You are on page 1of 6

Pilihan Rasional dan Habitus Sebagai Pendorong Tindakan Untuk Mencapai Tujuan

Disusun sebagai tugas mata kuliah SOSIOLOGI KONTEMPORER


Oleh: Agus Rusmana (agsrsmana@yahoo.co.id) S3 Sosiologi, Pascasarjana FISIP Unpad Juni, 2011

Teori Pilihan Rasional Di dalam kehidupan sehari-hari, untuk mencapai tujuan dan keinginannya, manusia selalu dihadapkan pada banyak tindakan yang dapat mendukung tujuan dan keinginannya itu, atau tindakan lain yang menghambat, baik yang berasal dari dalam dirinya ataupun yang berada di luar diri sendiri. Agar tujuan dan keinginannya dapat dicapai sesuai dengan rencana dan keinginannya, maka ia harus dapat memilih tindakan yang mendukung dan menghindari tindakan yang merugikan atau menghambat. Untuk memilih dengan tepat maka ia harus menggunakan berbagai pertimbangan, terutama bahwa pilihan itu harus sesuai dengan keadaan dan kemampuan dirinya. Dasar pertimbangan untuk memilih sebuah tindakan adalah kemampuan rasionya yang dapat menentukan apakah pilihannya tepat atau keliru, merugikan atau menguntungkan, menyenangkan atau menyusahkan. Pilihan tindakan yang dihadapi manusia sangat beragam, mulai dari sekedar memilih tomat yang harus dibeli di pasar agar dia dapat membeli sebanyak kemampuan belinya (Green, 2002), sampai ketika manusia dihadapkan pada pilihan tindakan untuk menggunakan bahan tertentu untuk mencegah agar dunia tidak kiamat terlalu cepat (Dupuy, 2007). Pilihan manusia atas tindakan yang harus dilakukannya bersifat bebas dan selalu bersifat subjektif yaitu secara rasional menyenangkan dirinya dan menjauhkan dirinya dari kerugian yang mungkin dialaminya akibat pilihannya (Max Weber, dikutip oleh Rubin,

2005). Teoritisi klasik, Cesare Beccaria dan Jeremy Bentham berteori bahwa pilihan rasional dilakukan oleh manusia sebagai aktor, bersifat personal dan dilakukan secara bebas dengan perhitungan rasional tentang keuntungan dan kerugian yang akan diperoleh dari tindakan yang dipilihnya, dan terutama dilakukan untuk sebanyak mungkin menghasilkan kesenangan untuk dirinya sendiri. Teori ini juga menyatakan bahwa negara dapat mengendalikan warganya ketika memilih sebuah tindakan melalui pembuatan regulasi dan hukum. (Keel, 2005). Dari pengamatan pada teori ini dapat disebutkan bahwa setiap tindakan pilihan rasional selalu dilakukan dengan tujuan tertentu dan didasari oleh perhitungan antara kondisi dan kemampuan dirinya dengan kondisi dan tuntutan yang harus dipenuhi sebagai konsekuensi akan pilihannya. pada Dapat pilihan dicontohkan media ketika seseorang yang dapat memutuskan untuk berkunjung ke sebuah tempat untuk berlibur, ia dihadapkan transportasi digunakan, tempat menginap selama berlibur, jenis makanan yang sesuai seleranya. Untuk itu dia harus memperhitungkan pilihannya secara rasional berdasarkan kemampuan finansialnya, waktu yang tersedia dan kondisi fisiknya. Semua pilihan itu dilakukan dengan tujuan khusus yaitu untuk dapat berlibur secara menyenangkan. Karena dasar tindakan pilihan adalah rasional berdasarkan ukuran subjektif (Rubin, 2005), bisa saja pilihan tersebut menimbulkan kerugian bagi orang lain. Untuk itu maka pemerintah kemudian membuat peraturan dan hukum yang mengatur dan membatasi pilihan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya pilihan tindakan yang merugikan kepentingan umum. Tuntutan agar manusia melakukan tindakan pemilihan rasional akan semakin besar ketika pencapaian tujuan dan keinginan untuk menyenangkan dirinya secara maksimal tergantung pada ketersediaan sumber daya yang terbatas namun merupakan diperebutkan sumber yang sangat dibutuhkan ini, dan mungkin juga (Kirchner, 2007). Keterbatasan seperti

keterbatasan anggaran untuk membelinya, akan membuat manusia mencari sumber daya lain yang dapat dipilih sehingga tujuan dan keinginannya tetap dapat dicapai. Tindakan pilihan rasional juga didorong oleh kesukaan seseorang pada pilihan yang tersedia, yang umumnya dilakukan ketika dihadapkan pada beberapa pilihan yang tersedia, dan pilihan tersebut dapat dibandingkan satu dengan yang lainnya. Kegiatan pembandingan ini akan membuatnya mendapatkan lebih banyak kepuasan ketika berhasil memilih yang paling memaksimalkan pencapaian tujuannya. Penelitian-penelitian yang dilakukan para sosiolog dari berbagai disiplin seperti ekonomi, psikologi, politik, menunjukkan beberapa komponen yang mendorong seseorang untuk melakukan pilihan tindakan rasional, yaitu besarnya penghasilan, usia dan kesehatan mendorong orang untuk hadir atau tidak hadir digereja (Azzi, 1975), anggapan dan perhitungan (karena usia dan keuangan yang tidak mencukupi) bahwa hidup yang dihentikan adalah lebih baik daripada diteruskan, mendorong orang untuk bunuh diri (Kevin, 1982, Hamermesh, 1974). Selain itu daya beli yang meningkat akan membuat orang dapat memilih kendaraan yang lebih aman (terutama karena ada peraturan lalu lintas), namun juga dapat membuat pemilik kendaraan memilih untuk ngebut daripada bergerak lambat (Peltzman, 1975), kemudian kecanduan pada sesuatu (benda atau makanan) akan mendorong orang memilih sesuatu itu pada setiap kesempatan dan tidak mau memilih sesuatu yang lain (Stigler and Becker, 1977). Habitus Sebagai Penggerak Perilaku Manusia Salah satu pendorong manusia untuk memilih sebuah tindakan rasional berasal dalam dirinya dan sudah merupakan sebuah kebiasaan yang dilakukan sebagai serangkaian tindakan berkelanjutan dari waktu sebelumnya (Green, 2002). Hal yang sama juga dikatakan oleh Bourdieu bahwa tindakan sehari-hari manusia, baik dalam

kehidupan sendiri atau ketika sedang berinteraksi sosial didorong oleh hasil tindakan berulang-ulang dalam waktu yang panjang dalam sebuah lingkungan sosial atau budaya, yang kemudian menjadi sebuah tindakan otomatis yang kadang tidak dilakukan karena kesengajaan tetapi karena kebiasaan. Tindakan ini oleh Bourdieu disebut habitus. Habitus adalah sebuah hal yang penting bagi manusia karena akan membantu dia untuk melakukan tindakan memecahkan masalah. Bourdieu mendefinisikan habitus sebagai: the strategy-generating principle enabling agents to cope with unforeseen and ever-changing situations a system of lasting and transposable dispositions which, integrating past experiences, functions at every moment as a matrix of perceptions, appreciations and actions and makes possible the achievement of infinitely diversified tasks (Bourdieu & Wacquant, 1992: 18). Dengan habitus seorang agen akan mampu mengatasi situasi yang tidak jelas kelihatan atau yang berubah-ubah. Kemudian habitus juga merupakan sistem yang tahan lama dan sifatnya bisa bergantiganti sehingga dapat berfungsi setiap saat dan memungkan untuk menyelesaiakan bermacam pekerjaan. Pertanyaannya adalah dari mana habitus seseorang itu bisa muncul dan menjadi sebuah kemampuan untuk memilih sebuah tindakan rasional ketika ia akan mencapai tujuan dan dorongan kebutuhannya? Apakah habitus atau kebiasaan merupakan sesuatu yang dimiliki manusia sejak lahir (bawaan)? Bourdieu & Passeron (1994) menyebutkan bahwa habitus merupakan bentuk yang terlihat secara terus menerus tumbuh melalui sebuah dialektik dari konstruksi budaya dan perseorangan. Hal ini berarti bahwa melalui habitus muncul karena manusia secara terus menerus berinteraksi dengan orang lain dalam sebuah lingkungan di mana dia berada dalam sebuah kurun waktu. Interaksi yang dilakukan manusia dengan manusia dapat dimulai dari kelompok yang paling

dekat dengannya, yaitu keluarga, kemudian berkembang luas pada lingkungan dimana dia sekolah atau kuliah, dan ketika dia berada pada sebuah kelompok sosial (Boudieu, 1992). Dari teori dan hasil penelitian di atas, dapat diasumsikan bahwa ketika manusia ingin mencapai tujuan dan keinginannya, manusia selalu melakukan tindakan pilihan rasional yang diukurnya secara subjektif dan berdasarkan kemampuan berfikir dan habitusnya. Pertimbangan untuk memilih satu tindakan dari tindakan yang lain didorong oleh pertimbangan kemampuan dirinya dibanding dengan tuntutan untuk melakukan tindakan, dan pertimbangan agar apa yang dipilihnya dapat memaksimalkan kesenangan bagi dirinya. proposisi ini digambarkan, akan nampak seperti bagan berikut ini:
Perhitungan untung/ rugi

Jika

tindakan

Pilihan rasional (subjektif) Pemilihan Tindakan oleh Individu Habitus

tindakan Pencapaian Tujuan

tindakan

tindakan

Institusionalisa si
Gambar 1. Pemilihan Tidakan Rasional

Daftar Pustaka Bourdieu, Pierre, 1990. The Logic of Practice, Stanford, Stanford University Press

Jean-Pierre Dupuy, 2007. Rational Choice Before The Apocalypse, Anthropoetics 13, No. 3 (Fall 2007 / Winter 2008), Http://Www.Anthropoetics.Ucla.Edu Robert Keel, Rational Choice And Deterrence Theory: Sociology Of Deviant Behavior, http://Www.Umsl.Edu/~Keelr/200/Ratchoc.Html Turner, Rational Choice Theory (RCT) Http://Uregina.Ca/~Gingrich/F1000.Htm Kevin O'Rourke 1982 Suicide: A Rational Choice? Http://Www.Domcentral.Org/Study/Kor/82010305.Htm Steven L. Green 2002, Rational Choice Theory: An Overview Http://Bussiness.Baylot.Edu Michael Hechter And Satoshi Kanazawa 1997 Sociological Rational Choice Theory, Annu. Rev. Sociol. 1997. 23:191214, Http://Www.Annurev.Org. Zenonas Norkus, Max Webers Interpretive Sociology And Rational Choice Approach, Department Of Philosophy, Philosophy Faculty, Vilnius University, Didlaukio 47, Vilnius LT-2057, Lithuania Axel Honneth, 2004. A Social Pathology Of Reason: On The Intellectual Legacy Of Critical Theory (Edited By Fred Rush), Cambridge The Press Syndicate Of The University Of Cambridge, Sahar Zahida Akhtar, 2008.Topics In Rational Choice Theory: Altruism, Consequentialism, And Identity (Dissertation For The Degree Of Doctorate Of Philosophy In The Department Of Philosophy In The Graduate School Of Duke University ) Edward L. Rubin, 2005. Rational Choice And Rat Choice: Some Thoughts On The Relationship Among Rationality, Markets, And Human Beings, Chicago, Chicago-Kent Law Review [Vol 80:1091)

You might also like