You are on page 1of 13

ATICA hOME

kimia farmasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obat adalah semua zat yang dalam bentuk tunggal atau campuran baik yang berasal dari alam, sintetik, semi sintetik yang digunakan dengan tujuan untuk pencegahan, peredaan, menghilangkan penyakit atau gejala penyakit, meningkatkan derajat kesehatan, diagnostik, pengendali kesuburan. Allopurinol adalah obat penyakit priai (gout) yang dapat menurunkan kadar asam urat dalam darah. Alopurinol bekerja dengan menghambat xantin oksidase yaitu enzim yang dapat mengubah hipoxantin menjadi xantin, selanjutnya mengubah xantin menjadi asam urat. Dalam tubuh Allopurinol mengalami metabolisme menjadi oksipur inol (alozantin) yang juga bekerja sebagai penghambat enzim xantin oksidase. Mekanisme kerja senyawa ini berdasarkan katabolisme purin dan mengurangi prosuksi asam urat, tanpa mengganggu biosintesa purin. Allopurinol dapat meningkatkan frekuensi serangan artritis gout akut sehingga sebaiknya obat anti inflamasi atau kolkisin diberikan bersama pada awal terapi (Katzung, 2004). 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, permasalahan yang muncul diantaranya sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Struktur / Rumus bangun allopurinol Pemerian allopurinol Kegunaan/fungsi allopurinol Sifat fisika kimia allopurinol Cara Identifikasi dan analisis kuantitatif allopurinol Kelarutan allopurinol Cara penetapan kadar allopurinol

8. 9.

Persyaratan allopurinol Resorpsi allopurinol

10. Interaksi allopurinol 11. Dosis allopurinol 12. Efek samping allopurinol 1.3 Perumusan Masalah Berkaitan dengan latar belakang dan identifikasi masalah, maka secara garis besar ada beberapa masalah yang kami rumuskan, antara lain sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Bagaimana strukur/ rumus bangun dari alloprinol? Bagaimana pemarian dari allopurinol? Apa fungsi/kegunaan dari allopurinol? Bagaimana sifat fisika kimia dari allopurinol? Bagaimana cara identifikasi dan analisis kuantitatif dari allopurinol? Bagaimana kelarutan dari allopurinol? Bagaimana cara penetapan kadar dari allopurinol? Bagaimana persyaratan dari allopurinol? Bagaimana resorpsi dari allopurinol?

10. Bagaimana interaksi dari allopurinol? 11. Bagaimana dosis dari allopurinol? 12. Apa saja efek samping dari allopurinol? 1.4 Tujuan Penulisan Makalah Adapun tujuan penulisan makalah kimia farmasi ini antara lain sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. Untuk mengetahui struktur / rumus bangun pada allopurinol Untuk mengetahui pemerian pada allopurinol Untuk mengetahui kegunaan / fungsi pada allopurinol Untuk mengetahui sifat fisika kimia pada allopurinol Untuk mengetahui cara identifikasi dan analisis kuantitatif pada allopurinol

6. 7. 8. 9.

Untuk mengetahui kelarutan pada allopurinol Untuk mengetahui cara penetapan kadar pada allopurinol Untuk mengetahui persyaratan pada allopurinol Untuk mengetahui resorpsi pada allopurinol

10. Untuk mengetahui interaksi pada allopurinol 11. Untuk mengetahui dosis pada allopurinol 12. Untuk mengetahui efek samping pada allopurinol 1.5 Manfaat Penulisan Makalah Sesuai dengan tujuan penulisan makalah diatas, manfaat yang dapat diperoleh adalah sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Memberikan berbagai informasi tentang struktur / rumus bangun pada allopurinol Memberikan berbagai informasi tentang pemerian pada allopurinol Memberikan berbagai informasi tentang kegunaan / fungsi pada allopurinol Memberikan berbagai informasi tentang sifat fisika kimia pada allopurinol Memberikan berbagai informasi tentang cara identifikasi dan analisis kuantitatif pada allopurinol Memberikan berbagai informasi tentang kelarutan pada allopurinol Memberikan berbagai informasi tentang cara penetapan kadar pada allopurinol Memberikan berbagai informasi tentang persyaratan pada allopurinol Memberikan berbagai informasi tentang resorpsi pada allopurinol

10. Memberikan berbagai informasi tentang interaksi pada allopurinol 11. Memberikan berbagai informasi tentang dosis pada allopurinol 12. Memberikan berbagai informasi tentang efek samping pada allopurinol

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Struktur / Rumus bangun Uraian umum allopurinol menurut Farmakope Indonesia Edisi IV (1995): Rumus Bangun Nama Kimia [3,4-d]pirimidin. Rumus Molekul Berat Molekul : C5H4N4O : 136,11g/mol 16220-07-8 allopurinol riboside : Allopurinol : 1H-pyrazolol [3,4-d]pirimidin-4-ol atau 4-hidroksipirazolol

Nama produkallopurinol riboside Allopurinol riboside; 4-Hydroxy(3,4-d)pyrazolopyrimidine riboside; 4-Hydroxy-1beta-Dribofuranosylpyrazolo(3,4-d)pyrimidine; Allopurinol ribonucleoside; Allopurinol-1-ribonucleoside; NSC 138437; 1,5-Dihydro-1-beta-D-ribofuranosyl-4H-pyrazolo(3,4-d)pyrimidin-4-one; 4H-Pyrazolo(3,4Sinonimd)pyrimidin-4-one, 1,5-dihydro-1-beta-D-ribofuranosyl-; 1-(beta-L-ribofuranosyl)-1,2-dihydro-4Hpyrazolo[3,4-d]pyrimidin-4-one; 1-pentofuranosyl-1,2-dihydro-4H-pyrazolo[3,4-d]pyrimidin-4-one; 1-(betaD-ribofuranosyl)-1,2-dihydro-4H-pyrazolo[3,4-d]pyrimidin-4-one; 1-[(2S,3S,4R,5R)-3,4,5,6tetrahydroxytetrahydro-2H-pyran-2-yl]-1,2-dihydro-4H-pyrazolo[3,4-d]pyrimidin-4-one (non-preferred name) MFC10H12N4O6 Berat Molekul284.2255 InChI=1/C10H12N4O6/c15-4-5(16)9(20-10(19)6(4)17)14-7-3(1-13-14)8(18)12-2-11-7/h1-2,4-6,9-10,13,15InChI 17,19H/t4-,5+,6-,9+,10?/m1/s1 CAS NO16220-07-8 Struktur Molekul Kepadatan2.25g/cm3 Titik didih566C at 760 mmHg Indeks bias1.925 Titik nyala296.1C Cinta bahaya Kod Risiko Keselamatan Penerangan

2.2 Pemerian Pemerian serbuk halus putih hingga hampir putih

Berbau lemah.

2.3 Kegunaan/fungsi Alopurinol berguna untuk mengobati penyakit pirai karena menurunkan kadar asam urat. Pengobatan jangka panjang mengurangi frekuensi serangan, menghambat pembentukan tofi. Mobilisasi asam urat ini dapat ditingkatkan dengan memberikan urikosurik. Obat ini terutama berguna untuk mengobati penyakit pirai kronik dengan insufisiensi ginjal dan batu urat dalam ginjal, tetapi dosis awal harus dikurangi. Berbeda dengan probenesid, efek alopurinol tidak dilawan oleh salisilat, tidak berkurang pada insufisiensi ginjal dan tidak menyebabkan batu urat. Alopurinol berguna untuk pengobatan pirai sekunder akibat penyakit polisitemia vera, metaplasia mieloid, leukemia, limfoma, psoriasis, hiperurisemia akibat obat, dan radiasi. Obat ini bekerja dengan menghambat xantin oksidase,enzim yang mengubah hipoxantin menjadi xantin dan selanjutnya menjadi asam urat. Melalui mekanisme umpan balik alopurinol menghambat sintesis purin yang merupakan prekursor xantin. Alopurinol sendiri mengalami biotransformasi oleh enzim xantin oksidase menjadi aloxantin yang masa paruhnya lebih panjang daripada alopurinol, itu sebabnya alopurinol yang masa paruhnya pendek cukup diberikan satu kali sehari. 2.4 Sifat fisika kimia Dalam proses interaksi antara obat dengan sifat fisika dan kimianya terhadap tubuh dengan sifat biodinamikanya terdapat dua proses penting yaitu proses farmakokinetik yaitu pengaruh tubuh terhadap obat dan farmakodinamik yaitu pengaruh obat terhadap tubuh. Farmakokinetik Alopurinol hampir 80% diabsorpsi setelah pemberian peroral. Seperti asam urat, alupurinol dimetabolisme sendiri oleh xantin oksidase. Senyawa hasilnya yaitu aloxantin, yang dapat mempertahankan kemampuan menghambat xantin oksidase dan mempunyai masa kerja yang cukup lama, sehingga alopurinol cukup diberikan hanya sekali sehari. Onset dari alopurinol yaitu 1 2 minggu. Absorbsi alopurinol bila diberikan secara peroral adalah 60% dari dosis pemberian. Volume distribusinya 1,6 L/Kg dan metabolisme menjadi metabolit aktif oxypurinol ( 75% ). Ekskresi alopurinol dalam urin sebesar 76% dalam bentuk oxypurinol dan 12% dalam bentuk utuh. T dari alopurinol adalah 1 3 jam sedangkan untuk aloxantin 18 30 jam. Bioavaibilitasnya 49 % 53%. Klirens alopurinol pada dosis 200 mg per hari adalah 10 20 ml/menit. Untuk dosis 100 mg per hari, klirens alopurinol yaitu 3 10 ml/menit sedangkan untuk sediaan extended dengan 100 mg per hari, klirens alopurinol < 3 ml/menit.

Farmakodinamik Diet purin di dalam makanan bukan merupakan sumber uric acid yang penting. Jumlah penting secara kuantitatif dari purine dibentuk dari asam amino, formate, dan karbondoksida dalam tubuh. Ribonukleotida purine tersebut tidak tergabung ke dalam nucleic acid (asam nukleat) dan yang berasal dari degradasi nucleic acid dikonversi menjadi xantine atau hypoxanthine dan dioksida menjadi uric acid. Bilamana langkah terakhir ini dihambat oleh allopurinol, maka ada penurunan pada kadar plasma urate dan penurunan pada timbunan urate dengan peningkatan yang bersamaan pada xantine dan hypoxanthine yang lebih mudah larut (Katzung, 2004). Purin dibentuk dari asam amino, asam format, dan karbondioksida dalam tubuh. Namun purin juga dibentuk dari degradasi asam nukleat yang kemudian dikonversi menjadi xantin atau hipoksantin dan dioksidasi menjadi asam urat. Jadi hipoksantin akan diubah menjadi xantin oleh enzim xantin oksidase dan kemudian xantin akan diubah menjadi asam urat ( 2, 6, 8-trioksipurin) oleh enzim xantin oksidase. Dengan adanya alopurinol, akan menghambat enzim xantin oksidase sehingga terjadi penurunan kadar asam urat dalam plasma dan penurunan timbunan asam urat disertai dengan peningkatan xantin dan hipoksantin yang lebih larut. Mekanisme penghambatan pembentukan asam urat oleh alopurinol yaitu alopurinol yang merupakan isomer dari hipoksantin, bekerja sebagai antagonis kompetitif dari hipoksantin yang dapat dioksidasi oleh enzim xantin oksidase menjadi aloksantin. Hal ini menyebabkan jumlah enzim xantin oksidase yang seharusnya mengubah hipoksantin menjadi xantin dan dari xantin menjadi asam urat berkurang sehingga pada akhirnya produksi asam urat menurun. 2.5 Cara identifikasi dan analisis kuantitatif Allopurinolum Alopurinul Baku pembanding alopurinol BPFI ; lakukan pengenceran dalam hampa udara pada suhu 150o selama 5 jam sebelum digunakan; 3-Amino-4-karboksamidopira-zol Hemisulfat BPFI; lakukan pengeringan dalam hampa udara pada suhu 150o selama 3 jam sebelum digunakan. Identifikasi Spektrum serapan inframerah zat yang didispersikan dalam kalium bromida P, menunjukan maksimum hanya pada panjang gelombang yang sama seperti Alopurinol BPFI. Susut pengeringan <1121> tidak lebih dari 0.5%; lakukan pengeringan dalam hampa udara

pada suhu 105o selama 5 jam. ALLOPURIINOL COMPRESSI Tablet Alopurinol Baku pembanding Alopurinol BPFI; lakukan pengeringan dalam hampa udara pada suhu 105o selama 5 jam sebelum digunakan. Identifikasi Timbang sejumlah serbuk tablet setara dengan 50 mg alopurinol, gertis dengan 10 ml natrium hidroksida 0,1 N, saring. Asamkan filtrat dengan asam asetat 1 N, diamkan 10 sampai 15 menit agar terjadi pengendapan yang cukup, kumpulkan endapan yang terbentuk. Cuci endapan dengan 3 ml etanol mutlak P sedikit demi sedikit, dan akhirnya cuci dengan 4 ml eter P. biarkan kering diudara selama 15 menit, dikeringkan pada suhu 105o selama 3 jam: endapan yang diperoleh mmenuhi Identifikasi seperti tertera pada Alopurinol. 2.6 Kelarutan Kelarutan sangat sukar larut dalam air dan etanol Larut dalam larutan kalium dan natrium hidroksida Praktis tidak larut dam kloroform dan dalam eter.

2.7 Penetapan kadar Allopurinol dapat ditetapkan kadarnya secara spektrofotometri ultraviolet dengan pelarut HCL 0,1N dan NaOH 0,05 N (Pharmacopeia of The Peoples Republic of China ). Allopurinolum Alopurinul Baku pembanding alopurinol BPFI ; lakukan pengenceran dalam hampa udara pada suhu 150o selama 5 jam sebelum digunakan; 3-Amino-4-karboksamidopira-zol Hemisulfat BPFI; lakukan pengeringan dalam hampa udara pada suhu 150o selama 3 jam sebelum digunakan. Identifikasi Spektrum serapan inframerah zat yang didispersikan dalam kalium bromida P, menunjukan maksimum hanya pada panjang gelombang yang sama seperti Alopurinol BPFI. Susut pengeringan <1121> tidak lebih dari 0.5%; lakukan pengeringan dalam hampa udara pada suhu 105o selama 5 jam.

Cemaran secara kromatografi tidak lebih dari 0,2%; lakukan penetapan secara Kromatografi lapis tipis seperti yang tertera pada Kromatografi <931>. Larutan baku Timbang saksama sejumlah 3-Amino-44-karboksamidopirazol Henisulfa BPFI, larutkan dalam amonium hidroksida 6 N hingga kadar 50 g per ml. Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 250 mg zat, larutkan dalam campuran amonium hidroksida 6 N dan natrium hidroksida 1 N (9:1) hingga 10,0 ml, campur. Prosedur Totolkan masing-masing secara terpisah 10 l Larutan uji pada lempeng kromatografi selulosa setebal 0,16 mm yang mengandung indikator fluoresensi. Masukkan lempeng ke dalam bejana yang berisi fase gerak yang dibuat sebagai berikut : kocok 200 ml nbutanol P dan 200 ml amonium hidroksida 6 N, buang lapisan bawah dan tambahkan 20 ml nbutanol P pada lapisan atas. Eluasi hingga fase gerak merambat 1 cm dibawah ujung lempeng, angkat dan keringkan di udara, amati di bawah cahaya ultraviolet; intensitas bercak lain selain bercak utama dari Larutan uji tidak lebih besar dari bercak utama Larutan baku. Cemaran senyawa organik mudah menguap <471> Metode V memenuhi syarat. Pelarut Gunakan dimetil sulfoksida P. Timbang seksama lebih kurang 100 mg, larutkan dalam 30 ml dimetilformamida P,hangatkan bila perlu. Titrasi dengan tetrabutilamonium hidroksida 0,1 N LV, amati titik akhir dengan potensiometri menggunakan sistem elektrode kaca-kalomel, jaga agar tidak terjadi penyerapan karbon dioksida dari udara. Lakukan penetapan blanko. 1 ml tetrabutilamonium hidroksida 0,1 N setara dengan 13,61 mg C5H4N4O. Wadah dan penyimpanan dalam wadah tertutup baik. ALLOPURIINOL COMPRESSI Tablet Alopurinol Tablet alopurinol mengandung Alopurinol C5H4N4O. tidak kurang dari 93,0% dan tidak lebih dari 107,0% dari jumlah yang tertera pada etiket. Baku pembanding Alopurinol BPFI; lakukan pengeringan dalam hampa udara pada suhu 105 o selama 5 jam sebelum digunakan. Identifikasi Timbang sejumlah serbuk tablet setara dengan 50 mg alopurinol, gertis dengan 10 ml natrium hidroksida 0,1 N, saring. Asamkan filtrat dengan asam asetat 1 N, diamkan 10 sampai 15 menit agar terjadi pengendapan yang cukup, kumpulkan endapan yang terbentuk. Cuci endapan dengan 3 ml etanol mutlak P sedikit demi sedikit, dan akhirnya cuci dengan 4 ml

eter P. biarkan kering diudara selama 15 menit, dikeringkan pada suhu 105o selama 3 jam: endapan yang diperoleh mmenuhi Identifikasi seperti tertera pada Alopurinol. Disolusi <1231> Media disolusi: 900 ml asam klorida 0,1 N Alat tipe 2: 75 rpm Waktu: 45 menitt Prosedur lakukan penetapan jumlah C5H4N4O yang terlarut dengan mengukur serapan filtrat larutan uji, jika perlu diencerkan dengan asam klorida 0,1 N, dan serapan larutan baku Alopurinol BPFI dalam media yang sama pada panjang gelombang serapan maksimum lebih kurang 250 nm. Toleransi dalam waktu 45 menit harus larut tidak kurang dari 75% (Q) C 5H4N4O, dari jumlah yang tertera pada etiket. Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. Penetapan kadar lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti yang tertera pada Kromatografi <931>. Fase gerak Buat larutan amonium fosfat monobasa 0,05 M, saring dan awaudarakan [catatan tidak boleh ada sisa fase gerak dalam kolom semalaman. Sesudah digunakan cuci kolom denganaliran air selama 20 menit, kemudian dilanjutkan dengan metanol P selama 20 menit]. Larutan baku internal Larutkan lebih kurang 50 mg Hipoksantin P dalam 10 ml natrium hidroksida 0,1 N, kocok selama 10 menit hingga larut. Encerkan dengan air hingga 50 ml. Buat larutan pada saat akan digunakan. Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 50 mg Alopurinol BPFI, masukkan kedalam labu tentukur 50 ml, tambahkan 10 ml natrium hidroksida 0,1 N ,kocok selama 10 menit, encerkan dengan air,sampai tanda. Masukkan 4,0 ml larutan ini dan 2,0 ml larutan baku internal kedalam labu tentukur 200-ml, encerkandengan fase gerak sampai tanda. Buat larutan pada saat akan digunakan. Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk setara dengan lebih kurang 50 mg Alopurinol,masukkan kedalam labu tentukur 50-ml, tambahkan 10 ml natrium hidroksida 0,1 N,kocook selama 10 menit, tambahkan air sampai tanda. [ Saring, buang 10 ml filtrat pertama. Mmasukkan 4,0 ml filtrat dan 2,0 ml larutan baku internal kedalam labu tentukur200-ml, encerkan dengan fase gerak sampai tanda. Sistem kromatografi lakukan yang tertera pada kromatografi <931>. Kromatografi cair kinerja

tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolon ukuran 4 mm x 30 cm berisi bahan pengisi LI. Laju aliran lebih kurang 1,5 ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap larutan baku, rekam respons puncak seperti yang tertera pada Prosedur. Resolusi, R, antara puncak zat uji dan baku internal tidak kurang dari 5 dan simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 3,0%. Prosedur suntikan secara terpisah sejumlah volume sama (lebih kurang 15 l) Larutan baku dan Larutan uji kedalam kromatograf, ukur tinggi puncak utama. Waktu retensi relatif dari hipoksantin 0,6 alopurinol 1,0. Hitung jumlah dalam mg C 5H4N4O serbuk tabletyang digunakan dengan rumus: Ru 2,5 C (---------) Rs C adalah kadar alopurinol BPFI dalam g per ml. Larutan baku ; Ru dan Rs berturut-turut adalah perbandingan respons puncak antara alopurinol dan baku internal dari larutan ujii dan larutan baku. Wadah dan penyimpanan dalam wadah tertutup baik. 2.8 Persyaratan Allopurinol mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari 101,1% C5H4N4O, dihitung terhadap yang telah dikeringkan. 2.9 Resorpsi Resorpsinya dari usus baik (80%) dan cepat, tidak terikat pada protein darah. Di dalam hati, obat ini dioksidasi oleh XO menjadi oksipurinol (= alloxanthine) aktif, yang terutama diekresikan dengan kemih. Plasmat -nya 2-8 jam, dari oksipurinol lebih dari 20 jam berhubung adanya resorpsi kembali ditubuli. 2.10 Interaksi Alopurinol menghambat enzim XO, maka perombakan zat-zat yang diubah oleh XO juga dirintangi, sehingga efeknya diperkuat. Contohnya adalah antagonis purin azathiopurin dan merkaptoopurin. Oleh karena itu, dosis sitostatika tersebut perlu diturunkan sampai 25-30%. Daya kerja antikoagulansia dan klorpropamida diperkuat. Kombinasi salisilat dan urikosurika diperbolehkan, hanya dosisnya perlu dinaikkan, karena ekresikan oksipurinol dipercepat oleh zatzat tersebut. 2.11 Dosis

Dosis pada hiperurikemia 1 dd 100 mg p.c., bila perlu dinaikkan setiap minggu dengan 100 mg sampai maksimum 10 mg/kg/hari. Profilaksis dengan sitostatik: 600 mg sehari dimulai 3 hari sebelum terapi. Posologi : * * * Dewasa : Dosis awal 100 mg sehari dan ditingkatkan setiap minggu sebesar 100 mg sampai dicapai dosis optimal. Dosis maksimal yang dianjurkan 800 mg sehari.Pasien dengan gangguan ginjal 100 - 200 mg sehari. Anak 6- 10 tahun : Bila disertai penyakit kanker, dosis maksimal 300 mg sehari. Anak dibawah 6 tahun :Dosis maksimal 150 mg sehari. Dosis tergantung individu, sebaiknya diminum sesudah makan. Pemeriksaan kadar asam

urat serum dan fungsi ginjal membantu penetapan dosis efektif minimum, untuk memelihara kadar asam urat serum < 7 mg/dl pada pria dan < 6 mg/dl pada wanita. 2.12 Efek samping Efek samping yang sering terjadi ialah reaksi kulit. Bila kemerahan kulit timbul, obat harus dihentikan karena gangguan mungkin menjadi lebih berat. Reaksi alergi berupa demam, menggigil, leukopenia atau leukositosis, eosinofilia, artralgia dan pruritus juga pernah dilaporkan. Gangguan saluran cerna kadang-kadang juga dapat terjadi. Alopurinol dapat meningkatkan frekuensi serangan sehingga sebaiknya pada awal terapi diberikan juga kolkisin. Serangan biasanya menghilang setelah beberapa bulan pengobatan. Karena alopurinol menghambat oksidasi merkaptopurin, dosis merkaptopurin harus dikurangi sampai 25-35% bila diberikan bersamaan. Dosis untuk penyakit pirai ringan 200-400 mg sehari, 400-600 mg untuk penyakit yang lebih berat. Untuk penderita gangguan fungsi ginjal dosis cukup 100-200 mg sehari. Dosis untuk hiperurisemia sekunder 100-200 mg sehari. Untuk anak 6-10 tahun:300 mg sehari dan anak dibawah 6 tahun: 150 mg sehari. Menurut Munaf (1994), reaksi-reaksi yang tidak diinginkan pada terapi allopurinol antara lain: a. Reaksi kulit Bila kemerahan kulit timbul obat harus dihentikan karena gangguan mungkin menjadi lebih berat. b. Reaksi alergi Berupa demam, leukopeni, pruritus, eosinofillia, artralgia. c. Gangguan saluran pencernaan d. Allopurinol dapat meninggkatkan frekwensi serangan sehingga pada terapi diberikan kolkisin.

Reaksi hipersensitivitas :ruam makulopapular didahului pruritus, urtikaria, eksfoliatif dan lesi purpura, dermatitis, nefritis, faskulitis dan sindrome poliartritis. Demam, eosinofilia, kegagalan hati dan ginjal, mual, muntah, diare, rasa mengantuk, sakit kepala dan rasa logam.

Kontra indikasi : Alergi terhadap Alopurinol Penderita dengan penyakit hati dan "bone marrow suppression.

Interaksi Obat : Pemberian Alopurinol bersama dengan azatioprin, merkaptopurin atau siklotosfamid, dapat meningkatkan efek toksik dari obat tersebut. Jangan diberikan bersama-sama dengan garam besi dan obat diuretik golongan tiazida. Dengan warfarin dapat menghambat metabolisme obat di hati.

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Allopurinol memiliki nama IUPAC 1H-Pyrazolo[3,4-d]pyrimidine dan memiliki rumus molekul C5H4N4O. dengan berat molekul 136,11g/mol. merupakan bubuk kristal putih, tidak berbau, sedikit larut dalam air. Allopurinol berguna untuk mengobati penyakit gout karena menurunkan kadar asam urat. Pengobatan jangka panjang mengurangi frekuensi serangan, menghambat pembentukkan tofi, memobilisasi asam urat dan mengurangi besarnya tofi. Obat ini terutama berguna untuk mengobati penyakit gout kronik dengan insufisiensi ginjal dan batu urat dalam ginjal tetapi dosis awal harus

dikurangi. Allopurinol berguna untuk pengobatan gout sekunder akibat penyakit folicitemia vera, metaflasia myeloid, leukemia, limfoma psoriasis, hiperuricemia akibat obat dan radiasi.

Diposkan oleh Atica Rahman

You might also like