You are on page 1of 15

KONSTRUKSI BANGUNAN AMAN KEBAKARAN

ABSTRAK Bangunan yang aman terhadap kebakaran diartikan sebagai suatu bangunan yang apabila terbakar, maka bangunan tersebut masih tetap berdiri, atau tahan dalam waktu tertentu sebelum kemungkinan roboh; yang sesuai dengan peruntukannya penghuni masih dapat menyelamatkan diri dan selamat. Keamanan ini berhubungan dengan sistim konstruksi bangunannya serta masalah pemilihan bahan bangunan yang dipergunakan. Pemilihan bahan dan konstruksi yang tahan api dalam jangka tertentu termasuk dalam kategori sistim proteksi kebakaran pasif. Kata kunci : Bangunan, Aman, Kebakaran

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang


UU.Bangunan Gedung No.28 Tahun 2002 yang baru saja diterbitkan oleh pemerintah setelah melalui pembahasan yang intensif di DPR merupakan perwujudan dari usaha pemerintah dalam memberikan perlindungan kepada masyarakat. Undang-undang ini menghendaki terciptanya suatu bangunan gedung yang aman,nyaman,produktif bagi penghuninya, melalui pendekatan beberapa aspek terkait seperti dalam Bagian ke 4 Undang-undang ini. Dibagian ini dicantumkan persyaratapersyaratan seperti persyaratan keselamatan / Paragraf 2, Persyaratan kesehatan/ Paragraf 3, Persyaratan Kenyamanan / Paragraf 4 dan Persyaratan kemudahan/ Paragraf 5. Khususnya menyangkut persyaratan keselamatan bangunan, salah satu masalah yang sangat perlu diperhatikan adalah masalah keselamatan bangunan dari bencana kebakaran. Bencana ini dapat datang secara tiba-tiba. Namun bencana ini dapat dihindari oleh masyarakat melalui penerapan daripada ketentuan atau persyaratan teknis konstruksi yang berlaku pada setiap pembangunan gedung. Ketentuan atau persyaratan teknis tersebut sebagaimana yang tercantum dalam SK.MenegPU No.10/KPTS/2000 tentang Ketentuan Teknis Pengamanan Bangunan Gedung dan Lingkungan dari Bahaya Kebakaran. Ketentuan ini sebagai rujukan PERDA disetiap daerah.

1.2. Maksud dan Tujuan


Uraian ini bertujuan memberikan penjelasan secara praktis, dari suatu konstruksi yang aman dari bahaya kebakaran bagi masyarakat luas khususnya yang bergerak dibidang pembangunan gedung.

1.3. Permasalahan
Secara umum terdapat indikasi bahwa masyarakat belum sepenuhnya menghayati pengamanan kebakaran daripada bangunan gedung dan perumahan. Fungsi bangunan mempengaruhi beban api dari bangunan yang bersangkutan, sehingga dalam perancangannya harus memperhatikan sifat fisik, sifat kimia serta sifat mekanik dari bahan yang akan digunakan. Belum semua pihak terkait mengetahui ketahanan terhadap api beberapa konstruksi bangunan dan bahan bangunan yang dipergunakannya.

1.4. Lingkup Bahasan


Jenis bahan bangunan dikaitkan dengan fungsi bangunan, sistim konstruksi dengan pencegahan bahaya kebakaran. Sistim Kompartemenisasi dalam bangunan Ketahanan api komponen struktur bangunan / TKA Tingkat Ketahanan Api.

1.5. Pengertian
Konstruksi bangunan merupakan salah satu dari berbagai sistim yang ada dalam bangunan/gedung. Sehingga bangunan tidak dapat dipisahkan dari sistim konstruksi bangunannya. Konstruksi diartikan sebagai rangkaian dari elemen bangunan yang membentuk suatu bangunan secara utuh, maka kekuatan bangunan sangat tergantung pada konstruksi bangunannya. Panas akibat kebakaran akan mempengaruhi kekuatan konstruksi. Kekuatan konstruksi yang menurun akibat pemanasan yang terjadi sewaktu kebakaran sedikit dapat dihindari dengan penggunaan jenis, ketebalan bahan tertentu. Ketahanan api diartikan sebagai ketahanan konstruksi dalam menahan beban hidup dan beban sendiri dalam jangka waktu kebakaran tertentu yang masih dalam batas maksimum lendutan yang diijinkan, tergantung kepada jenis bahan konstruksi. Perubahan sifat bahan secara drastis akibat panas yang terjadi erat dikaitkan dengan waktu yang diperlukan untuk penyelamatan penghuni dari fungsi bangunan yang bersangkutan. Jadi konstruksi yang aman kebakaran, diartikan sebagai konstruksi bangunan yang masih aman bagi penghuni untuk menyelamatkan diri dari bahaya kebakaran dalam jangka waktu tertentu.

1.6. Standar Nasional Indonesia / SNI


Standar teknis yang dapat dijadikan acuan dalam perancangan konstruksi bangunan yang aman kebakaran adalah : a) Tatacara Perencanaan Sistem Proteksi Pasif untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran pada Bangunan Gedung, SNI 03-1736-2000 dengan ruang lingkup yang memuat persyaratan teknis mengenai aspek struktur bangunan aman kebakaran, mencakup ketahanan api dan stabilitas, kompartemenisasi dan pemisahan serta perlindngan pada bukaan. b) Standar Pengujian Jalar Api pada Permukaan Bahan Bangunan untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran pada Bangunan Gedung, SNI 03-1736-1989 dengan ruang lingkup yang memuat cara pengujian daya jalar api pada permukaan bahan bangunansebagai bagian dari penentuan karakteristik bahan bangunan dikaitkan dengan sifat bahan terhadap kebakaran. c) Metoda Pengujian Bahan Bangunan Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran pada Bangunan Gedung, SNI 03-1740-1989 dengan ruang lingkup cara pengujian sifat bakar atau kombustibilitas bahan bangunan. d) Metoda Pengujian tahan Api Komponen Struktur bangunan untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran pada Bangunan Gedung, SNI 03-1741-1989 dengan ruang lingkup yang memuat cara dan prosedur pengujian ketahanan api / fire resistance komponen struktur bangunan seperti kolom, balok dan plat lantai.
3

BAB II. BAHAN BANGUNAN UNTUK KONSTRUKSI BANGUNAN


2.1. Umum Bahan bangunan sesuai peruntukannya dapat dibagi menurut fungsinya dalam bangunan, antara lain sebagai berikut: a) b) c) d) e) Struktur bangunan: baja, aluminium, beton ,batu bata dan kayu Non-struktural : baja aluminium, bata, batualam, kayu, asbes semen, gips dll. Isolator : serabut glas, asbes, stereoform, PVC dsb. Pelindung : asbest semprot, plesteran ringan, coating tahan api Dekoratif : cat, film atau bahan untuk facing atau clading.

Didalam api, bahan bangunan mengalami perubahan fisik dan kimiawi. Bahkan bahan organik harus kita perhatikan dari sudut daya tambahannya yang sangat menentukan bentuk serta luas jilatan api serta asap yang timbul, yang akan menyebabkan kematian bagi yang menghisapnya. Bila api dibiarkan menyala dan tidak kehabisan zat yang dibakar dan oksigen maka api akan membesar. Pembesaran ini tergantung dari mutu bahan terhadap api. Pemilihan bahan bangunan untuk konstruksi yang aman kebakaran terkait dengan : a) Bagaimana sifat bahan terhadap api? Kemudahan terbakarnya ? b) Bagaimana jalan perambatan nyala api ? c) Bagaimana dengan asap atau gas yang timbul bila terbakar? d) Fungsi bangunan? Fungsi bangunan menentukan perkiraan besarnya beban api / fire load Selama bahan bangunan terbakar, terjadi proses perubahan kimiawi dari bahan yang bersangkutan. Asap dan gas akibat pembakaran akan meningkat sejalan membesarnya api. Asap atau gas ini sangat berbahaya bagi penghuni bangunan.

Gambar 1. Contoh grafiek gas racun dari uji bakar

Arah penyebaran api

Asap dan Gas Panas (Peningkatan suhu dari bagian bahan yang belum terbakar ) Nyala api Bagian yang terbakar

Lebar daerah terbakar ( menye babkan lama nyala api dan mem percepat terbakarnya bahan)

Asap dan Gas Nyala api Daerah yang terbakar Arah api

Gambar 2.

Kondisi bahan bangunan yang terbakar

2.2. Pengelompokan Bahan Bangunan.


Bahan bangunan dalam ketentuan ini dimaksudkan semua bahan / bangunan yang dipakai pada atau untuk konstruksi bangunan gedung, baik sebagai bahan pelapis/ penutup bagian dalam bangunan maupun sebagai bahan komponen struktur bangunan. Bahan bangunan dapat terdiri dari satu jenis bahan atau merupakan gabungan dari beberapa jenis bahan pembentuknya. Bahan-bahan yang lepas dan mudah dipindahkan seperti misalnya karpet, tirai, perabot rumah tangga dan sebagainya yang merupakan isi bangunan, tidak termasuk dalam pengertian ini.

Mutu bahan bangunan terhadap api dibagi dalam 5 ketegori, seperti berikut : Mutu Tingkat I - Beton, Bata, Batako, Asbes, Alluminium, Kaca, Besi, Baja - Adukan Semen, Adukan Gips, Asbes Semen, - Ubin Keramik, Ubin semen, Ubin Marmer,Lembar Seng - Panel kalsium Silikat,Rockwool,Glasswool,Genteng Keramik - Wiredglass,Lembaran baja lapis seng. - Papan woodwool, Papan pulp emen, Serat kaca, Plaster board - Pelat baja lapis PVC - Kayu lapis yang dilindungi, Papan mengandung lebih dari 5290 glass fiber, Papan partikel dilindungi, Papan wool kayu/ wood wool - Papan polister bertulang, Polyvinyl dengan tulangan - Bambu, Sirap kayu, Rumbia, Anyaman bambu, - Atap aspal berlapis mineral, kayu kamper, terentang, meranti, - Kayu lapis 14 mm dan 17 mm, Soft board, Hardboard, Papan partikel.

Mutu Tingkat II Mutu Tingkat III

Mutu Tingkat IV Mutu Tingkat V

Keterangan : a. Bahan mutu tingkat I (non-combustible) adalah bahan yang memenuhi persyaratan pengujian sifat bakar (combustibility test) serta memenuhi pula pengujian sifat penjalaran api pada permukaan ( surface test). b. Bahan mutu tingkat II(semi non-combustible) adalah bahan yang memenuhi persyaratan pengujian penjalaran permukaan untuk tingkat bahan, sukar terbakar, serta memenuhi pengujian permukaan tambahan. c. Bahan mutu tingkat III (Fire retardant) adalah bahan yang sekurang-kurangnya memenuhi persyaratan persyaratan pada pengujian penjalaran api permukaan untuk tingkat bahan yang menghambat api. d. Bahan mutu tingkat III (Semi Fire retardant) adalah bahan yang sekurang-kurangnya memenuhi persyaratan persyaratan pada pengujian penjalaran api permukaan untuk tingkat bahan yang agak menghambat api . e. Bahan mutu tingkat V ( combustible) adalah bahan yang tidak memenuhi baik persyaratan uji sifat bakar maupun persyaratan sifat penjalaran api permukaan.

2.3. Bahan Pelapis


Persyaratan bahan bangunan pelapis yang dipergunakan dengan persyaratan sebagai berikut:
6

Tabel 1. Bahan Pelapis Pada bangunan Kelas bangunan ( ketahanan terhadap api) Kelas A(3Jam) Kelas B(2Jam) Kelas C(1/2Jam) Kelas D Bahan pelapis untuk: Ruang Sirkulasi, koridor dsb.

Ruang efektif, Kamar dsb Bahan mutu tingkat II

Tangga kebakaran, pintu kebakaran dsb. Bahan mutu tingkat I Bahan mutu tingkat II Diatur tersendiri

Bahan mutu tingkat I Bahan mutu tingkat II Bahan mutu tingkat II Bahan mutu tingkat III

Untuk meningkatkan angka ketahanan api bahan konstruksi dapat dilakukan berbagai cara. Pemberian pelapis pada komponen struktur bangunan akan menambah ketahanan api bahan tersebut. Berbagai bahan pelapis seperti tersebut dibawah ini.

Gambar 3. Berbagai Cara pelapisan profil baja Sebagai contoh pemberian bahan pelapis Gypsum pada konstruksi balok / kolom baja dapat meningkatkan ketahanan terhadap api bahan ini. Pemberian pelapis konstruksi ini dapat berbentuk lapisan papan gypsum, lapisan pembukus dari wool gypsum atau yang terbaik dengan semprotan gypsum/ spray .
7

BAB III. TINGKAT KETAHANAN API KONSTRUKSI BANGUNAN


Tingkat ketahanan api komponen bangunan dipersyaratkan berbeda. Sesuai dengan fungsi komponen tersebut pada bangunan dalam mendukung berat bangunan secara berurutan / hierarki maka penentuan angka tingkat Ketahanan Api-nyapun berbeda. Misalnya tingkat ketahanan api untuk kolom pada lantai yang terletak dibawah akan berbeda dengan tingkat ketahanan apinya untuk kolom yang ada dibagian atas. Demikian pula untuk komponen dinding, dibedakan tingkat ketahanan api-nya bila dinding terletak pada tingkat yang lebih tinggi letaknya, seperti terlihat pada Tabel berikut. Tabel 2. Ketahanan Api Komponen Struktur dikaitkan Posisi Lantai Bangunan
Jumlah Lantai Keterangan Komponen Struktur Partisi
Empat lantai teratas Lantai 5 s/d lantai 14 dari atas Lantai 15 dari atas sampai bawah

Ketahanan Api Lantai Lantai 5s/d14 15 dari Dari atas atas kebawa h 1 Jam 2 Jam 2 Jam 4 Lantai terata s 1 Jam 2 Jam 1 Jam 30 Menit 1 Jam 1 Jam 1 Jam 2jam 3Jam 2jam 3Jam 2jam 3Jam 30 Jam 1Jam 2 Jam

Pemikul Pasal Dinding Dinding Bukan yang Luar Dinding terkena Pemikul api Pasal lain Kolom Lantai Balok Atap Atap landasan helikopter

Tabel 3. Ketahanan Api Komponen Struktur Beton Bertulang Jenis Komponen Tebal Total minimum lantai Monolit, Lantai Pracetak UdanT ( cm) Lantai balok berongga, lantai pracetak, berbentuk kotak atau I Tebal minimum penutup Balok beton tanpa lapisan pelindung tambahan Tebal minimum dinding tanpa pelindung tambahan Tebal min.dd dgn. pelindung tambahan plesteran semen atau /gips tb. 1,20 cm pada kedua sisi muka Tebal minimum kolom Tebal penutup beton minimum pada tulangan Ketahanan Api ( Jam ) 3 Jam 2 Jam Jam 15 Cm 12,5 Cm 5,0 Cm 17,5 Cm 17,5 Cm 40,0 Cm 6,5 Cm 12,5 Cm 9 Cm 5,0 Cm 10,0 Cm 10,0 Cm 30,0 Cm 5,0 Cm 9 Cm 9 Cm 2,50 Cm 7,5 Cm 6,5 Cm 15,0 Cm 4,0 Cm
8

Tabel 4. Ketahanan Api Komponen Struktur Beton Pratekan Jenis Komponen Tebal Total minimum penutup beton pada tulangan pratekan Lantai Beton Pratekan ( cm) Tebal Total minimum penutup beton pada tulangan pratekan Balok Beton Pratekan ( cm Tebal minimum lantai beton pratekan ( cm ) Tebal minimum Balok beton pratekan ( cm ) 24 cm 18 cm 8 cm Ketahanan Api ( Jam ) 3 Jam 2 Jam Jam 5 Cm 8,5 cm 15 cm 4 Cm 6,5 cm 12,5 cm 1,5 Cm 2,5 cm 9 cm

Tabel 5. Ketahanan Api Komponen Struktur Baja Jenis Komponen Tebal Total minimum lapisan beton bertulang , tidak memikul beban pada balok baja ( cm) Tebal Total minimum lapisan beton bertulang , memikul beban pada balok baja ( cm) Tebal Total minimum lapisan beton bertulang , tidak memikul beban pada Kolom baja ( cm) Tebal Total minimum lapisan beton bertulang , memikul beban pada Kolom baja ( cm) Ketahanan Api ( Jam ) 3 Jam 2 Jam Jam 6,3 Cm 7,5 Cm 5 Cm 7,5 Cm 2,5 Cm 5 Cm 2,5 Cm 5 Cm 2,5Cm 5Cm 2,5Cm 5Cm

Tabel 6. Ketahanan Api Komponen Struktur Bata Merah, Batako dan Bata Beton, Kayu Jenis Komponen Struktur Bata Merah, tebal 11cm, spesi 1 PC:3Ps Struktur Batako dan Bata Beton, tebal 10 cm, spesi 1 PC:3Ps Ketahanan Api ( Jam ) 2 2

Struktur Komponen dinding rangka kayu dengan penutup asbes semen, tebal 12 mm Struktur Komponen lantai kayu, dengan langit2 asbes semen, tebal 12 mm

1/2

BAB IV. SISTIM KOMPARTEMINASASI DAN PEMISAHAN 4.1 Batasan umum luas lantai.
a) Ukuran dari setiap Kompartemen kebakaran atau atrium bangunan kelas 5,6,7,8, atau 9 harus tidak melebihi luasan lantai maksimum atau volume maksimum. b) Bagian dari bangunan yang hanya terdiri dari peralatan pendingin udara, ventilasi, atau peralatan Lif, tangki air, atau unit-unit utilitas sejenis, tidak diperhitungkan sebagai daerah luasan lantai atau volume dari kompartemen atau atrium, bila sarana itu diletakkan pada puncak bangunan. c) Untuk suatu bangunan yang memiliki sebuah lubang atrium, bagian dari ruang atrium yang dibatasi oleh sisi tepi sekeliling bukaan pada lantai dasar serta perluasannya dari lantai pertama di atas lantai atrium sampai ke atas langit-langitnya tidak diperhitungkan sebagai volume atrium. Tabel 7. Ukuran maksimum dari kompartemen kebakaran atau atrium. Tipe Konstruksi Bangunan Tipe A Max. luasan lantai Max. volume Max. luasan lantai Max. volume 8.000 m 48.000 m3 5.000 m2 30.000 m3
2

URAIAN Kelas 5 atau 9b

Tipe B 5.500 m 33.500 m3 3.500 m2 21.500 m3


2

Tipe C 3.000 m2 18.000 m3 2.000 m2 12.000 m3

Kelas 6,7,8 atau 9a (kecuali daerah perawatan pasien) Keterangan :


1.

Tipe A: Konstruksi yang unsur struktur pembentuknya tahan api dan mampu menahan secara struktural terhadap beban bangunan. Pada konstruksi ini terdapat komponen pemisah pembentuk kompartemen untuk mencegah penjalaran api ke dan dari ruangan bersebelahan dan dinding yang mampu mencegah penjalaran panas pada dinding bangunan yang bersebelahan. Tipe B: Konstruksi yang elemen struktur pembentuk kompartemen penahan api mampu mencegah penjalaran kebakaran ke ruang-ruang bersebelahan di dalam bangunan, dan dinding luar mampu mencegah penjalaran kebakaran dari luar bangunan. Tipe C: Konstruksi yang komponen struktur bangunannya adalah dari bahan yang dapat terbakar serta tidak dimaksudkan untuk mampu menahan secara struktural terhadap kebakaran.

2.

3.

10

Kompartemnisasi dilakukan untuk mencegah menjalarnya api. Dilakukan dalam pemberian jarak antar bangunan dalam suatu lingkungan. Dalam suatu lingkungan bangunan, jarak bangunan yang bersebalahan dengan bukaan saling berhadapan . Tabel 8. Hubungan jarak dan tinggi bangunan Tinggi Bangunan ( m ) S/d 8 m 8 s/d 14 m 14 s/d 40 m Diatas 40 m Jarak Bangunan ( m ) 3m 3 s/d 6 m 6 s/d 8 m Diatas 8 m

4.2. Cara Pencegahan Penjalaran Api


Cara pencegahan penjalaran api dalam bangunan, khususnya pada bangunan bertingkat ( misal :bangunan hotel), pemasangan dinding pemisah harus dilakukan sampai pada lantai beton diatasnya. Hal ini disarankan untuk mencegah penjalaran api keruang disebelahnya. Seperti gambar dibawah ini. Pencegahan meluasnya api atau asap pada bangunan pada saat terjadi kebakaran dilakukan dalam beberapa cara : a) Pada dinding pemisah ruangan harus dibuat sedemikian rupa sampai pada permukaan bagian bawah plat lantai diatasnya, agar api tidak menjalar keruang disebelahnya, dengan menggunakan bahan yang tahan api.

Penahan Api / Fire Stopper Dinding Plafond Dinding Plafond

Gambar 4. Konstruksi dinding pemisah

11

b) Pada pemasangan peralatan listrik diatasnya , maka bagian pinggir lubang tempat pipa ditempatkan harus diberi bahan yang tahan api

Gambar 5. Konstruksi pasang penerangan pada ruang bangunan c) Pada pemasangan listrik atau pemasangan pipa yang menembus lantai beton diatasnya , maka bagian pinggir lubang tempat pipa ditempatkan harus diberi bahan yang tahan api atau bahan yang dapat menghambat asap atau api yang terjadi sewaktu kebakaran terjadi, seperti gambar berikut. d) Untuk mencegah menjalarnya api kebangunan disebelahnya maka dinding antar unit bangunan perumahan sebaiknya dibuat lebih tinggi daripada tinggi atap.

Gambar 6. Pencegahan penjalaran kebakaran pd.rumah sederhana


12

Gambar 7. Cara pencegahan penjalaran api pada konstruksi

13

Pemberian lapisan luar pada kolom atau konstruksi baja akan meningkatkan keamanan dari kebakaran

Gambar 8. Kurva hubungan selimut beton dan ketahanan api kolom baja

14

BAB V. KESIMPULAN

1. Konstruksi Bangunan harus dibuat sesuai dengan syarat ketahanan api yang ditentukan untuk meminimasi kerugian yang timbul, terutama kerugian jiwa dari pengguna bangunan. 2. Tingkat ketahanan api konstruksi bangunan tergantung pada beban api dari bangunan yang bersangkutan. Oleh karenanya pemilihan bahan bangunan untuk konstruksi bangunannya harus disesuaikan dengan fungsi bangunannya. 3. Untuk memcapai tingkat ketahanan api adari suatu konstruksi bangunan dapat dilakukan dengan penambahan bahan tertentu sebagai pelapis konstruksi, sehingga pengaruh panas terhadap bahan konstruksi / struktur bangunan dapat diperkecil dari yang seharusnya terjadi.

KEPUSTAKAAN :
1. Kepmen. PU No. 10/KPTS/2000 tentang Ketentuan Teknis Pengamanan terhadap bahaya kebakaran pada bangunan Gedung dan Lingkungannya. 2. M.David Egan; Concept in Building Safety; A Wiley Interscience PublicationNY;1978.

15

You might also like