Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
remaja dan anak sehingga pendidikan seks atau pendidikan mengenai kesehatan
reproduksi yang lebih trendnya sex education sudah seharusnya diberikan kepada
anak-anak yang sudah beranjak dewasa atau remaja baik malalui pendidikan
formal maupun informal. Ini penting untuk mencegah biasnya pendidikan seks
2008: 39).
para remaja. Dalam salah satu butir konsensus tersebut ditekankan tentang upaya
agaknya masih timbul pro kontra di masyarakat, lantaran adanya anggapan bahwa
membicarakan seks adalah hal yang tabu dan pendidikan seks akan mendorong
1
dengan pendidikan seks seolah sebagai suatu hal yang vulgar (Syarif, 2008: 39).
yang merupakan salah satu unit kegiatan dari Perkumpulan Keluarga Berencana
Indonesia (PKBI) menyebutkan, selama ini jika kita berbicara mengenai seks,
maka yang terbersit dalam benak sebahagian orang adalah hubungan seks.
Padahal, seks itu artinya jenis kelamin yang membedakan antara cowok dan
cewek atau laki-laki dan perempuan secara biologis (Syarif, 2008: 40)
menyebutkan, dari 1563 perempuan usia subur, terdapat 50,9% melakukan aborsi
secara sengaja pada usia 15-19 tahun, sekitar 11,9% melakukan secara tradisional
ataupun medis. Cara tradisional yang digunakan untuk aborsi adalah meminum
jamu atau ramuan tradisional, jumlah pelakunya sekitar 27,5%. Sementara itu
dari penuturan yang disampaikan oleh Mestika (1996) yang merangkum dari hasil
penelitian para pengamat masalah sosial remaja dibeberapa kota besar antara lain:
Sarwono (1970) meneliti 117 remaja di Jakarta dan menemukan bahwa 4,1%
meneliti 461 remaja dan dari penelitian ini diperoleh data bahwa 8,2%
menemukan data bahwa 4,1% remaja putra dan 5,1% remaja putri pernah
melakukan hubungan seks. Pada tahun yang sama Tjitara mensurvei 200 remaja
2
yang hamil tanpa dikehendaki. Survei yang dilakukan Tjitara juga memaparkan
misalnya, film layar lebar, VCD, DVD, media cetak, sampai assesoris yang
mudah didapatkan bahkan tayangan televisipun saat ini mengarah kepada hal
yang seperti itu dan juga belum lancarnya komunikasi remaja dengan orang tua
yang menyangkut soal seks. Dari data survei yang diambil oleh Synovate
Research ke 450 responden dan 4 kota dengan kisaran usia antara 15-24 tahun,
mengungkapkan bahwa sekitar 65% informasi tentang seks, mereka dapatkan dari
kawan, dan 30% sisanya dari film porno. Ironisnya hanya 5% dari resdponden
remaja ini mendapat informasi tentang seks dari orang tuanya ((Syarif, 2008: 41).
Kurangnya pengetahuan seks dan kehidupan remaja serta adanya data dan
adanya tanggapan bahwa pendidikan seks adalah tabu membuat para remaja
bukan menjadi takut tetapi mereka lebih ingin mencari tahu sendiri melalui
informasi-informasi yang mudah mereka dapatkan melalui kaset VCD, film layar
lebar, gambar-gambar dan masih banyak lagi. Hal tersebut membuat remaja
3
didapatkan siswa yang memiliki pengetahuan baik 51,7% dan yang memiliki
serta belum pernah dilakukan penelitian dan belum pernah diadakan penelitian
tentang pendidikan seks untuk itu peneliti tertarik melakukan penelitian di tempat
ini, dan ingin mendapatkan gambaran yang jelas dan akurat mengenai
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
4
D. Manfaat Penelitian
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
A. Tinjauan Tentang Pengetahuan
terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yakni
2003:127).
oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari
tersebut bagi dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih
baik lagi.
6
pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
seperti ini, dimana didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang
positif (long lasting). Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh
2003:128).
yaitu:
a. Tahu (know)
kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang
b. Memahami (comprehension)
c. Aplikasi (application)
7
telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).
d. Analisis (analysis)
organisasi tersebut.
e. Sintesis (synthesis)
baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun
f. Evaluasi (evaluation)
terhadap suatu materi atau objek penilaian berdasarkan suatu kriteria yang
telah ada.
8
statis (Notoatmodjo, 1993:96).
e. Sikap mempunyai peran yang lebih besar di bidang bisnis jasa maupun
bisnis pemasaran jaringan. Sikap berperan pada 99%, jauh lebih besar
f. Sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup
9
Stimulus/ Proses
Sikap Reaksi Tingkah Laku
Rangsangan Stimulus
Lebih dapat dijelaskan lagi bahwa sikap merupakan reaksi terhadap objek
(Notoatmodjo, 2003:131).
Gambar 2.1
Diagram dibawah ini lebih dapat menjelaskan uraian tersebut
Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total
2003:132):
a. Menerima (receiving)
10
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan
b. Merespon (Responding)
tugas yang diberikan terlepas dari apakah pekerjaan itu benar atau salah
c. Menghargai (Using)
dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap
tingkat 3.
b. Teori keseimbangan
c. Teori atribut
11
Orang bersikap dengan mempertimbangkan kognisi dan afeksi suatu
1) Kepribadian
2) Intelegensia
3) Bakat
4) Minat
5) Perasaan
b. Faktor ekstrinsik yang mempengaruhi sikap individu antara lain yang akan
(Erwin, 2005:3).
cukup lama dan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor spiritual atau
dan kekuatan atau semangat dalam diri manusia itu sendiri sangat
yang dialami.
12
Kekuatan spiritual berpengaruh terhadap kemampuan seseorang dalam
pelajaran berharga, yang dapat membangkitkan nilai lebih dalam diri. Selain
itu, kekuatan spiritual merupakan kontrol yang sangat efisien terhadap sikap
seseorang. Sehingga orang itu tetap memiliki tekad yang kuat untuk berusaha
dengan cara-cara yang positif tanpa kenal putus asa. Kekuatan spiritual
tidak dihantui oleh rasa tidak percaya diri, malas, dan sikap negatif lainnya.
atau bersikap lebih positif. Impian yang besar akan menjadikan seseorang
hormat, tegas, inisiatif, berjiwa besar dan lain sebagainya. Orang yang
pikirannya.
Oleh sebab itu, letakkan satu standar yang lebih tinggi, sehingga
potensi diri kita dapat ditingkatkan. William Faulkner, seorang novelis peraih
hadiah nobel, mengatakan, “Impikan dan bidiklah selalu lebih tinggi daripada
pendahulu atau sesama Anda. Cobalah menjadi lebih baik daripada diri
13
terhadap sikap dan mencapai kemajuan hidup yang berarti.
dan antusiasme yang kuat pada kenyataannya selalu positif. Sikap positif itu
potensi diri dan meraih kesuksesan maupun kebahagiaan. Sikap ternyata yang
terpenting bagi kemajuan atau kebahagiaan Anda saat ini dan di masa-masa
yang akan datang. Oleh sebab itu dikatakan bahwa sikap adalah segala-
1. Pengertian
14
kesepakatan Internasional Conference Of Sex Education And
perkawinan.
baik.
15
yang tabu.
reproduksi mereka.
Waktu pemberian materi pendidikan seks dimulai pada saat anak mulai
menyadari tentang seks, agar ia mulai dapat membedakan mana ciri laki-laki
dan mana ciri perempuan. Bisa juga pada saat anak mulai bertanya-tanya pada
orang tuanya tentang bagaimana bayi lahir. Peran orang tua sangat penting
yang sangat sopan sebagai kata pengganti payudara, vagina atau penis bahkan
dianjurkan.
secara baik
menjadi 2 (dua) bagian yaitu jantan dan betina. Sel sperma pada
16
d. Sexuality biasanya sering diartikan sebagai relasi
perempuan.
kelamin, antara lain dengan perbedaan tingkah laku, atribut (pakaian, dan lain-
1. Organ reproduksi pada laki-laki terdiri dari dua bagian, yaitu bagian luar dan
bagian dalam. Organ reproduksi bagian luar atau disebut “organa genitolia
Organ ini terletak di bagian bawah perut dan merekat pada tulang
panggul. Di kedua sisi atas penis bagian dalam yang tertutup kulit
sepanjang glans atau kepala penis terdapat dua jaringan yang berisi
batang penis. Di dalam batang penis ini terdapat serabut saraf erektor
17
yang berhubungan dengan sum-sum tulang belakang. Saraf akan
rangsangan seksual yang dirasakan, dengan cara penis akan ereksi atau
menjadi tegang dan kaku. Lapisan kulit pada batang penis yang
bulu atau rambut. Pada sebagian orang bulu-bulu ini tumbuh sekitar
dari keringat dan iritasi. Bulu ini dapat dicukur tergantung pada
Bila darah tidak mampu mengaliri pembuluh darah dalam penis maka
terjadi (impoten) atau tidak bisa ereksi. Faktor penyebab impoten yaitu
jiwa).
dari serabut otot polos yang berfungsi untuk menahan secara otomatis
18
(spermatozoa) atau sel telur laki-laki dan hormon testosteron,
dengan berat sekitar 45-90 gr. Dalam testis terdapat saluran kecil dan
testis tidak turun dan tetap berada di dalam perut. Kelainan ini dapat
2) Epididymidis
makanan sperma atau semen, dan keluar melalui uretra atau saluran
3) Vas Deferens
Organ ini berupa sepasang saluran yang mengalirkan air mani menuju
19
vesicula seminalis.
b) Kelenjar prostat.
c) Kelenjar cowperi.
1) Tundun (monsvenesis)
Bagian yang menonjol meliputi simpisis yang terdiri dari jaringan dan
lemak, area ini mulai ditumbuhi bulu pada masa pubertas. Berfungsi
Dua lipatan dari kulit diantara kedua paha bagian atas labia mayora,
4) Klitoris (klentit)
saraf.
5) Vestibulum (serambi)
Merupakan rongga yang ada diantara bibir kecil (labia minora). Muka
20
a) Liang senggama
b) Uretra.
c) Kelenjar bartolini.
cincin, konsistensi ada yang kaku dan ada yang lunak, lubangnya ada
7) Perineum (kerampang)
2) Uterus (rahim).
rahim).
b) Korpus uteri.
c) Servik uteri.
d) Ovarium.
21
F. Perkembangan Fungsi Organ Seksual (Soetjiningsih, 2004 : 34)
a. Tinggi
pada usia 10-14 tahun (rata-rata 12 tahun). Pada masa percepatan tumbuh
(rata-rata 13 tahun).
b. Berat
c. Reproduksi
22
(2)Kemampuan berejakulasi, yang terjadi kira-kira 1 tahun
23
(4)Munculnya jerawat (akne).
2. Masa remaja menengah (umur 11-14 tahun pada wanita dan 12-15,5 tahun
pada laki-laki)
terjadi pada usia rata-rata 12 tahun pada anak peremuan dan 14 tahun pada
yang diikuti 6 bulan kemudian oleh tungkai dan paha. Panjang tungkai,
anak laki-laki dari anak perempuan karena pada anak laki-laki umur saat
24
Pada laki-laki pertambahan berat badan terutama terjadi karena
terjadi pertambahan 4 kali lipat dari sel otot. Jumlah lemak pada laki-laki
terutama karena menambah besarnya ukuran dan jumlah dari sel adiposit.
sebelum pubertas menjadi lebih dari 20% pada saat terjadi puncak
(bertambahnya jumlah dan besarnya sel dan kekuatan otot), juga terjadi
c. Reproduksi
vesikula seminalis, epididimis dan prostat, dan urin pertama pagi hari
25
Tidak lama sebelum menarche, endometrium berkembang, seruiks dan
dalam jumlah yang besar dari pada sebelumnya dan PH-nya menjadi
vagina.
tahun dan masa ini berlangsung sekitar 0,8 tahun (0,2-1,6 tahun).
bau badan.
rawan tiroid dan krikoid dan sel-sel otot laring. Kelenjar keringat
26
bertambah banyak.
akan melebar selama pubertas. Pada masa ini, pada kira-kira 30-50%
bawah areola pada salah satu atau kedua payudara. Keadaan ini
3. Masa remaja akhir (pada anak perempuan berkisar antara 13-17 tahun dan
Pada masa ini yang masih tumbuh biasanya terbatas pada dagu
akibat aposisi dari tulang pada simfisis mandibula. Ini kemudian diikuti
distal ke proksimal.
Jumlah sel otot dan kekuatan pada anak laki-laki masih terus
c. Reproduksi
27
1) Ciri-ciri seks “primer”
dagu.
dengan bentuk dewasa yang khas. Seperti halnya pada anak laki-laki
1. Kehamilan
28
Sikap Pendidikan Seks
Pengetahuan (Sex Education)
perlu dicermati. Penyakit tersebut ditularkan oleh perilaku seks yang tidak
aman atau tidak sehat atau melakukan seks bebas. Misalnya, remaja yang
lain-lain. Selain akan membawa cacat pada bayi, menular seks yang
B A B III
A. Kerangka Konsep
yaitu tentang tingkatan pengetahuan dan sikap siswa SMUN 1 Biromaru tentang
Gambar 3.1
Kerangka Konsep Penelitian
29
B. Definisi Operasional
1. Pengetahuan
2. Sikap
30
B A B IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
gambaran secara rinci dari variabel yang diteliti tanpa membuat suatu
1. Populasi
(Riduwan, 2006: 8). Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah semua
siswa SMUN 1 Biromaru kelas II dan kelas III sebanyak 298 orang.
2. Sampel
31
298
1 +298
298 (0,01)
1 + 298(0,1)2 N
n=
1 + N (d2)
sebenarnya (Riduwan, 2006: 8). Pada penelitian ini sampel diambil dari
a. Kriteria Inklusi:
b. Besar Sampel
Keterangan
N = besar populasi
n = besar sampel
Dimana :
N = 298
d = 10% (0,1)
n =
n =
32
298
298 25
32
31
1 +3,98
2,98 298
n =
n =
n = 75 sampel
Kelas II IPA 1 : x 75 = 6
Kelas II IPA 2 : x 75 = 8
Kelas II IPS I : x 75 = 8
33
82
23
42
38
41
82
26
40
450
298
450
298
Kelas II IPS 2 : x 75 = 7
C. Pengumpulan Data
a. Data primer
b. Data sekunder
Data yang diperoleh dari kantor atau bagian tata usaha SMUN I Biromaru.
2. Cara pengukuran
D. Pengolahan Data
34
f
P= x 100%
n
1. Editing
diperoleh.
2. Coding
Dilakukan guna memberikan kode pada nomor jawaban yang telah diisi oleh
3. Entry
4. Cleaning
Melakukan pengecekan akhir atas semua data yang telah dimasukkan agar
E. Analisa Data
gambaran tentang kondisi objek tanpa membuat suatu perbandingan. Analisa yang
Keterangan :
35
P : Proporsi
f : Frekuensi
n : Sampel
F. Etika Penelitian
1. Informed Consent
bersedia, maka responden harus menanda tangani lembar persetujuan dan jika
pengumpulan data.
3. Confidentiality
oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil
riset.
G. Keterbatasan Penelitian
36
2. Kuesioner yang tidak diuji cobakan.
BAB V
A. Hasil Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan juli 2008 dengan jumlah
dan sikap siswa SMUN 1 Biromaru tentang pendidikan seks (sex education).
Adapun hasil penelitian ini akan disajikan dalam bentuk gambar sebagai
berikut:
ditetapkan dua kategori berdasarkan nilai median. Median dalam penelitian ini
adalah 17, sehingga kategori pengetahuan yang baik tentang pendidikan seks
37
90 Baik Kurang Baik
80
70
57,3%
60
50 42,7%
40
30
20
10 dengan skor ≥ 17 dan yang memiliki pengetahuan yang kurang baik tentang
0
pendidikan seks dengan skor < 17.
berikut:
Gambar 5.1
Distribusi responden berdasarkan pengetahuan siswa
tentang pendidikan seks (Sex Education)
di SMUN I Biromaru Juli 2008
38
1.1 Tingkat pengetahuan siswa tentang apa yang dimaksud dengan
pendidikan seks
baik tentang apa yang dimaksud dengan pendidikan seks dengan skor
≥ 2 dan yang memiliki pengetahuan yang kurang baik tentang apa yang
Tabel 5.1
Distribusi responden berdasarkan pengetahuan siswa tentang apa yang
dimaksud dengan pendidikan seks (Sex Education)
di SMUN I Biromaru Juli 2008
39
siswa yang memiliki tingkat Pengetahuan yang kurang baik tentang apa
(40%).
berikut:
Tabel 5.2
Distribusi responden berdasarkan pengetahuan siswa tentang tujuan
pendidikan seks (Sex Education) di SMUN I Biromaru
Juli 2008
40
berjumlah 55 responden atau (73,3%), sedangkan siswa yang memiliki
tabel berikut:
Tabel 5.2
Distribusi responden berdasarkan pengetahuan siswa tentang
pertumbuhan dan perkembangan fisik remaja serta
ciri-ciri seks primer/sekunder laki-laki
dan perempuan di SMUN I Biromaru
41
Juli 2008
42
Tabel 5.3
Distribusi responden berdasarkan pengetahuan siswa
tentang seks bebas di SMUN I Biromaru
Juli 2008
Pengetahuan siswa tentang seks
No. Jumlah %
bebas
1. Kurang Baik 31 41,3
2. Baik 44 58,7
Jumlah 75 100
Sumber: data primer yang diolah.
responden (41,3%).
berikut:
Tabel 5.4
43
Distribusi responden berdasarkan pengetahuan siswa tentang manfaat
pendidikan seks (Sex Education) di SMUN I Biromaru
Juli 2008
Pengetahuan siswa tentang
No. Jumlah %
manfaat pendidikan seks
1. Kurang Baik 20 26,7
2. Baik 55 73,3
Jumlah 75 100
Sumber: data primer yang diolah.
kurang baik tentang resiko melakukan seks bebas dengan skor < 4.
responden tentang resiko melakukan seks bebas dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 5.5
Distribusi responden berdasarkan pengetahuan siswa tentang resiko
44
90
80
70 60%
60
50 40%
40
30
20
10
melakukan seks bebas di SMUN I Biromaru
0
Baik Juli 2008
Kurang baik
Pengetahuan siswa tentang resiko
No. Jumlah %
melakukan seks bebas
1. Kurang Baik 36 48
2. Baik 39 52
Jumlah 75 100
Sumber: data primer yang diolah.
ditetapkan dua kategori berdasarkan nilai median. Median dalam penelitian ini
adalah 33, sehingga kategori yang sikapnya baik tentang pendidikan seks
dengan skor ≥ 33 dan yang memiliki sikap yang kurang baik tentang
Gambar 5.2
Distribusi responden berdasarkan sikap siswa
tentang pendidikan seks (Sex Education)
di SMUN I Biromaru Juli 2008
45
Sumber: data primer
sedangkan yang memiliki sikap yang kurang baik terhadap pendidikan seks
seks yang diadakan di sekolah dengan skor ≥ 4 dan yang memiliki sikap
Tabel 5.6
Distribusi responden berdasarkan sikap siswa terhadap pendidikan seks
46
yang diadakan di sekolah di SMUN I Biromaru
Juli 2008
seks di luar nikah dikelompokan menjadi dua yaitu sikap yang baik
nikah dengan skor ≥ 4 dan yang memiliki sikap yang kurang baik
47
responden tentang pergaulan bebas yang mengakibatkan hubungan seks
Tabel 5.7
Distribusi responden berdasarkan sikap siswa terhadap pergaulan
bebas yang mengakibatkan hubungan seks di luar nikah
di SMUN I Biromaru Juli 2008
2.3 Sikap siswa terhadap membaca dan menonton film pornografi yang
48
ditetapkan dua kategori berdasarkan nilai median yaitu 4, sehingga
menjadi dua yaitu sikap yang baik tentang membaca dan menonton film
dengan skor ≥ 4 dan yang memiliki sikap yang kurang baik tentang
berikut:
Tabel 5.8
Distribusi responden berdasarkan sikap siswa terhadap membaca dan
menonton film pornografi yang dapat merangsang untuk
melakukan hubungan seks di SMUN I Biromaru
Juli 2008
49
pornografi yang dapat merangsang untuk melakukan hubungan seks
sikap yang baik tentang hubungan seks masa pacaran dengan skor ≥ 2
dan yang memiliki sikap yang kurang baik tentang hubungan seks masa
responden tentang hubungan seks masa pacaran dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 5.9
Distribusi responden berdasarkan sikap siswa terhadap
hubungan seks masa pacaran di SMUN I Biromaru
Juli 2008
Sikap siswa terhadap hubungan
No. Jumlah %
seks masa pacaran
1. Kurang Baik 20 26,7
2. Baik 55 73,3
Jumlah 75 100
Sumber: data primer yang diolah.
50
Tabel di atas terlihat bahwa dari 75 responden, siswa yang
sikap yang kurang baik terhadap hubungan seks masa pacaran juga
2.5 Sikap siswa terhadap pendidikan seks yang sebaiknya diajarkan sedini
mungkin
menjadi dua yaitu sikap yang baik tentang membaca dan menonton film
dengan skor ≥ 4 dan yang memiliki sikap yang kurang baik tentang
Tabel 5.10
Distribusi responden berdasarkan sikap siswa terhadap pendidikan seks
yang sebaiknya diajarkan sedini mungkin di SMUN I Biromaru
Juli 2008
51
Sikap siswa terhadap pendidikan seks
No. Jumlah %
yang sebaiknya diajarkan sedini mungkin
1. Kurang Baik 34 45,3
2. Baik 41 54,7
Jumlah 75 100
Sumber: data primer yang diolah.
sikap yang baik terhadap pendidikan seks yang sebaiknya diajarkan sedini
memiliki sikap yang kurang baik terhadap pendidikan seks yang sebaiknya
B. Pembahasan
baik tentang pendidikan seks akan tetapi perbedaannya tidak begitu jauh,
dapat dilihat bahwa pengetahuan yang baik dengan jumlah 57,3%, sedangkan
yang memiliki tingkat pengetahuan yang kurang baik 42,7%. Ini berarti siswa
52
pengetahuan yang baik akan membantu siswa dalam pergaulan sehari-hari.
(Sex Education). Hal ini menunjukkan bahwa hasil penelitian yang dilakukan
Armelia, (2007) sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti di
yang baik tentang apa yang dimaksud dengan pendidikan seks. Ini berarti
siswa telah banyak mendapat informasi baik yang didapat dari orang tua,
53
sekolah dan juga teman-teman, juga melalui buku-buku maupun media
massa lainnya. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh
pendidikan seks
artinya siswa juga telah banyak mendapat pengetahuan baik dari sekolah
maupun orang tua dan melalui buku-buku serta media massa lainnya. Hal
ini sejalan dengan apa yang dikatakan oleh Notoatmodjo (2003) yang
54
pengetahuan yang baik tentang pertumbuhan dan perkembangan fisik
remaja serta ciri-ciri seks primer/sekunder lebih besar dari pada yang
dengan apa yang dikatakan oleh Notoatmodjo (2003) yang terdapat dalam
benar.
pengetahuan yang baik tentang seks bebas lebih besar dari pada yang
pengetahuan yang baik tentang seks bebas para siswa akan mampu menjag
diri dan kehormatannya. Hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan oleh
55
menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real
(sebenarnya).
pendidikan seks
artinya siswa juga telah banyak mendapat pengetahuan baik dari sekolah
maupun orang tua dan melalui buku-buku serta media massa lainnya. Hal
ini sejalan dengan apa yang dikatakan oleh Notoatmodjo (2003) yang
Artinya siswa telah banyak mendapat pengetahuan baik dari sekolah maupun
orang tua dan melalui buku-buku serta media massa lainnya. Hal ini sejalan
dengan apa yang dikatakan oleh Notoatmodjo (2003) yang terdapat dalam
56
yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
Pada hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sikap siswa yang baik
tentang pendidikan seks lebih besar dibandingkan dengan yang kurang baik.
Hal ini mungkin karena sudah ada penanaman sikap dari orang tua, guru,
agama dan kebudayaan mereka, sehingga dari sikap itu sendiri siswa mampu
lingkungan tempat tinggalnya. Dan bagi siswa yang memiliki sikap yang
kurang baik ini dipengaruhi oleh sikap mereka yang belum mengetahui
kehal-hal yang dapat merusak diri mereka. Misalnya bergaul dengan teman-
teman yang nakal, nonton film porno, baca buku porno, pergaulan bebas dan
kurangnya keterbukaan antara anak dan orang tua. Apabila mereka menyadari
maupun orang lain, bergaul dengan benar dan menjaga dirinya dengan baik.
57
bukan merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek lingkungan tertentu
sekolah
diri sendiri maupun orang lain. Hal ini sejalan dengan apa yang
yang salah satunya adalah bertanggung jawab atas segala sesuatu yang
hubungan seks di luar nikah. Ini artinya siswa juga telah banyak mendapat
pengetahuan baik dari sekolah maupun orang tua dan melalui buku-buku
serta media massa lainnya. Sehingga mempunyai silap yang baik pula. Hal
58
pelaksanaan motif tertentu.
hubungan seks
artinya siswa juga telah banyak mendapat pengetahuan baik dari sekolah
maupun orang tua dan melalui buku-buku serta media massa lainnya.
Sehingga mempunyai sikap yang baik pula. Hal ini sejalan dengan
tertentu.
memiliki sikap yang baik terhadap hubungan seks masa pacaran. Ini
artinya siswa juga telah banyak mendapat pengetahuan baik dari sekolah
maupun orang tua dan melalui buku-buku serta media massa lainnya.
Sehingga mempunyai sikap yang baik pula. Hal ini sejalan dengan
tertentu.
59
e. Sikap siswa terhadap pendidikan seks yang sebaiknya
sedini mungkin. Hal ini terjadi karena kurangnya informasi yang diterima
hal peran serta orang tua dan guru sangatlah penting untuk memberi
60
BAB VI
A. Kesimpulan
1. Pada hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara umum pengetahuan siswa
yang baik lebih besar dibandingkan pengetahuan yang kurang baik tentang
2. Sikap siswa secara umum yang baik lebih besar dibandingkan dengan siswa
B. Saran
61
1. Untuk sekolah SMUN I Biromaru.
2. Untuk siswa
DAFTAR PUSTAKA
Ajen Dianawati, 2003, Pendidikan Seks Untuk Remaja. Cetakan 1, Kawan Pustaka,
Jakarta.
Akhmad Azhar Abu Miqdad, 1997, Pendidikan Seks Untuk Remaja. Cetakan 1, Mitra
Pustaka Yogyakarta.
Alimun Aziz H, 2003, Riset Keperawatan Dan Tehnik Penulisan Ilmiah, Salemba
Medika, Jakarta.
62
Syarif, 2008. Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja. www.halalsehat.com,
Monday, 19 May 2008
Robert P. Masland, 1997, Apa Yang Ingin Diketahui Oleh Remaja Tentang Seks,
Cetakan 1, Bumi Aksara, Jakarta.
Singgih D. Gunarsa dan Yulia , 2001, Psikologi Praktis Anak, Remaja Dan Keluarga,
Cetakan 6, Gunung Mulia, Jakarta.
Widayatun Tri Rusni, 1999. Ilmu Perilaku . Buku Pegangan mahasiswa Akademi
Keperawatan, Jakarta
63