You are on page 1of 19

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan karunia-NYA, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Lembaga Keuangan Bukan Bank ini sesuai dengan waktu yang kami rencanakan. Makalah ini kami susun dalam ramgka memenuhi salah satu syarat penilaian mata kuliah Lembaga Keuangan Bukan Bank.

Pembuatan makalah ini menggunakan metode studi pustaka, yaitu mengumpulkan dan mengkaji materi Lembaga Keuangan Bukan Bank dari berbagai referensi serta mengambil beberapa literatur dari internet. Kami gunakan metode pengumpulan data ini, agar makalah yang kami susun dapat memberikan informasi yang akurat.

Kami sadar makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca, demi kesempurnaan makalah ini pada penulisan-penulisan berikutnya.

Kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Marliyah sebagai pengajar mata kuliah Lembaga Keuangan Bukan Bank yang telah membimbing kami dalam penyusunan makalah ini. Dan tidak lupa pula kepada rekan-rekan yang telah ikut berpartisipasi. Sehingga makalah ini selesai tepat pada waktunya.

Medan, Maret 2012

Penyusun Winsi Fadiah Putri

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Seiring dengan kegiatan ekonomi tersebut, kebutuhan akan pendanaan pun semakin meningkat. Kebutuhan pendanaan tersebut sebagian besar dapat dipenuhi melalui kegiatan pinjam meminjam. Kegiatan pinjam meminjam ini dilakukan oleh perseorangan atau badan hukum dengan suatu lembaga, baik lembaga informal maupun formal. Indonesia yang sebagian masyarakatnya masih berada di garis kemiskinan cenderung memilih melakukan kegiatan pinjam meminjam kepada lembaga informal seperti rentenir. Kecendrungan ini dilakukan karena mudahnya persyaratan yang harus dipenuhi, mudah diakses dan dapat dilakukan dengan relatif singkat. Namun, di bali kemudahan tersebut, rentenir atau sejenisnya menekan masyarakat dengan meninggikan bunga. Jika

masyarakat melihat keadaan lembaga formal yang dapat dipergunakan unt uk melakukan pinjam meminjam, mungkin masyarakat akan cenderung memilih lembaga formal tersebut untuk memenuhi kebutuhan dananya. Lembaga formal tersebut dibagi menjadi dua yaitu Lembaga Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank. Saat ini masih terdapat kesan t erhadap masyarakat bahwa meminjam ke bank adalah suatu hal yang lebih membanggakan dibandingkan dengan lembaga formal lain, padahal dalam prosesnya memerlukan waktu yang cukup lama dan cukup rumit. Padahal, pemerintah telah memfasilitasi masyarakat dengan Perum

Pegadaian yang menawarkan akses yang lebih mudah, proses yang jauh lebih singkat dan persyaratan yang relatif sederhana dan mempermudah masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dana. Namun, sejauh mana kesinambungan antara teori dan prinsip-prinsip mengenai gadai dengan aplikasi yang telah diterapkan Perum Pegadaian ? 1.2 Batasan Masalah

1. Apa pengertian pegadaian? 2. Bagaimana sejarah dan perkembangan pegadaian ? 3. Apa tujuan pegadaian ? 4. Apa tugas pokok pegadaian ? 5. Apa saja fungsi pokok pegadaian ? 6. Apa saja jenis-jenis barang yang dapat digadaikan ? 7. Apa saja jenis-jenis barang yang tidak dapat digadaikan ? 8. Apa saja kegiatan usaha pegadaian ? 9. Apa manfaat pegadaian ? 10. Dari mana sumber pendanaan diperoleh ?

1.3

Tujuan yang Ingin Dicapai Dalam penyusunan Makalah ini, kami mempunyai beberapa tujuan, yaitu:

1. Untuk mengetahui pengertian pegadaian 2. Untuk mengetahui sejarah dan perkembangan pegadaian 3. Untuk mengetahui tujuan pegadaian 4. Untuk mengetahui tugas pokok pegadaian 5. Untuk mengetahui fungsi pokok pegadaian 6. Untuk mengetahui jenis-jenis barang yang dapat digadaikan 7. Untuk mengetahui jenis-jenis barang yang tidak dapat digadaikan 8. Untuk mengetahui kegiatan usaha pegadaian 9. Untuk mengetahui manfaat pegadaian 10. Untuk mengetahui sumber pendanaan yang diperoleh 1.4 Metode Penulisan

Dalam penyelesaian penyusunan makalah ini kami menggunakan studi kepustakaan, yaitu dengan mencari buku-buku yang berhubungan dengan Lembaga Keuangan Bukan Bank serta mengambil beberapa literatur dari internet. 1.5 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan makalah ini terdiri dari tiga bab yaitu pendahuluan, pembahasan dan penutup. Pada bab satu, kami sajikan pendahuluan yang berisi latar belakang yang merupakan alasan kami untuk membahas judul makalah, yang kedua adalah pembatasan makalah agar pembahasan makalah ini tidak simpangsiur adanya. Yang ketiga adalah tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan makalah ini. Selanjutnya, metode penulisan yang kami gunakan. Dan yang terakhir adalah sistematika penulisan makalah.

Di dalam bab dua, kami sajikan pembahasan makalah sesuai dengan judul yang telah ditentukan. Yang terakhir, bab tiga yang menyajikan kesimpulan dan saran sebagai penutup.

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pegadaian Pegadaian menurut Susilo (1999) adalah suatu hak yang diperoleh oleh seseorang yang mempunyai piutang atas suatu barang bergerak. Barang bergerak tersebut diserahkan kepada orang yang berpiutang oleh seorang yang mempunyai utang atau oleh oarang lain atas nama orang yang mempunyai utang atau oleh oarang lain atas nama orang yang mempunyai utang. Seorang yang berutang tersebut memberikan kekuasaan kepada orang lain yang berpiutang untuk menggunakan barang bergerak yang telah diserahkan untuk melunasi utang apabila ihak yang berutang tidak dapat melunasi kewajibannya pada saat jatuh tempo. Gadai menurut Undang-Undang Hukum Perdata (Burgenlijk Wetbiek) Buku II Bab XX pasal 1150, adalah suatu hak yang diperoleh seseorang yang berpiutang atas suatu barang bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh seorang berutang atau orang lain atas namanya dan yang memberikan kekuasaan kepada yang berpiutang itu untuk mengambil pelunasan dari barang tersebut secara didahulukan daripada orang-orang berpiutang lainnya, dengan pengecualian biaya untuk melelang barang tersebut dan biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkannya setelah barang tersebut digadaikan, biaya-biaya mana harus didahulukan. Perusahaan umum pegadaian adalah suatu badan usaha di Indonesia yang secara resmi mempunyai izin untuk melaksanakan kegiatan lembaga keuangan berupa pembiayaan dalam bentuk penyaluran dana masyarakat atas dasar hukum gadai.[1] Gadai dalam fiqh disebut rahn, yang menurut bahasa adalah nama barang yang dijadikan sebagai jaminan kepercayaan. Sedangkan menurut syara artinya menyandera sejumlah harta yang diserahkan sebagai jaminan secara hak, tetapi dapat diambil sebagai tebusan. Dalam defenisinya rahn adalah barang yang digadaikan. Rahin adalah orang yang menggadaikan.[2] Pegadaian syariah adalah pegadaian yang dalam menjalankan operasionalnya berpegang kepada prinsip syariah. Payung gadai syariah dalm hal pemenuhan prinsip-prinsip syariah berpegang pada fatwa DSN-MUI No. 25/DSN-MUI/III/2002 tanggal 26 Juni 2002 yang menyatakan bahwa pinjaman dengan menggadaikan barang sebagai jaminan utang dalam bentuk rahn diperbolehkan. Sedangkan dalam aspek kelembagaan tetap menginduk kepada Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 1990 tanggal 10 April 1990.[3]

2.2 Sejarah dan Perkembangan Pegadaian Pegadaian atau Pawn Shop merupakan lembaga perkreditan dengan sistem gadai. Lembaga semacam ini pada awalnya berkembang di Italia yang kemudian dipraktekkan di wilayah-wilayah Eropa lainnya, misalnya Inggris dan Belanda. Sistem gadai tersebut

memasuki Indonesia dibawa dan dikembangkan oleh orang Belanda (VOC), yaitu sekitar abad ke-19. Bentuk usaha pegadaian di Indonesia berawal dari Bank Van Lening pada masa VOC yang mempunyai tugas memberikan pinjaman uang keada masyarakat dengan jaminan gadai. Sejak itu bentuk usaha pegadaian telah mengalami beberapa kali perubahan sejalan dengan perubahan peraturan-peraturan yang mengaturnya. Peda mulanya usaha pegadaian di Indonesia dilaksanakan oleh pihak swasta, kemudian pada awal abad ke 20 oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda melalui Staatsblad tahun 1901 Nomor 131 tanggal 12 Maret 1901 didirikan rumah gadai pemerintah (Hindia Belanda) di Sukabumi, Jawa Barat. Dengan dikeluarkannya peraturan tersebut, maka pelaksanaan gadai dilakukan oleh pemerintah Hindia Belanda sebYGagaimana diatur dalam staatblad tahun 1901 Nomor 131 tersebut sebagai berikut :kedua sejak saat itu dibagian Sukabumi kepada siapapun tidak akan diperkenankan untuk memberi gadai atau dalam bentuk jual beli dengan hak membeli kembali, meminjam uang tidak melebihi seratus Gulden, dengan hukuman tergantung kepada kebangsaan para pelanggar yang diancam dalam pasal 337 KUHP bagi orang-orang Eropa dan pasal 339 KUHP bagi orang-orang Bumiputera. Selanjutnya, dengan staatblad 1930 No. 226 Rumah Gadai tersebut mendapat status Dinas Pegadaian sebagai Perusahaan Negara dalam arti Undang-Undang perusahaan Hindia Belanda (Lembaran Negara Hindia Belanda 1927 No.419). Pada masa selnjutnya, pegadaian milik pemerintah tetap diberi fasilitas monopoli atas kegiatan pegadaian di Indonesia. Dinas pegadaian mengalami beberapa kali perubahan bentuk badan hukum, sehingga akhirnya pada tahun 1990 menjadi Perusahaan Negara (PN) pegadaian, pada tahun 1969 Perusahaan Negara Pegadaian diubah menjadi Perusahaan Jawatan (Perjan) pegadaian, dan pada tahun 1990 Perusahaan Jawatan Pegadaian diubah menjadi Perusahaan umum (PERUM) pegadaian melalui Peraturan Pemerinah nomor 10 Tahun 1990 Tanggal 10 April 1990. Peda waktu pegadaian masih berbentuk Perusahaan Jawatan, misi sosial dari pegadaian merupakan satu-satunya acuan yang digunakan oleh manajernya dalam mengelola pegadaian. Pengelolaan pegadaian bisa dilaksanakan meskipun perusahaan tersebut mengalami kerugian. Sejak stausnya diubah menjadi Perusahaan Umum, keadaan tersebut tidak sepenuhnya dapat dipertahankan lagi. Disamping berusaha memberikan pelayanan umum berupa penyediaan dana atas dasar hukum gadai, manajemen perum pegadaian juga berusaha agar pengelolaan usaha ini sedapat mungkin tidak mengalami kerugian. Perum pegadaian diharapkan akan dapat mengalami keuntungan atau setidaknya penerimaan yang didapat mampu menutup seluruh biaya dan pengeluarannya sendiri.

Kantor pusat Perum berkedudukan di Jakarta dan dibantu oleh kantor daerah, kantor perwakilan daerah dan kantor cabang. Saat ini jaringan usaha Perum Pegadaian telah meliputi lebih dari 500 cabang yang tersebar diseluruh.[4] 2.3 Ketentuan Hukum Gadai Syariah Rukun gadai :[5] 1. Adanya ijab dan qabul 2. Adanya pihak yang berakad, yaitu pihak yang menggadaikan (rahn) dan yang menerima gadai (murtahin) 3. Adanya jaminan (marhun) berupa barang atau harta 4. Adanya utang (marhun bih)

Syarat sah gadai : 1. Rahn dan murtahin dengan syarat-syarat : kemampuan juga berarti kelayakan seserang untuk melakukan transaksi pemilikan, setiap orang yang sah melakukan jual beli sah melakukan gadai. 2. Sighat dengan syarat tidak boleh terkait dengan masa yang akan datang dan syarat-syarat tertentu. 3. Utang (marhun bih) dengan syarat harus merupakan hak yang wajib diberikan atau diserahkan kepada pemiliknya, memungkinkan pemanfaatannya bila sesuatu yang menjadi utang itu tidak bisa dimanfaatkan maka tidak sah, harus dikuantifikasi atau dapat dihitung jumlahnya bila tidak dapat diukur atau tidak dikuantifikasi, rahn tidak sah. 4. Barang (marhun) dengan syarat harus bisa diperjualbelikan, harus berupa harta yang bernilai, marhun harus bisa dimanfaatkan secara syariah, harus diketahui keadaan fisiknya, harus dimiliki oleh rahn setidaknya harus seizin pemiliknya.

Menurut fatwa DSN-MUI No.26/DSN-MUI/III/2002 gadai emas syariah harus memenuhi ketentuan umum berikut :[6] 1. Rahn emas dibolehkan berdasarkan prinsip rahn.

2. Ongkos dan biaya penyimpanan barang (marhun) ditanggung oleh penggadai (rahn). 3. Ongkos penyimpanan besarnya didasarkan pada pengeluaran yang nyata-nyata diperlukan. 4. Biaya penyimpanan barang (marhun) dilakukan berdasarkan akad Ijarah.

Pada dasarnya pegadaian syariah berjalan di atas dua akad transaksi syariah yaitu : 1. Akad Rahn. Rahn adalah menahan harta milik si peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya, pihak yang menahan memperoleh jaminan untuk mengambil kembali seluruh atau sebagian piutngnya. Dengan akad ini, pegadaian menahan barang bergerak sebagai jaminan atas utang nasabah.

2. Akad Ijarah. Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang dan atau jasa melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barangnya sendiri melelui akad ini dimungkinkan bagi pegadaian untuk menarik sewa atas penyimpanan barang bergerak milik nasabah yang telah melakukan akad.

2.3 Tujuan Pegadaian Tujuan dari Perum Pegadaian adalah sebagai berikut :[7] 1. Turut melaksanakan dan menunjang pelaksanaan kebijaksanaan dan program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya melalui penyaluran uang pembiayaan/pinjaman atas dasar hukum gadai. 2. Pencegahan praktik ijon, pegadaian gelap, dan pinjaman tidak wajar lainnya. 3. Pemanfaatan gadai bebas bunga pada gadai syariah memiliki efek jaring pengaman sosial karena masyarakat yang butuh dana mendesak tidak lagi dijerat pinjaman/pembiayaan bebas bunga.

2.4 Tugas Pokok Pegadaian Tugas pokok pegadaian yaitu sebagai berikut :[8]

1. Menyalurkan uang pinjaman atas dasar hukum gadai dan uasha-usaha lain yang berhubungan dengan tujuan pegadaian atas dasar materi. 2. Memberi pinjaman kepada masyarakat atas dasar hukum gadai agar masyarakat tidadirugikan oleh kegiatan lembaga keuangan non formal yang cenderung memanfaatkan kebutuhan dana mendesak dari masyarakat.

2.5 Fungsi Pokok Pegadaian 1. Mengelola penyaluran uang pinjama atas dasar hukum gadai dengan cara mudah, cepat, aman dan hemat. 2. Menciptakan dan mengembangkan usaha-usaha lain yang menguntungkan bagi pegadaian maupun masyarakat. 3. Mengelola keuangan perlengkapan, kepegawaian, pendidikan dan pelatihan. 4. Mengelola organisasi, tata kerja dan tata laksana pegadaian. 5. Melakukan penelitian dan pengembangan serta mengawasi pengelolaan pegadaian.

2.6 Jenis- Jenis Barang yang Dapat Digadaikan 1. Barang perhiasan Perhiasan yang terbuat dari emas, perak, platina , intan, mutiara dan batu mulia. 2. Kendaraan Mobil, sepeda motor, sepeda, becak, bajai, dan lain-lain. 3. Barang elektronik Kamera, lemari es, freezer, radio, tape recorder, video player, televisi, komputer, laptop, handphone, dan lain-lain. 4. Barang rumah tangga Perlengkapan dapur, peralatan makan dan lain-lain. 5. Mesin-mesin

Mesin jahit dan mesin kapal motor. 6. Tekstil Pakaian, permadani atau kain batik/sarung. 7. Barang lain yang dianggap bernilai oleh perum pegadaian seperti surat-surat berharga baik dalam bentuk saham, obligasi, maupun surat-surat berharga lainnya.

2.7 Jenis-Jenis Barang yang tidak Dapat Digadaikan. 1. Binatang ternak, karena memerlukan tempat penyipanan khusus dan memerlukan cara pemeliharaan khusus. 2. Hasil bumi, karena mudah busuk atau rusak. 3. Barang dagangan dalam jumlah besar, karena memerlukan tempat penyimpanan sangat besar yang tidak dimiliki oleh pegadaian. 4. Barang yang ceat rusak, busuk atau susut. 5. Barang yang amat kotor. 6. Kendaraan yang sangat besar. 7. Barang-barang seni yang sulit ditaksir. 8. Barang yang sangat mudah terbakar. 9. Senjata api, amunisi dan mesiu. 10. Barang yang disewabelikan. 11. Barang milik pemerintah. 12. Barang ilegal.

2.8 Kegiatan Usaha Pegadaian Perum pegadaian mempunyai kegiatan usaha antara lain, sebagai berikut : 1. Penghimpunan dana

Dana yang diperoleh oleh Perum Pegadaian untuk melekukan kegiatan usahanya berasal dari : a. Pinjaman jangka pendek dari Perbankan

b. Pinjaman jangka pendek dari pihak lainnya c. Penerbitan obligasi

d. Modal sendiri 2. Penggunaan dana Dana yang telah berhasil dihimpun kemudian digunakan untuk mendanai kegiatan usaha erum Pegadaian. Dana tersebut antara lain digunakan untuk hal-hal berikut ini : a. Uang kas dan likuid lain

b. Pembelian dan pengadaan berbagai macam bentuk aktiva tetap dan inventaris c. Pendanaan kgiatan operasional

d. Penyaluran dana Penggunaan dana yang utama adalah untuk disalurkan dalam bentuk pembiayaan atas dasar hukum gadai. Lebih dari 50% dana yang telah dihimpun oleh Perum Pegadaian tertanam dalam bentuk aktiva ini, karena memang ini merupakan kegiatan uatamanya. Penyaluran dana ini diharapkan akan dapat menghasilkan penerimaan dari bunga yang dibayarkan oleh nasabah. Penerimaan inilah yang merupakan penerimaan utama bagi Perum Pegadaian dalam menghasilkan keuntungan. e. Investasi lain Kelebihan dana atau idle fund, yang belum diperlukan untuk mendanai kegiatan operasional maupun penyaluran danabelum dapat disalurkan kepada masyarakat , daat ditanam dalam berbagai macam bentuk investasi jangka pendek dan menegngah. Investasi ini dapat menghasilkan penerimaan bagi Perum Pegadaian, namun penerimaan ini bukan merupakan penerimaan utama yang diharapkan oleh Perum Pegadaian. 3. Produk dan jasa perum pegadaian Produk dan jasa yang ditawarkan oleh Perum Pegadaian kepada masyarakat meliputi sebagai berikut :

a.

Pemberian pinjaman atas dasar hukum gadai

b. Penaksiran nilai barang Pinjaman atas dasar hukum gadai mensyaratkan penyerahan barang sebagai jaminan pada loket yang telah ditentukan penentuan harga pada kantor pegadaian setempat. Mengingat besarnya jumlah pinjaman sangat tergantung pada nilai barang yang akan digadaikan, maka barang yang diterima dari calon peminjam terlebih dahulu harus ditaksir nilainya oleh petugas penaksir. Petugas penaksir adalah orang-orang yang sudah mendapatkan pelatihan khusus dan berpengalaman dalam melakukan barang-barang yang akan digadaikan. Pedoman dasar penaksiran telah ditetapkan oleh Perum Pegadaian agar penaksiran atas suatu barang dapat sesuai dengan nilai yang sebenarnya. Pedoman penaksiran yang dikelompokkan atas dasar jenis barangnya adalah sebagai berikut : 1. Barang Kantong a. Emas o Petugas penaksir melihat harga pasar pusat (HPP) dan standar taksiran logam yang telah ditetapkan oleh Kantor Pusat o Petugas Penaksir melakukan pengujian karatase dan berat o Petugas menaksir melakukan nilai taksiran

b. Permata o Petugas penaksir melihat standar taksiran permata yang telah ditetapkan oleh kantor pusat. Standar ini disesuaikan dengan perkembangan pasar permata yang ada. o Petugas penaksir melakukan pengujian kualitas dan berat permata o Petugas penaksir melakukan nilai taksiran 2. Barang Gudang (mobil, mesin, barang elektonik, tekstil dll) o Petugas penaksir melihat harga pasar setempat (HPS) dari barang. o Harga pedoman untuk keperluan penaksiran ini selalu disesuaikan dengan perkembangan harga yang terjadi. o Petugas penaksir menentukan nilai taksiran Nilai taksiran terhadap suatu objek barang yang akan digadaikan tidak ditentukan sebesar harga pasar, melainkan setelah dikalikan dengan persentase tertentu. c. Penitipan barang

Jasa lainnya yang ditawarkan oleh Perum Pegadaian adalah penitipan barang. Masyarakat menitipkan barang di Pegadaian pada dasarnya karena alasan keamanan penyimpanan, terutama bagi masyarakat yang akan meninggalkan rumahnya untuk jangka waktu yang lama. Atas jasa penitipan yang diberikan, Perum Pegadaian memperoleh penerimaan dari pemilik barang berupa ongkos penitipan. d. Jasa lainnya

Usaha lain yang dilakukan oleh Perum Pegadaian adalah sebagai berikut:[9] a. Melayani jasa taksiran, bagi masyarakat yang ingin menaksir berapanilai riil barang-barang berharga miliknaya seperti, emas, intan, berlian, dan lainnya. b. Melayani jasa penitipan barang, bagi masyarakat yang ingin menitipkan barang-barang berharga lainnya. c. Memberikan kredit, terutama bagi karyawan yang mempunyai penghasilan tetap.

d. Ikut serta dalam usaha tertentu bekerja sama dengan pihak ketiga.

Sejauh ini, perum pegadaian menerbitkan produk pegadaian yang beragam, ada yang berbasis konvensional dan ada pula yang syariah. Produk pegadaian yang diterbitkan oleh Perum Pegadaian, antara lain :[10] e. Kredit KCA adalah pinjaman berdasarkan hukum gadai denagn prosedur pelayanan yang mudah, aman, dan cepat. f. Kreasi ; kredit angsuran fidusia, yaitu pemberian pinjaman uang yang ditujukan kepada pengusaha kecil atas dasar fidusia. Kredit atas dasar fidusia adalah pengikatan jaminan dengan lembaga pengikatan jaminan sempurna dan memberikan hak preferaen kepada kreditor (lembaga fidusia). g. Kresida ; kredit angsuran sistem gadai yang merupakan pemberian pinjaman kepada para pengusha mikro kecil (dalam rangka pengembangan usaha) atas dasar gadai yang pengembalian pinjamannya dilakukan melalui angsuran dalam jangka waktu maksimal tiga tahun dan jaminan bergerak seperti perhiasan, kendaraan bermotor, dan sebagainya. h. Jasa taksiran : layanan kepada masyarakat yang memerlukan harga atau nilai harta benda miliknya yang diperiksa dan ditaksir oleh juru taksir yang berpengalaman dan profesional. i. Jasa titipan ; layanan titipan barang berharga seperti perhiasan, emas, batu permata, kendaraan bermotor, surat-surat berharga (tanah, ijazah) kepada masyarakat.

j.

Gadai Gabah ; merupakan Kredit Tunda Jual Komoditas Pertanian yang diberikan kepada para petani dengan jaminan gabah kering giling.

k. Gadai Investa ; merupakan salah satu Produk Perum Pegadaian berupa penyaluran pinjaman atas dasar hukum gadai dalam jangka waktu tertentu yang diberikan kepada nasabah dengan jaminan berbentuk saham yang tercatat dan diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia dan Obligasi Negara Ritel (ORI) l. KRISTA ; Kredit Usaha Rumah Tangga merupakan kredit yang ditujukan kepada para pengusaha sangat mikro yang tergabung dalam suatu kelompok/asosiasi dengan jaminan pokok sistem tanggung renteng diantara anggota kelompok tersebut. m. Gadai Syariah (rahn) adalah produk jasa gadai yang berlandaskan pada prinsip-prinsip syariah, dimana nasabah hanya akan dibebankan biaya administrasi dan biaya jasa simpan dan pemeliharaan barang jaminan (ijarah). n. ARRUM ; (Ar-Rahn untuk Usaha Mikro Kecil) merupakan pembiayaan bagi para pengusaha mikro kecil, untuk pengembangan usaha dengan berprinsip syariah.[11]

2.9 Manfaat Pegadaian Adapun manfaat pegadaian antara lain :[12] 1. Bagi nasabah : Tersedianya dana dengan prosedur yang relatif lebih sederhana dan dalam waktu yang lebih cepat dibandingkan dengan pembiayan/kredit perbankan. Disamping itu, nasabah juga mendapat manfaat penaksiran nilai suatu barang bergerak secara profesional. Mendapatkan fasilitas penitipan barang bergerak yang aman dan dapat dipercaya. 2. Bagi perusahaan pegadaian : a. b. Penghasilan yang bersumber dari sewa modal yang dibayarkanoleh peminjam dana. Penghasilan yang bersumber dari ongkos yang dibayarkan oleh nasabah yang memperoleh jasa tertentu. Bagi bank syariah yang mengeluarkan produk gadai syariah dapat mendapat kuntungan dari pembebanan biaya administrasi dan biaya sewa tempat penyimpanan emas.

c.

Pelaksanaan misi perum pegadaian sebagai suatu badan usaha milik negara yang bergerak dalam bidang pembiayaan berupa pemberian bantuan kepada masyarakat yang memerlukan dana dengan prosedur dan cara yang relatif sederhana.

d. Berdasarkan PP No. 10 Tahun 1990, laba yang diperoleh digunakan untuk : Dana pembangunan semesta (55%) Cadangan umum (20%) Cadangan tujuan (5%) Dana sosial (20%)

2.10

Sumber Pendanaan

Untuk memenuhi kebutuhan dananya, Perum Pegadaian memiliki sumber-sumber dana sebagai berikut :[13] 1. Modal sendiri 2. Penyertaan modal pemerintah 3. Pinjaman jangka pendek dari perbankan 4. Pinjaman jangka panjang yang berasal dari Kredit Lunak Bank Indonesia 5. Dari masyarakat melalui penerbitan obligasi.

2.11

Mekanisme Produk Gadai Syariah

1. Produk Gadai (Ar-Rahn) Untuk mengajukan permohonan permintaan gadai, calon nasabah harus terlebih dahulu memenuhi ketentuan berikut : a. Membawa fotokopi KTP atau identitas lainnya (SIM, Paspor, dan lain-lain)

b. Mengisi formulir permintaan rahn c. Menyerahkan barang jaminan (marhun) bergerak, seperti :

Perhiasan emas, berlian. Kendaraan bermotor Barang-barang elektronik.

Prosedur pemberian pinjaman (marhun bih) dilakukan melalui tahapan berikut : a. Nasabah mengisi formulir permintaan rahn.

b. Nasabah menyerahkan formulir permintaan yang difotokopi; identitas serta barang jaminan ke loket. c. Petugas pegadaian menaksir (marhun) agunan yang diserahkan.

d. Besarnya pinjaman/marhun bih adalah sebesar 90% dari taksiran marhun. e. Apabila disepakati besarnya pinjaman, nasabah menandatangani akad dan menerima uang pinjaman 2. Produk ARRUM Untuk memperoleh pembiayaan melalui produk ARRUM ini, calon nasabah harus memenuhi beberapa persyaratan : a. Calon nasabah merupakan mikro kecil di mana usahanya telah berjalan minimal 1 tahun.

b. Memiliki kendaraan bermotor (mobil/motor) sebagai agunan pembiayaan. c. Calon nasabah harus melampirkan : Fotokopi KTP dan kartu keluarga. Fotokopi KTP suami/isteri Fotokopi surat nikah Fotokopi dokumen usaha yang sah (bagi pengusaha informal cukup menyerahkan surat keterangan usaha dari kelurahan atau dinas terkait) Asli BPKB kendaraan bermotor Fotokopi rekening koran/tabungan (jika ada)

Fotokopi pembayaran listrik atau telepon Fotokopi pembayaran PBB Fotokopi laporan keuangan usaha.

d. Memenuhi kriteria kelayakan usaha.

Apabila persyaratan di atas telah terpenuhi, maka proses memperoleh pembiayaan ARRUM selanjutnya dapat dilakukan dengan : a. b. Mengisi formulir aplikasi pembiayaan ARRUM Melampirkan dokumen-dokumen usaha, agunan, serta dokumen pendukung lainnya yang terkait. c. Petugas pegadaian memeriksa keabsahan dokumen-dokumen yang dialmpirkan

d. Petugas pegadaian melakukan survei analisis kelayakan usaha serta mnaksir agunan. e. f. Penandatanganan akad pembiayaan Pencairan pembiayaan

3. Produk Gadai Emas di Bank Syariah Bagi calon nasabah yang ingin mengajukan prmohonan dapat menandatangani bank-bank syariah yng menyediakan fasilitas pembiayaan gadai emas dengan memenuhi syarat sebagai berikut : a. Identitas diri KTP/SIM yang masih berlaku

b. Perorangan WNI c. Cakap secara hukum

d. Mempunyai rekening giro atau tabunagn di bank syariah tersebut e. f. Menyanpaikan NPWP (untuk pembiayaan sesuai dengan aturan yang berlaku) Adanya barang jaminan berupa emas. Bentuk dapat emas batangan, emas perhiasan atau emas koin dengan kemurnian minimal 18 karat atau kadar emas 75%. Sedangkan jenisnya adalah emas merah dan kuning.

g.

Memberikan keterangan yang diperluakn dengan benar mengenai alamat, data penghasilan atau data lainnya.

Selanjutnya pihak bank syariah akan melakukan analisis pinjaman yang meliputi : a. b. Petugas bank memeriksa kelengkapan dan kebenaran syarat-syarat calon pemohon peminajm Penaksir melakukan analisis terdapat data pemohon, kaslian,dan karatese jaminan brupa emas, sumber peengembalian pinjaman, penamilan atau tingkah laku calon nasabah yang mencurigakan. c. Jika menurut analisis, pemohon layak maka bank akan menerbitkan pinjaman (qardh) dengan gadai emas. Jumlah pinjaman disesuaikan dengan kebutuhan nasabah dengan maksimal pinjaman sebesar 80% dari taksiran emas yang disesuaikan dengan standar emas. d. Realisasi pinjaman dapat dicairkan setlah akad pinjaman (qardh) sesuai dengan ketentuan bank. e. f. g. Nasabah dikenakan biaya administrasi, biaya sewadari jumlah pinjaman. Pelunasan dilakukan sekaligus pada saat jatuh tempo Apabila sampai dengan waktu yang ditetapkan nasabah tidak dapat melunasi dan proses kolektibilitas tidak dapat dilakukan, maka jaminan dijual di bawah tangan dengan ketentuan : Nasabah tidak dapat melunasi pinjaman sejak tanggal jatuh tempo pinjaman dan tidak diperbaharui Diupayakan sepengetahuan nasabah dan kepada nasabah diberikan kesempatan untuk mencari calon pemilik. Apabila tidak dapat dilakukan, maka bank menjual berdasarkan harga tertinggi dan wajar (karyawan bank tidak diperkenankan memliki agunan tersebut)

BAB III PENUTUP

3.1 KESIMPULAN 1. Gadai adalah suatu hak yang diperoleh sesorang yang berpiutang atas suatu barang bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh seseorang berutang atau oleh orang lain atas namanya, dan yang memberikan kekuasaan kepada orang yang berpiutang itu untuk mengambil pelunasan dari barang tersebut secara didahulukan daripada orang yang berpiutang lainnya, dengan pengecualian biaya untuk melelang barang tersebut dan biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkannya setelah barang itu digadaikan, biaya-biaya mana harus didahulukan. 2. Pegadaian syariah adalah pegadaian yang dalam menjalankan operasionalnya berpegang kepada prinsip syariah. Payung gadai syariah dalm hal pemenuhan prinsip-prinsip syariah berpegang pada fatwa DSN-MUI No. 25/DSN-MUI/III/2002 tanggal 26 Juni 2002 yang menyatakan bahwa pinjaman dengan menggadaikan barang sebagai jaminan utang dalam bentuk rahn diperbolehkan. Sedangkan dalam aspek kelembagaan tetap menginduk kepada Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 1990 tanggal 10 April 1990. 3. Pegadaian syariah dilakukan dengan dua akad, yaitu : a. Akad rahn

b. Akad Ijarah 4. Jenis barang yang dapat diterima sebagai barang pada prinsipnya adalah barang bergerak. 5. Kegiatan usaha pegadaian yaitu : a. Penghimpunan dana

b. Penggunaan dana c. Produk dan jasa perum pegadaian

6. Produk pegadaian yang diterbitkan oleh perum pegadaian antara lain : Kredit KCA, Kreasi, Kreasida, Jasa Taksiran, Jasa Titipan, Gadai Gabah,Gadai Investa, KRISTA. 7. Mekanisme produk gadai syariah antara lain : a. Produk gadai (Ar-Rahn)

b. Produk ARRUM c. Produk gadai emas di bank syariah.

DAFTAR PUSTAKA Kasmir, 2009, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Jakarta : Rajawali pers Soemitra Andri, 2009. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Jakarta : Kencana Prenada Media Group http://boniephoel.wordpress.com/2010/04/26/lembaga-keuangan-bukan-bank/ http://hendrakholid.net/blog/2009/05/18/pegadaian-syariah-makalah/ http://adhitchemonk.blogspot.com/2011/04/tentang-pegadaian-dan-koperasi.html http://hendra-ssetyawan.blogspot.com/2010/11/manfaat-pegadaian.html

[1] Hendrakholid,Pegadaian Syariah Makalah, diakses dari http;//hendrakholid.net/blog/2009/05/18/pegadaian-syariah-makalah/ [2] Adhitchemonk,Pegadaian dan Korupsi,adhitchemonk.blogspot, diakses dari http://adhitchmonk.blogspot.com/2011/04/tentang pegadaian-dan-koperasi.html [3] Andri Soemitra,Bank dan Lembaga Keuangan Syariah (Jakarta, Prenada Media Group, 2009),hlm.400. [4] Adhitchemonk,Pegadaian dan Korupsi,adhitchemonk.blogspot, diakses dari http://adhitchmonk.blogspot.com/2011/04/tentang pegadaian-dan-koperasi.html. [5] Andri Soemitra,Bank dan Lembaga Keuangan Syariah (Jakarta, Prenada Media Group, 2009),hlm.385. [6] Ibid.hlm.387. [7] ibid.hlm.390 [8] Adhitchemonk,Pegadaian dan Korupsi,adhitchemonk.blogspot, diakses dari http://adhitchmonk.blogspot.com/2011/04/tentang pegadaian-dan-koperasi.html.

[9] Kasmir,Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta :Rajawali Pers,2009 [10] Andri Soemitra,Bank dan Lembaga Keuangan Syariah (Jakarta, Prenada Media Group, 2009),hlm.391-392. [11] ibid.hlm.393. [12] Ibid.hlm.390-391. [13] Ibid.hlm.394

) hlm.270

You might also like