You are on page 1of 24

Kelainan morfologi eritrosit Ukuran eritrosit Warna eritrosit Bentuk eritrosit Adanya benda inklusi dalam eritrosit Kelainan

ainan ukuran eritrosit Makrosit Diameter lebih besar dari 9,0. kelainan ini dpt terjadi akibat : Gangguan sintesis DNA yang diikuti dgn gangguan pembelahan sel, yg terjadi pada: 1. Anemia megaloblastik akibat defisiensi asam folat atau B12 2. Penderita yg mendpt obat kemoterapi Mikrosit Diameter lebih kecil dr 7. Eritrosit dgn ukuran kecil ini dpt terjd pd semua keadaan dimana terdpt gangguan pembentukan hemoglobin, seperti : Gangg. absorpsi, penggunaan atau pelepasan besi : anemia difisiensi besi, anemia sideroblastik, anemia akibat peny. Kronik Gangg. Sintesis rantai globin, seperti: pada thalassemia. Anisositosis Ukuran eritrosit tidak sama besar dlm satu sediaan apus darah Kelainan warna Hipokrom Bila daerah pucat pd bagian tengah eritrosit lebih besar dri setengah diameter eritrosit Dpt dijumpai pada : Anemia defisiensi besi Thalasemia Anemia sideroblastik Keracunan timah hitam

Polikromasi Memiliki ukuran lebih besar dr eritrosit matang berwarna merah kebiru-biruan ( dgn pewarnaan wright ). Eritrosit polikrom bnyk ditemukan di darah tepi, bila sumsum tulang distimulasi untuk memproduksi eritrosit dlm jumlah yg besar. Dpt terjd pd: Perdarahan akut maupun kronik Proses hemolisis Keadaan regeneratif dr proses eritropoisis : sesudah terapi anemia defisiensi besi Kelainan bentuk Sel sasaran (target cell) Berbentuk seperti lonceng, dimana pd bagian tengah dr pucat eritrosit terdpt bagian yg lebih gelap/merah Dpt terjd pd : Peningkatan kadar kolesterol dan fosfolipid pd membran eritrosit, misalnya pd penyakit hati kronik Penurunan jml/kadar HB dlm sel eritrosit, mis pd anemia defisiensi besi, thalasemia, anemia sel sabit, penyakit hemoglobin C Sferosit Berbentuk sperti bola, ukuran lebih kecil dr eritrosit normal, tdk ada daerah pucat pd bagian tengahnya. Sferosit terjd akibat kelainan atau kerusakan membran eritrosit, baik kongenital maupu di dpt Kelainan kongenital : sferositosis herediter Kelainan yg di dpt: immune hemolytic anemia Luka bakar yg berat Hipersplenisme mikroangiopati Ovalosit/eliptosit Ovalosit Bentuk eritrosit lonjong seperti telur (oval) Eliptosit Bila bentuk eritrosit lebih gepeng

Dpt dijumpai pd : 1. Eliptositosis herediter 2. Anemia megaloblastik 3. Anemia defisiensi besi 4. Mielofibrosis 5. Anemia sel sabit Stomatosit Berbentuk seperti mangkuk, tampak bagian pucatnya sebagai celah (tdk bundar) Dpt dijumpai pd : Kelainan kongenital : sferostomatosis herediter & sferositosi herediter Kelainan yg di dpt : alkoholisme akut, pengaruh obat (fenotiasin) Sel sabit Eritrosit berubah bentuk menyerupai sabit akibat polimerisasi hemoglobin S pd keadaan kekurangan O2 (bersifat reversibel) Dijumpai pd penderita dgn hemoglobin S, terutama yg homozigot, kadang di temukan juga pd hemoglobin C Harlem dan hemoglobin I Akantosit Eritrosit yg pd permukaannya mempunyai 3-12 duri dgn ujung duri tumpul yg tidak sama panjang. Dijumpai pd : Abetalipoproteinemia kongenital Penyakit hati kronik Hipotiroidisme Defisiensi vit E Pasca splenektomi Burr cell Di permukaan eritrosit terdpt 10-30 duri kecil pendek, ujungnya tumpul, jarak duri satu sama lainnya sama. Terjadi akibat mekanisme fragmentasi Dijumpai pd : Uremia

Penyakit jantung Keganasan lambung Ulkus peptik yg berdarah Sesudah penyuntikan heparin Hipotiroidisme Dehidrasi Sel helmet Eritrosit berbentuk seperti helm. Terjd akibat mekanisme fragmentasi Di jumpai pd: Emboli paru Metaplasia meiloid Fragmentosit ( schitocyte ) Bentuk eritrosit tdk beraturan akibat proses fragmentasi. Dpt terjadi krn : Gang. Sirkulasi cairan dlm pembuluh darah, seperti pd hipertensi Kelainan pd eritrosit dimana eritrosit tdk mudah berubah bentuk Dpt di jumpai pd : Anemia hemolitik mikroangiopatik Pembedahan katup jantung/ pemakaian katup jantung buatan Sindroma hemolitik uremik Luka bakar yg berat Tear drop cell Berbentuk seperti buah pear atau tetesan air mata. Dpt dijumpai pd mielofibrosis dgn metaplasia meiloid Poikilositosis Istilah yg menunjukan bentuk eritrosit yg bermacam-macam dlm satu sedian apus darah

MASA PERDARAHAN Pemeriksaan masa perdarahan ini ditujukan pada kadar trombosit, dilakukan dengan adanya indikasi (tanda-tanda) riwayat mudahnya perdarahan dalam keiuarga. Nilai normal : dengan Metode Ivy 3-7 menit

dengan Metode Duke

1-3 menit

Waktu perdarahan memanjang terjadi pada penderita trombositopeni (rendahnya kadar trombosit hingga 50.000 mg/dl), ketidaknormalan fungsi trombosit, ketidaknormalan pembuluh darah, penyakit hati tingkat berat, anemia aplastik, kekurangan faktor pembekuan darah, dan leukemia. Selain itu perpanjangan waktu perdarahan juga dapat disebabkan oleh obat misalnya salisilat (obat kulit untuk anti jamur), obat antikoagulan warfarin (anti penggumpalan darah), dextran, dan Iain-Iain.

Clotting time memanjang bila terdapat defisiensi berat faktor pembekuan pada jalur intrinsik dan jalur bersama, misalnya pada hemofilia (defisiensi F VIIc dan F Ixc), terapi antikoagulan sistemik (Heparin).

Rumple leed adalah pemeriksaan bidang hematologi dengan melakukan pembendungan pada bagian lengan atas selama 10 menit untuk uji diagnostik kerapuhan vaskuler dan fungsi trombosit.

Masa tromboplastin parsial teraktivasi (activated partial thromboplastin time, APTT) adalah uji laboratorium untuk menilai aktifitas faktor koagulasi jalur intrinsik dan jalur bersama, yaitu faktor XII (faktor Hagemen), pre-kalikrein,kininogen, faktor XI (plasma tromboplastin antecendent, PTA), faktor IX (factor Christmas), faktor VIII (antihemophilic factor, AHF), faktor X (faktor Stuart), faktor V (proakselerin), faktor II (protrombin) dan faktor I(fibrinogen). Tes ini untuk monitoring terapi heparin atau adanya circulating anticoagulant. APTT memanjang karena defisiensi faktor koagulasi instrinsik dan bersama jika kadarnya <> 7 detik dari nilai normal, maka hasil pemeriksaan itu dianggap abnormal.

APTT memanjang dijumpai pada : 1. Defisiensi bawaan


o

Jika PPT normal kemungkinan kekurangan :


Faktor VIII Faktor IX Faktor XI Faktor XII

Jika faktor-faktor koagulasi tersebut normal, kemungkinan kekurangan HMW kininogen (Fitzgerald factor)

Defisiensi vitamin K, defisiensi protrombin, hipofibrinogenemia.

2. Defisiensi didapat dan kondisi abnormal seperti :


o o o o o

Penyakit hati (sirosis hati) Leukemia (mielositik, monositik) Penyakit von Willebrand (hemophilia vaskular) Malaria Koagulopati konsumtif, seperti pada disseminated intravascular coagulation (DIC)

Circulating anticoagulant (antiprothrombinase atau circulating anticoagulant terhadap suatu faktor koagulasi)

Selama terapi antikoagulan oral atau heparin

Agregasi trombosit atau agregasi platelet menunjukan tingkat kemampuan darah Anda untuk menggumpal. Biasanya hasil pemeriksaan laboratorium mengatakan aggregasi meningkat, normal atau menurun.

Jika aggregasi trombosit Anda hyper berarti darah Anda akan cepat menggumpal, jika misalnya terjadi luka. Artinya Anda beresiko untuk mendapat serangan jantung, stroke atau penyumbatan saluran darah di tungkai. Hal tsb terjadi karena jika terjadi kerusakan dibagian dalam saluran darah Anda, platelet atau trombosit tsb akan mendapat perintah untuk menutupinya dan membentuk gumpalan (trombus) yang dapat menyebabkan saluran tsb tertutup sama sekali (tersumbat) oleh kumpulan platelet atau trombosit tsb. Kemungkinan penyebabnya bisa faktor keturunan, tetapi lebih banyak kombinasi faktor lingkungan luar tubuh Anda, termasuk gaya hidup, misalnya makan, stres dll.

Penyakit jantung rematik (PJR) atau dalam bahasa medisnya Rheumatic Heart Disease (RHD) ini adalah kondisi dimana terjadi kerusakan permanen dari katup-katup jantung yang bisa berupa penyempitan atau kebocoran, terutama katup mitral (stenosis katup mitral) yang disebabkan oleh demam rematik. Katup-katup jantung tersebut rusak karena proses perjalanan penyakit yang dimulai dengan infeksi tenggorokan yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus hemoliticus tipe A (contoh: Streptococcus pyogenes), bakteri yang bisa menyebabkan demam rematik, dengan satu atau lebih gejala mayor yaitu Poliarthritis migrans akut, Karditis, Korea minor, Nodul subkutan dan Eritema marginatum.

Penyakit Jantung Bawaan (PJB) non sianotik adalah kelainan struktur dan fungsi jantung yang dibawa lahir yang tidak ditandai dengan sianosis; misalnya lubang di sekat jantung sehingga terjadi pirau dari kiri ke kanan, kelainan salah satu katup jantung dan penyempitan alur keluar ventrikel atau pembuluh darah besar tanpa adanya lubang di sekat jantung. Masing-masing mempunyai spektrum presentasi klinis yang bervariasi dari ringan sampai berat tergantung pada jenis dan beratnya kelainan serta tahanan vaskuler paru (Roebiono, 2003).

Tuberkulosis atau TB (singkatan yang sekarang ditinggalkan adalah TBC) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini paling sering menyerang paru-paru walaupun pada sepertiga kasus menyerang organ tubuh lain dan ditularkan orang ke orang.

Radang paru-paru (bahasa Inggris: pneumonia) adalah sebuah penyakit pada paru-paru di mana pulmonary alveolus (alveoli) yang bertanggung jawab menyerap oksigen dari atmosfer meradang dan terisi oleh cairan. Radang paru-paru dapat disebabkan oleh beberapa penyebab, termasuk infeksi oleh bakteria, virus, jamur, atau pasilan (parasite). Radang paru-paru yang disebabkan oleh bakteri biasanya diakibatkan oleh bakteri streptococcus dan mycoplasma pneumoniae. Radang paru-paru dapat juga disebabkan oleh kepedihan zat-zat kimia atau cedera jasmani pada paru-paru atau sebagai akibat dari penyakit lainnya, seperti kanker paruparu atau berlebihan minum alkohol.

Marasmus adalah salah satu bentuk kekurangan gizi yang buruk paling sering ditemui pada balita penyebabnya antara lain karena masukan makanan yang sangat kurang, infeksi, pembawaan lahir, prematuritas, penyakit pada masa neonatus serta kesehatan lingkungan.

Marasmus sering dijumpai pada anak berusia 0 - 2 tahun dengan gambaran sbb: berat badan kurang dari 60% berat badan sesuai dengan usianya, suhu tubuh bisa rendah karena lapisan penahan panas hilang, dinding perut hipotonus dan kulitnya melonggar hingga hanya tampak bagai tulang terbungkus kulit, tulang rusuk tampak lebih jelas atau tulang rusuk terlihat menonjol, anak menjadi berwajah lonjong dan tampak lebih tua (old man face)), Otot-otot melemah, atropi, bentuk kulit berkeriput bersamaan dengan hilangnya lemak subkutan, perut cekung sering disertai diare kronik (terus menerus) atau susah buang air kecil.

Demam Dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk. Demam Dengue banyak terjadi di daerah tropis dan subtropis, terutama selama musim hujan. Terdapat 4 jenis virus Dengue yang berbeda Den1 Den4, tetapi tidak semuanya ada di Flores. Orang yang telah terinfeksi dengan jenis virus Dengue tertentu akan menjadi resistan/tahan terhadap jenis tersebut dan tidak akan terinfeksi lagi oleh jenis yang sama (contoh: bila sudah pernah menderita infeksi virus dengue jenis Den3, tidak akan terinfeksi lagi oleh jenis virus dengue Den3, tetapi kemungkinan terserang virus dengue tipe lain selain Den3). Orang yang sudah pernah terinfeksi dengan virus dengue sebelumnya kemudian terkena infeksi oleh virus dengue lagi, dapat menjadi Demam Berdarah Dengue (Dengue Haemorrhagic Fever). Kondisi ini umumnya terjadi pada anak yang lebih besar dan orang dewasa. Pada kondisi yang lebih parah/ bahaya dapat terjadi Sindroma Syok Dengue (Dengue Shock Syndrome) paling sering terjadi pada balita dan anak anak. Wisatawan dari daerah non-endemik Dengue berisiko rendah untuk terjangkit Demam Berdarah.

Bronkitis adalah suatu peradangan pada cabang tenggorok (bronchus) (saluran udara ke paruparu). Penyakit ini biasanya bersifat ringan dan pada akhirnya akan sembuh sempurna. Tetapi pada penderita yang memiliki penyakit menahun (misalnya penyakit jantung atau penyakit paruparu) dan pada usia lanjut, bronkitis bisa bersifat serius.

Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit bernama Plasmodium.[1] Penyakit ini ditularkan melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi parasit tersebut.[2] Di dalam tubuh

manusia, parasit Plasmodium akan berkembang biak di organ hati kemudian menginfeksi sel darah merah. Pasien yang terinfeksi oleh malaria akan menunjukan gejala awal menyerupai penyakit influenza, namun bila tidak diobati maka dapat terjadi komplikasi yang berujung pada kematian. Penyakit ini paling banyak terjadi di daerah tropis dan subtropis di mana parasit Plasmodium dapat berkembang baik begitu pula dengan vektor nyamuk Anopheles.

Demam tifoid, atau typhoid adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Salmonella enterica, khususnya turunannya yaitu Salmonella Typhosa. Penyakit ini dapat ditemukan di seluruh dunia, dan disebarkan melalui makanan dan minuman yang telah tercemar oleh tinja.

Hiponatremia (Inggris:''hiponatremia'') adalah sebuah gangguan elektrolit (gangguan pada garam dalam darah) di mana natrium (''''Natrium dalam bahasa Latin) konsentrasi dalam plasma lebih rendah dari normal (hipo''' 'dalam bahasa Yunani), khususnya di bawah 135 mEq / L. Sebagian besar kasus hiponatremia terjadi dalam hasil orang dewasa dari jumlah berlebih atau efek dari hormon penahan air yang dikenal sebagai hormon antidiuretik ADH biasa disingkat.

Hiponatremia paling sering merupakan komplikasi dari penyakit medis lain di mana baik cairan kaya natrium yang hilang (misalnya karena diare atau muntah), atau kelebihan air terakumulasi dalam tubuh pada tingkat yang lebih tinggi daripada yang dapat diekskresikan (misalnya dalam polidipsia (jarang) atau sindrom hormon antidiuretik yang tidak tepat, SIADH). Mengenai hilangnya natrium sebagai penyebab hiponatremia, penting untuk dicatat bahwa kerugian tersebut mempromosikan hiponatremia hanya dengan cara tidak langsung. Secara khusus, hiponatremia yang terjadi dalam hubungan dengan hilangnya natrium tidak mencerminkan ketersediaan natrium memadai sebagai akibat dari kerugian. Sebaliknya, hilangnya natrium menyebabkan keadaan deplesi volume, dengan deplesi volume melayani sebagai sinyal untuk pelepasan ADH. Sebagai hasil dari ADH-dirangsang retensi air, natrium darah menjadi hasil diencerkan dan hiponatremia.

Mungkin juga ada hiponatremia palsu (hiponatremia pseudohyponatremia atau tiruan) jika zat-zat lain memperluas serum dan encer natrium (misalnya, gula darah tinggi (hiperglikemia) atau jika konstituen darah mengarah ke penciptaan fase natrium-bebas dalam

darah sehingga menyebabkan volume plasma darah menjadi berlebihan (hipertrigliseridemia ekstrim misalnya).

Hiponatremia juga dapat mempengaruhi atlet yang mengkonsumsi terlalu banyak cairan selama acara ketahanan, orang yang berpuasa di jus atau air untuk waktu yang lama dan orang-orang yang diet asupan natrium cukup kronis.

Diagnosis hiponatremia bergantung terutama pada pemeriksaan, riwayat medis klinis dan darah dan tes urine. Pengobatan dapat diarahkan pada penyebab (misalnya, kortikosteroid dalam penyakit Addison) atau melibatkan pembatasan asupan air, garam intravena atau obatobatan seperti diuretik, demeclocycline, urea atau vaptans (antagonis reseptor hormon antidiuretik). Memperbaiki keseimbangan garam dan cairan perlu dilakukan secara terkendali, sebagai koreksi terlalu cepat dapat mengakibatkan komplikasi berat seperti gagal jantung atau kadang-kadang lesi otak ireversibel dikenal sebagai mielinolisis pontine pusat.

Hipernatremia (kadar natrium darah yang tinggi) adalah suatu keadaan dimana kadar natrium dalam darah lebih dari 145 mEq/L darah. Kebutuhan normal pada bayi baru lahir adalah 1-2 mmol/kg/hari pada bayi aterm , dan 3-4 mmol/kg/hari pada bayi prematur.

Hipokalemia adalah rendahnya kadar kalium didalam darah kita. Kalium kita ketahui juga sebagai elektrolit yang berperan penting pada fungsi syaraf dan sel otot, terutama fungsi sel otot jantung.

Hiperkalemia adalah keadaan dimana kadar kalium serum lebih atau sama dengan 5,5 mEq/L terjadi karena peningkatan masukan kalium, penurunan ekskresi urine terhadap kalium, atau gerakan kalium keluar dari sel-sel. Hiperkalemia akut adalah keadaan gawat medik yang perlu segera dikenali dan ditangani untuk menghindari disritmia dan henti jantung yang fatal. Biasanya konsentrasi kalium yang tinggi adalah lebih berbahaya daripada konsentrasi kalium yang rendah. Konsentrasi kalium darah yang lebih dari 5.5 mEq/L akan mempengaruhi sistem konduksi listrik jantung. Bila konsentrasi yang tinggi ini terus berlanjut, irama jantung menjadi tidak normal dan jantung akan berhenti berdenyut.

Dehidrasi adalah gangguan dalam keseimbangan cairan atau air pada tubuh. Hal ini terjadi karena pengeluaran air lebih banyak daripada pemasukan (misalnya minum). Gangguan kehilangan cairan tubuh ini disertai dengan gangguan keseimbangan zat elektrolit tubuh. Dehidarasi terjadi karena: kekurangan zat natrium; kekurangan air; kekurangan natrium dan air.

Dehidrasi terbagi dalam tiga jenis berdasarkan penurunan berat badan, yaitu Dehidrasi ringan (jika penurunan cairan tubuh 5 persen dari berat badan), dehidrasi sedang (jika penurunan cairan tubuh antara 5-10 persen dari berat badan), dan dehidrasi berat (jika penurunan cairan tubuh lebih dari 10 persen dari berat badan).

Ensefalitis adalah infeksi yang mengenai system saraf pusat (SSP) yang disebabkan oleh virus atau mikroorganisme lain yang nonpurulen. Penyebab tersering dari ensefalitis adalah virus kemudian herpes simpleks, arbovirus, dan jarang disebabkan oleh enterovirus, mumps, dan adenovirus. Ensefalitis bisa juga terjadi pasca infeksi campak, influenza, varicella, dan pasca vaksinasi pertusis. Klasifikasi ensefalitis didasarkan pada factor penyebabnya. Ensefalitis suparatif akut dengan bakteri penyebab ensefalitis adalah Staphylococcus aureus, Streptococus, E.Colli, Mycobacterium, dan T.Pallidium. Sedangkan ensefalitis virus penyebab adalah virus RNA (Virus Parotitis), virus morbili, virus rabies, virus Rubela, virus dengue, virus polio, cockscakie A dan B, herpes zoster, herpes simpleks, dan varicella.

Bila infeksi melibatkan meningen, subarachnoid dan parenkim otak akan terjadi reaksi inflamasi yang disebut meningoencephalitis. Lebih dari 70% dari kasus ini berakhir dengan kematian, 1 hari atau 3 minggu setelah mulai timbul gejala. Terjadinya penyembuhan kadang-kadang diikuti dengan terjadinya gejala sisa berupa kecacatan menetap, namun beberapa kasus, baru-baru ini yang diobati dengan acyclovir dapat sembuh total. Virus penyebab infeksi secara alamiah pada kera analog dengan infeksi HSV pada manusia; 30%80% dari kera rhesus ditemukan seropositif. Selama mengalami stress (sewaktu diangkat dalam pelayaran dilautan dan pengangkutan didarat), terjadi peningkatan angka virus pada kera ini. Angka kesakitan pada manusia sangat jarang tapi kalau terjadi sangat fatal, biasanya infeksi didapat karena gigitan kera yang kelihatannya normal atau kulit yang tidak terlindungi

atau membrana mukosa terpajan dengan saliva monyet yang terinfeksi atau dengan kultur sel kera.

Meningitis adalah radang selaput pelindung sistem saraf pusat. Penyakit ini dapat disebabkan oleh mikroorganisme, luka fisik, kanker, atau obat-obatan tertentu. Meningitis adalah penyakit serius karena letaknya dekat otak dan tulang belakang, sehingga dapat menyebabkan kerusakan kendali gerak, pikiran, bahkan kematian. Kebanyakan kasus meningitis disebabkan oleh mikroorganisme, seperti virus, bakteri, jamur, atau pasilan yang menyebar dalam darah ke cairan otak.

Poliomielitis atau polio, adalah penyakit paralisis atau lumpuh yang disebabkan oleh virus Penyakit ini disebabkan oleh poliovirus (PV), masuk ke tubuh melalui mulut, mengifeksi saluran usus. Virus ini dapat memasuki aliran darah dan mengalir ke sistem saraf pusat menyebabkan melemahnya otot dan kadang kelumpuhan (paralisis).

Miastenia Gravis adalah suatu penyakit autoimun dimana persambungan otot dan saraf atau neuromuscular junction berfungsi secara tidak normal dan menyebabkan kelemahan otot menahun. Penyakit ini lebih sering terjadi pada wanita dan biasanya mulai timbul pada usia 20-40 tahun.

Miastenia gravis adalah salah satu penyakit gangguan autoimun yang mengganggu sistem sambungan saraf (synaps). Pada penderita miastenia gravis, sel antibodi tubuh atau kekebalan akan menyerang sambungan saraf yang mengandung acetylcholine (ACh), yaitu neurotransmiter yang mengantarkan rangsangan dari saraf satu ke saraf lainnya. Jika reseptor

mengalami gangguan maka akan menyebabkan defisiensi, sehingga komunikasi antara sel saraf dan otot terganggu dan menyebabkan kelemahan otot.

Mielitis transversa adalah kelainan neurologi yang disebabkan oleh peradangan sepanjang medulla spinalis baik melibatkan satu tingkat atau segmen dari medulla spinalis. Istilah mielitis menunjukkan peradangan pada medulla spinalis, trasversa menunjukkan posisi dari peradangan sepanjang medulla spinalis. Serangan inflamasi pada medulla spinalis dapat merusak atau menghancurkan mielin yang merupakan selubung serabut sel saraf. Kerusakan ini menyebabkan jaringan parut pada sistem saraf yang menganggu hubungan antara saraf pada medulla spinalis dan tubuh. Mielitis transversa merupakan suatu gangguan neurologi yang disebabkan oleh kehilangan selubung mielin pada medulla spinalis, disebut juga sebagai demielinisasi. Demielinisai ini muncul secara idiopatik menyertai infeksi atau vaksinisasi, atau disebabkan multipel sclerosis. Salah satu teori mayor tentang penyebabnya adalah bahwa inflamasi immunemediated adalah sebagai suatu hasil paparan terhadap antigen virus. Kelainannya berupa inflamasi melibatkan medulla spinalis pada kedua sisinya. Pada mielitis transversa akut, onset terjadi tiba tiba dan progresif dalam beberapa jam dan atau beberapa hari. Lesi dapat terjadi di setiap bagian dari medulla spinalis meskipun biasanya terbatas pada bagian kecil saja.

SGB adalah suatu polineuropati yang bersifat ascending dan akut yang sering terjadi setelah 1 sampai 3 minggu setelah infeksi akut. Menurut Bosch, SGB merupakan suatu sindroma klinis yang ditandai adanya paralisis flasid yang terjadi secara akut berhubungan dengan proses autoimun dimana targetnya adalah saraf perifer, radiks, dan nervus kranialis.

Interpretasi Hasil AGD Secara singkat, hasil AGD terdiri atas komponen: pH atau ion H+, menggambarkan apakah pasien mengalami asidosis atau alkalosis. Nilai normal pH berkisar antara 7,35 sampai 7,45. PO2, adalah tekanan gas O2 dalam darah. Kadar yang rendah menggambarkan hipoksemia dan pasien tidak bernafas dengan adekuat. PO2 dibawah 60 mmHg mengindikasikan perlunya pemberian oksigen tambahan. Kadar normal PO2 adalah 80-100 mmHg PCO2, menggambarkan gangguan pernafasan. Pada tingkat metabolisme normal, PCO2 dipengaruhi sepenuhnya oleh ventilasi. PCO2 yang tinggi menggambarkan hipoventilasi dan

begitu pula sebaliknya. Pada kondisi gangguan metabolisme, PCO2 dapat menjadi abnormal sebagai kompensasi keadaan metabolik. Nilai normal PCO2 adalah 35-45 mmHg HCO3-, menggambarkan apakah telah terjadi gangguan metabolisme, seperti ketoasidosis. Nilai yang rendah menggambarkan asidosis metabolik dan begitu pula sebaliknya. HCO3juga dapat menjadi abnormal ketika ginjal mengkompensasi gangguan pernafasan agar pH kembali dalam rentang yang normal. Kadar HCO3- normal berada dalam rentang 22-26 mmol/l Base excess (BE), menggambarkan jumlah asam atau basa kuat yang harus ditambahkan dalam mmol/l untuk membuat darah memiliki pH 7,4 pada kondisi PCO2 = 40 mmHg dengan Hb 5,5 g/dl dan suhu 37C0. BE bernilai positif menunjukkan kondisi alkalosis metabolik dan sebaliknya, BE bernilai negatif menunjukkan kondisi asidosis metabolik. Nilai normal BE adalah -2 sampai 2 mmol/l Saturasi O2, menggambarkan kemampuan darah untuk mengikat oksigen. Nilai normalnya adalah 95-98 % Dari komponen-komponen tersebut dapat disimpulkan menjadi empat keadaan yang menggambarkan konsentrasi ion H+ dalam darah yaitu:

Asidosis respiratorik Adalah kondisi dimana pH rendah dengan kadar PCO2 tinggi dan kadar HCO3- juga tinggi sebagai kompensasi tubuh terhadap kondisi asidosis tersebut. Ventilasi alveolar yang inadekuat dapat terjadi pada keadaan seperti kegagalan otot pernafasan, gangguan pusat pernafasan, atau intoksikasi obat. Kondisi lain yang juga dapat meningkatkan PCO2 adalah keadaan hiperkatabolisme. Ginjal melakukan kompensasi dengan meningkatkan ekskresi H+ dan retensi bikarbonat. Setelah terjadi kompensasi, PCO2 akan kembali ke tingkat yang normal.

Alkalosis respiratorik Perubahan primer yang terjadi adalah menurunnya PCO2 sehingga pH meningkat. Kondisi ini sering terjadi pada keadaan hiperventilasi, sehingga banyak CO2 yang dilepaskan melalui ekspirasi. Penting bagi dokter untuk menentukan penyebab hiperventilasi tersebut apakah akibat hipoksia arteri atau kelainan paru-paru, dengan memeriksa PaO2. Penyebab hiperventilasi lain diantaranya adalah nyeri hebat, cemas, dan iatrogenik akibat ventilator. Kompensasi ginjal adalah dengan meningkatkan ekskresi bikarbonat dan K+ jika proses sudah kronik.

Asidosis Metabolik Ditandai dengan menurunnya kadar HCO3-, sehingga pH menjadi turun. Biasanya disebabkan oleh kelainan metabolik seperti meningkatnya kadar asam organik dalam darah atau ekskresi HCO3- berlebihan. Pada kondisi ini, paru-paru akan memberi respon yang cepat dengan melakukan hiperventilasi sehingga kadar PCO2 turun. Terlihat sebagai pernafasan kussmaul. Pemberian ventilasi untuk memperbaiki pola pernafasan justru akan berbahaya, karena menghambat kompensasi tubuh terhadap kondisi asidosis. Untuk mengetahui penyebab asidosis metabolik, dapat dilakukan penghitungan anion gap melalui rumus (Na+ + K+) (HCO3- + Cl-) Batas normal anion gap adalah 10 12 mmol/l. Rentang normal ini harus disesuaikan pada pasien dengan hipoalbumin atau hipofosfatemi untuk mencegah terjadinya asidosis dengan anion gap yang lebih. Koreksi tersebut dihitung dengan memodifikasi rumus diatas menjadi (Na+ + K+) (HCO3- + Cl-) (0,2 x albumin g/dl + 1,5 x fosfat mmol/l)

Asidosis dengan peningkatan anion gap, disebabkan oleh adanya asam-asam organik lain seperti laktat, keton, salisilat, atau etanol. Asidosis laktat biasanya akibat berkurangnya suplai oksigen atau berkurangnya perfusi, sehingga terjadilah metabolisme anaerob dengan hasil sampingan berupa laktat. Pada keadaan gagal ginjal, ginjal tidak mampu mengeluarkan asamasam organik sehingga terjadi asidosis dengan peningkatan anion gap.

Asidosis dengan anion gap yang normal disebabkan oleh hiperkloremia dan kehilangan bikarbonat atau retensi H+. Contohnya pada renal tubular asidosis, gangguan GIT (diare berat), fistula ureter, terapi acetazolamide, dan yang paling sering adalah akibat pemberian infus NaCl berlebihan.

Alkalosis metabolik Adalah keadaan pH yang meningkat dengan HCO3- yang meningkat pula. Adanya peningkatan PCO2 menunjukkan terjadinya kompensasi dari paru-paru. Penyebab yang paling sering adalah iatrogenik akibat pemberian siuretik (terutama furosemid), hipokalemia, atau hipovolemia kronik dimana ginjal mereabsorpsi sodium dan mengekskresikan H+,

kehilangan asam melalui GIT bagian atas, dan pemberian HCO3- atau prekursornya (laktat atau asetat) secara berlebihan. Persisten metabolik alkalosis biasanya berkaitan dengan gangguan ginjal, karena biasanya ginjal dapat mengkompensasi kondisi alkalosis metabolik.

Demam rematik adalah penyakit inflamasi yang dapat mengembangkan dua sampai tiga minggu setelah infeksi streptokokus Grup A (seperti radang tenggorokan atau demam berdarah). Hal ini diyakini disebabkan oleh antibodi reaktivitas silang dan dapat melibatkan jantung, sendi, kulit, dan otak. Demam rematik akut biasanya muncul pada anak-anak antara usia 5 dan 15, dengan hanya 20% dari serangan pertama kali terjadi pada orang dewasa.

Demam rematik adalah umum di seluruh dunia dan bertanggung jawab untuk banyak kasus katup jantung yang rusak. Di negara-negara Barat, itu menjadi cukup langka sejak 1960-an, mungkin karena meluasnya penggunaan antibiotik untuk mengobati infeksi streptokokus. Meskipun hal ini jauh kurang umum di Amerika Serikat sejak awal abad ke-20, telah ada beberapa wabah sejak 1980-an. Meskipun penyakit ini jarang terjadi, itu adalah serius dan memiliki mortalitas 2-5%.

Demam rematik terutama mempengaruhi anak-anak antara usia 5 dan 15 tahun dan terjadi sekitar 20 hari setelah radang tenggorokan atau demam scarlet. Dalam sampai sepertiga dari kasus, infeksi radang mendasar tidak mungkin menyebabkan gejala apapun.

Tingkat pengembangan demam rematik pada individu dengan infeksi streptokokus yang tidak diobati diperkirakan 3%. Kejadian kekambuhan dengan infeksi tidak diobati berikutnya secara substansial lebih besar (sekitar 50%). Laju pembangunan jauh lebih rendah pada individu yang telah menerima pengobatan antibiotik. Orang yang telah mengalami kasus demam rematik memiliki kecenderungan untuk mengembangkan suar-up dengan radang infeksi berulang.

Berulangnya demam rematik relatif umum dalam ketiadaan pemeliharaan antibiotik dosis rendah, khususnya selama tiga sampai lima tahun pertama setelah episode pertama. Komplikasi jantung mungkin jangka panjang dan berat, terutama jika katup yang terlibat.

Korban Demam rematik sering harus mengambil penisilin untuk mencegah infeksi streptokokus yang mungkin dapat mengarah kepada kasus lain demam rematik yang bisa berakibat fatal.

Arthritis rheumatoid Juvenile (ARJ) merupakan penyakit arthritis kronis pada anak-anak umur di bawah 16 tahun. Berdasarkan definisi, ARJ ditandai oleh menetapnya temuan peradangan secara objektif di satu atau lebih sendi selama paling sedikit 6 minggu dengan eksklusi kausa lain peradangan sendi pada anak usia 16 tahun atau kurang.1

Ada beberapa terminologi untuk mengelompokkan arthritis ini. Istilah ARJ lebih banyak dipakai di Amerika Serikat yaitu istilah yang digunakan untuk menyebut arthritis pada anak usia dibawah 16 tahun yang tidak diketahui penyebabnya. Di AS lebih sering digunakan istilah rematoid karena pada umumnya anak-anak tersebut mempunyai orang tua atau keluarga yang menderita arthritis rematoid dengan faktor rematoid yang positif. Istilah arthritis kronik juvenile lebih banyak digunakan di Inggris (Eropa). Adanya kerancuan dalam hal penggunaan istilah ini, maka timbul kesepakatan pada pertemuan EULAR untuk menggunakan istilah yang seragam. Istilah yang disepakati oleh EULAR adalah arthritis idiopatik juvenile (ARJ) yang dibagi dalam 7 subtipe.

Osteoarthritis (OA, dikenal juga sebagai artritis degeneratif, penyakit sendi degeneratif), adalah sekelompok penyakit dan kelainan mekanik melibatkan degradasi sendi, termasuk tulang rawan artikular dan tulang subchondral sebelahnya. Manifestasi klinis OA meliputi nyeri sendi, nyeri tekan, kekakuan, berderit, penguncian sendi, dan kadang-kadang peradangan lokal. Pada OA, berbagai proses kekuatan-turun-temurun, perkembangan, metabolisme, dan mekanis-dapat memulai potensial menyebabkan hilangnya kartilago matriks protein yang kuat yang melumasi dan bantal sendi. Seperti tubuh perjuangan mengandung kerusakan yang sedang berlangsung, kekebalan dan pertumbuhan kembali dapat mempercepat proses kerusakan. Ketika permukaan tulang menjadi kurang baik dilindungi oleh tulang rawan, tulang subkondral mungkin terpapar dan rusak, dengan pertumbuhan kembali mengarah ke proliferasi seperti gading, tulang padat, reaktif di daerah pusat kehilangan tulang rawan, proses yang disebut eburnation. Pasien mengalami rasa sakit semakin berat pada bantalan, termasuk berjalan dan berdiri. Sebagai hasil dari gerakan menurun karena sakit, otot-otot daerah dapat atrofi, dan ligamen dapat menjadi lebih longgar. OA adalah bentuk paling umum dari radang sendi,

"Osteoartritis" berasal dari kata Yunani "osteo''''", yang berarti "tulang", "''arthro''", yang berarti "bersama", dan "itis''''", yang berarti peradangan, meskipun yang "itis" osteo arthritis adalah sedikit dari keliru - peradangan bukan merupakan fitur mencolok dari penyakit. Osteoarthritis adalah tidak menjadi bingung dengan rheumatoid arthritis, penyakit autoimun dengan peradangan sendi sebagai fitur utama. Kesalahpahaman yang umum adalah bahwa OA adalah karena semata-mata untuk dan keausan, karena OA biasanya tidak hadir pada orang muda. Namun, sementara usia berkorelasi dengan kejadian OA, korelasi ini dapat menggambarkan bahwa OA merupakan suatu proses yang membutuhkan waktu untuk mengembangkan - atau yang memperbaiki dan regenerasi yang dapat mengimbangi dengan kerusakan pada sendi orang muda lakukan lambat dengan usia. Biasanya ada penyebab yang mendasari untuk OA, dalam hal ini digambarkan sebagai''''OA sekunder. Jika tidak ada penyebab dapat diidentifikasi, digambarkan sebagai''''OA primer. "Artritis degeneratif" sering digunakan sebagai sinonim untuk OA, tetapi yang terakhir melibatkan perubahan baik degeneratif dan regeneratif.

Arthritis rheumatoid adalah suatu penyakit peradangan kronik yang menyebabkan degenerasi jaringan ikat, peradangan (inflamasi) yang terjadi secara terus-menerus terutama pada organ sinovium dan menyebar ke struktur sendi di sekitarnya, seperti tulang rawan, kapsul fibrosa sendi, ligamen dan tendon. Inflamasi ditandai dengan penimbunan sel darah putih, pengaktifan komplemen, fagositosis ekstensif dan pembentukan jaringan granular. Inflamasi kronik menyebabkan hipertropi dan penebalan membran pada sinovium, terjadi hambatan aliran darah dan nekrosis sel dan inflamasi berlanjut (Fonnie 2007).

Septic arthritis adalah infeksi yang sangat menyakitkan pada sendi. Bakteri atau jamur dapat menyebar dari daerah lain dalam tubuh ke dalam sendi. Kadang-kadang bakteri hanya menginfeksi sendi saja tanpa mengganggu daerah tubuh lain.

Pada septic arthritis, kuman menyusup ke dalam sendi dan menyebabkan nyeri yang parah disertai pembengkakan. Biasanya kuman hanya menyerang satu sendi. Bakteri paling sering menyerang lutut, meskipun sendi lain juga dapat terkena, termasuk pinggul, pergelangan kaki, siku, pergelangan tangan, dan bahu.

Anak-anak dan orang dewasa paling mungkin terserang septic arthritis. Jika diobati dalam seminggu setelah gejala pertama muncul, kebanyakan penderitanya dapat benar-benar pulih.

Morbili adalah penyakit akut yang sangat menular, disebabkan infeksi virus morbili yang pada umumnya menyerang anak. Morbili memilikigejala klinis yang khas yaitu terdiri dari tiga stadium yang masing masing mempunyai ciri khusus: masa tunas diperkirakan 10-20 hari, (1) Stadium prodromal, berlangsung 4 5 hari yang menunjukkan gejala pilek dan batuk yang meningkat dengan ditemukan exanthem pada mukosa pipi (bercak koplik), faring dan mukosa konjungtiva meradang dan koriza (2)Stadium erupsi, keluarnya ruam dimulai dari belakang telinga menyebar ke muka, badan, lengan dan kaki. Ruam timbul didahului dengan suhu badan meningkat, selanjutnya ruam menjadi menghitam dan mengelupas. (3) Stadium konvalesensi, ruam menjadi menghitam (hiperpigmentasi)

Varicella (Cacar Air) adalah penyakit infeksi yang umum yang biasanya terjadi pada anakanak dan merupakan akibat dari infeksi primer Virus Varicella Zoster. Varicella pada anak, mempunyai tanda yang khas berupa masa prodromal yang pendek bahkan tidak ada dan dengan adanya bercak gatal disertai dengan papul, vesikel, pustula, dan pada akhirnya, crusta, walaupun banyak juga lesi kult yang tidak berkembang sampai vesikel. Normalnya pada anak, gejala sistemik biasanya ringan. Komplikasi yang serius biasanya terjadi pada dewasa dan pada anak dengan defisiensi imunitas seluler, dimana penyakit dapat bermanifestasi klinis berupa, erupsi sangat luas, gejala konstitusional berat, dan pneumonia. Terdapat kemungkinan fatal jika tidak ada terapi antivirus yang diberikan. Vaksin Live Attenuated (Oka) mulai diberikan secara rutin pada anak yang sehat diatas umur 1 tahun 1995. Setelah itu, insidensi varisella dan komplikasinya mulai menurun di Amerika Serikat. Telah banyak negara bagian yang mewajibkan vaksin ini diberikan sebagai syarat masuk sekolah. Herpes Zooster disebabkan oleh reaktivasi dari Virus Varisela Zooster yang oleh penderita varisela. Herpes Zooster ini ditandai dengan lesi unilateral terlokalisasi yang mirip dengan cacar air dan terdistribusi pada syaraf sensoris. Biasanya lebih dari satu syaraf yang terkena dan pada beberapa pasien dengan penyebaran hematogen, terjadi lesi menyeluruh yang timbul setelah erupsi lokal. Zoster biasanya terjadi pada pasien dengan immunocompromised,

penyakit ini juga umum pada orang dewasa daripada anak-anak. Pada dewasa lebih sering diikuti nyeri pada kulit. Infeksi rubella dimulai dengan demam ringan (37,2 37,8<sup>o</sup>C) selama 1-2 hari disertai rasa nyeri dan pembengkakan kelenjar getah bening, biasanya di daerah leher belakang atau di belakang telinga. Ruam kemudian muncul di muka dan menyebar ke bawah. Sambil menyebar ke bawah, ruam yang sudah lebih muncul di atas biasanya menghilang. Ruam inilah yang sering menjadi pertanda pertama penyakit yang disadari oleh orang tua.</p> <p>Ruam pada rubella bisa Nampak seperti ruam yang disebabkan oleh virus pada umumnya. Tampilannya berupa bercak merah muda atau merah terang yang dapat menyatu membentuk bercak yang lebih besar lagi. Ruam bisa gatal dan bertahan selama 3 hari. Sejalan dengan menghilangnya ruam, kulit yang terkena biasanya mengelupas dengan halus.</p> <p>Gejala lain dari rubella antara lain (lebih sering pada remaja dan orang dewasa) sakit kepala, hilang nafsu makan, konjungtivitis ringan, hidung mampet atau meler, pembesaran kelenjar getah bening di bagian tubuh lainnya, nyeri dan pembengkakan sendi (terutama pada wanita muda). Banyak orang dengan rubella tidak bergejala sama sekali atau sedikit sekali gejalanya.</p> <p>Rubella pada wanita hamil dapat menyebabkan sindrom rubella kongenital yang berpotensi berbahaya pada perkembangan janin. Anak-anak yang terinfeksi rubella saat dalam kandungan beresiko mengalami retardasi mental, gangguan pembentukan jantung dan mata, ketulian, masalah hati, limpa dan sumsum tulang.

Herpes simplex adalah penyakit yang disebabkan oleh virus herpes simplex; Terbagi menjadi dua jenis (herpes simplex virus 1 (HSV-1) dan herpes simplex virus 2 (HSV-2)) Serupa dengan herpes zoster. Gejala pertama biasanya gatal-gatal dan kesemutan/perasaan geli, diikuti dengan benjolan yang membuka dan menjadi sangat sakit. Infeksi ini dapat menjadi dorman (tidak aktif) selama beberapa waktu, kemudian tiba-tiba menjadi aktif kembali tanpa alasan jelas.

Herpes pada mulut Virus herpes simpleks tipe 1 (HSV-1) adalah penyebab umum untuk luka-luka demam (cold sore) di sekeliling mulut. HSV-2 biasanya menyebabkan herpes kelamin. Namun HSV-1

dapat menyebabkan infeksi pada kelamin dan HSV-2 dapat menginfeksikan daerah mulut melalui hubungan seks.

Herpes simplex paling mudah ditularkan melalui kontak langsung dengan luka atau cairan tubuh yang terinfeksi individu. Transmisi juga dapat terjadi melalui kulit-kulit ke-kontak selama periode dorman. Sebagian besar orang dengan HSV tidak mengetahui dirinya terinfeksi dan tidak sadar dapat menyebarkannya. Di seluruh dunia masalah kurangnya kebersihan dan kemiskinan diidentifikasi sebagai faktor risiko yang terkait dengan peningkatan HSV-1.

Infeksi HSV-2 lebih umum pada perempuan. Di AS, kurang lebih satu dari empat perempuan dan satu dari lima laki-laki terinfeksi HSV-2. HSV kelamin berpotensi menyebabkan kematian pada bayi yang terinfeksi. Bila seorang perempuan mempunyai herpes kelamin aktif waktu melahirkan, sebaiknya melahirkan dengan bedah sesar.

HSV paling mungkin kambuh pada orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah. Ini termasuk orang dengan HIV, dan siapa pun berusia di atas 50 tahun. Beberapa ilmuwan juga berpendapat bahwa penyakit lebih mungkin kambuh pada orang yang sangat lelah atau mengalami banyak stres.

ROSEOLA INFANTUM Penyakit yang ini sering diderita pada bayi dari usia 6 bulan sampai 3 tahun. Penyakit ini sempat membuat para ibu khawatir dan cemas berlebihan, karena pada awalnya (fase prodromal) anak ini mengalami panas tinggi 39,4-40,6 Celsius. Bahkan, 5-15% diantara mereka mengalami kejang disebabkan demam.

Roseola infantum merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus herpes tipe 6 dan 7. Virus ini disebarkan melalui percikan ludah penderita. Masa inkubasi (masa dari mulai terinfeksi sampai timbulnya gejala) adalah sekitar 5-15 hari. Biasanya penyakit ini berlangsung selama 1 minggu.

Bisa terjadi pembengkakan kelenjar getah bening di belakang kepala, leher sebelah samping dan di belakang telinga. Limpa juga agak membesar. Pada hari keempat, demam biasanya mulai turun.

Sekitar 30% anak memiliki ruam (kemerahan di kulit), yang mendatar maupun menonjol, terutama di dada dan perut dan kadang menyebar ke wajah, lengan dan tungkai. Ruam ini tidak menimbulkan rasa gatal dan berlangsung selama beberapa jam sampai 2 hari.

Disinilah yang harus diperhatikan, pada roseola infantum ruam ini muncul setelah demam reda. Sedangkan pada campak, ruam ini muncul saat penderita masih demam.

Karena penyakit ini disebabkan oleh virus, maka pengobatan dengan antibiotik tidak diperlukan. Terapi pada kasus ini hanyalah untuk menurunkan demamnya. Pemberian asetaminofen atau parasetamol atau ibuprofen relatif aman untuk menurunkan demam. Sedangkan, pemberian aspirin pada anak-anak sangat tidak dianjurkan karena bisa menyebabkan sindroma Reye. Sebaiknya anak dikompres dengan menggunakan handuk atau lap yang telah dibasahi dengan air hangat (suam-suam kuku). Jangan menggunakan es batu, air dingin, alkohol maupun kipas angin.

Usahakan agar anak minum banyak air putih atau potongan-potongan es batu, larutan elektrolit atau kaldu. Selama demam, sebaiknya anak menjalani tirah baring.

Bila anak mengalami kejang demam, segera hubungi rumah sakit atau dokter terdekat untuk penanganan kejang. Intinya, jangan panik dan tetap tenang. Jika penyakit ini terjadi pada pasien dengan sistem kekebalan rendah, maka dokter sering memberikan obat antiviral supaya tidak bertambah parah.

Dari hasil penyelidikan klinis imunologis dan percobaan pada binatang menunjukkan adanya kemungkinan proses imunologis sebagai penyebab glomerulonefritis akut. Beberapa ahli mengajukan hipotesis sebagai berikut : 1. Terbentuknya kompleks antigen-antibodi yang melekat pada membrane basalis glomerulus dan kemudian merusaknya. 2. Proses auto imun kuman streptococcus yang nefritogen dalam tubuh menimbulkan badan auto-imun yang merusak glomerulus. 3. Streptococcus nefritogen dengan membrane basalis glomerulus mempunyai komponen antigen yang sama sehingga dibentuk zat anti yang langsung merusak membrane basalis ginjal.

V.cholera adalah bakteri gram negative berbentuk basil yang karakteristiknya sama dengan family enterobakteriaceae. Patologi kolera dihasilkan dari entero toksin (toksin kolera) yang diproduksi oleh bakteri. Kondisi mengurangi keasaman lambung seperti penggunaan antacid ,pemblok reseptor histamine atau penghambat pompa proton atau infeksi Helicobacter pylory, meningkatkan resiko terkena penyakit ini. Toksin cholera mernagsang adenilat siklae yang akan meningkatkan Camp intrasel dan menghasilkan penghambatan absorpsi natrium dan klorida oleh mikrovili dan menyebabkan pengeluaran klorida dan air oleh sel crypt. Aksi toksin seperti terjadi di sepanjang saluran pencernaan, tetapi kehilangan cairan banyak terjadi di duodenum. Efek dari toksin cholera adalah pengeluaran cairan isotonis (terutama di usus ) yang melebihi batas kapasitas saluran intestinal (terutama di kolon). Akan menyebabkan diare yang berair dengan konsentrasi elektrolit sama dengan plasma. Periode inkubasi rata rata untuk infeksi V. Cholerae adalah 1 3 hari. Presentasi klinik dapat bertukar dari asimptomatik menjadi dehidrasi life threatening ( dapat sembuh dengan sendirinya ) untuk diare yang encer. Onset dari diare tiba tiba dan ditunjukkan dengan cepat atau kadang didahului dengan mual. Tanda umumnya tidak mempunyai rice water adalah tanda klasik yang ditandai dengan cholera. Demam terjadi pada kurang dari 5% pasien dan pemeriksaan fisik berkotelasi baik dengan dehidrasi yang berat. Pada sebagian kasus yang berat, penyakit ini dapat berprogres pada kematian pada 2 4 jam jika tidak ditangani. Pada beberapa kasus, akumulasi cairan di dalam lumen intestinal menyebabkan distensi ( penggelembungan ) abdomen dan ileus dan menyebabkan deplesi (intravaskular tanpa diare. Pasien dapat kehilangan sampai 1 liter cairan isotonis setiap jam ( Dipiro, 2005 ).

Gambaran radiologis memberi gambaran penyakit membran hialin. Gambaran yang khas berupa pola retikulogranular, yang disebut dengan ground glass appearance, disertaidengan gambaran bronkus di bagian perifer paru (air bronchogram). Terdapat 4 stadium: Stadium 1: pola retikulogranular(ground glass appearance) Stadium 2: stadium 1 + air bronchogram Stadium 3: stadium 2 + batas jantung-paru kabur Stadium 4: stadium 3 + white lung appearance

Pneumonia Gambaran radiologis Dapat berupa infiltrat sampai konsolidasi dengan air bronchogram

Penyebaran bronkogenik Interstitial Kavitas

Sindrom aspirasi mekonium X-foto dada secara khusus ditandai dengan adanya hiperinflasi seluruh lapangan paru, diafragma mendatar, infiltrate patchy yang tidak teratur.

Edema paru Gejala yang paling umum dari pulmonary edema adalah sesak napas. Ini mungkin adalah penimbulan yang berangsur-angsur jika prosesnya berkembang secara perlahan, atau ia dapat mempunyai penimbulan yang tiba-tiba pada kasus dari pulmonary edema akut. Gejala-gejala umum lain mungkin termasuk mudah lelah, lebih cepat mengembangkan sesak napas daripada normal dengan aktivitas yang biasa (dyspnea on exertion), napas yang cepat (tachypnea), kepeningan, atau kelemahan. Tingkat oksigen darah yang rendah (hypoxia) mungkin terdeteksi pada pasien-pasien dengan pulmonary edema. Lebih jauh, atas pemeriksaan paru-paru dengan stethoscope, dokter mungkin mendengar suara-suara paru yang abnormal, sepeti rales atau crackles (suara-suara mendidih pendek yang terputus-putus yang berkoresponden pada muncratan cairan dalam alveoli selama bernapas).

You might also like