You are on page 1of 56

BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani merupakan pendidikan yang tidak dapat dipisahkan dari pendidikan secara keseluruhan. Proses pelaksanaan pendidikan di sekolah tidak akan sempurna, apabila di dalamnya tidak diajarkan pendidikan jasmani. Hal ini sesuai pendapat Agus Mahendra (2004: 9) bahwa, Pendidikan jasmani merupakan suatu bagian yang tidak terpisahkan dari pendidikan umum. Lewat program pendidikan jasmani dapat diupayakan peranan pendidikan untuk mengembangkan kepribadian individu. Tanpa pendidikan jasmani, proses pendidikan di sekolah akan pincang. Pendidikan jasmani merupakan pendidikan yang di dalamnya

dikembangkan banyak aspek diantaranya kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berfikir kritis, sosial, penalaran, stabilitas emosional dan lain sebagainya. Untuk mencapai tujuan pendidikan jasmani, maka dalam

membelajarkan pendidikan jasmani harus dilakukan dengan baik dan benar. Pendidikan jasmani merupakan suatu pelajaran yang mengutamakan aktivitas gerak. Di dalam pendidikan jasmani terdapat beberapa macam cabang olahraga yang wajib diajarkan kepada siswa. Untuk mencapai kompetensi dasar pendidikan jasmani, maka materi pokok pendidikan jasmani harus diajarkan kepada siswa. Menurut Depdiknas (2004: 19-20) bahwa, Materi pokok pendidikan jasmani dikelompokkan menjadi enam aspek yaitu: (1) permainan dan olahraga, (2) aktivitas pengembangan, (3) uji diri/senam, (4) aktivitas ritmik, (5) akuatik dan, (6) aktivitas luar sekolah. Bola basket merupakan salah satu materi pokok dalam pendidikan jasmani. Upaya meningkatkan keterampilan bermain bola basket siswa sekolah, maka faktor yang mendasar siswa harus menguasai macam-macam teknik dasar bola basket. Adapun macam-macam teknik dasar permainan bola basket menurut Machfud Irsyada (1999/2000: 20) yaitu, (1) Gerakan dasar menggiring bola, (2)

Gerakan dasar mengoper dan menerima bola, (3) Gerakan dasar memasukkan bola, (4) Gerakan dasar menangkap bola yang telah mengenai simpai keranjang. Mengoper dan menerima bola merupakan teknik dasar permainan bola basket yang saling berkaitan. Mengoper bola atau disebut dengan istilah passing merupakan salah satu teknik dasar bola basket yang memiliki kontribusi besar dalam permainan bola basket. Pada prinsipnya passing dalam permainan bola basket mempunyai tujuan untuk menghubungkan pemain satu dengan lainnya dalam upaya menyerang pertahanan lawan. Passing dapat dilakukan berbagai cara baik dengan satu tangan atau dua tangan. Berdasarkan arah bola, jenis passing bola basket dapat dilakukan dari depan dada, dari atas kepala, dari samping badan dan dipantulkan. Upaya meningkatkan kemampuan passing dalam permainan bola basket bagi siswa sekolah diperlukan cara belajar yang baik dan tepat. Pada umumnya struktur kurikulum pendidikan jasmani di Indonesia mulai dari Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA) atau Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) menekankan pada cabang olahraga yang isi materinya selalu ditekankan pada pencapaian keterampilan teknik. Pembelajaran pendidikan jasmani yang menekankan pada keterampilan teknik merupakan cara belajar teknik suatu cabang olahraga yang dilakukan secara berulang-ulang sampai terjadi otomatisasi gerakan yang efektif dan efisien. Pembelajaran teknik difokuskan pada penguasaan unsur-unsur teknik secara terpisah-pisah.

Pembelajaran keterampilan teknik ini mempunyai tujuan untuk meningkatkan penguasaan teknik suatu cabang olahraga, sehingga diharapkan siswa memiliki keterampilan teknik untuk mendukung penampilannya dalam bertanding atau bermain. Berdasarkan cara belajar dengan pendekatan teknik menunjukkan bahwa, penguasaan teknik merupakan unsur utama yang harus dikuasai siswa. Namun disisi lain pendekatan ini kurang dapat memenuhi hasrat gerak siswa, karena pada usia anak-anak kebebasan bergerak sangat dibutuhkan agar anak dapat merasakan atau mengalami suana perlombaan atau pertandingan yang sebenarnya dari teknik yang dipelajari. Di samping itu juga, siswa kurang senang dengan penjelasan dari

guru yang bertele-tele. Namun siswa lebih senang dan gembira jika dalam belajar keterampilan olahraga hasrat gerak siswa tersalurkan dalam bentuk permainan, meskipun kemampuan teknik yang dimiliki belum memadai. Dengan bermain akan dapat merangsang kemampuan berpikir dan pemahaman terhadap konsep gerakan dari cabang olahraga yang dipelajari. Melalui permainan siswa akan lebih bersemangat dalam mengikuti tugas ajar, motivasi belajar meningkat. Dengan motivasi belajar yang baik, diharapkan teknik yang dipelajari dapat dikuasai dengan baik sesuai yang diharapkan. Pembelajaran teknis dan taktis merupakan bentuk pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar passing dalam permainan bola basket. Dari kedua bentuk pembelajaran tersebut masing-masing memiliki kelebihan dan kelemahan, sehingga belum diketahui pembelajaran mana yang labih efektif untuk meningkatkan hasil belajar passing bola basket. Untuk mengetahui pengaruh pembelajaran teknis dan taktis terhadap hasil belajar passing bola basket, maka perlu dikaji dan diteliti secara lebih mendalam baik teori maupun praktek melalui penelitian eksperimen. Siswa putra kelas VIII SMP Negeri I Nguntoronadi Wonogiri tahun pelajaran 2008/2009 adalah sampel yang akan digunakan dalam penelitian untuk membuktikan menjawab permasalahan yang muncul dalam penelitian.

Sebenarnya pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani telah berjalan dengan baik termasuk pembelajaran passing bola basket. Dari pembelajaran yang telah dilaksanakan tidak semua siswa memiliki kemampuan passing bola basket yang baik, terlebih siswa perempuan. Kondisi semacam ini perlu ditelusuri faktor-faktor penyebabnya. Seorang guru harus mampu mengevaluasi dari semua fakor baik dari pihak guru sendiri maupun dari pihak siswa. Upaya mengatasi permasalahan dalam pencapaian hasil belajar passing bola basket siswa putra kelas VIII SMP Negeri I Nguntoronadi Wonogiri tahun pelajaran 2008/2009, hendaknya dalam proses pembelajaran memanfatkan berbagai jenis pendekatan pembelajaran. Pendekatan pembelajaran pendidikan jasmani yang diterapkan selama ini yaitu pendekatan konvensional. Namun pendekatan pembelajaran konvensional yang diterapkan belum menunjukkan hasil

yang maksimal. Oleh karena itu perlu dicari pendekatan pembelajaran yang tepat di antaranya pendekatan teknis dan taktis. Dengan perencanaan yang baik, pemilihan pendekatan pembelajaran yang tepat, serta kemampuan menerapkan berbagai macam pendekatan pembelajaran dalam situasi yang tepat, maka akan diperoleh hasil belajar yang optimal. Mengingat kemampuan passing bola basket siswa putra kelas VIII SMP Negeri I Nguntoronandi, maka perlu dilakukan penelitian dengan judul, Pengaruh Pembelajaran Teknis dan Taktis terhadap Hasil Belajar Passing Bola Basket pada Siswa Putra Kelas VIII SMP Negeri I Nguntoronadi Wonogiri Tahun Pelajaran 2008/2009.

B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, masalah dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut: 1. Tidak semua siswa putra kelas VIII SMP Negeri I Nguntoronadi Wonogiri tahun pelajaran 2008/2009 mampu melakukan passing bola basket dengan baik dan benar. 2. Pembelajaran pendidikan jasmani yang diterapkan di SMP Negeri I Nguntoronadi Wonogiri belum menunjukkan hasil belajar passing bola basket secara maksimal. 3. Perlunya latihan secara sistematis dan kontinyu untuk meningkatkan kemampuan passing siswa putra kelas VIII SMP Negeri I Nguntoronadi Wonogiri tahun pelajaran 2008/2009. 4. Belum diketahui keefektifan pembelajaran teknis dan taktis terhadap peningkatan hasil belajar passing bola basket. 5. Kemampuan passing bola basket siswa putra kelas VIII SMP Negeri I Nguntoronadi Wonogiri tahun pelajaran 2008/2009 belum diketahui.

C. Pembatasan Masalah Banyaknya masalah yang muncul dalam penelitian maka perlu dibatasi agar tidak menyimpang dari tujuan penelitian. Pembatasan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Keefektifan pembelajaran teknis dan taktis terhadap peningkatan hasil belajar passing bola basket siswa putra kelas VIII SMP Negeri I Nguntoronadi Wonogiri tahun pelajaran 2008/2009. 2. Kemampuan passing bola basket siswa putra kelas VIII SMP Negeri I Nguntoronadi Wonogiri tahun pelajaran 2008/2009.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas, dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Bagaiamana keefektifan pembelajaran teknis dan taktis trehadap hasil belajar passing bola basket siswa putra kelas VIII SMP Negeri 1 Nguntoronadi Wonogiri tahun pelajaran 2008/2009 ? 2. Manakah yang lebih baik pengaruhnya antara pembelajaran teknis dan taktis terhadap hasil belajar passing bola basket siswa putra kelas VIII SMP Negeri I Nguntoronadi Wonogiri tahun pelajaran 2008/2009?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, penelitian ini mempunyai tujuan untuk : 1. Mendeskripsikan keefektifan pembelajaran teknis dan taktis dalam passing bola basket siswa putra kelas VIII SMP Negeri I Nguntoronadi Wonogiri tahun pelajaran 2008/2009.

2. Membandingkan hasil belajar passing bola basket siswa putra kelas VIII SMP Negeri I Nguntoronadi Wonogiri tahun pelajaran 2008/2009 antara menggunakan pembelajaran teknis dan taktis.

F. Manfaat Penelitian

Berkaitan dengan permasalahan dan tujuan penelitian tersebut di atas, diharapkan penelitian ini memberi manfaat antara lain: 1. Dapat meningkatkan kemampuan passing bola basket siswa putra kelas VIII SMP Negeri I Nguntoronadi Wonogiri tahun pelajaran 2008/2009 yang dijadikan objek penelitian. 2. Sebagai masukan untuk dijadikan pedoman guru Penjaskes SMP Negeri I Nguntoronadi Wonogiri pentingnya pembelajaran yang tepat dan disesuaikan dengan kondisi dan perkembangan siswa, sehingga akan diperoleh hasil belajar yang optimal. 3. Bagi peneliti dapat menambah pengetahuan dan pengalaman dalam bidang penelitian ilmiah untuk dapat dikembangkan lebih lanjut.

BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Bola Basket

a. Permainan Bola Basket Permainan bola basket merupakan salah satu cabang olahraga yang berkembang cukup pesat di dunia. Permainan bola basket ditemukan pada bulan Desember 1981 oleh A. James Naismith. Permainan bola basket merupakan olahraga tim. Dalam pelaksanaan permainannya masing-masing tim terdiri lima orang pemain. Maksud dan tujuan masing-masing tim yaitu, berusaha memasukkan bola ke keranjang lawan sebanyak-banyaknya dan mencegah lawan berbuat hal yang sama terhadap timnya. Dalam pelaksanaan permainan bola basket, setiap pemain dapat memainkan bola dengan satu tangan atau dua tangan dengan cara bola dioper, dilempar sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang berlaku. Hal ini sesuai pendapat Hal Wissel (2000: 2) bahwa: Bola basket dimainkan oleh dua tim dengan 5 pemain per tim. Tujuannya adalah mendapatkan nilai (skor) dengan memasukkan bola ke keranjang dan mencegah tim lain melakukan hal serupa. Bola dapat diberikan hanya dengan passing (operan) dengan tangan atau dengan men-dribble-nya (batting, pushing atau tapping) beberapa kali pada lantai tanpa menyentuhnya dengan dua tangan secara bersamaan. Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, permainan bola basket dimainkan dengan cara memantulkan bola dengan telapak tangan terbuka, melemparkan, menggelindingkan atau menggiring bola ke segala arah dalam lapangan permainan. Ditinjau dari cara memainkan bola dalam permainan bola basket bahwa shooting atau menembakkan ke dalam keranjang lawan yang merupakan strategi permainan bola basket untuk memperoleh kemenangan. Untuk mencapai kualitas permainan yang baik, maka setiap pemain harus menguasai macammacam teknik dasar bola basket dan mampu menjalin kerjasama yang kompak

dalam satu tim. Tanpa didukung hal tersebut akan sulit memenangkan pertandingan.

b. Pentingnya Menguasai Teknik Dasar Bola Basket Teknik dasar permainan bola basket merupakan komponen-komponen yang fundamental dan harus dikuasai oleh setiap pemain. Hal Wissel (2000: 15) menyatakan, Meskipun bola basket adalah permainan tim, namun penguasaan teknik dasar individual sangatlah penting sebelum bermain di dalam tim. Hal senada dikemukakan A. Sarumpaet, Zulfar Djazet, Parno dan Imam Sadikun (1992: 223) bahwa, Keterampilan bermain bola basket dapat dicapai sampai tingkat tinggi apabila gerak dasarnya baik. Oleh karena itu teknik dasar perlu dilakukan dengan cara-cara yang benar agar keterampilannya dapat ditingkatkan. Berdasarkan dua pendapat tersebut menunjukkan bahwa, menguasai teknik dasar bola basket secara individu merupakan kemampuan yang harus dimiliki setiap pemain bola basket. Penguasaan teknik dasar bola basket yang baik akan dapat mendukung penampilan seorang pemain baik secara individu maupun secara tim. Menurut Soebagio Hartoko (1993: 22-25) teknik dasar permainan bola basket terdiri dari: "(1) Operan, (2) Menangkap, (3) Menembak, (4) Menggiring, (5) Olah kaki, (6) Gerakan berporos, (7) Melompat/meloncat, (8) Gerak tipu". Hal senada dikemukakan Hal Wissel (2000: 15) bahwa, Shooting, passing, dribbling, rebounding, defending bergerak dengan bola dan bergerak tanpa bola adalah teknik dasar yang harus dikuasai Berdasarkan dua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa, teknik dasar permainan bola basket terdiri dua macam yaitu teknik dasar tanpa bola dan teknik dasar dengan bola. Kedua teknik dasar tersebut merupakan komponen-komponen dalam permainan bola basket yang saling mendukung terhadap keterampilan bermain bola basket. Teknik-teknik tersebut di atas harus dikuasai oleh setiap pemain agar dapat mendukung penampilannya dalam bertanding. Dengan menguasai macam-macam teknik dasar bermain bola basket dengan baik memberi peluang untuk dapat memenangkan pertandingan.

2. Teknik Dasar Passing Bola Basket

a. Pengertian Passing Passing atau operan merupakan teknik dasar permainan bola baket yang paling sering dilakukan dalam permainan bola basket. Passing saling berkaitan dengan tangkapan, sehingga kedua teknik ini tidak dapat dipisahkan dan merupakan salah satu keindahan dalam permainan bola basket. Seperti dikemukakan Hal Wissel (2000: 71) bahwa, Operan dan tangkapan yang baik penting bagi permainan tim, dan keahlian seperti itulah yang membuat bola basket menjadi permainan tim yang indah. Passing atau operan pada dasarnya merupakan upaya seorang pemain untuk memberikan atau mengumpan bola kepada teman seregunya untuk menjalin kerjasama yang pada akhirnya ditembakan ke ring lawan. Hal ini seperti diungkapkan Soebagio Hartoko (1993: 25) bahwa, untuk melakukan tembakan, diperlukan usaha mendekati basket. Hal itu hanya mungkin bisa dicapai dengan dua jalan yaitu oper-mengoper atau menggiring bola. Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, upaya seorang pemain atau tim mendekati ring lawan untuk memasukkan bola akan lebih cepat jika dilakukan dengan passing atau operan daripada men-dribble bola. Seperti dikemukakan Hal Wissel (2000: 71) bahwa, Operan lebih cepat memindahkan bola dari pada dribble. Melalui operan yang cepat dan tepat akan lebih mudah untuk menyerang pertahanan lawan, karena lawan tidak mempunyai kesempatan untuk bertahan atau memperketat penjagaan. Di samping itu juga, dari men-dribble bola pada akhirnya dilakukan passing jika tidak mampu menerobos pertahanan lawan. Pentingnya peranan passing, maka setiap pemain bola basket harus menguasi teknik passing dan tangkapan yang benar. Sebuah tim yang mampu mengontrol bola dengan operan dan tangkapan yang baik punya kesempatan luas mencetak angka. Kemampuan seorang pemain menguasai passing dengan baik mengetahui kapan dan dimana harus mengoper bola, tidak hanya memberikan kesempatan untuk mencetak angka, tetapi juga mencegah kehilangan bola dari intersepsi musuh yang seringkali memudahkan lawan mendapat angka.

10

b. Kegunaan Passing Bola Basket Passing dalam permainan bola basaket merupakan upaya seorang pemain melemparkan bola untuk diberikan kepada teman seregunya untuk ditangkap dan selanjutnya bola dimainkan sesuai dengan situasi dan kondisi yang diingkan. Melalui operan-operan inilah permainan bola basket lebih menarik dan nilai atau angka tercipta melalui passing yang cermat dan akurat. Menurut Hal Wissel (2002: 71) kegunaan khusus operan adalah: 1) Mengalihkan bola dari daerah padat pemain (contoh setelah rebound atau dijaga ketat). 2) Menggerakan bola dengan cepat pada fast break. 3) Membangun permainan yang ofensif. 4) Mengoper bola ke rekan yang sedang terbuka (tanpa dijaga lawan) untuk penembakan dan, 5) Mengoper dan memotong untuk melakukan tembakan sendiri. Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, passing mempunyai kegunaan yang cukup luas yaitu: sebagai upaya mengalihkan bola dari permainan yang cukup padat, dapat dijadikan sebagai serangan yang cepat dan, sebagai umpan untuk mencetak angka. Agar passing dapat dilakukan dengan baik, maka harus menguasai teknik passing yang baik dan benar.

c. Prinsip-Prinsip Pokok Passing Memahami prinsip-prinsip pokok passing akan meningkatkan penilaian, antisipasi, timing, tipuan, ketepatan, kekuatan yang kesemuanya akan

mempengaruhi kemampuan operan seorang pemain. Hal Wissel (2000: 72) memberikan tips prinsip-prinsip operan untuk segala tingkat permainan sebagai berikut: 1) Melihat lingkaran ring. Prinsip ini memungkinkan menggunakan sudut mata mengontrol lapangan termasuk rekan yang bebas penjagaan, dan apakah lawan menjaga anda melakukan operan, menembak atau menggiring bola. 2) Mengoper sebelum mendribble. Operan bergerak beberapa kali lebih cepat dari dribble. 3) Ketahuilah kekuatan dan kelemahan rekan-rekan tim anda. Ketahui posisi yang dituju rekan tim dan gerakan mereka berikutnya atau mengira-ira gerakan selanjutnya. Operan bola ke rekan anda ketika dan dimana ia dapat berbuat sesuatu untuk mencetak skor.

11

4) Time lead passes (waktu operan dipercepat). Antisipiasi kecepatan rekan anda yang sedang memotong ke arah ring dan berikan operan jenis ini sedikit di depan rekan anda itu pada ruangan terbuka. 5) Gunakan tipuan. Lihatlah sasaran anda tanpa melihat rekan yang akan menerima operan. Gunakan unsur kejutan. 6) Draw and kick (tarik perhatian dan serang). Tarik perhatian musuh dengan tembakan atau dribble sebelum mengoper. Jangan coba mengoper di depan penjaga yang lincah yang dapat dengan cepat mengagalkan operan. 7) Operlah dengan cepat dan tepat. Hilangkan gerakan tidak berguna. Jangan berputar untuk mengoper atau mengoper di belakang bidang tubuh. 8) Perkirakan kekuatan operan anda. Operlah sepenuh tenaga supaya jaraknya lebih jauh dan gunakan sentuhan kecil ketika dekat dengan penerimanya. 9) Yakinlah dengan operan anda. Lebih baik tidak mengoper daripada tidak yakin dapat menyelesaikan operan itu. Suatu operan yang baik harus dapat diterima jangan mengoper ke ruang yang padat pemain atau tidak terbebas dari penjagaan lawan. 10) Mengoper jauh dari penjaga. Ketika satu tim anda dijaga ketat, oper bola ke sisi lain dari pemain lawan. Ketika anda menerima operan tapi tidak pada posisi menembak, pertahankan tangan anda di atas pinggang, terima operan dan tangkap bola dengan rileks, dalam posisi siap menembus operan lainnya. 11) Mengoper ke rekan penembak yang bebas. Ketika teman anda bebas dan pada posisi siap menembak, oper bola ke tangan penembak. Penembak sebaiknya tidak menggerakkan tangannya atau mengubah posisi tubuh karena operan tersebut ke luar target. Ketika anda berada pada posisi untuk menembak dan menerima operan, bahkan bola datang kepada anda. Lompat di belakang bola, tangkap dengan tangan rileks pada posisi block and tuck, siaplah untuk menembak. Prinsip-prinsip pokok passing tersebut penting untuk dipahami dan dimengerti oleh setiap pemain bola basket. Kesalahan operan akan sangat merugikan timnya, bola dapat rebut oleh lawan dan siap untuk melakukan serangan balik. Serangan balik yang cepat akan sulit dipatahkan, karena belum siap melakukan pertahanan. Oleh karena itu, dalam melakukan passing harus cermat dan tepat pada sasaran yang diinginkan, sehingga bola dapat dimainkan menurut kebutuhannya.

12

d. Teknik Pelaksanaan Passing dari Depan Dada Memahami prinsip-prinsip pokok passing atau operan akan meningkatkan penilaian, antisipasi, timing, tipuan, ketepatan, kekuatan kesemuanya tersebut akan mempengaruhi kemampuan passing seorang pemain bola basket. Berdasarkan cara pelaksanaannya passing bola basket dapat dilakukan dengan empat cara, salah satunya dari depan dada. Kaitannya dengan penelitian ini, teknik passing yang diuraikan dalam penelitian ini yaitu passing dari depan dada. Menurut Hal Wissel (2000: 74) teknik pelaksanaan passing dari depan dada sebagai berikut: 1) Fase persiapan: a) Lihat target. b) Sikap berdiri yang seimbang. c) Tangan sedikit di belakang bola. d) Posisi pergelangan tangan yang rileks e) Bola di depan dada f) Siku masuk/rapat 2) Fase pelaksanaan: a) Lihat target. b) Pandangan jauh atau mengecoh sebelum operan. c) Melangkah pada arah operan. d) Rentangkan lutut, punggung dan lengan. e) Perkuat pergelangan dan jari-jari melalui bola. f) Perkuat tangan yang lemah melalui bola. g) Lepaskan bola dan jemari tangan pertama dan kedua berurutan. 3) Fase follow-through: a) Lihat target b) Lengan direntangkan. c) Telapak tangan menghadap ke bawah. d) Jari-jari menunjuk pada target. Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, teknik paasing dari dengan dada dalam permainan bola basket terdiri dari tiga tahapan atau fase yaitu, persiapan, pelaksanaan dan followthrought. Dari ketiga fase tersebut dalam pelaksanaannya harus dirangkaikan secara harmonis luwes dan lancar. Kualitas passing akan tercermin dari penguasaan teknik yang baik dan benar. Berikut ini disajikan ilustrasi gambar teknik pelaksanaan passing dari depan dada sebagai berikut:

13

Gambar 1. Rangkaian Gerakan Passing dari Depan Dada (Hal Wissel, 2000: 74)

e. Kesalahan yang Sering Dilakukan dalam Passing dari Depan Dada Passing bola basket merupakan teknik dasar permainan bola basket yang sederhana, jika dibandingkan dengan teknik dasar lainnya. Namun tidak menutup kemungkinan para siswa sekolah sering kali melakukan kesalahan. Kesalahan dalam melakukan passing akan merugikan, yaitu bola akan mudah direbut oleh lawan. Menurut Imam Sadikun (1992: 79) kesalahan dalam melakukan passing bola basket antara lain: 1) Sikap berdiri pada umumnya kurang rileks. 2) Bola yang seharusnya dipegang dengan jari-jari, biasanya dipegang dengan telapak tangan saja atau dengan telapak jari saja (telapak tangan tidak menyentuh bola). 3) Tidak melangkahkan kaki ke depan. Pada sikap kaki sejajar, salah satu kakinya harus dilangkahkan ke muka. Bila sikap semula salah satu kaki berada di depan dari kaki yang lain, maka hanya kaki belakanglah yang harus dilangkahkan ke depan. 4) Pada waktu berada di atas, kedua kaki biasanya ke samping. Seharusnya kedua siku tetap menempel pada badan bagian samping. Kesalahan-kesalahan passing tersebut harus diperhatikan dalam

pembelajaran bola basket. Setiap kesalahan yang dilakukan siswa harus segera dibetulkan agar tidak terjadi pola gerakan passing yang salah. Kesalahan dalam melakukan passing akan menyebabkan bola mudah direbut lawan.

14

3. Hakikat Pembelajaran

a. Hakikat Mengajar Pembelajaran pada dasarnya merupakan suatu aktivitas atau perbuatan mengajar yang dilakukan oleh guru. Dari kegiatan mengajar tersebut tentu ada siswa yang belajar. Seperti diungkapkan HJ. Gino dkk. (1998: 30) bahwa, Istilah pembelajaran sama dengan instruction atau pengajaran. Pengajaran mempunyai arti cara (perbuatan) mengajar atau mengajarkan. Bila pengajaran diartikan sebagai perbuatan mengajar tentu ada yang mengajar yaitu guru dan ada yang diajar atau yang belajar yaitu siswa. Mengajar merupakan suatu proses yang kompleks. Guru berperan tidak hanya sekedar menyampaikan informasi kepada siswa, tetapi juga berusaha agar siswa mau belajar. Karena mengajar sebagai upaya yang disengaja, maka guru terlebih dahulu harus mempersiapakan bahan yang akan disajikan kepada siswa. Upaya yang dilakukan guru tersebut agar tujuan yang telah dirumuskan dapat dicapai. Berkaitan dengan mengajar Husdarta & Yudha M. Saputra (2000: 3) menyatakan, Mengajar adalah upaya guru dalam memberikan rangsangan, bimbingan, pengarahan, dan dorongan kepada siswa agar terjadi proses belajar. Arah yang akan dituju dalam proses belajar adalah tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan guru dan diketahui oleh siswa. Hal senada dikemukakan Rusli Lutan (1988: 376) bahwa: Mengajar merupakan seperangkat kegiatan sengaja dan berencana dari seseorang atau person (P) yang memiliki kelebihan pengetahuan atau keterampilan untuk disampaikan kepada orang lain sebagai sasaran atau obyek (O), yang belum berkembang pengetahuan, keterampilan atau bahkan sifat-sifat biologis tertentu, dan informasi atau keterampilan itu disampaikan melalui saluran atau metode tertentu, yang kemudian mendapat respon dari obyek sekaligus berperan sebagai subyek. Berdasarkan pengertian mengajar yang dikemukakan dua ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa, mengajar merupakan suatu kegiatan yang kompleks yang di dalamnya terdapat beberapa komponen yang saling berkaitan yang bertujuan untuk mempengaruhi atau meningkatkan pengetahuan atau

keterampilan siswa menjadi lebih baik.

15

b. Hakikat Belajar Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai akibat adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya. Berkaitan dengan belajar, Slameto (1995: 2) menyatakan bahwa, Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Menurut Muhammad Ali (2004: 14) bahwa, Belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku akibat interaksi dengan lingkungan. Berdasarkan batasan belajar yang dikemukakan dua ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa, kegiatan belajar merupakan suatu proses yang terjadi di dalam diri masing-masing individu. Seseorang dikatakan telah belajar sesuatu, apabila terdapat perubahan-perubahan yang bersifat lebih baik daripada sebelumnya. Perubahan tersebut antara lain keterampilan, pengetahuan, kecakapan, kebiasaan dan sikap. Hasil belajar ini bersifat permanen, sehingga tidak akan cepat hilang. Untuk mencapai hasil belajar yang maksimal, maka perlu diterapkan prinsip-prinsip pembelajaran yang tepat. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006: 42) bahwa, Prinsip-prinsip pembelajaran meliputi perhatian dan motivasi, keaktifan siswa, keterlibatan langsung, pengulangan, tantangan, balikan dan penguatan serta perbedaan individual. Prinsip-prinsip pembelajaran sangat penting untuk dipahami dan dimengerti oleh setiap guru. Keberhasilan dalam kegaiatan belajar mengajar sangat dipengaruhi dari prinsip-prinsip pembelajaran. Untuk mencapai hasil belajar yang optimal, maka prinsip-prinsip pembelajaran tersebut harus diterapkan dalam pembelajaran dengan baik dan benar.

c. Unsur yang Mendukung Pencapaian Tujuan Pembelajaran Perencanaan merupakan bagian integral dari belajar mengajar yang efektif. Efektivitas mengajar akibat adanya perencanaan yang jelas, jika guru ingin menerapkan model-model atau materi mengajar yang tidak pernah diterapkan sebelumnya atau pada saat dihadapkan dengan lingkungan belajar mengajar yang serba terbatas. Untuk itu kemampuan membuat perencanaan merupakan bagian

16

integral dari upaya meningkatkan kemampuan guru dalam ketrampilan mengajarnya. Perencanaan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pelaksanaan belajar mengajar untuk mengembangkan kreativitas pengajaran. Seorang guru dihadapkan tugas untuk memadukan beberapa unsur penting dalam mengajar. Perpaduan unsur penting itu memerlukan pemikiran dan keputusan yang selanjutnya dituangkan ke dalam perencanaan. Sebagai contoh bagaimana agar pelaksanaan tugas ajar siswa mendapat kesempatan atau giliran secara merata dengan waktu, alat yang serba terbatas? Dalam hal ini seorang guru harus mampu menerapkan cara mengajar, membagi waktu yang tersedia dan membuat formasi belajar yang baik dan tepat agar semua siswa aktif mengikuti tugas ajar. Proses belajar mengajar dikatakan sukses, apabila tujuan mengajar dapat dicapai dengan baik. Tujuan mengajar berkaitan dengan beberapa bagian yang saling menunjang dalam proses belajar mengajar. Berikut ini disajikan bagan bagian-bagian yang mendukung pencapaian tujuan proses belajar mengajar menurut Rusli Lutan (2000: 8) sebagai berikut: Tujuan

Proses belajar Substansi Tugas-ajar Mengajar

Metode/Gaya Mengajar

Evaluasi Bagan tersebut menunjukkan bahwa, komponen-komponen yang

mendukung pencapaian tujuan mengajar meliputi: metode/gaya mengajar, evaluasi, substansi tugas ajar dan proses belajar mengajar. Komponen-komponen tersebut saling berkaitan satu sama lainnya untuk mencapai tujuan belajar mengajar. Untuk mencapai tujuan tersebut seorang guru harus menjelaskan tujuan belajar mengajar kepada siswa agar siswa mengerti dan memahami. Setelah siswa

17

mengerti dan memahami tujuan belajar mengajar, guru harus mampu membelajarkan siswa secara merata. Semua siswa harus berpartisipasi atau melakukan giliran tugas ajar secara merata, sehingga siswa menjadi lebih aktif dalam melaksanakan tugas ajar. Jika siswa mampu melakukan tugas ajar secara aktif, maka semakin besar kemungkinan tujuan belajar mengajar akan tercapai. Salah satu hal yang tidak kalah pentingnya dalam kegiatan pembelajaran selain bagan bagian-bagian yang mendukung pencapaian tujuan proses belajar mengajar diatas yaitu perangkat pembelajaran. Perangkat pembelajaran yang dimaksud adalah berbagai alat

perlengkapan, sumber, bahan, panduan, petunjuk, lembar observasi,instrumen tes untuk evaluasi dan sejenisnya yang akan digunakan dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Karena proses pembelajaran ditujukan untuk mengembangkan semua potensi siswa, maka perangkat pembelajaran tersebut harus disusun berdasarkan perencanaan yang seksama, komprehensif dan terukur. Perangkat pembelajaran disusun atas dasar standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator-indikatornya. Dengan adanya perangkat pembelajaran kegiatan interaksi belajar mengajar menjadi lebih optimal. Beberapa aspek penting yang harus diperhatikan dalam menyusun perangkat pembelajaran adalah aspek format, bahasa, ilustrasi, materi pembelajaran dan tujuan pembelajaran. Perangakat pembelajaran yang disusun dalam penelitian ini adalah : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Observasi (LO), dan Instrumen Evaluasi (IE). RPP yang dimaksud adalah suatu rencana yang berisi langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang disusun secara sistematis sebagai pedoman bagi guru dalam melaksanakan proses pembelajaran. RPP yang disusun dengan sistematis : bagian pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan akhir. Detail unsur Yang ada dalam RPP meliputi : (a) identitas : terdiri atas Materi pelajaran, Aspek, sub aspek, kelas, semester dan alokasi waktu; (b) Standar kompetensi dan kompetensi dasar : dalam hal ini guru harus memilih dari kurikulum yang berlaku; (c) indikator : disusun oleh guru yang dijabarkan dari kompetensi dasar; (d) tujuan pembelajaran : disesuaikan dengan pokok bahasan

18

dan sub pokok bahasan; (e) materi pelajaran : dipilih dari kurikulum serta pembagian waktunya; (f) alat : disesuaikan dengan materi pelajaran; (g) skenario pembelajaran : berisi tentang urutan kegiatan pembelajaran siswa; (h) evaluasi : dilakukan secara klasikal atau perorangan kepada siswa. Di sisi lain, LO berisi proses kegiatan pembelajaran. LO model ini memberi peluang bagi siswa untuk mengembangkan kreatifitas atau

kemampuanya khususnya dalam passing Bola Basket, walaupun masih ada peran guru dalam memberikan arahan. LO model apapun yang di susun harus mampu memberikan panduan agar siswa dapat belajar dengan benar, baik dari proses keilmuan. LO dalam bertujuan untuk memberikan kemudahan, pertama bagi guru dalam mengakomodasi tingkat kemampuan siswa yang berbeda-beda, dan kedua bagi siswa untuk mempermudah pemahaman sesuai dengan program

pembelajaran yang diberikan dan bertujuan untuk mengembangkan kompetensi siswa. Adapun penyusunan IE dalam hal ini mendasarkan pada prinsip bahwa: (a) IE harus mengukur apa yang dipelajari dalam proses pembelajaran sesuai dengan tujuan instruksional dalam pembelajaran passing bola basket, (b) IE disusun sesuai dengan materi yang dipelajari, (c)IE hendaknya disusun dengan tujuan penggunaan instrument itu sendiri. Untuk kepentingan penelitian khususnya, IE dapat dilaksanakan dalam bentuk pretest dan postest. Pretest adalah tes yang diberikan sebelum pembelajaran dimulai, bertujuan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah menguasai materi pokok khususnya passing bola basket yang akan diberikan. Sedangkan postest adalah tes yang diberikan sesudah pembelajaran, tujuanya adalah untuk mengetahui sejauh mana siswa telah menguasai materi pokok

passing bola basket yang telah diberikan. Jika proses belajar mengajar baik, maka akan terdapat perbedaan antara hasil pretest dan postest.

19

d. Merumuskan Tujuan Pembelajaran Dalam proses belajar mengajar seorang guru harus merumuskan tujuan pengajaran yang hendak dicapai. Seorang guru harus memiliki kepandian dalam merumuskan tujuan pembelajaran yang akan dilakukan. Sudjana (2001: 40) merumuskan formula pembelajaran sebagai berikut, Pb = fp (m s x y z). Formula pembelajaran tersebut diartikan bahwa, pembelajaran (Pb) adalah fungsi (f), pendidik (p), untuk membelajarkan (m), peserta didik (s), terhadap materi pelajaran (x), untuk mencapai hasil belajar (y), yang menimbulkan pengaruh belajar (z). Rumus formula pembelajaran tersebut, jika dikaitan dengan tujuan pembelajaran maka mencapai hasil belajar (y) merupakan tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran. Hasil belajar (y) dapat mencakup perubahan perilaku peserta didik dalam ranah kognitif, afektif, dan atau psikomotorik. Ranah kognitif merupakan tujuan pendidikan yang berkenaan dengan aktivitas berfikir yang meliputi ingatan, pengenalan pengetahuan serta perkembangan kemampuan dan kecakapan intelektual. Ranah afektif merupakan tujuan pendidikan yang berkenaan dengan perilaku, perasaan dan emosi. Perilaku afektif bisa diklasifikasi ke dalam kategori-kategori dari sifat yang sederhana sampai yang sifatnya kompleks. Sedangkan ranah psikomotorik merupakan tujuan pendidikan yang berkenaan dengan gerakan atau keterampilan. Aktivitas psikomotor terutama berorientasi pada gerakan dan menekankan respon-respon fisik yang nampak. Berkaitan dengan perubahan perilaku siswa dalam belajar keterampilan, maka perubahan psikomotorik merupakan tujuan utama yang akan dicapai dalam belajar keterampilan. Melalui belajar yang teratur dengan diterapkan pendekatan pembelajaran yang baik, maka suatu keterampilan dapat dikuasai oleh siswa dengan baik. Untuk mencapai tujuan pembelajaran yang optimal, maka seorang guru harus mampu merumuskan tujuan pembelajaran yang baik dan tepat, sehingga akan diperoleh hasil belajar yang optimal.

20

e. Penilaian Hasil Belajar Tujuan akhir dari kegiatan belajar mengajar yaitu terjadinya perubahan pada diri siswa. Setiap proses belajar mengajar keberhasilannya diukur dari seberapa jauh hasil belajar yang dicapai siswa, di samping diukur dari segi prosesnya. Hal ini maksudnya, seberapa jauh hasil belajar dimiliki siswa. Hasil belajar ini harus nampak dalam tujuan pengajaran (tujuan instruksional), sebab tujuan itulah yang akan dicapai dalam proses belajar mengajar. Perubahan pada diri siswa akibat dari belajar dapat diketahui melalui evaluasi atau penilaian. Syaiful Sagala (2005: 56) berpendapat, Maksud dan tujuan dari evaluasi adalah menentukan hasil yang dicapai siswa. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa, evaluasi merupakan salah satu bagian yang penting dalam kegiatan belajar mengajar. Melalui evaluasi atau penilaian akan diketahui apakah materi yang diberikan dapat dikuasi dengan baik ataukah sebaliknya. Adapun yang dimaksud dengan penilaian menurut Nana Sudjana (2005: 111) yaitu: Penilaian atau evaluasi pada dasarnya adalah memberikan pertimbangan atau harga atau nilai berdasarkan kriteria tertentu. Proses belajar dan mengajar adalah proses yang bertujuan. Tujuan tersebut dinyatakan dalam rumusan tingkah laku yang diharapkan dimiliki siswa setelah menyelesaikan pengalaman belajar. Hasil yang diperoleh dari penilaian dinyatakan dalam bentuk hasil belajar. Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, penilaian merupakan suatu bentuk hasil belajar yang didasarkan pada kriteria tertentu. Melalui penilaian tersebut akan diketahui sejauh mana hasil belajar yang dicapai siswa. Lebih lanjut Nana Sudjana (2005: 111) menyatakan penilaian yang dilakukan terhadap proses belajar mengajar memiliki fungsi yaitu: (1) untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan pengajaran, (2) untuk mengetahui keefektifan proses belajar mengajar yang telah dilakukan guru. Hasil belajar yang dicapai oleh siswa menggambarkan cerminan dari guru dan siswa. Hal ini maksudnya, hasil belajar yang dicapai siswa menandakan siswa dapat menguasai materi yang diterimanya. Sedangkan bagi guru, hasil belajar yang dicapai siswa dapat diketahui tujuan pengajaran tercapai atau tidak atau efektif tidaknya pengajaran yang telah dilakukan. Seperti yang di kemukakan

21

Danu Hoedaya (2001:105) bahwa guru perlu mengetahui sejauh mana efektifitas hasil pengajaran yang diterapkan. Artinya, guru harus senantiasa mengevaluasi kemajuan hasil belajar para siswa dengan mengacu kepada rambu-rambu penilaian tertentu yang sudah ditetapkan sebelumnya. Jadi, penilaian hendaknya keperluan umpan balik dalam mendeteksi kekuatan dan kelemahan/kekurangan, baik pada diri siswa maupun pada instruksi guru dan program pengajaran. Oleh karena itu penilaian harus mencakup semua aspek yang menunjang penampilan baik itu untuk pembelajaran taktis maupun untuk pembelajaran teknis. Bahwa penilaian penampilan bermain tidak hanya ditentukan oleh ketrampilan gerak motorik dan ketrampilan mengolah bola saja, tetapi juga oleh aspek lainya yaitu kemampuan membuat keputusan dengan cepat dan tepat, kemudian bertindak dengan cepat melaksanakan keputusan itu, selain pergerakan pemain tanpa bola di lapangan permainan. Sedangkan para guru pendidikan jasmani pada umumnya mengandalkan penilaian yang mengacu kepada pengetesan ketrampilan teknis seperti kemampuan dalam passing ( Misalnya chest pass ke tembok). Pemasalahanya adalah bahwa tes seperti ini tidak bisa dijadikan acuan untuk memperkirakan tingkat kemampuan bermain siswa, jadi hasil tesnya kurang mencerminkan halhal yang berkaitan dengan penampilan sisiwa di dalam permainan bola basket sebenarnya. Kekurangannya terutama tampak pada rendahnya kemampuan mengambil keputusan tentang apa yang harus dilakukan dengan teknik yang diajarkan yang berhubungan dengan situasi permainan yang dihadapi.

4. Pembelajaran Passing Bola Basket dengan Pendekatan Teknis

a. Pengertian Pembelajaran Teknis Pelaksanaan pelajaran pendidikan jasmani pada umumnya masih cenderung menggunakan konsep pendekatan pembelajaran yang sifatnya tradisional. Artinya, konsep tersebut masih menekankan pada penguasaan teknik suatu cabang olahraga tertentu, dan berorientasi pada keterampilan teknik yang

22

berbasis ke cabang olahraga tertentu. Pendekatan teknik merupakan cara belajar, suatu teknik cabang olahraga dilakukan secara berulang-ulang hingga menguasai gerakan teknik cabang olahraga secara otomatis dan reflektif. Berkaitan dengan pembelajaran teknis Wahjoedi dalam Jurnal Iptek (1999: 122) menyatakan, Pendekatan pembelajaran teknik adalah cara pembelajaran teknik yang dilakukan secara berulang-ulang dalam bentuk tata urutan pelaksanaan yang tetap sesuai dengan yang telah ditentukan sebelumnya. Sedangkan Amung Mamun & Toto Subroto (2001: 7) berpendapat, Pendekatan tradisional atau teknik adalah cara belajar yang lebih menekankan komponen-komponen teknik. Hal senada dikemukakan Beltasar Tarigan (2001: 15) bahwa, Pembelajaran dengan pendekatan teknik menekankan pada penguasaan keterampilan atau teknik dasar suatu cabang olahraga. Pendekatan pembelajaran yang sifatnya tradisional seringkali

menyudutkan pengajar ke dalam situasi dilematis yaitu, apakah pembelajaran menekankan pada keterampilan penguasaan teknik gerakan atau pada kemampuan bermain suatu cabang olahraga atau kedua-duanya. Pada umumnya pembelajaran keterampilan teknis passing bola basket tergolong ke dalam pembelajaran yang sifatnya tradisional. Pembelajaran teknis ini menekankan pengajaran pada penguasaan keterampilan teknik passing bola basket. Hasil akhir dari pengajaran yang bersifat tradisional diharapkan menjawab pertanyaan tentang bagaimana cara melakukan teknik passing bola basket yang baik dan benar. Dalam kegiatan pembelajaran teknis, organisasi pembelajaran diatur sedemikian rupa oleh guru. Tugas siswa adalah memahami dan menguasai serta melakukan tugas gerak sesuai instruksi dari guru. Pendektan teknik ini mempunyai pengertian yang sama dengan pendekatan drill. Dalam hal ini Sugiyanto (1996: 72) berpendapat, Pendekatan drill yaitu pendekatan pembelajaran dimana guru menciptakan situasi tertentu untuk memacu pelajar berfikir dan berbuat sesuai dengan yang diinstruksikan oleh guru. Gurulah yang menetapkan tujuan dan apa yang harus dilakukan pelajar untuk mencapai tujuan. Pelajar melakukan gerakan-gerakan sesuai dengan apa yang diinstruksikan guru, dan melakukannya berulang-ulang.

23

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan empat ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa, pembelajaran teknik merupakan cara belajar suatu teknik cabang olahraga (passsing bola basket) yang dilakukan secara berulang-ulang. Teknik passing bola basket yang terdiri dari sikap siap melakukan passing, gerakan pelaksanaan dan gerak lanjut dipelajari secara seksama dan dilakukan secara berulang-ulang. Dengan melakukan gerakan secara berulang-ulang tersebut dimaksudkan agar masing-masing teknik passing bola basket dikuasai dengan baik dan benar. Dengan menguasai teknik passing, maka gerakan passing bola basket dapat dilakukan dengan benar dan diaharapkan akan mendukung penampilannya dalam bermain bola basket. b. Pelaksanaan Pembelajaran Passing Bola Basket dengan Pendekatan Teknis Bertolak dari pengertian pembelajaran teknis, maka pembelajaran passing bola basket yaitu cara belajar teknik-teknik passing yang terdiri dari sikap permulaan gerakan passing, gerakan pelaksanaan passing dan gerak lanjut dipelajari atau dilakukan secara berulang-ulang. Pembelajaran teknis ini diharapkan siswa memahami kosep gerakan passing yang baik dan benar. Untuk mencapai hal guru telah merencanakan program pembelajaran yang akan disajikan. Susunan materi pembelajaran passing bola basket dapat dilakukan dari cara yang lebih mudah yaitu, gerakan passing tanpa bola, kemudian ditingkatkan secara bertahap. Pada tahap awal guru menjelaskan teknik passing bola basket dari sikap permulaan passing yang baik dan benar, gerakan pelaksanaan passing, dan gerak lanjut. Setelah tekni-teknik tersebut dijelaskan, guru memberikan contoh dari bagian-bagian teknik passing bola basket. Setelah guru memberikan contoh, guru mengorganisasi pembelajaran agar semua siswa terlibat dalam pembelajaran, dan siswa belajar bagian-bagian teknik passing bola basket sesuai instruksi dari guru. Setelah bagian-bagian teknik passing bola basket dikuasai, kemudian dilanjutkan dengan menggabungkan keseluruhan teknik passing bola basket tersebut. Untuk selanjutnya pembelajaran passing dapat dilakukan dengan lempar tangkap di tempat, dilakukan dengan berjalan atau berlari dan lain-lain sesuai inisiatif dan kreativitas dari guru.

24

Untuk mencapai hasil belajar yang optimal, maka dalam pembelajaran teknis siswa harus aktif melakasanakan tugas ajar. Hal ini sesuai pendapat Rusli Lutan (1988: 399) bahwa, Keaktifan sendiri dari pihak siswa merupakan kunci utama penguasaan dan pemantapan gerak. Kelangsungan proses latihan pada tahap berikutnya ialah penguasaan teknik yang ideal. Hal ini tergantung pada inisiatif dan self-activity dari pihak siswa itu sendiri. Sedangkan Sugiyanto (1996: 72) berpendapat, Setiap pelaksanaan drill perlu selalu mengoreksi agar perhatian tertuju pada kebenaran gerak. Berdasarkan dua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa, suatu teknik akan dapat dikuasai siswa dengan baik apabila siswa melakukannya secara terus menerus dan berulang-ulang. Keaktifan siswa belajar sangat dituntut dalam pembelajaran teknis. Sedangkan guru bertugas mengarahkan penguasaan gerak, melakukan koreksi dan evaluasi setiap terjadi kesalahan teknik. Koreksi ini sangat penting dalam pembelajaran teknis. Kesalahan teknik yang dibiarkan akan terjadi pola gerakan teknik yang salah. Jika hal ini dibiarkan siswa tidak akan tahu teknik gerakan yang baik dan benar. Untuk lebih jelasnya berikut ini disajikan ilustrasi pembelajaran passing bola basket dengan pendekatan teknis sebagai berikut:

Guru XXXXXO XXXXXO XXXXXO Siswa XXXXXX XXXXXX XXXXXX Siswa

Gambar 2. Ilustrasi Pembelajaran Passing Bola Basket dengan Pendekatan Teknis c. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Passing Bola Basket dengan Pendekatan Teknis Pembelajaran passing bola basket dengan pendekatan teknis pada prinsipnya merupakan bentuk pembelajaran yang menekankan pada penguasaan

25

unsur-unsur teknik passing bola basket. Dalam pelaksanaan pembelajaran passing bola basket dengan pendekatan teknis yaitu, mempelajari teknik-teknik passing bola basket yang terdiri dari: sikap siap gerakan passing, gerakan pelaksanaan passing dan gerak lanjut. Format pembelajaran teknis ini memiliki efektifitas terhadap peningkatan penguasaan teknik passing bola basket yang baik dan benar. Berdasarkan pelaksanaan pembelajaran passing bola basket tersebut di atas dapat diidentifikasi kelebihan dan kelemahannya. Kelebihan pembelajaran passing bola basket dengan pendekatan teknis antara lain: 1) Siswa dapat mengerti dan menguasai teknik-teknik passing bola basket yang baik dan benar. 2) Siswa dapat memperagakan teknik passing bola basket dengan benar. 3) Dapat meminimalkan kesalahan teknik passing bola basket, sehingga siswa dapat terhindar dari pola gerakan teknik yang salah. 4) Kesalahan teknik dapat dikenali atau diketahui lebih dini, karena guru selalu mengadakan koreksi. 5) Siswa akan memiliki kemampuan teknik passing bola basket yang baik. Sedangkan kelemahan pembelajaran passing bola basket dengan pendekatan teknis antara lain: 1) Hasrat gerak siswa tidak dapat terpenuhi sehingga siswa akan cepat bosan, karena siswa mengulang-ulang gerakan yang sama secara terus menerus. 2) Pendekatan teknis ini kurang memberikan tantangan karena siswa tidak mengalami penggunaan teknik yang dipelajari dalam situasi permainan atau pertandingan yang sebenarnya. 3) Siswa kurang memahami relevasinya teknik yang dipelajarai dengan situasi permainan atau pertandingan yang sesungguhnya.

5. Pembelajaran Passing Bola Basket dengan Pendekatan Taktis

a. Pengertian Pembelajaran Taktis Pembelajaran taktis merupakan kebalikan dari pembelajaran teknis. Pembelajaran taktis merupakan bentuk pembelajaran yang dikonsep dalam bentuk

26

permainan yang di dalamnya terkandung unsur belajar teknik passing bola basket. Dalam pelaksanaan pembelajaran passing bola basket dengan pendekatan taktis tidak berarti menghilangkan unsur keseriusan, mengabaikan unsur disiplin, dan menghilangkan subtansi pokok-pokok dalam gerakan passing bola basket. Tetapi pembelajaran passing bola basket dengan pendekatan taktis berisi seperangkat teknik passing bola basket yang disajikan dalam bentuk permainan yang bervariasi, memperkaya perbendaharaan gerak dan membangkitkan gairah dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran passing bola basket dengan pendekatan taktis berisi kegiatan eksplorasi siswa, tetapi tetap bertujuan hingga kemudian teknik passing bola basket dikuasai siswa. Berkaitan dengan pendekatan taktis Wahjoedi (199: 121) menyatakan, Pendekatan taktis adalah pembelajaran yang diberikan dalam bentuk atau situasi permainan. Menurut Beltasar Tarigan (2001: 17) bahwa, Pengajaran melalui pendekatan taktis adalah meningkatkan penampilan bermain siswa, dengan melibatkan kombinasi dari kesadaran taktis dan penerapan keterampilan teknik dasar ke dalam bentuk yang sebenarnya. Sedangkan menurut Kurikulum Penjaskes SMP (2004: 28) dijelaskan, Pendekatan permainan taktis merupakan pendekatan untuk mengajarkan permainan agar anak memahami manfaat teknik permainan tertentu dengan cara mengenalkan situasi permainan tertentu terlebih dahulu kepada anak. Berdasarkan pengertian pendekatan taktis yang dikemukakan empat ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa, pembelajaran taktis merupakan bentuk pembelajaran suatu teknik cabang olahraga yang dikonsep dalam bentuk permainan. Dalam hal ini pembelajaran passing bola basket disusun dan dirancang dalam bentuk permainan. Dalam pembelajaran taktis menuntut kemampuan siswa untuk menerapkan teknik ke dalam permainan atau pertandingan yang sesungguhnya. Suasana kegembiraan diperkuat oleh pemenuhan dorongan berkompetisi sesuai dengan tingkat perkembangan anak, baik yang menyangkut perkembangan kognitif, emosional, maupun perkembangan geraknya. Hal ini sesuai pendapat Danu Hoedaya (2001: 14) bahwa, Tujuan utama dalam pengajaran suatu permainan adalah untuk kesenangan, keterlibatan aktif dan

27

peningkatan tampilan bermain siswa yang akan berdampak positif terhadap perilaku hidupnya. Sudah selayaknya seorang guru memahami secara mendasar akan pentingnya penyajian pembelajaran pendidikan jasmani termasuk passing bola basket yang bernuansa pendidikan jasmani berupa permainan. Melalui permainan hasrat gerak siswa akan terpenuhi, motivasi belajar siswa meningkat namun tetap bertujuan terhadap metari pelajaran yang diberikan.

b. Pelaksanaan Pembelajaran Passing Bola Basket dengan Pendekatan Taktis Pembelajaran taktis merupakan bentuk pembelajaran pendidikan jasmani yang dikonsep dalam bentuk permainan. Banyak manfaat yang diperoleh melalui permainan. Seperti dikemukakan Rusli Lutan dan Adang Suherman (2000: 15-16) bahwa beberapa keuntungan yang akan diperoleh melalui permainan di antaranya: 1) Menunjukkan kemampuan mengkombinasikan keterampilan menipulatif, lokomotor dan non lokomotor baik yang dilakukan secara perorangan maupun dengan orang lain. 2) Menunjukkan kemampuan pada aneka ragam bentuk aktivitas jasmani. 3) Menunjukkan penguasaan pada beberapa bentuk aktivitas jasmani. Memiliki kemampuan tentang bagaimana caranya mempelajari keterampilan baru. 4) Menerapkan konsep-konsep dan prinsip-prinsip pengembangan keterampilan gerak. 5) Mengetahui aturan, strategi dan perilaku yang harus dipenuhi pada aktivitas jasmani yang dipilih. 6) Memahami bahwa aktivitas jasmani memberi peluang untuk mendapatkan kesenangan, menyatakan diri pribadi dan berkomunikasi. 7) Menghargai hubungan dengan orang lain yang diperoleh dari partisipasi dalam aktivitas jasmani. Berdasarkan keuntungan dari pembelajaran taktis menunjukkan bahwa, banyak manfaat yang diperoleh dari bermain di antaranya meningkatkan kemampuan gerak manipulatif, lokomotor dan non lokomotor, meningkatkan kebugaran jasmani, meningkatkan penguasaan keterampilan baru dan masih banyak lainnya, seperti aspek sosial yaitu menghargai orang lain.

28

Bertolak dari pengertian pembelajaran taktis, pelaksanaan pembelajaran passing bola basket dengan pendekatan taktis yaitu: seorang guru merancang bentuk-bentuk permainan passing bola basket, misalnya permainan passing 3 on 3 separoh lapangan. Dari permainan yang telah dirancang, kemudian guru memberikan contoh gerakan passing bola basket yang baik dan benar dari sikap permulaan passing, gerakan pelaksanaan passing dan gerak lanjut. Untuk memberikan variasi pembelajaran passing dapat dilakukan dengan satu tangan atau dua tangan, passing dari depan dada, passing dari samping badan, passing dari atas kepala atau passing dengan dipantulkan. Tetapi passing yang diprioritaskan yaitu passing dari depan dada. Setelah siswa paham teknik passing bola basket, selanjutnya siswa diberi kesempatan yang seluas-luasnya untuk melakukan permainan passing yang telah dirancang oleh guru. Agar ada unsur kompetetif (bersaing), maka pembelajaran dapat dibagi menjadi dua kelompok, sehinga dari masing-masing kelompok saling berlomba untuk tampil lebih baik atau memenangkan permainan. Untuk lebih jelasnya berikut ini disajikan ilustrasi pembelajaran passing bola basket dengan pendekatan taktis sebagai berikut:

XO C X C X C

Gambar 3. Ilustrasi Pembelajaran Passing Bola Basket dengan Pendekatan Taktis

29

c. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Passing Bola Basket dengan Pendekatan Taktis Pembelajaran passing bola basket dengan pendekatan taktis merupakan cara belajar yang menuntut kemandirian siswa. Dalam pembelajaran taktis siswa dituntut memiliki kreativitas, inisiatif, kemampuan untuk berfikir dan memahami teknik passing yang baik dan benar ke dalam konsep permainan. Berdasarkan dari pelaksanaan pembelajaran passing bola basket dengan pendekatan taktis, pembelajaran ini mempunyai beberapa kelebihan antara lain: 1) Hasrat gerak siswa terpenuhi sehingga dapat menimbulkan rasa senang dan gembira serta motivasi belajar meningkat. 2) Dengan bermain berarti siswa aktif bergerak sehingga dapat meningkatkan kesegaran jasmani siswa. 3) Siswa dapat terlibat aktif dalam pembelajaran serta dapat meningkatkan penampilan siswa dalam bermain. 4) Dapat meningkatkan rasa sosial saling menghargai sesama teman bermainnya dan meningkatkan kerjasama. 5) Meningkatkan kemampuan siswa untuk menilai dirinya sendiri dan kemampuannya selama proses pengajaran. Selain kelebihan yang telah disebutkan di atas, pembelajaran passing bola basket dengan pendekatan taktis juga memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan pembelajaran passing bola basket dengan pendekatan taktis antara lain: 1) Siswa kurang memahami konsep gerakan teknik passing bola basket yang baik dan benar, karena siswa langsung diaktualisasikan dalam bentuk permainan. 2) Akan sering terjadi kesalahan teknik dan siswa tidak mampu mengenalinya. 3) Guru akan mengalami kesulitan untuk mengontrol kesalahan teknik yang dilakukan siswa.

30

B. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dikemukakan di atas dapat dirumuskan kerangka pemikiran sebagai berikut: 1. pembelajaran taktis lebih efektif terhadap hasil belajar passing Bola Basket daripada pembelajaran teknis. Ditinjau dari proses bahwa Pembelajaran passing bola basket dengan pendekatan teknis dan taktis memiliki karakteristik yang berbeda. Masing-masing proses pembelajaran tersebut memiliki penekanan yang berbeda. Pembelajaran passing bola basket dengan pendekatan teknis menekankan pada pembelajaran teknik passing bola basket yang dilakukan secara berulang-ulang. Teknik passing bola basket yang terdiri dari sikap permulaan passing, gerakan pelaksanaan passing dan gerak lanjut passing dipelajari secara berulang-ulang, untuk selanjutnya dirangkaikan. Dengan mempelajari teknik passing bola basket secara berulang-ulang diharapkan terjadi otomatisasi gerakan atau keterampilan teknik passing bola basket yang lebih baik. Sedangkan pembelajaran passing bola basket dengan pendekatan taktis merupakan cara belajar teknik passing bola basket yang dikonsep dalam bentuk permainan. Teknik gerakan passing bola basket yang dipelajari dilakukan dalam bentuk permainan atau pertandingan. Maksud dan tujuan pembelajaran passing bola basket dengan pendekatan taktis yaitu untuk memenuhi hasrat gerak siswa, untuk menimbulkan rasa senang dan gembira, meningkatkan motivasi belajar dan meningkatkan kebugaran jasmani siswa. Melalui permainan passing bola basket siswa dituntut untuk menerapkan keterampilan teknik dan taktik yang telah dimiliki dalam situasi permainan, sehingga hal ini akan merangsang kemampuan berpikir dan memecahkan masalah yang menghadapi dalam permainan. Kreativitas, inisiatip dan kemandirian siswa sangat dituntut dalam pendekatan pembelajaran taktis. Berdasarkan ciri-ciri dari masing-masing pembelajaran teknis dan taktis menunjukkan bahwa, masing-masing memiliki perbedaan karakteristik atau

31

penekanan dalam proses pembelajaran. Perbedaan perlakuan yang diberikan dalam proses belajar mengajar akan menimbulkan respon yang berbeda pada kemampuan passing siswa. Dengan demikian diduga, proses pembelajaran taktis lebih efektif daripada pembelajaran teknis terhahap peningkatan hasil belajaran passing bola basket.

2. Pembelajaran Taktis Lebih Baik Pengaruhnya terhadap Hasil Belajar Passing Bola Basket Ditinjau pelaksanaan pembelajaran teknis dan taktis, kelebihan dan kelemahan dari masing -masing pendekatan pembelajaran di atas menunjukkan bahwa, pembelajaran taktis memiliki pengaruh yang lebih baik terhadap peningkatan hasil belajar passing bola basket. Hal ini karena, pembelajaran taktis didasarkan pada perkembangan anak, dimana pada usia sekolah (SMP) hasrat gerak anak cukup besar, sehingga pembelajaran taktis relevan dengan perkembangan anak. Disisi lain, pembelajaran passing bola basket dengan pendekatan taktis, yaitu mempelajari teknik passing bola basket yang dikonsep dalam bentuk permainan tetapi di dalamnya dikembangkan unsur kecepatan, ketepatan, kerjasama dan pola gerakan passing dalam situasi permainan yang sebenarnya. Dengan demikian siswa mengetahui relevansinya pembelajaran taktis yang diterimanya dengan permainan bola basket yang sebenarnya. Sedangkan pembelajaran passing bola basket dengan pendekatan teknis merupakan bentuk pembelajaran teknik passing yang dilakukan secara berulangulang. Bagian-bagian teknik dasar passing bola basket dipelajari secara terpisahpisah dan dilakukan secara berulang-ulang, untuk selanjutnya dirangkaikan dalam pola gerakan passing bola basket yang benar. Dari bentuk pembelajaran teknis ini siswa kurang memahami relevansinya teknik yang dipelajari dengan keterampilan atau permainan yang sebenarnya. Dengan demikian diduga, pembelajaran taknis lebih baik pengaruhnya terhadap hasil belajar passing bola basket. Berdasarkan tinjuan pustaka dan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan di atas dibuat bagan sebagai berikut:

32

Meningkatkan hasil belajar passing bola basket dengan pendekatan pembelajaran taktis dan teknis.

Pendidikan jasmani

Aspek penjas : 1. Kebugaran jasmani 2. Ketrampilan gerak 3. Ketrampilan berfikir kritis 4. Sosial 5. Penalaran & stabilitas emosional

Mengutamakan aktivitas gerak

Materi pokok penjas diantara permainan dan olahraga

Pembelajaran penjas di sekolah

Bola basket

Pendekatan pembelajaran passing bola basket

Teknik dasar diantaranya adalah passing

Tujuan pembelajaran

Kinerja guru Aktivitas murid


Metode, pendekatan Perangkat pembelajaran

Kelompok belajar

Berhubungan dengan: 1. Kecepatan 2. Ketepatan 3. Kerja sama 4. Pola gerak

Dikonsep dalam bentuk permainan

Pembelajaran taktis

Pembelajaran teknis

Hasil belajar siswa Kemampuan guru mengelola pembelajaran

Konsep pembelajaran bersifat tradisional

IBM
Observasi langsung terhadap siswa Ketuntasan belajar siswa

Menekankan pada pembelajaran teknik saja

Efektivitas pembelajaran passing bola basket

Program Pembelajaran I, II, III dst

Gambar 4 : Paradigma Penelitian Untuk Perbaikan Proses Pembelajaran

33

C. Perumusan Hipotesis Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan di atas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: 1 Ditinjau dari proses, pembelajaran taktis lebih efektif terhadap hasil belajar passing Bola Basket pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri 1 Nguntoronadi tahun Pelajaran 2008/2009. 2 Ditinjau dari produk, Pembelajaran taktis lebih baik pengaruhnya daripada pembelajaran teknis terhadap hasil belajar passing bola basket pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri I Nguntoronadi Wonogiri tahun pelajaran 2008/2009.

BAB III METODE PENELITIAN

A. Tempat, Waktu dan Pelaksanaan Penelitian a. Tempat Penelitian. Penelitian Eksperimen Kuasi (PEK) ini dilaksanakan di lapangan bola basket SMP Negeri 1 Nguntoronadi Wonogiri. b. Waktu Penelitian. Penelitian berlangsung dari bulan Februari hingga bulan Oktober 2009. Detail jenis rincian kegiatan dan waktu pelaksanaan dapat dilihat sebagai berikut :
No Kegiatan Bulan Ke ...... Tahun 2009 Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Persiapan - Pengajuan Judul - Penyusunan Proposal - Konsultasi Proposal 2 Pelaksanaan - Seminar - Konsultasi - Tes Awal - Treatment - Tes Akhir 3 Penyelesaian - Analisis Data - Penyusunan Skripsi - Konsultasi - Penyerahan Skripsi

c. Pelaksanaan Perlakuan ( treatment ) Perlakuan ( treatment ) dalam Penelitian Eksperimen Kuasi (PEK) ini dilakukan oleh peneliti dibantu guru pengampu, untuk program dengan pendekatan pembelajaran taktis dipegang oleh peneliti sedangkan program pendekatan pembelajaran teknis dipegang oleh guru pengampu.

Pelaksanaannya menggunakan lembar observasi siswa dan dilaksanakan selama pembelajaran berlangsung. B. Jenis dan Rancangan Penelitian

34

35

Salah satu jenis penelitian untuk Peningkatan Kualitas Pembelajaran (PPKP) adalah Penelitian Eksperimen Kuasi (PEK). PEK ini bersifat khas dalam hal subjek penelitian, karena dalam PEK seluruh subjek kelompok belajar digunakan untuk eksperimen dan bukan menggunakan subjek penelitian yang di acak sebagaimana halnya dalam penelitian eksperimen murni. Itulah sebabnya, mengapa hasil PEK tidak digeneralisasikan, kecuali hanya subjek penelitian itu di kenakan. Oleh karena itu, PPKP ini diarahkan ke PEK yang menggunakan pendekatan kuantitatif. Berdasarkan masalah dan tujuan penelitian yang telah ditetapkan, PEK ini dilaksanakan dengan desain Pretest-Posttest Non-Equivalent Control Group (Aznam et al., 2006: 5-6). Desain ini terdiri atas satu kelompok eksperimen dan satu kelompok kontrol. Kelompok yang digunakan merupakan intack group dan variabel dependennya, yaitu sebelum dan sesudah eksperimen dilaksanakan. Pretest dalam desain ini, selain digunakan untuk pengontrolan statistik juga digunakan untuk melihat pengaruh perlakuan terhadap capaian skor (gain score). Ilustrasi desain PEK yang dituju dapat dilihat sebagai berikut: Intact Classes Pretest Treatment (Experiment Variable) G1 G2 Classes1 Classes2 O1 O3 Aproach (X1) Tradisional (-) Posttest (Dependent Variable) O2 O4

Keterangan : X1 (-) O1 dan O3 O2 dan O4 G1 Classes1 G2 Classes2 : Treatment dengan pendekatan taktis : Treatment dengan pendekatan teknis : Pretest : Posttest : Kelompok eksperimen : Kelompok kontrol.

C. Variabel Penelitian

36

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel bebas (independen) dan satu variabel terikat (dependen) yaitu: 1. Variabel bebas (independen) yaitu variabel yang mempengaruhi variabel lain. Variabel bebas (independen) dalam penelitian ini yaitu: pembelajaran teknis dan pembelajaran taktis. 2. Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan passing dalam permainan bola basket. 3. Variabel kontrol Variabel kontrol dalam PEK meliputi : a) Peneliti Peneliti yang memberi pembelajaran pada kelompok eksperimen dan dibantu oleh guru penganmpu yang memberi pembelajaran pada kelompok kontrol. b) Materi Pembelajaran Materi pembelajaran yang di berikan pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol adalah sama, yakni pembelajaran passing bola basket. c) Waktu Jumlah waktu yang digunakan dalam proses pembelajaran pada kelompok eksperimen dan lelompok kontrol adalah sama. d) Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana yang dipakai untuk kelompok eksperimen dan kelompok kontrol adalah sama. 4. Variabel tak terkontrol. Variabel tak terkontrol dalam PEK ini adalah kondisi kesehatan siswa, cara belajar siswa dan jarak tempat tinggal siswa dengan sekolah. D. Subjek Penelitian Subjek PEK ini adalah siswa putra kelas VIIIA dan VIIID SMP Negeri 1 Nguntoronadi Wonogiri tahun pelajaran 2008/2009.

37

E. Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini diadakan tes dan pengukuran kemampuan passing bola basket dari Barry L. Johnson dan Jack K. Nelson (1986: 277-278). Data kemampuan siswa dalam proses pembelajaran diperoleh melalui observasi/pengamatan secara langsung di lapangan. Pada lembar observasi aktivitas siswa, peneliti menuliskan kategori aktivitas siswa dalam pembelajaran dalam selang waktu 2X40 menit. Menurut Danu Hoedaya (2001: 113) Kategori dalam pembelajaran taktis meliputi 5 aspek yang dinilai yaitu: 1. Keterlibatan dalam permainan = jumlah keputusan yang tepat + jumlah keputusan yang tidak tepat + jumlah pelaksanaan ketrampilan yang efisien + jumlah pelaksanaan ketrampilan yang tidak efisien + jumlah tindakan dalam memberikan dukungan yang tepat. 2. Standar mengambil keputusan ( SMK ) = jumlah mengambil keputusan yang tepat : jumlah keputusan yang tidak tepat. 3. Standar ketrampilan ( SK ) = jumlah pelaksanaan ketrampilan yang efisien : jumlah pelaksanaan ketrampilan yang tidak efisien. 4. Standar memberikan dukungan ( SMD ) = memberikan dukungan yang tepat: dukungan yang tidak tepat. 5. Penampilan bermain = (SMK + SK+ SMD) : 3. Sedangkan kategori dalam pembelajaran teknis meliputi 5 aspek yang dinilai yaitu: 1 Keterlibatan dalam pembelajaran teknik = jumlah sikap permulaan passing yang tepat + jumlah sikap permulaan passing yang tidak tepat + jumlah gerak pelaksanaan passing yang tepat + jumlah gerak pelaksanaan passing yang tidak tepat + jumlah pelaksanaan gerak lanjut yang tepat. 2 Sikap permulaan passing = jumlah sikap permulaan passing yang tepat : jumlah Sikap permulaan passing yang tidak tepat. 3 Gerak pelaksanaan passing = jumlah Gerak pelaksanaan passing yang tepat : jumlah gerak pelaksanaan passing yang tidak tepat. jumlah tindakan dalam

jumlah tindakan dalam memberikan

38

Pelaksanaan Gerak lanjut = jumlah Gerak pelaksanaan passing yang tepat : jumlah pelaksanaan Gerak lanjut yang tidak tepat.

Penampilan dalam pembelajaran teknik (Sikap permulaan passing + Gerak pelaksanaan passing + Pelaksanaan Gerak lanjut) : 3. Hasil observasi di analisis dengan mencari norma. Pentunjuk pelaksanaan

tes terlampir.

F. Teknik Analisis Data Untuk menjawab pertanyaan penelitian dan menguji hipotesis yang diajukan, maka data yang diperoleh dianalisis dengan analisis statistik deskriptif dan inferensial. 1. Analisis Statistik Deskriptif Data kemampuan siswa dalam mengikuti pembelajaran (treatment) baik kelompok pendekatan teknis dan taktis dengan menggunakan skor rata-rata dari masing-masing kelompok berdasarkan pertemuan atau perlakuan yang diberikan. Data kegiatan siswa diperoleh melalui lembar observasi selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Aspek-aspek yang dinilai ada tiga macam yaitu: (1) Keputusan yang diambil, (2) Melaksanakan keterampilan dan, (3) Memberi dukungan. Dari ketiga aspek yang dinilai pada lembar observasi tersebut, kemudian diberikan nilai dari setiap pertemuan yang hasilnya dijumlahkan dan hasilnya dibandingkan antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol untuk mengetahui kelompok mana yang lebih baik hasilnya antara pendekatan taktis dan teknis terhadap hasil belajar passing dalam permainan bola basket. Ketuntasan belajar. Data yang dianalisis untuk mendeskripsikan ketuntasan belajar adalah hasil belajar passing bola basket yang ditunjukkan oleh skor posttest, baik pada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol. Setiap siswa dikatakan tuntas belajarnya ( tuntas secara individu ) jika skor yang diperoleh siswa lebih dari atau sama dengan 75 % skor total. Selanjutnya suatu kelompok dikatakan tuntas ( tuntas secara klasikal ) jika dalam kelompok tersebut

39

terdapat lebih dari atau sama dengan 80 % siswa tuntas belajarnya dari BSNP ( 2006 : 10 ). 2. Mencari Reliabilitas Untuk mengetahui tingkat keajegan hasil tes yang dilakukan dalam penelitian, dilakukan uji reliabilitas dengan menggunakan korelasi interklas dari Ismaryati (2006: 27), dengan rumus sebagai berikut : MSs MSw R= MSs Keterangan : R MSs MSw = Koefisien reliabilitas = Jumlah rata-rata dalam kelompok = Jumlah rata-rata antar kelompok

3. Analisis Statistik Inferensial Analisis statistik inferensial dalam penelitian ini meliputi beberapa langkah sebagai berikut: Untuk menguji hipotesis penelitian, maka data prestasi passing bola basket dalam PEK ini dianalisis dengan Anakova. Data yang dianalisis adalah hasil skor pretest dan skor posttest. Alasan menggunakan Anakova karena dengan PEK ini memakai variabel kovariat sebagai variabel independen yang sulit untuk dikontrol, tetapi dapat diukur bersamaan dengan variabel dependen. Desain analisis data dideskripsikan seperti terlihat dalam gambar 4, dengan menempuh prosedur Anakova, yakni: (a) menentukan model regresi, (b) uji keberartian koefien X dalam model regresi, (c) uji linieritas model regresi (d)uji kesamaan dua model regresi, dan (e) uji kesejajaran dua model regresi.

40

Grup Eksperimen Pretest Posttest (X1) (Y1)

Grup Kontrol Pretest Posttest (X2) (Y2)

X11

Y11

X12

Y12

X21 X31
. . . . . .

Y21 Y31
. . . . . .

X22 X32
. . . . . .

Y22 Y32
. . . . . .

keterangan : X1 , X2 : skor hasil awal passing bola basket siswa sebagai variabel kovariat pada kelompok ekperimen dan kontrol. Y1 , Y2 : skor hasil akhir passing bola basket siswa sebagai variabel dependen pada kelompok ekperimen dan kontrol. N1 , N2 : banyaknya subyek penelitian pada kelompok eksperimen dan kontrol.

XN1,1

YN1,1

XN2,2

YN2,2

Gambar 5: Rancangan Analisis Kovarian dalam PEK Langkahlangkah dalam analisis kovarian yang ditempuh dilaksanakan sebagai berikut: a. Menentukan Model Regresi Model regresi linier dibutuhkan karena ingin melihat bentuk hubungan antara dua variabel, yaitu dependen dan variabel independen. Misalnya X = hasil awal passing bola basket siswa (variabel kovariat) Y = hasil akhir passing bola basket siswa (variabel dependen) N = banyaknya siswa
= a + bX, dengan a dan b adalah Maka model regresi linier Y atas X adalah Y =q1+q2 bX untuk mencari nilai a estimator untuk q1 dan q2 dalam persamaan Y

dan b digunakan rumus (Netter & Wesermen, 1974 : 39). a=


1 (SY1 b S X1) n

Model regresi linier dilakukan untuk kelompok ekperimen dan kelompok kontrol
1

b=

YX X Y - n
1 i i

( X i )2 X - n
2 i

41

b. Uji Keberartian Koefisien X dalam Model Regresi Uji keberartian koefisien bertujuan untuk menguji apakah ada pengaruh hasil awal passing bola basket siswa (skor prestest) terhadap hasil akhir passing bola basket siswa (skor posttest) pada kelompok ekperimen dan kelompok kontrol. Untuk menguji keberartian koefisien X dalam model regresi linier dirumuskan hipotesis sebagai berikut : Ho : q2 = 0 (koefisien regresi tidak berarti; artinya tidak ada pengaruh skor pretest terhadap skor posttest. HA : q2 0 (koefisien regresi berarti; artinya ada pengaruh skor pretest terhadap skor posttest. Untuk menguji hipotesis tersebut digunakan analisis varians menggunakan statistik F, dengan rumus (Netter & Weserman). F* =
MSR MSE

Kriteria tolak Ho jika F* F ( 1 - a, 1, n 2 ) dengan a = 5%

Keterangan : MSR = regression mean square =


SSR = SSR 1

SSR

X i Yi = regression sum of square = b X Y i i n

SSTO = total sum of square SEE MSE = error sum of square = error mean square

= S Yi

( Y )
i

= SSTO SSR =
SSE n - 2

c. Uji Linieritas Model Regresi Untuk menguji hubungan secara linier antara hasil awal passing bola basket siswa (skor pretest) terhadap hasil akhir passing bola basket siswa (skor posttest), dilakukan uji linieritas model regresi pada kelompok ekperimen dan kelompok kontrol dengan rumusan hipotesis :

42

Ho

: model regresi linier

HA : model regresi tidak linier Untuk menguji hipotesis tersebut digunakan analisa varians menggunakan statistik F, dengan rumusan (Netter & Wasermen, 1974 : 119). F* = 5% Keterangan : MSLF SSLF SSPE MSPE c n = lack off fit mean square = lack of fit sum of square = pure error sum of square = pure error mean square =
SSLF c - 2 MSLF MSPE

Kriteria tolak Ho jika F* F (1 - a, c 2; n 2) dengan a =

= SSE SSPE = =

( Y ij - Y )2
j=1
i=1

SSPE N - c

= banyaknya data X yang berbeda = banyaknya siswa

d. Uji Kesamaan Model Regresi Uji kesamaan dua model regresi bertujuan menguji kesamaan model regresi kelompok eksperimen dan model regresi kelompok kontrol. Regresi linier kelompok eksperimen : YE = q1 + q2 XE dan regresi linier kelompok kontrol : YK = q3 + q4 XK. Untuk menguji kesamaan dua model regresi dirumuskan hipotesis : Ho : q1 = q3 dan q2 = q4 ( kedua model regresi sama ) HA : q1 q3 dan q2 q4 ( kedua model regresi tidak sama ) Untuk menguji hipotesa tersebut digunakan analisa varians

menggunakan statistik F, dengan rumus (Netter & Waserman, 1974 : 119)

43

SSE ( R) - SSE ( F ) ( n + nK - 2) - ( n E - nK - 4) F* = E SSE ( F ) ( nE + nK - 4)

Kriteria tolak Ho jika F* F ( 1 - a,2; nE + nK 4) dengan a = 5% Keterangan : SSE = SSTO(R) SSR(R)


2

SSTO(R)= S Yi

( Y )
i

X i Yi SSR(R) = b X Y i i n

SSE(F) = SSEE + SSEK Dengan SSEE SSEK nE nK = error sum of square kelompok eksperimen = error sum of square kelompok kontrol = banyaknya siswa dikelompok eksperimen = banyaknya siswa dikelompok kontrol

Jika dalam pengujian hipotesis nol diterima, maka kedua model regresi adalah tidak berbeda, dengan kata lain kedua model regresi adalah sama.

e. Uji Kesejajaran Dua Model Regresi uji kesejajaran dua model regresi dilakukan apabila dalam pengujian nilai butir disebelum hipotesis nol ditolak. Uji kesejajaran dua model regresi bertujuan untuk menguji kesejajaran model regresi kelompok eksperimen dan model regresi kelompok kontrol. Untuk menguji kesejajaran dua model regresi dirumuskan hipotesis sebagai berikut : Ho : q2 = q4 (kedua model regresi sejajar) HA : q2 = q4 ( kedua model regresi tidak sejajar) Untuk menguji hipotesis tersebut digunakan analisis varians menggunakan statistik F, dengan rumus (Ferguson, 1989: 368).

44

B-A (k - 1) F* = A ( nE + nK - 2 k ) Kriteria tolak Ho jika F* F (1 - a, k-1; N 2k) dengan a = 5%

Keterangan :
2 nj Y Y X X ij ij nj k 2 i =1 A = Yij - Y = SSTx ( adj ) nj 2 j =1 i =1 ( X ij - X ) i =1 2 (SPT ) B = SST y SSTx

)(

SPT SSTx SSTy k N

= jumlah total produk = jumlah kuadrat total X


= jumlah

kuadrat total Y

= banyaknya kelompok = banyaknya kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

Jika kedua model regresi sejajar, maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan hasil belajar passing bola basket kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Dalam bab ini disajikan hasil penelitian dan interprestasinya. Sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka sajian hasil penelitian yang dikemukakan berkenaan dengan deskripsi keefektifan penerapan pendekatan pembelajaran teknis dan taktis terhadap hasil belajar passing bola basket. Penyajian hasil penelitian didasarkan hasil analisis statistik, baik secara deskriptif maupun inferensial.

1. Analisis Statistik Deskriptif PEK dalam PPKP ini berlangsung dari bulan Mei hingga Juni 2009. PEK ini bertujuan untuk melihat keefektifan penerapan pendekatan pembelajaran teknis dan taktis terhadap hasil belajar passing bola basket. Sebagai kelompok eksperimen adalah siswa putra kelas VIII A SMP Negeri 1 Nguntoronadi Wonogiri tahun pelajaran 2008/2009 dan kelompok kontrol adalah siswa putra kelas VIII B. a. Analisis data treatment / perlakuan terhadap siswa Berikut ini disajikan hasil observasi atau pengamatan secara langsung dalam kegiatan pembelajaran passing bola basket antara pendekatan pembelajaran teknis dan taktis sebagai berikut: Tabel 1. Hasil Rekapitulasi Proses Treatment pada Kelompok Pembelajaran Taktis dan Teknis Kelompok Pembelajaran Taktis Pembelajaran Teknis Jumlah 182,19 139,59 Rerata 9,109 6,980 SD 1,784 1,349

Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa, dari hasil pengamatan secara langsung dalam kegiatan pembelajaran passing bola basket antara pendekatan teknis dan taktis diketahui bahwa, pembelajaran taktis lebih efektif

45

46

terhadap hasil belajar passing bola basket dengan rerata 9,109 > dari rerata pendekatan teknis yaitu 6,980. b. Analisis perbandingan data hasil belajar passing bola basket. Dari data hasil belajar passing siswa sesudah mendapat perlakuan, atas dasar skor posttest, baik pada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol dapat di lihat pada perhitungan statistik deskriptif. Hasil perbandingannya secara deskriptif hasil belajar passing bola basket siswa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol disajikan pada tabel 2 berikut . Tabel 2: Perbandingan Hasil belajar passing pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol Variabel Banyaknya siswa Rata-rata Hasil Belajar Passing siswa Banyaknya Siswa yang Tuntas Belajar Persentase yang Tuntas Belajar Ketuntasan Belajar Secara Klasikal 20 120 20 100 Tuntas Kelompok eksperimen 20 108 15 75 Tidak Tuntas Kelompok Kontrol

2. Mencari Reliabilitas Tingkat reliabilitas hasil tes awal dan tes akhir kemampuan passing bola basket diketahui melalui uji reliabilitas. Hasil uji reliabilitas tes awal dan tes akhir kemampuan passing bola basket dalam penelitian sebagai berikut: Tabel 3. Ringkasan Hasil Uji Reliabilitas Data Tes Awal Hasil Tes Data tes awal passing bola basket Reliabilitas 0.981 Kategori Tinggi sekali

Berdasarkan hasil uji reliabilitas hasil tes awal passing bola basket yaitu tinggi sekali dengan nilai reliabilitas 0.981.

47

Tabel 4. Ringkasan Hasil Uji Reliabilitas Data Tes Akhir Hasil Tes Data tes akhir passing bola basket Reliabilitas 0.764 Kategori cukup

Berdasarkan hasil uji reliabilitas hasil tes akhir passing bola basket yaitu cukup dengan nilai reliabilitas 0.764.

3. Analisis Statistik Inferensial PEK dalam PPKP ini selain bertujuan untuk melihat keefektifan penerapan model pembelajaran dari segi proses, juga bertujuan untuk membandingkan kemampuan passing bola basket dari segi produk. Adapun data yang dianalisis secara statistik inferensial secara berturut-turut disajikan sebagai berikut: d. Rekapitulasi Hasil Tes Kemampuan Passing Bola Basket Hasil rekapitulasi kemampuan passsing bola basket antara kelompok pembelajaran taktis dan teknis disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut: Tabel 5. Diskripsi Data Hasil Tes Kemampuan Passing Bola Basket pada Kelompok Pembelajaran Taktis dan Kelompok Pembelajaran Teknis Kelompok
Kelompok 1 (K1)

Tes Awal Akhir Awal

N 20 20 20 20

Hasil Tertinggi 104 129 106 129

Hasil Terendah 71 105 73 84

Mean 86.879 119.683 85.961 107.478

SD 13.158 8.810 11.297 11.802

Kelompok 2 (K2)

Ahkir

b. Model Regresi Model regersi kelas/kelompok eksperimen adalah = 89.740 + 0.346X Model regresi kelas/kelompok kontrol adalah = 35.980 + 0.833X Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran

48

c. Uji Keberartian Koefisien X dalam Model Regresi /Uji Independensi Hasil analisis untuk keberartian X dalam model regresi pada kelompok eksperimen disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut: Tabel 6. Hasil Anova untuk Uji Keberartian Koefisien Model Regresi pada Kelompok Eksperimen Source of Variance Regression Error Total SS
391,928 1077,822 1469,750

df 1 18 19

MS
391,928 59,879

F* 6,545

F(0,95;1;16) 4,41

Untuk taraf signifikansi a = 5% diperoleh F(0,95;1;16) = 4,41. Dengan demikian F* > F(0,95;1;16 , sehingga Ho di tolak. Ini berarti hasil passing Bola Basket awal pada kelompok eksperimen mempengaruhi secara signifikan terhadap hasil passing Bola Basket akhir.

Tabel 7. Hasil Anova untuk Uji Keberartian Koefisien Model Regresi pada Kelompok Kontrol Source of Variance Regression Error Total SS
1696,563 964,437 2661,000

df 1 18 19

MS
1696,563 53,580

F* 31,664

F(0,95;1;16) 4,41

Untuk taraf signifikansi a = 5% diperoleh F(0,95;1;16) = 4,41. Dengan demikian F* > F(0,95;1;16 , sehingga Ho di tolak. Ini berarti hasil passing Bola Basket awal pada kelompok kontrol mempengaruhi secara signifikan terhadap hasil passing Bola Basket akhir.

d. Uji linieritas model regresi Hasil analisis uji linieritas model regresi pada kelompok eksperimen di sajikan pada tabel 8 berikut:

49

Tabel 8: Hasil Anova untuk Uji Linieritas Model Regresi pada Kelompok Eksperimen Source of Variance Lack of Fit Pure Error Total SS
663,267 414,556 1077,822

df 12 6 18

MS
55,272 69,093

F* 0,800

F(0,95;12;6) 4,41

Untuk taraf signifikansi a = 5% diperoleh F(0,95;12;6) = 4,41. Dengan demikian


F* < F(0,95;12;6)

, sehingga Ho diterima. Ini berarti model regresi pada kelompok

esperimen adalah linier. Hasil analisis uji linieritas model regresi pada kelompok komtrol di sajikan pada tabel 9 berikut: Tabel 9: Hasil Anova untuk Uji Linieritas Model Regresi pada Kelompok kontrol Source of Variance Lack of Fit Pure Error Total SS
416,798 547,639 964,437

df 13 5 18

MS
32,061 109,528

F* 0,293

F(0,95;13;5) 4,64

Untuk taraf signifikansi a = 5% diperoleh F(0,95;13;5) = 4,64. Dengan demikian


F* < F(0,95;13;5)

, sehingga Ho diterima. Ini berarti model regresi pada kelompok

esperimen adalah linier.

e. Uji kesamaan dua model regresi linier Hasil analisis uji kesamaan du model regresi linier pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol disajikan pada tabel 10 berikut. Tabel 10 : Hasil Anova Untuk Uji Kesamaan Model Regresi Linier pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol a
64,058

b
0,574

SSR(R)
1890,414

SSTO(R)
5631,375

SSE(R)
3740,961

SSE(F)
2042,259

F* 20,654

F(0,95;2,36) 4,42

50

Untuk taraf signifikansi a = 5% diperoleh demikian F* > F(0,95;2,36)


,

F(0,95;2,36)

= 4,42. Dengan

sehingga Ho ditolak. Ini berarti kesamaan dua model

regresi linier pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol adalah tidak sama.

f. Uji kesejajaran dua model regresi linier Berdasarkan hasil pada sub- sub bab butir d, maka pengujian dilanjutkan dengan menguji kesejajaran dua model regresi linier. Hasil analisis uji kesejajaran pada kelompok eksperimen dan kelompok kontroldisajikan pada tabel 11 berikut. Tabel 11: Hasil Anova untuk Uji kesejajaran Dua model Regresi linier pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol. A
2042,26

B
2375,30

F* 2,20

F(0,95;1,36) 4,11

Dengan taraf signifikansi

a = 5% diperoleh

F(0,95;1,36)

4,11. Fengan

demikian F* < F(0,95;1,36) , sehingga Ho diterima. Ini berarti kesejajaran dua model regresi linier pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol adalah sejajar B. Pembahasan Hasil Penelitian Pembahasan hasil penelitian ini memberikan interprestasi lebih lanjut, terutama mengenai hasil analsis data yang telah dikemukakan sebelumnya. Pembahasannya sebatas dalam pengertian evaluasi dan tidak atau belum ke arah verifikasi suatu teori. Karena itu, pendekatan pembahasannya lebih cenderung ke deskripsi empiris. Atas dasar hasil analisis statistik deskriptif dan inferensial diperoleh dua informasi penting yakni, (1) dari segi proses penerapan pendekatan pembelajaran taktis terhadap hasil belajar passing bola basket adalah lebih efektif dibandingkan dengan pendekatan pembelajaran teknis, dan (2) dari segi produk perbandingan kemampuan passing bola basket antara siswa yang mendapat perlakuan pendekatan pembelajaran taktis lebih baik daripada siswa yang mendapat perlakuan pendekatan pembelajaran teknis.

51

Keefektifan penerapan pendekatan pembelajaran taktis seperti ditunjukkan oleh hasil-hasil analisis data bahwa, (1) proses pembelajaran passing bola basket dengan pendekatan taktis adalah lebih efektif dengan rerata 9.109 lebih besar daripada kelompok pendekatan pembelajaran teknik dengan rerata 6.980, dan (2) dari hasil perbandingan secara deskriptif, ternyata siswa yang menggunakan pembelajaran taktis adalah tuntas dalam belajar baik secara individu maupun klasikal. Siswa dikatakan tuntas belajarnya secara individu bila skor yang diperoleh siswa > 75 % skor total, sedang kelompok siswa dikatakan tuntas belajarnya secara klasikal bila dalam kelompok tersebut terdapat lebih dari atau sama dengan 80 % tuntas. Mengacu kriteria tentang keefektifan pembelajaran taktis dalam pembelajaran passing bola basket pad bab III, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran passing dalam passing bola basket siswa putra kelas VIII SMP Negeri 1 Nguntoronadi Wonogiri adalah efektif. Dari segi produk atau peningkatan kemampuan passing bola basket juga menunjukkan bahwa, dari uji hipotesis PEK ini teruji bahwa hasil belajar passing Bola basket dengan pembelajaran taktis lebih baik daripada pembelajaran teknis. Berdasarkan hasil uji kesamaan dan uji kesejajaran ternyata dua model regresi linier tidak sama, namun sejajar. Oleh karena, dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan hasil belajar passing Bola basket antara pembelajaran teknis dan pembelajaran taktis. Konstanta garis regresi kelompok eksperimen adalah 89,740. Konstanta ini lebih besar dari konstanta garis regresi kelompok kontrol yaitu 35,980. Secara geometris garis regresi kelompok eksperimen di atas garis regresi kelompok kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar passing bola basket dengan pembelajaran taktis lebih baik dibanding hasil belajar passing Bola Basket dengan pembelajaran teknis.

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan Sesuai dengan deskripsi sajian analisis data dan pembahasannya, maka dapat ditarik simpulan penelitian sebagai berikut: 1. Secara proses bahwa pembelajaran taktis lebih efektif terhadap hasil belajar passing bola basket daripada pembelajaran teknis. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata proses pembelajaran taktis yaitu 9.109 lebih besar dari rata-rata pembelajaran teknis yaitu 6.980 dan ketuntasan belajar siswa secara klasikal mencapai 100 %. 2. Dari segi produk pembelajaran taktis lebih baik pengaruhnya daripada pembelajaran teknis terhadap hasil belajar passing bola basket pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri 1 Nguntoronadi Wonogiri Tahun pelajaran 2008/2009. Hasil penghitungan kemampuan passing bola basket siswa yang mendapat perlakuan pembelajaran taktis adalah 120 sedangkan siswa yang mendapat perlakuan pembelajaran passing dengan pendekatan teknis adalah 108.

B. Implikasi Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa pendekatan pembelajaran taktis memiliki pengaruh yang lebih baik dari pada pendekatan pembelajaran teknis terhadap peningkatan hasil belajar passing bola basket pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri I Nguntoronadi Wonogiri tahun pelajaran 2008/2009. Implikasi teoritik dari hasil penelitian ini bahwa, setiap pendekatan pembelajaran memiliki efektifitas yang berbeda dalam meningkatkan kemampuan passing dalam permainan bola basket. Oleh karena itu, dalam menerapkan pendekatan pembelajaran yang bertujuan untuk mengembangkan atau

meningkatkan kemampuan passing dalam permainan bola basket harus 52

53

menerapkan pendekatan pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan kondisi siswa. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam memilih dan menentukan pendekatan pembelajaran yang tepat, khususnya untuk meningkatkan kemampuan passing dalam permainan bola basket.

C. Saran Sehubungan dengan simpulan yang telah diambil dan implikasi yang ditimbulkan, maka kepada guru Penjas di SMP Negeri I Nguntoronadi Wonogiri, disarankan hal-hal sebagai berikut: 1. Upaya meningkatkan kemampuan passing dalam permainan bola basket harus diterapkan pendekatan pembelajaran yang baik agar diperoleh peningkatan keterampilan optimal. 2. Untuk meningkatkan kemampuan passing bola basket dapat diterapkan pendekatan pembelajaran taktis dan teknis.

54

DAFTAR PUSTAKA Adang Suherman. 2000. Dasar-Dasar Penjaskes. Jakarta: Depdikbud. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Bagian Proyek Penataran Guru SLTP Setara D-III. Amung Mamum dan Toto Subroto. 2001. Pendekatan Keterampilan Taktis Dalam Permainan Bolavoli Konsep & Metode Pembelajaran. Jakarta: Depdiknas. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Bekerjasama Dengan Direktorat jenderal Olahraga. A. Sarumpaet dkk.1992. Permainan Besar. Jakarta: Dirjendikti. Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan. Depdikbud

Aznam et al. 2006. Metodologi Penelitian untuk Peningkatan Kualitas Pembelajaran: Penelitian Eksperimen Kuasi dalam PPKP. Kumpulan Makalah dalam Penelitian Metodologi Penelitian untuk Peningkatan Kualitas Pembelajaran (PPKP). Jakarta. Direktorat Ketenagaan Dirjendikti Depdiknas. Barry L. Johnson dan Jack K. Nelson. 1986. Practical Mesurment for Evaluation Pysical Education. Minesota USA: Publishing Company. Beltasar Tarigan. 2001. Pendekatan Keterampilan Taktis dalam Pembelajaran Sepakbola. Jakarta: Depdiknas. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Bekerjasama Dengan Direktorat Jenderal Olahraga. Badan Standar Nasional Pendidikan . 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Dasar dan Menengah. Jakarta. Danu Hoedaya. 2001. Pendekatan Ketrampilan Taktis dalam Pembelajaran Bola Basket. Jakarta:Depdiknas. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Bekerjasama Dengan direktorat Jenderal Olahraga. Depdiknas. 2004. Kurikulum 2004 Sekolah Menengah Pertama (SMP). Pedoman Khusus Pengembangan Silabus Berbasis Kompetensi Sekolah Menengah Pertama Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani. Jakarta: Depdiknas. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama. Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Ferguson. 1989. Statical Analysis in Psychology and Education. New York: Mc Graw Hill Companies, Inc.

55

Hal Wissel 2000. Bola Basket Dilengkapi dengan Program Pemahiran dan Teknik. Alih Bahasa. Bagus Pribadi. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. H.J. Gino, Suwarni, Suripto, Maryanto dan Sutijan. 1998. Belajar dan Pembelajaran II. Surakarta: UNS Press. Husdarta & Yudha M. Saputra. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Depdiknas. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Bagian Proyek Penataran Guru SLTP Setara D-III. Imam Sadikun. 1992. Olahraga Pilihan Bola Basket. Yogyakarta: IKIP Yogyakarta. Machfud Irsyada. 1999/2000. Bola Basket. Jakarta: Depdikbud. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Bagian Proyek Penataran Guru SLTP Setara D-II. Muhammad Ali. 2004. Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo. Nana Sudjana. 2005. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo. Netter, J. and Waserman, W. 1974. Applied Linear Statistical Models. Illionis: Richard D. Irwin Inc. Rusli Lutan. 1988. Belajar Ketrampilan Motorik Pengantar Teori dan Metode. Jakarta: Depdikbud. Dirjendikti. Rusli Lutan dan Adang Suherman. 2000. Perencanaan Pembelajaran Penjaskes. Jakarta: Depdikbud. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Bagian Proyek Penataran Guru SLTP Setara D-III. Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Sugiyanto. 1996. Belajar Gerak I. Surakarta: UNS Press. Syaiful Sagala. 2005. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabet. Soebagio Hartoko. 1993. Teori dan Praktek Bola Basket I. Surakarta: UNS Press.

Wahjoedi. 1999. Jurnal Iptek Olahraga. Jakarta: Pusat Pengkajian dan Pengembangan IPTEK (PPPITOR). Kantor Menteri Negara dan Olahraga.

56

You might also like