You are on page 1of 7

RANGKUMAN I

Tema : Kebijakan Publik Berbasis Kepentingan Indonesia yang Adil dan Sejahtera Dra. Hj. Soemientarsi Muntoro, M.Si Wakil Ketua Fraksi Partai HANURA, MPR RI Prof. Indria Samego, MA, Ph.D Pengamat Politik / Peneliti Senior LIPI Masyarakat Untuk

Narasumber : Moderator :

PENGANTAR Tema ini sesungguhnya mencermati berbagai fenomena kebijakan publik di Indonesia yang sedang hangat dibicarakan masyarakat, seperti kebijakan subsidi BBM, kebijakan perdagangan nasional dan lain-lainnya yang telah bergeser dari hakekatnya dan tidak terarah kepada kepentingan masyarakat namun pada seminar kali ini difokuskan kepada peran masyarakat dalam pembuatan kebijakan publik. Kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka Sosialisasi Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara, yaitu: Pancasila, UUD Negara RI tahun 1945, Negara Kesatuan RI, dan Bhineka Tunggal Ika. Pembahasan mengenai kebijakan publik dilakukan dengan pendekatan falsafah dan konstitusi bangsa Indonesia yaitu Pancasila dan UUD Negara RI tahun 1945.

MEMAHAMI KONSEP EMPAT PILAR Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata pilar memiliki 3 makna, yaitu: tiang penyangga, dasar serta yang pokok (induk). Empat pilar adalah: Pancasila merupakan dasar Negara, UUD Negara RI tahun 1945 merupakan landasan konstitusional, Negara Kesatuan RI (NKRI) merupakan bentuk negara serta Bhineka Tunggal Ika merupakan semboyan negara. Dasar hukum sosialisasi empat pilar: 1. UU No. 27 tahun 2009 : tentang MPR, DPR, DPD dan DPRD; Pasal 15 ayat (1) huruf e. 2. Keputusan MPR RI No. I/MPR/2010 : tentang peraturan tata tertib MPR; Pasal 22 ayat (1) huruf e. 3. Inpres No. 6 tahun 2005 : tentang dukungan kelancaran pelaksanaan sosialisasi UUD Negara RI tahun 1945 yang dilakukan oleh MPR. Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi nasional membawa konsekuensi logis bahwa nilai-nilai Pancasila dijadikan landasan pokok, landasan fundamental bagi penyelenggara negara dan mendasari kehidupan berbangsa dan bernegara dalam NKRI, sehingga Pancasila berada diatas pilar lainnya. Membicarakan kebijakan publik dalam kegiatan sosialisasi empat pilar kehidupan berbangsa dan bernegara ini, mengisyaratkan bahwa kita harus terus menerus memahami Pancasila dan UUD Negara RI tahun 1945.
1

KEBIJAKAN PUBLIK DAN PERAN MASYARAKAT

Robert Eyestone mendefinisikan kebijakan publik sebagai hubungan serta unit pemerintah dengan lingkungannya. Thomas R. Dye mendefinisikan kebijakan publik sebagai apapun yang dipilih oleh pemerintah untuk dilakukan dan tidak dilakukan. Dengan berkembangnya teknologi dan kehidupan sosial budaya, kebijakan publik tidak hanya merupakan tindakan pemerintah, tetapi tindakan masyarakat terutama peran media massa dalam menghasilkan kebijakan publik. Menyimak berbagai fenomena kebijakan publik yang saat ini masih banyak megundang pro dan kontra dalam masyarakat, mengisyaratkan bahwa partisipasi masyarakat dalam merespon kebijakan publik masih belum seperti yang diharapkan untuk kepentingan rakyat. Dalam membuat kebijakan publik di negara yang multikultur seperti Indonesia haruslah memberikan ruang bagi semua identitas partikular yang muncul dan berkembang di dalam masyarakat. Seluruh komponen lembaga kekuasaan perlu memiliki satu interpretasi terhadap perwujudan kesejahteraan rakyat, kemudian berkonsentrasi untuk mewujudkannya secara adil tidak terperangkap dalam kepentingan masing-masing.

KESIMPULAN Seluruh komponen lembaga kekuasaan perlu memiliki satu interpretasi terhadap perwujudan kesejahteraan rakyat dengan landasan etika moral sebagai pengejawantahan ideologi negara dan konstitusi UUD Negara RI tahun 1945. Untuk membuat kebijakan publik berbasis kepentingan masyarakat yang adil dan sejahtera, diperlukan kesadaran kebangsaan yang kuat. Jika dimasa lalu dibutuhkan doktrinisasi untuk menyemangati masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembangunan, dimasa kini, sosialisasi empat pilar kebangsaan dilakukan untuk memantapkan wawasan kehidupan berbangsa dan bernegara, yaitu Pancasila, UUD Negara RI tahun 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai pilar-pilar kebangsaan.

PENUTUP Dalam era globalisasi, konsep-konsep kehidupan berbangsa dan bernegara bangsa Indonesia tenggelam dalam konsep globalisasi, yaitu liberalisasi. Arus globalisasi berdampak kepada krisis ideologis dan bagi bangsa Indonesia akhirnya akan menggerus jati diri bangsa. Harus dipahami dengan seksama konsep-konsep dasar kebangsaan dan harus dimaknai sesuai dengan perguliran zaman dan tetapkan hati untuk mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari ditengah dinamika gejolak perkembangan zaman.

RANGKUMAN II
2

Sub Tema

Democratic Governance Dalam Perumusan Kebijakan Publik Dr. Winantuningtyastiti Swasanany, M.Si Sekjen DPR RI / Pakar Publik Prof. Indria Samego, MA, Ph.D Pengamat Politik / Peneliti Senior LIPI

Narasumber : Moderator :

PENDAHULUAN Sebagai negara dengan sistem demokratis, penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia dilakukan melalui kebijakan publik yang legitimate dan berasal dari mandat rakyat. Kebijakan tersebut dimaksudkan untuk mendayagunakan berbagai sumber daya negara bagi kesejahteraan masyarakat. Keberadaan level kebijakan ini, selalu ditandai dengan adanya relasi badan legislatif dan eksekutif. Perumusan suatu kebijakan publik yang baik harus didasarkan kepada tata pemerintahan yang baik dan demokratis (Democratic Governance). Makna demokratis disini adalah demokrasi yang berkualitas, yang dapat dilihat dari, (a) hasil (quality of result), yang dirasakan manfaatnya secara langsung oleh masyarakat; (b) Isi (quality of contents), diarahkan bagi kepentingan masyarakat; (c) prosedur (procedural quality), dimana proses perumusannya melibatkan partisipasi masyarakat. Democratic Governance adalah sebuah mekanisme, proses, hubungan dan kebiasaan yang kompleks, dimana pencapaian tujuan pemerintahan dilakukan melalui sistem dan proses perumusan kebijakan yang partisipatif, transparan, akuntabel, penegakan aturan hukum. Dalam sistem democratic governance, pemerintah memiliki kewajiban membangun masyarakat, menguatkan masyarakat agar mampu berkontribusi dalam perumusan kebijakan publik.

MASALAH DASAR YANG TERJADI DALAM PROSES PERUMUSAN KEBIJAKAN PUBLIK Kebijakan yang dihasilkan seringkali tidak implementatif dan menjadi tidak efektif bagi solusi terhadap permasalahan yang dihadapi masyarakat. Proses perumusan bersifat Elitis, sehingga tidak menyentuh kebutuhan akar rumput. Penerapan faktor akuntabilitas sebagai salah satu prasyarat dalam democratic governance masih sulit diimplementasikan. In-konsistensi terhadap aturan. Persoalan yang ada tidak teridentifikasi secara jelas. YANG MEMPENGARUHI DALAM PROSES PERUMUSAN

FAKTOR-FAKTOR KEBIJAKAN

Faktor budaya, faktor organisasi dan manajemen, faktor individu, faktor ekonomi, dan faktor politik.

LANGKAH REFORMASI BIROKRASI DAN REFORMASI POLITIK 1. Kemauan Politik dan Komitmen Politik 2. Selalu mempunyai tujuan atau merupakan tindakan yang berorientasi kepada tujuan dan berisi tindakan atau pola tindakan pejabat pemerintah. Merupakan sesuatu yang dilakukan atau benar-benar akan dilakukan oleh pemerintah. Bersifat positif, yakni bentuk tindakan pemerintah untuk mengatasi suatu masalah. Didasarkan pada aturan hukum dan kewenangan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. (Anderson, 1979, hal.7). Substansi dari sebuah kebijakan yang baik akan berperan menentukan hasil yang baik dalam pelaksanaannya. Betapapun kualitas kebijakan yang dihasilkan dipengaruhi oleh profesionalisme perumus kebijakan. Setiap perumus kebijakan harus memahami hal-hal sebagai berikut: a. Tujuan yang akan dicapai (mencakup kompleksitas tujuan yang akan dicapai). b. Preferensi nilai seperti apa yang perlu dipertimbangkan dalam pembuatan kebijakan. c. Sumberdaya yang mendukung kebijakan (finansial, material, dan infrastruktur lainnya). d. Kemampuan aktor yang terlibat dalam perumusan kebijakan (tingkat pendidikan, kompetensi dalam bidangnya, pengalaman kerja, dan integritas moralnya). e. Lingkungan yang mencakup aspek lingkungan sosial, ekonomi, politik, dan sebagainya di tempat kebijakan tersebut akan diimplementasikan. f. Strategi yang digunakan untuk mencapai tujuan melalui sistem yang efektif dan efisien. Perubahan mind-set, culture set, dan paradigma dalam orientasi menggunakan kewenangan dan kekuasaan. Penandatanganan Pakta Integritas dan penetapan wilayah integritas oleh seluruh perumus kebijakan adalah perwujudan dari komitmen dan konsistensi untuk melaksanakan prinsip-prinsip tersebut dalam takaran tanggung jawab masing-masing aktor dan Institusi. Kesadaran kolektif untuk tidak melakukan praktek KKN dalam penyelenggaraan pemerintahan.

Profesionalisme dan Kualitas Kebijakan

3.

Pakta Integritas dan Konsistensi

PENUTUP

Dalam menetapkan konten bagi suatu kebijakan publik harus memperhatikan perkembangan dan kepentingan publik, dan yang penting harus dapat dipertanggung-jawabkan kepada publik (akuntabel, transparan). Manajemen pemerintahan perlu terus di-reformasi untuk meningkatkan kompetensi, (pengetahuan, kapabilitas, ketrampilan, keahlian, sikap dan perilaku), dalam melaksanakan tugas dan fungsi serta tanggung jawabnya, dalam melayani masyarakat. Dengan adanya konsistensi dan kesinambungan antara kebijakan yang dihasilkan dengan implementasi kebijakan itu sendiri diharapkan dapat mencapai tujuan bangsa melalui democratic governance.

RANGKUMAN III
Sub Tema : Kebijakan Publik Untuk Indonesia yang Adil dan Sejahtera: Tantangan dan Pembelajaran Dr. Riant Nugroho Direktur Eksekutif Institute for Policy Reform Prof. Indria Samego, MA, Ph.D Pengamat Politik / Peneliti Senior LIPI

Narasumber : Moderator :

Tantangan : Bagaimana memanajemeni kekayaan bangsa Indonesia yang diwadahi dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kebijakan publik sebagai teknologi memanajemeni negara yaitu suatu aturan yang mengatur kehidupan bersama yang harus ditaati dan berlaku mengikat seluruh warganya. Setiap pelanggaran akan diberi sanksi sesuai dengan bobot pelanggarannya yang dilakukan dan sanksi dijatuhkan didepan masyarakat oleh lembaga yang mempunyai tugas menjatuhkan sanksi. Tidak ada negara-negara yang terbelakang. Yang ada hanya negara yang salah manajemen. Keputusan kebijakan sebagian besar didasarkan dan dibenarkan oleh ideologi, politik, tetapi tidak berdasarkan fakta atau tidak terbukti secara ilmiah. Pemerintahan adalah hubungan antara pemerintah dan warganya yang memungkinkan kebijakan publik dan program akan dirumuskan, dilaksanakan, dan dievaluasi. Kondisi suatu negara merupakan resultan dari kebijakan-kebijakan publik yang dimiliki bangsa tersebut. Keunggulan suatu negara-bangsa ditentukan oleh kemampuan negara-bangsa tersebut dalam membangun kebijakan-kebijakan publik yang unggul. Tugas pokok pemerintah adalah:(1). Membangun kebijakan publik yang unggul (2). Memberikan pelayanan publik Setiap negara pada dasarnya menghadapi masalah yang sama. Respon terhadap masalah tersebut yang berbeda. Pada konteks Negara-bangsa, respon ini disebut sebagai kebijakan publik. Definisi kebijakan publik: Kebijakan publik adalah keputusan yang dibuat oleh negara sebagai strategi untuk merealisasikan tujuan dari negara yang bersangkutan. Jadi, Kebijakan publik adalah strategi untuk mengantar masyarakat pada masa awal, memasuki masyarakat pada masa transisi, untuk menuju kepada masyarakat yang dicita-citakan (Riant Nugroho, 2003).

Jika membuat kebijakan publik, terutama Undang-Undang, buatlah selengkap mungkin, sedetil mungkin, supaya begitu selesai dan disahkan, langsung dapat dilaksanakan. Perumusan kebijakan gagal jika: Tidak berhasil ditetapkan. Berhasil ditetapkan, tetapi memakan biaya (waktu dan/atau uang) yang besar. Berhasil ditetapkan, namun melalui proses konflik yang tajam (biasanya berbuah dendam dan/atau penyanderaan politik). Berhasil ditetapkan, tetapi dicabut kembali dalam waktu pendek (kurang dari 5 tahun).

Setiap kebijakan harus dievaluasi sebelum diganti, sehingga perlu ada klausul dapat diganti setelah dilakukan evaluasi dalam setiap kebijakan publik. Nilai kebijakan publik unggul: Cerdas : Apakah kebijakan memecahkan masalah di inti permasalahan? Bijaksana Apakah kebijakan menumbuhkan harapan kepada masyarakat untuk bangkit dan berdiri untuk membangun dirinya dan ke-Indonesia-annya?

KESIMPULAN Keunggulan suatu negara semakin ditentukan oleh keberhasilan negara tersebut membangun kebijakan-kebijakan publik kelas satu atau kebijakan publik yang unggul. Tugas terpenting Pemerintah adalah membangun kebijakan publik yang unggul. Kebijakan publik yang unggul adalah kebijakan yang komplet, tidak sekedar hukum, dan mengandung nilai cerdas, bijaksana, dan memberi harapan. Kebijakan publik yang bersifat cerdas adalah kebijakan publik yang langsung mengena terhadap inti dari permasalahan di masyarakat. Adapun bersifat bijaksana, artinya kebijakan tersebut harus bersifat adil dan tidak memikat serta kebijakan tersebut memiliki sifat memberi harapan bagi masyarakat untuk menjadi lebih baik.

You might also like