You are on page 1of 16

BAB I.

PENDAHULUAN

Suatu alat yang mengukur radiasi elektromagnetik mempunyai beberapa konsep dan komponen. Radiasi elektromagnetik digambarkan sebagai suatu photon dari energi, yang berjalan dalam bentuk gelombang (Bishop; et al, 1992). Di dalam laboratorium klinik, diperlukan kebutuhan terus menerus tentang teknik pengukuran secara kuantitatif (Turgeon, 2007). Photometer yaitu suatu alat yang digunakan untuk mengukur intensitas cahaya tanpa mempertimbangkan suatu panjang gelombang. Spectrophotometer yaitu suatu alat yang digunakan untuk mengukur intensitas cahaya dengan mempergunakan panjang gelombang tertentu (Bishop; et al, 1992). Spectrophotometer menggunakan suatu prinsip jumlah cahaya yang absorbsi oleh analit pada panjang gelombang tertentu. Untuk mengetahui bagaimana suatu alat spectrophotometer dibuat maka diperlukan pengetahuan tentang sinar dan teori panjang gelombang sinar (Ward & Harris, 1994).

BAB II. SINAR

Newton menemukan bahwa white light atau daylight merupakan suatu bentuk kumpulan dari berbagai panjang gelombang dari suatu cahaya tampak (visible light), yang dapat dilihat oleh mata manusia. White light adalah cahaya yang tidak dapat dilihat dan hanya dapat dilihat apabila cahaya tersebut dipisahkan berdasarkan spektum-spektrumnya (Ward & Harris, 1994). Setelah penemuan Newton, ditemukan juga bahwa cahaya berjalan dalam bentuk gelombang serta panjang gelombang dari sinar tertentu. Panjang gelombang () adalah jarak dari puncak dari satu gelombang dengan gelombang yang lain. Panjang gelombang diukur dengan satuan nanometer (nm).Amplitudo adalah tinggi puncak dari suatu gelombang (Ward & Harris, 1994).

Gambar 1 : panjang gelombang () dari gelombang elektromagnetik. (sumber : http://chemwiki.ucdavis.edu/@api/deki/pages/345/pdf)

Sinar

dengan

panjang

gelombang

380

nm

memiliki

warna

ungu.Sedangkan sinar dengan panjang gelombang kurang dari 380 nm disebut dengan ultraviolet (UV), dan merupakan sinar yang tidak dapat dilihat oleh mata manusia.Sinar dengan panjang gelombang lebih dari 720 nm disebut dengan sinar infra merah (infra red).

Mata manusia hanya dapat melihat sinar atau spektrum cahaya dengan panjang gelombang 380 -720 nm.Pada panjang gelombang ini dapat dilihat warna ungu, nila, biru, hijau, kuning, jingga dan merah.

Gambar 2a : Spektrum visible dengan panjang gelombang.

Gambar 2b : Hubungan energi dengan panjang gelombang. (sumber : http://www.4shared.com/get/2mv5-WWl/SPECTROPHOTOMETER-I.html)

A. Hukum Beer Lambert Pada percobaan, untuk memberikan alat pada kondisi yang khusus (baik), maka hubungan langsung antara absorbansi dengan konsentrasi harus ditetapkan. Ada hubungan yang sejajar antara kadar konsentrasi tertentu dengan absorbansi. Ketika keadaan ini terjadi, maka larutan tersebut dikatakan telah mematuhi dari hukum Beer Lambert (Burtis; et al, 2006).

Hukum Beer Lambert menyatakan bahwa, Konsentrasi suatu zat secara langsung berbanding lurus dengan jumlah sinar yang diabsorbsi (absorbance) dan berbanding terbalik dengan logaritma dari cahaya yang diteruskan atau ditransmisikan (transmittance %) (Burtis; et al, 2006). Sehingga akan didapatkan suatu perhitungan menurut hukum Beer Lambert yaitu

Keterangan : A : absorbansi o : koefisien ekstrinsik molar (cm2/mol) c d : konsentrasi (mol/cm3) : tebal larutan (diameter dalam dari cuvet/lightpath)

(Anonim, 1989)

Adanya peningkatan konsentrasi pada suatu zat, maka akan meningkatkan jumlah warna yang akan dilihat. Hukum ini dipakai sebagai dasar pada metoda photometry, dan juga menyatakan bahwa jarak lightpath pada cuvet atau tempat untuk menaruh larutan harus konstan atau tetap (Turgeon, 2007). Hukum ini berlaku hanya untuk sinar monokromatis dan untuk larutan yang sangat encer (Anonim, 1989).

Setiap pemeriksaan yang dilakukan harus memperhatikan apakah larutan tersebut terlalu pekat atau tidak, dan didaerah mana proporsionalitas antara absorbansi dan konsentrasi masih berlaku. Larutan yang memberikan hasil absorbansi terlalu tinggi harus diencerkan (Anonim, 1989).

Gambar 3 : Hubungan antara (a) percent transmittance; dengan (b) absorbansi terhadap konsentrasi suatu larutan. (Burtis; et al, 2006)

Di dalam kimia klinik, ada 2 cara untuk mengekspresikan jumlah cahaya yang diabsorbsi oleh suatu larutan, yaitu Optical Density (OD) Transmittance (% T) B. Optical Density (OD) Adalah satuan yang disukai dalam kimia klinik Mempunyai hubungan langsung atau berbanding lurus dengan kadar konsentrasi dari suatu larutan Jika terjadi peningkatan kadar konsentrasi pada suatu larutan, maka akan terjadi peningkatan absorbansi (OD)

Konsentrasi dari larutan :

C. Absorbance (A) Mengekspresikan jumlah sinar yang diabsorbsi oleh suatu larutan. Nilai ini memiliki hubungan lurus dengan kadar suatu larutan, dan diplotkan pada linear graph paper. Nilai ini dapat diperoleh dari perhitungan dibawah ini

Nilai 2 adalah suatu nilai yang didapat dari logaritma 100 % T. (Turgeon, 2007) Biasanya colorimeter mengukur transmittance dari pada absorbansi. D. Transmittance (%T) Transmittance mengekspresikan banyaknya jumlah cahaya yang melewati larutan berwarna yang dibandingkan dengan banyaknya sinar yang melewati larutan standar atau blank. Jika terjadi peningkatan pada konsentrasi larutan, maka akan terjadi peningkatan absorbansi dan penurunan %T. Nilai ini berbanding terbalik dengan logaritma konsentrasi larutan dan dapat diperoleh dari perhitungan dibawah ini (Burtis; et al, 2006).

Gambar 4 : Transmittance (sumber : http://chemwiki.ucdavis.edu/@api/deki/pages/345/pdf)

Keterangan : T : Transmittance It : Intensitas cahaya yang diteruskan oleh suatu zat IO : Intensitas cahaya awal (Burtis; et al, 2006)
6

BAB III. SPECTROPHOTOMETER

Alat-alat modern sekarang ini telah dapat mengisolasikan sinar dengan panjang gelombang yang sempit untuk pemeriksaan. Hal ini dengan menggunakan suatu filter, prisma ataupun grating. Alat yang menggunakan filter disebut dengan filter photometer, dan yang menggunakan prisma atau grating disebut dengan spectrophotometer. Spectrophotometer digolongkan menjadi (Burtis; et al, 2006). Single beam spectrophotometer (gambar 4a) Double beam spectrophotometer (gambar 4b) Reflectance spectrophotometer (gambar 4c)

Komponen dasar dari spectrophotometer termasuk : sumber cahaya, enterance slit, monochromator, exit slit, cuvet, photo cell, galvanometer.

Gambar 5a : Single beam spectrophotometer

Gambar 5b : Double beam spectrophotometer

Gambar 5c : Reflectance spectrophotometer. (sumber : http://www.4shared.com/get/F1n9DNB0/Spectrophotometer.html)

A. Sumber Cahaya Sumber cahaya yang digunakan dalam spectrophotometer, yaitu lampu pijar dan Light Amplification by Simulated Emission of Radiation (LASER) (Burtis; et al, 2006). 1. Lampu pijar Sumber cahaya yang biasa digunakan untuk pemeriksaan pada spektrum visible adalah sebuah lampu tabung tungsten. Lampu tungsten mempunyai kemampuan pengukuran suatu cairan yang didilusikan secara sedang, yang dapat mendeteksi adanya perubahan konsentrasi pada larutan secara signifikan. Terdapat beberapa jenis lampu pijar yang dapat digunakan, antara lain a. Halogen-quartzTungsten b. Low pressure mercury vapor c. Hydrogen (UV) d. Deuterium(UV) e. High pressure mercury(UV) f. Xenon arc(UV) 2. Light Amplification by Simulated Emission of Radiation (LASER) Merupakan suatu alat yang dapat digunakan untuk mengatur arah dari suatu energi atom yang membebaskan suatu photon. LASER digunakan sebagai sumber cahaya pada spectrophotometer, dan mempunyai kemampuan untuk menghasilkan intesitas cahaya dengan panjang gelombang yang sempit. Ada tiga ciri dari LASER, antara lain : 1. Kemampuan untuk membuat diameter cahaya dengan ukuran beberapa mikron pada jarak tertentu 2. Kemampuan untuk menghasilkan sinar yang monokromatik 3. Mempunyai suatu light pulse, yang sangat bervariasi dari microsecond hingga picoseconds. Sumber cahaya yang digunakan harus kuat dan stabil, dan dianjurkan untuk digunakannya voltage regulator.

B. Enterance Slit & Exit Slit Slit atau celah adalah suatu lubang kecil sebagai pemfokus cahaya ditujukan pada suatu bidang tertentu. Penggunaan slit pada alat ini untuk meneruskan sinar menuju monochromator yang disebut enterance slit, dan exit slit digunakan untuk meneruskan sinar dengan panjang gelombang tertentu menuju cuvet (Gunatillaka; et al, 2005). C. Monochromator Merupakan suatu alat yang berfungsi untuk menyeleksi cahaya dengan panjang gelombang tertentu. Cahaya monokromatik dibentuk dari suatu celah masuk (enterance slit), monochromator, dan celah keluar (exit slit). Ada tiga alat yang dapat digunakan untuk memisahkan white light menjadi sebuah spektrum tertentu, antara lain filter, prisma, dan grating (Gunatillaka; et al, 2005). Alat yang menggunakan filter untuk menghasilkan cahaya yang monokromatik disebut dengan filter photometer, sedangkan yang

menggunakan prisma atau grating disebut dengan spectrophotometer (Burtis; et al, 2006).

Gambar 6: Prisma dan grating. (sumber : http://www.4shared.com/get/F1n9DNB0/Spectrophotometer.html)

10

D. Cuvet Cuvet adalah suatu sumur yang berfungsi sebagai tempat untuk menaruh larutan yang akan diperiksa, dan memungkinkan untuk dapat dilewati suatu sinar. Cuvet memiliki bermacam bentuk antara lain bulat, persegi. Umumnya yang paling banyak digunakan adalah bentuk persegi (Ward & Harris, 1994). Bahan baku untuk pembuatan cuvet dapat berasal dari boro silicate glass yang dipergunakan untuk pemeriksaan pada spectrum visible, quartz untuk pemeriksaan pada spektrum UV dan plastik untuk pemeriksaan spektrum UV dan visible (Burtis; et al, 2006). Syarat cuvet yang dipergunakan adalah cuvet yang telah terkalibrasi secara optik dan bersih. Kebanyakan cuvet yang dipergunakan secara rutin pada laboratorium klinik adalah cuvet yang memiliki lightpath 1 cm (Ward & Harris, 1994). Cuvet dapat dibersihkan dengan merendam pada larutan detergen atau capuran dari HCL:air:etanol (1:3:4). Cuvet yang digunakan pada pemeriksaan yang menggunakan spektrum UV harus mendapatkan perlakuan yang khusus (Burtis; et al, 2006).

Gambar 7 : Cuvets

(sumber : http://www.4shared.com/get/F1n9DNB0/Spectrophotometer.html)

11

E. Photo cell & Galvanometer Secara umum, alat pengukur pada spectrophotometer terdiri atas photoelectric cell (photo cell) dan galvanometer. 1. Photo cell Photo cell adalah suatu alat yang sangat sensitif terhadap cahaya, dan menghasilkan suatu elektron yang berasal dari cahaya yang mengenainya (Turgeon, 2007) dan berfungsi sebagai alat perubah energi cahaya yang ditransmisikan oleh larutan didalam cuvet menuju energi listrik serta harus tertutup dan terlindung dari cahaya (daylight). Photo cell dapat berupa (Burtis; et al, 2006). a. Photomultiplier tube i. ii. iii. Cathode Logam sensitif cahaya Rangkaian dynode (10-15)

Gambar 8 :Photomultiplier tube. (sumber : http://www.4shared.com/get/F1n9DNB0/Spectrophotometer.html)

b. Photodiode c. Photovoltaic cell 2. Galvanometer Galvanometer adalah suatu alat yang bekerja sebagai penangkap elektron yang dilepaskan oleh photo cell serta mencatat jumlah arus yang diterimanya, dan dilaporkan sebagi % transmittance atau absorbansi (Turgeon, 2007).
12

BAB IV. QUALITY CONTROL (QC)

Quality control pada spectrophotometer meliputi pemeriksaan akurasi panjang gelombang, penyimpangan sinar, dan linearitas. Akurasi panjang gelombang mempunyai arti bahwa panjang gelombang yang dikeluarkan dari monocromator adalah sama dengan panjang gelombang yang tertera pada alat. Hal ini dapat dilakukan menggunakan larutan standar dengan absorbansi maksimal pada panjang gelombang tertentu (Bishop; et al, 1992). Penyimpangan sinar adalah suatu cahaya dengan panjang gelombang diluar panjang gelombang yang dikehendaki. Penyebab tersering terjadinya fenomena penyimpangan sinar ini akibat ketidak sempurnaan alat optik yang digunakan. Hal ini dapat dideteksi dengan cut-off filter (Bishop; et al, 1992; Allen, 2007). Linearitas dapat dibuktikan dengan terbentuknya kurva yang

menghasilkan garis lurus pada kurva kalibrasi dan neutral-density filter yang tersedia secara komersial (Turgeon, 2007). Fungsi dari quality control ini untuk memastikan/membuktikan bahwa alat spectrophotometer layak dipakai.

13

BAB V. SIMPULAN

Photometer yaitu suatu alat yang digunakan untuk mengukur intensitas cahaya tanpa mempertimbangkan suatu panjang gelombang. Spectrophotometer yaitu suatu alat yang digunakan untuk mengukur intensitas cahaya dengan mempergunakan panjang gelombang tertentu (Bishop; et al, 1992). Alat yang menggunakan filter untuk menghasilkan cahaya yang monokromatik disebut dengan filter photometer, sedangkan yang menggunakan prisma atau grating disebut dengan spectrophotometer (Burtis; et al, 2006). Mata manusia hanya dapat melihat sinar atau spektrum cahaya dengan panjang gelombang 380 -720 nm.Sinar dengan panjang gelombang kurang dari 380 nm disebut ultraviolet (UV), dan lebih dari 720 nm disebut sinar infra merah (infra red).Sinar UV dan infra merah merupakan sinar yang tidak dapat dilihat oleh mata manusia (Ward & Harris, 1994). Hukum Beer Lambert menyatakan, konsentrasi suatu zat secara langsung berbanding lurus dengan jumlah sinar yang diabsorbsi (absorbance) dan berbanding terbalik dengan logaritma dari cahaya yang diteruskan atau ditransmisikan (transmittance %) (Burtis; et al, 2006). Spectrophotometer digolongkan menjadi single beam spectrophotometer, double beam spectrophotometer, serta reflectance spectrophotometer.

Spectrophotometer memiliki komponen dasar seperti sumber cahaya, enterance slit, monochromator, exit slit, cuvet, photo cell, dan galvanometer (Burtis; et al, 2006). Quality control untuk memastikan/membuktikan bahwa alat

spectrophotometer dapat layak dipakai, hal ini dapat dilakukan dengan memeriksa pada akurasi panjang gelombang, penyimpangan sinar, serta linearitas (Turgeon, 2007).

14

DAFTAR PUSTAKA

Allen, M.W. 2007. Stray Light : Measurement and Effect on Performance in UVVisible Spectrophotometry. Thermo Fisher Scientific. USA. pp. 1-2 Anonim. 1989. Fotometri-Fotometer. Boehringer Mannheim. Jakarta. Indonesia. pp. 1-18 Bishop, M. L; Engelkirk, J. L. D; Fody, E. P. 1992. Clinical Chemistry : Principles, Procedures, Correlations. 2nd Edition. Analytical Techniques and Instrumentation. J. B. Lippincott Company. USA. pp. 103-112 Burtis, C. A; Ashwood, E. R; Bruns, E. D. 2006. TIETZ Textbook of Clinical Chemistry and Molecular Diagnostics, 4th Edition. Optical Thechniques. Elsevier Saunders, Inc., USA. pp. 61-75 Gunatillaka, M. M; Silva, D. K. D; Hunais, M. M. 2005. Guidelines for Maintenance of Equipment in A Clinical Chemistry Laboratory. Department of Biochemistry, Medical Research Institute, WHO. Colombo. pp. 1-25 Spectrophotometer http://www.4shared.com/get/2mv5-WWl/SPECTROPHOTOMETERI.html (download, 27 September 2011) Spectrophotometry http://chemwiki.ucdavis.edu/@api/deki/pages/345/pdf (download, 27 September 2011) Surapinit, S. 2009. Spectrophotometer. Department of Medical Technology, School of Allied Health Science, Naresuan University. Phayao http://www.4shared.com/get/F1n9DNB0/Spectrophotometer.html (download, 27 September 2011) Turgeon, M. L. 2007. Linne & Ringsruds Clinical Laboratory Science : The Basics and Routine Techniques, 6th Edition. Basic and New Techniques in The Clinical Laboratory. Mosby Elsevier, Inc., an affiliate of Elsevier Inc., China. pp. 129-139 Ultraviolet/Visible Light Absorption Spectrophotometry in Clinical Chemistry http://www.perkinelmer.com/CMSResources/Images/4474382ATL_UVVisInClinicalChemistry.pdf (download, 28 September 2011) Ward, M. K; Harris, E. 1994. Clinical Laboratory Instrumentation and Automation : Principles, Aplications, and Selection. 1st Edition. Spectrophotometry. W. B. Sounders Company. USA. pp. 37-63

15

Calibration standards for spectrophotometers http://www.hellmaanalytics.com/html/seiten/output_adb_file.php?id=23252 (download, 27 September 2011) Performance of UV-Vis spectrophotometers http://www.cvg.ca/images/Performance_UV_Vis.pdf (download, 28 September 2011)

Upstone, S.L. 2000. Analytical Chemistry.Ultraviolet/Visible Light Absorption Spectrophotometry in Clinical Chemistry.John Wiley & Sons Ltd, Chichester.
UK. 1-14

16

You might also like