You are on page 1of 3

Struktur Atom dan Sistem Periodik

Oleh: Nadia Rizanedewi R., NPM: 1006775930

Konsep atom sudah dikenal sejak peradaban Yunani (500 SM). Atom berasal dari bahasa Yunani, yaitu atomos, yang berarti tidak dapat dibagi. Menurut filosof Yunani, atom dianggap sebagai partikel sangat kecil yang tidak dapat diurai lagi. Sayangnya, tidak ditemukan data atau eksperimen yang dapat menjelaskan pemikiran tersebut. Pada tahun 1911, Rutherford menggambarkan atom sebagai suatu partikel bulat dengan suatu pusat kecil yang disebut sebagai inti atom ( nucleus). Karena inti atom menolak partikel dan proton memiliki muatan positif sementara neutron tidak bermuatan, maka inti atom bermuatan positif. Elektron dibayangkan berada di luar inti, membentuk permukaan luar dari atom. Penelitian modern kemudian menunjukkan bahwa atom terbagi atas tiga macam partikel, yaitu proton, neutron, dan elektron. Nukleus berada di tengah atom; ia mengandung proton dan neutron. Kumpulan proton dan neutron disebut juga nucleon. Pada hakekatnya, seluruh massa atom berpusat di nukleus, karena massa elektron sangat kecil. Banyaknya proton dalam inti disebut sebagai nomor proton atau nomor atom. Sementara banyaknya proton dan neutron dalam inti disebut nomor inti atau nomor massa. Selain neutron dan proton, dalam atom juga terdapat elektron. Perlu diingat bahwa atom bermuatan netral. kepositifan proton diseimbangkan dengan kenegatifan elektron. Hal ini menunjukkan bahwa di dalam atom netral banyaknya elektron sama dengan banyaknya proton. Ada dua cara mengkonfigurasikan elektron. Elektron-elektron berada pada jarak tertentu dari nukleus di dalam suatu rangkaian level yang disebut dengan level energi. Tiap level energi hanya dapat diisi elektron dalam jumlah tertentu. Level energi pertama (terdekat dengan nukleus) terdiri dari 2 elektron, level kedua 8, dan level ketiga juga akan penuh ketika terisi 8 elektron. Level-level ini berada dalam jarak yang cukup jauh dari nukleus. Elektron-elektron akan selalu berada pada level energi serendah mungkin selama level tersebut belum terisi penuh. Cara kedua adalah dengan menggunakan prinsip Aufbau. Elektron tersusun dalam kulit kulit (n) yang dapat dinyatakan dalam huruf kapital, yaitu K, L, M, N, O, atau angka, yaitu 1,

2, 3, 4, 5, . Tiap kulit memiliki sub sub kulit yang dinyatakan dengan huruf, yaitu s, p d, f. Dalam sub sub kulit terdapat ruang (orbital) yang dapat menampung elektron dengan kapasitas tertentu. Masing-masing orbital dapat menampung 2 elektron. Subkulit s memiliki kapasitas 2 elektron, p 6 elektron, d 10 elektron, dan f 14 elektron. Elektron diisikan pada ruang ruang (orbital) dengan energi yang terendah lebih dulu. Sistem periodik merupakan suatu cara untuk mengelompokkan unsur-unsur kimia. Sistem periodik memiliki beberapa kali sejarah perkembangan sesuai teori-teori yang dikemukakan oleh para peneliti, dan skema klasifikasi yang dikenal dan digunakan sekarang merupakan hasil penemuan dari Henry Moseley pada tahun 1913, dengan metode pengurutan unsur berdasarkan kenaikan jumlah proton (nomor atom). Baris mendatar pada tabel yang disusun berdasarkan kenaikan nomor atom, dinamakan periode. Kolom-kolom tegak, yang berisi unsur-unsur serupa, dinamakan golongan. Periode pertama hanya berisi 2 unsur, kemudian diikuti dengan periode dua dan tiga yang berisi 8 unsur, empat dan lima berisi 18 unsur, enam berisi 32 unsur, sementara periode tujuh masih belum lengkap. 14 unsur dari periode 6 dicabut dan ditempatkan di bagian bawah tabel bernama lantanoid. Dari periode 7 juga dipisahkan 14 unsur yang diletakkan di tempat yang sama, yang bernama aktinoid. Ada beberapa sifat yang dibedakan sesuai dengan periode atau golongannya. Diantaranya adalah besar jari-jari atom. Jari-jari atom merupakan jarak dari inti sampai kulit terluar. Semakin bawah letak suatu unsur dalam satu golongan tabel periodik maka semakin besar jari-jari atomnya, sementara dari kiri ke kanan jari-jari atom semakin kecil. Selain itu terdapat juga energi ionisasinya, yaitu energi yang dibutuhkan untuk melepaskan elektron terluar. Energi ionisasi akan semakin kecil dari atas ke bawah, dan semakin besar dari kiri ke kanan. Semakin rendah energi ionisasi, unsur akan semakin bersifat logam. Sedangkan afinitas elektron merupakan energi yang dibebaskan saat menerima sebuah elektron. Pengukuran afinitas sama dengan energi ionisasi. Tetapi berkebalikan dengan energi ionisasi, semakin rendah afinitas elektron, maka semakin berkurang sifat logamnya. Kemudian ada juga sifat elektronegativitas, yaitu kemampuan suatu atom dalam bersaing untuk mendapatkan elektron. Sifat elektronegativitas juga sama seperti afinitas dan energi ionisasi, yaitu semakin kecil dari atas ke bawah, dan semakin besar dari kiri ke kanan.

Daftar Pustaka: Petrucci, Ralph H. 1985. Kimia Dasar Edisi Keempat Jilid 1. Jakarta: Erlangga. Modul Kimia Dasar Program Matrikulasi Fakultas Teknik 2008, amaliasholehah.files.wordpress.com/2008/08/struktur-atom2.doc http://www.chem-istry.org/materi_kimia/struktur_atom_dan_ikatan/sifat_dasar_atom/pengenalan_dasar_struktur_ato m/

You might also like