You are on page 1of 8

LAPORAN KONFIGURASI ROUTER IPv6 MULTICAST

MATA KULIAH ARSITEKTUR JARINGAN TERKINI


KELOMPOK 9 KELAS AJT-A

Disusun Oleh : Hamdan Hamaris Bagas Dimas Permadi Alan Nur Abdan Natsir Himawan Aditya Nizamudin Ghonim 0910680018 0910680094 0910683008 0910683051 0910683070

April 2013 Program Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer Universitas Brawijaya

PENDAHULUAN
Pengertian IP versi 6 (IPv6) adalah protokol internet terbaru yang didesain sebagai pengganti dari Internet protocol versi 4 (IPv4). IPv6 yang memiliki kapasitas alamat(address) yang lebih besar (128 bit), mendukung penyusunan alamat secara terstruktur, yang memungkinkan Internet terus berkembang dan menyediakan kemampuan routing baru yang tidak terdapat dalam IPv4. IPv6 memiliki tipe alamat anycast yang dapat digunakan untuk pemilihan route secara efisien. Selain itu IPv6 juga dilengkapi oleh mekanisme penggunaan alamat secara local yang memungkinkan terwujudnya instalasi secara Plug&Play, serta menyediakan platform bagi cara baru pemakaian Internet, seperti dukungan terhadap aliran datasecara real-time, pemilihan provider, mobilitas host, endto- end security, maupun konfigurasi otomatis. Tujuan IPv6 Tujuan dibuatnya IPv6 adalah untuk menggatikan IPv4 yang sbentar lagi kuotanya akan habis. Keunggulan IPv6 1. Otomatisasi berbagai setting / Stateless-less auto-configuration (plug&play). 2. Alamat pada IPv4 pada dasarnya statis terhadap host biasanya diberikan secara berurut pada host. 3. Funsi DHCP pada IPv6 sudah menggunakan Setting Otomatis Statefull dan Setting Otomatis Stateless Alamat Multicast (Multicast Address) Pada IPv6, trafik multicast bekerja dengan cara yang sama seperti pada IPv4. Sembarangan meletakkan IPv6 dapat mendengar trafik multicast dalam alamat multicast IPv6 sembarangan juga. Node IPv6 dapat mendengar kepada beberapa alamat multicast pada waktu yang sama. Node tersebut dapat bergabung atau meninggalkan grup multicast suatu saat. Alamat multicast mempunyai 8 bit pertama yang dibuat ke 1111 1111. Sebuah alamat IPv6 mudah ditentukan sebagai multicast karena selalu dimulai dengan FF. alamat multicast tidak dapat digunakan sebagai alamat sumber atau sebagai tujuan selanjutnya pada header routing. Diluar 8 bit pertama, alamat multicast memuat struktur tambahan untuk menentukan flag alamat multicast, scope, dan grup multicast. Berdasarkan gambar berikut ditunjukkan struktur alamat multicast IPv6.

Flag Menyatakan bahwa flag di atur dalam alamat multicast. Ukuran field ini 4 bit. Seperti pada RFC 3513, hanya flag itu yang mendefenisikan flag Transient (T). Flag T menggunakan bit field flag low-order. Apabila diatur je 0, flag T menyatakan bahwa alamat multicast mengenal alamat multicast yang telah ditetapkan secara perpanen oleh Internet Assigned Numbers Authority (IANA). Apabila diatur ke 1, flag T menyatakan bahwa alamat multicast adalah sebuah alamat multicast transient yang belum belum ditetapkan oleh IANA.

Scope Menyatakan bahwa scope pada jaringan IPv6 untuk trafik multicast yang dimaksutkan. Ukuran field ini 4 bit. Sebagai tambahan untuk memakai informasi yang disediakan oleh protocol routing multicast, router menggunkan scope multicast untuk menentukan apakah dapat melanjutkan trafik multicast. Nilai yang paling umum untuk filed scope adalah 1 (scope interface-local), 2 (scope link-local), dan 5 (scope site-local). Sebagai contoh, trafik alamat multicast FF02::2 dimiliki scope linklocal. Router IPv6 tidak pernah melanjutkan trafik diluar link local.

Group ID Menyatakan grup multicast dan bersifat unik pada scope. Ukuran field ini 112 bit. Group ID ditetapkan secara permanen terlepas dari scope. Group ID transient setara hanya untuk sebuah scope tertentu. Alamat multicast dari FF01:: melalui FF0F:: dicadangkan, alamat yang terkenal.

STUDI KASUS
Studi kasus dibawah ini terdapat sebuah topologi jaringan IPv6 sederhana dimana setiap node pada jaringan menggunakan pengalamatan IPv6. Kasus yang diberikan adalah bagaimana kita menkonfigurasi router yang ada sedemikian rupa sehingga HOST-1 mampu mengirimkan paket data kepada HOST-2 dengan metode Multicast.

IMPLEMENTASI
Implementasi disini bertujuan untuk mengkonfigurasi Router A, Router B dan Router C sehingga mampu saling berkomunikasi. Tutorial yang digunakan mengacu pada perangkat lunak open source XORP (http://www.xorp.org/getting_started.html). Pada bagian konfigurasi ini dapat dipecah menjadi beberapa bagian sebagai berikut, 1. Konfigurasi User Access/Grup (usermod) 2. Konfigurasi Interface 3. Konfigurasi MLD 4. Konfigurasi Plumb 5. Start Service 1. Konfigurasi usermod Konfigurasi ini bertujuan untuk mengganti akses kita ke dalam sistem. Kita memerlukan akses penuh(root) untuk melakukan konfigurasi.

2. Konfigurasi interface Konfigurasi ini bertujuan untuk mendefinisikan interface mana yang akan digunakan.

Untuk melihat apakah konfigurasi kita telah berhasil maka kita lakukan show interface

3. Konfigurasi MLD

Pada tahap ini perlu dikonfigurasi juga untuk PIMSM6 pada ketiga router

4. Konfigurasi Plumb

5. Start Service Setelah melakukan konfigurasi mulai tahap 1 sampai tahap 4, hal terakhir yang harus kita lakukan adalah menjalankan service XORP

UJI COBA
Setelah service berhasil dijalankan, maka kita lakukan uji coba menggunakan perintah 'ssmping'. Perintah ini sama dengan perintah PING pada IPv4. Apabila konfigurasi telah benar pada setiap routernya maka akan muncul tampilan seperti berikut ini

You might also like