You are on page 1of 12

LAPORAN KASUS KONJUNGTIVITIS BAKTERI

Oleh: Ni Luh Putu Anggreni 07.06.0024

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA BAGIAN / SMF ILMU PENYAKIT MATA RUMAH SAKIT UMUM PROVINSI NTB FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR 2013

BAB I PENDAHULUAN

Konjungtivitis adalah suatu inflamasi atau peradangan pada konjungtiva, yang dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, alergi atau kontak dengan benda asing, misalnya kontak lensa. Konjungtivitis bakteri biasanya disebabkan oleh Staphylococus, Steptococcus, Pneumococcus, Dan Haemophilus. Konjungtivitis merupakan salah satu masalah penyakit mata tersering yang ditemukan di negara berkembang.

BAB II LAPORAN KASUS 1. Identitas Pasien Nama Umur Jenis Kelamin Agama Alamat Pekerjaan Suku : Tn. BS : 19 tahun : Laki-laki : Islam : Karang Baru, Selaparang : Mahasiswa : Sasak

Tanggal pemeriksaan : Rabu, 30 Januari 2013

2.

Anamnesis A. Keluhan Utama: Mata merah. B. Riwayat Penyakit Sekarang: Pasien datang ke poli mata RSUP NTB dengan keluhan mata merah. Keluhan ini dialami pasien sejak kurang lebih 1 minggu yang lalu. Sebelumnya pasien mengatakan bahwa pada mata kanan terkena percikan air sabun saat mandi, setelah 1 minggu kemudian matanya merah. Awalnya mata sebelah kiri dirasakan merah, karena sedikit gatal pasien menggosok-gosok matanya sehingga 2 hari kemudian mata kanannya juga menjadi merah. Selain itu, pasien juga mengeluh kedua matanya terasa perih, seperti ada yang mengganjal, sedikit mata berair, banyak keluar kotoran berwarna kekuningan dan lengket terutama pada pagi hari. Nyeri demam, silau saat melihat cahaya, penurunan penglihatan disangkal pasien.

C. Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat sakit mata (-), gangguan saluran pernapasan lama (-), pilek berulang (-), trauma(-), DM (-) D. Riwayat Penyakit Keluarga Tidak ada keluarga pasien yang mengalami keluhan yang sama. E. Riwayat Alergi Riwayat alergi makanan (-) dan alergi obat-obatan (-), cuaca dingin debu dan lainya disangkal oleh pasien. F. Riwayat Pengobatan Riwayat pengobatan diakui oleh keluarga pasien, yaitu pengobatan sendiri dengan menggunakan obat tetes insto selama 3hari, namun tidak kunjung sembuh.

3.

Pemeriksaan Fisik A. Status Generalis Keadaan Umum Kesadaran/GCS : Baik : Compos mentis / E4V5M6

B. Pemeriksaan Tanda Vital Nadi Frekuensi Napas Suhu C. Status Lokalis No 1. 2. 3. Visus Posisi Bola Mata Gerakan bola mata Pemeriksaan Mata Kanan 6/6 sc Ortoforia Baik ke segala arah Mata Kiri 6/6 sc Ortoforia Baik ke segala arah : 80 kali/menit reguler kuat angkat : 18 kali/menit : 36, 8 O C

4.

Palpebra Superior

Edema Hiperemi Pseudoptosis Entropion Ektropion

(-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) + 10 mm (+) (-) (-) (-) (+) (-) (-) (-) (+) (-) (-) (-) (-) Cembung Jernih Licin (-) (-) Dalam

(-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) + 10 mm (+) (-) (-) (-) (+) (-) (-) (-) (+) (-) (-) (-) (-) Cembung Jernih Licin (-) (-) Dalam

5.

Palpebra Inferior

Edema Hiperemi Entropion Ektropion

6. 7.

Fissura palpebra Konjungtiva Palpebra Superior Hiperemi Sikatrik Papil raksasa folikel

8.

Konjungtiva Palpebra Inferior

Hiperemi Sikatrik Papil raksasa Folikel

9.

Konjungtiva Bulbi

Injeksi Konjungtiva Injeksi Siliar Massa Edema Subconjunctival bleeding

10. Kornea

Bentuk Kejernihan Permukaan Sikatrik Benda Asing

11. Bilik Mata

Kedalaman

Depan 12. Iris 13. Pupil

Hifema Warna Bentuk Bentuk Refleks cahaya langsung Refleks cahaya tidak langsung

(-) Coklat Bulat dan regular Bulat (+) (+) Jernih (-) Kesan normal

(-) Coklat Bulat dan regular Bulat (+) (+) Jernih (-) Kesan normal

14. Lensa 15. TIO

Kejernihan Iris Shadow Palpasi

4.

Foto Mata Pasien

Gambar : posisi bola mata orthoforia

Gambar : Injeksi konjngtiva OD dan OS

BAB III IDENTIFIKASI MASALAH DAN ANALISA KASUS 1. Identifikasi Masalah Berdasarkan data medis pasien diatas, ditemukan beberapa

permasalahan. Adapun permasalahan medis yang terdapat pada pasien adalah: SUBJECTIVE a. mata merah pada kedua mata b. kedua mata terasa perih, seperti ada yang mengganjal, sedikit mata berair, banyak keluar kotoran berwarna kekuningan dan lengket terutama pada pagi hari. c. penurunan penglihatan disangkal pasien.

OBJECTIVE a. Pemeriksaan status lokalis pada mata didapatkan : Visus : OD 6/6, OS 6/6 Konjungtiva Palpebra Superior dan Inferior : Hiperemi (+/+), folikel (-/-), papila raksasa (-/-) Konjungtiva Bulbi : Injeksi Konjungtiva (+/+)

2.

Analisa Kasus Beberapa kondisi yang dapat menyebabkan injeksi konjungtiva antara lain: 1. Konjungtivitis Bakteri adalah inflamasi konjungtiva yang disebabkan oleh bakteri. Pada konjungtivitis ini biasanya pasien datang dengan keluhan mata merah, sekret pada mata dan iritasi mata. Ketajaman penglihatan biasanya tidak mengalami gangguan pada konjungtivitis bakteri namun mungkin sedikit kabur karena adanya sekret dan debris pada lapisan air mata, sedangkan reaksi pupil masih normal. Gejala yang paling khas adalah kelopak mata yang saling melekat pada pagi hari sewaktu bangun tidur. Konjungtivitis bakterial biasanya mulai pada satu mata kemudian

mengenai mata yang sebelah melalui tangan dan dapat menyebar ke orang lain. 2. Konjungtivitis viral adalah penyakit umum yang dapat disebabkan oleh berbagai jenis virus, dan berkisar antara penyakit berat yang dapat menimbulkan cacat hingga infeksi ringan yang dapat sembuh sendiri. Gejala klinis pada konjungtivitis virus berbeda-beda sesuai dengan etiologinya. Pada konjungtivitis epidemik yang disebabkan oleh adenovirus biasanya dijumpai demam dan mata seperti kelilipan, mata berair berat dan kadang dijumpai pseudomembran, adanya folikel konjungtiva, pembesaran kelenjar getah bening preaurikular. Pada konjungtivitis ini biasanya pasien juga mengeluhkan gejala pada saluran pernafasan atas dan gejala infeksi umum lainnya seperti sakit kepala dan demam. 3. Konjungtivitis alergi adalah bentuk alergi pada mata yang paing sering dan disebabkan oleh reaksi inflamasi pada konjungtiva yang diperantarai oleh sistem imun. Diperlukan riwayat alergi baik pada pasien maupun keluarga pasien serta observasi pada gejala klinis untuk menegakkan diagnosis konjungtivitis alergi. Gejala yang paling penting untuk mendiagnosis penyakit ini adalah rasa gatal pada mata, disertai mata berair, kemerahan dan fotofobia, konjungtiva papilar pada lempeng tarsal. 4. Konjungtivitis jamur paling sering disebabkan oleh Candida albicans dan merupakan infeksi yang jarang terjadi. Penyakit ini ditandai dengan adanya bercak putih dan dapat timbul pada pasien diabetes dan pasien dengan keadaan sistem imun yang terganggu.

A. Assessment Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik, tanda dan gejala yang terdapat pada pasien mengarahkan pada konjuntivitis bakteri

B. Planning A. Usulan Pemeriksaan Lanjutan

Pemeriksaan sitologik dengan pewarnaan gram dan giemsa pada sekret konjungtiva B. Tatalaksana Tatalaksana Medis Tetes mata kloramfenikol 0,5% diberikan 6 kali sehari

C. KIE Konjungtivitis mudah menular, karena itu sebelum dan sesudah membersihkan atau mengoleskan obat, penderita harus mencuci tangannya bersih-bersih. Jangan menggunakan handuk atau lap bersama dengan penghuni rumah lain. Usahakan menghindari mengucek-ngucek mata. Hendaknya segera membuang tissue atau sejenisnya setelah membersihkan kotoran mata.

D. Prognosis Prognosis pada pasien ini, meliputi : Prognosis pengelihatan (ad functionam) Prognosis pengelihatan pasien dubia ad bonam. Prognosis nyawa (ad vitam) Prognosis nyawa pasien dubia ad bonam

10

BAB IV RINGKASAN AKHIR

Pasien seorang laki-laki, usia 19 tahun, Pasien datang ke poliklinik Mata RSUP NTB dengan keluhan kedua mata merah, kedua mata terasa perih, seperti ada yang mengganjal, banyak keluar kotoran berwarna kekuningan terutama pada pagi hari, penurunan penglihatan disangkal pasien. Pemeriksaan status lokalis pada mata didapatkan : Visus : OD 6/6, OS 6/6, konjungtiva palpebra superior dan inferior : hiperemi (+/+),folikel (-/-), papila raksasa (-/-), konjungtiva bulbi : injeksi konjungtiva (+/+). Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik, tanda dan gejala yang terdapat pada pasien mengarahkan pada konjuntivitis bakteri. Usulan pemeriksaan lanjutan yaitu pemeriksaan sitologik dengan pewarnaan gram dan giemsa pada sekret konjungtiva. Terapi diberikan tetes mata kloramfenikol 0,5% diberikan 6 kali sehari. Prognosis penyakit mata dan visus pasien dubia ad bonam. Prognosis fungsional bonam.

11

DAFTAR PUSTAKA 1. Gondhowiardjo, D Tjahjono. Simanjuntak, WS Gilbert. 2006. Panduan Manajemen Klinis PERDAMI. Jakarta. CV ONDO. Hal 27-29. 2. James.B. 2003. Lecture notes Oftalmologi.,edisi ke Sembilan.Penerbit Erlangga. Hal 61-65. 3. Riordan, Paul dkk. 2010. Vaughan & Asbury: Oftalmologi Umum. Jakarta; EGC. Hal 100-118.

12

You might also like