You are on page 1of 8

Hakikat filasafat dan filsafat ilmu 1.

Faktor pendorong timbulnya filsafat dan ilmu Suatu peristiwa atau kejadian pada dasranya tidak pernah lepas dari peristiwa lain yang mendahuluinya. Begitu pula terjadinya perkembangan filsafat dan ilmu. a. Manusia merupakan makhluk berakal budi Dengan akal budinya manusia dapat berpikir abstrak dan konseptual sehingga disebut sebagai homo sapiens. Pada diri manusia melekat kehausan intelektual (intellectual curiosity), yang ditandai dengan munculnya berbagai macam pertanyaan karena bertanya adalah berpikir dan berpikir dimanifestasikan dalam bentuk pertanyaan. b. Manusia memiliki rasa kagum (thauma) pada alam semesta dan segala isinya Manusia merupakan makhluk yang memiliki rasa kagum pada apa yang diciptakan oleh Sang Pencipta. Rasa kekaguman tersebut mendorong manusia untuk lebih lagi mengetahui alam semesta itu apa, bagaimana asal usulnya (masalah kosmologis). Ia juga berusaha mengetahui dirinya sendiri, mengenai eksistensi, hakikat dan tujuan hidupnya. c. Manusia senantiasa menghadapi masalah Masalah yang dihadapi manusia (aporia) merupakan faktor yang mendorong timbulnya filsafat dan ilmu. Masalah mendorong manusia untuk berbuat dan mencari jalan keluar yang tidak jarang menghasilkan temuan yang sangat berharga (necessity is the mother of science). 2. Hakikat Filsafat a. Pengertian filsafat Diambil dari bahasa Yunani philo (love of) dan shopia (wisdom). Secara etimologis filsafat artinya cinta atau gemar akan kebijakan (love of wisdom). Filsafat berarti hasrat atau keinginan yang sungguh-sungguh akan kebenaran yang sejati. Filsafat dipandang sebagai suatu usaha untuk berpikir secara radikal dan menyeluruh, suatu cara berpikir dengan mengupas sesuatu sedalam-dalamnya. b. Objek filsafat 1) Objek material filsafat adalah segala sesuatu yang ada, yang meliputi: ada dalam kenyataan, ada dalam pikiran, dan yang ada dalam kemungkinan (Lasiyo dan Yuwono, 1994) 2) Objek formal filsafat adalah hakikat dari segala sesuatu yang ada (Lasiyo dan Yuwono, 1994). c. Sistematika filsafat filsafat telah mengalami perkembangan yang pesat yang ditandai dengan bermacammacam aliran dan cabang. 1) Aliran-aliran filsafat Aliran filsafat diantaranya adalah realisme, rasionalisme, empirisme, idealisme, materialisme, eksistensialisme. 2) Cabang-cabang filsafat Cabang filsafat diantaranya adalah metafisika, epistemologi, logika, etika, estetika, filsafat sejarah, filsafat politik. 3. Hakikat Filsafat Ilmu a. Pengertian filsafat ilmu 1) A. Cornelius Benjamin (dalam The Liang Gie, 19 : 58) memandang filsafat ilmu sebagai berikut. That philosophic discipline which is the systematic study of the nature of science, especially of its methods, its concepts and presuppositions, and its place in the general scheme of intellectual disciplines. Filsafat ilmu, merurut Benjamin, merupakan cabang dari filsafat yang secara sistematis menelaah sifat dasar

ilmu, khususnya mengenai metoda, konsepkonsep, dan praanggapan-praanggapannya, serta letaknya dalam kerangka umum dari cabang-cabang pengetahuan intelektual. 2) Conny Semiawan at al (1998 : 45) menyatakan bahwa filsafat ilmu pada dasarnya adalah ilmu yang berbicara tentang ilmu pengetahuan (science of sciences) yang kedudukannya di atas ilmu lainnya. b. Karakteristik filasafat ilmu karakteristik filsafat ilmu dapat dibagi menjadi 2, yaitu: 1) Filsafat ilmu merupakan cabang dari filsafat 2) Filsafat ilmu berusaha menelaan ilmu secara filosofis dari sudut pandang ontologis, epistemologis dan aksiologis. c. Objek filsafat ilmu 1) Objek material filsafat ilmu adalah ilmu 2) Objek formal filsafat ilmu adalah ilmu atas dasar tinjauan filosofis, yaitu secara ontologis, epistemologis dan aksiologis. A. Dimensi Ontologis Ilmu 1. Beberapa tafsiran Metafisika Ontologi merupakan cabang dari metafisika yang membicarakan eksistensi dan ragam-ragam dari suatu kenyataan. Ada beberapa tafsiran tentang kenyataan diantaranya adalah supernaturalisme dan naturalisme. Menurut supernaturalisme, bahwa terdapat wujud-wujud yang bersifat gaib (supernatural) dan wujud ini bersifat lebih tinggi atau lebih kuasa dibanding wujud alam yang nyata. Materialisme, merupakan paham yang berdasarkan naturalisme, mengganggap bahwa gejalagejala alam tidak disebabkan oleh pengaruh kekuatan gaib tetapi oleh kekuatan yang terdapat dalam itu sendiri, yang dapat dipelajari dan dengan demikian dapat diketahui. Tokoh yang dipandang sebagai pioner materialisme adalah Democritos (460-370 SM). 2. Hakikat ilmu Pengetahuan, yang dalam bahasa Inggris dinyatakan dengan knowledge, menurut Jujun S. (2005 : 104), pada hakikatnya merupakan segenap apa yang kita ketahui tentang suatu objek tertentu, termasuk di dalamnya adalah ilmu, jadi ilmu merupakan bagian dari pengetahuan yang diketahui oleh manusia di samping berbagai pengetahuan lainnya seperti seni dan agama. Menurut Rinjin (1997 : 57-58), ilmu merupakan keseluruhan pengetahuan yang tersusun secara sistematis dan logis dan bukanlah sekadar kumpulan fakta, tetapi pengetahuan yang mempersyaratkan objek, metoda, teori, hukum, atau prinsip. The Liang Gie (1991 : 90), menyatakan bahwa ilmu dapat dipandang sebagai proses, prosedur, dan produk. Sebagai proses, ilmu terwujud dalam aktivitas penelitian. Sebagai prosedur, ilmu tidak lain adalah metoda ilmiah. Dan sebagai produk, ilmu merupakan pengetahuan yang tersusun secara sistematis. Kesatuan dan interaksi antara aktivitas, metoda, dan pengetahuan ilmiah oleh The Liang Gie (1991 : 88) digambarkan sebagai segitiga. Aktivitas

Ilmu

Metode Pengetahuan 3. Objek Ilmu Objek setiap ilmu dibedakan menjadi dua : objek material dan objek formal. Objek material adalah fenomena di dunia ini yang ditelaah ilmu. Sedangkan objek formal adalah pusat

perhatian ilmuwan dalam penelaahan objek material. Atau dengan kata lain, objek formal merupakan kajian terhadap objek material atas dasar tinjauan atau sudut pandang tertentu. 4. Struktur ilmu Ilmu sebagai produk merupakan suatu sistem pengetahuan yang di dalamnya berisi penjelasan-penjelasan tentang berbagai fenomena yang menjadi objek kajiannya. Dengan demikian ilmu terdiri dari komponenkomponen yang saling berhubungan. Saling hubungan di antara berbagai komponen tersebut merupakan struktur dari pengetahuan ilmiah. Menurut The Liang Gie (1991 : 139) sistem pengetahuan ilmiah mencakup lima kelompok unsur, yaitu : a. jenis-jenis sasaran, b. bentukbentuk pernyataan, c. ragam-ragam proposisi, d. ciri-ciri pokok, dan e. pembagian sistematis. a. Jenis-jenis sasaran Ada bermacam-macam fenomena yang ditelaah ilmu. Dari bermacam-macam fenomena tersebut The Liang Gie (1991 : 141) telah mengidentifikasi 6 macam fenomena yang menjadi objek material ilmu, yaitu : 1) ide abstrak 2) benda fisik 3) jasad hidup 4) gejala rohani 5) peristiwa sosial 6) proses tanda b. Bentuk-bentuk pernyataan Kumpulan pernyataan yang merupakan penjelasan ilmiah terdiri dari empat bentuk (The Liang Gie, 1991 : 142-143), yaitu : deskripsi, preskripsi, eksposisi pola, dan rekonstruksi historis. 1) Deskripsi Deskripsi merupakan pernyataan yang bersifat menggambarkan tentang bentuk, susunan, peranan dan hal rinci lainnya dari fenomena yang dipelajari ilmu. 2) Preskripsi Preskripsi merupakan bentuk pernyataan yang berupa petunjuk-petunjuk atau ketentuan mengenai apa yang perlu berlangsung atau sebaiknya dilakukan berkenaan dengan objek formal ilmu. 3) Eksposisi pola Bentuk ini biasanya memaparkan pola-pola dalam sekumpulan sifat, ciri, kecenderungan atau proses lainnya dari fenomena yang ditelaah. 4) Rekonstruksi historis Rekonstruksi hstoris merupakan suatu bentuk pernyataan yang berusaha mengambarkan atau menceritakan sesuatu secara kronologis. c. Ragam-ragam proposisi Ilmu juga memiliki ragam-ragam proposisi, yaitu azaz ilmiah, kaidah ilmiah dan teori ilmiah. 1) Azaz ilmiah Azaz ilmiah adalah sebuah proposisi yang mengandung kebenaran umum berdasarkan fakta-fakta yang diamati. 2) Kaidah ilmiah Kaidah ilmiah adalah suatu proposisi yang mengungkapkan keajegan atau hubungan tertib yang dapat diuji kebenarannya. 3) Teori ilmiah Teori ilmiah adalah sekumpulan proposisi yang saling berkaitan secara logis berkenaan dengan penjelasan terhadap sejumlah fenomena. d. Ciri-ciri pokok ilmu

1) Sistematisasi Sistematisasi memiliki arti bahwa pengetahuan ilmiah tersusun sebagai suatu sistem yang di dalamnya terdapat pernyataan-pernyataan yang berhubungan secara fungsional. 2) Keumuman (Generality) Ciri keumuman menunjuk pada kualitas pengetahuan ilmiah untuk merangkum berbagai fenomena yang senantiasa makin luas dengan penentuan konsep-konsep yang paling umum dalam pembahasannya. 3) Rasionalitas Ciri rasionalitas berarti bahwa ilmu sebagai pengetahuan ilmiah bersumber pada pemikiran rasional yang mematuhi kaidah-kaidah logika. 4) Objektivitas Ciri objektivitas ilmu merujuk pada keharusan untuk bersikap objektif dalam mengkaji suatu kebenaran ilmiah tanpa melibatkan unsur emosi dan kesukaan. 5) Verifiabilitas Verifiabilitas berarti bahwa pengetahuan ilmiah harus dapat diperiksa kebenarannya, diteliti kembali, diuji ulang oleh ilmuan lain. 6) Komunalitas Ciri komunalitas mengandung arti bahwa ilmu merupakan pengetahuan yang menjadi milik umum (public knowledge). Penelitian yang telah dilakukan harus dipublikasikan dan tidak boleh disimpan untuk kepentingan pribadi / kelompok. B. Dimensi Epistemologis Ilmu 1. Cara-cara mendapatkan pengetahuan W. Huitt (1998), dalam artikelnya yang berjudul Measurement,Evaluation, and Research : Ways of Knowing, menyatakan bahwa ada lima macam cara untuk mendapatkan pengetahuan yang benar (kebenaran) yaitu : pengalaman, intuisi, agama, filsafat, dan ilmu. Dengan cara-cara tersebut dapat diperoleh diperoleh kebenaran pengalaman atau kebenaran indera, kebenaran intuitif, kebenaran religius, kebenaran filosofis, dan kebenaran ilmiah. 2. Kebenaran a. Jenis-jenis kebenaran cara memperoleh kebenaran dibedakan menjadi lima jenis, yaitu kebenaran pengalaman, kebenaran intuisi, kebenaran religius, kebenaran filosofis dan kebenaran ilmiah. b. Teori-teori kebenaran ada beberapa teori yang berbicara tentang kebenaran, yaitu teori koherensi, teori korespondensi dan teori pragmatisme. 1) Teori koherensi Menurut teori koherensi, suatu pernyataan dianggap benar bila pernyataan itu bersifat koheren atau konsisten dengan pernyataan sebelumnya yang dianggap benar. 2) Teori korespondensi

Ciri berfikir kefilsafatan dapat dikemukakan sebagai berikut : a. Radikal, artinya berpikir sampai ke akar-akarnya sampai substansi yang dipikirkan b. Universal, artinya pemikiran filsafat menyangkut pengalaman umum manusia. c. Konseptual. Artinya merupakan hasil generalisasi dan abstraksi pengalaman manusia d. Koheren dan konsisten, koheren artinya sesuai kaidah-kaidah berpikir logis. Konsisten artinya taat asas, tidak mengandung kontradiksi. e. Sistematis, artinya pendapat yang merupakan uraian kefilsafatan itu harus saling berhubungan secara teratur dan terkandung adanya maksud atau tujuan tertentu. f. Komprehensif, artinya mencakup atau menyeluruh. g. Bebas, arinya sampai batas-batas yang luas h. Bertanggungjawab, artinya seseorang yang berfilsafat adalah orang yang berpikir sekaligus bertanggungjawab terhadap hasil pemikirannya, paling tidak terhadap hati nuraninya sendiri (Mustansyir dan Munir, 2001). 2. metode filsafat ilmu Ilmu dapat dicari menggunakan prosedur yang disebut dengan metode ilmiah. Metode dapat diartikan sebagai suatu proses atau cara mengetahui sesuatu, yang mempunyai langkah-langkah yang sistematik. Metode ilmiah merupakan ekspresi mengenai cara bekerja pikiran tersebut. Metode ilmiah dalam pelaksanaanya menggunakan langkahlangkah yang melibatkan dua cara berpikir yaitu cara berpikir deduktif dan cara berpikir induktif dalam membangun tubuh pengetahuannya. Adanya masalah membuat proses kegiatan berpikir dimulai, dan proses berpikir diarahkan pada pengamatan objek yang bersangkutan yang bereksistensi dalam dunia empiris. Ilmu dimulai dengan fakta dan diakhiri dengan fakta pula, apa pun teori yang menjembatani keduanya. Teori merupakan abstraksi intelektual di mana pendekatan secara rasional digabungkan dengan pengalaman empiris. Artinya teori ilmu merupakan suatu penjelasan rasional yang berkesesuaian dengan objek yang dijelaskannya. Kerangka berpikir ilmiah yang berintikan logico-hypotetico-berifikatif ini pada dasaranya terdiri dari langkahlangkah sebagai berikut : a. Rumusan masalah, merupakan langkah pertama dalam metode ilmiah berisi pertanyaan mengenai objek empiris yang helas batas-batasnya dan dapat diidentifikasi faktor-faktor yag terkait di dalamnya. b. Menentukan khasanah pengetahuan ilmiah, merupakan langkah dalam metode ilmiah berisi kumpulan informasi-informasi ilmiah yang digali melalui berbagai literatur ilmiah, jurnal ilmiah, diskusi ilmiah, wawancara dengan narasumber yang terkait dengan permasalahan yang akan dicarikan solusi pemecahannya. c. Penyusunan kerangka berpikir dalam penyusunan hipotesis, merupakan langkah ketiga dalam metode ilmiah berisi argumentasi yang dibangun berdasarkan khasanah ilmu pengetahuan ilmiah yang diambil sebagai landasan teori , sehingga menjelaskan hubungan yang mungkin terdapat antara berbagai faktor yang saling terkait dan membentuk konstelasi permasalahan atau hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. d. Penyusunan hipotesis, mrupakan langkah keempat dalam metode ilmiah berisi jawaban sementara atau dugaan sementara terhadap pertanyaan yang diajukan

dalam perumusan masalah, rumusan masalah dibuat berupa kesimpulan dari kerangka berpikir yang dikembangkan. e. Pengujian hipotesis, merupakan langkah kelima dalam metode ilmiah berisi kegiatan pengumpulan fakta atau data-data empiris yang relevan dengan hipotesis yang diajukan. f. Penarikan kesimpulan, merupaan langkah keenam dalam metode ilmiah berisi penilaian apakah hipotesis yang diajukan berdasarkan data yang ditemukan di lapangan diterima atau ditolak. D. cabang-cabang filsafat dan kegunaan filsafat 1. cabang-cabang filsafat Ahli filsafat biasanya mempunyai pembagian yang berbeda-beda. Perhatikan sarjana-sarjana filsafat di bawah ini : a. H. De Vos menggolongkan filsafat sebagai berikut : 1. Metafisika, 2. Logika, 3. Ajaarn tentang ilmu pengetahuan, 4. Filsafat alam, 5. Filsafat kebudayaan, 6. Filsafat sejarah, 7. Etika, 8. Estetika, 9. Antropologi b. Prof. Albuerey Castel membagi masalah filsafat menjadi enam bagian, yaitu: 1. Masalah teologis (theological problem) 2. Masalah metafisika (metaphysical problem) 3. Masalah epistemologi (epistemological problem) 4. Masalah etika (ethical problem) 5. Masalah politik (political problem) 6. Masalah sejarah (historical problem) c. Dr. Richard H. Popkin dan Dr. Avrun Astroll dalam buku mereka, Philosophy Made Simple, membagi pembahasan mereka ke dalam tujuh bagian, yaitu : 1. Section I Ethics (etika) 2. Section II Political Philosophy (filsafat politik) 3. Section III Mataphysics (metafisika) 4. Section IV Philosophy of Religion (filsafat agama) 5. Section V Theory of Knowledge (teori pengetahuan) 6. Section VI Logics (Logika) 7. Secton VII Contempory Philosophy d. Dr. M. J. Langeveld mengatakan : filsafat adalah ilmu kesatuan yang terdiri atas tiga lingkungan masalah : 1. Lingkungan masalah keadaan (metafisika manusia, alam dan seterusnya) 2. Lingkungan masalah pengetahuan (teori kebenaran, teori pengetahuan dan logika) 3. Lingkungan masalah nilai (teori nilai etika, estetika yang bernilai berdasarkan religi).

e. Aristoteles, murid Plato mengadakan pembagian secara konkret dan sistematis menjadi empat cabang, yaitu : 1. Logika. Ilmu ini dianggap sebagai ilmu pendahuluan bagi filsafat. 2. Filsafat teoritis. Cabang ini mencakup : - Ilmu fisika yang mempersoalkan dunia materi dari alam nyata ini - Ilmu matematika yang mempersoalkan benda-benda alam dalam kuantitasnya - Ilmu metafisika yang mempersoalkan hakikat segala sesuatu. Inilah yang paling utama dari filsafat. 3. Filsafat praktis. Cabang ini mencakup : - Ilmu etikam yang mengatur kesusilaan dan kebahagiaan dalam hidup perseorangan - Ilmu ekonomi , yang mengatur kesusilaan dan kemakmuran dalam keluarga (rumah tangga) - Ilmu politik, yang mengatur kesusilaan dan kemakmuran di dalam negara. 4. Filsafat poetika (kesenian) Dari pandangan para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa filsafat dalam coraknya yang baru ini mempunyai beberapa cabang, yaitu metafisika, logika, etika, estetika, epistemologi, dan filsafat-filsafat khusus lainnya. a. Metafisika: filsafat tentang hakikat yang ada di balik fisika, hakikat yang bersifat transenden, di luar jangkauan pengalaman manusia. b. Logika: filsafat tentang pikiran yang benar dan yang salah. c. Etika: filsafat tentang perilaku yang baik dan yang buruk. d. Estetika: filsafat tentang kreasi yang indah dan yang jelek. e. Epistemologi: filsafat tentang ilmu pengetahuan. f. Filsafat-filsafat khusus lainnya: filsafat agama, filsafat manusia, filsafat hukum, filsafat sejarah, filasafat alam , filsafat pendidikan, dan sebagainya. Tiap-tiap pembagian sejak zaman Aristoteles hingga dewasa ini lapangan-lapangan yang paling utama dalam ilmu filsafat selalu berputar di sekitar logika, metafisika, dan etika. 2. Kegunaan filsafat Menurut Harold H. Titus, filsafat adalah suatu usaha untuk memahami alam semesta, maknanya dan nilainya. Apabila tujuan ilmu adalah kontrol, dan tujuan seni adalah kreatifitas, kesempurnaan, bentuk keindahan komunikasi dan ekspresi, maka tujuan filsafat adalah pengertian dan kebijaksanaan (understanding and wisdom) Dr. Oemar A. Hosein mengatakan: ilmu memberi kepada kita pengetahuan, dan filsafat memberikan hikmah. Filsfat memberikan kepuasan kepada keinginan manusia akan pengethuan yang tersusun dengan tertib, akan kebenaran. S. takdir Alisyabana menulis dalam bukunya: Pembimbing ke Filsafat. Metafisika, filsafat itu dapat memberikan ketenangan pikiran-pikiran dan kemantapan hati, sekalipun menghadapi maut. Bagi manusia, berfilsafat itu berati mengatur hidupnya seinsyaf-insyafnya, senetralnetralnya dengan perasaan tanggung jawab, yakni tanggung jawab terhadap dasar hidup yang sedalam-dalamnya, baik Tuhan, alam, ataupun kebenaran. Radhakrishman dalam bukunya, History of Philosophy menyebutkan: tugas filsafat bukanlah sekadar mencerminkan semangat masa ketika kita hadapi, melainkan membimbingnya maju. Fungsi filsafat adalah kreatif, menerapkan nilai, menerapkan tujuan, menentukan arah dan

menuntun pada jalan baru. Filsafat tidak ada artinya sekali apabila tidak universal, baik dalam ruang lingkupnya maupun dalam semangatnya. Filsfat dapat mendukung kepercayaan keagamaan seseorang, asal saja kepercayaan tersebut tidak bergantung kepada konsepsi, yang prailmiah, yang usang, yang sempit dan yang dogmatis. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan filsafat adalah mencari hakikat kebenaran sesuatu, baik dalam logika (kebenaran berpikir), etika (berperilaku), maupun metafisika (hakikat keaslian). Manfaat mempelajari filsafat ada bermacam-macam, yaitu: a. Agar terlatih berpikir serius b. Agar mampu memahami filsafat c. Agar mungkin menjadi ahli filsafat d. Agar menjadi warga negara yang baik Berfilsafat adalah berusaha menemukan kebenaran tentang segala sesuatu dengan menggunakan pemikiran secara serius. Belajar filsafat merupakan salah satu bentuk latihan untuk memperoleh berpikir serius. Kemampuan ini akan memberikan kemampuan memecahkan masalah secara serius, menemukan akar persoalan yang terdalam, menentukan sebab, terakhir satu penampakan. Secara konkret, manfaat mempelajari filsafat adalah: a. Filsafat menolong mendidik, membangun diri kita sendiri: dengan berpikir mendalam, kita mengalami dan menyadari kerohanian kita. b. Filsafat memberikan kebiasaan dan kepandaian untuk melihat dan memecahkan persoalan-persoalan dalam hidup sehari-hari. Orang yang hidup dangkal saja, tidak mudah melihat persoalan-persoalan, apalagi melihat pemecahannya. c. Filsafat memberikan pandangan yang luas, membendung akuisme dan akusentrisme (dalam segala hal hanya melihat dan mementingkan kepentingan dan kesenangan si aku). d. Filsafat merupakan latihan untuk berpikir sendiri, hingga kita tak hanya ikut-ikutan saja, membuntut pada pandangan umum, percaya akan setiap semboyan dalam suratsurat kabar, tetapi secara kritis menyelidiki apa yang dikemukakan orang, mempunyai pendapat sendiri, berdiri sendiri, dengan cita-cita mencari kebenaran. e. Filsafat memberikan dasar-dasar, baik untuk hidup kita sendiri (terutama dalam etika) maupun untuk ilmu-ilmu pengetahuan lainnya, seperti sosiologi, ilmu jiwa, ilmu mendidik, dan sebagainya. Dengan mempelajari filsafat ilmu, para ilmuan akan menyadari keterbatasan dirinya dan ttidak terperangkap ke dalam sikap arogansi intelektual. Hal yang lebih diperlukan adalah sikap keterbukaan diri di kalangan ilmuwan, sehingga mereka dapat saling menyapa dan mengarahkan seluruh potensi keilmuan yang dimilikinya intik kepentingan umat manusia. Filsafat ilmu sebagai cabang filsafat yang membicarakan tentang hakikat ilmu secara umum mengandung manfaat sebagai berikut: a. Filsafat ilmu sebagai sarana pengujian penalaran ilmiah, sehingga orang menjadi kritis terhadap kegiatan ilmiah. b. Filsafat ilmu merupakan usaha merefleksi, menguji, mengkritik asumsi, dan metode keilmuan.

You might also like