUD 1945. 3) Pembentukan MPRS dan DPAS dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Dalam Demokrasi Terpimpin ini menggunakan sistem presidensiil. Dalam sistem presidensiil ini mempunyai dua hal yang.perlu diingat yaitu: 1) kedudukan presiden sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan, dan 2) para menteri bertanggung jawab kepada presiden. 3. Demokrasi Pancasila (Tahun 1965-1998) Demokrasi Pancasila berlaku semenjak lahirnya Orde Baru. Demokrasi Pancasila adalah demokrasi yang dijiwai, disemangati, dan didasari oleh Pancasila. Dengan kata lain Demokrasi Pancasila merupakan demokrasi yang dijiwai kelima sila yang ada dalam Pancasila sebagai berikut. 1) Dilaksanakan dengan rahmatTuhan Yang Maha Esa. 2) Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan yang adil dan beradab.

3) Memelihara persatuan dan kesatuan bangsa. 4) Berdasarkan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksaan dalam permusyawaratan atau perwakilan. 5) Mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. 4. Periode Demokrasi Pancasila Era Reformasi (Tahun 1998-Sekarang) Reformasi merupakan reaksi terhadap orde baru yang dianggap telah menyimpang dari tujuan dan cita-cita Demokrasi Pancasila. Kita sebagai warga negara berharap bangsa Indonesia bisa belajar dari pengalaman sejarah, setiap demokrasi dapat berkembang menjadi lebih baik dari sebelumnya. Dalam orde ini sering kita sebut juga sebagai orde transisi demokrasi. Sukses atau tidaknya sebuah transisi demokrasi sejati terletak pada faktor berikut. 1) Komposisi elite politik. 2) Desain institusi politik. 3) Budaya politik. 4) Peranmasyarakatmadani. Adapun ciri-ciri khusus yang membedakannya dengan demokrasi lain adalah bahwa Demokrasi Pancasila mengandung aspek-aspek formal, materiil, kaidah atau normatif, tujuan atau optimatif, organisasi, dan aspek sernangat atau kejiwaan. Adapun perinciannya adalah sebagai berikut. 1) Aspek formal, yakni menunjukkan segi proses dan cara partisipasi rakyat dalam penyelenggaraan negara, yang kesemuanya itu telah diatur oleh undang-undang maupun peraturan-peraturan pelaksanaan lainnya. 2) Aspek materiil, yaitu segi gambaran manusia yang menegaskan pengakuan atas harkat dan martabat manusia sebagai makhluk Tuhan dan memanusiakan warga negara dalam masyarakat negara dan masyarakat bangsa-bangsa. 3) Aspek kaidah atau normatif yang berarti bahwa Demokrasi Pancasila mengandung seperangkat ( norma (kaidah) yang menjadi pembimbing

dan aturan dalam bertingkah laku yang mengikat negara dan warga negara dalam bertindak dan menyelenggarakan hak dan kewajiban serta wewenangnya. 4) Aspek tujuan atau optatif yaitu menunjukkan keinginan atau tujuan untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera dalam negara hukum, negara kesejahteraan, negara bangsa, dan negara berkebudayaan. 5) Aspek organisasi yang menggambarkan perwujudan Demokrasi Pancasila dalam bentuk organisasi pemerintahan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. 6) Aspek semangat atau kejiwaan yaitu bahwa Demokrasi Pancasila memerlukan warga negara Indonesia yang berkepribadian peka terhadap hak dan kewajibannya, berbudi pekerti luhur, dan tekun serta berjiwa pengabdian. Pancasila merupakan dasar negara dan pandangan terhadap bangsa Indonesia, oleh karenanya kita harus menerapkan Demokrasi Pancasila dengan murni dan konsekuen. Dengan melaksanakan demokrasi tersebut kita berharap dan berusaha untuk : 1) diridhai oleh Tuhan Yang Maha Esa, 2) sesuai dengan kemanusiaan yang adil dan beradab, 3) menjaga persatuan dan kesatuan, 4) mengutamakan musyawarah untuk mufakat yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan atau perwakilan, dan 5) mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

BAB III KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Bangsa yang belajar adalah bangsa yang setiap waktu berbenah diri. Pemerintah Indonesia telah berusaha membenahi sistem yang telah dengan landasan untuk mengedepankan kepentingan rakyat. Ini semua dapat digunakan untuk pembelajaran politik masyarakat. Sehingga masyarakat dapat sadar dengan pentingnya berdemokrasi, menghargai pendapat, kebersamaan dalam menghadapai sesuatu. Manusia yang baik tidak akan melakukan kesalahan yang pernah dilakukan. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa, pemerintahan yang demokrasi adalah pemerintahan yang bersumber pada rakyat, untuk rakyat, dan dari rakyat yang diwakili oleh pemipin, atau lemaga negara yang independen dan berada pada peringkat yang sejajar satu sama lain. Lembaga Negara tersebut memiliki kewenangan untuk mewujudkan dan melaksanakan hak-hak rakyat.

DAFTAR PUSTAKA

1. 2. 3. 4.

http://www.google.com/ Yuniarto, Djoko. 2008. Kewarganegaraan. Jakarta : Bumi Aksara. Juoro, Umar. 2007.Ilmu politik. Jakarta : CIDS http://www.kompas.com/kompas-cetak/0409/03/opini/1246744.htm.

6. Abraham Panumbangan (mahasiswa fisipol UMY).Masih perlu waktu. www.kr.co.id edisi Jumat, 15 Juli 2005 7. Hasan Shadily, dkk.1973. Ensiklopedi Umum . Jakarta: Yayasan Dana Buku Franklin Jakarta. 8. M. Maruf (Mentri Dalam Negeri).Optimisme hadapi pilkada langsung. www.kompas.com edisi selasa, 22 Februari 2005 9. Redaksi Kompas. APBN-P 2005 Bantu Rp 464,9 Miliar . www.kompas.com edisi Rabu, 30 Maret 2005

You might also like