You are on page 1of 345

UPAYA KESEHATAN WAJIB

UPAYA PROMOSI KESEHATAN

Penyusun: Kirana Asmara Meitty Marisha (03005131) (03005143)

BAB I PENDAHULUAN
Dewasa ini promosi kesehatan (health promotion) telah menjadi bidang yang semakin penting dari tahun ke tahun. Dalam tiga dekade terakhir, telah terjadi perkembangan yang signifikan dalam hal perhatian dunia mengenai masalah promosi kesehatan. Pada 21 November 1986, World Health Organization (WHO) menyelenggarakan Konferensi Internasional Pertama bidang Promosi Kesehatan yang diadakan di Ottawa, Kanada. Konferensi ini dihadiri oleh para ahli kesehatan seluruh dunia, dan menghasilkan sebuah dokumen penting yang disebut Ottawa Charter (Piagam Ottawa). Piagam ini menjadi rujukan bagi program promosi kesehatan di tiap negara, termasuk Indonesia. Dalam Piagam Ottawa disebutkan bahwa promosi kesehatan adalah proses yang memungkinkan orang-orang untuk mengontrol dan meningkatkan kesehatan mereka (Health promotion is the process of enabling people to increase control over, and to improve, their health, WHO, 1986). Jadi, tujuan akhir promosi kesehatan adalah menanamkan kesadaran pada masyarakat tentang pentingnya kesehatan bagi mereka sehingga mereka sendirilah yang akan melakukan usaha-usaha untuk menyehatkan diri mereka. Promosi kesehatan menjelaskan bahwa untuk mencapai derajat kesehatan yang

sempurna, baik fisik, mental, maupun sosial, individu atau kelompok harus mampu mengenal serta mewujudkan aspirasi-aspirasinya untuk memenuhi kebutuhannya agar mampu mengubah atau mengatasi lingkungannya (lingkungan fisik, sosial budaya, dan sebagainya). Untuk itu, promosi kesehatan tidak hanya merupakan tanggung jawab dari sektor kesehatan, akan tetapi jauh melampaui gaya hidup secara sehat untuk kesejahteraan (WHO, 1986). Penyelenggaraan promosi kesehatan dilakukan dengan mengombinasikan berbagai strategi yang tidak hanya melibatkan sektor kesehatan belaka, melainkan lewat kerjasama dan koordinasi segenap unsur dalam masyarakat. Hal ini didasari pemikiran bahwa promosi kesehatan adalah suatu filosofi umum yang menitikberatkan pada gagasan bahwa kesehatan yang baik merupakan usaha individu sekaligus kolektif (Taylor, 2003). Bagi individu, promosi kesehatan terkait dengan pengembangan program kebiasaan kesehatan yang baik sejak muda hingga dewasa dan lanjut usia (Taylor, 2003). Secara kolektif, berbagai sektor, unsur, dan profesi dalam masyarakat seperti praktisi medis, psikolog, media massa, para pembuat kebijakan publik dan perumus perundang-undangan dapat dilibatkan dalam program promosi kesehatan. Praktisi medis dapat mengajarkan kepada
3

masyarakat mengenai gaya hidup yang sehat dan membantu mereka memantau atau menangani risiko masalah kesehatan tertentu. Para psikolog berperan dalam promosi kesehatan lewat pengembangan bentuk-bentuk intervensi untuk membantu masyarakat memraktikkan perilaku yang sehat dan mengubah kebiasaan yang buruk. Media massa dapat memberikan kontribusinya dengan menginformasikan kepada masyarakat perilaku-perilaku tertentu yang berisiko terhadap kesehatan seperti merokok dan mengonsumsi alkohol. Para pembuat kebijakan melakukan pendekatan secara umum lewat penyediaan informasi-informasi yang diperlukan masyarakat untuk memelihara dan mengembangkan gaya hidup sehat, serta penyediaan sarana-sarana dan fasilitas yang diperlukan untuk mengubah kebiasaan buruk masyarakat. Berikutnya, perumus perundang-undangan dapat menerapkan aturan-aturan tertentu untuk menurunkan risiko kecelakaan seperti misalnya aturan penggunaan sabuk pengaman di kendaraan (Taylor, 2003)

BAB II PENGERTIAN
Promosi kesehatan adalah upaya membantu masyarakat memberdayakan dirinya untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya. Menurut WHO tahun 1986, Promosi Kesehatan adalah proses yang memberdayakan manusia untuk mengendalikan dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri. Menurut Green dan Ottoson (1998) Promosi Kesehatan adalah kombinasiberbagai dukungan menyangkut pendidikan, organisasi, kebijakan, dan peraturan perundangan untuk perubahan lingkungan dan perilaku yang menguntungkan kesehatan. Menurut definisi yang selama ini dipakai oleh Pusat Promosi Keehatan, Promosi Kesehatan itu adalah proses memberdayakan atau memandirikan masyarakat agar mampu memelihara, meningkatkan, dan melindungi, kesehatannya melalui peningkatan kesadaran, kemauan dan kemampuan, serta pengembangan lingkungan sehat.

Dalam pengertian Promosi Kesehatan tersebut terkandung beberapa pengertian operasional sebagai berikut: Promosi Kesehatan merupakan bagian dari upaya kesehatan masyarakat (Public Health) secara keseluruhan, yang fokusnya adalah: pemberdayaan masyarakat, yaitu upaya agar masyarakat dapat memelihara, meningkatkan, dan melindungi kesehatannya. Dengan demikian, Promosi Kesehatan lebih bersifat upaya promotif-preventif, tanpa

mengesampingkan upaya kuratif-rehabilitatif. Pemberdayaan dilakukan dengan menumbuhkan kesadaran, kemauan dan kemampuan mayarakat untuk hidup sehat, sehingga penekanan Promosi Kesehatan pada pengembangan perilaku dan lingkungan sehat. Pemberdayaan tersebut merupakan upaya kemitraan berbagai pihak dan merupakan upaya dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat, sehingga masyarakat aktif sebagai pelaku atau subyek, bukan pasif menunggu sebagai obyek semata. Pemberdayaan dilakukan sesuai dengan kondisi dan budaya setempat, sehingga Promosi Kesehatan diwarnai oleh suasana lokal.

BAB III TUJUAN


Tujuan Umum Tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga dan masyarakat dalam membina dan memelihara perilaku sehat dan lingkungan sehat, serta berperan aktif dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal, dan juga memberdayakan kemampuan masyarakat untuk hidup lebih sehat.

Tujuan Khusus Timbulnya kesadaran penduduk akan nilai kesehatan. Meningkatnya pengembangan Puskesmas dan pemanfaatannya sebagai sarana pelayanan kesehatan dan sebagai sumber penerangan dan penyuluhan kesehatan Terbantunya orang-orang dan masyarakat pada umumnya, dalam menjaga kesehatan mereka pada tingkat yang sebaik-baiknya.

Tujuan Promosi Kesehatan secara Keseluruhan Tersosialisasinya program-program kesehatan, terwujudnya masyarakat Indonesia baru yang berbudaya hidup bersih dan sehat, serta tumbuhnya gerakan hidup sehat di masyarakat, menuju terwujudnya kabupaten atau kota sehat, propinsi sehat, Indonesia sehat 2010.

Tujuan PHBS Meningkatnya pengetahuan, kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat agar hidup bersih dan sehat, serta meningkatnya peran serta aktif masyarakat termasuk swasta dan dunia usaha, dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Tujuan Penyuluhan Kesehatan Tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga dan masyarakat dalam membina dan memelihara perilaku sehat dan lingkungan sehat serta berperan aktif dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.

BAB IV KEGIATAN
Promosi kesehatan mencakup baik kegiatan promosi (promotif), pencegahan penyakit (preventif), pengobatan (kuratif), maupun rehabilitasi. Dalam hal ini, orang-orang yang sehat maupun mereka yang terkena penyakit, semuanya merupakan sasaran kegiatan promosi kesehatan. Kemudian, promosi kesehatan dapat dilakukan di berbagai ruang kehidupan, dalam keluarga, sekolah, tempat kerja, tempat-tempat umum, dan tentu saja kantor-kantor pelayanan kesehatan. Promosi kesehatan bersifat lebih luas atau lebih makro lagi dan lebih menyentuh sisi advokasi pada level pembuat kebijakan di mana promosi kesehatan berusaha melakukan perubahan pada lingkungan dengan harapan terjadinya perubahan perilaku yang lebih baik (Kapalawi, 2007). Menurut Green dan Ottoson (dalam Iqi, 2008), promosi kesehatan adalah kombinasi berbagai dukungan menyangkut pendidikan, organisasi, kebijakan, dan peraturan perundangan untuk perubahan lingkungan dan perilaku yang menguntungkan kesehatan. Oleh karena itu, lingkup promosi kesehatan dapat disimpulkan sebagai berikut (Iqi, 2008): 1. Pendidikan kesehatan (health education) yang penekanannya pada

perubahan/perbaikan perilaku melalui peningkatan kesadaran, kemauan, dan kemampuan. 2. Pemasaran sosial (social marketing), yang penekanannya pada pengenalan produk/jasa melalui kampanye. 3. Upaya penyuluhan (upaya komunikasi dan informasi) yang tekanannya pada penyebaran informasi. 4. Upaya peningkatan (promotif) yang penekanannya pada upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. 5. Upaya advokasi di bidang kesehatan, yaitu upaya untuk memengaruhi lingkungan atau pihak lain agar mengembangkan kebijakan yang berwawasan kesehatan (melalui upaya legislasi atau pembuatan peraturan, dukungan suasana, dan lain-lain di berbagai bidang/sektor, sesuai keadaan). 6. Pengorganisasian masyarakat (community organization), pengembangan masyarakat (community development), penggerakan masyarakat (social mobilization),

pemberdayaan masyarakat (community empowerment), dll.

Kesehatan memerlukan prasyarat-prasyarat yang terdiri dari berbagai sumber daya dan kondisi dasar, meliputi perdamaian (peace), perlindungan (shelter), pendidikan (education), makanan (food), pendapatan (income), ekosistem yang stabil (a stable eco-system), sumber daya yang berkesinambungan (a sustainable resources), serta kesetaraan dan keadilan sosial (social justice and equity) (WHO, 1986). Upaya-upaya peningkatan promosi kesehatan harus memerhatikan semua prasyarat tersebut.

WHO, lewat Konferensi Internasional Pertama tentang Promosi Kesehatan di Ottawa pada tahun 1986, telah merumuskan sejumlah kegiatan yang dapat dilakukan oleh setiap negara untuk menyelenggarakan promosi kesehatan. Berikut akan disediakan terjemahan dari Piagam Ottawa pada bagian yang diberi subjudul Health Promotion Action Means. Menurut Piagam Ottawa, kegiatan-kegiatan promosi kesehatan berarti: Membangun kebijakan publik berwawasan kesehatan (build healthy public policy) Promosi kesehatan lebih daripada sekadar perawatan kesehatan. Promosi kesehatan menempatkan kesehatan pada agenda dari pembuat kebijakan di semua sektor pada semua level, mengarahkan mereka supaya sadar akan konsekuensi kesehatan dari keputusan mereka dan agar mereka menerima tanggung jawab mereka atas kesehatan. Kebijakan promosi kesehatan mengombinasikan pendekatan yang berbeda namun dapat saling mengisi termasuk legislasi, perhitungan fiskal, perpajakan, dan perubahan organisasi. Ini adalah kegiatan yang terkoordinasi yang membawa kepada kesehatan, pendapatan, dan kebijakan sosial yang menghasilkan kesamaan yang lebih besar. Kegiatan terpadu memberikan kontribusi untuk memastikan barang dan jasa yang lebih aman dan lebih sehat, pelayanan jasa publik yang lebih sehat dan lebih bersih, dan lingkungan yang lebih menyenangkan. Menciptakan lingkungan yang mendukung (create supportive environments) Kesehatan tidak dapat dipisahkan dari tujuan-tujuan lain. Kaitan yang tak terpisahkan antara manusia dan lingkungannya menjadikan basis untuk sebuah pendekatan sosio-ekologis bagi kesehatan. Prinsip panduan keseluruhan bagi dunia, bangsa, kawasan, dan komunitas yang serupa, adalah kebutuhan untuk memberi semangat pemeliharaan yang timbal-balik untuk memelihara satu sama lain, komunitas, dan lingkungan alam kita. Promosi kesehatan menciptakan kondisi hidup dan kondisi kerja yang aman, yang menstimulasi, memuaskan, dan menyenangkan. Penjajakan sistematis dampak kesehatan dari lingkungan yang berubah pesat.terutama di daerah teknologi, daerah kerja, produksi energi dan urbanisasi- sangat esensial dan harus diikuti dengan kegiatan untuk memastikan
8

keuntungan yang positif bagi kesehatan masyarakat. Perlindungan alam dan lingkungan yang dibangun serta konservasi dari sumber daya alam harus ditujukan untuk promosi kesehatan apa saja.

Memerkuat kegiatan-kegiatan komunitas (strengthen community actions) Promosi kesehatan bekerja melalui kegiatan komunitas yang konkret dan efisien dalam mengatur prioritas, membuat keputusan, merencanakan strategi dan melaksanakannya untuk mencapai kesehatan yang lebih baik. Inti dari proses ini adalah memberdayakan komunitas -kepemilikan mereka dan kontrol akan usaha dan nasib mereka. Pengembangan komunitas menekankan pengadaan sumber daya manusia dan material dalam komunitas untuk mengembangkan kemandirian dan dukungan sosial, dan untuk mengembangkan sistem yang fleksibel untuk memerkuat partisipasi publik dalam masalah kesehatan. Hal ini memerlukan akses yang penuh serta terus menerus akan informasi, memelajari kesempatan untuk kesehatan, sebagaimana penggalangan dukungan.

Mengembangkan keterampilan individu (develop personal skills) Promosi kesehatan mendukung pengembangan personal dan sosial melalui penyediaan informasi, pendidikan kesehatan, dan pengembangan keterampilan hidup. Dengan demikian, hal ini meningkatkan pilihan yang tersedia bagi masyarakat untuk melatih dalam mengontrol kesehatan dan lingkungan mereka, dan untuk membuat pilihan yang kondusif bagi kesehatan.

Reorientasi pelayanan kesehatan (reorient health services) Tanggung jawab untuk promosi kesehatan pada pelayanan kesehatan dibagi di antara individu, kelompok komunitas, profesional kesehatan, institusi pelayanan kesehatan, dan pemerintah. Mereka harus bekerja sama melalui suatu sistem perawatan kesehatan yang berkontribusi untuk pencapaian kesehatan. Peran sektor kesehatan harus bergerak meningkat pada arah promosi kesehatan, di samping tanggung jawabnya dalam menyediakan pelayanan klinis dan pengobatan. Pelayanan kesehatan harus memegang mandat yang meluas yang merupakan hal sensitif dan ia juga harus menghormati kebutuhan kultural. Mandat ini harus mendukung kebutuhan individu dan komunitas untuk kehidupan yang lebih sehat, dan membuka saluran antara sektor kesehatan dan komponen sosial, politik, ekonomi, dan lingkungan fisik yang lebih luas. Reorientasi pelayanan kesehatan juga memerlukan perhatian yang kuat untuk penelitian kesehatan sebagaimana perubahan pada pelatihan dan pendidikan
9

profesional. Hal ini harus membawa kepada perubahan sikap dan pengorganisasian pelayanan kesehatan dengan memfokuskan ulang kepada kebutuhan total dari individu sebagai manusia seutuhnya.

Bergerak ke masa depan (moving into the future) Kesehatan diciptakan dan dijalani oleh manusia di antara pengaturan dari kehidupan mereka sehari-hari di mana mereka belajar, bekerja, bermain, dan mencintai. Kesehatan diciptakan dengan memelihara satu sama lain dengan kemampuan untuk membuat keputusan dan membuat kontrol terhadap kondisi kehidupan seseorang, dan dengan memastikan bahwa masyarakat yag didiami seseorang menciptakan kondisi yang memungkinkan pencapaian kesehatan oleh semua anggotanya. Merawat, kebersamaan, dan ekologi adalah isu-isu yang penting dalam mengembangkan strategi untuk promosi kesehatan. Untuk itu, semua yang terlibat harus menjadikan setiap fase perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi kegiatan promosi kesehatan serta kesetaraan antara pria dan wanita sebagai acuan utama. Dari enam hal di atas, setidaknya dapat disimpulkan dua kata kunci kegiatan promosi kesehatan, yakni advokasi (advocacy) dan pemberdayaan (empowerment). Advokasi Advokasi terhadap kesehatan merupakan sebuah upaya yang dilakukan orang-orang di bidang kesehatan, utamanya promosi kesehatan, sebagai bentuk pengawalan terhadap kesehatan. Advokasi ini lebih menyentuh pada level pembuat kebijakan, bagaimana orang-orang yang bergerak di bidang kesehatan bisa memengaruhi para pembuat kebijakan untuk lebih tahu dan memerhatikan kesehatan. Advokasi dapat dilakukan dengan memengaruhi para pembuat kebijakan untuk membuat peraturan-peraturan yang bisa berpihak pada kesehatan dan peraturan tersebut dapat menciptakan lingkungan yang dapat mempengaruhi perilaku sehat dapat terwujud di masyarakat (Kapalawi, 2007). Advokasi bergerak secara top-down (dari atas ke bawah). Melalui advokasi, promosi kesehatan masuk ke wilayah politik. Pemberdayaan Di samping advokasi kesehatan, strategi lain dari promosi kesehatan adalah pemberdayaan masyarakat di dalam kegiatan-kegiatan kesehatan. Pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan lebih kepada untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam bidang kesehatan. Jadi sifatnya bottom-up (dari bawah ke atas). Partisipasi masyarakat adalah kegiatan pelibatan masyarakat dalam suatu program. Diharapkan dengan tingginya partisipasi dari masyarakat maka suatu program kesehatan dapat lebih tepat sasaran dan memiliki daya ungkit yang lebih

10

besar bagi perubahan perilaku karena dapat menimbulkan suatu nilai di dalam masyarakat bahwa kegiatan-kegiatan kesehatan tersebut itu dari kita dan untuk kita (Kapalawi, 2007). Dengan pemberdayaan masyarakat, diharapkan masyarakat dapat berperan aktif atau berpartisipasi dalam setiap kegiatan. Sebagai unsur dasar dalam pemberdayaan, partisipasi masyarakat harus ditumbuhkan. Pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan pada dasarnya tidak berbeda dengan pemberdayaan masyarakat dalam bidang-bidang lainnya.

Partisipasi dapat terwujud dengan syarat (Tawi, 2008): 1. Adanya saling percaya antaranggota masyarakat 2. Adanya ajakan dan kesempatan untuk berperan aktif 3. Adanya manfaat yang dapat dan segera dapat dirasakan oleh masyarakat 4. Adanya contoh dan keteladanan dari tokoh/pemimpin masyarakat. Partisipasi itu harus didukung oleh adanya kesadaran dan pemahaman tentang bidang yang diberdayakan, disertai kemauan dari kelompok sasaran yang akan menempuh proses pemberdayaan. Dengan begitu, kegiatan promosi kesehatan akan berlangsung dengan sukses.

Pelaksanaan kegiatan di Puskesmas Kecamatan Cilandak Kegiatan Promkes yang dilakukan di Puskesmas Kecamatan Cilandak meliputi

kegiatan: Advokasi kesehatan, misalnya adanya kebijakan gerakan PSN-3M selama 30 menit setiap hari jumat Gerakan masyarakat, berupa pengenalan masalah kesehatan oleh masyarakat dan melaksanakan para kader atau tenaga pelaksana yang terlatih, misalnya dengan adanya Jumantik (Juru Pemantau Jentik) di tingkat RT. Bina suasana, misalnya melalui berbagai kegiatan penyuluhan (penyuluhan di Posyandu balita setiap bulan di hari Rabu minggu pertama, Posyandu Lansia setiap hari Senin minggu pertama), pelatihan kader-kader Posyandu untuk imunisasi Mopping Up Polio, dan lokakarya. Berdasarkan kegiatan di lapangan (dalam hal ini di Puskesmas kecamatan Tebet), baik yang dilakukan di dalam maupun di luar gedung Puskesmas, hasilnya adalah cukup baik. Namun, petugas yang tersedia masih terbatas. Tanggapan masyarakat terhadap kegiatan yang diikutinya cukup baik.

11

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat PHBS di Rumah Tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat. PHBS di Rumah Tangga dilakukan untuk mencapai Rumah Tangga ber PHBS yang melakukan 10 PHBS yaitu: 1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan 2. Memberi ASI Esklusif 3. Menimbang Bayi tiap bulan 4. Menggunakan air bersih 5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun 6. Menggunakan jamban sehat 7. Memberantas jentik di rumah seminggu sekali 8. Makan bah dan sayur setiap hari 9. Melakukan aktifitas fisik setiap hari 10. Tidak Merokok di dalam rumah

PHBS di Institusi Kesehatan adalah upaya untuk memberdayakan pasien, masyarakat pengunjung dan petugas agar tahu, mau dan mampu untuk mempraktikkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dan berperan aktif dalam mewujudkan Institusi Kesehatan Sehat dan mencegah penularan penyakit di institusi kesehatan. Ada beberapa indikator yang dipakai sebagai ukuran untuk menilai PHBS di Institusi Kesehatan yaitu : Menggunakan air bersih Menggunakan Jamban Membuang sampah pada tempatnya Tidak merokok di institusi kesehatan Tidak meludah sembarangan Memberantas jentik nyamuk PHBS di Tempat - tempat Umum adalah upaya untuk memberdayakan masyarakat pengunjung dan pengelola tempat - tempat umum agar tahu, mau dan mampu untuk mempraktikkan PHBS dan berperan aktif dalam mewujudkan tempat - tempat Umum Sehat. Tempat - tempat Umum adalah sarana yang diselenggarakan oleh pemerintah/swasta, atau perorangan yang digunakan untuk kegiatan bagi masyarakat seperti sarana
12

pariwisata, transportasi, sarana ibadah, sarana perdagangan dan olahraga, rekreasi dan sarana sosial lainnya. Ada beberapa indikator yang dipakai sebagai ukuran untuk menilai PHBS di Tempat - Tempat Umum yaitu : 1. Menggunakan air bersih 2. Menggunakan jamban 3. Membuang sampah pada tempatnya 4. Tidak merokok di tempat umum 5. Tidak meludah sembarangan

PHBS di Sekolah adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan oleh peserta didik, guru dan masyarakat lingkungan sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, sehingga secara mandiri mampu mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya, serta berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan sehat. Ada beberapa indikator yang dipakai sebagai ukuran untuk menilai PHBS di sekolah yaitu: Mencuci tangan dengan air yang mengalir dan menggunakan sabun Mengkonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah Menggunakan jamban yang bersih dan sehat Olahraga yang teratur dan terukur Memberantas jentik nyamuk Tidak merokok di sekolah Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap 6 bulan Membuang sampah pada tempatnya

PHBS di Tempat kerja adalah upaya untuk memberdayakan para pekerja agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam mewujudkan Tempat Kerja Sehat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Tempat kerja antara lain : Tidak merokok di tempat kerja Membeli dan mengkonsumsi makanan dari tempat kerja Melakukan olahraga secara teratur/aktifitas fisik Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun sebelum makan dan sesudah buang air besar dan buang air kecil Memberantas jentik nyamuk di tempat kerja
13

Menggunakan air bersih Menggunakan jamban saat buang air kecil dan besar Membuang sampah pada tempatnya Mempergunakan Alat Pelindung Diri (APD) sesuai jenis pekerjaan

14

BAB V SASARAN
SASARAN Digolongkan atas masyarakat yang sudah ada dalam suatu system tertentu yang disebut sebagai tatanan/pranata
Tatanan Rumah tangga Institusi pendidikan Tempat kerja Sasaran Primer Anggota keluarga Seluruh siswa Seluruh karyawan Sasaran Sekunder Ibu Guru,karyawan,OSIS Pengurus/sarikat pekerja Tempat umum Institusi kesehatan Pengunjung Pasien/pengunjung Pegawai/karyawan Petugas kesehatan Direksi/pemilik Pimpinan/direktur Sasaran Tersier Kepala keluarga Kepala sekolah Direksi/pemilik

Strategi dan manajemen PKM puskesmas Dalam management PKM, dikenal (empowerment), pembinaan dukungan 3 strategi, yaitu pemberdayaan masyarakat suasana (social support), dan pendekatan

pimpinan/kelompok (advocacy). Ketiga strategi tersebut harus dilakukan secara bersamaan, saling mengisi, dan melengkapi. Secara lebih jelas ketiga strategi tersebut dapat dilihat dibawah ini :
Strategi Pemberdayaaan (empowerment) Primer Sasaran Tujuan Peningkatan pengetahuan sikap dan perilaku (PHBS) Cara Penyuluhan perorangan, kelompok dan masal, pelatihan, distribusi bahan penyuluhan Pembinaan suasana (social support) Sekunder Pengembangan pendapat umum,opini, norma Pendekatan pimpinan (advocacy) Tersier Persetujuan, dukungan Pendekatan peroramngan dan kelompok Konsultasi, pertemuan

15

Manajemen PKM di puskesmas Manajemen PKM di puskesmas dilaksanakan melalui 4 fungsi tahapan, yaitu : Pengkajian

Pemantauan dan Penilaian

Perencanaan

Penggerakan dan Pelaksanaan

Secara singkat, tahapan manajemen PKM dapat dilihat dalam table berikut:
Tahapan manajemen a. Pengkajian (i) (ii) (iii) (iv) Pengkajian masalah kesehatan Pengkajian masalah PHBS Pemetaan wilayah Pengkajian sumber daya 10 penyakit terbanyak,factor pendorong Pemetaan masalah PHBS Masalah strata kesehatan wilayah Ketersediaan SDM Rumusan tujuan,kegiatan,intervensi dan jadwal kegiatan c. Penggerakan dan pelaksanaan Daftar kegiatan dan penanggung jawab masingmasing kegiatan yang telah disepakati d. Pemantauan dan penilaian Rencana pertemuan/supervisi berkala Rencana evaluasi akhir tahun Luaran

b. Perencanaan

Kebijaksanaan Pelaksanaan Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut,kegiatan promosi kesehatan masyarakat dilaksanakan sebagai berikut : a. Penyuluhan kesehatan masyarakat merupakan bagian integral dari setiap program kesehatan dan berfungsi sebagai katalisator program-program tersebut.

16

b. Peningkatan perilaku penduduk dalam membina hidup sehat juga diarahkan untuk meningkatkan peran sertanya mewujudkan masyarakat yang mandiri dalam membina derajat kesehatan yang dimulai dalam keluarganya. c. Penyuluhan kesehatan merupakan upaya yang dilaksanakan baik oleh pemerintah secar a lintas program dan lintas sektoral, maupun oleh masyarakat termasuk pihak LSM. d. Puskesmas dimanfaatkan sebagai pusat pengembangan dan pembinaan kesadaran dan peran serta masyarakat di bidang kesehatan di wilayahnya. e. Sikap mental petugas kesehatan, terutama yang akan dikembangkan dan diarahkan kea rah sikap mental yang partisipatif dan lebih berorientasi pada aspek pencegahan dan peningkatan. f. Peningkatan penyuluhan kesehatan pada lembaga-lembaga pendidikan dasar, pemerintah, dan swasta agar kesadaran dan perilaku hidup sehat dapat ditumbuhkan dan dibudidayakan sedini mungkin.

Penyuluhan kesehatan masyarakat di puskesmas Kecamatan Cilandak Agar dapat mencapai tujuan penyuluhan kesehatan masyarakat , maka upaya kegiatan penyuluhan perlu diselaraskan dengan fungsi dan tugas puskesmas serta kemampuan daripada sumber tenaga, dana, serta sarana yang dimiliki. Pelaksanaaan kegiatan puskesmas yang biasa dilaksanakan ialah : a. Penyuluhan institusi : kegiatan penyuluhan yang dilakukan di institusi bersangkutan seperti puskesmas, ataupun di rumah tinggal para dokter dan paramedic.
Secara tidak langsung Memberi tauladan serta contoh dari para dokter atau paramedic Penampilan yang rapih dan sehat dari bangunan puskesmas Secar a langsung Dialog do kamar periksa antara dokter dan pasien Dialog dokter, paramedik, dan keluarga pasien tentang hal yang bias dilakukan pasien atau keluarga pasien Menggunakan media penyuluhan, seperti poster dll Melakukan penyuluhan kelompok di puskes yang sudah direncanakan.

b. Penyuluhan di masyarakat (di luar gedung puskesmas) : pelaksanaannya dilaksanakan berdasarkan pendekatan edukatif melalui tahap-tahap berikut:

17

1. Pertemuan tingkat kecamatan : tujuannya ialah memeperoleh kesepakatan dan dukungan dari pimpinan wilayah 2. Pertemuan tingkat desa : tujuannya ialah memeperoleh kesepakatan dan dukungan dari kepala desa bererta aparatnya 3. Melakukan survey mawas diri : mendapatkan data dari msyarakat tentang idea tau program promosi kesehatan yang akan diterapkan kepada mereka. 4. Perencanaan: membuat rencana penyuluhan kesehatan 5. Pelaksanaan penyuluhan : dalam pelaksaan, perlu dilibatkan masyarakat dan petugas harus mampu menerapkan metode dan tehnik penyuluhan 6. Evaluasi kegiatan penyuluhan : evaluasi dilakukan sesuai dengan tehnik penyuluhan yang dilakukan.

Metode dan tehnik penyuluhan masyarakat A. Metode Secara sederhana pengertiannya adalah cara untuk melaksanakan penyuluhan kepada masyarakat.Untuk mengetahui metode apa yang dipilih perlu ditentukan terlebih dahulu tahapan perubahan perilaku yang ingin dicapai :
Metode untuk merubah pengetahuan Ceramah Kuliah Presentasi Wisata karya Curah pendapat Seminar Studi kasus Tugas baca Symposium Panel Konferensi Metode untuk merubah sikap Diskusi kelompok Tanya jawab Role playing Pemutaran film Video Tape recorder Simulasi Metode untuk merubah tindakan Latihan sendiri bengKel kerja demonstrasi experiment

Menentukan sasaran Karena keterbatasan sumber daya, maka metode penyuluhan yang paling sering dilakukan puskesmas adalah ceramah yang disertai Tanya jawab, wawancara dan demonstrasi.

18

B.Teknik penyampaian Ceramah Ceramah adalah salah satu cara menerangkan atau menjelaskan suatu ide, pengertian atau pesan secara lisn kepada suatu kelompok pendengar yang disertai diskusi dan Tanya jawab, serta dibantu oleh alat peraga. a. Ciri-ciri ceramah - ada sekelompok pendengar yang dipersiapkan - ada suatu pesan yang disampaikan - ada kesempatan bertanya bagi pendengar - ada alat peraga yang digunakan b. langkah langkah melakukan ceramah - persiapan -menentukan maksud dan tujuan ceramah - menentukan sasaran pendengar - mempersiapkan materi - topic yang dikemukakan hanya satu - mempersiapkan alat peraga - mempersiapkan waktu dan tempat yang tepat -mempersiapkan undangan - mempersiapkan bahan bacaan - pelaksanaan - perkenalan diri - mengemukakan maksud dan tujuan - menjelaskan sistematika ceramah - men yampaikan ceramah dengan suara jelas - ciptakan suasana santai - sediakan waktu untuk Tanya jawab -menyimpulkan ceramah - penilaian Suatu ceramah akan terlihat berhasil bila : -ada respon dari pendengar - ada minat pendengar - ada jawaban pada pengisian angket

19

Wawancara Adalah suatu metode penyuluhan kesehatan dengan jalan Tanya jawab yang diarahkan kepada pencapaian tujuan yang telah ditentukan. a. Cirri ciri wawancara Ada pihak yang bertanya Ada pihak yang ditanya Seluruh percakapan dikendalikan oleh pihak interviewer

b. Langkah-langkah melakukan wawancara Persiapan 1. Menentukan tujuan wawancara 2. Menentukan isi pesan yang akan disampaikan 3. Menentukan sasaran 4. Menentukan waktu 5. Menentukan pokok-pokok pertanyaan Pelaksanaan 1. Memperkenalkan diri 2. Rumuskan pertanyaan dengan sederhana 3. Diarahkan kepada persoalan pokok 4. Gunakan alat peraga 5. Catat jawaban yang dianggap perlu Penilaian 1. Suasana menyenangkan 2. Kelancaran wawancara 3. Jawaban yang wajar 4. Minat responden

Demonstrasi Adalah suatu cara penyajian yang dipersiapkan dengan teliti untuk memperlihatkan bagaimana cara melakukan suatu tindakan, adegan atau menggunakan suatu proedur. Penyajian ini disertai penggunaan alat peraga dan Tanya jawab. Biasanya hanya diberikan pada individu yang terbatas jumlahnya. 1. Tujuan

20

Memperlihatkan kepada kelompok bagaimana cara membuat sesuatu dengan prosedur yang benar Meyakinkan kelompok bahwa ide tersebut bias dilaksanakan Meningkatkan minat orang untuk belajar

2. Langkah-langkah melakukan demonstrasi Persiapan a. Menentukan maksut dan tujuan b. Menentukan materi c. Menentukan sasaran dengan latar belakang sosioekonomi d. Menentukan perkiraan lamanya e. Menentukan alat atau peraga Pelaksanaan a. Memperkenalkan diri b. Menciptakan suasana nyaman c. Memberi materi d. Member kesempatan Tanya jawab Penilaian a. Banyaknya pertanyaan b. Adanya permintaan melakukan demonstrasi c. Hasil pengisian angket Alat peraga penyuluhan kesehatan masyarakat kemudahan bagi pihak penyuluh a. memiliki bahan nyata b. dapat menambah percaya diri c. menghindari kejenuhan kemudahan bagi pihak yang disuluh a. melihat nyata inti materi b. menghindari kejenuhan Beberapa alat bantu peraga yang dapat digunakan adalah : a. papan tulis b. OHP c. Kertas flipchart d. Poster

21

e. Flash card f. Model g. Leflet, dll

Pemantauan dan penilaian Pemantauan kegiatan dilakukan secara berkala. Pemantauan dapat juga dilakukan dengan kunjungan lapangan ke tiap tatanan untuk melakukan perkembangan strata bersih dan sehat (PHBS) setelah dilakukan intervensi kesehatan masyarakat. Penilaian dilakukan pada akhir tahun dengan cara pengkajian kembali seperti pada tahap pertama manajemen PKM. Hasil pengkajian tiap tahun dibandingkan hasil pengkajian awal tahun, keberhasilan dapat dilihat dari strata PHBS tiap tahun. Evaluasi dapat dilakukan dengan menilai : a. Kegiatan yang dapat terlaksana dibandingkan dengan perencanaan b. Indicator masing-masing program yang menjadi topic penyuluhan c. Strata PHBS di wilayah kerja

Indikator PKM Dalam kegiatan penilaian, digunakan indicator-indikator tertentu, yaitu petunjuk yang membatasi focus perhatian suatu penilaian. Indicator yang digunakan adalah sebagai berikut : Indicator Tatanan Rumah Tangga a. Ibu : - pemeriksaan kehamilan oleh petugas minimal 4 kali - proses melahirkan dibantu oleh petugas kesehatan - ikut KB bag wanita usia subur - sudah imunisasi TT, bagi ibu muda yang belum punya anak b. bayi : sudah diimunisasi c. balita : ditimbang setiap bulan d. seluruh keluarga buang air besar di jamban e. tidak ada sampah berserakan f. seluruh keluarga menggunakan air bersih g. kuku anggota keluarga pendek dan bersih h. keluarga biasa makan makanan yang beraneka ragam i. semua anggota keluarga tidak merokok j. pernah mendengar AIDS k. keluarga menjadi anggota dana sehat (JPKM)
22

Indikator Tatanaan Institusi Pendidikan Tatanan pendidikan adalah Sekolah Dasar Negeri, Swasta termasuk Madrasah Ibtidaiyah a. Tersedia jamban yang bersih b. Tersedia air yang bersih c. Tidak ada sampah berserakan d. Ketersediaan UKS e. Menjadi anggota dana sehat (JPKM) f. Siswa pada umumnya (60%) kukunya pendek dan bersih g. Guru tidak merokok h. Siswa ada yang menjadi dokter kecil

Kesehatan Anak Sekolah dan Remaja Tatanan istitusi pendidikan adalah Puskesmas atau Puskesmas Pembantu a. Tatanana air bersih b. Tersedia jamban yang bersih c. Tidak ada sampah yang berserakan d. Tertata poster kesehatan e. Radio kaset penyuluhan berfungi setiap hari f. Penyuluhan kelompok teratur dilaksanakan g. Semua petugas tidak merokok h. Semua petugas kukunya pendek dan bersih Indikator Tatanan Umum a. Indicator warung makan Makanan dan minuman tidak menggunakan bahan kimia berbahaya Makanan dan minuman terhindar dari serangga berbahaya Tersedia jamban yang bersih Tersedia air yang bersih Tidak ada sampah berserakan Kuku pengelola makanan pendek dan bersih Menjadi anggota dana sehat

b. Indicator tempat ibadah Sekeliling tempat ibadah dalam keadaan bersih

23

Tersedia air bersih Tersedia jamban yang bersih Tersedia pembuangan air limbah (SPAL) Kuku pengelola pendek dan bersih Semua pengelola dan pengunjung tidak merokok Pernah mendengan AIDS Tersedia media penyuluhan

c. Indicator pasar Sekeliling pasar dalam keadaan bersih Tersedia air bersih Tersedia jamban yang bersih Tersedia pembuangan air limbah (SPAL) Cukup pencahayaan dan ada penghawaan Kuku pengelola pendek dan bersih Semua pengelola dan pengunjung tidak merokok Pernah mendengan AIDS Tersedia media penyuluhan

1. Kajian PHBS - Sasaran - Jumlah sasaran - Kajian kuantitatif 2. Indikator PHBS - Perilaku tentang KIA - Perilaku tentang gizi - Perilaku tentang kesehatan lingkungan - Perilaku tentang gaya hidup 3. Pengelolaan Program PHBS 1. Tahap persiapan: a. Sosialisasi dan advokasi kesehatan b. Persiapan sarana c. Persiapan administrasi d. Persiapan pelaksanaan : ibu-ibu balita : 50 orang : dengan kuisioner

24

2. Tahap pengkajian: a. Pengkajian 3. Tahap perencanaan: a. Menentukan prioritas b. Menentukan tujuan c. Menentukan jenis kegiatan/intervensi d. Jadwal kegiatan 4. Tahap pergerakan pelaksanaan 5. Pemantauan dan penilaian 4. Tahap Persiapan
No. Kegiatan Tujuan Luaran - Dukungan dana/ kebijakan Agas LS/LP/LSM/ Mitra 1. Sosialisasi dan advokasi mengetahui program PHBS politis/ kemitraan - Sepakat melaksanakan PHBS - Peran dan fungsi masingmasing jelas Identifikasi kebutuhan sarana - Daftar jenis dan jumlah sarana yang dibutuhkan - Kuisioner - Daftar surat yang diperlukan 3. Persiapan administrasi Identifikasi lapangan - Format pencatatan dan pelaporan 4. Persiapan pelaksanaan Identifikasi, siapa melakukan apa - Daftar penanggung jawab masing-masing kegiatan

2.

Persiapan sarana

5. 6. Tahap Pengkajian
No. Kegiatan Tujuan Untuk mengetahui 10 1. Pengkajian masalah kesehatan penyakit terbanyak, penyebab, sifat, epidemiologi masalah Identifikasi sarana, 2. Pengkajian sumber daya tenaga, dana yang tersedia 3. Pengkajian PHBS Untuk mengetahui Luaran - Daftar 10 penyakit terbanyak - Daftar penyebab sifat, epidemiologi masalah

- Daftar tenaga, sarana, dan dana yang tersedia - Adanya klasifikasi PHBS di 25

perilaku keluarga pada tatanan rumah tangga Untuk mengetahui 4. Pengkajian wilayah klasifikasi PHBS di setiap wilayah

setiap RT

- Adanya klasifikasi wilayah sehat atau tidak sehat

Tahap Perencanaan
No. 1. Kegiatan Rumusan tujuan Tujuan Untuk membuat target yang ingin dicapai Untuk mengembangkan berbagai alternatif intervensi Untuk menetapkan waktu bagi setiap kegiatan Luaran Adanya target yang bisa diukur Adanya rencana kegiatan entervensi yang menyeluruh, meliputi penyluhan massa/ terpadu dan rancangan media Adanya jadwal kegiatan intervensi

2.

Rumusan rencana kegiatan intervensi

3.

Pembuatan jadwal kegiatan

Tahap Pergerakan dan Pelaksanaan


No. Kegiatan Tujuan - Untuk mempengaruhi peraturan dan kebijakan yang mendukung pemberdayaan PHBS - Mempengaruhi pihak lain agar mendukung 1. Advokasi PHBS - Meningkatkan kerjasama antara masyarakat dan pemerintah - menggalang dukungan lewat pendapat umum melalui media massa Untuk menciptakan 2. Bina suasana berbagai opini yang ada di masyarakat yang Terciptanya opini, etika, norma, dan kondisi masyarakat berPHBS 26 - Adanya dukungan politik dari pengambilan keputusan - Adanya kepedulian LSM terhadap PHBS - Adanya anggaran rutin yang dinamis - Fasilitas umum simakin merata terutama di daerah kumuh Luaran

mendukung tercapainya PHBS di semua tatanan Untuk Pemberdayaan atau gerakan masyarakat menumbuhkembangkan potensi masyarakat untuk mendukung dan membudayakan PHBS - Mengungkapkan UKBM - Meningkatkan peserta dana sehat (JPKM)

3.

Pemantauan dan Penilaian


No. Kegiatan Tujuan Untuk mengetahui seberapa jauh suatu 1. Pemantauan program PHBS berjalan, mengacu kepada perncanaan dan penjadwalan Untuk mengetahi 2. Penilaian seberapa jauh target yang ditetapkan tercapai adanya hasil pencapaian program PHBS dalam kurun waktu tertentu adanya laporan bulanan/triwulan/tengah tahun Luaran

27

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan Promosi kesehatan adalah proses memberdayakan atau memandirikan masyarakat agar mampu memelihara, meningkatkan, dan melindungi kesehatannya melalui peningkatan kesadaran, kemauan, dan kemampuan, serta pengembangan lingkungan sehat. Dengan demikian kegiatan promosi kesehatan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari setiap program yang ada di Puskesmas. Kegiatan yang dilakukan berupa advokasi kesehatan, bina suasana, dan gerakan masyarakat.

Saran Untuk lebih meningkatkan upaya promosi kesehatan pada masyarakat maka sebaiknya para petugas kesehatan, terutama pada bagian promosi kesehatan, ditambah. Selain itu para petugas kesehatan terus berupaya untuk memberikan masukan kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga kesehatan.

28

DAFTAR PUSTAKA

1. Dachroni, Drs, MPH. Buku Panduan Straegi Promosi Kesehatan di Indonesia. Jakarta Selatan: Sudin Kesehatan Masyarakat 2003 2. Dachroni, Drs, MPH. Seri PHBS: Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Untuk Petugas Puskesmas. Jakarta Selatan: Sudin Kesehatan Masyarakat 2003 3. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Kerja Puskesmas 2009 4. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Promosi Kesehatan Online.htm 5. Sudin Kesehatan Masyarakat. Surat Keputusan Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat No: HK.00.06.1.7.1570 tentang Kebijakan Teknis Promosi Kesehatan 2003 6. UU RI no. 23 tahun 1992 tentang kesehatan

29

UPAYA KESEHATAN LINGKUNGAN

Penyusun : Hawa Fatihah bt CMS Fira Thiodorus Marrietta S. Sadeli (030.05.257) (030.06.094) (030.06.157)

30

BAB I PENDAHULUAN
Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.(Pasal 1 butir 1 UU No. 36 Tahun 2009)

Kesehatan masyarakat adalah ilmu dan seni (kiat/art) untuk : 1. mencegah penyakit 2. memperpanjang harapan hidup, dan 3. meningkatkan kesehatan dan efisiensi masyarakat melalui usaha masyarakat yang terorganisir untuk; sanitasi lingkungan, pengendalian penyakit menular, pendidikan hygiene perseorangan, mengorganisir pelayanan media dan perawatan agar dapat dilakukan diagnosis dini dan pengobatan pencegahan, membangun mekanisme sosial, sehingga setiap insan dapat menikmati standar kehidupan yang cukup baik untuk dapat memelihara kesehatan. Dengan demikian, setiap warga negara dapat menyadari haknya atas kehidupan yang sehat dan panjang (Winslow, 1920)

Kesehatan lingkungan adalah suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang keseimbangan ekologis yang dinamis antara manusia dan lingkungan untuk mendukung tercapainya realitas hidup manusia yang sehat, sejahtera dan bahagia (Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan)

Ilmu Kesehatan Lingkungan diberi batasan sebagai ilmu yang mempelajari dinamika hubungan interaktif antara kelompok penduduk atau masyarakat dengan segala macam perubahan komponen lingkungan hidup seperti spesies kehidupan, bahan, zat atau kekuatan di sekitar manusia, yang menimbulkan ancaman, atau berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan masyarakat, serta mencari upaya-upaya pencegahan.(Umar Fahmi Achmadi, 1991)

Kesehatan lingkungan adalah upaya untuk melindungi kesehatan manusia melalui pengelolaan, pengawasan dan pencegahan factor-faktor lingkungan yang dapat mengganggu kesehatan manusia (Sumengen Sutomo, 1991)

31

Kesehatan lingkungan adalah ilmu & seni dalam mencapai keseimbangan, keselarasan dan keserasian lingkungan hidup melalui upaya pengembangan budaya perilaku sehat dan pengelolaan lingkungan sehingga dicapai kondisi yang bersih, aman, nyaman, sehat dan sejahtera terhindar dari gangguan penyakit, pencemaran dan kecelakaan, sesuai dengan harkat dan martabat manusia. (Sudjono Soenhadji, 1994 ) Untuk menilai keadaan lingkungan dan upaya yang dilakukan untuk menciptakan lingkungan sehat telah dipilih empat indikator, yaitu persentase keluarga yang memiliki akses air bersih, presentase rumah sehat, keluarga dengan kepemilikan sarana sanitasi dasar, Tempat Umum dan Pengolahan Makanan (TUPM) .

Beberapa upaya untuk memperkecil resiko turunnya kualitas lingkungan telah dilaksanakan oleh berbagai instansi terkait seperti pembangunan sarana sanitasi dasar, pemantauan dan penataan lingkungan, pengukuran dan pengendalian kualitas lingkungan.

Pembangunan sarana sanitasi dasar bagi masyarakat yang berkaitan langsung dengan masalah kesehatan meliputi penyediaan air bersih, jamban sehat, perumahan sehat yang biasanya ditangani secara lintas sektor. Sedangkan dijajaran Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang kegiatan yang dilaksanakan meliputi pemantauan kualitas air minum, pemantauan sanitasi rumah sakit, pembinaan dan pemantauan sanitasi tempat-tempat umum (Hotel, Terminal), tempat pengolahan makanan, tempat pengolahan pestisida dan sebagainya.

32

BAB II PENGERTIAN
Upaya penyehatan lingkungan dan pemukiman adalah upaya untuk meningkatkan kualitas kesehatan lingkungan dan pemukiman melalui upaya sanitasi dasar, pengawasan mutu lingkungan dan tempat umum, termasuk pengendalian pencemaran lingkungan dengan meningkatkan peran serta masyarakat dan keterpaduan pengelolaan lingkungan melalui analisis dampak lingkungan. Lingkungan pemukiman adalah tempat tinggal atau tempat hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan. Tempat umum adalah tempat kegiatan bagi umum yang diselenggarakan oleh badanbadan Pemerintah, Swasta atau Perorangan yang langsung digunakan masyarakat, mempunyai tempat,sarana dan kegiatan yang tetap. Penyehatan makanan adalah upaya untuk mengendalikan faktor makanan, orang, tempat dan perlengkapannya yang dapat atau mungkin dapat menimbulkan penyakit atau gangguan kesehatan lainnya. Pendekatan PKMD adalah pendekatan sosio-edukatif dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Pertemuan tingkat kelurahan. 2. Survai Diri Masyarakat. 3. Musyawarah Masyarakat Kelurahan. 4. Pelalihan Kader. 5. Pelaksanaan Kader. 6. Pelaksanaan Upaya Kesehatan oleh Masyarakat. 7. Pembinaan & Pelestarian kegiatan

33

BAB III TUJUAN

Tujuan Umum Meningkatnya kondisi kesehatan lingkungan melalui upaya pengawasan dan pengendalian semua unsur fisik, kimia, dan biologis yang terdapat dilingkungan dan masyarakat yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan.

Tujuan Khusus Meningkatnya kualitas perumahan penduduk yang memenuhi syarat kesehatan. Terbantunya penyediaan air bersih yang memenuhi syarat kesehatan, pengawasan kualitas air bagi seluruh masyarakat, serta peningkatan kemampuan masyarakat dalam penyediaan dan pemanfaatan sarana pembangunan kotoran yang memenuhi syarat kesehatan. Tersedianya fasilitas pembuangan kotoran yang memenuhi syarat kesehatan, tidak menimbulkan sarang lalat, nyamuk dan tikus, dan tidak memberi pandangan tidak sedap. Terwujudnya kondisi tempat-tempat umum yang memenuhi syarat kesehatan, agar masyarakat, pengunjung dan sekitarnya terhindar dari gangguan kesehatan. Meningkatnya pengetahuan dan keterampilan masyarakat dan perusahaan makanan dalam mengelola makanan secara aman dan sehat agar terhindar dari penyakit dan keracunan. Terjaminnya mutu lingkungan hidup yang dapat menjamin kesehatan masyarakat yang optimal, bebas dari pengaruh buruk atas pengelolaan pestisida melalui upaya pencegahan dan pengendalian pencemaran dan keracunan oleh pestisida.

34

BAB IV KEGIATAN DAN SASARAN


KEGIATAN Kegiatan-kegiatan utama kesehatan lingkungan yang harus dilakukan oleh Puskesmas meliputi : 1. Penyehatan air 2. Penyehatan makanan dan minuman 3. Pengawasan pembuangan kotoran manusia 4. Pengawasan dan pembuangan sampah dan limbah 5. Penyehatan pemukiman 6. Pengawasan sanitasi tempat umum 7. Pengamanan polusi industri 8. Pengamanan pestisida 9. Klinik sanitasi

SASARAN Penyehatan air : 1. Daerah dengan angka penyakit diare dan penyakit kulit tinggi 2. Daerah berpenghasilan rendah 3. Daerah penduduk padat dan kumuh 4. Penyehatan makanan dan minuman : 5. Tempat pengelolaan makanan (TPM) : jasa boga, restoran/rumah makan, sentral makanan jajanan, pengrajin makanan/indsutri makanan rumah tangga, kantin termasuk kantin sekolah, pedagang makanan kaki lima, tempat pengelolaan makanan lainnya. 6. Keluarga 7. Pengawasan pembuangan kotoran manusia : 8. Daerah endemis penyakit perut dan penyakit kecacingan 9. Daerah-daerah dengan angka kepemilikan dan pemanfaatan jamban yang memenuhi syarat kesehatan 10. Pengawasan dan Pembuangan Sampah dan Limbah :

35

11. Keluarga dan masyarakat di daerah yang angka kepadatan penduduk tinggi dan produksi sampahnya cukup banyak 12. Daerah endemis penyakit perut (diare, gastroenteritis acuta) dan penyakit-penyakit bersumber sampah

Penyehatan pemukiman : 1. Daerah dengan resiko terhadap kemungkinan penularan penyakit-penyakit diare, kecacingan, TBC paru, ISPA, DBD dan Filariasis 2. Daerah dengan cakupan sanitasi dasarnya rendah 3. Daerah kumuh 4. Daerah pemukiman baru 5. Daerah risiko tinggi terhadap pencemaran

Pengawasan Sanitasi Tempat-tempat Umum : 1. Yang berhubungan dengan sasaran pariwisata, seperti Bioskop, Gedung Pertunjukan, Hotel, Kolam renang, dsb. 2. Yang berhubungan dengan Transportasi, Terminal, Stasiun dan alat Transportasi Umum, pool kendaraan 3. Yang berhubungan dengan sarana ibadah : Masjid, Gereja, Pura, Vihara 4. Yang berhubungan dengan sarana perdagangan : Pasar, Toko Swalayan, dsb 5. Yang berhubungan dengan sarana Perawatan/Pemeliharaan: Salon Kecantikan, Panti Pijat, Tempat Pangkas Rambut, Klinik kesehatan, Puskesmas 6. Yang berhubungan dengan sarana sosial dan pendidikan: Lembaga Pemasyarakatan, Panti Sosial, Sekolah, Rumah duka, penampungan tenaga kerja, dsb 7. Yang berhubungan dengan sarana olahraga, misal : pusat kebugaran, gelanggang olahraga, dsb

Dalam melakukan kegiatan pengamanan lingkungan akibat pencemaran industry diutamakan pada pemukiman sekitar daerah industri dan pemukiman yang mempunyai resiko tinggi terhadap kemungkinan pencemaran industri. Pengamanan pestisida : 1. Tempat pengelolaan Pestisida (TPP) yang menjadi tanggung jawab Puskesmas adalah toko/kios pestisida, KUD. 2. Pengguna pestisida: Petani penyemprot hama pertanian di kebun dan sawah
36

Klinik Sanitasi : 1. Penderita penyakit yang berhubungan dengan masalah kesehatan lingkungan yang datang ke Puskesmas 2. Masyarakat umum yang mempunyai masalah kesehatan lingkungan yang datang ke Puskesmas 3. Lingkungan penyebab masalah bagi penderita dan masyarakat sekitarnya

37

BAB V PELAKSANAAN KEGIATAN

PELAKSANAAN KEGIATAN DI PUSKESMAS KECAMATAN PASAR MINGGU Uraian Prosedur Pelayanan Kesehatan Lingkungan A. Penyehatan Perumahan Tujuan : 1. Termotivasinya masyarakat untuk memiliki / bertempat tinggal di rumah yang memenuhi syarat kesehatan. 2. Terbantunya masyarakat / keluarga yang kurang mampu untuk membangun / memiliki rumah sehat. 3. Terlaksananya pemberian penyuluhan tentang rumah sehat bagi keluarga.

Prinsip Kerja : Memberikan pelayanan dan pembinaan secara profesional, ramah, berwibawa dan terkoordinasi dengan lintas program / sektor yang terkait.

Sasaran : Masyarakat di pemukiman kumuh, pemukiman baru perkotaan dan daerah aliran sungai (DAS).

Kegiatan : 1. Pendataan. 2. Pelatihan dan pembinaan kader. 3. Pemeriksaan perumahan dan lingkungannya. 4. Penyuluhan. 5. Stimulan pembangunan sarana percontohan kesehatan.

Waktu : Disesuaikan dengan jadwal kegiatan yang disusun.

Tenaga : 1. Dokter sebagai koordinator


38

2. Sanitarian sebagai pelaksana

Tempat : Pemukiman yang akan menjadi sasaran kegiatan.

Kelengkapan administrasi : 1. Surat Tugas 2. Jadwal kegiatan

Peralatan kerja : 1. Formulir pemantauan. 2. Kartu rumah 3. Alat bantu penyuluhan seperti buku pegangan penyuluhan kesehatan lingkungan , poster, leaftlet, flip chard, dll.

Prosedur tetap : 1. Mengadakan pendekatan PKMD 2. Menyiapkan surat tugas 3. Kunjungan dan mengadakan wawancara dan inspeksi 4. Mengisi formulir pemantauan 5. Pencatatan dan pelaporan 6. Menyampaikan umpan balik

B. Penyehatan Air. Tujuan : 1. Terpantaunya kualitas air meliputi air minum, air bersih, air kolam renang dan pemandian umum, air badan air, dan air limbah 2. Meningkatnya kualitas air melalui perbaikan kualitas air, pencegahan pencemaran dan percontohan perbaikan. 3. Meningkatnya peran serta masyarakat pemakai air. 4. Meningkatnya ketrampilan dan pengetahuan petugas dalam pengawasan dan perbaikan kualitas air serta kemampuan dalam pembinaan masyarakat pemakai air 5. Meningkatnya kemampuan masyarakat dalam upaya penyehatan air.

39

Sasaran : 1. Masyarakat yang rawan air bersih 2. Masyarakat di daerah dengan penyakit diare dan penyakir-penyakit akibat jeleknya sanitasi air cukup tinggi dan telah endemis. 3. Masyarakat di daerah percontohan dan pemukiman baru.

Kegiatan: 1. Pendataan 2. Inspeksi sanitasi khususnya untuk air bersih rumah tangga 3. Pengambilan dan pengiriman sampel air ke laboratorium 4. Pemeriksaan kualitas di lapangan (a.l sisa chlor dan pH) 5. Pencatatan dan pelaporan 6. Mengadakan rekomendasi, saran dan tindak lanjut berdasarkan hasil kualitas air. 7. Pengawasan kualitas air 8. Perbaikan kualitas air 9. Penggerakan peran serta masyarakat pemakai air 10. Pemantauan dan evaluasi

Waktu : Disesuaikan dengan jadwal yang disusun atau apabila ada permasalahan.

Kelengkapan administrasi : 1. Buku pencatatan harian 2. Perlengkapan lai sesuai SP2tp dan program 3. Surat tugas 4. Jadwal

Tenaga : 1. Dokter sebagai koordinator 2. Sanitarian sebagai pelaksana

Tempat : Lokasi tempat kegiatan dilaksanakan sesuai sasaran.

40

Peralatan : 1. Formulir 2. Buku pemeriksaan sanitasi 3. Water test kit 4. Alat pengambil sampel air 5. Field Tool Kit

Prosedur tetap : 1. Mengadakan pendekatan secara PKMD 2. Menyiapkan surat tugas 3. Mengadakan kunjungan sesuai jadwal 4. Inspeksi, wawancara, pemeriksaan dan mengisi formulir 5. Pengambilan dan pengiriman sampel ke laboratorium 6. Memberikan saran perbaikan terhadap hasil yang belum memenuhi syarat baik secara lisan maupun tulisan 7. Pencatatan dan pelaporan 8. Evaluasi

C. Penyehatan Pembuangan Kotoran Tujuan: 1. Termotivasinya masyarakat untuk menyediakan dan menggunakan sarana pembuangan kotoran untuk keperluan rumah tangga. 2. Terlaksananya penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya penyehatan pembuangan kotoran, sehingga masyarakat tahu, mampu dan mau menggunakan sarana pembuangan sehat sehari-hari. 3. Terlaksananya penyuluhan tentang sanitasi pembuangan kotoran bagi rumah tangga, dan masyarakat umum yang berkepentingan.

Prinsip kerja: Memberikan pelayanan dan pembinaan secara professional, ramah, berwibawadan terkoordinasi dengan lintas program / sector yang terkait.

41

Sasaran: 1. Masyarakat di daerah-daerah dengan angka kepemilikan dan pemanfaatan jamban sehat rendah. 2. Masyarakat di daerah-daerah endemis penyakit perut dan cacing.

Kegiatan: 1. Pendataan 2. Penyuluhan 3. Pembangunan dan pengembangan sarana pembangunan kotoran 4. Pemantauan

Waktu : Disesuaikan dengan jadwal yang telah disusun.

Tenaga : 1. Dokter sebagai koordinator. 2. Sanitarian sebagai pelaksana.

Tempat : Lokasi kegiatan sesuai sasaran.

Kelengkapan administrasi : 1. Surat tugas 2. Jadwal kegiatan

Peralatan kerja : 1. Buku pegangan kader kesehatan lingkungan 2. Poster, leaflet, dll. 3. Komponen jamban 4. Peralatan yang diperlukan untuk membangun jamban

Prosedur kerja : 1. Pendekatan secara PKMD 2. Menyiapkan surat tugas


42

3. Mengadakan kegiatan 4. Mengisi formulir pemantauan 5. Pencatatan dan pelaporan 6. Menyampaikan umpan balik

D. Pengelolaan Pembuangan Sampah Tujuan : 1. Termotivasinya keluarga dan masyarakat untuk menyediakan, menggunakan dan memelihara sarana pembuangan sampah yang memenuhi syarat kesehatan. 2. Terlaksananya penyuluhan tentang pengelolaan sampah yang memenuhi syarat kesehatan bagi rumah tangga dan masyarakat. 3. Terlaksananya pengawasan dan pembinaan sarana pembuangan sampah yang memenuhi syarat kesehatan, serta tata-cara pembuangan sampah sesuai perundangan yang berlaku. 4. Terbantunya keluarga dan masyarakat dalam mendapatkan, menggunakan sehari-hari dan memelihara sarana untuk penanganan sampah yang memenuhi syarat kesehatan.

Prinsip kerja : memberikan pelayanan dan pembinaan secara profesiaonal, ramah, berwibawa dan terkoordinasi dengan lintas program/sector yang terkait.

Sasaran : 1. Masyarakat di daerah dengan angka kepadatan penduduk tinggi dan produksi sampah yang cukup banyak. 2. Masyarakat di daerah endemis penyakit perut(diare, GE) dan penyakit-penyakit bersumber sampah.

Kegiatan : 1. Pendidikan kesehatan hygiene dan sanitasi 2. Penyuluhan tentang penanganan sampah 3. Pemantauan melalui pemeriksaan tempat penampungan dan pembuangan sampah

Waktu : Disesuaikan dengan jadual yang telah disusun


43

Tempat : Lokasi kegiatan sesuai sasaran

Tenaga : 1. Dokter sebagai koordinator 2. Sanitarian sebagai pelaksana

Kelengkapan administrasi: 1. Surat tugas 2. Jadwal kegiatan

Peralatan kerja : 1. Formulir pemantauan 2. Alat bantu penyuluhan seperti seperti buku pegangan penyuluhan kesehatan lingkungan, poster, leaflet, flip chart, dll. 3. Fly grill counter, senter, stop watch, dll.

Prosedur kerja: 1. Mengadakan pendekatan secara PKMD 2. Menyiapkan surat tugas 3. Mengadakan kegiatan 4. Mengisi formulir pemantauan 5. Pencatatan dan pelaporan 6. Menyampaikan umpan balik

E. Pengawasan Sanitasi Tempat-Tempat Umum Tujuan : 1. Termotivasinya masyarakat dan pengelola TTU untuk menyediakan, menggunakan dan memelihara sarana sanitasi yang memenuhi syarat kesehatan. 2. Terlaksananya penyuluhan tentang sanitasi yang memenuhi syarat kesehatan di TTU bagi masyarakat dan pengelola TTU 3. Terlaksananya pengawasan dan pembinaan sarana sanitasi yang memenuhi syarat kesehatan di TTU, sesuai peraturan perundangan yang berlaku.

44

Prinsip kerja : Mengadakan pelayanan, pengawasan, pembinaan secara professional, ramah, berwibawa, serta terkoordinasi dengan lintas sector/program lain yang terkait.

Sasaran : 1. Pengusaha / penanggung-jawab / pengelola sarana kepariwisataan seperti gedung pertunjukan, penginapan, dll. 2. Pengusaha / penanggung-jawab / pengelola usaha transportasi seperti terminal, stasiun dan alat transportasi umum. 3. Penanggung-jawab / pengelola sarana ibadah : masjid, gereja, pura, vihara. 4. Pengusaha / penanggung-jawab / pengelola sarana perawatan / pemeliharaan seperti : salon kecantikan, panti pijat, tukang cukur, dll. 5. Pengusaha / penanggung-jawab / pengelola sarana perdagangan seperti : Pasar, dll. 6. Penanggung-jawab / pengelola sarana social seperti : Lembaga Pemasyarakatan.

Kegiatan : 1. Pendataan 2. Pemeriksaan sanitasi Tempat-Tempat Umum 3. Pengolahan, analisa dan pelaporan 4. Penyuluhan terhadap pengelola Tempat-Tempat Umum

Waktu : Disesuaikan dengan jadwal kegiatan yang disusun

Tenaga : 1. Dokter sebagai koordinator 2. Sanitarian sebagai pelaksana

Tempat : Lokasi kegiatan sesuai sasaran

Peralatan kerja: 1. Formulir pemeriksaan 2. Petunjuk teknis yang diterbitkan


45

3. Alat bantu penyuluhan 4. Peralatan lapangan seperti Sanitary Field Kit yang berisi a.l : 5. Water test kit 6. Thermometer 7. Hygrometer 8. Light meter 9. Sound level meter

Prosedur kerja: 1. Menghubungi pengelola / pengusaha / penanggungjawab / pengiriman surat pemberitahuan 2. Menyiapkan surat tugas 3. Mengadakan kunjungan sesuai jadwal yang telah disusun 4. Mengadakan pemeriksaan dan mengisi formulir 5. Memberikan saran perbaikan terhadap hasil yang belum memenuhi syarat secara lisan maupun tulisan 6. Pencatatan, pelaporan 7. Evaluasi

F. Penyehatan Makanan dan Minuman Tujuan 1. Termotivasinya masyarakat dan pengelola perusahaan makanan untuk bekerja memenuhi syarat kesehatan dalam penyiapan, pengelolaan, penyimpanan, penyajian dan penanganan makanan dan minuman 2. Terlaksananya pemberian penyuluhan dan nasihat tentang hygiene dan sanitasi makanan dan minuman bagi keluarga, perusahaan dan masyarakat yang memerlukan 3. Terlaksananya pengawasan dan pembinaan tentang hygiene dan sanitasi makanan dan minuman perusahaan dan pengelolaan makanan dan minuman bagi orang banyak, sesuai dengan perundangan yang berlaku 4. Terlaksananya tindakan pengamanan terhadap kejadian keracunan makanan dan minuman

46

Prinsip kerja Memberikan pelayanan dan pembinaan secara profesional, ramah, berwibawa, dan terkoordinasi dengan lintas program / sektor yang terkait.

Sasaran 1. Ibu-ibu rumah tangga / masyarakat melalui organisasi masyarakat antara lain PKK, LKMD, arisan, Pengajian ibu-ibu dan posyandu 2. Pengusaha/ penanggung jawab/ pengelola tempat pengolahan makanan, yang meliputi 3. Tempat pembuangan makanan, yang terdiri dari : 4. Jasaboga / catering 5. Industri kecil makanan 6. Tempat pembuangan makanan di asrama, panti, dapur umum, dll 7. Tempat penjualan makanan, yang terdiri dari : 8. Rumah makan 9. Pedagang kaki lima 10. Pedagang makanan keliling 11. Warung kopi 12. Kantin 13. Snack bar 14. Tempat penjualan makanan dingin, makanan terolah, makanan segar

Kegiatan : 1. Pendataan 2. Pemeriksaan 3. Penyuluhan

Waktu : Disesuaikan dengan jadwal yang telah disusun atau apabila ada masalah

Kelengkapan administrasi : 1. Surat tugas 2. Jadwal kegiatan

47

Tenaga : 1. Dokter sebagai koordinator 2. Sanitarian sebagai pelaksana

Peralatan kerja : 1. Untuk administrasi seperti formulir, buku pencatatan, dll 2. Food inspection field kit 3. Alat bantu penyuluhan

Prosedur kerja : 1. Menghubungi pengelola / pengusaha / penanggung jawab / pimpinan organisasi / pengiriman surat pemberitahuan 2. Menyiapkan surat tugas 3. Mengadakan kunjungan sesuai jadwal yang telah disusun 4. Mengadakan pemeriksaan dan mengisi formulir 5. Memberikan saran perbaikan terhadap hasil yang belum memenuhi syarat secara lisan maupun tulisan 6. Pencatatan dan pelaporan 7. Evaluasi

G. Pengamanan Peredaran dan Penggunaan Pestisida Tujuan : 1. Termotivasinya masyarakat dalam pengedaran dan penggunaan pestisida secara tepat dan aman, serta memenuhi syarat kesehatan 2. Terlaksananya penyuluhan tentang pengamanan pengedaran dan penggunaan pestisida yang memenuhi syarat kesehatan bagi rumah tangga dan masyarakat 3. Terlaksananya pengawasan dan pembinaan terhadap tata cara pengedaran dan penggunaan pestisida di masyarakat yang memenuhi syarat kesehatan 4. Terbantunya masyarakat dalam pengamanan pengedaran dan penggunaan pestisida sesuai peraturan perundangan yang berlaku

Prinsip kerja : Memberikan pelayanan dan pembinaan secara profesional, ramah, berwibawa dan terkoordinasi dengan lintas program / sektor yang terkait
48

Sasaran : 1. Pengusaha / penanggung-jawab / pengelola unit usaha pengedar pestisida seperti : Toko / kios pestisida, KUD dan pergudangan pestisida 2. Pengusaha / penanggung jawab / pengelola / masyarakat pengguna pestisida seperti : petani penyemprotan hama, perusahaan Pest Kontrol, penggunaan pestisida di lokasi rumah tangga / Pest Kontrol

Kegiatan : 1. Terhadap unit usaha pengedar pestisida : 2. Pendataan TPP (Tempat Pengelola Pestisida) 3. Pemeriksaan 4. Penyuluhan / bimbingan perbaikan 5. Terhadap pengguna pestisida : 6. Pendataan 7. Penanggulangan dan Pencegahan keracunan akut 8. Penyuluhan

Waktu: Disesuaikan dengan jadwal

Tenaga : 1. Dokter sebagai koordinator 2. Sanitarian sebagai pelaksana

Kelengkapan administrasi : 1. Surat tugas 2. Jadwal kegiatan

Peralatan kerja : 1. Buku pegangan kader, formulir, buku pencatatan, dll 2. Alat bantu penyuluhan seperti : alat-alat pelindung pestisida sebagai alat peraga, poster, leaflet, dll

49

Prosedur kerja : 1. Menghubungi pengelola / pengusaha / penanggung-jawab / ketua RT-RW / pengiriman surat pemberitahuan 2. Menyiapkan surat tugas 3. Mengadakan kunjungan sesuai jadwal yang telah disusun 4. Mengadakan pemeriksaan dan mengisi formulir 5. Memberikan saran perbaikan terhadap hasil yang belum memenuhi syarat secara lisan maupun tulisan 6. Pencatatan dan pelaporan 7. Evaluasi

PELAKSANAAN KEGIATAN DI PUSKESMAS KECAMATAN PASAR MINGGU KEGIATAN


Penyehatan air

URAIAN KEGIATAN
Kegiatan pokok penyehatan air dalam pelaksanaan Program Penyediaan dan pengelolaan air bersih yaitu Pengawasan Kualitas Air, Perbaikan Kualitas Air dan Pembinaan Pemakai Air. Untuk dapat melaksanakan kegiatan pokok tersebut diperlukan kegiatan pendukung yakni pengembangan sarana dan prasarana pendukung yang terdiri atas pembinaan dan pengembangan dan pemantapan informasi penyehatan air. Hal ini juga melibatkan peran serta masyarakat.

PELAKSANA
Tim pengelola air bersih Puskesmas Pasar Minggu

Penyehatan Makanan dan Minuman

Kegiatan pengawasan hygiene dan sanitasi makanan dan minuman dilakukan sesuai jadwal yang ditetapkan oleh Puskesmas pada tempat pembuatan dan penjualan makanan dan minuman termasuk didalamnya para penjamah makanan. Dalam hal ini petugas Puskesmas melakukan evaluasi perihal kualitas makanan dan minuman dari berbagai segi, yaitu bahan mentah, cara pengolahan, cara penyajian dan para penjamah seperti petugas pemasakan maupun penyajian sesuai dengan wilayah kerja Puskesmas.

Tim Pengawasan hygiene dan sanitasi makanan dan minuman Puskesmas Kelurahan dengan monitoring dari Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Tim pengawas pembuangan

Pengawasan Pembuangan Kotoran

Melakukan penataan jumlah sarana pembuangan kotoran yang ada, perkembangan jumlah, serta

50

Manusia

pemanfaatannya. Mencatat hasil pemantauan dalam buku catatan. Membandingkannya dengan catatan sebelum program dinilai adakah peningkatan jumlah jamban maupun jumlah pemakainya.

kotoran Puskesmas Pasar Minggu

Pengawasan dan Pembuangan Sampah dan Limbah

Pengumpulan sampah dari masing-masing ruangan dilakukan setiap hari oleh masing-masing petugas cleaning service. Setiap ruangan yang menghasilkan sampah infeksius harus mempunyai kardus descartex dan tempat sampah infeksius berwarna kuning. Semua limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) dari Puskesmas Kecamatan Mampang dapat diolah di Instansi Pengolahan Limbah.

Tim pengelola dan pengawas sampah dan limbah Puskesmas Pasar Minggu

Penyehatan Pemukiman

Unsur-unsur yang diperiksa meliputi kesehatan rumah (jendela/ventilasi, kelembaban, pencahayaan, tata ruang, kepadatan penghuni), kebersihan pekarangan, penempatan kandang ternak lingkungan perumahan serta faktor kepadatan yaitu melihat ada tidaknya tempat perindukan nyamuk, tikus dan lalat. Gerakan PSNDBD 30 menit sekali seminggu (Setiap Jumat) secara serentak di Provinsi DKI Jakarta dengan memeriksa ada tidaknya jentik (Pemantauan Jentik Berkala/PJB) dan dikaitkan dengan kejadian kasus DBD di RW. PENILAIAN terhadap JENTIK JUMANTIK Dilaksanakan di RW yang ada JUMANTIK Seluruh bangunan diperiksa ada/tidaknya jentik/secara total coverage. Melakukan pemeriksaan jentik pada tempat perindukan nyamuk di setiap rumah/ bangunan berdasarkan tatanan. Mencatat hasil pemeriksaan jentik dan melaporkan ke Puskesmas Kelurahan/ Kecamatan. Puskesmas Kelurahan/Kecamatan menganalisa dan melaporkan bulanan ke Sudin Kesmas dan Sudin Yankes dengan tembusan ke Posko PSN DBD RW,

Tim Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu: Kepala Puskesmas, dokter dan stafnya yang bertanggung jawab terhadap wilayah tertentu dan co ass. Tim wilayah setempat: Kepala Kelurahan, Ketua RW, Ketua RT, Jumantik dan masyarakat setempat.

51

Lurah dan Camat yang bersangkutan. Non JUMANTIK PJB oleh Puskesmas Kelurahan/Kecamatan Pelaksana adalah petugas Puskesmas Kelurahan/Kecamatan. Menentukan sasaran RW lokasi sekaligus data jumlah rumah/bangunannya masing-masing. Menyusun jadwal random sampling untuk 100 rumah/bangunan sampling di setiap RW sasaran. Melakukan pemeriksaan jentik pada tempat perindukan nyamuk di setiap rumah/bangunan sampling. Mencatat dan menganalisa hasil pemeriksan jentik dan per RW. Melaporkan hasil setiap 3 bulanan ke Sudin Kesmas dan Sudin Yankes dengan tembusan Posko DBD RW, Lurah dan Camat yang bersangkutan. Integrasi pengawasan kualitas lingkungan Pelaksana sanitarian Puskesmas Kelurahan/Kecamatan sesuai jadwal bulanan. Setiap sasaran yang sama diulang 6 tahun berikutnya. Khusus kegiatan pemeriksaan jentik pada tempat perindukan nyamuk di setiap sasaran dicatat dan dianalisa sesuai lokasi RW. Melaporkan hasilnya ke Sudin Kesmas dan Sudin Yankes secara bulanan. Pengawasan Sanitasi Tempat-tempat Umum Kegiatan pembinaan tempat-tempat umum dilakukan oleh tim dari Puskesmas Kecamatan Mampang dengan bantuan dari Puskesmas Kelurahan. Kegiatan secara rutin diadakan pada triwulan pertama dan keempat pada setiap tahunnya dengan melakukan pemantauan serta memberikan penyuluhan kepada pengelola tempat-tempat umum seperti bioskop, tempat rekreasi, sekolah, dan lain-lain. Tim pengelolaan dan pembinaan tempat-tempat umum Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu di bawah pengawasan Tim Kesehatan Lingkungan. Pengamanan Lingkungan akibat Unsur-unsur yang diperiksa secara kualitatif dan kuantitatif berkaitan dengan bahaya pencemaran Tim pengawas pengamanan

52

Pencemaran Industri

potensial yang berasal dari industry meliputi sumber air, udara, tanah dan iklim serta kebisingan di sekitar industri.

lingkungan Puskesmas Pasar Minggu. Tim pengendali hama Puskesmas Pasar Minggu

Pengamanan Pestisida

Tim pengendali hama bekerja setelah melihat check list dan mendapat laporan dari Kepala Unit atau PJ Ruangan tentang keberadaan hama atau tanda-tanda keberadaan hama. Cara pengendalian hama : Secara fisik: dengan menggunakan perangkap, ligh trap, ultra sonic. Secara kimia: dengan menggunakan pestisida (umpan beracun, sprayer, fogging).

53

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan Dari berbagai program pemerintah mengenai kesehatan lingkungan, seluruhnya telah dilaksanakan oleh Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu. Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu dalam hal ini dapat berperan sebagai pengawas maupun sebagai pelaksana kegiatan secara langsung. Kegiatan kesehatan lingkungan di Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu meliputi Penyehatan Air, Penyehatan Makanan dan Minuman, Pengawasan pembuangan kotoran manusia, Pengawasan dan pembuangan sampah dan limbah, Penyehatan pemukiman (termasuk Pemberantasan Sarang Nyamuk melalui kegiatan Gerakan Jumat Sehat yang diadakan tiap hari Jumat), Pengawasan sanitasi tempat umum, Pengamanan polusi industri dan Pengamanan pestisida. Dalam pelaksanaannya Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu dibantu oleh Puskesmas Kelurahan, yaitu Puskesmas Kelurahan Kebagusan, Ragunan, Pejaten Timur, Pejaten Barat, Pasar Minggu, Jati Padang, dan Cilandak Timur.

Saran Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu dengan kedudukan sebagai Puskesmas Pembina diharapkan dapat lebih membina peran serta dan memonitoring kinerja dari Puskesmas Kelurahan setempat dalam rangka melaksanakan berbagai program kesehatan lingkungan, bahkan jika diperlukan dapat dilakukan berbagai pelatihan kepada para petugas terkait sebelum waktu pelaksanaannya di lapangan. Dengan adanya koordinasi yang baik antara tim monitoring dan petugas lapangan maka diharapkan seluruh cakupan program kerja dapat terlaksana dan diperoleh hasil yang lebih baik.

54

DAFTAR PUSTAKA
Standarisasi Pelayanan Kesehatan Puskesmas di DKI Jakarta Pemerintah Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta. Jakarta. P25-38

55

UPAYA KESEHATAN IBU DAN ANAK SERTA KB

PENYUSUN: SYAHRINNAQUIAH SAMSUDDIN (030.06.349) MOHD ZAIRI B ZABRI (030.06.320)

56

UPAYA KESEHATAN IBU DAN ANAK (KIA) BAB I PENDAHULUAN

Upaya kesehatan Ibu dan Anak adalah upaya di bidang kesehatan yang menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui, bayi dan anak balita serta anak prasekolah. Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA merupakan upaya memfasilitasi masyarakat untuk membangun sistem kesiagaan masyarakat dalam upaya mengatasi situasi gawat darurat dari aspek non klinis terkait kehamilan dan persalinan. Kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu perhatian dari World Health Organisation (WHO) karena angka kematian ibu dan anak merupakan bahagian dari negara Asean yang mempunyai angka kematian Ibu dan Anak yang masih tinggi dibandingkan dengan negara lain.

Menurut SDKI angka kematian ibu (AKI) di Indonesia 307 per 100.000 kelahiran hidup yaitu 3-6 kali lebih tinggi dari negara ASEAN lainnya. AKI di Indonesia bahkan lebih jelek dari negara Vietnam yaitu 95 per 100.000 kelahiran hidup. AKI di Indonesia sekitar 18.000 setiap tahun yang berhubungan dengan kehamilan dan persalinan, hal ini berarti setiap setengah jam seorang perempuan meninggal yang berhubungan dengan kehamilan dan persalinan, hal ini berarti setiap setengah jam seorang perempuan meninggal yang berhubungan dengan kehamilan, persalinan dan nifas. Kematian ibu tersebut erat kaitannya dengan karakteristik ibu yang meliputi umur, pendidikan, paritas dan perilaku yang berpengaruh terhadap kondisi kesehatan ibu selama hamil yang dapat mempengaruhi proses persalinan normal atau patologis. Resiko terjadi komplikasi pada persalinan terjadi 12% pada usia kurang dari 20 tahun dan 26% pada usia 40 tahun. Sementara kematian ibu karena komplikasi persalinan akibat perdarahan sebelum dan sesudah persalinan meningkat dengan bertambahnya paritas.

Hasil penelitian Felly dan Snewe, 25,5 % responden yang mengalami persalinan patologis yang terbesar adalah akibat komplikasi persalinan dengan partus lama. Dari kejadian persalinan patologis tersebut 27,5 % terjadi pada responden yang berumur lebih dari 35 tahun, dan pemeriksaan kehamilan kurang dari 4 kali. Bila kondisi kesehatan ibu selama hamil tidak baik, ibu mempunyai resiko 3,2 kali mengalami komplikasi dalam persalinan.
57

Penelitian Sibuea dari 366 ibu yang mengalami persalinan patologis tindakan seksio sesaria akibat partus tidak maju sebanyak 226 (50,33%) dan (81,5%) tidak melakukan perawatan tehadap kehamilan. Kematian akibat pesalinan patologis lebih rendah pada umur 20-30 tahun dan jumlah paritas rendah dari pada ibu yang kurang dari 20 tahun. Tingkat pendidikan yang rendah pada persalinan patologis lebih tinggi dari pendidikan perguruan tinggi.

Penelitian Ridwan dan Wahyuni komplikasi persalinan yang mengakibatkan persalinan patologis adalah perilaku ibu selama hamil yang pemeriksaan kehamilan kurang dari empat kali, tidak makan tablet zat besi dan asupan gizi yang kurang, mengakibatkan ibu mengalami anemia. Bila ibu mengalami anemia dapat mengakibatkan komplikasi pada kehamilan dan persalinan yaitu perdarahan sebelum dan sesudah melahirkan, gangguan kontraksi rahim, partus lama, kurang daya tahan tubuh terhadap infeksi dan produksi air susu ibu kurang. Penelitian lain tentang perilaku senam selama kehamilan menunjukkan bahwa ibu yang melakukan senam hamil mengalami persalinan lebih cepat dibanding dengan ibu hamil yang tidak melakukan senam hamil, karena senam hamil dapat meningkatkan aliran darah ke uterus, membantu ibu hamil memperoleh power sehingga melancarkan proses persalinan.

Gulardi H, menyatakan AKI dapat diturunkan sekitar 317 (85%) dari AKI saat ini, jika ibu berperilaku hidup sehat selama kehamilan yaitu merawat kehamilan dengan baik melalui asupan gizi yang baik, memakan tablet zat besi, melakukan senam hamil, perawatan jalan lahir, menghindari merokok dan makan obat tanpa resep. Melakukan kunjungan minimal empat kali untuk mendapat informasi dari petugas kesehatan tentang perawatan yang harus dilakukan. Asuhan persalinan yang diberikan pada ibu selama persalinan sejak kala satu, dua, tiga dan empat, menentukan jenis persalinannya apakah normal, atau patologis. adapun asuhan yang diberikan adalah informasi tentang proses persalinan, perawatan selama persalinan, tindakan persalinan dan dukungan persalinan dari keluarga dan petugas. Letsi menyatakan hanya 2 dari 10 persalinan memerlukan tindakan spesialis kebidanan, atau sekitar 10-15% proses kehamilan dan persalinan berakhir dengan patologis. Ini erat kaitannya dengan perawatan ibu selama masa kehamilan dan persalinan kurang baik, sehingga dalam persalinan banyak mengalami masalah bahkan komplikasi sehingga persalinan menjadi patologis.

Tingginya kejadian persalinan patologis diakibatkan oleh tiga terlambat yaitu terlambat melihat tanda-tanda bahaya kehamilan, terlambat mengambil keputusan untuk
58

merujuk, terlambat memperoleh asuhan asuhan persalinan yang tepat setelah sampai di sarana kesehatan. Selain itu karakteristik ibu juga dapat mempengaruhi persalinan patologis, yang dikenal dengan empat terlalu yaitu: terlalu muda melahirkan anak, dimana panggul ibu belum tumbuh secara sempurna sehingga kepala tidak dapat melewati jalan lahir, terlalu tua melahirkan. Ibu yang melahirkan anak pertama lebih dari umur 35 tahun jalan lahir menjadi kaku sehingga sulit anak sulit lahir, terlalu banyak melahirkan anak dan terlalu sering melahirkan (jarak <2 tahun). Kondisi tersebut dapat mengakibatkan gangguan kontraksi uterus, sehingga dapat mengakibatkan perdarahan setelah persalinan. Di Indonesia kejadian persalinan patologis 65 % terjadi disebabkan pada salah satu dari empat T tersebut diatas. Selain itu kurangnya partisipasi masyarakat karena tingkat pendidikan, sosial ekonomi dan kedudukan wanita dalam keluarga masih rendah, serta sosial budaya yang tidak mendukung.

WHO mengembangkan konsep melalui empat pilar safe motherhood yaitu keluarga berencana, asuhan antenatal, persalinan bersih dan aman serta pelayanan obstetri dasar. Tujuan upaya ini adalah untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu hamil, bersalin dan nifas, disamping menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi baru lahir. Untuk mencapai tujuan tersebut Depkes RI melakukan upaya safe motherhood yaitu berupaya menyelamatkan wanita agar setiap wanita yang hamil dan bersalin dapat dilalui dengan sehat dan aman serta menghasilkan bayi yang sehat dan aman. Di Indonesia kejadian persalinan patologis dengan tindakan seksio sesaria meningkat terus, baik di rumah sakit pendidikan, maupun rumah sakit swasta. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Gulardi dan Basamalah terhadap 64 rumah sakit di Jakarta tercatat 17.665 kelahiran hidup, sekitar 35,755,3 % melahirkan dengan seksio sesaria. Di Rumah Sakit Umum Cipto Mangunkusumo Jakarta pada tahun 1999-2000 dari 404 persalinan per bulan 30 % seksio sesaria. Sementara di Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan tahun 2005-2006 tercatat dari 712 persalinan, 45,4 % diantaranya adalah persalinan patologis bedah sesaria dan vakum.

Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan adalah salah satu rumah sakit swasta yang dipercayakan menerima pasien Jamsostek, Askeskin dan pasien umum. Di rumah sakit ini angka persalinan patologis juga cukup tinggi yaitu 631 persalinan tahun 2004, 64 % diantaranya persalinan patologis dan tahun 2005 dari 551 persalinan 67 % merupakan persalinan patologis. Angka ini jauh lebih tinggi dibanding dengan angka standar yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan yaitu sebanyak 15 % bagi rumah sakit swasta (Data
59

Rekam Medik RS Sari Mutiara, 2004 dan 2005). Mengingat pentingnya kesehatan ibu dan bayi pada tanggal 12 Oktober 2000, pemerintah telah mencanangkan Making Pregnancy Safer (MPS), Gerakan Nasional Kehamilan yang aman melindungi hak reproduksi dan hak azazi manusia dengan cara mengurangi beban kesalahan, kecacatan, kematian, yang berhubungand dengan kehamilan dan persalinan. Oleh karena itu Departemen Kesehatan melalui dinas kesehatan propinsi menganjurkan kepada setiap penolong persalinan baik di klinik, puskesmas maupun rumah sakit harus mendapatkan pelatihan dan mempunyai sertifikat Asuhan Persalinan Normal (APN) supaya ibu mendapat asuhan yang tepat sejak kala satu, dua, tiga dan empat selama persalinan sehingga persalinan dapat berlangsung normal.

60

BAB II PENGERTIAN

Upaya kesehatan ibu dan anak adalah upaya dibidang kesehatan yang melakukan pelayanan dalam upaya memelihara kesehatan ibu hamil secara teratur dan terus menerus selama kehamilan, persalinan, maupun nifas, meneteki serta pemeliharaan anak dari mulai lahir sampai masa pra sekolah. Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA merupakan upaya memfasilitasi masyarakat untuk membangun sistem kesiagaan masyarakat dalam upaya mengatasi situasi gawat darurat dari aspek non klinis terkait kehamilan dan persalinan Dalam pengertian ini tercakup pula pendidikan kesehatan kepada masyarakat, pemuka masyarakat, pemuka masyarakat serta menambah keterampilan para dukun bayi serta pembinaan kesehatan akan di taman kanak-kanak.

61

BAB III TUJUAN

Tujuan Umum Tercapainya kemampuan hidup sehat melalui peningkatan derajat kesehatan yang optimal bagi ibu dan keluarganya untuk atau mempercepat pencapaian target Pembangunan Kesehatan Indonesia yaitu Indonesia Sehat 2015, serta meningkatnya derajat kesehatan anak untuk menjamin proses tumbuh kembang optimal yang merupakan landasan bagi peningkatan kualitas manusia seutuhnya.

Tujuan Khusus a. Meningkatnya kemampuan ibu (pengetahuan, sikap dan perilaku) dalam mengatasi kesehatan diri dan keluarganya dengan menggunakan teknologi tepat guna dalam upaya pembinaan kesehatan keluarga, Desa Wisma, penyelenggaraan Posyandu dan sebagainya. b. Meningkatnya upaya pembinaan kesehatan balita dan anak prasekolah secara mandiri di dalam lingkungan keluarga, Desa Wisma, Posyandu dan Karang Balita, serta di sekolah TK. c. Meningkatnya jangkauan pelayanan kesehatan bayi, anak balita, ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas dan ibu menyusui. d. Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan bagi ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu menyusui, bayi dan anak balita. e. Meningkatnya kemampuan dan peran serta masyarakat, keluarga dan seluruh anggotanya untuk mengatasi masalah kesehatan ibu, balita, anak prasekolah, terutama melalui peningkatan peran ibu dalam keluarganya.

62

BAB IV KEGIATAN DAN SASARAN

KEGIATAN DAN SASARAN DI PUSKESMAS KECAMATAN PASAR MINGGU A. Kegiatan I. Pelayanan Kesehatan Ibu a) Pelayanan ANC (Ante Natal Care) atau Asuhan Keperawatan Kehamilan b) Kunjungan pertama harus memenuhi persyaratan 5 T atau memenuhi pemeriksaan kadar Hb. c) Kunjungan ulang minimal 4 kali selama kehamilan yaitu pada trimester pertama sebanyak 1 kali, trimester kedua sebanyak 1 kali dan trimester ketiga sebanyak 2 kali. Pada ibu hamil dengan resiko tinggi, pemeriksaan dilakukan lebih sering dan intensif. Pelayanan Kesehatan Neonatal a) Perawatan bayi baru lahir Penanganan bayi segera setelah lahir - Usahakan bernafas spontan - Menjaga bayi tetap hangat Perawatan lanjutan pada bayi baru lahir - Dilakukan rawat gabung (rooming in) yaitu ibu dan bayi berada dalam satu ruangan b) Perawatan neonatal dini (1-7 hari) Timbang, pantau keadaan umum, mekonium keluar dalam 24 jam pertama c) Pelayanan neonatal lanjut (8-28 hari) Timbang, imunisasi, pantau keadaan umum Bila terjadi penyulit segera dirujuk Kunjungan rumah bagi yang memerlukan

II.

III. Pelayanan Kesehatan Dasar Balita dan Anak Pra Sekolah a) Pelayanan kesehatan dasar Pemeriksaan berkala fisik dan tumbuh kembang - Umur 1 bulan 11 bulan: 4 kali - Umur 1 tahun 2 tahun : 3 kali - Umur 2 tahun 6 tahun : 2 kali Imunisasi dasar - BCG, DPT (3 kali), Polio (4 kali), Campak dan Hepatitis (sesuai protap) Konsultasi dokter ahli
63

b)

c)

d) e)

Rujukan kasus Pemantauan gizi balita Timbang badan dan pantau dengan KMS Pemberian vitamin A setiap 6 bulan (Februari dan Agustus) Pemberian sirup FE Deteksi dan stimulasi tumbuh kembang Dipantau sesuai kelompok umur - 1 3 bulan - 3 6 bulan - 6 9 bulan - 9 12 bulan - 1 2 tahun - 2 3 tahun - 3 4 tahun - 4 5 tahun Konsultasi dokter ahli Rujukan khusus ulang Pengobatan ringan infeksi, diare, dan gangguan makan Membuat pencatatan dan pelaporan

B. Sasaran I. Pelayanan Kesehatan Ibu a) Langsung : Ibu hamil, bersalin dan nifas b) Tidak langsung : Masyarakat ( Tokoh, Kader, Petugas) dan keluarga ibu hamil Pelayanan Kesehatan Anak Bayi, balita dan anak sekolah

II.

64

BAB V PELAKSANAAN KEGIATAN


PELAKSANAAN KEGIATAN DI PUSKESMAS KECAMATAN PASAR MINGGU No 1. Jenis Kegiatan Pemeriksaan ANC Sasaran Ibu hamil Tempat - Puskesmas-Poli KIA - Posyandu - Rumah ibu - Puskesmas- Ruang bersalin (VK) Waktu Sesuai dengan jam kerja puskesmas Sepanjang waktu Pelaksana - Dokter - Bidan - Perawat - Dokter - Bidan - Perawat - Bidan - Perawat

2.

Pelayanan ibu bersalin

Ibu hamil

3.

Pelayanan ibu nifas

Ibu nifas

- Rumah ibu nifas

Pada minggu pertama dan kedua masa nifas Sesuai dengan jam kerja puskesmas Sesuai dengan jam kerja puskesmas Sesuai dengan jam kerja puskesmas Sesuai dengan jam kerja puskesmas

4.

Perawatan bayi baru lahir

Neonatus

- Puskesmas-Poli KIA - Posyandu - Rumah ibu - Puskesmas-Poli KIA - Posyandu - Rumah ibu - Puskesmas-Poli KIA - Posyandu - Rumah ibu Puskesmas-Poli KIA Posyandu Taman Kanak-kanak Kelompok bina keluarga balita - Tempat penitipan anak Puskesmas-Poli KIA Posyandu Taman Kanak-kanak Kelompok bina keluarga balita - Tempat penitipan anak

- Bidan - Perawat

5.

Perawatan neonatal dini (1-7 hari) Perawatan neonatal lanjut (828 hari) Pelayanan kesehatan dasar anak

Neonatus

- Bidan - Perawat

6.

Neonatus

- Bidan - Perawat

7.

- 1-11 bln - 1-2 thn - 2-6 thn

- Dokter - Bidan - Perawat

8.

Pemantauan gizi balita

Balita

Sesuai dengan jam kerja puskesmas

- Bidan

65

9.

Deteksi dan stimulasi tumbuh kembang

1-3 bln 3-6 bln 6-9 bln 9-12 bln 1-2 thn 2-3 thn 3-4 thn 4-5 thn

Puskesmas-Poli KIA Posyandu Taman Kanak-kanak Kelompok bina keluarga balita - Tempat penitipan anak

Sesuai dengan jam kerja puskesmas

- Dokter - Bidan - Kader

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN Upaya wajib KIA dapat memberikan masyarakat kesempatan untuk memahami kondisi mereka dan melakukan aksi dalam mengatasi masalah mereka ini disebut dengan pendekatan belajar dan melakukan aksi bersama secara partisipatif (Participatory Learning and Action -PLA). Pendekatan ini tidak hanya memfasilitasi masyarakat untuk menggali dan mengelola berbagai komponen, kekuatan-kekuatan dan perbedaan-perbedaan, sehingga setiap orang memiliki pandangan yang sama tentang penyelesaian masalah mereka, tetapi pendekatan ini juga merupakan proses mengorganisir masyarakat sehingga mereka mampu untuk berpikir dan menganalisa dan melakukan aksi untuk menyelesaikan masalah mereka. Ini adalah proses pemberdayaan masyarakat sehingga mereka mampu melakukan aksi untuk meningkatkan kondisi mereka. Jadi, ini merupakan proses dimana masyarakat merubah diri mereka secara individual dan secara kolektif dan mereka menggunakan kekuatan yang mereka miliki dari energi dan kekuatan mereka.

SARAN Puskesmas harus lebih mendekatkan pelayanan kesehatan dasar kepada masyarakat dalam upaya peningkatan kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat menghadapi masalahmasalah kesehatan, memandirikan masyarakat dalam mengembangkan perilaku hidup bersih dan sehat. Selain itu, puskesmas harus menjadikan program-program KIA sebagai budaya masyarakat agar angka kematian ibu dan anak dapat menurun.

66

UPAYA WAJIB KELUARGA BERENCANA (KB) BAB 1 PENDAHULUAN


Indonesia adalah salah satu Negara yang menghadapi masalah di bidang kependudukan, yaitu masih tingginya tingkat pertumbuhan penduduk. Keadaan yang demikian telah mempersulit usaha peningkatan dan pemerataan kesejahteraan masyarakat. Semakin tinggi tingkat pertumbuhan penduduk, maka makin besar pula usaha yang harus dilakukan untuk mempertahankan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, pemerintah berupaya untuk mengurangi tingkat pertumbuhan penduduk ini dengan program keluarga berencana.

Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu pelayanan kesehatan preventif yang paling dasar dan utama bagi wanita, meskipun tidak selalu diakui demikian. Peningkatan dan perluasan pelayanan keluarga berencana merupakan salah satu usaha untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu yang sedemikian tinggi akibat kehamilan yang dialami oleh wanita. Banyak wanita harus menentukan pilihan kontrasepsi yang sulit, tidak hanya karena terbatasnya jumlah metode yang tersedia tetapi juga karena metode-metode tertentu mungkin tidak dapat diterima sehubungan dengan kebijakan nasional KB, kesehatan individual dan seksualitas wanita atau biaya untuk memperoleh kontrasepsi .

Pelayanan Keluarga Berencana yang merupakan salah satu didalam paket Pelayanan Kesehatan Reproduksi Esensial perlu mendapatkan perhatian yang serius, karena dengan mutu pelayanan Keluarga Berencana berkualitas diharapkan akan dapat meningkatkan tingkat kesehatan dan kesejahteraan. Dengan telah berubahnya paradigma dalam pengelolaan masalah kependudukan dan pembangunan dari pendekatan pengendalian populasi dan penurunan fertilitas menjadi pendekatan yang berfokus pada kesehatan reproduksi serta hak reproduksi. Maka pelayanan Keluarga Berencana harus menjadi lebih berkualitas serta memperhatikan hak-hak dari klien/ masyarakat dalam memilih metode kontrasepsi yang diinginkan\

67

Sistem kesiagaan merupakan sistem tolong-menolong, yang dibentuk dari, oleh dan untuk masyarakat, dalam hal penggunaan alat transportasi/ komunikasi (telepon genggam, telpon rumah), pendanaan, pendonor darah, pencatatan-pemantaun dan informasi KB. Program keluarga berencana dilaksanakan atas dasar suka- rela serta tidak bertentangan dengan agama, kepercayaan dan moral Pancasila. Dengan demikian maka bimbingan, pendidikan serta pengarahan amat diperlukan agar masyarakat dengan kesadarannya sendiri dapat menghargai dan, menerima pola keluarga kecil sebagai salah satu langkah utama untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Oleh karena itu pelaksanaan program keluarga berencana tidak hanya menyangkut masalah tehnis medis semata-mata, melainkan meliputi berbagai segi penting lainnya dalam tata hidup dan kehidupan masyarakat.

Program keluarga berencana ini dilaksanakan dengan menggunakan metode kontrasepsi. Kontrasepsi adalah metode untuk mencegah kehamilan. Dengan metode ini maka jumlah dan jarak kehamilan dapat diatur. Dengan program keluarga berencana diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

68

BAB II PENGERTIAN
Keluarga berencana adalah perencanaan kehamilan sehingga kehamilan hanya terjadi pada saat di inginkan oleh suami dan istri. Dapat juga diartikan mengatur jumlah anak sesuai kehendak dan menentukan sendiri kapan saatnya hamil. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, maksud daripada ini adalah gerakan untuk membentuk keluarga yang sehat dan sejahtera dengan membatasi kelahiran. Dengan kata lain KB adalah perencanaan jumlah keluarga. Pembatasan bisa dilakukan dengan penggunaan alat-alat kontrasepsi atau penanggulangan kelahiran seperti kondom, spiral, IUD dan sebagainya Menurut BKKBN keluarga berencana artinya mengatur jumlah anak sesuai kehendak dan menentukan sendiri kapan saatnya hamil atau salah satu usaha masalah kependudukan sekaligus merupakan bagian yang terpadu dalam program Pembangunan Nasional dan bertujuan untuk turut serta menciptakan kesejahteraan ekonomi, spiritual, social budaya penduduk Indonesia agar dapat dicapai keseimbangan yang baik dengan kemampuan produksi Nasional. Menurut undang-undang No. 10/1992, keluarga berencana merupakan Upaya peningkatkan kepedulian masyarakat dalam mewujudkan keluarga kecil yang bahagia sejahtera. KB merupakan suatu usaha untuk menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi. Menurut WHO, KB merupakan tindakan yg membantu individu/ pasutri untuk: Mendapatkan objektif-obketif tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan dan menentukan jumlah anak dalam keluarga.

69

BAB III TUJUAN Tujuan Umum Meningkatnya kesejahteraan ibu dan anak serta keluarga dalam rangka mewujudkan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera melalui peningkatan mutu pelayanan medis dan pengayoman medis kontrasepsi, pemakaian MKET, peningkatan fungsi pengayoman medis MKET serta penanggungulangan kasus infertilitas. Tujuan Khusus a) Meningkatnya kesejahteraan ibu dan anak b) Meningkatnya harapan hidup c) Berkurangnya angka kematian bayi d) Berkurangnya angka kematian ibu hamil

70

BAB IV KEGIATAN DAN SASARAN

KEGIATAN DAN SASARAN DI PUSKESMAS KECAMATAN PASAR MINGGU A. Kegiatan a) KIE Pemberian KIE medis mengenai bebagai jenis alat, obat kontrasepsi antara lain cara kerja, efek samping, penyulit yang mungkin terjadi serta cara penanggulangannya. b) Pelayanan medis Konseling pra pelayanan ( KIE) Pelayanan medis - Pemasangan alat kontrasepsi/pemberian obat kontrasepsi yang diinginkan - Deteksi dini kelainan kesehatan reproduksi ibu (Pap smear) - Penanggulangan infertilitas c) Pengayoman medis Berupa simulasi pengayoman medis kontrasepsi efektif terpilih ( Siyomeket) d) Rujukan B. Sasaran a) Langsung: Ibu pada masa interval, PUS yang mempunyai masalah. b) Tidak langsung: WUS, Kader kesehatan, Tokoh masyarakat/agama, Petugas kesehatan

71

BAB V PELAKSANAAN KEGIATAN

PELAKSANAAN KEGIATAN DI PUSKESMAS KECAMATAN PASAR MINGGU 1. KIE - Ibu pada masa interval - PUS yang mempunyai masalah - Ibu pada masa interval - PUS yang mempunyai masalah - Ibu pada masa interval - PUS yang mempunyai masalah - Puskesmas-Poli KB - Posyandu Sesuai dengan jam kerja puskesmas - Dokter - Bidan - Perawat

2.

Pelayanan medis

- Puskesmas-Poli KB - Posyandu

Sesuai dengan jam kerja puskesmas

- Dokter - Bidan - Perawat

3.

Penganyoman medis dan rujukan

- Puskesmas-Poli KB - Posyandu

Sesuai dengan jam kerja puskesmas

- Dokter - Bidan - Perawat

72

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN Dengan adanya program KB yang didukung dengan strategi pendekatan dan cara operasional program pelayanan KB diharapkan dapat menurunkan angka kelahiran dan meningkatkan kesehatan ibu sehingga di dalam keluarganya akan berkembang Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS). Dalam upaya pencegahan kehamilan dan dalam rangka gerakan Keluarga Berencana Nasional dapat dicapai salah satunya dengan KB suntik 3 bulanan dan dari melihat kasus/asuhan kebidanan diatas dapat diketahui bahwa KB suntik 3 bulanan dapat mengalami masalah Amenorhoe.

SARAN Penyebarluasan informasi yang tepat tentang KB dapat membantu masyarakat menuju Keluarga Berencana dan sejahtera selain itu dibutuhkan juga peran serta aktif dari bidan sebagai tenaga kesehatan dan juga masyarakat pasangan usia subur sebagai pengguna.

73

DAFTAR PUSTAKA
1. Depkes RI; Standarisasi Pelayanan Puskesmas di DKI Jakarta; 2010; Jakarta; Hal. 718 2. Depkes RI; Pedoman Pendataan Puskesmas; 2006; Jakarta; Hal. 45-47 3. Scott, James R. Dkk. 2002. Danforth buku saku obstetric dan ginekologi. Jakarta: Widya medika. 4. Prawirohardjo, Sarwono. 2003. Buku panduan praktis pelayanan kontrasepsi. Jakarta: Yayasan bina pustaka. 5. Prof dr. Abdul Bari Saifuddin SpOg. MPG. 2003. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. YBPSP.

74

UPAYA PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT

Penyusun : Wilma Pratiwi Yenovi Desy Selawani ( 030.05.234 ) ( 030.06.280 )

75

BAB I PENDAHULUAN
Kesehatan merupakan modal utama dalam kehidupan setiap orang, dimanapun dan siapapun pasti membutuhkan badan yang sehat, baik jasmani maupun rohani guna menopang aktifitas kehidupan sehari-hari. Begitu pentingnya nilai kesehatan ini, sehingga seseorang yang menginginkan agar dirinya tetap sehat harus melakukan berbagai macam cara untuk meningkatkan derajat kesehatannya, seperti melakukan penerapan pola hidup sehat dan pola makan yang baik dan benar dalam kehidupan sehari-hari.1 Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan, menurunkan produktivitas kerja dan menurunkan daya tahan tubuh, yang berakibat meningkatnya angka kesakitan dan kematian. Masalah Gizi di Indonesia sampai saat ini masih memprihatinkan, terbukti tingginya angka kematian ibu, bayi dan balita serta rendahnya tingkat kecerdasan yang berakibat pada rendahnya produktifitas, pengangguran, kemiskinan dan akan menghambat pertumbuhan ekonomi. Hal ini mendasari masalah Gizi menjadi salah satu faktor penting penentu pencapaian Millenium Development Goals.2 Kecukupan gizi sangat diperlukan oleh setiap individu sejak janin yang masih dalam kandungan, bayi, anak-anak, masa remaja, dewasa sampai usia lanjut. Ibu atau calon ibu merupakan kelompok rawan karena membutuhkan gizi yang cukup sehingga harus dijaga status gizi dan kesehatannya agar dapat melahirkan bayi yang sehat.2 Tahun 2008 jumlah balita yang ada di kota Tanjungpinang sebanyak 23.240 orang. Jumlah balita yang memiliki KMS (K/S) pada tahun 2008 sebesar 18.927 orang (81,4%). Jika dibandingkan dengan tahun 2004 sampai dengan tahun 2007, maka cakupan jumlah balita yang memiliki KMS pada tahun 2008 lebih rendah. Sedangkan secara umum, cakupan balita yang memiliki KMS (K/S) dari tahun 2004 sampai dengan 2008 berada pada angka diatas 80%. Karena nilai persentase K/S kurang dari 100%, kemungkinan jumlah KMS masih kurang sehingga perlu dilakukan penambahan atau juga distribusi KMS yang belum merata.2 Partisipasi masyarakat (D/S) pada tahun 2008 sebesar 62,0%. Jika dilihat dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2008, maka persentase partisipasi masyarakat pada tahun 2008 ini memiliki angka yang paling kecil. Hal ini menggambarkan bahwa partisipasi masyarakat masih kurang. Untuk itu perlu dipelajari kenapa mereka tidak datang ke posyandu dan perlu

76

dimotivasi. Selain itu dari kader posyandu sendiri bersama dengan PKK kelurahan juga dihimbau agar lebih memotivasi warganya untuk membawa balita ke posyandu setiap bulan.2 Banyak faktor yang menyebabkan masalah gizi kurang antara lain faktor ketersediaan pangan dalam rumah tangga, asuhan gizi keluarga dan akses keluarga terhadap pelayanan kesehatan. Dalam dokumen RPJMN 2004-2009, telah ditargetkan penurunan masalah gizi kurang pada tahun 2009 setinggi-tingginya 20%. 2 Posyandu merupakan bentuk Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM) yang mempunyai daya ungkit yang besar dalam mengatasi masalah gizi kurang, menurunnya kinerja posyandu akan berdampak pada menurunnya status gizi. Menyikapi kondisi tersebut, Pemerintah telah mengeluarkan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri No.411.3/1116/SJ tentang revitalisasi posyandu yang merupakan upaya untuk meningkatkan fungsi dan kinerja posyadu. Untuk itu Pemerintah perlu menyediakan dukungan dana operasional posyandu.2 Berdasarkan Keputusan Menkes RI No. 116/Menkes/SK/VIII/2003 tentang pedoman Penyelenggaraan Surveilens Epidemiologi Kesehatan, salah satu sasaran adalah pelaksanaan Sistem Kewaspadaan Gizi termasuk Sistem Kewaspadaan Dini KLB Gizi Buruk. SK Menkes RI no. 1457/Menkes/SK/X/2003 tentang kewenangan Wajib Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan, salah satu indikator adalah 80% kecamatan bebas rawan gizi. Gambaran yang lebih akurat tentang situasi masalah gizi buruk di tingkat masyarakat akan didapat melalui pelaksanaan surveilens aktif dengan melakukan konfirmasi dan pelacakan kasus.2 Salah satu upaya mempertahankan status gizi bayi dan anak usia 6-23 bulan dan juga untuk mencegah keadaan gizi menjadi lebih buruk, disediakan Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI). MP-ASI tersebut khususnya bagi bayi dan anak usia 6-23 bulan dari keluarga miskin yang berat badannya berdasarkan hasil penimbangan di posyandu tidak naik (T1). Distribusi MP-ASI sampai ke sasaran memerlukan dukungan dana.2

77

BAB II PENGERTIAN
Kata gizi berasal dari bahasa Arab gizzah, dalam bahasa latin nutrire artinya makanan atau zat makanan sehat. Ilmu gizi adalah ilmu tentang makanan, zat-zat gizi, dan substansi yang terkandung didalamnya, peran dan keseimbangannya, untuk kesehatan dan masalah kesehatan. Definisi gizi adalah proses tubuh memanfaatkan makanan yang dimulai dari mengunyah, menelan, mencerna, menyerap, mendistribusi, menggunakan dan membuang yang tidak terpakai.3 Zat gizi adalah ikatan kimia yang diperlukan oleh tubuh untuk melakukan fungsi yaitu menghasilkan energi, membangun sel-sel, memelihara jaringan dan mengatur proses-proses tubuh. Status gizi adalah keadaan tubuh/ekspresi sebagai akibat komsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Malnutrisi ( gizi salah ) adalah keadaan patologis akibat kekurangan/ kelebihan secara relatif maupun absolut satu atau lebih zat gizi. 3 Perbaikan gizi merupakan suatu upaya perbaikan gizi masyarakat yang

diselenggarakan secara menyeluruh dan terpadu dalam kerjasama lintas sektoral, peranan keluarga serta swadaya termasuk swasta untuk meningkatkan status gizi masyarakat dalam rangka mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.5 Gizi seimbang adalah istilah untuk menggambarkan susunan makanan dan minuman yang jenis maupun jumlahnya menjamin kebutuhan tenaga, sumber pertumbuhan dan pemeliharaan untuk mencapai status kesehatan optimal.6

78

BAB III TUJUAN


Tujuan Umum Tertanggulanginya masalah gizi di masyarakat dan meningkatnya status gizi masyarakat di wilayah Kecamatan Pasar Minggu.

Tujuan Khusus 1. Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam kegiatan Posyandu. 2. Meningkatnya cakupan vitamin A pada bayi, balita dan bufas. 3. Meningkatnya cakupan Fe pada ibu hamil dan buteki. 4. Meningkatnya status gizi pada balita gizi buruk melalui intervensi gizi. 5. Meningkatnya pengetahuan dan kemampuan petugas gizi kelurahan dalam melaksanakan dan pelaporan kegiatan gizi. 6. Diselenggarakannya pelayanan gizi di klinik gizi. 7. Meningkatnya kerjasama lintas program dan lintas sektoral. 8. Terlaksananya kegiatan Pos Gizi untuk menurunkan angka balita gizi buruk dengan dana swadaya masyarakat.

79

BAB IV KEGIATAN DAN SASARAN


KEGIATAN DAN SASARAN DI PUSKESMAS KECAMATAN PASAR MINGGU Kegiatan IV.1 Kegiatan Rutin Program Gizi a. Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) 1. Penyuluhan gizi pada masyarakat sangat diperlukan karena pengetahuan orang tua dapat ditambah dengan cara memberikan penyuluhan setiap saat pertemuan. 2. Pelayanan Gizi di Posyandu 3. Pemberian Vitamin A setiap bulan Februari dan Agustus pada anak - anak 4. Pemberian Vitamin A pada bufas 5. Pemberian tablet tambah darah pada bumil dan buteki dan bufas 6. Pemberian makanan tambahan pemulihan di Posyandu 7. Monitoring dan evaluasi kegiatan penimbangan balita di Posyandu 8. Pelacakan kasus gizi buruk yang ditemukan di wilayah Pasar Minggu b. Usaha Perbaikan Gizi Institusi ( UPGI ) 1. Penyuluhan Gizi di SD / MI / SMP / SMA secara terpadu dengan program UKS/PKPR 2. Pemantauan status gizi anak sekolah dilaksanakan secara terpadu dengan program UKS melalui screening kesehatan 3. Pelayanan gizi di klinis gizi Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu c. Kegiatan SPGP ( Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi ) 1. Pemantauan status gizi Balita di Posyandu 2. Melakukan survei konsumsi makanan pada masyarakat 3. Rapat koordinasi dengan sektoral 4. Pembinaan kader Posyandu dan petugas kelurahan IV.2 Kegiatan Program Gizi dengan menggunakan anggaran subsidi 1. Pengadaan vitamin A untuk bayi, balita, dan ibu hamil 2. Pengadaan PM tambahan pemulihan untuk balita BGM 3. Pembentukan pos gizi 4. Pengadaan bahan dan pangan MP-ASI
80

5. Pembinaan petugas gizi kelurahan 6. Monitoring dan evaluasi program gizi IV.3 Program Gizi yang berintegrasi dengan program lain 1. KP ibu dengan program kesehatan ibu 2. Posyandu dengan program PSM 3. Gizi anak sekolah dengan program UKS 4. Gizi remaja dengan program PKPR 5. Gizi lansia dengan program lansia

Sasaran 1. Ibu, balita dan buteki yang datang ke Posyandu 2. Lansia yang datang ke Posyandu lansia 3. Ibu hamil dengan class ANC 4. Pada kelompok Pasien DM yang ada di Pasar Minggu 5. Pada kelompok sekolah, remaja, Panti Asuhan 6. Pada masyarakat umum

81

BAB V PELAKSANAAN KEGIATAN

PELAKSANAAN KEGIATAN DI PUSKESMAS KECAMATAN PASAR MINGGU 1. Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) Jenis Kegiatan Sasaran Tempat Waktu Pelaksana

Penimbangan balita di Posyandu Bayi, balita, ibu Pemberian makanan tambahan di Posyandu hamil, dan ibu menyusui Penyuluhan gizi di Posyandu

Posyandu Satu bulan 1x Petugas kesehatan sesuai jadwal Puskesmas dan Kader kesehatan/Posyandu

Pemberian vitamin A pada balita di Posyandu

Pemberian tablet Fe pada balita di Posyandu dan PMT balita

Pencatatan dan pelaporan

Penataan kader

2. Usaha Perbaikan Gizi Pemuda (UPGP) Jenis kegiatan Penyuluhan gizi remaja Sasaran Organisasi pemuda dan Tempat Kecamatan Waktu 2x per Pelaksana tahun Tenaga Pelaksana Gizi Puskesmas Pembina bersama sama Dokter Puskesmas Pembina

sesuai jadwal

remaja/karang taruna

82

3. Usaha perbaikan Gizi Sekolah (UPGS) Jenis kegiatan Penyuluhan gizi pada masyarakat sekolah Sasaran Masyarakat Sekolah Dasar/Madrasah Pembinaan warung / kantin sekolah Ibtidiyah, SLTP/Tsanawiyah dan SLTA/Aliyah Pemeriksaan Hb anak SD/MI Tempat Sekolah (SD), Waktu Dasar 4x tahun Pelaksana per Petugas kesehatan dan Tenaga Pelaksana Gizi (TPG)

SLTP/Tsanawiyah, sesuai SLTA/Aliyah jadwal

puskesmas

Pemberian tablet tambah darah

Pemantauan status gizi

4.Usaha Perbaikan Gizi Institusi (UPGI) Jenis kegiatan Penyuluhan gizi pada masyarakat institusi Sasaran Masyarakat panti asuhan, panti jompo, dan pesantren Pemeriksaan Hb pada Nakerwan Tenaga kerja wanita (Nakerwan) Pemberian tablet tambah darah pada Nakerwan Tempat Waktu Pelaksana Tenaga Pelaksana Gizi (TPG) Puskesmas Pembina

Institusi/perusahaan, 2x per panti, pesantren tahun sesuai jadwal

Pemantauan gizi Nakerwan

83

5. Klinik Gizi Jenis kegiatan Anamnesa, diagnose keluhan gizi dan nasihat dietetic Sasaran Pasien umum dengan kelainan gizi ganda (gizi lebih dan kurang) Pengukuran status gizi (antropometri dan Pasien rujukan laboratorium) dari RB, BP, BKIA, dll Riwayat kebiasaan makan dan intake Balita gizi buruk rujukan dari posyandu Tempat Poli Waktu Pelaksana

Gizi 3 hari dalam Dokter puskesmas

Puskesmas seminggu, Pembina sesuai jam kerja Tenaga Pelaksana Gizi (TPG) Puskesmas Pembina

84

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN


VI.1 Kesimpulan 1. Jumlah Posyandu yang rutin melaksanakan kegiatan 98,2 % 2. Jumlah kader Posyandu yang aktif 71,4 % 3. Cakupan D/S = 74,0 % ; K/S = 89,0 % ; N/D = 56,3 % ; N/S = 41,6 % 4. Cakupan Fe I ibu hamil = 81,3 % ; Fe III = 80,9 % 5. Cakupan vitamin A bulan Februari untuk 100.000 UI sebanyak 93,1 % dan 200.000 UI sebanyak 90,4 % serta Agustus untuk 100.000 UI sebanyak 99,1 % da 200.000 UI sebanyak 95,2 % 6. Rata rata kunjungan klinik gizi 110 orang/bulan 7. Kegiatan intervensi gizi dapat memperbaiki gizi buruk dari 64,5 % menjadi 24,4 % 8. Cakupan ASI eksklusif masih rendah sekitar 36,8% sedangkan targetnya 80 %

VI. 2 Saran 1. Meningkatkan sosialisasi ke masyarakat, khususnya para ibu yang memiliki balita untuk pertumbuhan balitanya melalui kegiatan Posyandu 2. Menjalin komunikasi dan kerjasama yang lebih efektif dengan lintas program dan lintas sector 3. PMT Pemulihan balita gizi buruk sebaiknya melalui klinik gizi Puskesmas kecamatan agar memudahkan monitoring dan evaluasi

85

DAFTAR PUSTAKA

1. Wuna. Evaluasi Pelaksanaan Program Perbaikan Gizi Masyarakat dalam Mencapai Visi Misi Indonesia Sehat 2010. Kendari ; 2010 2. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Petunjuk Teknis Bantuan Sosial Program Perbaikan Gizi Masyarakat. Jakarta ; 2008 3. Direktorat Bina Gizi Masyarakat Republik Indonesia. Masalah Gizi di Indonesia dan Program Perbaikan Gizi Masyarakat. Jakarta ; 2008 4. Juknis SPM Gizi Masyarakat. Program Perbaikan Gizi Masyarakat. Jakarta ; 2008 5. Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Standarisasi Pelayanan Kesehatan Puskesmas. Jakarta ; 2007 6. Persatuan Ahli Gizi Indonesia. Prioritas Peningkatan Pengetahuan dalam Perbaikan Gizi Masyarakat. Jakarta ; 2011

86

UPAYA PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT

Penyusun : Fadilah Rakhma Asih Primadyah ( 030.06.084) (030.06.209)

87

BAB I PENDAHULUAN

Pembangunan kesehatan yang berkualitas merupakan bagian integral dari pembangunan nasional, dimana masyarakat, bangsa dan negara dapat hidup dalam lingkungan dan perilaku hidup yang sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Usaha peningkatan derajat kesehatan diupayakan melalui upaya peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan (kuratif), serta upaya-upaya pemulihan kesehatan (rehabilitatif). Usaha-usaha tersebut dilakukan secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan serta peningkatan sistem pengamatan penyakit, pengkajian, cara penanggulangan secara terpadu dan penyelidikan terhadap penularan penyakit. Dalam mewujudkan pelaksanaan upaya-upaya di atas tentunya harus didukung oleh sarana dan prasarana serta sumber daya manusia yang berkualitas yang mampu memenuhi tuntutan dan kebutuhan pembangunan di bidang kesehatan, baik masa kini maupun masa datang. Salah satu program yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan dan sasaran pembangunan di bidang kesehatan adalah pencegahan dan pemberantasan penyakit menular. Program tersebut dilaksanakan untuk mencegah berjangkitnya penyakit atau mengurangi angka kematian dan kesakitan, dan sedapat mungkin menghilangkan atau mengurangi akibat buruk dari penyakit menular tersebut. Penyakit menular yang juga dikenal sebagai penyakit infeksi dalam istilah medis adalah sebuah penyakit yang disebabkan oleh sebuah agen biologi (seperti virus, bakteria atau parasit), bukan disebabkan faktor fisik (seperti luka bakar dan trauma benturan) atau kimia (seperti keracunan) yang mana bisa ditularkan atau menular kepada orang lain melalui media tertentu seperti udara (TBC, Infulenza dll), tempat makan dan minum yang kurang bersih pencuciannya (Hepatitis, Typhoid/Types dll), Jarum suntik dan transfusi darah(HIVAids,Hepatitisdll). Beberapa penyakit menular yang menjadi masalah utama di Indonesia adalah diare, malaria, demam berdarah dengue, influensa, tifus abdominalis, penyakit saluran cerna, dan penyakit lainnya.

88

Adapun penyakit yang tidak menular adalah penyakit yang diderita pasien yang pada umumnya disebakan bawaan/keturunan, kecacatan akibat kesalahan proses kelahiran, dampak dari berbagai penggunaan obat atau konsumsi makanan serta minuman termasuk merokok, kondisi stress yang mengakibatkan gangguan kejiwaan. Beberapa penyakit tidak menular yang menunjukkan kecenderungan peningkatan adalah penyakit jantung koroner, hipertensi, kanker, diabetes melitus, kecelakaan, dan sebagainya. Untuk melakukan upaya pemberantasan penyakit menular, penanggulangan Kejadian Luar biasa (KLB) penyakit dan keracunan, serta penanggulangan penyakit tidak menular dierlukan suatu sistem surveilens penyakit yang mampu memberikan dukungan upaya program dalam daerah kerja Kabupaten/Kota, propinsi, dan Nasional. Pada tahun 1987 telah dikembangkan Sistem Surveilens Terpadu (SST) berbasis data, Sistem Pencatatan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP), dan Sistem Pelaporan Rumah Sakit (SPRS), yang telah mengalami beberapa kali perubahan dan perbaikan. Sistem tersebut disesuaikan dengan ketetapan Undang Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah; Undang Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah; Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom; dan Keputusan Menteri Kesehatan No. 1116/MENKES/SK/VIII/2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilens Epidemiologi Kesehatan serta kebutuhan informasi epidemiologi untuk mendukung upaya pemberantasan penyakit menular dan penyakit tidak menular.

89

BAB II PENGERTIAN

Penyakit adalah adalah suatu keadaan abnormal dari tubuh atau pikiran yang menyebabkan ketidaknyamanan, disfungsi atau kesukaran terhadap orang yang

dipengaruhinya. Untuk menyembuhkan penyakit, orang-orang biasa berkonsultasi dengan seorang dokter. Penyakit menular adalah penyakit yang dapat ditularkan (berpindah dari orang yang satu ke orang yang lain) baik secara langsung maupun melalui perantara. Suatu penyakit dapat berpindah dari satu orang ke orang yang lain karena adanya penyebab penyakit

(agent), pejamu (host) dan cara penularan (route of transmission). Agent penyakit menular dapat berupa virus, riketsia, bakteri, protozoa, jamur dan cacing. Agar agent penyebab ini bias bertahan maka harus terjadi perkembangbiakan, berpindah dari satu host ke host yang lain, mencapai host yang baru dan menginfeksi host yang baru. Cara penularan yang dapat dilakukan dengan kontak, inhalasi (air bone infection), kontaminasi (melalui makanan dan minuman), penetrasi pada kulit dan infeksi melalui plasenta. Beberapa jenis penyakit yang menular:

Anthrax Beguk Batuk rejan (pertusis) Beri-beri Cacingan Cacar Air (varicella) Campak Chikungunya Demam campak Demam berdarah Demam kelenjar Diare Disentri Amuba Eritema infektiosum (Parvovirus B19) Hepatitis A Hepatitis B Hepatitis C

Impetigo Influenza Kolera Lepra Malaria Penyakit Meningokokus Penyakit tangan, kaki dan mulut Rabies Radang lambung dan usus Rubeola Rubella Tetanus Tuberkulosis Kutu Konjungtivitis Kurap Kudis Skarlatina
90

Flu Burung

Macam penyakit menular: Penyakit karantina atau wabah (UU No.1 dan 2 tahun 1962): Kolera, Pes, Demam kuning, Deman bolak-balik, Tifus Bercak Wabah, Poliomielitis dan Difteri). Penyakit menular dengan potensi wabah tinggi: DBD, Diare, Campak, Pertusis dan Rabies, Avian Influenza, HIV/AIDS. Penyakit frambusia, menular dengan potensi wabah rendah: antraks, malaria, tetanus meningitis, neonatorum

keracunan,

influenza,

ensefalitis,

dan tifus abdominalis. Penyakit menular yang tidak berpotensi wabah : kecacingan, lepra, TBC, Sifilis, Gonore dan Filariasis. Penyakit tidak menular adalah penyakit yang tidak disebabkan oleh kuman, tetapi disebabkan karena adanya problem fisiologis atau metabolisme pada jaringan tubuh manusia. Penyakit-penyakit tersebut contohnya ialah; batuk, seriawan, sakit perut, dan sebagainya. Pengalaman menunjukkan bahwa penyakit menular yang terdapat di dalam wilayah kerja Puskesmas di Indonesia dapat dikelompokkan menjadi kelompok-kelompok penyakit menular sesuai dengan sifat penyebarannya di dalam masyarakat wilayah tersebut, ialah: 1. Penyakit menular yang secara endemik berada diwilayah, yang pada waktu tertentu dapat menimbulkan wabah, yang dapat dikelompokkan ke dalam penyakit-penyakit menular potensial wabah. 2. Penyakit menular yang berada di wilayah dengan endemisitas yang cukup tinggi sehingga jika tidak diawasi dapat menjadi anacaman bagi kesehatan masyarakat umum. 3. Penyakit- penyakit menular lain yang walaupun endemisitasnya tidak terlalu tinggi di dalam masyarakat, tetapi oleh karena sifat penyebarannya dianggap sangat membahayakan keberadaannya. Dalam upaya pencegahan terjadinya wabah dan penularan penyakit dalam program Puskesmas dilaksanakan program P4M (Pencegahan, Pemberantasan, Pembasmian, Penyakit
91

masyarakat,

maka

penyakit-penyakit

ini

perlu

diawasi

Menular) dengan tujuan eradikasi penyakit sampai ke akarnya. Kemudian diganti menjadi P3M (Pencegahan, Pencegahan Penyakit menular) dan P2M & PLP (Pemberantasan Penyakit Menular & Penyehatan Lingkungan Pemukiman). Penyakit dapat dibedakan menjadi : a. Penyakit menular b. Penyakit infeksi c. Penyakit Kontak d. Penyakit karantina e. Penyakit endemi f. Penyakit epidemi (wabah) g. Penyakit Pandemi

Penyakit menular adalah penyakit yang disebabkan agent / hasil toxin yang berasal dari reservoir dan ditularkan ke host yang rentan. Mata rantai penularan terdiri dari : a. Agent / hasil toksin b. Reservoir (sumber penularan) c. Transmisi (cara penularan) d. Host / penjamu

Kejadian Luar Biasa (KLB) ialah kejadian kesakitan dan atau kematian yang menarik perhatian umum dan mungkin menimbulkan ketakutan dikalangan mayarakat, atau yang menurut pengamatan epidemiologik dianggap adanya peningkatan yang berarti dari kejadian kesakitan/kematian tersebut pada kelompok penduduk dalam kurun waktu tertentu. Termasuk dalam KLB ialah kejadian kesakitan atau kematian yang disebabkan oleh penyakit-penyakit baik yang menullar maupun tidak menular dan kejadian bencana alam yang diserati wabah penyakit. Secara operasional suatu kejadian dapat disebut KLB bila memenuhi satu atau lebih ketentuan-ketentuan sebagai berikut : 1. Angka kesakitan/kematian suatu penyakit menular di suatu kecamatan menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih selama tiga minggu berturut-turut atau lebih.
92

2. Jumlah penderita baru dalam satu bulan dari suatu penyakit menular di suatu kecamatan menunjukkan kenaikan dua kali lipat atau lebih bila dibandingkan dengan angka ratarata sebulan dalam setahun sebelumnya dari penyakit menular yang sama di kecamatan tersebut. 3. Angka rata-rata bulanan dalam satu tahun dari penderita-penderita baru dari suatu penyakit menular disuatu kecamatan menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih bila dibandingkan dengan angka rata-rata bulanan dalam tahun sebelumnya dari penyakit yang sama pula. 4. Case fatality rate dari suatu penyakit menular tertentu dalam suatu kurun waktu tertentu (hari, minggu, bulan) di suatu kecamatan menujukkan kenaikan 50% atau lebih bila dibandingkan dengan CFR penyakit yang sama dalam kurun waktu yang sama periode sebelumnya di kecamatan tersebut. 5. Proportional rate penderita baru dari suatu penyakit menular dalam satu periode tertentu, dibandingkan dengan proportional rate penderita baru dari suatu penyakit menular yang sama daam tahun yang lalu dengan periode yang sama menunjukkkan kenaikan dua kali atau lebih. 6. Khusus penyakit-penyakit kolera, pes, DBD/DSS : a. Setiap peningkatan jumlah penderita-penderita tersebut diatas, di suatu daerah endemik yang sesuai dengan ketentua-ketentuan di atas. b. Terdapatnya satu atau lebih penderita kematian menular tersebut diatas, di suatu Kecamatan yang telah bebas dari penyakit-penyakit tersebut, paling sedikit bebas selama 4 minggu berturut-turut. 7. Apabila kesakitan atau kematian oleh keracunan yang timbul di suatu kelompok masyarakat. 8. Apabila di daerah tersebut terdapat penyakit yang sebelumnya tidak ada. Khusus untuk kasus AFP (Acute Flaccid Paralysis) dan Tetanus neonatorum ditetapkan sebagai KLB bila ditemukan satu kasus atau lebih. Wabah penyakit menular adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka (UU No.4 Tahun 1984 tentang wabah penyakit menular)

93

Penanggulangan Kejadian Luar Biasa Penyakit Menular dilaksanakan dengan upaya-upaya : 1. Pengobatan, dengan memberikan pertolongan penderita, membangun pos-pos kesehatan di tempat kejadian dengan dukungan tenaga dan sarana obat yang memadai termasuk rujukan. 2. Pemutusan rantai penularan atau upaya pencegahan misalnya, abatisasi pada KLB DBD, kaporisasi pada sumur-sumur yang tercemar pada KLB diare, dsb. 3. Melakukan kegiatan pendukung yaitu penyuluhan pengamatan. Pemantauan dan logistik. Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit (P2P) terdiri dari kegiatan pengamatan penyakit, pencegahan termasuk imunisasi serta penanggulangan dan

pemberantasan penyakit. Berbagai cara pencegahan dapat diterapkan salah satunya dengan membangkitkan kekebalan pada masyarakat melalui pelayanan yang dalam pelaksanaannya diintegrasikan ke dalam program-program pelayanan perolrangan seperti KIA, UKS, dan kegiatan imunisasi di luar gedung Puskesmas. Mengingat pentingnya pelayanan imunisasi ini, maka cakupan imunisasi di dalam masyarakat perlu dimonitor dengan Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) imunisasi Puskesmas menurut distribusi desa. Ada beberapa cara penularan penyakit menular, yaitu : 1. Penularan secara kontak, baik kontak langsung maupun kontak tidak langsung. 2. Penularah memalui vehicle seperti melalui makanan dan minuman yang tercemar. 3. Penularan melalui vektor. 4. Penularan melalui suntikan, transfusi, tindik, tato. 5. Penularan melalui hubungan seksual. Surveilans epidemiologi penyakit dapat diartikan sebagai kegiatan pengumpulan data atau informasi melalui pengamatan terhadap kesakitan atau kematian dan penyebaran serta faktor-faktor yang mepengaruhinya secara sistematik, terus-menerus dengan tujuan untuk perencanaan suatu program, mengevaluasi hasil program, dan sistem kewaspadaan dini. Untuk dapat memonitor atau mengamati distribusi penyakit menular di dalam masyarakat wilayah kerja Puskesmas, dilakukan pencatatan peristiwa kesakitan dan kematian yang diakibatkan oleh penyakit menular tersebut. Untuk pemantauan penyakit menular tertentu yang menjadi masalah kesehatan di wilayah Puskesmas disajikan dalam PWS mingguan Penyakit (contoh PWS [Formulir W2] penyakit campak, diare, DBD, dll). Dengan penggunaan PWS penyakit sara mingguan ini dapat dikenali atau diketahui secara dini kenaikan atau distribusi suatu penyakit menular tertentu menurut tempat dan waktu.
94

BAB III TUJUAN

A.

Tujuan Umum Menurunnya angka kesakitan, kematian, dan angka kecacatan akibat penyakit.

B.

Tujuan Khusus 1. Terlaksananya kegiatan pengamatan penyakit menular dan penyakit tidak menular. 2. Terlaksananya kegiatan pencegahan penyakit dan imunisasi. 3. Terlaksananya kegiatan pemberantasan penyakit menular langsung (TBC, Kusta, Diare dan kecacingan, ISPA, serta Penyakit menular Seksual dan HIV AIDS). 4. Terlaksananya kegiatan pemberantasan penyakit bersumber vektor dan rodent. (DBD, Malaria, Rabies, dan filaria).

95

BAB IV KEGIATAN DAN SASARAN

A.

Penyakit Menular

PROGRAM PENGAWASAN TERHADAP PENYAKIT MENULAR Pokok Persoalan dan Tantangan: Pemerintah Indonesia telah mengubah sistem pemerintahannya menjadi sistem desentralisasi yang membahayakan sistem pengawasan Penyakit Menular. Sasaran:

Memperkuat pengawasan penyakit yang menular melalui hubungan seksual (STI). Memperkuat pengawasan HIV.

PROGRAM

PENCEGAHAN,

PEMBERANTASAN

DAN

PENGAWASAN

TERHADAP PENYAKIT MENULAR Pokok Persoalan dan Tantangan: Infeksi Filariasis dan penularannya selalu terdapat di banyak daerah tanpa kegiatan pengawasan yang cukup. Proyek percobaan untuk ELF memperlihatkan hasil yang menjanjikan yang perlu ditingkatkan ke tingkat propinsi, sesuai dengan komitmen untuk target penghapusan global (Mekhong Plus). Infeksi Dengue dan komplikasinya seperti demam berdarah terus meningkat di daerah kota dan pinggir kota dengan meningkatnya angka kesakitan namun menurunnya angka kematian yang menjanjikan. Partisipasi dan jaringan masyarakat diperlukan untuk memulai pengawasan dari penularan dengue (terutama di perkotaan) dan filariasis (terutama di pedesaan). Leptospirosis tetap menjadi hal yang serius meskipun tidak ada laporan yang mengancam. Rabies dan Japanese Encephalitis adalah masalah utama yang memerlukan dukungan dari sistem pemerintahan untuk memperkuat pengawasan dan vaksin pencegahan. Frambesia dan kusta adalah penyakit menular yang dapat diobati, namun dengan penularan utama yang terjadi di daerah yang miskin, terpencil, kurang pelayanannya, diperlukan kesadaran yang ditingkatkan dan dukungan dari pemerintah setempat, dan juga tingkat daerah. Helminthiasis yang sangat umum dan sangat endemis dengan pengaruh
96

kesehatan yang kronik yang dapat secara luas ditingkatkan melalui pemberantasan cacing yang berulang-ulang secara masal, yang harus dikoordinasikan dengan perawatan ELF dimanapun memungkinkan. Sasaran:

Meningkatkan dan mempertahankan kualitas dari komponen-komponen terpilih dan bidang-bidang yang termasuk dalam program nasional untuk mencegah, mengawasi, dan menghapuskan penyakit-penyakit yang ditargetkan, termasuk ELF, partisipasi dan jaringan masyarakat untuk pengawasan dengue dan arbovirus lainnya, antihelminthiasis deworming, leptospirosis, rabies, yaws dan kusta.

PROGRAM PEMBERANTASAN MALARIA Pokok Persoalan dan Tantangan: Malaria tetap menjadi salah satu penyakit menular yang utama di sebagian besar daerah di Indonesia. Ancaman yang muncul kembali telah terjadi di daerah-daerah pengawasan efektif sebelumnya. Angka kesakitan dan kematian Malaria secara bermakna mempengaruhi bagian-bagian yang lebih miskin di negara. Sebuah rencana pembangunan telah dikembangkan, bersama dengan meningkatnya pendanaan yang baru-baru ini disetujui melalui Global Fund untuk AIDS, TB dan Malaria, namun pelaksanaanya belum dimulai. Kini desentralisasi sedang berjalan yang memerintahkan pelaksanaan tanggung jawab di tingkat daerah dan propinsi. Unit Malaria di DepKes meneruskan kebutuhan untuk memperkuat fungsinya sebagai koordinator dari "Gebrak Malaria" dan GFATM. Kebijakan perawatan obat-obatan perlu terus diawasi dengan timbulnya kembali pola resistansi. Sasaran: Meningkatkan dan memelihara kualitas dari komponen-komponen terpilih dan daerah-daerah yang terjangkau oleh rencana kerjasama "Gebrak Malaria" untuk dilaksanakan dibawah GFATM dan sumber donatur lainnya.

PROGRAM PEMBERANTASAN TUBERCULOSIS Pokok Persoalan dan Tantangan: Indonesia telah mengembangkan dan memulai penerapan rencana pembangunan lima tahun untuk pemberantasan TB (2002-2006). Telah ada peningkatan marginal dalam kasus tingkat deteksi selama dua tahun terakhir hanya karena Pusat Kesehatan telah melaksanakan DOTS. Untuk memperbaiki hal ini, Badan Swasta dan Tempat Kesehatan Masyarakat lainnya harus terlibat dalam pelaksanaan DOTS. Kualitas pelaksanaan DOTS, terutama sistem
97

pencatatan dan pelaporan, pada saat ini mengalami beberapa kekurangan yang perlu diatasi dengan memperkuat dan meluruskan kegiatan DOTS di tingkat pusat, propinsi dan daerah. Agar dapat menyediakan dukungan teknis yang berkesinambungan untuk mengatasi hal ini, maka penting untuk memperkuat dukungan teknis dalam negeri dengan menambah staf di tingkat nasional dan lapangan. Sasaran:

Memperbaiki pelaksanaan pelayanan DOTS di seluruh negeri dengan membentuk kemitraan yang efektif dengan provider kesehatan di sektor lain (publik-gabungan publik & publik - gabungan swasta), dan penyediaan dukungan teknis yang berkesinambungan.

B.

Penyakit Tidak Menular

PROGRAM

PENGAWASAN,

PENCEGAHAN

DAN

PENANGGULANGAN

TERHADAP PENYAKIT TIDAK MENULAR Pokok Persoalan dan Tantangan : Kini suatu upaya yang terpadu sedang berjalan untuk mengembangkan Pengamatan Risiko Terhadap Penyakit Tidak Menular (NCD Control), dengan mengadaptasi Rencana Global dan Regional. Tiga komponen utama diadopsi, yaitu: pengamatan faktor-faktor risiko, upaya peningkatan kesehatan yang terpadu dan penghantaran perawatan kesehatan yang direformasi. Dokumen ini diharapkan akan selesai sebelum akhir tahun 2003. Pendekatan STEPwise dari WHO untuk Pengamatan Faktor Risiko telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia selama tahun 2002-03. STEP 1 juga telah dimasukkan ke dalam Survei Sosial Ekonomi Nasional - Modul Kesehatan sebagai bagian dari SURKESNAS. Selain itu, dengan pendanaan gabungan dari SEARO dan Kantor Negara, pendekatan Stepwise telah digunakan di bidang demonstrasi mengarah pada pengembangan pendekatan yang berbasis komunitas dalam pengawasan penyakit tidak menular. Disamping itu, instrumen- instrumen ini telah diperkenalkan oleh pemerintah setempat dan juga universitas guna meningkatkan pengadopsian dari instrumen-instrumen ini untuk penerapan yang lebih lanjut. Namun, rencana pembangunan nasional tentang pengamatan terhadap penyakit yang tidak menular yang utama masih perlu dikembangkan untuk mencapai sebuah konsensus dalam pengamatan terhadap penyakit yang tidak menular. Perbedaan dalam

98

pendekatan dari dasar penyakit dan fakto risiko berdasarkan pengamatan harus saling melengkapi dan mendapatkan kepentingan yang seimbang. Projek uji coba sedang berjalan di Depok dengan gabungan dana dari SEARO dan Kantor Negara untuk mengembangkan pendekatan yang berbasis komunitas dalam pencegahan dan pengawasan penyakit yang tidak menular yang utama. Ini adalah projek yang berlangsung lama, terutama jika kita ingin melihat perubahan perilaku. Maka, upaya yang konsisten harus ada supaya kita dapat mencapai suatu kesimpulan. Dalam waktu 2002-3, pertemuan-pertemuan persiapan telah dilakukan untuk membentuk suatu jaringan nasional untuk pencegahan dan pengawasan dari penyakit yang tidak menular yang utama. Meskipun sektor publik/ DepKes tetap menjadi agen utama bagi pergerakan ini, ada potensi yang besar dalam sektor swasta seperti LSM yang sangat aktif dalam pencegahan dan pengawasan faktor risiko dari penyakit yang tidak menular. Maka dari itu, jaringan ini perlu didukung lebih jauh lagi. Tantangannya kini adalah untuk melanjutkan upaya-upaya dan untuk menyokong para pemegang kepentingan yang utama untuk memungkinkan negara untuk mengantisipasi wabah penyakit yang tidak menular yang akan datang. Sasaran :

Menerapkan Program Pembangunan Nasional untuk pencegahan dan pengawasan penyakit yang tidak menular.

PROGRAM

PENGAWASAN,

PENCEGAHAN

DAN

PENANGGULANGAN

TERHADAP PENYAKIT TIDAK MENULAR 2 Pokok Persoalan dan Tantangan : Indonesia masih ketinggalan dalam upaya untuk memerangi kebutaan yang diakibatkan oleh katarak. Dalam kurun waktu 2002-3 beberapa petugas pemerintah telah mendapatkan pelatihan dalam Program Pengelolaan Perawatan Mata di Madurai dan di beberapa tempat. Rencana Pembangunan Nasional untuk penanggulangan kebutaan baru saja dikeluarkan, maka ini harus benar-benar didukung, dan terutama bahwa Penglihatan 2020 bukan program prioritas teratas di negeri ini. Sasaran :

Penerapan dukungan teknis dalam rencana pembangunan untuk pencegahan dan penanggulangan kebutaan.

PROGRAM PENGAWASAN TEMBAKAU


99

Pokok Persoalan dan Tantangan : Indonesia telah mengalami salah satu peningkatan terbesar dalam konsumsi tembakau di dunia - 47% selama tahun 1990an. Perokok meningkat dengan pesat di Indonesia. Sekitar 69,1% pria Indonesia berusia 20 tahun atau lebih merokok secara reguler, dengan angka yang lebih tinggi di daerah pedesaan (74,0%). Di antara anak laki-laki yang disurvei di sekolah menengah di Jakarta, 69,3% telah mencoba merokok. Perokok reguler di antara anak laki-laki berusia 15 sampai 19 tahun meningkat dari 36,8% (1997) menjadi 42,6% (2000). Sesuai dengan WHA52.18 Indonesia aktif terlibat dalam Framework Convention on Tobacco Control (FCTC) bersama dengan negara anggota PBB lainnya. Di tahun 2003, tujuannya adalah untuk meratifikasi perjanjian internasional pengawasan tembakau. WHO akan mendukung struktur lembaga untuk membawa ke depan kunci legislatif dan elemen-elemen kebijakan dari rencana pembangunan, bekerja sama dengan berbagai departemen pemerintah, LSM dan MPR. Sasaran :

Mengadopsi dan menerapkan rencana pengendalian tembakau nasional yang lengkap

PROGRAM KECELAKAAN/DISABILITAS Pokok Persoalan dan Tantangan : Kecelakaan dan kekerasan telah menjadi masalah kesehatan publik. Data dari Susenas memperlihatkan bahwa insiden kecelakaan sendiri adalah 0,5% dari satu juta orang. Selain itu, kecelakaan dan kekerasan yang berhubungan dengan ketidakstabilan politik dianggap tinggi di area-area yang terkena. Pada saat kini, tidak ada titik pusat yang diidentifikasikan di dalam DepKes. Sangat baik dimengerti bahwa menanggapi isu-isu kecelakaan dan kekerasan membutuhkan pendekatan multi-sektor. Namun demikian, kesehatan menduduki posisi yang paling strategis di bidang ini. WHO SEARO telah mengembangkan beberapa dokumen yang berhubungan dengan ini, yang dapat digunakan sebagai referensi untuk membentuk kebijakan dan kapasitas dalam menangani isu-isu ini. WHO telah menonjolkan isu ini dengan mengeluarkan Laporan Dunia tentang Kekerasan dan Kesehatan di tahun 2002. Sasaran :

Membentuk kebijakan nasional untuk pencegahan kecelakaan dan kekerasan.

PROGRAM KESEHATAN MENTAL DAN PENYALAHGUNAAN OBAT DAN BAHAN BERBAHAYA Pokok Persoalan dan Tantangan :
100

Masalah kesehatan mental menjadi masalah yang lebih menonjol belakangan ini di negara, sebagian karena dikeluarkannya Laporan Kesehatan Dunia 2001 tentang Kesehatan Mental. Ini menjadi ganda dengan adanya perubahan baru-baru ini di dalam DepKes Direktorat Kesehatan Mental dari pendekatan berbasis rumah sakit menjadi berbasis komunitas. Maka dari itu, di dalam kurun waktu tahun 2002-03, WHO telah mendukung pengembangan Kebijakan Kesehatan Mental Nasional dan rencana pembangunannya. Meskipun adanya upaya ini, program kesehatan mental masih belum mendapatkan anggaran belanja yang mencukupi. Selain itu, desentralisasi yang mulai diterapkan di tahun 2001 mempersulit masalah ini. Kebingungan juga meningkat karena tidak adanya pola di negara mengenai program kesehatan mental daerah yang dapat digunakan sebagai contoh. WHO-HQ baru-baru ini mengembangkan alat-alat pengelola untuk memperkuat program kesehatan mental daerah melalui Projek Kebijakan Kesehatan Mental. Kini telah ada upaya untuk mengartikan dan mengadaptasikan dua seri modul, yaitu Perencanaan dan Penganggaran Belanja Program Kesehatan Mental dan Pengaturan Jasa-Jasa Kesehatan Mental. Adaptasi ini diharapkan untuk selesai di tahun 2003. Di tahun 2003, sebuah lokakarya pelatihan telah berhasil diselenggarakan dengan mengikutsertakan peserta dari pusat dan dari propinsi-propinsi di Jawa dan Bali untuk memperkenalkan modul dan menggunakan modul untuk mengembangkan program kesehatan mental. Di tahun 2004-05, beberapa modul lain juga akan menjalani pendekatan yang sama. Disamping itu, beberapa modul pelatihan untuk pencegahan dan pemberi perawatan utama dalam bidang kesehatan mental dan penyalahgunaan obat dan bahan berbahaya telah dikembangkan dan dilatih di beberapa propinsi. Namun tidak ada tanggapan dan pengawasan dari pelaksanaanya. Penyalahgunaan obat dan bahan berbahaya menjadi lebih menonjol dalam beberapa tahun terakhir. Pemerintah telah melakukan upaya namun masih belum terlalu efektif. Kantor WHO di negara bekerja sebagian dalam isu ini, sejumlah panduan telah dikembangkan untuk para pecandu narkotika, namun ada pengertian yang berkembang bahwa narkotika sangat berhubungan dengan penyalahgunaan bahan lainnya seperti alkoholisme. Kini tantangannya adalah untuk meningkatkan kesadaran dan mengembangkan panduan nasional dalam menghadapi alkoholisme dan penyalahgunaan bahan berbahaya lainnya seperti

metamphetamine, dll. Sasaran :

Memperkuat program kesehatan mental daerah.

101

Memperbaharui dan mencoba di lapangan panduan nasional dan alat-alat pengelolaan penyakit mental dan neurologis dan penyalahgunaan bahan berbahaya

102

BAB V PELAKSANAAN KEGIATAN

PELAKSANAAN KEGIATAN DI PUSKESMAS KECAMATAN TEBET Pelaksanaan upaya pokok pencegahan pemberantasan penyakit menular dan tidak menular di puskesmas tingkat kecamatan :

Kegiatan Penyuluhan ISPA

Sasaran

Tempat

Waktu

Pelaksana

Balita, dewasa

Poli anak dan 1 tahun 1x tiap Dokter umum, Aula kunjungan Poli puskesmas dan tenaga

kesehatan Diare Bayi dan anak Poli anak, Aula 1 tahun 1x tiap Dokter kunjungan poli puskesmas dan tenaga

kesehatan TBC Individu, kelompok Poli paru, Aula 1 tahun 2x tiap Dokter dan Puskesmas kunjungan poli puskesmas dan tenaga

Kelurahan

kesehatan Kusta Dewasa Aula 1 tahun 1x Dokter puskesmas dan tenaga

kesehatan HIV Pasien poli dan Poli siswa remaja sekolah konsultasi 1 tahun 1x tiap Dokter dan kunjungan poli puskesmas dan tenaga

kesehatan

103

Imunisasi Imunisasi wajib Bayi bulan) Tiap Selasa dan Tenaga Kamis Imunisasi sekolah Siswa SD (kelas I,II,III) Tiap kunjungan Bidan Ibu hamil TT Pemeriksaan klinis Sputum tersangka TB Anak dewasa dan Poli umum, poli Tiap kunjungan Dokter paru anak PSN Masyarakat Kelurahan 1x tiap minggu Dokter (hari Jumat) puskesmas, tenaga kesehatan dan Jumantik dan poli poli puskesmas Poli KIA sebanyak 2x Sekolah kesehatan (0-11 Poli imunisasi

104

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

A.

Kesimpulan Penyakit Menular adalah penyakit yang disebabkan agent / hasil toxin yang berasal dari reservoir dan ditularkan ke host yang rentan. Mata rantai penularan terdiri dari : a. b. c. d. Agent / hasil toksin. Reservoir (sumber penularan). Transmisi (cara penularan) . Host / penjamu Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit (P2P) terdiri dari kegiatan pengamatan penyakit, pencegahan termasuk imunisasi serta penanggulangan dan pemberantasan penyakit.

B.

Saran Untuk lebih meningkatkan upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular dan tidak menular sebaiknya dilakukan sosialisasi kepada masyarakat secara rutin serta penambahan SDM yang ada patut dipertimbangkan, agar program yang ada dapat berjalan dan terlaksana dengan baik dan maksimal.

105

DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen kesehatan Republik Indonesia. Pedoman kerja Puskesmas jlid 2, 1999. 2. Pemerintah daerah Khusus ibukota Jakarta. Standarisasi pelayanan Kesehatan Puskesmas di DKI Jakarta,1999. 3. Dinas kesehatan propinsi DKI Jakarta, standar manajemen pengendalian vektor penyakit, volume 13 edidi I, 2002. 4. http://penyakit-pengobatan.blogspot.com/2007/12/penyakit-menular-dan-tidakmenular.html 5. Program Pengawasan, Pencegahan dan Penanggulangan Terhadap Penyakit Menular dan Tidak Menular, available at www.who.com accessed on 17th July 2011. 6. Penyakit, available at www.wikipedia.com accessed on 18th July 2011.

106

UPAYA PENGOBATAN

Penyusun : Khairun Nisa Shita Hayyuning A. ( 030 06 139) (030 06 246)

107

BAB I PENDAHULUAN
Pengobatan rasional menurut WHO 1987 yaitu pengobatan yang sesuai indikasi, diagnosis, tepat dosis obat, cara dan waktu pemberian, tersedia setiap saat dan harga terjangkau.1 Salah satu perangkat untuk tercapainya penggunaan obat rasional adalah tersedianya suatu pedoman atau standar pengobatan yang dipergunakan secara seragam pada pelayanan kesehatan dasar atau puskesmas.2 Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas pertama kali diterbitkan pada tahun 1985 dan mendapat tanggapan yang sangat menggembirakan bagi pelaksana pelayanan kesehatan dasar. Telah pula dicetak ulang beberapa kali dan terakhir tahun 2002 tanpa merubah isinya.2 Oleh karena kemajuan yang pesat dalam ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran maupun farmasi menuntut tersedianya suatu pedoman yang mengikuti perkembangan, sehingga perlu merevisi pedoman tersebut.1 Latar Belakang Pelayanan kesehatan untuk masa yang akan datang semakin kompleks sejalan dengan adanya perubahan lingkungan dari masyarakat yang menyebabkan perubahan pola penyakit serta adanya perkembangan ilmu dan teknologi kedokteran.1 Oleh karenanya, puskesmas dalam menjalankan fungsinya untuk meningkatkan taraf kesehatan masyarakat melalui pembinaan dan pelayanan kesehatan dapat menggunakan segala macam sumber daya yang ada di wilayah kerja, baik dengan sektor kesehatan maupun sektor lain yang terkait, serta sektor swasta. Dan agar fungsi puskesmas dapat terlaksana dengan baik, perlu adanya peningkatan kemampuan manajemen di bidang pelayanan yang diberikan maupun pengorganisasian yang terintegrasi lebih baik. Dalam makalah ini yang dibahas adalah upaya pengobatan dasar di puskesmas. Permasalahan1 Upaya pengobatan di puskesmas sebagian besar berhadapan dengan permasalahan fisik dan mental yang timbul dalam kehidupan sehari-hari dari Pengguna Jasa Pelayanan Kesehatan (PJPK) dan keluarganya. Dinamika kehidupan manusia banyak sekali berhubungan dengan masalah kesehatan yang timbul akibat kondisi lingkungan dan status sosial yang beragam. Beberapa masalah kesehatan mempunyai insidens yang sering ditemukan pada pelayanan medik Puskesmas, yaitu pelayanan lini terdepan adalah :
108

1. penyakit yang dapat hilang dan sembuh sendiri, yaitu penyakit swa sirna ( self limiting diseases) 2. masalah somatik yang timbul oleh pengaruh stress (tekanan psikis) 3. permasalahan penyakit akibat gaya hidup dan budaya 4. penyakit infeksi akut maupun kronik 5. permasalahan usia lanjut 6. permasalahan endokrin 7. permasalahan nutrisi Prinsip penatalaksanaan pelayanan yang diselenggarakan adalah sesuai dengan manajemen pelayanan medik menyeluruh terpadu.

109

BAB II PENGERTIAN
Pengobatan merupakan suatu proses ilmiah yang dilakukan oleh dokter berdasarkan temuan-temuan yang diperoleh selama anamnesis dan pemeriksaan. Dalam proses pengobatan terkandung keputusan ilmiah yang dilandasi oleh pengetahuan dan keterampilan untuk melakukan intervensi pengobatan yang memberi manfaat maksimal dan resiko sekecil mungkin bagi pasien. Hal tersebut dapat dicapai dengan melakukan pengobatan yang rasional.1 Pelayanan pengobatan adalah pelayanan medik yang dilakukan oleh pelaksana pelayanan (dokter) baik secara sendiri ataupun atas koordinasi bersama dengan sesama profesi maupun pelaksana penunjang pelayanan kesehatan lain sesuai dengan wewenangnya, untuk menyelesaikan masalah kesehatan dan menyembuhkan penyakit yang ditemukan dari pengguna jasa pelayanan keshatan, dengan untuk memandang umur dan jenis kelamin yang dapat diselenggarakan pada ruang masalah. 2

110

BAB III TUJUAN


Tujuan Umum Tujuan umum upaya pengobatan adalah meningkatnya derajat kesehatan masyarakat dengan memberikan pelayanan kuratif.1

Tujuan Khusus Tujuan Pedoman Pengobatan dikelompokkan dalam beberapa hal:1 a. Mutu Pelayanan Pengobatan. Oleh karena Pedoman Pengobatan hanya memuat obat yang terpilih untuk masingmasing penyakit / diagnosis. b. Standar Profesi. Senantiasa menjadi standar profesi setinggi-tingginya karena disusun dan diputuskan atas kesepakatan para ahli. c. Pengamanan Hukum. Merupakan landasan hukum dalam menjalankan profesi karena disusun dan disepakati para ahli dan diterbitkan oleh pemerintah. d. Kebijakan dan Manajemen Obat. Perencanaan obat yang digunakan akan lebih tepat, secara langsung dapat mengoptimalkan pembiayaan pengobatan.

111

BAB IV SASARAN DAN KEGIATAN


Sasaran Sasaran upaya pengobatan yang diselenggarakan Puskesmas adalah semua anggota masyarakat dengan tidak memandang umur dan tidak membedakan strata sosial. 1 Ciri masalah yang dilayani : 1. gejala/keluhan dan status klinik yang tidak terlalu ekstrim. 2. dapat diatasi segera. 3. penyebab bukan patologi berat (seperti DM berat, hipertensi tak terkendalikan, malignansi, adanya gejala sistemik berat, preforasi alat dalam).

Rincian Kegiatan Kegiatan Anamnesa Uraian Kegiatan Sapa dengan baik PJPK yang datang Pahami keluhan dan gejala secara holistik Perhatikan tanda vital dan profil umum Biarkan PJPK bercerita sendiri tentang riwayat penyakitnya dan pengobatannya Pemeriksaan secara holistik dari aspek fisik mental dan sosial dari penyakit Pemeriksaan secara holistik dari aspek Dokter Puskesmas fisik, mental dan sosial Lokasi keluhan Faktor penentu yang ada : Risiko bila ada alergi, kehamilan, kelainan perilaku Berat ringannya secara klinis Pengaruh lain dari penyakit Bila sulit diketahui dapat dilakukan pemeriksaan laboratorium dan radiologik sesuai dengan indikasi dan kemampuan Diagnosa Tindakan : Medikamentosa Berdasarkan keluhan, hasil pemeriksaan Pengobatan yang dapat diberikan adalah : Penata laboran Penata radiologik Dokter Puskesmas Pelaksana

112

Anti mikrobiota Anti fungi Analgesik-antipiretik Anti inflamasi non steroid (AINS) Antiepilepsi, antikonvulsi Antidepresi, antipsikotik Anti parkinson Hipnotik sedatif Obat antihipertensi dan penyakit jantung Obat antisyok Obat mengatasi keluhan pernafasan Obat mengatasi dispepsia dan nyeri abdomen Antiseptik saluran kemih Kontraseptik Antiseptik desinfektans Obat haematopoitik Obat untuk kebidanan Obat topikal kulit Obat topikal mata Obat gigi Obat hemoroid Vitamin dan mineral, lain-lain

Tindakan Persiapan operasi :

Persiapan untuk bedah umum ataupun Dokter tindakan bedah khusus sederhana dapat dikerjakan dokter Puskesmas atas kerjasama dengan operator Dokter, perawat

Anamnesa Anamnesa dan rekam medik dikirimkan lengkap dengan surat rujukan pada operator - Pemeriksaan (tindakan operasi dilakukan oleh ahli yang sesuai dengan kasus) Pemeriksaan bukan sjaa terhadap keluhan namun semua sistem tubuh, kardiovaskuler dan respirasi berkaitan kasus operasi dan tindakan anestesi. Test laboran : darah lengkap Radiologik : foto toraks ECG, usia > 40 th (adanya riwayat jantung)

113

Operasi direncanakan

Operasi sito dan operasi yang direncanakan tidak dapat dilakukan di Puskesmas, kecuali bedah persalinan oleh Ahli Kandungan, bila fasilitas pelayanan persalinan Minor : sirkumsisi, lipoma, eksisi clavus, abses ekterpasi sederhana pada pelayanan rawat jalan Konseling padapelayanan terpadu untuk masalah : Kebugaran fisik dan kehidupan yang sehat Mental psikospiritual sosial Kerja Sanitasi dan lingkungan Keluarga, marital Seks Ketepatan dosis/tindakan Kesembuhan Mutu Pengisian rekam medik Penilaian epidemiologik Biaya

Ahli kandungan, perawat, anestesi, bidan, dokter spesialis mata Dokter, perawat

Bedah minor

Tindakan Konseling khusus

Ruang konseling khusus Dilaksanakan oleh : dokter, perawat

Tindakan evaluasi pelayanan Tindakan evaluasi administratif

Komponen Pelayanan Kegiatan Pelayanan ambulans Pelayanan administrasi Pelayanan obat-obatan Petugas Pelaksana Supir, perawat perawat gigi Perawat Petugas farmasi Terapi cairan, inhalasi, obat; oral suppositoria, oksigen, infus set, suntikan, vaksin tetanus, antiseptik, kateter kesehatan, Keterangan Milik puskesmas

114

Perlengkapan medik

Petugas/perawat perlengkapan

Minor set jahit Mayor set tindakan sederhana Bidai Penanganan luka terbuka Penanganan fraktur sederhana Penanganan keadaan akut ABC (Airway, Breathing, Circulation) Darah, urin, konsul; faal ginjal, elektrolit, kimia darah

Pelayanan kecelakaan/muskuloskeletal, trauma organ lain Kedaruratan penyakit akut, darurat medik; kronis

Dokter puskesmas, konsulen panggilan, perawat, dokter gigi, perawat gigi, penata radiologik

Tim medik untuk : kegawatan nafas, resusitasi jantung paruotak, penurunan kesadaran, status konvulsi Penata laboratorium, perawat

Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan ECG

Perawat, dokter

115

BAB V PELAKSANAAN KEGIATAN

PELAKSANAAN KEGIATAN DI PUSKESMAS KECAMATAN TEBET

Pelayanan yang terdapat di Puskesmas Kecamatan Tebet dilakukan oleh petugas yang dilaksanakan di dalam gedung puskesmas dan di luar gedung puskesmas (pusling). Berikut ini adalah 10 penyakit terbanyak di Puskesmas Kecamatan Tebet tahun 2010 :3

SEPULUH PENYAKIT TERBANYAK PUSKESMAS KECAMATAN TEBET TAHUN 20103 NO 1 2 3 4 5 6 7 8 KODE 2200 1302 1303 1502 2002 0801 0102 1503 JENIS PENYAKIT Penyakit lain ISPA Penyakit lain saluran napas Penyakit pulpa + jaringan apikal Penyakit kulit alergi Gangguan psikotik Diare Gingivitis + penyakit periodental Penyakit mata Infeksi telinga tengah JUMLAH 13.260 13.183 9.010 6.359 4.868 4.448 3.011 2.637 2.599 2.556 61.931

9 1005 10 1101 JUMLAH

1. Penyelesaian masalah infeksi sistemik Kegiatan Tindakan dan pengobatan Uraian Kegiatan Tetapkan organ sistem tubuh yang terkena infeksi; kelenjar, sistem hematopoitik, humoral tubuh Tetapkan penyebab infeksi (semua golongan umur) Keterangan Faktor penentu dan usia jenis kelamin Penyebab jenis mikrobiota, parasit, virus, cacing, sumber penyebab manusia (anak-anak DPT, polio, campak, gondongan, cacar air) Host : keadaan umum, tanda vital,
116

Keadaan keseimbangan elektrolit

Keseimbangan suhu

status gizi, derajat, malignansi, penyakit keseimbangan fungsi organ terpadu Lingkungan : hospes perantara, sumber penularan manusia Untuk menurunkan suhu tidak dibenarkan menggunakan kompres es, kipas angin

Malignansi penyakit dengan infeksi luka

Rujukan

Atasi keluhan dan berikan simptomatik cegah keadaan untuk menjadi lebih buruk yaitu tindakan : untuk menurunkan suhu menyeimbangkan cairan, elektrolit tubuh nutrisi tubuh oksigenasi, pernapasan Tindakan terhadap penyebab

Pemulihan

Penyebab yang tidak jelas atasi secara simptomatik dan perbaiki keadaan umum

Kasus infeksi yang telah merusakkan organ (misalnya kasus TBC, PPOK, perlu rehabilitasi untuk mengoptimalkan fungsi paru) Pasca stroke dengan kecacatan dapat menimbulkan trauma psikis yang memerlukan rehabilitasi sosial baik pengguna jasa maupun keluarganya Demikian pula infeksi kusta komunitas harus dapat menerimanya tanpa keraguan untuk menjadi sumber penularan

Bila keadaan tidak dapat diatasi, perlu pemeriksaan lanjut dan tindakan pelayanan perawatan ataupun pelayanan lanjutan

Rehabilitasi fisik, mental dan sosial tergantung pada dampak penyakit, kronisnya penyakit, komplikasi penyakit kecacatan yang ada

2. Gangguan Sistem Pernapasan Kegiatan Uraian Kegiatan Keterangan


117

Penilaian penapisan

Berdasarkan keluhan subjektif; dispnoe, intensitas, rasa tersumbat, rasa tercekik, hubungan dengan pekerjaan, rasa berat pada dada (bedakan rasa nyeri dengan), PPOK, batuk, hemaptoe, suara serak akut, berulang Tentukan penyakit dasar Tanda vital angka respirasi, pergerakan dada Inspeksi saluran nafas atas/bawah/dada

Pernafasan atas (THT) Pernafasan bawah/paru Penyakit jantung Penyakit Hematogen (asidosis, anoksia) Neurogenik, psikogenik Korpus alinum (sumbatan jalan nafas) Umum; infeksi saluran nafas akut, kronik yang non spesifik; rinitis, faringitis, tonsilofaringitis, bronkhitis, bronkopneumonia, pleurotiskhiolitis Tumor paru, tumor THT, asma bronkhial, pneumokoniosis (kedaruratan medik)

Pemeriksaan semua gol umur

Infeksi sel nafas spesifik TBC, sistem DOTS (Direcly Observed Treatment Shortcourse) Non infeksi Masalah kegawatan nafas

Tindakan dan pengobatan

Berikan medikamentosa sesuai dengan hasil pemeriksaan, atasi penyebab, berikan obat pelega pernapasan, obat simptomatik untuk mengurangi penderitaan. Konseling mengenai penggunaan obat, cara pencegahan penularan/memberatnya penyakit, perjalanan penyakit dan cara mengatasinya, nutrisi dan pola hidup untuk mempercepat penyembuhan Terapi paliatif, untuk fisik maupun psikis

Ditujukan untuk pengguna jasa pelayanan kesehatan (PJPK) PJPK keluarganya dan

Rujukan

Bila fungsi paru memburuk Penyakit menjadi kronis Berhubungan dengan penyakit lain yang berat

Pada kasus terminal, mengurangi penderitaan perlu dukungan keluarga. Perkesmas

118

Malignansi Bila perlu peralatan diagnostik canggih dan tindakan invasif Tindakan dan pengobatan Menerima rujukan kembali Tindakan penyelematan kehidupan Perawatan kasus terminal dirumah Kasus kronik dengan pengobatan intensif Kasus dispnoe yang dapat segera diatasi Pengobatan suplemen Latihan pernapasan Mengembalikan fungsi: pernapasan, paru, organ pernapasan dalam dan luar Mengembalikan fungsi sosial Dokter Perkesmas bersama

Pemulihan

Terapi psikis/ventilasi

3. Gangguan Sistem Pencernaan dan Organ pendukungnya Kegiatan Penilaian pada berbagai usia Uraian Kegiatan

Keterangan Bila tidak diawasi dapat terjadi dehidrasi, perdarahan lambung, hipokalemi, hiponatremi alkalosis

gangguan pada gigi dan mulut keluhan pada abdomen atas : muntah, dispepsia abdomen; kolik, nyeri abdomen berdasarkan keluhan : tentukan penyebab, dapat terjadi semua golongan umur yaitu gastritis, diare non spesifik, pankreatitis non spesifik; sigelosis, eltor, demam tifoid, salmonelosis, infestasi cacing penyakit hepatobilier : hepatitis A, B, C, D dan E, fatty liver, sirrhosis hepatis, kolelitiasis Keracunan makanan; bakteri, bahan kimia, intoksikasi obat Intoleransi dalam metabolisme makanan : terhadap gula, laktosa, lemak Obstipasi dan konstipasi Inkotinensia alvi

119

Tindakan dan pengobatan

Terapi medikamentosa terhadap kausa dan simptomatik Diare dan alat pencernaan; terapi diet yang sesuai, terapi cairan Edukasi PJPK dan keluarga

Medikamentosa yang rasional (informatorium obat generik) Terapi cairan : oralit, infus Konseling Kebutuhan makanan dan cairan Kebersihan Pantangan Keluarga mementau makan dianjurkan diminta pola yang

Pemulihan

Penyesuaian untuk menu yang harus ditaati, lunak, jumlah cairan, tidak pedas

4. Gangguan Sistem Kardiovaskuler Kegiatan Deteksi dini Uraian Kegiatan Penyakit jantung bawaan pada bayi, semua golkongan umur Penyakit degeneratif : hipertensi Penyakit infeksi adalah penyakit jantung rheumaendokarditis Gagal jantung Memberikan medikamentosa, dietitik sesuai dengan diagnosa jantung, vaskular ataupun psikosomatik Konseling pada PJPK dan keluarganya untuk dapat memperbaiki sistem pompa jantung dan aliran pembuluh darah dan menyelesaikan masalah psikis ataupun masalah nutrisi, perilaku dan kebiasaan yang ada Memberikan edukasi pada pasien dan keluarganya untuk meningkatkan pola hidup dan menciptakan suasana keluarga yang partisipatif dalam menyelesaikan masalah PJPK Untuk kasus sistem kardiovaskuler yang menimbulkan keadaan yang tidak dapat diatasi, hipertensi yang tidak dapat Keterangan Sianosis adalah tindakan untuk segera dirujuk

Tindakan dan pengobatan

Dokter, keluarga

perawat,

Puskesmas, dokter

Rujukan

Perawat,

instruktur
120

dikendalikan Menerima rujukan dari perawat tertier dan pelayanan sekunder untuk dilakukan, pemantauan keluhan, tanda-tanda vital dan sosialisasi PJPK dalam perawatan rawat jalan Melakukan perawatan di rumah sesuai dengan kemampuan fisik PJPK Pemulihan Menyelenggarakan latihan jantung sehat agar tidak berkembangnya penyakit sistem kardiovaskuler juga untuk menjaga kebugaran fisik. Pemulihan sosial bagi PJPK, yang telah mengalami gangguan fungsi sosial akibat penyakit kardiovaskuler yang dialaminya

senam, URM

5. Gangguan Endokrin dan Metabolisme Kegiatan Deteksi dini Uraian Kegiatan Diabetes melitus atau tanpa komplikasi Gangguan tiroid : hipertiroid, hipotiroid, struma nodosa, struma difus Penatalaksanaan diabetes melitus dengan mengontrol kadar gula darah dan mengatur diet serta aktivitas serta medikamentosa Penatalaksanaan kasus gangguan tiroid, dengan menegakkan kasus yang tepat dan benar, pengobatan spesifik serta diet yang tepat sesuai dengan keadaan Rehabilitasi penderita DM, terutama yang telah mengalami komplikasi agar melakukan kegiatan keseharian secara produktif sesuai dengan usia dan kemampuannya Rehabilitasi fisik, mental dan sosial penderita gangguan tiroid terutama yang pernah mengalami gangguan psikis akibat penyakitnya Kelompok diabetes senam Keterangan Dokter bersama tim; perawat gizi, instruktur senam

Tindakan dan pengobatan

Pemulihan

Pemantauan oleh Perkesmas bersama keluarga

6. Gangguan Mental dan Perilaku

121

Kegiatan Deteksi dini

Uraian Kegiatan Gangguan mental emosional pada anak usia sekolah, dan usia dewasa Gangguan belajar pada anak usia sekolah Penatalaksanaan medikamentosa, suportif, obat psikotropik, konseling keluarga, sesuai dengan kasus

Keterangan UKS

Tindakan dan pengobatan

Dokter Puskesmas dan keluarga Bila puskesmas mempunyai konsultan Kesehatan Jiwa

Rujukan intra Untuk kasus yang kronik dan penggunaan puskesmas psikotropik

Rujukan untuk Kirimkan ke RS bila membahayakan perawatan keluarga dan sekitarnya Pemulihan Rehabilitasi medik dan sosial untuk mengembalikan fungsi sosial pasien pada komunitasnya dan beraktifitas optimal sesuai dengan usia dan kemampuannya Puskesmas keluarga dan

7. Gangguan Telinga Hidung dan Tenggorok Kegiatan Deteksi dini Uraian Kegiatan Keterangan

Gangguan telinga luar akibat trauma, UKS infeksi telinga tengah (otitis media), terutama pada anak usia balita, prasekolah, sekolah dan penyebab ketulian saat ataupun kedua telinga Medikamentosa dan edukasi mencegah kambuhnya peradangan THT, khususnya telinga agar tidak menjadi kronik dan infeksi ke otak Pelayanan pengobatan rasional

Tindakan dan pengobatan

Rujukan intra Trauma akibat kerja puskesmas Untuk perawatan infeksi kronik dan tindakan Rujukan untuk Pelayanan hearing Aids mendapat Operasi Mastedoiktomi, perawatan dan tonsilektomi tindakan invasif

Spesialis Puskesmas

THT

endoskopi,

RS/Pelayanan khusus untuk bantu dengar tonsilektomi pasca operasi, pelayanan


122

dapat dilakukan di Puskesmas Pemulihan Terapi wicara dapat dibantu oleh keluarga Pemantauan perkesmas oleh

8. Gangguan Mata dan Penglihatan Kegiatan Deteksi dini, keluhan; penglihatan kurang, matamerah, terasa gatal, kotor, terasa sakit, mata ada bercak putih, sakit kepala Tindakan dan pengobatan Uraian Kegiatan Keterangan

Gangguan refreaksi terutama pada anak UKS dan spesialis usia sekolah mata puskesmas Masalah-masalah infeksi mata; bakteri konjungtivitis, pseudomonas, streptococcus, virus : trakhom, herpes Alergi dan iritasi Defisiensi Vit. A. Xeroftalmia Trauma mata; erosi superfisial (tes fluoresin positif) buta warna Kapsul vit A. 200.000, IU pada defisiensi Resep kaca mata Operasi pterigium, hordeulum, dilakukan olaeh dokter mata puskesmas Konseling keluarga untuk proteksi kerusakan mata dan buta warna serta penyakit keturunan Optisian/dokter puskesmas

Rujuk untuk Penurunan refraksi berat dan kebutaan tindakan Glaukoma Strabismus pada anak balita dan pra sekolah Kekeruhan kornea Penglihatan berkurang perlahan-lahan Ulkus kornea, laserasi/perforasi mata, laserasi palpebra, entropion, trauma bakar Mata merah dengan penurunan visus Memantau penggunaan kaca mata pada gangguan refraksi Pemulihan Rehabilitas sosial penderita dengan gangguan mata yang tidak dapat dikoreksi, agar dapat melakukan kegiatan sehari-hari sesuai dengan kemampuan

Bila puskesmas tak ada dokter mata maka pelayanan spesialis dirujuk ke fasilitas pelayanan yang lengkap

Dokter puskesmas/ optisian Perkesmas dan keluarga


123

dan kondisinya

9. Gangguan Kulit dan Kelamin Kegiatan Deteksi dini, pastikan bahwa tidak ada penyakit lain (neoplasma, DM) Uraian Kegiatan Infeksi non spesifik yang mengenai semua golongan umur, pioderma, impetigo, folikulitis, furunkel, karbunkel, erisipelas, selulitis, eritrasma Keterangan Umum bakterial penyebabnya Steptococous. Staphylococous

Penyinfeksi spesifik disebabkan Virus : varisla, campak, herpes simpleks, herpes zoster, rubella Menahun ; Lepra ( Morbus Hansen), TBC kulit Jamur : dermatofitosis (tinea kapitis, tinea korporis, tinea pedis, tinea kruris), tinea versikolor, kandidiasis, dermatomikosis profunda Parasit : skabies, pedunkulosis kapitis, pedunkulosis korporis, cutancus larva migrans

Obat topikal kulit : Prinsip pengobatan basah dengan kompres basah Kering dengan kering

Obat disesuaikan kuman/biota penyebab

Alergi : urtikaria, erupsi alergi obat Keturunan ; prurigo hebra (anak-anak) Dermatitis kontak : sabun, zat kimia Psikis; neurodennatitis Kelainan kulit dengan penyakit sistemik (DM) Penyakit kulit akibat defisiensi PHS Uritritis Non spesifik, Gonore; Herpes Simpleks, Trikhomoniasis, Vaginosis bakterial, AIDS, Ulkus Mole, Granuloma Inguinela, Lymfogranuloma Venereum dan Tindakan yang tepat dengan pemeriksaan - Budaya bersih
124

Tindakan

pengobatan

laboratorium; (kerokan kulit, Gonorhea, dapat dilakukan rujukan ke laboratorium terdekat) Pengobatan antibiotika, anti fungsi dapat oral topikal Konseling kebersihan dan perawatan diri dan menghindari kontak dengan penyebab.

dapat dipantau di rumah (Puskemas)

Rujuk Pemulihan

Infeksi menjadi sistemik tak dapat diselesaikan pada tingkat primer, gangren Rehabilitas fisik dan mental pada penderita dengan kecacatan fisik akibat cedera, kosmetik / operasi plastik

10. Gangguan Muskuloskeletal dan Persarafan Kegiatan Deteksi dini Uraian Kegiatan Masalah persendian dan tulang seperti osteroartiritis, gout dan penyakit sendi lain Keterangan Keluhan muskuloskeletal selalu disertai rasa sakit dengan intensitas yang tergantung pada persyarafannya

Gangguan tulang belakang ; hernia nukleus pulposus Gangguan otot dan jaringan lunak akibat trauma, terutama akibat cedera olahraga Sekuele pasca stroke yang ringan Kejang yang lama (febris pada anak) dapat menimbulkan anoksia otak : tergantung daerahnya, dapat menyebabkan temaparese, hemiparese berat dan ringan tergantung tindakan kedaruratan yang dilaksanakan Kelelahan yang kronik (chronic fatigue syndrome) psikogen, farmakologik, endokrin metabolik, anemia, infeksi, rheumatoid, gangguan tidur) Kelelahan kronik, biasa usia 20-40 tahun dengan keluhan organik

125

Diagnostik; kelainan persyarafan/tulang

Tes neurologik dan EEG Pemotretan tulang/tengkorak; mikrosefali Otot dan kekuatan, EMG CT Scan Memberikan medikamentosa untuk mengurangi rasa sakit, peradangan yang timbul Edukasi untuk melakukan gerakan yang sesuai untuk tidak menambah sakit dan menambah trauma Penyakit dasar (hipertensi, jantung, DM); obati dengan tepat Kasus Gout, rheumatik banyak dikaitkan dengan makanan, karena itu edukasi untuk makanan yang boleh dimakan dan dipantang, terasa amat sakit Konseling bayi dan anak-anak diperlukan pembentukan vitamin D dengan bantuan sinar matahari

Rujukan ke pelayanan kesehatan terdekat yang memiliki fasilitas tersebut

Tindakan pengobatan

dan

Rujuk bedah untuk berat

bagian Tirah baring untuk kasus; reposisi Tulang tulang, trauma tulang perawatan lokal; trauma otot, jaringan lunak (memar), luka terbuka Untuk mencari lokasi, ketepatan tindakan dirujuk Untuk perawatan tirah baring, pelatihan otot Epilepsi untuk ketepatan diagnostik Trauma kepala

Pengobatan epilepsi

Rujuk ke Pasca stroke dengan parese berat Spesialis syaraf Pemulihan


rehabilitasi fisik; pelatihan otot pasca tindakan/trauma rehabilitasi mental untuk trauma yang dialami rehabilitasi sosial untuk dapat kembali mengerjakan pekerjaan seperti semula secara bertahap Pemulihan otot jantung dilakukan dengan senam yang

Dapat dilakukan di Puskesmas atas supervisi spesialis syaraf

126

bertahap Pemulihan otot pencernaan dilakukan dengan bentuk diet yang cair/lunak dan tidak merangsang Pemulihan tulang dengan gips/bidai Pemulihan sayatan pada otot dilakukan dengan kompres/obat topika pasca jahitan dan ditutup dengan kasa

URM (Unit Rehabilitas Medik) Perkesmas, keluarga

127

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN


KESIMPULAN Dalam menjalankan fungsinya dokter dan tim pelayanan kesehatan pada kegiatannya untuk penyelesaian masalah kecelakaan dan kedaruratan medik adalah berupa penerapan kemampuan untuk mengatasi masalah sistem organ biologik tubuh dan mental psikologikal dari semua golongan umur yang bersifat segera. Pelayanan ditujukan terhadap pengguna pelayanan medik yang memerlukan tindakan segera yang kemungkinan dibawa oleh; tim ambulans, keluarga, petugas di tempat kerja, orang yang di sekitar korban, petugas keamanan di sekitar korban, disebabkan penyakit yang lanjut ataupun kecelakaan (di rumah, tempat kerja, jalan) tanpa memandang umur. Pada pelayanan kedaruratan medik kasus berat di Puskesmas untuk tindakan lanjut dilakukan pada unit pelayanan lengkap, namun untuk resusitasi jantung paru otak pasang infus terdahulu, lapangkan jalan nafas dan sistem pengangkutan amat membantu. SARAN Semua tenaga kesehatan harus selalu berupaya memberikan upaya pelaksanaan pengobatan yang sebaik-baiknya terutama di Puskesmas. Hal ini terkait dengan peranan puskesmas sebagai lini terdepan dalam upaya mewujudkan suatu masyarakat yang sehat. Oleh karena itu setiap pihak yang terkait ,harus terus berupaya memberikan pelayanan medis yang sebaik-baiknya sesuai dengan Standarad Pelayanan Medis yang berlaku.

128

DAFTAR PUSTAKA

1. Tambunan , Taralan , Daldiono, Sungkar Saleha,dkk.Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas 2007. Jakarta : Departemen Kesehatan RI, 2007.Hal.1-3.

2.Soegianto,Benny. Kebijakan Dasar Puskesmas.Jakarta.2007

3.Puskesmas Kec. Tebet Laporan Tahunan Puskesmas Kecamatan Tebet 2010.Jakarta.

129

UPAYA KESEHATAN PENGEMBANGAN

130

UPAYA KESEHATAN SEKOLAH (UKS)

Penyusun : Marcia Dian P Riana Youri Sherly Gunawan (030.05.139) (030.05.191) (030.05.208)

131

BAB I PENDAHULUAN
Pembangunan nasional pada hakekatnya adalah pembangunan manusia Indonesia yang berkualitas. Salah satu upaya yang strategis untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia adalah dengan pendidikan. Kualitas pendidikan berkaitan erat dengan sumber daya manusia yang berkualitas pula. Sumber daya manusia yang berkualitas adalah yang memiliki jasmani dan rokhani yang sehat. Upaya pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas dan sehat antara lain dengan melaksanakan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). Program UKS dilaksanakan pada semua jenis dan jenjang pendidikan, termasuk madrasah. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) merupakan bagian dari program kesehatan anak usia sekolah. Anak usia sekolah adalah anak yang berusia 6 21 tahun, yang sesuai dengan proses tumbuh kembangnya dibagi menjadi 2 sub kelompok, yakni pra remaja (6-9 tahun) dan remaja (10-19 tahun). Pelayanan kesehatan pada UKS adalah pemeriksaan kesehatan umum, kesehatan gigi dan mulut siswa SD dan setingkat melalui penjaringan kesehatan terhadap murid kelas 1 Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan bersama dengan guru UKS terlatih dan dokter kecil secara berjenjang (penjaringan awal oleh guru dan dokter kecil, penjaringan lanjutan oleh tenaga kesehatan).

132

BAB II PENGERTIAN
Usaha Kesehatan Sekolah ( UKS ) merupakan bagian dari program kesehatan anak usia sekolah . Anak usia sekolah adalah anak yang berusia 6-21 tahun , yang sesuai dengan proses tumbuh kembangnya dibagi menjadi 2 subkelompok yakni pra remaja ( 6-9 tahun ) dan remaja ( 10-19 tahun ). Hidup sehat seperti yang didefinisikan oleh badan kesehatan perserikatan bangsabangsa (PBB) World Health Organization (WHO) adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Sedangkan kesehatan jiwa adalah keadaan yang memungkinkan perkembangan fisik, mental, intelektual, emosional, dan sosial yang optimal dari seseorang. Dalam Undang Undang Nomor 23 Tahun 1992 pasal 45 tentang Kesehatan ditegaskan bahwa Kesehatan Sekolah diselenggarakan untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat peserta didik dalam lingkungan hidup sehat sehingga peserta didik dapat belajar, tumbuh dan berkembang secara harmonis dan optimal sehingga diharapkan dapat menjadikan sumber daya manusia yang berkualitas. Menurut Sumantri, M. (2007) peserta didik itu harus sehat dan orang tua memperhatikan lingkungan yang sehat dan makan makanan yang bergizi, sehingga akan tercapai manusia soleh, berilmu dan sehat (SIS). Dalam proses belajar dan pembelajaran materi pembelajaran berorientasi pada head, heart dan hand, yaitu berkaitan dengan pengetahuan, sikap/nilai dan keterampilan. Namun masih diperlukan faktor kesehatan (health) sehingga peserta didik memiliki 4 H (head, heart, hand dan health). Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) adalah usaha untuk membina dan mengembangkan kebiasaan dan perilaku hidup sehat pada peserta didik usia sekolah yang dilakukan secara menyeluruh (komprehensif) dan terpadu (integrative). Untuk optimalisasi program UKS perlu ditingkatkan peran serta peserta didik sebagai subjek dan bukan hanya objek. Dengan UKS ini diharapkan mampu menanamkan sikap dan perilaku hidup sehat pada dirinya sendiri dan mampu menolong orang lain. Dari pengertian ini maka UKS dikenal pula dengan child to child programme. Program dari anak, oleh anak, dan untuk anak untuk menciptakan anak yang berkualitas.

133

BAB III TUJUAN


Secara umum UKS bertujuan meningkatkan mutu pendidikan dan prestasi belajar peserta didik dengan meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat serta derajat kesehatan peserta didik. Selain itu juga menciptakan lingkungan yang sehat, sehingga memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan yang harmonis dan optimal dalam rangka pembentukan manusia Indonesia berkualitas. Sedangkan secara khusus tujuan UKS adalah menciptakan lingkungan kehidupan sekolah yang sehat, meningkatkan pengetahuan, mengubah sikap dan membentuk perilaku masyarakat sekolah yang sehat dan mandiri. Di samping itu juga meningkatkan peran serta peserta didik dalam usaha peningkatan kesehatan di sekolah dan rumah tangga serta lingkungan masyarakat, meningkatkan keterampilan hidup sehat agar mampu melindungi diri dari pengaruh buruk lingkungan.Memupuk kebiasaan perilaku hidup bersih dan sehat dan meningkatkan derajat kesehatan siswa, yang mencakup : 1. Memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk melaksanakan prinsip hidup bersih dan sehat serta berpratisipasi aktif di dalam usaha peningkatan kesehatan di sekolah perguruan agama, di rumah tangga maupun di lingkungan masyarakat. 2. Sehat fisik, mental maupun sosial. 3. Memiliki daya hayat dan daya tangkal terhadap pengaruh buruk penyalahgunaan NAPZA.

134

BAB IV KEGIATAN DAN SASARAN


Sasaran pembinaan dan pengembangan UKS meliputi peserta didik sebagai sasaran primer, guru pamong belajar/tutor orang tua, pengelola pendidikan dan pengelola kesehatan serta TP UKS di setiap jenjang sebagai sasaran sekunder. Sedangkan sasaran tertier adalah lembaga pendidikan mulai dari tingkat pra sekolah/TK/RA sampai SLTA/MA, termasuk satuan pendidikan luar sekolah dan perguruan tinggi agama serta pondok pesantren beserta lingkungannya. Sasaran lainnya adalah sarana dan prasarana pendidikan kesehatan dan pelayanan kesehatan. Sasaran tertier lainnya adalah lingkungan yang meliputi lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat sekitar sekolah. Untuk belajar dengan efektif peserta didik sebagai sasaran UKS memerlukan kesehatan yang baik. Kesehatan menunjukkan keadaan yang sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Kesehatan bagi peserta didik merupakan sangat menentukan keberhasilan belajarnya di sekolah, karena dengan kesehatan itu peserta didik dapat mengikuti pembelajaran secara terus menerus. Kalau peserta didik tidak sehat bagaimana bisa belajar dengan baik. Oleh karena itu kita mencermati konsep yang dikemukakan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), bahwa salah satu indikator kualitas sumber daya manusia itu adalah kesehatan, bukan hanya pendidikan. Ada tiga kualitas sumber daya manusia, yaitu pendidikan yang berkaitan dengan berapa lama mengikuti pendidikan, kesehatan yang berkaitan sumber daya manusianya, dan ekonomi yang berkaitan dengan daya beli. Untuk tingkat ekonomi Indonesia masih berada pada urutan atau ranking yang sangat rendah yaitu 108 pada tahun 2008, dibandingkan dengan negara-negara tetangga. Kemajuan ekonomi suatu bangsa biasanya berkorelasi dengan tingkat kesehatan masyarakatnya. Semakin maju perekonomiannya, maka bangsa itu semakin baik pula tingkat kesehatannya. Oleh karena itu, jika tingkat ekonomi masih berada di urutan yang rendah, maka tingkat kesehatan masyarakat pada umumnya belum sesuai dengan harapan. Begitu pula dengan sumber daya manusianya yang diharapkan berkualitas masih memerlukan proses dan usaha yang lebih keras lagi.

4.1 Kegiatan UKS (Trias UKS) yaitu pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan, dan pembinaan lingkungan sekolah sehat.
135

4.1.1

Pendidikan Kesehatan:

Kegiatan intra kurikuler adalah melaksanakan pendidikan pada saat jam pelajaran berlangsung sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pendidikan ini tidak hanya diberikan pada saat mata pelajaran Pendidikan Jasmani saja, namun bisa juga secara integratif pada saat mata pelajaran lainnya disampaikan kepada peserta didik. 4.1.1.1 Program Dokter Kecil / Kader Kesehatan Remaja (KKR) Dokter kecil adalah siswa yang memenuhi kriteria dan telah terlatih untuk ikut melaksanakan sebagian usaha pemeliharaan dan peningkatan kesehatan terhadap diri sendiri, teman, keluarga dan lingkungannya. Tugas dan kewajiban dokter kecil 1. Selalu bersikap dan berperilaku sehat. 2. Dapat menggerakkan sesama teman-teman siswa untuk bersama-sama menjalankan usaha kesehatan terhadap dirinya masing-masing. 3. Berusaha bagi tercapainya kesehatan lingkungan yang baik di sekolah maupun di rumah. 4. Membantu guru dan petugas kesehatan pada waktu pelaksanaan pelayanan kesehatan di sekolah. 5. Berperan aktif dalam rangka peningkatan kesehatan ,antara lain : Pekan kebersihan, Pekan Gizi, Pekan Penimbangan BB dan TB di sekolah, Pekan Kesehatan Gigi, Pekan Kesehatan Mata, dan lain-lain. 4.1.1.2 4.1.1.3 Program PMR Program Saka Bakti Husada

4.1.1.4 Kegiatan Penyuluhan Kesehatan 4.1.1.5 Kampanye Kesehatan 4.1.2 Pelayanan Kesehatan

4.1.2.1 Screening Kesehatan Kelas I 4.1.2.2 Pembinaan berkala oleh TP UKS 4.1.2.3 Imunisasi (BIAS) 4.1.2.4 Kegiatan Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) 4.1.2.5 Pemantauan Status Gizi Anak Sekolah Berkala 4.1.2.6 Pemeriksaan Tes Daya Lihat / Visus Berkala 4.1.2.7 Kegiatan Konseling Kesehatan Remaja 4.1.2.8 Program Pemberantasan Penyakit Cacingan

136

4.1.2.9

Pertolongan

Pertama

Kegawatdaruratan

Medik

meliputi

P3P

(Pertolongan Pertama Pada Penyakit) dan P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan) 4.1.3 Pembinaan Lingkungan Sekolah Sehat 4.1.3.1 Sanitasi Lingkungan Baik 4.1.3.2 Pelaksanaan Gerakan PSN-DBD 4.1.3.3 Penegakan aturan Kawasan Tanpa Asap Rokok 4.1.3.4 Penegakan aturan Larangan Penyalahgunaan Napza 4.1.3.5 Pemberantasaan Penyakit Bersumber Binatang (P2B2) 4.2 Sasaran mutu Program UKS 4.2.1 4.2.2 4.2.3 4.2.4 4.2.5 4.2.6 4.2.7 4.2.8 4.2.9 Angka absensi sakit peserta didik (<1.5%) Kepuasan Pelanggan (85%) Temuan masalah / komplain UKS ditindaklanjuti (100%) Tim Pelaksana UKS di Sekolah aktif (80%) Tim Pembina UKS setiap tingkat aktif (100%) Sekolah patuh terhadap standar PHBS (100%) Status gizi peserta didik Baik (90%) Pelaporan UKS akurat (100%) Sekolah dengan sanitasi lingkungan Baik (100%)

137

BAB V PELAKSANAAN KEGIATAN


PELAKSANAAN KEGIATAN UKS DI PUSKESMAS KECAMATAN TEBET 1. Peningkatan wawasan Petugas Kesehatan Anak 2. Monitoring Program Kesehatan Anak TK Kodya ke Puskesmas (Bintek) 3. Rapat Konsultasi Kesehatan Anak 4. Peningkatan Prestasi Balita Indonesia 5. Sosialisasi MTBS 6. Peningkatan Prestasi Dokter Kecil 7. Rapat Konsultasi Petugas UKS 8. Pembinaan Sekolah Unggulan 9. Peningkatan Wawasan Guru TK, SD, SMP, SMA 10. Pembinaan Sekolah Sehat TK,SD, SMP,SMA 11. Sarana UKS Berprestasi 12. Sosialisasi PKPR 13. Peningkatan Wawasan Guru BP, SMP, SMA dan Petugas Puskesmas 14. Pertemuan Petugas MTBS di Puskesmas 15. PembinaanTPUKS Kecamatan 16. Pelatihan MTBS

138

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN


KESIMPULAN Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) adalah usaha untuk membina dan mengembangkan kebiasaan dan perilaku hidup sehat pada peserta didik usia sekolah yang dilakukan secara menyeluruh (komprehensif) dan terpadu (integrative). Untuk optimalisasi program UKS perlu ditingkatkan peran serta peserta didik sebagai subjek dan bukan hanya objek. Dengan UKS ini diharapkan mampu menanamkan sikap dan perilaku hidup sehat pada dirinya sendiri dan mampu menolong orang lain. Dari pengertian ini maka UKS dikenal pula dengan child to child programme. Program dari anak, oleh anak, dan untuk anak untuk menciptakan anak yang berkualitas. Upaya mengembangkan Sekolah Sehat (Health Promoting School/HPS) melalui program UKS perlu disosialisasikan dan dilakukan dengan baik. melalui pelayanan kesehatan (yankes) yang didukung secara mantap dan memadai oleh sektor terkait lainnya, seperti partisipasi masyarakat, dunia usaha, dan media massa. Sekolah sebagai tempat berlangsungnya proses pembelajaran harus menjadi HPS, yaitu sekolah yang dapat meningkatkan derajat kesehatan warga sekolahnya. Upaya ini dilakukan karena sekolah memiliki lingkungan kehidupan yang mencerminkan hidup sehat. Selain itu, mengupayakan pelayanan kesehatan yang optimal, sehingga terjamin berlangsungnya proses pembelajaran dengan baik dan terciptanya kondisi yang mendukung tercapainya kemampuan peserta didik untuk beperilaku hidup sehat. Semua upaya ini akan tercapai bila sekolah dan lingkungan dibina dan dikembangkan

139

DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Kesehatan. (2008). Pedoman Pelatihan Kader Kesehatan di Sekolah. Jakarta: Departemen Kesehatan. 2. Sumantri, M. (2007). Pendidikan Wanita. Dalam Ali, M., Ibrahim, R., Sukmadinata, N.S., dan Rasjidin, W. (Penyunting). Ilmu dan Aplikasi Pendidikan: Handbook.. Bandung: Pedagogiana Press (Halaman 1175 1186) 3. Keputusan Bersama Menteri Pendidikan Nasional, Menteri Kesehatan, Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri. Nomor 26 Tahun 2003 tentang Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kesehatan Sekolah.

140

UPAYA KESEHATAN OLAHRAGA

Penyusun : Fajar Nursuhud (030.05.090) Mohd Fahmi bin Mansor (030.06.311)

141

BAB I PENDAHULUAN
Keberhasilan pembangunan memberi dampak pada perubahaan perilaku masyarakat antara lain perubahan kebiasaan makan yang salah dan kurang gerak, yang keduanya memberi andil timbulnya masalah kesehatan pada masyarakat modern, yaitu kecenderungan timbulnya penyakit-penyakit degeneratif. Berdasarkan SKRT 1992, penyakit jantung dan pembuluh darah merupakan penyebab kematian nomor dua setelah diare. Penderita rawat inap penyakit kardiovaskuler meningkat dari tahun ketahun demikian juga dengan diabetes. Fungsi dokter, terutama dokter Puskesmas sebagai ujung tombak pemerintah untuk meningkatkan derajat kesehatan di wilayah kerjanya tidak hanya menuliskan resep melainkan lebih banyak melakukan upaya-upaya pencegahan penyakit agar masyarakat tidak sakit dan meningkatkan kesehatan mereka. Sebagai salah satu dari 20 upaya pokok kesehatan, upaya kesehatan olahraga adalah suatu cara untuk meningkatkan kesehatan hidup manusia. Olahraga sudah menjadi bagian dari budaya kehidupan sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah membuktikan adanya hubungan antara latihan fisik dengan derajat kesehatan. Kesehatan keluarga merupakan upaya kesehatan yang memanfaatkan olahraga atau latihan fisik untuk meningkatkan derajat kesehatan. Dengan olahraga atau latihan fisik yang benar akan dicapai tingkat kesegaran jasmani yang baik dan merupakan modal penting dalam peningkatan prestasi. Olahraga yang baik dan benar adalah olahraga yang sesuai dengan kebutuhan kesehatan, dengan dasar latihan fisik yang baik sehingga ketahanan tubuh dapat ditingkatkan. Bila ketahanan tubuh seseorang sudah dapat ditingkatkan maka secara tidak langsung kemampuan fisiknya juga semakin tinggi dan semakin mampu mengatasi beban kerja yang diberikan kepadanya, sehingga produktivitas kerja orang tersebut juga semakin tinggi. Telah diketahui bahwa dengan olahraga, seseorang akan mempunyai daya tahan atau sistem imun yang lebih tinggi sehingga orang tersebut akan mempunyai daya tahan terhadap penyakit-penyakit infeksi. Ditemukan pula bahwa tingkat kebugaran jasmani merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja.

142

Karena itulah, puskesmas sebagai penyedia pelayanan kesehatan dasar di tingkat pertama perlu mengembangkan suatu upaya kesehatan olahraga bagi masyarakat di wilayah kerjanya.

143

BAB II PENGERTIAN
A. Definisi Sehat Arti kata sehat menurut WHO 1947: Health is a state of complete physical, mental and social well being and not merely the absence of the disease or infirmity. Adalah suatu keadaan sejahtera sempurna dari jasmani, rohani dan sosial dan bukan hanya bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan. Sedangkan sehat menurut undang-undang kesehatan no. 23 tahun 1960 adalah suatu keadaan sejahtera sempurna dari jasmani, rohani dan sosial yang memungkinkan seseorang hidup produktif baik sosial maupun ekonomi. Dalam pengertian tersebut tersurat suatu keadaan tingkat kemampuan fungsional tubuh manusia yang secara popular dikenal sebagai kemampuan fisik (physical fitness) atau kesegaran jasmani.

B. Kesehatan Olahraga

Kesehatan olahraga adalah upaya kesehatan yang memanfaatkan olahraga atau latihan fisik untuk meningkatkan derajat kesehatan. (UU nomor 23 tahun 1992, pasal 46, Tentang Kesehatan Olahraga)

Kesehatan olahraga adalah upaya kedokteran/kesehatan teori dan praktek yang menganalisa pengaruh gerakan, latihan dan olahraga termasuk kurang gerak, tertuju kepada manusia semua umur yang sakit dan yang sehat. (August Kirche dkk,1987)

Kesehatan olahraga berbeda dengan olahraga kesehatan. Dimana kesehatan olahraga adalah upaya kesehatan yang memanfaatkan olahraga yang bertujuan untuk meningkatknya derajat kesehatan, sedangkan olahraga kesehatan adalah pelatihan olahraga atau latihan fisik, biasanya masuk dalam kurikulum sekolah yang dasarnya bertujuan untuk meningkatnya prestasi.

C. Kesegaran Jasmani

144

Secara umum dapat diartikan sebagai kemampuan tubuh untuk melakukan kegiatan sehari-hari tanpa kelelahan berlebihan. Dalam pengertian tersebut terkandung tiga hal pokok yaitu beban kerja pekerjaan harian, cadangan kemampuan/kapasitas dan keadaan kesehatan/derajat kesehatan

D. Sarana Olahraga

Sarana olahraga adalah tempat yang secara khusus disediakan untuk kegiatan olahraga, antara lain pusat olahraga, lapangan olahraga, pusat kebugaran dan tempat tertentu seperti stadion, kolam renang, klub berlatih, kelompok latihan fisik dan kelompok senam. Sarana lain adalah tempat untuk menyembuhkan atau memulihkan kesehatan akibat cedera olahraga, meningkatkan kesehatan kelompok masyarakat tertentu, misalnya kelompok ibu hamil, melalui latihan fisik dan penyebarluasan cara olahraga yang benar.

E. Olahraga yang teratur menurut WHO aktivitas fisik dibagi 4 kategori : 1) Hidup aktif : setiap hari melakukan aktivitas ringan sampai sedang selama 10 menit atau lebih beberapa kali sehari. 2) Aktivitas untuk sehat : setiap hari melakukan aktivitas sedang selama 30 menit atau lebih. 3) Latihan fisik untuk bugar : seminggu 3 kali melakukan aktivitas sedang sampai berat selama 20 menit atau lebih. 4) Latihan fisik untuk olahraga : durasi dan frekuensi tergantung tingkat kebugaran jasmani seseorang , aktivitas terprogram.

145

BAB III TUJUAN


A. Tujuan Umum Berkembangnya upaya peningkatan derajat kesehatan melalui latihan fisik dan terbantunya/tercapainya upaya peningkatan kesegaran jasmani yang mempunyai pengaruh langsung terhadap produktifitas kerja, serta terbantunya peningkatan upaya olahraga pendidikan, olahraga prestasi, olahraga masyarakat dan olahraga tradisional.

B. Tujuan Khusus a. Meningkatnya kemampuan petugas Puskesmas dalam upaya kesehatan olahraga di Puskesmas. b. Meningkatnya jangkauan dan mutu upaya kesehatan olahraga di wilayah kerja Puskesmas. c. Meningkatnya koordinasi lintas program dan lintas sektor dalam pembinaan upaya kesehatan olahraga di wilayah kerja Puskesmas. d. Meningkatnya partisipasi aktif masyarakat dalam upaya kesehatan olahraga melalui penggalian potensi/sumber daya masyarakat di wilayah kerja Puskesmas. e. Meningkatnya informasi kesehatan olahraga di Puskesmas.

146

BAB IV KEGIATAN DAN SASARAN


A. Kegiatan Upaya Kesehatan Olahraga Meliputi: 1. Pembinaan secara terpadu peran serta masyarakat kelompok potensial, guru sekolah, kader Posyandu, organisasi mayarakat, LSM dalam kesehatan olahraga. 2. Penyelenggaraan penyuluhan kesehatan olahraga terpadu pada kegiatan penyuluhan Puskesmas dan di luar Puskesmas. 3. Penyelenggaraan pelayanan rawat jalan Puskesmas terpadu dengan memperhatikan faktor kesehatan olahraga. 4. Evaluasi terhadap penyelenggaran upaya kesehatan olahraga

B. Langkah-Langkah Penyelanggaraan Kegiatan Upaya Kesehatan Olahraga di atas: a. Persiapan petugas: 1. Menyiapkan pelatihan tentang upaya kesehatan olahraga 2. Mengumpulkan data kesehatan olahraga di wilayah kerja Puskesmas, dikaitkan dengan microplaning. 3. Mengolah data kesegaran jasmani, sehingga diperoleh permasalahan kesehatan yang berkaitan dengan kesehatan olahraga di wilayah Puskesmas. 4. Menentukan prioritas masalah kesehatan yang berkaitan dengan kesehatan olahraga dan mencari alternatif-alternatif pemecahannya. 5. Menghimpun potensi (dana, tenaga, sarana) 6. Memberikan informasi upaya kesehatan olahraga melalui pertemuan-pertemuan. Lintas program di Puskesmas Lintas sektoral di Kelurahan Tim pembina UKS di tingkat Kelurahan

7. Melaksanakan diskusi kelompok untuk memperoleh dukungan dari semua pihak tentang pelaksanaan program kesehatan olahraga melalui: Lintas program di Puskesmas Lintas sektoral di Kelurahan Tim pembina UKS di tingkat Kelurahan

8. Membentuk forum koordinasi kesehatan olahraga tingkat Kelurahan dengan melibatkan unsur dari
147

Puskesmas (dokter/perawat) Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Kepala kantor, Dinas P&P beserta OSIS, Kakandep Dikbud beserta penilik olahraga.

Departemen Agama (KUA) Departemen Sosial (petugas sosial masyarakat) Departemen Penerangan (Jupen) Departemen Tenaga Kerja (juru penyuluh) Kelurahan (Lurah, Kaurkesra) Lembaga Swadaya Masyarakat

9. Menentukan prioritas sasaran kegiatan program kesehatan olahraga di tingkat Kelurahan. 10. Menyiapkan pengelolaan program dan menyusun rencana kerja pelaksanaan kesehatan olahraga

b. Persiapan masyarakat: 1. Pertemuan tokoh masyarakat formal dan informal untuk pemahaman dan memperoleh masukan dalam upaya pelaksanaan kesehatan olahraga di masyarakat. 2. Pengumpulan dan pengolahan data serta analisis permasalahan tentang kegiatankegiatan kesehatan olahraga yang ada di masyarakat. 3. Memilih ketua-ketua dari kelompok-kelompok potensial yang ada di masyarakat untuk dilatih sebagai kader kesehatan olahraga. 4. Melaksanakan Musyawarah Masyarakat Desa (MMD) tentang upaya kesehatan olahraga 5. Pelatihan Kader Olahraga.

C. Rincian Kegiatan 1. Promotif Penyuluhan dalam gedung: Memberi contoh ketauladanan Memberi contoh katauladanan sikap dan perilaku hidup sehat kepada masyarakat Memberi contoh ketauladanan dalam hal kebersihan lingkungan fisik Puskesmas Penyuluhan melalui media Memasang poster-poster berisi pesan-pesan tentang kesehatan olahraga
148

Menggunakan radio kaset yang menyiarkan lagu-lagu kesehatan olahraga atau pesan spot radio dan sebagainya. Penyuluhan individu di kamar periksa Balai Pengobatan Penyuluhan kelompok pada acara yang direncanakan.

Pelaksana: Seluruh staf Puskesmas dan Perawat Kesehatan Mahir

Penyuluhan di luar gedung Puskesmas: Sasaran program adalah masyarakat di wilayah kerja Puskesmas antara lain; kelompok arisan, pengajian, Posyandu, sanggar senam, kelompok olahraga tradisional. Bimbingan teknis dan pengawasan terhadap usaha kesehatan olahraga pada kelompok-kelompok olahraga di masyarakat. Pelaksana: Dokter/perawat kesehatan mahir

2. Deteksi dini Pemeriksaan kesehatan: Skrining kesehatan bagi masyarakat umum untuk menentukan kemampuan aktivitas fisik. Skrining kesehatan bagi masyarakat khusus (atlet, penyandang cacat, kelompok khusus lain) Pemeriksaan tingkat kesegaran jasmani bagi individu sehat dan bagi individu sakit Pemeriksaan dosis latihan bagi individu sehat dan bagi individu sakit.

Pelaksana: Dokter dan perawat. 3. Tindakan: Penanganan pertama pada kasus cedera olahraga di Puskesmas Pelaksana: Dokter dan perawat 4. Pemulihan: Pencegahan cedera pada pemulihan. Pelayanan pasca trauma/cedera olahraga (terintegrasi dengan unit rawat jalan)

Pelaksana: Fisioterapis, dokter, perawat. 5. Evaluasi program: Pembinaan kesehatan olahraga di wilayah. Pelayanan kesehatan olahraga Puskesmas.

Pelaksana: Pimpinan Puskesmas, puskesmas dan mitra kerja.


149

D. Indikator Keberhasilan Kegiatan 1. Pembinaan kesehatan wilayah: Peningkatan kegiatan peran serta masyarakat dalam rangka upaya peningkatan kesehatan olahraga. Peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku Kader Kesehatan (Posyandu, guru sekolah, pengelola klub kebugaran, pelatih senam, dll) yang dibina perihal kesehatan. Penurunan angka kecelakaan olahraga di setiap kelompok penyelenggara kegiatan olahraga dan kebugaran. 2. Pelayanan Puskesmas Peningkatan kesadaran, kemauan, ketrampilan provider Puskesmas perihal pelayanan kesehatan olahraga. Terselenggaranya penyuluhan kesehatan olahraga terpadu di Puskesmas dan wilayahnya Terselenggaranya pelayanan kesehatan holistik, paripurna, terpadu pada kegiatan pelayanan rawat jalan Puskesmas dengan memperhatikan faktor kesehatan olahraga dan pencegahannya.

E. Sasaran Kegiatan 1. Sasaran pokok: 1. Kelompok ibu hamil 2. Kelompok usia balita 3. Usia sekolah 4. Usia Kerja 5. Usia lanjut 6. Kelompok khusus ( atlet, penyandang cacat, dan penderita penyakit tertentu)

2. Sasaran antara: a. Pengelola klub kebugaran (fitness center) b. Pengurus/pengelola klub (jantung sehat,senam asma,dll) c. Pengurus/pengelola kelompok olahraga tradisional. d. Pengelola sanggar senam e. Pelatih/instruktur senam.
150

BAB V PELAKSANAAN KEGIATAN


PELAKSANAAN KEGIATAN DI PUSKESMAS KECAMATAN CILANDAK Sebagai salah satu upaya pokok Puskesmas, upaya pokok kesehatan olahraga merupakan salah satu program yang terdapat di Puskesmas Kecamatan Cilandak. Upayaupaya yang telah dilaksanakan oleh Puskesmas antara lain senam, penyuluhan kesehatan dan pemeriksaan kesehatan yang diikuti oleh baik pasien, karyawan, maupun masyarakat sekitar Puskesmas Kecamatan Cilandak. Tujuan dari upaya pelaksanaan ini adalah untuk meningkatkan taraf kesehatan karyawan puskesmas dan masyarakat sekitar puskesmas Kecamatan Cilandak. Berikut ini adalah tabel upaya kesehatan olahraga di Puskesmas Kecamatan Cilandak : No Kegiatan 1. Senam Waktu Setiap Tempat hari Ruang Petugas Instruktur dari Peserta Kegiatan

Ibu hamil Setelah trimester senam dilakukan penyuluhan kesehatan ibu hamil

ibu hamil Senin minggu tunggu I dan III pukul Rumah 08.30-09.30 Bersalin Puskesmas Kecamatan Cilandak

fisioterapi III

dan promosi produk bayi.

2.

Senam DM

Hari

selasa Aula lantai Instruktur dari fisioterapi

Pasien poli Sebelum DM senam dilakukan pemeriksaan gula darah

minggu I dan 3 III pukul Puskesmas Kecamatan Cilandak

08.30-09.30

sewaktu, dan tekanan darah. Setelah senam dilakukan


151

penyuluhan dan konsultasi serta terapi oleh dokter. 3. Senam haji Setiap hari Aula lantai Instruktur dari fisioterapi Jamaah calon haji

rabu dalam 10 3 minggu menjelang Puskesmas Kecamatan

keberangkatan Cilandak haji pukul

08.00-09.00 4. Senam pocopoco. Dilakukan setiap rabu jumat menjelang lomba bulan 2011, pada Juni pukul Aula lantai Instruktur hari 3 dan Puskesmas Kecamatan Cilandak dari Karyawan Puskesmas Latihan senam

fisioterapi Kecamatan poco-poco Cilandak. untuk persiapan lomba

14.00-16.00. 5. Senam umum Dilakukan setiap selasa jumat Lapangan hari parkir dan Puskesmas tiap Cilandak Instruktur dari Warga sekitar Senam.

fisioterapi Puskesmas Kecamatan Cilandak.

minggu pada pukul 07.3008.30.

152

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan Upaya kesehatan olahraga di dalam wilayah adalah bagian dari fungsi puskesmas yang berkaitan dengan upaya pengembangan, pemeliharaan dan peningkatan derajat kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya. Sebagai salah satu upaya pokok Puskesmas, Upaya Kesehatan Olahraga telah menambah dan meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang arti pentingnya kesehatan olahraga. Telah diyakini bahwa dengan berolahraga dapat meningkatkan tingkat kesehatan dan produktifitas kerja. Kesehatan olahraga berbeda dengan olahraga kesehatan. Dimana kesehatan olahraga adalah upaya kesehatan yang memanfaatkan olahraga yang bertujuan untuk meningkatknya derajat kesehatan, sedangkan olahraga kesehatan adalah pelatihan olahraga atau latihan fisik, biasanya masuk dalam kurikulum sekolah yang dasarnya bertujuan untuk meningkatnya prestasi. Upaya kesehatan olahraga ini akan berhasil jika diikuti oleh peran serta masyarakat dan semua pihak dengan kesadaran akan pentingnya berolahraga, dengan harapan terbentuknya manusia Indonesia yang sehat dan tercapainya derajat kesehatan yang setinggitingginya. Sebelumnya di Puskesmas pernah diadakan kegiatan bagi lansia berupa senam, tetapi sekarang tidak ada lagi karena responden yang bersedia untuk hadir tidak ada.

Saran Saran yang dapat dijadikan pertimbangan: Mempertahankan upaya-upaya kesehatan olahraga yang telah dilaksanakan. Meningkatkan kesadaran, kemauan, ketrampilan provider Puskesmas perihal pelayanan kesehatan olahraga. Meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku Kader Kesehatan yang dibina perihal kesehatan olahraga. Meningkatkan dan memotivasi peran serta masyarakat akan pentingnya kesehatan olahraga. Mengadakan kegiatan bagi para lansia seperti senam, latihan bernyanyi dan tensi gratis.

153

DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Upaya kesehatan Olahraga, Pedoman Kerja Puskesmas, 1999, Jilid ke-2, Jakarta. 2. Undang-Undang Kesehatan No. 23, pasal 46,tahun 1992, tentang Kesehatan Olahraga. 3. Pemerintah Daerah DKI Jakarta, Upaya Pokok Kesehatan Olahraga, Standarisasi Pelayanan Kesehatan Puskesmas di DKI Jakarta,1999, Jakarta. 4. Mustika, D., Danu, S.S., Ketersediaan Obat Puskesmas pada Dinas Kesehatan Kabupaten Bengkulu Selatan Pascaotonomi Daerah, Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, 07 (04), hal. 219-224. 5. Tambunan , Taralan , Daldiono, Sungkar Saleha,dkk.Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas 2007.Jakarta : Departemen Kesehatan RI, 2007.Hal.1-3. 6. Puskesmas Kecamatan Cilandak. Laporan Tahunan Puskesmas Kecamatan Cilandak 2010.Jakarta.

154

UPAYA PERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT

Penyusun: SALWA BINTI ANUWAR NUR SYAMILA BINTI SHARRI ( 030.06.344 ) ( 030.06.334 )

155

BAB I PENDAHULUAN
Permasalahan kesehatan yang dihadapi sampai saat ini cukup kompleks, karena upaya kesehatan belum dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 diketahui penyebab kematian di Indonesia untuk semua umur, telah terjadi pergeseran dari penyakit menular ke penyakit tidak menular, yaitu penyebab kematian pada untuk usia > 5 tahun, penyebab kematian yang terbanyak adalah stroke, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Hasil Riskesdas 2007 juga menggambarkan hubungan penyakit degeneratif seperti sindroma metabolik, stroke, hipertensi, obesitas dan penyakit jantung dengan status sosial ekonomi masyarakat (pendidikan, kemiskinan, dan lainlain). Prevalensi gizi buruk yang berada di atas rata-rata nasional (5,4%) ditemukan pada 21 provinsi dan 216 kabupaten/kota. Sedangkan berdasarkan gabungan hasil pengukuran gizi buruk dan gizi kurang Riskesdas 2007 menunjukkan bahwa sebanyak 19 provinsi mempunyai prevalensi gizi buruk dan gizi kurang di atas prevalensi nasional sebesar 18,4%. Namun demikian, target rencana pembangunan jangka menengah untuk pencapaian program perbaikan gizi yang diproyeksikan sebesar 20%, dan target Millenium Development Goals sebesar 18,5% pada 2015, telah dapat dicapai pada 2007. Sehubungan dengan hal tersebut, perlu terus ditingkatkan upaya-upaya untuk memperluas jangkauan dan mendekatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dengan mutu pelayanan yang baik, berkelanjutan dan dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat terutama keluarga miskin rawan kesehatan/risiko tinggi. Upaya pelayanan kesehatan dasar kepada masyarakat melalui upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembangan. Salah satu upaya kesehatan pengembangan yang dilakukan oleh Puskesmas Harapan Raya adalah program Perawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas). Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor: 128/Menkes/SK/II/Tahun 2004 tentang kebijakan dasar Puskesmas, upaya perawatan kesehatan masyarakat merupakan upaya program pengembangan yang kegiatannya terintegrasi dalam upaya kesehatan wajib maupun upaya kesehatan pengembangan. Perawatan kesehatan masyarakat (Perkesmas) merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan dasar yang dilaksanakan oleh Puskesmas. Perkesmas dilakukan dengan penekanan pada upaya pelayanan kesehatan dasar. Pelaksanaan Perkesmas bertujuan untuk meningkatkan kemandirian masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatan yang dihadapi, sehingga tercapai derajat kesehatan yang optimal. Untuk mengupayakan terbinanya kesehatan
156

masyarakat, maka diharapkan 40 % keluarga rawan kesehatan memperoleh kunjungan rumah dan pembinaan kesehatan oleh tenaga kesehatan melalui kegiatan perkesmas. Sasaran perawatan kesehatan masyarakat adalah individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang mempunyai masalah kesehatan akibat faktor ketidaktahuan, ketidakmauan maupun ketidakmampuan dalam menyelesaikan masalah kesehatannya. Prioritas sasaran adalah yang mempunyai masalah kesehatan terkait dengan masalah kesehatan prioritas daerah yaitu belum kontak dengan sarana pelayanan kesehatan atau sudah memanfaatkan tetapi memerlukan tindak lanjut. Fokus utama pada keluarga rawan kesehatan yaitu keluarga miskin yang rentan dan keluarga yang termasuk resiko tinggi. Keluarga yang tidak mendapat pelayanan perkesmas merupakan beban sosial dan ekonomi serta dapat berdampak buruk terhadap masyarakat lainnya. Pemerintah memiliki tanggung jawab melindungi kesehatan masyarakat dan memberikan akses ke pelayanan kesehatan terutama bagi keluarga yang memiliki hambatan untuk mencapai pusat-pusat pelayanan kesehatan. Penduduk rawan ini telah menjadi salah satu bagian sasaran program Perkesmas di Puskesmas. Berdasarkan penelitian Septino (2007) diketahui beberapa masalah Perkesmas yang dihadapi pada PuskesmasPuskesmas di Indonesia antara lain laporan yang tidak sesuai dari Puskesmas, Puskesmas yang tidak membuat rencana tahunan dan jumlah sasaran tidak dilakukan pendataan. Tentang masalah dana, Dinas Kesehatan memberikan dana secara block grand ke Puskesmas berdasarkan usulan kegiatan yang mereka buat. Selanjutnya, tentang sarana dan prasarana seperti Public Health Nursing (PHN) kit, obat, buku pedoman dan formulir laporan sudah tersedia, tetapi pencapaiannya masih rendah. Penelitian yang dilakukan untuk mengetahui pelaksanaan program Perkesmas dan upaya peningkatan kinerja Perkesmas yang dilaksanakan di Puskesmas Mantrijeron kota Yogyakarta didapatkan bahwa (1) 18,2% petugas memiliki kemampuan kurang, (2) 27,3 % petugas memiliki motivasi kurang, (3) tidak ada petugas yang tidak patuh, (4) 27,3 % petugas tidak melakukan perencanaan dengan baik, (5) 36,4 % petugas kurang baik dalam penggerakan pelaksanaan Perkesmas, (6) 18,2 % petugas kurang baik dalam pengawasan, pengendalian dan penilaian Perkesmas.

157

BAB II PENGERTIAN
Perawatan kesehatan masyarakat (Perkesmas) adalah perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan dukungan peran serta aktif masyarakat mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara berkesinambungan tanpa mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif secara menyuluh dan terpadu, ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat untuk ikut meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal, sehingga mandiri dalam upaya kesehatannya masyarakat. Menurut WHO Perkesmas merupakan lapangan perawatan khusus yang merupakan gabungan ketrampilan ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan bantuan sosial, sebagai bagian dari program kesehatan masyarakat secara keseluruhan guna meningkatkan kesehatan, penyempurnaan kondisi sosial, perbaikan lingkungan fisik, rehabilitasi, pencegahan penyakit dan bahaya yang lebih besar, ditujukan kepada individu, keluarga, yang mempunyai masalah dimana hal itu mempengaruhi masyrakat secara keseluruhan.

Keperawatan adalah bentuk pelayanan di bidang kesehatan yang didasari ilmu dan kiat keperawatan ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat baik yang sakit maupun yang sehat, sejak lahir sampai meninggal.

Kesehatan masyarakat adalah bentuk pelayanan yang erat kaitannya dengan epidemiologi, faktor-faktor penyebab wabah dan penyelesaian masalah kesehatan di masyarakat.

Keluarga rawan adalah keluarga rentan terhadap kemungkinan timbulnya masalah kesehatan dan keluarga yang mempunyai individu bermasalah.

Promotif adalah suatu upaya untuk meningkatkan taraf kesehatan yang dilakukan pada saat pejamu sedang sehat dengan tujuan kesehatan / memelihara kesehatan. contohnya penyuluhan-penyuluhan.

Preventif adalah suatu upaya yang dilakukan untuk menghalangi terjadinya bencana dan mencegah bahaya yang ditimbulkannya (dalam hal ini penyakit)
158

Kuratif adalah upaya yang dilakukan untuk mengurangi/menyembuhkan suatu penyakit

Rehabilitatif adalah upaya yang dilakukan bila sudah terjadi suatu kerusakan dan dilakukan untuk mengembalikan penderita agar berguna dalam masyarakat, juga agar mencegah cacat total setelah terjadi perubahan anatomi dan fisiologi. Rehabilitasi meliputi fisik, mental dan sosial

159

BAB III TUJUAN

A. Tujuan Umum Meningkatnya kemandirian masyarakat dalam mengatasi masalah keperawatan kesehatan masyarakat untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal.

B. Tujuan Khusus 1. Dipahaminya pengertian sehat dan sakit oleh masyarakat : promotif & preventif. 2. Meningkatnya kemampuan individu, keluarga, kelompok khusus dan masyarakat untuk melaksanakan keperawatan dasar dalam rangka mengatasi masalah kesehatan : preventif & kuratif. 3. Tertanganinya keluarga rawan yang memerlukan pembinaan dan pelayanan perawatan : tim kesehatan lintas program terkait & sektoral terkait (kader kesehatan, RT, RW) melaksanakan promotif, preventif, kuratif / rehabilitatif. 4. Terlayaninya kelompok khusus / panti yang memerlukan pembinaan dan pelayanan perawatan : promotif, preventif, dan rehabilitatif. 5. Terlayaninya kasus-kasus yang memerlukan tindak lanjut dan pelayanan keperawatan. 6. Terlayaninya kasus-kasus resiko tinggi yang memerlukan pelayanan perawatan di puskesmas dan di rumah.

160

BAB IV KEGIATAN DAN SASARAN


KEGIATAN DAN SASARAN DI PUSKESMAS KELURAHAN PONDOK LABU Kegiatan Adapun bentuk kegiatan Perkesmas antara lain: 1. Asuhan keperawatan pasien (prioritas) kontak Puskesmas yang berada di poliklinik Puskesmas, Puskesmas pembantu (pustu), Puskesmas keliling (pusling), posyandu, pos kes desa. Pengkajian keperawatan pasien sebagai deteksi dini (sasaran prioritas) Penyuluhan kesehatan Tindakan Keperawatan (direct care) Konseling keperawatan Pengobatan (sesuai kewenangan) Rujukan pasien/masalah kesehatan Dokumentasi keperawatan 2. Kunjugan rumah oleh perawat (home visit/home care) terencana, bertujuan untuk pembinaan keluarga rawan kesehatan. Home visit adalah suatu bentuk pelayanan kesehatan yang komprehensif bertujuan memandirikan pasien dan keluarganya, pelayanan kesehatan diberikan di tempat tinggal pasien dengan melibatkan pasien dan keluarganya sebagai subyek yang ikut berpartisipasi merencanakan kegiatan pelayanan, pelayanan dikelola oleh suatu unit/sarana/institusi baik aspek administrasi maupun aspek pelayanan dengan mengkoordinir berbagai kategori tenaga profesional dibantu tenaga non profesional, di bidang kesehatan maupun non kesehatan. Ruang Lingkup home visit yaitu memberi asuhan keperawatan secara komprehensif, melakukan pendidikan kesehatan pada pasien dan keluarganya,

mengembangkan pemberdayaan pasien dan keluarga. Mekanisme pelayanan home visit: a) Proses penerimaan kasus. Home visit menerima pasien dari tiap poliklinik di Puskesmas Koordinator program Perkesmas menunjuk perawat pelaksana Perkesmas untuk mengelola kasus Perawat pelaksana Perkesmas membuat surat perjanjian dan proses pengelolaan kasus b) Proses pelayanan home visit:
161

Persiapan terdiri dari memastikan identitas pasien, bawa denah/petunjuk tempat tinggal pasien, lengkap kartu identitas unit tempat kerja, memastikan perlengkapan pasien untuk di rumah, menyiapkan file asuhan keperawatan, menyiapkan alat bantu media untuk pendidikan Pelaksanaan terdiri dari perkenalan diri dan jelaskan tujuan, observasi lingkungan yang berkaitan dengan keamanan perawat, lengkapi data hasil pengkajian dasar pasien, membuat rencana pelayanan, lakukan perawatan langsung, diskusikan kebutuhan rujukan, kolaborasi, konsultasi dll, diskusikan rencana kunjungan selanjutnya dan aktifitas yang akan dilakukan, dokumentasikan kegiatan.

Monitoring dan evaluasi antara lain keakuratan dan kelengkapan pengkajian awal, kesesuaian perencanaan dan ketepatan tindakan, efektifitas dan efisiensi pelaksanaan tindakan oleh pelaksana.

Proses penghentian pelayanan home visit, dengan kriteria : tercapai sesuai tujuan, kondisi pasien stabil, program rehabilitasi tercapai secara maksimal, keluarga sudah mampu melakukan perawatan pasien, pasien di rujuk, pasien menolak pelayanan lanjutan, pasien meninggal dunia.

Pembiayaan home visit terdiri dari o Prinsip penentuan tarif antara lain pemerintah/masyarakat bertanggung jawab dalam memelihara kesehatan, disesuaikan dengan kemampuan keuangan dan keadaan sosial ekonomi, mempertimbangkan masyarakat bepenghasilan rendah/asas gotong royong, pembayaran dengan asuransi ditetapkan atas dasar saling membantu, mencakup seluruh unsur pelayanan secara proporsional o Jenis pelayanan yang kena tarip antara lain jasa pelayanan tenaga kesehatan, imbalan atas pemakaian sarana kesehatan yang digunakan langsung oleh pasien, dana transportasi untuk kunjungan pasien

3. Kunjungan perawat ke kelompok prioritas terencana (posyandu usila, posyandu balita, panti asuhan dan lain-lain) a) Pengkajian keperawatan individu di kelompok b) Pendidikan/penyuluhan kesehatan di kelompok c) Pengobatan (sesuai kewenangan) d) Rujukan pasien/masalah kesehatan e) Dokumentasi keperawatan

162

4. Asuhan keperawatan pasien di ruang rawat inap Puskesmas a) Pengkajian keperawatan individu b) Tindakan keperawatan langsung (direct care) dan tidak langsung (lingkungan) c) Pendidikan/penyuluhan kesehatan d) Pencegahan infeksi di ruangan e) Pengobatan (sesuai kewenangan) f) Penanggulangan kasus gawat darurat g) Rujukan pasien/masalah kesehatan h) Dokumentasi keperawatan.

Sasaran Perkesmas Adapun yang menjadi sasaran program Perkesmas ini adalah seluruh masyarakat yang dapat terbagi menjadi: 1. Individu khususnya individu risiko tinggi (risti): menderita penyakit, balita, lanjut usia (lansia), masalah mental/jiwa. 2. Keluarga khususnya ibu hamil (bumil), lansia, menderita penyakit, masalah mental/jiwa. 3. Kelompok/masyarakat berisiko tinggi, termasuk daerah kumuh, terisolasi, konflik, tidak terjangkau pelayanan kesehatan. Fokus sasaran Perkesmas adalah keluarga rawan kesehatan dengan prioritasnya adalah keluarga rentan terhadap masalah kesehatan (Gakin), keluarga risiko tinggi (anggota keluarga bumil, balita, lansia, menderita penyakit).

163

BAB V PELAKSANAAN KEGIATAN


PELAKSANAAN KEGIATAN DI PUSKESMAS KELURAHAN PONDOK LABU Pelaksana Kegiatan Perkesmas Perawat koordinator Perkesmas di Puskesmas harus mempunyai kualifikasi yaitu minimal D3 Keperawatan dan pernah mengikuti pelatihan/sertifikasi Perkesmas serta memiliki pengalaman kerja di Puskesmas yang mempunyai tugas sebagai berikut: Pertemuan dengan perawat pelaksana Perkesmas/penanggung jawab daerah binaan (darbin) untuk mengidentifikasi masalah prioritas dengan data epidemiologi, merencanakan kegiatan Perkesmas, memfasilitasi pembahasan masalah dalam Refleksi Diskusi Kasus (RDK), membahas masalah keuangan. Kunjungan lapangan untuk melakukan bimbingan pada perawat pelaksana Penyusunan laporan yang disusun berdasarkan hasil evaluasi pelaksanaan Perkesmas yang merupakan bahan pertanggung jawaban kepada Kepala Puskesmas. Sertifikasi bagi perawat Perkesmas yaitu: Pelatihan Perkesmas Pelatihan Pengembangan Manajemen Kinerja Klinis (PMKK) untuk perawat coordinator Pelatihan gadar (basic) Pelatihan HIV/AIDS Pelatihan Keperawatan Kesehatan jiwa Masyarakat (basic) Pelatihan-pelatihan lainnya (program ISPA, PHBS, gizi, flu burung,dan lain-lain)

Indikator keberhasilan Perkesmas Indikator keberhasilan kinerja Perkesmas terdiri dari: 1. Indikator kinerja klinik Ada 4 indikator dalam menilai keberhasilan kinerja klinik Perkesmas yaitu: Indikator input Persentasi perawat koordinator (D3 Keperawatan) Persentasi perawat terlatih keperawatan kesehatan komunitas Persentasi Penanggung jawab daerah binaan/desa punya PHN kit Persentasi Puskesmas memiliki pedoman/standard
164

Tersedia dana operasional untuk pembinaan Tersedia standar/pedoman/SOP pelaksanaan kegiatan Tersedia dukungan administrasi (buku register, family folder, formulir laporan, dan lain-lain)

Indikator proses Persentasi keluarga rawan mempunyai family folder Maping (peta) sasaran Perkemas Rencana kegiatan Perkesmas (POA) Bukti Pembagian tugas perawat Ada kegiatan koordinasi dengan petugas kesehatan lain Catatan keperawatan Kegiatan Refleksi Diskusi Kasus Hasil pemantauan dan evaluasi

Indikator output (key indicator) Persentasi keluarga rawan dibina Persentasi keluarga selesai dibina Persentasi penderita (prioritas SPM) dilakukan tindak lanjut

keperawatan (follow up care) Persentasi kelompok dibina Persentasi daerah binaan di suatu wilayah

Indikator hasil (Outcome) yang ingin dicapai adalah terbentuknya keluarga mandiri dalam memenuhi kesehatannya/mengatasi masalah kesehatannya yang terdiri dari 4 tingkatan keluarga mandiri (KM), masing-masingnya mempunyai kriteria-kriteria sebagai berikut: Tabel : Kriteria Keluarga Mandiri Perilaku KM 1 KM II KM III KM IV No 1 Perilaku Menerima Puskesmas + + KM 1 petugas + + + KM 2 + KM3 + KM 4 +

165

Menerima yankes sesuai + rencana + + + +

Menyatakan secara benar +

masalah + + +

Memanfaatkan

sarana +

kesehatan sesuai anjuran + + +

Melaksanakan

perawatan +

sederhana sesuai anjuran + + +

Melaksanakan

tindakan +

pencegahan secara aktif + +

Melaksanakan

tindakan +

promotif secara aktif +

2. Indikator kinerja fungsional Indikator kinerja fungsional yaitu indikator kinerja perawat Puskesmas untuk mengukur pencapaian angka kredit jabatan fungsionalnya yaitu jumlah angka kredit yang dicapai sama dengan jumlah kegiatan perawat dalam mencapai indikator klinik (output) nya.

166

Pemantauan dan Penilaian Perkesmas Pemantauan dilaksanakan secara periodik setiap bulan oleh kepala Puskesmas dan Perawat koordinator Perkesmas. Hasil pemantauan terhadap pencapaian indikator kinerja menjadi masukan untuk perbaikan dan peningkatan kinerja perawat berikutnya, peningkatan cakupan dan mutu pelayanan kesehatan. Sedangkan penilaian dilaksanakan minimal setiap akhir tahun dan hasilnya digunakan untuk masukan dalam penyusunan perencanaan kegiatan Perkesmas pada tahun berikutnya. Untuk memudahkan pemantauan dan penilaian kinerja Perkesmas maka dilakukan penyajian hasil dengan menggunakan tabel, grafik balok/garis atau grafik Pemantauan Wilayah Setempat (PWS). Penilaian dilakukan setahun sekali meliputi semua aspek baik input, output, outcome sebagai masukan penyusunan rencana kegiatan Perkesmas tahun berikutnya. Untuk memudahkan pemantauan dan penilaian kinerja Perkesmas maka dilakukan penyajian hasil dengan menggunakan tabel, grafik balok/garis atau grafik Pemantauan Wilayah Setempat (PWS). Penilaian dilakukan setahun sekali meliputi semua aspek baik input, output, outcome sebagai masukan penyusunan rencana kegiatan Perkesmas tahun berikutnya. A. Identifikasi Masalah. Menurunya derajat kesehatan masyarakat dalam rangka kegiatan Perawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas} diakibatkan oleh meningkatnya angka kesakitan pada keluarga sasaran khususnya keluarga rawan, keluarga yang rentan terhadap masalah kesehatan. Hal ini disebabkan karena adanya beberapa faktor, antara lain : Meningkatnya suatu penyakit di masyarakat. Kurangnya kegiatan Perawatan Kesehatan Masyarakat oleh petugas. Kurang akuratnya data yang tersedia Lingkungan yang tidak sehat dan bersih. Selanjutnya dapat diidentifikasi masalah yang berhubungan langsung dengan masalah utama tersebut di atas adalah kurangnya kegiatan Perawatan Kesehatan Masyarakat oleh petugas yang disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain : Kurangnya kerjasama lintas program terkait. Kurangnya sarana dan prasarana yang dibutuhkan. Kurangnya kemampuan/keterampilan petugas (bidan dan pada perawat) Kurangnya motivasi petugas. B. Sasaran. Dengan adanya identifikasi masalah diatas, maka penulis dapat mengemukakan sasaran yang ingin dicapai dalam rangka menuju pemecahan masalah . Adapun sasaran
167

yang dimaksud adalah seperti di bawah ini. Terwujudnya peningkatan derajat kesehatan masyarakat dalam rangka kegiatan Perkesmas diakibatkan dari tercapainya penurunan angka kesakitan pada keluarga rawan yang rentan terhadap masalah kesehatan. Penurunan angka kesakitan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu : Tertanggulanginya suatu penyakit di masyarakat Terwujudnya peningkayan kegiatan perawatan kesehatan masyarakat oleh petugas (bidan dan perawat). Tersedianya keakuratan data. Terwujudnya lingkungan yang sehat dan bersih.

Sedangkan yang menyebabkan terwujudnya peningkatan kegiatan perawatan kesehatan masyarakat oleh petugas adalah : 1. Terwujudnya peningkatan kerjasama lintas program terkait. Dengan sudah dilaksanakannya pelatihan petugas perawatan kesehatan

masyarakat. Petugas dari perogram terkait sudah memahami dan mengerti tentang pelaksanaan dari Program Puskesmas. Bahwa program Puskesmas sangat mendukung untuk program puskesmas lainnya tertutama dalam pencapaian cakupan program Kesehatan Ibu dan Anak dan program Pemberantasan Penyakit menular temasuk Imunisasi.Program KIA dan Imunsasi adalah program primadona. Untuk program KIA dalam hal pencapaian cakupan K.1 dan K.4, sedangkan untuk pelayanan program Imunisasi petugas Puskesmas melakukan pembinaan pada keluarga DO (Drop Out).Dari program Gizi petugas Puskesmas membantu dalam hal pembinaan kelarga yang mempunyai bayi, anak balita, yang berat badannya berada dibawah garis merah (Balita BGM) dan ibu hamil /ibu nifas yang kekuranan enegi sera membantu dalam hal pelaksanaan pemberian makanan tambahan (PMT). Untuk program pemberantasan Penyakit Menular (P2M) petugas Puskesmas membantu memberikan bimbingan serta tindak lanjut untuk kasus-kasus penyakit menular maupun tidak menular. 2. Tersedianya sarana dan prasarana yang dibutuhkan. Dengan terpenuhinya sarana dan prasarana khususnya peralatan medis dan ruangan yang memadai dalam melaksanakan kegiatan akan menimbulkan suasana yang nyaman dan leluasa sehingga dapat membuat jiwa kita menjadi tenang. Adanya peralatan medis khusus untuk kegiatan program Puskesmas yang dipunyai oleh masing-masing petugas (bidan dan perawat) akam memudahkan kegiatan
168

Puskesmas di masyarakat. Dan program perawatan kesehatan masyarakat bisa berjalan dengan lancar. 3. Terwujudnya peningkatan kemampuan/keterampilan petugas (bidan dan perawat). Seperti sudah diuraikan pada bab terdahulu bahwa kendala/hambatan yang ditemui dalam upaya peningkatan pelaksanaan kegiatan Perkesmas adalah faktor manusia sebagai pelaksana yang mempunyai kelemahan, yaitu kurangnya kemampuan/keterampilan petugas untuk melaksanakan tugas keperawatan. Sebagai pendukung kelancaran dan kemudahan dalam melaksanakan kegiatan Perkesmas bagi petugas bagi petugas khususnya perawat, bidan dan bidan-bidan didesa perlu adanya pelatihan, pembinaan yang terus menerus oleh atasan langsung atau dari pihak yang berkepentingan, melaksanakan petunjuk teknis pelajaran. Dengan adanya usaha tersebut diatas diharapkan akan meningkatkan kemampuan/keterampilan bagi petugas Perkesmas, sehingga kegiatan perkesmas dapat dilaksanakan secara optimal dan pada akhirnya akan terjadi peningkatan, baik disegi pelayanan terhadap masyarakat maupun disegi pelayanan terhadap masyarakat maupun disegi pencapaian cakupan/hasil kegiatan. 4. Terwujudnya motivasi kerja petugas. Terwujudnya motivasi kerja dalam melaksanakan kegiatan Perkesmas tidak lepas dari kemampuan/keterampilan petugas serta tersedianya sarana dan prasarana pendukung. Hal ini secara tidak langsung membantu memotivasi petugas untuk melaksanakan tugas dengan baik. Motivasi kerja petugas dilihat dari keaktifan petugas dalam membina desa binaan.

C. Alternatif Pemecahan. Selanjutnya guna mengidentifikasi pemecahan masalah dan penetuan sasaran yang ingin dicapai, maka perlu dibuat beberapa alternatif sebagai acuan untuk menuju rangkaian pemecahan masalah sehingga terwujudnya peningkatan kemampuan

/keterampilan petugas Perkesmas khususnya perawat, bidan, dan bidan-bidan desa melalui kegiatan-kegiatan seperti: 1. Melaksanakan study banding ke Puskesmas teladan. 2. Melaksanakan pelatihan petugas perkesmas. 3. Melaksanakan pembinaan. 4. Melaksanakan pembuatan petunjuk teknis pelajaran.

169

Dari beberapa kegiatan tersebut diatas kegiatan yang bisa dilaksanakan dan berpengaruh langsung terhadap peningkatan kemampuan/keterampilan petugas

Perkesmas yaitu kegiaatan pelatihan bagi perawat, bidan dan bidan-bidan desa selaku pelaksana kegiatan Perkesmas. Dengan adanya peningkatan kemampuan/keterampilan petugas Perkesmas oleh petugas yang selanjutnya akan memungkinkan tercapainya penurunan angka kesakitan pada keluarga rawan yang rentan terhadap maslah kesehatan dan pada akhirnya memungkinkan terwujudnya peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Dengan adanya strategi pemecahan masalah dari sasaran yang diharapkan, dapatlah ditentukan sasaran umum dan sasaran khusus dari rencana kerja yang ingin dicapai. Adapun sasaran umum dan saran khusus yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut : 1. Sasaran Umum : Terwujudnya peningkatan kemampuan /keterampilan petugas Perkesmas melalui pelaksanaan pelatihan petugas Perkesmas. 2. Sasaran Khusus : Terwujudnya peningkatan kemampuan /keterampilan petugas Perawatan

Kesehatan Masyarakat (bidan dan perawat) melalui pelaksanaan pelatihan petugas Perkesmas

D. Langkah-Langkah Kegiatan. Kegiatan yang kiranya diselenggarakan guna mencapai sasaran adalah dengan melaksanakan pelatihan petugas perawatan Kesehatan Masyarakat untuk mewujudkan peningkatan kemampuan/keterampilan bidan perawat. Kegiatan tersebut diatas

pelaksanaannya dapat dibagi menjadi beberapa tahapan kegiatan antara lain : Persiapan yang terdiri dari pembentukan panitia, pencairan dana, pembuatan jadwal, penyiapan perlengkapan serta pemberitahuan peserta pelatihan. Pelaksanaan terdiri dari pembukaan pelatihan, penyajian materi serta penutup. Pengendalian meliputi pemantauan, penilaian serta pelaporan dari semua kegiatan yang dilaksanakan.

170

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN Kegiatan Perkesmas salah satu kegiatan pokok Puskesmas, memberikan pelayanan keperawatan terhadap individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang mempunyai masalah kesehatan, dimana tanpa adanya keterpaduan laporan dan kegiatan pembinaan lintas program/sektor terkait program Perkesmas akan menampilkan hasil kegiatan dan pengelolaan yang belum optimal. Hasil pernantauan dapat dimanfaatkan untuk melakukan koreksi, sedangkan hasil penilaian dimanfaatkan untuk perencanaan kegiatan berikutnya. Kedua hasil tersebut diperlukan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

SARAN Diharapkan dapat memberikan supervisi/bimbingan untuk perbaikan dan peningkatan penampilan hasil kegiatan Perkesmas di tingkat Puskesmas, agar dapat menilai kemajuan pelaksanaan program Perkesmas secara teratur dan berkesinambungan, dan perlu adanya suatu alat untuk rnemantau dan menilai sehingga dapat diidentifikasi masalah dan penyebabnya. Diharapkan dapat memberikan sosialisasi secara terus menerus dan

berkesinambungan dengan lintas program/sektor terkait demi terlaksananya kegiatan Perkesmas di Tingkat Puskesmas secara terpadu. Diharapkan dukungan sepenuhnya dari Kepala Puskesmas dalam memotivasi staf dalam pelaksanaan kegiatan Perkesmas secara terpadu melalui mini lokakarya lintas program/sektor.

171

DAFTAR PUSTAKA
1. Depkes RI, 1993, Jakarta, Petunjuk Pengelolaan Perawatan Kesehatan Masyarakat Depkes RI, 1996, Jakarta, Pedoman Pemantauan Penilaian Program Perawatan Kesehatan Masyarakat. 2. www.depkesri.com 3. Sastroasmoro S, Ismael Sofyan. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta : Sagung Seto.2010; p372-374

172

UPAYA KESEHATAN KERJA

Penyusun: Putri Kartika Vidya Syahidatul Syakira (030.06.197) (030.06.350)

173

BAB I PENDAHULUAN

ILO dan WHO (1995) menyatakan kesehatan kerja bertujuan untuk peningkatan dan pemeliharaan derajat kesehatan fisik, mental dan sosial yang setinggi-tingginya bagi pekerja di semua jenis pekerjaan; pencegahan terhadap gangguan kesehatan pekerja yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan; perlindungan bagi pekerja dalam pekerjaannya dari resiko akibat faktor yang merugikan kesehatan ; dan penempatan serta pemeliharaan pekerja dalam suatu lingkungan kerja yang disesuaikan dengan kondisi fisiologi dan psikologisnya. Secara ringkas merupakan penyesuaian pekerjaan kepada manusia dan setiap manusia kepada pekerjaan atau jabatannya. Selanjutnya dinyatakan bahwa fokus utama Kesehatan Kerja, yaitu : 1) Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan pekerja dan kapasitas kerja. 2) Perbaikan lingkungan kerja dan pekerjaan yang mendukung keselamatan dan kesehatan. 3) Pengembangan organisasi kerja dan budaya kerja kearah yang mendukung kesehatan dan keselamatan di tempat kerja, juga meningkatkan suasana sosial yang positif dan operasi yang lancer serta meningkatkan produktivitas perusahaan. Departemen Kesehatan telah menetapkan upaya khusus kesehatan kerja sebagai bagian dari pembangunan bidang kesehatan sejak tahun 1998, dicanangkan dengan paradigm sehat. Pencanangan paradigma sehat ini sejalan dengan pembangunan berwawasan lingkungan serta pengembangan tenaga kesehatan Sarjana Kesehatan Masyarakat. Bidang kesehatan kerja mempunyai implikasi luas baik secara mikro maupun makro. Potensi munculnya berbagai penyakit akibat kerja yang dialami pekerja akan merugikan perusahaan dari segi biaya kesehatan, absen kerja yang pada ujungnya mengganggu produktivitas kerja. Perhatian yang baik pada kesehatan kerja dan perlindungan risiko bahaya di tempat kerja menjadikan pekerja dapat lebih nyaman bekerja. Dalam Undang-undang No. 23 tahun 1992 pasal 23 dinyatakan bahwa kesehatan kerja diselenggarakan agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan diri sendiri dan masyarakat sekelilingnya, agar diperoleh produktivitas kerja yang optimal sejalan dengan program perlindungan tenaga kerja.

174

Dalam Permenaker No. 3 tahun 1982 disebutkan tugas pokok kesehatan kerja antara lain : 1. Pembinaan dan pengawasan atau penyesuaian pekerjaan terhadap tenaga kerja 2. Pembinaan dan pengawasan terhadap lingkungan kerja 3. Pembinaan dan pengawasan perlengkapan sanitasi 4. Pembinaan dan pengawasan perlengkapan kesehatan kerja 5. Memberikan nasehat mengenai perencanaan dan pembuatan tempat kerja, pemilihan alat pelindung diri yang diperlukan dan gizi serta penyelenggaraan makanan di tempat kerja. 6. Memberikan laporan berkala tentang pelayanan kesehatan kerja kepada pengurus 7. Memberikan saran dan masukan kepada manajemen dan fungsi terkait terhadap permasalahan yang berhubungan dengan aspek kesehatan kerja Pada beberapa sektor industi formal berskala menengah dan besar pada umumnya pelaksanaan kesehatan kerja sudah cukup baik yang dilakukan secara terintegrasi melalui Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamanatan Kerja ( SMK3 ). Untuk usaha-usaha informal dan industri-industri kecil, Departemen Kesehatan maupun Departemen Tenaga kerja dan Transmigrasi sudah melakukan upaya kesehatan kerja, misalnya dalam bentuk pembinaan dan pelatihan-pelatihan serta penyusunan berbagai pedoman pelaksanaan kesehatan kerja. Namun, diakui upaya yang telah dilakukan belum bisa menjangkau seluruh usaha informal dan industri kecil yang jumlahnya cukup besar. Selain adanya persoalan keterbatasan sumber daya manusia atau petugas dan kesadaran para pengelola usaha dalam memperhatikan kesehatan kerja. Peran SKM dalam Kesehatan Kerja Peran SKM dalam berbagai bentuk upaya kesehatan masyarakat, diantaranya adalah sebagai pelaksana lapangan, pendidikan, penyuluhan kesehatan masyarakat, pembangunan model, pengelolaan kesehatan masyarakat, pengelola dan pengendali upaya kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan kerja sebagai bagian dari upaya kesehatan masyarakat seperti diuraikan di atas dilakukan melalui berbagai upaya atau program-program. Untuk melaksanakan upaya tersebut dibutuhkan sejumlah profesi, seperti dokter, perawat, ahli hygiene kerja, ahli toksikologi, ahli ergonomic, ahli epidemiologi dan ahli keselamatan.
175

Dilihat dari tugas pokok kesehatan kerja dan bentuk pengendalian bahaya kesehatan, tenaga SKM mempunyai kompetensi yang sangat sesuai karena tenaga SKM dirancang untuk melakukan tugas pokok atau upaya-upaya yang bersifat promosi, perlindungan dan pencegahan. Selain itu kemampuan sebagai leader, pengelola program diharapkan akan lebih mengoptimalkan upaya kesehatan kerja. Jumlah institusi pendidikan tinggi yang menghasilkan SKM saat ini sangat banyak. Potensi ini akan sangat berarti ketika kita melihat kenyataan bahwa di Indonesia jumlah angkatan kerja adalah terbesar nomor 4 di dunia, yaitu berjumlah sekitar 152 juta jiwa ( Survey BPS 2003, untuk penduduk di atas 15 tahun ) dan jumlah industri yang cukup besar sekitar 102.000 perusahaan. Selain di perusahaan, SKM dengan kompetensi bidang K3 juga diperlukan di instansi pemerintah baik pusat maupun daerah dalam menjalankan fungsinya membuat regulasi, melakukan supervise, bimbingan dan evaluasi. Dalam rangka pemberdayaan masyarakat bidang K3, SKM juga dapat memainkan peran di LSM-LSM bidang kesehatan yang tentunya dapat membuat program intervensi kesehatan di tempat kerja. Hal penting untuk dicatat adalah pentingnya pemberdayaan potensi tenaga SKM sesuai kompetensinya untuk dapat menjadi pelaksana upaya kesehatan kerja baik bekerja langsung di perusahaan, ditempatkan di instansi pemerintah harus didukung oleh jaringan terkait. Disamping itu sendiri, juga oleh para pengusaha atau pelaku usaha dan para pekerja. Kebutuhan SDM bidang kesehatan kerja selain tenaga medis dan paramedis, seperti dokter dan perawat juga dibutuhkan tenaga-tenaga yang mampu melakukan upaya-upaya kesehatan kerja yang lebih bersifat peningkatan, perlindungan dan pencegahan, yaitu tenaga ini adalah SKM. Perkembangan pembangunan nasional bangsa Indonesia sekarang ini

dihadapkan pada era etonomi dan desentralisasi. Titik berat yang menjadi perhatian baik masyarakat maupun pemerintah adalah bidang pendidikan dan kesehatan.

176

Era globalisasi saat ini juga menuntut adanya kompetensi tenaga kerja dan pentingnya standarisasi serta sertifikasi. Trend ini sangat relevan dengan pemikiran dan implementasi peran SKM dalam upaya kesehatan kerja, kita dapat melihatnya dari titik temu antara kompetensi yang dimiliki SKM khususnya peminatan K3 dengan tujuan dan tugas pokok kesehatan kerja dan standar upaya kesehatan kerja yang biasa diterapkan di tempat kerja dalam bentuk Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Kompetensi SKM sangat sesuai sebagai bagian dari profesi lain dalam upaya kesehatan kerja, yaitu sebagai pengelola program dan dapat melakukan fungsinya untuk melakukan/ mengkoordinasikan langkah-langkah identifikasi potensi bahaya kesehatan, penilaian bahaya kesehatan dan pengendalian melalui berbagai program, pembinaan, pengawasan serta pendidikan dan pelatihan.

177

BAB II PENGERTIAN
UPAYA KESEHATAN PENGEMBANGAN Adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta yang disesuaikan dengan kemampuan Puskesmas.2

UPAYA KESEHATAN KERJA ( UKK ) Merupakan kegiatan pokok Puskesmas yang ditujukan terutama pada masyarakat pekerja informal di wilayah kerja Puskesmas dalam rangka upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit serta kecelakaan yang berkaitan dengan pekerjaan dan lingkungan kerja.3

KEGIATAN Adalah bagian dari program yang dilaksanakan oleh satu atau lebih unit kerja sebagai bagian dari pencapaian sasaran terukur dari suatu program dan terdiri dari sekumpulan tindakan pengerahan sumber daya baik yang berupa personal (SDM), barang modal termasuk peralatan dan teknologi, dana atau kombinasi dari beberapa atau kesemua jenis sumber daya tersebut sebagai masukan (input) untuk menghasilkan keluaran (output) dalam bentuk barang atau jasa.2

SASARAN (TARGET) Adalah hasil yang diharapkan dari suatu program atau keluaran yang diharapkan dari suatu kegiatan. 2

SEKTOR INFORMAL Yaitu usaha-usaha ekonomi di luar sektor modern atau sektor formal seperti perusahaan, pabrik dan sebagainya yang mempunyai ciri : 3 1. Kegiatan usaha biasanya sederhana, tidak tergantung pada kerja sama banyak

orang bahkan kadang-kadang usaha 2. 3. kecilan


178

Perorangan dan sistem pembagian kerja yang ketat Skala usaha relative kecil biasanya dimulai dengan modal dan usaha kecil-

4.

Biasanya tidak mempunyai izin usaha seperti halnya Firma, PT atau CV

(Payaman Simanjuntak, 1985)

179

BAB III TUJUAN


I. Tujuan umum Meningkatnya kemampuan untuk menolong dirinya sendiri guna mencapai derajat kesehatan yang optimal dan peningkatan produktifitas kerja. 3

II. Tujuan khusus 1. Meningkatnya kemampuan masyarakat pekerja dalam upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit dan kecelakaan yang berkaitan dengan pekerjaan dan lingkungan kerja. 2. Meningkatnya pelayanan kesehatan bagi tenaga kerja informal dan keluarganya yang belum terjangkau ( Under-served ).
3.

Meningkatnya keselamatan kerja dengan mencegah pemajanan bahan-bahan yang dapat membahayakan lingkungan kerja dan masyarakat sekitar serta menerapkan prinsip ergonomik. 3

180

BAB IV KEGIATAN DAN SASARAN


I. Kegiatan Kegiatan upaya kesehatan kerja meliputi : 2 1. Pelaksanaan K3 di luar Puskesmas : a. b. c. d. Pendataan tentang industri dan tenaga kerja Rapat koordinasi dengan instalasi terkait Melaksanakan kunjungan pengawasan dan pembinaan Penyuluhan kesehatan tenaga di tempat kerja sebagai tindak promotif

dan preventif dengan penekanan pada prinsip higiene industry dan ergonomis e. f. g. h. i. j. k. Pelayanan kesehatan di Puskesmas Latihan kader untuk mengembangkan program UKK Pembentukan pos UKK di tempat kerja Penilaian upaya kesehatan kerja dan higiene industri di tempat kerja Penyelenggaraan dana sehat di pos UKK Melakukan evaluasi Memberikan umpan balik kepada industri

2. Pelaksanaan K3 di Puskesmas a. Identifikasi yang bisa menimbulkan bahaya K3 b. Menilai resiko bahaya c. Melakukan pengendalian resiko agar meminimalisasi bahaya d. Pengelolaan tanggap darurat di puskesmas, misalnya kebakaran, bencana alam, komplikasi dan tindakan medis dll e. Pencatatan setiap ada accident maupun near misses (nyaris) Pendekatan PKMD Pembangunan Kesehatan Masyarakat Pekerja dilakukan dengan cara pendekatan PKMD, yang menampilkan ciri-ciri sebagai berikut : 3 1. Bertumpu pada upaya peran serta masyarakat 2. Terselenggaranya pelayanan dasar kesehatan kerja 3. Terjalin kegiatan kerja sama lintas sektoral

Langkah-langkah Pengembangan UKK dengan Pendekatan PKMD


181

1. Tahap Persiapan Tahap persiapan masyarakat dilakukan dengan melakukan pertemuan, survei mawas diri masyarakat dan pelatihan kader. Pertemuan tingkat Kecamatan/tingkat desa (lintas sektoral), merupakan langkah awal dari pembinaan tingkat Kecamatan. Pertemuan ini bertujuan untuk diseminasi informasi mengenai informasi masyarakat Upaya Kesehatan Kerja sebagai upaya meningkatkan kesehatan masyarakat, khususnya masyarakat pekerja informal. Juga untuk diperolehnya dukungan dari sektor lain dalam pelaksanaan UKK. Sedangkan pertemuan tingkat desa bertujuan untuk dikenalnya Upaya Kesehatan Kerja sebagai upaya untuk meningkatkan kesehatan kerja, dikenalnya masalah kesehatan dan keselamatan kerja setempat, serta diperolehnya dukungan dari pamong, pemuka masyarakat dan organisasi tenaga kerja lainnya dalam pelaksanaan UKK. Survei mawas diri, bertujuan agar tenaga kerja mengenal, mengumpulkan dan mengkaji masalah kesehatan sendiri. Selain itu agar timbul kesadaran akan adanya hubungan timbal balik antara pekerjaan dan kesehatan. Dilakukan di desa terpilih dengan memilih lokasi tertentu yang dapat menggambarkan keadaan desa pada umumnya. Dilaksanakan oleh masyarakat pekerja setempat/calon kader yang telah ditunjuk dalam pertemuan tingkat desa, dengan bimbingan petugas Puskesmas dan sektor terkait untuk mengetahui sebanyak mungkin masalah kesehatan kerja di desa tersebut dan kemudian menentukan prioritas masalah. Musyawarah tentang kesehatan kerja, dilaksanakan segera setelah survei mawas diri. Sebaiknya musyawarah dihadiri oleh seluruh pekerja dan keluarganya, petugas Puskesmas dan seluruh sektor lain yang terkait seperti Bangdes, Pertanian, Perindustrian, Koperasi/KUD. Tujuan musyawarah ini adalah agar masyarakat pekerja mengenal masalah kesehatan di tempat kerjanya, masyarakat bersepakat menanggulangi masalah tersebut dan kemudian menyusun rencana kerja untuk menanggulangi masalah tersebut. Latihan kader, bertujuan untuk mempersiapkan kader agar mampu berperan dan mengembangkan program kesehatan kerjanya dan di lengkungan tempat tinggalnya.

2. Tahap Pelaksanaan Kegiatan UKK di Puskesmas Penyuluhan kesehatan, tindakan promotif dan preventif dengan penekanan pada prinsip ergonomik. Prosedur pelayanan kesehatan pekerja yang berkunjung ke Puskesmas seperti pengunjung lainnya. Kartu berobat/register diberi kode khusus untuk memisahkan dengan pengunjung lainnya. Ini dilakukan untuk catatan jumlah pengunjung tenaga kerja
182

tertentu ke Puskesmas (petani, nelayan, dll) serta untuk penekanan pelayanan kesehatan kepada pekerja. Menyelenggarakanpelayanan kesehatan di Puskesmas, pemeriksaan di arahkan apakah penyakit yang diderita ada hubungannya dengan pekerjaan. Apabila pada pemeriksaan ternyata ada hubungannya, maka dilakukan follow-up ke tempat kerja untuk memberikan penyuluhan mengenai cara pencegahan timbulnya penyakit tersebut. Melatih kader, bertujuan untuk mempersiapkan kader agar mampu berperan dan mengembangkan program kesehatan kerja di tempat kerjanya. Pembentukkan pos UKK di tempat kerja, harus memanfaatkan pranata sosial yang telah ada, misalnya kelompok tani, kelompok nelayan dan kelompok pengrajin. Untuk setiap 20-30 pekerja dengan jenis pekerjaan yang sesuai dibentuk satu pos UKK. Secara umum, melalui pos UKK dilakukan tiga hal pokok, yaitu : a. Komunikasi, Informasi dan Motivasi (KIM) tentang kesehatan dan keselamatan kerja. Pada garis besarnya, materi KIM yang diberikan menyangkut tentang prosedur kerja, keselamatan kerja, gizi kerja, kebugaran, penanggulangan stress, hipertensi, bahaya merokok, pencegahan penyakit menular, keracunan makanan serta bagaimana bekerja tanpa mencemari lingkungan dan pokok bahasan lain yang terkait dengan pekerjaannya. b. Kerjasama lintas sektoral, baik antara petugas maupun antara para kader. Pos UKK dapat dijadikan sebagai wahana kerjasama lintas sektor untuk ikut membina produktivitas pekerja dengan cara ikut memeliahara tingkat kesehatan pekerja dan menciptakan budaya kerja secara sehat dan produktif. c. Melakukan pelayanan dasar kesehatan yang meliputi, Pertolongan Pertama Pada Kecalakaan (P3K), Pertolongan pertama pada penyakit, Upaya pemantauan penggunaan alat-alat keselamatan kerja/alat pelindung diri, Upaya penyehatan lingkungan kerja. Selain itu, pos UKK dapat juga mempergunakan posyandu yang ada atau membentuk posyandu lain bagi pekerja terutama kalau pekerja terdiri dari wanita.

II. Sasaran Sasaran UKK : 1. Tenaga kerja terutama sektor informal 2. Sentral industri kecil 3. Tenaga kerja wanita, khususnya usia muda
183

4.

Tenaga kerja kesehatan di Puskesmas 2 Sasaran Upaya Kesehatan Kerja (UKK) diarahkan kepada pekerja yang

mempunyai dampak besar dalam menunjang ekonomi, tetapi kurang dapat mendapat pelayanan kesehatan yang memadai. Dengan demikian sasaran upaya kesehatan kerja diutamakan pada sektor informal yang merupakan lebih dari separuh angkatan kerja, misalnya tenaga lepas, petani, nelayan, penyelam mutiara, pengrajin industri kecil/industri rumah tangga, pekerja bangunan, kaki lima, usaha angkutan terutama di kota, dan pekerja wanita.3

184

BAB V PELAKSANAAN KEGIATAN


PELAKSANAAN KEGIATAN DI PUSKESMAS KELURAHAN GANDARIA SELATAN Setelah dilakukan observasi dan wawancara terhadap Koordinator Program Kesehatan Lingkungan Puskesmas Kecamatan Cilandak Barat, didapatkan data bahwa di pos UKK di Puskesmas Kecamatan Cilandak Barat masih dalam tahap pengembangan.Berarti, saat ini belum ada pos UKK karena di daerah Kecamatan Cilandak bukan merupakan daerah dengan banyak industri informal. Akan tetapi di daerah kelurahan Gandaria Selatan dan Pondok Labu banyak terdapat usaha pangan yaitu tahu, tempe dan kerupuk yang belum diketahui jumlahnya. Puskesmas Kecamatan Cilandak baru akan mengembangkan pos UKK dengan melihat komunitas dan jumlah pekerja di daerah ini.

185

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan Upaya Kesehatan Kerja ( UKK) merupakan kegiatan pokok puskesmas yang ditujukan terutama pada masyarakat pekerja informal di wilayah kerja Puskesmas dalam rangka upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit serta kecelakaan yang berkaitan dengan pekerjaan dan lingkungan kerja. Kesehatan kerja bertujuan untuk peningkatan dan pemeliharaan derajat kesehatan fisik, mental dan sosial yang setinggi-tingginya bagi pekerja di semua jenis pekerjaan, pencegahan terhadap gangguan kesehatan pekerja yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan; perlindungan bagi pekerja dalam pekerjaannya dari resiko akibat faktor yang merugikan kesehatan; dan penempatan serta pemeliharaan pekerja dalam suatu lingkungan kerja yang disesuaikan dengan kondisi fisiologi dan psikologisnya. Adanya pembangunan kesehatan masyarakat kerja dilakukan dengan cara pendekatan PKMD, yang menampilkan ciri-ciri sebagai berikut : bertumpu pada upaya peran serta masyarakat, terselenggaranya pelayanan dasar kesehatan kerja dan terjalinnya kegiatan kerja sama lintas sektoral.

B. Saran 1. Observasi lagi daerah-daerah dengan kelompok pekerja yang sejenis. Misalnya di daerah Gandaria Selatan dan Pondok Labu dengan banyaknya usaha pangan ( tahu, tempe, kerupuk ). Apabila jumlahnya memenuhi untuk dibuat pos UKK, maka sekiranya dapat dibuat pos UKK. 2. Pembentukan kader UKK

186

DAFTAR PUSTAKA
1. Buku Pedoman Kerja Puskesmas, jilid II, tahun 1993 2. Buku Revitalisasi Puskesmas 2006. 3. Peranan SKM Pada Program UKK. Diunduh dari www.binasehat.co.id pada tanggal 22 Juli 2011

187

UPAYA KESEHATAN GIGI DAN MULUT

Penyusun: Adisresti Diwyacitta Meri Indriani (030.06.008) (030.06.166)

188

BAB I PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG DAN MASALAH

Penyakit gigi dan mulut yang menjadi masalah kesehatan masyarakat dewasa ini adalah penyakit/kelainan pada jaringan penyangga gigi (periodontal disease) dan karies gigi. Kedua penyakit tersebut menimbulkan gangguan fungsi mengunyah, yang dapat menyebabkan terganggunya penyerapan dan pencernaan makanan sehingga akhirnya dapat menganggu status gizi seseorang. Gigi gangren (busuk), juga merupakan fokal infeksi yang dapat menimbulkan penyakit/infeksi pada organ tubuh lainnya. Maka pencegahan dan pengobatan dini penyakit gigi dan mulut di Puskesmas, sebagai unit pelayanan primer yang memberikan pelayanan dasar langsung kepada masyarakat mutlak diperlukan. 1. Penyakit periodontal Pada umumnya penyakit periodontal merupakan akibat dari keadaan kebersihan mulut yang buruk, penyakit ini merupakan penyebab utama tanggalnya gigi pada usia 35 tahun ke atas. Kebersihan mulut yang buruk berhubungan erat dengan status sosial dan pendidikan yang masih rendah, maka upaya penanggulangan yang paling utama adalah dengan memberikan pendidikan/penyuluhan kepada masyarakat tentang upaya

pemeliharaan diri (self-care). 2. Karies gigi Penyakit karies bersifat irreversible, kumulatif, dan progresif. Peningkatan prevalensi karies gigi berhubungan dengan perubahan sosial, pendidikan, dan diet (refined carbohydrate). Penyebab utama dari karies gigi adalah bakteri, makanan yang mengandung banyak gula, kesehatan umum yang buruk pada masa anak-anak, factor herediter, rendahnya kadar fluor dalam air minum. Di perkotaan prevalensi penyakit karies lebih tinggi dari pada di pedesaan. Prevalensi penyakit karies dan periodontal ini di Indonesia bersifat menyeluruh dan keadaan menjadi lebih tidak menguntungkan karena majemuknya peduduk dan keadaan geografik. Keadaan higiene mulut pada umumnya kurang baik, pengaruh lingkungan yang kurang menunjang seperti status gizi, penyediaan air minum, sikap masyarakat yang

189

kurang menguntungkan bagi kesehatan dan tingkat perkembangan sosial ekonomi dalam masyarakat itu sendiri sangat mempengaruhi keadaan tersebut. Dengan meningkatnya prevalensi penyakit periodontal dan karies gigi pada Pelita IV, naka upaya peningkatan/pencegahan dan pembinaan peran serta masyarakat dalam upaya pemeliharaan diri (self-care) harus dilaksanakan lebih efektif dan terarah baik terhadap kelompok khusus yang rentan terhadap penyakit gigi dan mulut maupun terhadap masyarakat umum.

190

BAB II PENGERTIAN
Upaya kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas adalah upaya kesehatan gigi dasar paripurna yang ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas dengan prioritas masyarakat kelas menengah dan bawah khususnya kelompok masyarakat yang rawan terhadap penyakit gigi dan mulut. Upaya tersebut meliputi upaya kesehatan gigi yang bersifat pelayanan khusus yang hanya dapat dilaksanakan oleh tenaga kesehatan gigi dan upaya kesehatan gigi, yang bersifat umum yang dapat dilaksanakan terintegrasi dengan kegiatan pokok Puskesmas lainnya serta dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan lain dengan dukungan partisipasi aktif masyarakat dengan memanfaatkan teknologi tepat guna. Di samping memberikan pelayanan khusus tenaga kesehatan gigi juga bertanggung jawab melaksanakan pembinaan, pengembangan, pengendalian, penilaian upaya kesehatan gigi secara menyeluruh, baik kegiatan di dalam maupun di luar gedung Puskesmas.

1. Upaya kesehatan gigi dasar paripurna adalah upaya kesehatan gigi esensial yang terbanyak dibutuhkan oleh masyarakat meliputi upaya peningkatan, pencegahan, pengobatan, dan pemulihan dengan diutamakan pada upaya peningkatan/pencegahan. 2. Kelompok masyarakat yang rawan terhadap penyakit gigi dan mulut adalah kelompok ibu hamil/menyususi, anak prasekolah dan anak sekolah dasar. 3. Upaya pelayanan khusus adalah upaya kuratif, rehabilitatif dan upaya perlindungan khusus (specific protection) dan pelayanan asuhan sistematik kesehatan gigi dan mulut. 4. Upaya kesehatan gigi yang bersifat umum adalah upaya kesehatan gigi dan mulut yang bersifat peningkatan pencegahan umum (mass prevention) meliputi penyuluhan kesehatan gigi dan mulut, pemeliharaan kebersihan mulut dan perlindungan (tooth brushing campaign, kumur-kumur Fluor, Fluoridasi air minum). 5. Pelayanan asuhan sistematik adalah suatu bentuk upaya pembinaan kesehatan gigi dan mulut yang terarah, terencana ditujukan kepada kelompok tertentu, diikuti dalam suatu kurun waktu secara berkesinambungan. 6. Yang dimaksud dengan teknologi tepat guna adalah teknologi yang mengacu pada: a) Masalah kesehatan gigi masyarakat setempat

191

b) Sumber daya yang tersedia di masyarakat (seperti tenaga, peralatan, dana, dan lainlain) c) Terjangkau oleh masyarakat d) Diterima oleh masyarakat baik pemberi maupun penerima pelayanan e) Sesuai dengan azas manfaat secara berdaya guna dan berhasil guna

Untuk meningkatkan fungsi puskesmas sebagai pusat pengembangan, pusat pembinaan, dan pusat pelaksana upaya kesehatan, maka dalam melaksanakan kegiatan pokok puskesmas secara terpadu, petugas puskesmas harus bekerja sama dalam tim dan membina kerja sama lintas program maupun lintas sektoral. Demikian pula dalam penyelenggaraan upaya kesehatan gigi dan mulut sebagai salah satu kegiatan pokok puskesmas, perlu adanya kerjasama antara petugas kesehatan gigi dengan petugas kesehatan lainnya terutama dalam kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan upaya peningkatan, pencegahan, dan pembinaan peran serta masyarakat. Penggalangan kerja sama tim ini dilaksanakan dalam bentuk kegiatan Lokakarya Mini Puskesmas.

192

BAB III TUJUAN

A. Tujuan Umum: Tercapainya derajat kesehatan gigi masyarakat yang layak (optimal).

B. Tujuan Khusus: 1. Meningkatnya kesadaran, sikap dan perilaku masyarakat dalam kemampuan pelihara diri (self-care) di bidang kesehatan gigi dan mulut dan mencari pengobatan sedini mungkin. 2. Menurunnya prevalensi penyakit gigi dan mulut yang banyak diderita masyarakat (karies dan periodontitis) dengan upaya perlindungan/pencegahan tanpa mengabaikan upaya penyembuhan dan pemulihan, terutama pada kelompok masyarakat yang rawan. 3. Terhindarnya/berkurangnya gangguan fungsi kunyah akibat kerusakan (penyakit) gigi dan mulut.

193

BAB IV KEGIATAN DAN SASARAN

KEGIATAN

Untuk mencapai tujuan tersebut, maka upaya kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas dilaksanakan dalam bentuk kegiatan sebagai berikut:

A. Pembinaan/pengembangan kemampuan dan peran serta masyarakat dalam upaya pelihara diri (self-care), melalui pengembangan upaya lesehatan yang bersumber pada otoaktifitas masyarakat dengan PKMD dalam wadah LKMD (program UKGM). Kegiatan diintegrasikan dengan upaya kesehatan lainnya yang berhubungan dengan pembinaan peran serta masyarakat, yang sejak 1984 secara operasional diintegrasikan pula melalui Posyandu dan Saka Bhakti Husada. Langkah-langkah kegiatan adalah sebagai berikut: 1) Kegiatan KIE Pendekatan lintas program/lintas sektoral Persiapan desa Latihan kader Diagnosis masalah (community self survey) Umpan balik Pelaksanaan kegiatan

2) Pelayanan oleh kader Penyuluhan tentang pemeliharaan tentang kesehatan gigi dan mulut Pemeriksaan sepintas Pengobatan sederhana Rujukan

3) Monitoring

194

B. Pelayanan asuhan pada kelompok rawan 1. Pada anak sekolah Upaya kesehatan gigi dan mulut pada anak sekolah, pada Pelita IV baru mencapai anak tingkat pendidikan dasar (STPD), selanjutnya program ini akan dikembangkan ke tingkat SMTP, SMTA, dan SLB. Di tingkat STPD upaya kesehatan gigi merupakan suatu paket pelayanan asuhan sistemik, dengan kegiatan yang bertahap disesuaikan dengan kemampuan tenaga dan sarana yang ada, sebagai berikut: Tahap I (Paket Minimal): Upaya kesehatan gigi di SD yang belum terjangkau oleh tenaga kesehatan gigi, kegiatan dilaksanakan oleh tenaga kesehatan lain dan guru orkes, berupa: Upaya promotif oleh guru dengan materi sesuai kurikulum ORKES. Upaya preventif berupa kegiatan bimbingan, pembinaan pelihara diri (paket sikat gigi bersama). Rujukan bagi yang perlu pengobatan

Tahap II (Paket Optimal) Sudah ada sarana/tenaga kesehatan gigi yang terbatas, kegiatan berupa: Upaya promotif oleh guru Upaya preventif (sikat gigi bersama, perlindungan dengan Fluor, pembersihan karang gigi) Upaya kuratif (pengobatan dasar pada murid yang memerlukan pengobatan)

Tahap III (Paket Paripurna) Sudah ada tenaga/sarana kesehatan gigi yang lengkap, kegiatan berupa: Upaya promotif oleh guru Upaya preventif (sikat gigi bersama, pembersihan karang gigi, aplikasi Fluor) Upaya kuratif berupa pengobatan atas permintaan pada murid kelas I-VI dan pengobatan komprehensif pada murid kelas selektif sesuai kondisi penyakit setempat. 2. Pada kelompok ibu hamil/menyusui, anak pra-sekolah Kegiatan diintegrasikan dengan kegiatan KIA, baik di dalam maupun di luar gedung Puskesmas (T.K. Posyandu)

Kegiatan berupa:
195

Penyuluhan oleh bidan/perawat gigi Pemeriksaan sepintas oleh bidan Rujukan Pemeriksaan dan rencana perawatan oleh tenaga kesehatan gigi (terutama pada ibu hamil) Pencatatan

C. Pelayanan Medik Gigi Dasar Pelayanan medik gigi dasar di Puskesmas dilaksanakan terhadap masyarakat yang dating mencari pengobatan maupun yang dirujuk. Pelayananan meliputi pengobatan, pemulihan, pencegahan khusus, di samping penyuluhan secara individu maupun kelompok terhadap pengunjung Puskesmas. Untuk memperluas jangkauan pelayanan, bagi masyarakat (penderita) yang jauh dari Puskesmas dijangkau melalui pelayanan Puskesmas Keliling maupun Klinik Gigi Lapangan (untuk anak-anak sekolah dasar). Kegiatan: Memberikan pelayanan medik gigi dasar pada penderita yang berobat maupun yang dirujuk Merujuk kasus-kasus yang tidak dapat ditanggulangi ke sarana pelayanan yang lebih mampu Memberikan penyuluhan secara individu maupun kelompok Memelihara kebersihan (higiene klinik) Memelihara merawat peralatan/obat-obatan

D. Pencatatan/Pelaporan Berbagai hal yang berkaitan dengan masukan, proses, dan keluaran upaya kesehatan gigi direkam secara terpadu dalam Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas.

196

SASARAN Dalam melaksanakan kegiatan/upaya kesehatan gigi di Puskesmas, target (sasaran) yang ingin dicapai, sesuai dengan Stratifikasi Puskesmas adalah sebagai berikut: Pembinaan peran serta masyarakat dalam upaya pelihara diri (program UKGMD) dilaksanakan di 60% desa. Peran serta masyarakat (kader kesehatan) dalam penyuluhan, pengobatan sederhana, rujukan mencakup 20% penduduk desa binaan. Frekuensi pembinaan petugas kesehatan ke desa dilaksanakan minimal 3 kali dalam setahun. Upaya peningkatan/pencegahan pada anak sekolah (kegiatan menyikat gigi bersama) dilaksanakan di 80% SD. Upaya pelayanan pengobatan komperhensif pada anak sekolah mencakup 80% dari murid kelas selektif yang memerlukan perawatan. Upaya pelayanan pengobatan mencakup 4% dari penduduk wilayah puskesmas. Frekuensi pembinaan petugas kesehatan dalam bidang kesehatan gigi dan mulut ke SD dilaksanakan minimal 2 kali pertahun per SD.

197

BAB V PELAKSANAAN KEGIATAN

PELAKSANAAN KEGIATAN DI PUSKESMAS LEBAK BULUS


1. KEGIATAN Dalam Gedung a. Pencabutan gigi susu b. Pencabutan gigi tetap sederhana c. Pencabutan gigi tetap dengan penyulit d. Tambalan gigi sementara e. Tambalan amalgam f. Tambalan fuji g. Tambalan light curing (sinar) h. Alveolectomy ( pembuangan tulang) i. Operasi gigi miring (odontectomy) j. Jahit 1-5 simpul k. Jahit lebih dari 5 simpul l. Pembuatan gigi palsu m. Insisi abses n. Pembersihan karang gigi Luar Gedung a. UKGM SASARAN Pasien yang datang berobat ke Unit Pelayanan Gigi WAKTU Senin Jumat Pkl : 07.30 selesai TEMPAT Unit Pelayanan Gigi, Puskesmas Kelurahan Lebak Bulus PELAKSANA Dokter gigi dan perawat gigi

2.

TK

Setiap tahun ajaran baru

Seluruh TK se-kelurahan

Dokter gigi, petugas Puskesmas, kader, guru TK

POSYANDU

Tiap bulan

Rumah Kader yang ditentukan Rumah kader yang ditentukan

PAUD

2-3 kali/minggu

b.

UKGS Tahap 2 Pemeriksaan gigi kelas 1-6 Penyuluhan demonstrasi sikat gigi Pembersihan karang gigi Pencabutan gigi sulung yang persistensi Pengobatan atas permintaan Tahap 3 Sama dengan tahap 2, namun pada anak kelas 4-5 terdapat perawatan paripurna.

Siswa Sekolah Dasar kelas 1- 6.

Setiap tahun ajaran baru

SD setempat, yang telah ditentukan Puskesmas kecamatan

Dokter gigi, petugas Puskesmas, kader, guru SD

198

INDIKATOR KEBERHASILAN

A. Pembinaan Kesehatan Wilayah Peningkatan kegiatan peran serta masyarakat dalam upaya peningkatan kesehatan gigi dan mulut. Peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku perihal kesehatan gigi mulut dari kader kesehatan (Posyandu, guru sekolah) yang telah dibina. Penurunan angka karies di wilayah Puskesmas.

B. Pelayanan Puskesmas Peningkatan kesadaran, kemauan dan kemampuan provider perihal kesehatan gigi dan mulut. Terselenggaranya penyuluhan kesehatan gigi mulut terpadu pada kegiatan di Puskesmas dan wilayahnya. Terselenggaranya pelayanan kesehatan holistic, paripurna terpadu pada kegiatan pelayanan medik rawat jalan dan kesehatan reproduksi dengan perhatian pada penyakit gigi dan mulut. Kepuasan pengguna jasa pelayanan kesehatan gigi dan mulut akan pelayanan yang didapatnya.

199

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN


KESIMPULAN

Upaya kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas adalah upaya kesehatan gigi dasar paripurna yang ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas dengan prioritas masyarakat berpenghasilan rendah khususnya kelompok masyarakat yang rawan terhadap penyakit gigi dan mulut. Penyakit gigi dan mulut yang menjadi masalah kesehatan masyarakat dewasa ini adalah penyakit/kelainan pada jaringan penyangga gigi (periodontal disease) dan penyakit karies gigi. Kedua penyakit tersebut menimbulkan gangguan fungsi kunyah, yang dapat menyebabkan terganggunya dalam mengkonsumsi makanan. Oleh karena itu pelayanan medik gigi dasar di Puskesmas dilaksanakan terhadap masyarakat yang datang mencari pengobatan maupun yang dirujuk. Pelayananan meliputi pengobatan, pemulihan, pencegahan khusus, di samping penyuluhan secara individu maupun kelompok terhadap pengunjung Puskesmas.

SARAN

Supaya tercapainya derajat kesehatan gigi masyarakat yang layak, maka perlu ditingkatkannya kesadaran, sikap dan perilaku masyarakat dalam kemampuan pelihara diri (selfcare) di bidang kesehatan gigi dan mulut dan mencari pengobatan sedini mungkin. Sehingga kelompok masyarakat yang rawan terhadap penyakit gigi dan mulut dapat terhindar dari penyakit-penyakit ini.

200

DAFTAR PUSTAKA
1. Adyatmaka, A. 1990. Pedoman Kerja Puskesmas Jilid IV. Departemen Kesehatan RI.1-9. 2. Forest, JO. 1995.Pencegahan Penyakit Mulut, alih bahasa drg. Lilian Yawono, Ed. Ke-2. Hipokrates. Jakarta. 114-115. 3. http://nevhablue.blogspot.com 4. http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/06_50_KegiatanPenelitianLingkunganDirektoratKe sehatanGigi.pdf/06_50_KegiatanPenelitianLingkunagnDirektoratKesehatanGigi.html 5. http://www.depkes.go.id/index.php?option=articles&taskviewarticle&artid=323&Itemid=3

201

LAMPIRAN

202

UPAYA KESEHATAN JIWA

Penyusun : Hengky Stephanie Salim (030.06.111) (030.06.252)

203

BAB I PENDAHULUAN
Tujuan pembangunan kesehatan adalah tercapainya kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan terciptanya derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Kesehatan dalam hal ini diartikan sebagai suatu kondisi yang bukan hanya bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan tapi benar-benar merupakan kondisi yang positif dari kesejahteraan fisik, mental, dan sosial yang memungkinkan seseorang untuk hidup produktif. Sebagai hasil pembangunan nasional terjadi peningkatan taraf pendidikan dan sosial masyarakat dan hal ini menimbulkan pergeseran tipe penyakit yang terdapat dalam masyarakat dari kelompok penyakit menular ke kelompok penyakit tidak menular, dan pada gilirannya menigkatkan kebutuhan akan pelayanan kesehatan jiwa. Pertumbuhan penduduk yang tidak seimbang dengan pertumbuhan ekonomi, dapat menimbulkan berbagai masalah psikososial yang mempengaruhi taraf kesehatan jiwa masyarakat. Demikian pula halnya dengan adanya penyebaran dan imigrasi penduduk yang timpang, terutama urbanisasi, perubahan sosial yang cepat, pergeseran nilai-nilai hidup, polusi informasi dan gaya hidup yang merusak kesehatan seperti merokok, minum alkohol dan penyalahgunaan obat. Dari hasil survei epidemiologi gangguan jiwa yang dilakukan di beberapa tempat di indonesia, didapat angka-angka morbiditas gangguan jiwa sebagai berikut: 1. Prevalensi psikosis: 1,44 per 1000 penduduk di perkotaan dan 4,6 per 1000 penduduk di pedesaan angka menurut WHO adalah 1-3 per 1000 penduduk. 2. Prevalensi neurosis dan gangguan psikosomatik adalah 98 per 1000 penduduk, sedang angka WHO untuk neurosis adalah 20-60 per 1000 penduduk. Pada suatu penelitian yang dilakukan di USA didapatkan bahwa 2-5% dari populasi menderita ansietas dan 10% dari populasi pernah mengalami depresi. 3. Prevalensi retardasi mental: 1,25 per 1000 penduduk dan menurut WHO adalah 1-3 per 1000 penduduk. 4. Prevalensi penyalahgunaan obat dan alkohol belum ada dengan pasti namun dari data rumah sakit tercatat 10.000 pasien, dan diperkirakan jumlah pasien penyalahgunaan obat dan alkohol yang terdapat dalam masyarakat kurang lebih 100.000 orang. 5. Prevalensi epilepsi adalah 0,26 per 1000 penduduk, sedang angka menurut WHO adalah 8-10 per 1000 penduduk.
204

Angka tersebut diatas menggambarkan bahwa kesehatan jiwa merupakan masalah masyarakat. Dengan menggunakan azas-azas kesehatan jiwa dalam pelayanan kesehatan di Puskesmas maka tujuan pelayanan kesehatan paripurna akan tercapai karena pelayanan yang diberikan adalah sebagai manusia seutuhnya. Upaya ini dapat berhasil bila mendapat dukungan dan peran serta masyarakat melalui kerjasama dengan Puskesmas dimana unsur masyarakat merupakan hal yang sangat penting dan menentukan keberhasilan upaya kesehatan jiwa di Puskesmas. Kerjasama tersebut dapat dAijabarkan secara operasional dalam lokakarya mini yang akan menampilkan peranan staf puskesmas yang didukung oleh mobilisasi tenaga, peralatan, obat, dan teknologi. Dalam pelaksanaan pembinaan dan pengembangan kesehatan jiwa di puskesmas, masyarakat termasuk swasta yang terkait, merupakan unsur penentu keberhasilan upaya ini. Saat ini Puskesmas kelurahan Lebak Bulus belum mempunyai poli khusus ataupun unit khusus yang melayani kesehatan jiwa, namun skrining gangguan jiwa tetap dilakukan di unit pelayanan umum. Terdapat pula pelayanan kesehatan jiwa yang disebut dengan CMHN (Community Mental Health Nursing) lakukan oleh para petugas Puskesmas dimana mereka mengunjungi rumah-rumah penduduk yang memiliki atau dicurigai memiliki gangguan jiwa melalui laporan dari penduduk sekitar. Sedangkan di puskesmas kecamatan Cilandak mempunyai satu poli khusus / unit pelayanan jiwa yang tergabung di dalam UKKR (unit konsultasi keluarga dan remaja).Unit pelayanan UKKR merupakan salah satu unit pelayanan semi spesialistik di kecamatan Cilandak. Pelayanannya meliputi kesehatan jiwa,vct, harm reduction, napza. Pelayanan kesehatan jiwa di puskes Cilandak meliputi kegiatan di dalam dan di luar gedung. Kegiatan dalam gedung meliputi pengobatan, konsultasi pasien-pasien yang datang ke UKKR maupun pasien-pasien rujukan internal dari unit pelayanan yang lain , dengan tujuan pengenalan dini gangguan jiwa (early detection),memberikan upaya pertolongan pertama pada pasien-pasien dengan gangguan jiwa (primary treatment),kegiatan rujukan yang memadai (adequate referral). Untuk kegiatan luar gedung sama dengan puskesmas kelurahan Lebak Bulus yaitu CMHN (Community Mental Health Nursing),penyuluhan kesehatan dan perilaku sexsual yang dilakukan di smu sekecamatan Cilandak dengan tujuan meningkatkan pengetahuan perilaku sexual yang benar sehingga terjadi penurunan angka penyimpangan sexual di remaja. Puskesmas juga secara rutin melakukan pencatatan dan pelaporan.
205

BAB II PENGERTIAN
A. Kesehatan Jiwa Sehat ( UU tentang kesehatan no.23/1992 pasal 1): Sehat adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial, yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi.

Kesehatan Jiwa adalah perasaan sejahtera dan bahagia, mampu mengatasi tantangan kehidupan, dapat menerima orang lain sebagaimana adanya, mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain.

B. Gangguan Kesehatan Jiwa Gangguan Kesehatan Jiwa: Terganggunya kesehatan jiwa seseorang, seperti yang dimaksud dengan penjelasan pada butir 1 di atas, yang dapat berwujud masalah psikososial atau gangguan jiwa.

Masalah psikososial: Gangguan kesehatan jiwa yang dilatarbelakangi oleh masalah-masalah sosial dan psikologik, seperti kenakalan remaja, disharmoni keluarga, kriminalitas, dll.

Gangguan Jiwa: Gangguan jiwa yang dapat dideteksi secara klinis, seperti yang diklasifikasikan dalam kode diagnosis di Puskesmas, sbb: 0801 Gangguan Psikotik: gelandangan psikotik, korban pasung, gaduh gelisah; 0802 Gangguan Neurotik: gangguan psikosomatik, neurosa cemas, depresi; 0803 Retardasi Mental: (ringan, sedang, berat); 0804 Gangguan Kesehatan Jiwa bermula pada bayi, anak dan remaja, dan perkembangannya

206

0805

Penyakit Jiwa lainnya: penyalahgunaan narkotik/ zat adiktif, gangguan kepribadian, gangguan seks;

0806

Epilepsi: (gran mal, petit mal, psikomotor) , kejang demam pada anak.

C. Upaya Kesehatan Jiwa (UU Kesehatan no.25/1992 pasal 24) a. Upaya yang diselenggarakan untuk mewujudkan jiwa yang sehat secara optimal, baik intelektual, maupun emosional dan sosial, meliputi: i. pemeliharaan dan peningkatan kesehatan jiwa, ii. pencegahan dan penanggulangan masalah psikososial dan gangguan jiwa, iii. penyembuhan dan pemulihan penderita gangguan jiwa. b. Kesehatan jiwa dilakukan oleh perorangan, lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan pekerjaan, lingkungan masyarakat, didukung sarana pelayanan kesehatan jiwa dan sarana lainnya.

207

BAB III TUJUAN


A.TUJUAN UMUM Tercapainya derajat kesehatan jiwa yang optimal bagi seluruh masyarakat.

B.TUJUAN KHUSUS 1. Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan Puskesmas pada umumnya, melalui peningkatan kesehatan jiwa secara terpadu. 2. Meningkatnya mutu dan jangkauan pelayanan kesehatan jiwa di Puskesmas untuk mencegah dan mengurangi masalah psikososial dan gangguan kesehatan jiwa di masyarakat. Tujuan Pelayanan Kesehatan Jiwa Terpadu: 1. Memberikan perhatian secara menyeluruh dan terinci terhadap semua aspek kehidupan pasien yang berkunjung, baik dari segi jasmani, maupun segi mentalemosional dan sosialnya. 2. Meningkatkan hubungan interpersonal antar petugas kesehatan Puskesmas dengan pasien dan keluarganya. 3. Meningkatkan kepekaan petugas agar dapat mendeteksi gangguan kesehatan jiwa secara dini setiap pengunjung Puskesmas yang berobat. 4. Memberikan pengobatan rasional dan terapi lain yang diperlukan secara lebih berdaya guna dan berhasil guna. 5. Mengelola kasus gangguan kesehatan jiwa pada pengunjung Puskesmas (bayi, anak, remaja, dewasa, usila) dengan sebaik-baiknya.

Bila mungkin menurunkan atau mempertahankan angka-angka yang telah diperoleh sesuai dengan survei epidemiologi gangguan jiwa yaitu: 1. Angka psikosis 1,44-4,6 per 1000 penduduk. 2. Angka anxietas 2-5% dari populasi. 3. Angka depresi 1% dari populasi. 4. Angka retardasi mental 1,25 per 1000 penduduk. 5. Jumlah penyalahgunaan obat dan alkohol 100.000 orang. 6. Angka epilepsi 0,26 per 1000 penduduk.
208

BAB IV KEGIATAN DAN SASARAN


Upaya kesehatan jiwa di puskesmas adalah upaya kesehatan jiwa yang dilaksanakan di tingkat puskesmas secara khusus atau terintegrasi dengan kegiatan pokok puskesmas lainnya, yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan puskesmas dengan dukungan peran serta masyarakat baik di dalam gedung maupun di luar gedung puskesmas yang ditujukan pada individu, keluarga, masyarakat dan diutamakan pada masyarakat berpenghasilan rendah, khususnya kelompok rawan tanpa mengabaikan kelompok lainnya, dengan menggunakan teknologi tepat guna yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat setempat. Kegiatan upaya kesehatan jiwa tersebut dilaksanakan melalui: 1. Pengenalan dini gangguan jiwa (early detection); 2. Memberikan upaya pertolongan pertama pada pasien-pasien dengan gangguan jiwa (primary treatment); 3. Kegiatan rujukan yang memadai (adequate referral). Selain itu diharapkan juga agar puskesmas dapat melaksanakan terapi lanjutan(follow up) dari mereka yang sudah selesai perawatannya di rumah sakit jiwa, dengan demikian akan meringankan beban dari pasien. Dengan adanya pelayanan ini, dapat diperolah gambaran penyakit dalam masyarakat tertentu yang dapat dipertanggungjawabkan melalui suatu pengumpulan data di puskesmas. Mengingat hal tersebut diatas maka dalam pelayanan puskesmas diharapkan dapat: 1. Menangani gangguan jiwa baik akut maupun kronik yang dapat terjadi pada setiap manusia maupun kelompok masyarakat hingga dapat menurunkan angka kesakitan pasien gangguan jiwa. 2. Menangani gangguan jiwa dari setiap kelompok umur mulai dari anak, remaja, dewasa dan usia lanjut dengan memanfaatkan azas-azas kesehatan jiwa. 3. Menilai lebih sensitif dan waspada terhadap kemungkinan keterlibatan emosional pada keluhan-keluhan atau gejala yang ditujukan pasien sewaktu berobat. 4. Memberikan penyuluhan sehingga masyarakat dapat memanfaatkan azas dasar kesehatan jiwa dalam kehidupannya.

209

Penjelasan: 1. Kesehatan jiwa (mental health) Menurut faham ilmu kedokteran pada saat ini, adalah suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual, dan emosional yang optimal dari seseorang dan perkembangan itu berjalan selaras dengan orang lain. Makna kesehatan jiwa mempunyai sifat-sifat yang harmonis(selaras) dan memperhatikan semua segi dalam kehidupan manusian dan dalam hubungan dengan manusia lain. Untuk mencapai kondisi yang dimaksud maka pemerintah telah mengarahkan upaya penting antara lain: a. memelihara kesehatan jiwa dalam pertumbuhan dan perkembangan anak b. mengusahakan keseimbangan jiwa dengan menyesuaikan penempatan tenaga selaras dengan bakat dan kemampuan c. perbaikan tempat dan suasana kerja d. mempertinggi taraf kesehatan jiwa seseorang dalam hubungannya dengan keluarga dan masyarakat Mengingat hal tersebut diatas maka telah digariskan beberapa kebijaksanaan yang pada prinsipnya menjabarkan dan menterjemahkan lingkup kesehatan jiwa secara praktis dan kongkrit.

2. Pelayanan kesehatan jiwa Pelayanan kesehatan jiwa yang dilakukan oleh dokter/staf puskesmas terhadap individu dengan memberikan obat-obat psikofarmaka bila diperlukan serta pemecahan masalah yang dihadapi pasien dan keluarga. Secara relatif arti jiwa sehat dan jiwa sakit berbeda menurut pola sosial dan budaya suatu masyarakat. Hampir semua penyakit fisik mengandung segi kejiwaan dan dengan pendekatan kesehatan jiwa yang baik akan bermanfaat dalam menghadapu semua penderita. Penderita gangguan jiwa tidak selalu abnormal tingkah lakunya, dan sering kelainan yang ditujukan hanyalah berdasarkan keluhan saja.Oleh karena itu semua petugas puskesmas sebaiknya mengetahui azas dasar kesehatan jiwa. Beberapa sifat yang dapat dipakai sebagai pegangan dalam pemeriksaan yaitu seseorang yang sehat jiwanya adalah seorang yang:

210

a. mempunyai emosi yang tenang, ia cukup bahagia dalam kehidupannya dan dapat bergaul dengan baik dalam keluarga dengan anak-anaknya, maupun lingkungan tempat tinggal atau tempat kerja. Suatu waktu dapat saja ia merasa kurang gembira, bertengkar, dan marah-marah, tapi pada umumnya ia relatif bebas dari rasa khawatir, rasa benci dan rasa cemas. b. dapat memelihara keseimbangan jiwanya secara mantap, yaitu cukup tabah, penuh pengertian serta dapat mengambi keputusan dan memiliki tanggung jawab. Dengan demikian, ia menghadapi kehidupan dengan segala persoalan serta ia dapat menikmati karuniaNya c. mereka mempunyai masa kanak-kanak yang bahagia, karena tata cara kehidupan pada masa kanak-kanak adalah sangat penting artinya dalam perkembangan menjadi dewasa. Beberapa hal penting yang harus diperoleh dalam masa kanak-kanak

adalah:cinta,kasih sayang, pujian dan dorongan serta disiplin yang sehat.

3. Peran serta masyarakat Peran serta masyarakat adalah peran serta masyarakat baik sebagai key person maupun sebagai konsumen dalam pemecahan masalah kesehatan jiwa setempat, perencanaan pelaksanaan, penilaian, pembinaan dan pengembangan upaya kesehatan jiwa masyarakat setempat.

4. Kegiatan dalam puskesmas Terpadu dengan kegiatan pokok puskesmas lainnya, serta memberian pelayanan khusus bila diduga adanya faktor psikologi sebagai penyebab (lihat pelayanan khusus).

5. Kegiatan diluar puskesmas Terpadu dengan kegiatan pokok puskesmas lainnya, kegiatan khusus yaitu penyuluhan kesehatan jiwa dalam rangka pencegahan dan pengobatan gangguan jiwa sedini mungkin.

Upaya pokok Kesehatan Jiwa di Puskesmas adalah upaya yang dilaksanakan, baik secara terpadu dalam upaya kesehatan pokok lainnya, maupun seecara khusus oleh

211

Puskesmas, sebagai kegiatan di dalam gedung dan di luar gedung, terdiri dari kegiatan pokok dan kegiatan penunjang, sbb: a. Kegiatan pokok, terdiri dari: 1. Penyuluhan 2. Pelayanan Pengobatan b. Kegiatan penunjang, terdiri dari: 1. Pencatatan dan Pelaporan 2. Rujukan Kasus 3. Konsultasi Kesehatan Jiwa bagi petugas 4. Kunjungan Rumah

A. KEGIATAN POKOK 1. Penyuluhan a. Kegiatan: i. Penyuluhan kesehatan jiwa secara terpadu dalam program penyuluhan kesehatan Puskemas lainnya; ii. Penyuluhan kesehatan jiwa secara khusus sesuai dengan kebutuhan dan jadwal kerja; iii. Pengorganisasian LSM dan potensi masyarakat dalam upaya kesehatan jiwa. b. Sasaran: i. Perorangan pada setiap pasien yang berkunjung ke Puskesmas dan fasilitas kesehatan lainnya (Posyandu, Pusling, dll); ii. Kelompok masyarakat: 1. Orang tua, 2. Anak balita/ anak usia SD, 3. Anak usia remaja (SLTP/SLTA), 4. Guru, 5. Tokoh masyarakat, 6. Organisasi kepemudaan (OSIS, Karang Taruna, Pramuka, PMR, dll), 7. Lembaga swadaya masyarakat.

2. Pelayanan Pengobatan
212

a. Kegiatan: Terpadu dalam pelayanan kesehatan umum (BP, KIA, UKS, ASKES, dll). Prinsip: i. Petugas kesehatan memandang manusia secara menyeluruh (holistik), baik aspek fisik, maupun aspek mental-emosional dan sosial, sehingga kesehatan jiwa memegang peranan yang sangat penting dalam kesehatan. ii. Pelayanan kesehatan jiwa dilaksanakan terpadu dalam setiap pemberian pelayanan kesehatan yang dilaksanakan baik di dalam gedung maupun di luar gedung Puskesmas (BP, KIA, UKS, Pusling, dll). iii. Pelayanan tidak ditujukan hanya untuk pasien gangguan jiwa, tetapi semua pasien yang datang, baik pada anak maupun dewasa. iv. Petugas Puskesmas bersikap empati, ramah, sopan, terbuka dan menghargai setiap pasien, sebagai orang yang perlu didengar, ditolong dan dilayani dengan sebaik-baiknya. v. Pemeriksaan harus dilaksanakan secara lege artis, dimulai dari anamnesis, pemeriksaan, diagnosis dan terapi. vi. Setiap pasien yang datang dengan keluhan gangguan kesehatan jasmani, perlu dideteksi kemungkinan adanya faktor mental-emosional yang mempengaruhi keadaan jasmaninya. vii. Diagnosis kerja dapat bersifat ganda (fisik dan mental) , sehingga petugas dapat mengelola gangguan kesehatan jiwa yang terdapat pada setiap pasien yang berobat dengan sebaik-baiknya, mencatat dan melaporkannya. viii. Diperlukan ruang anamnesis/ pemeriksaan yang memungkinkan pasien menyampaikan keluhan pribadinya secara bebas. Untuk itu pasien diupayakan antri dan tidak bergerombol pada meja petugas. b. Sasaran: Semua pasien yang memperoleh pelayanan kesehatan/ pengobatan, baik di dalam maupun di luar gedung Puskesmas, pada semua golongan umur (bayi, balita, anak usia SD, remaja, orang dewasa, usila).

213

B. KEGIATAN PENUNJANG 1. Pencatatan dan Pelaporan Kegiatan: a. Mencatat data dan hasil pemeriksaan pelayanan kesehatan jiwa terpadu setiap pasien pada kartu Status/ Rawat Jalan Puskesmas; b. Mencatat hasil pemeriksaan pelayanan kesehatan jiwa semi-spesialistik pada kartu rawat jalan; c. Mengumpulkan data jumlah gangguan kesehatan jiwa setiap hari pada laporan khusus yang tersedia; d. Mengirimkan laporan bulanan kepada Suku Dinas/ Dinas Kesehatan pada setiap akhir bulan; e. Mencatat dan melaporkan kasus gangguan jiwa pada SP2TP sesuai petunjuk. Sasaran: a. Puskesmas Kelurahan; b. Puskesmas Pembina. 2. Rujukan Kasus Kegiatan: a. Mengirim pasien untuk dirujuk; b. Menerima pasien rujukan. Sasaran: a. Pasien yang perlu perawatan inap b. Pasien yang perlu tindakan khusus/ spesialistik. 3. Konsultasi Kesehatan Jiwa bagi petugas Kegiatan: a. Koordinator Jiwa Suku Dinas Kesehata menyiapkan acara konsultasi kesehatan jiwa di setiap wilayah krjanya (1 bulan 1-2 kali); b. Setiap Puskesmas menyiapkan masalah yang akan dikonsultasikan, disertai data dan laporan program selama ini dan psikiater pembina membahas masalah yang dikonsultasikan; c. Psikiater pembina membuat laporan konsultasi kesehatan jiwa tersebut dan melaporkan ke Direktur RS Jiwa Jakarta dan Kepala Pusat Pembinaan Kesehatan Jiwa Dinas Kesehatan DKI Jakarta sebagai koordinator; d. Secara berkala konsultasi kesehatan jiwa diadakan di Puskesmas Pembina, agar dapat menjangkau Puskesmas di sekitarnya.
214

Sasaran: a. Dokter/ perawat di Puskesmas Pembina/ Puskesmas yang telah mengikuti penataran/ pelatihan dan melaksanakan pelayanan BP; b. Dokter/ perawat Puskesmas lainnya yang berminat. 4. Kunjungan Rumah Kegiatan: a. Petugas berkoordinasi dengan kader masyarakat (Posyandu, PKK, dll); b. Petugas melaksanakan kunjungan rumah bersama kader masyarakat secara terpadu dalam program kunjungan rumah; c. Petugas menangani kasus gangguan jiwa sesuai dengan kemampuannya; d. Petugas melaksanakan penyuluhan kesehatan jiwa pada masyarakat sesuai kebutuhan. Sasaran: a. Masyarakat b. Pasien Puskesmas

Pelayanan Kesehatan Jiwa 1. kegiatan terintegrasi( lihat lampiran 1) 2. kegiatan khusus( lihat lampiran 2)

Untuk menentukan diagnosis gangguan jiwa dari seorang pasien maka hal penting yang harus dilakukan adalah: a. anamnesa/pengambilan kisah 1. autoanamnesa -wawancara langsung dengan pasien tentang hal-hal yang dirasakan/dikeluhkan -anamnesa kemudian dilanjutkan dengan menyelami latar belakang dan kehidupan pasien(sosial,ekonomi,pendidikan dan budaya), asal kelahirannya, pekerjaannya dan beberapa hal yang mungkin menarik perhatian. -ikut sertakan keluarga dalam wawancara dengan penderita, kecuali bila anda merasa pasien atau keluarganya meberi kesan bahwa mereka canggung atau tidak

menginginkannya. Dalam hal demikian adakan wawancara secara terpisah dengan keluarganya.

2. alloanamnesa
215

wawancara dengan keluargan pasien atau orang yang mengantarkan pasien. Ditanyakan hal-hal yang berhubungan kemungkinan timbulnya gangguan jiwa pada pasien. Bila mungkin ditanyakan perjalanan penyakit dari pasien, keadaan kehidupan pasien seharihari, hubungan pasien dengan orang lain dan sebagainya.

b. Pemeriksaan fisik 1. secara umum diperiksa tensi,nadi,suhu dan pernapasan pasien 2. pemeriksaan neurologik dilakukan untuk mengetahui adakah gangguan kesadaran, kelumpuhan, rudapaksa pada kepala, gangguan fungsi luhur dan perasaan/perabaan pada tubuh dan gejala neurologik lain seperti kejang, kaku kuduk dan sebagainya.

c. laboratorium pemeriksaan laboratorium secara rutin untuk mengetahui adakah faktor infeksi, anemia berat,dsb. Bila dicurigai adanya kalainan organik tertentu dapat dilakukan pemeriksaan laboratorium tambahan sesuai kebutuhan. Pemeriksaan ini dilakukan untuk menyingkirkan adanya kelainan organik sebagai penyebab dari gangguan jiwa tersebut. Adapun penanganan pasien dengan gangguan jiwa seperti tercantum dalam lampiran 2 ini.

C. peran serta masyarakat kegiatan dalam bentuk penyuluhan serta pembinaan masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan, penilaian dan pengembangan kesehatan jiwa setempat dalam rangka menciptakan kemandirian masyarakat dalam memelihara kesehatan jiwa.

D. Pengembangan Pengembangan upaya kesehatan jiwa di puskesmas adalah suatu upaya dengan memanfaatkan data yang ada yaitu yang didapat dari SP2TP, penelitian atau survei. Upaya ini digunakan untuk mengembangkan peran serta masyarakat dan pelayanan dibidang kesehatan jiwa. Hal ini dilakukan melalui mini lokakarya dan stratifikasi puskesmas dan micro planning dalam rangka menciptakan derajat kesehatan jiwa masyarakat yang optimal.

216

D.Sistem pencatatan dan pelaporan Berbagai hal yang berkaitan dengan masukan, proses dan keluaran upaya kesehatan jiwa, direkam secara terpadu dalam SP2TP.

1. Kegiatan terintegrasi

UPAYA KESEHATAN JIWA YANG TERPADU DENGAN KEGIATAN POKOK PUSKESMAS Kegiatan pokok sasaran Tugas Perincian kegiatan tenaga Alat

1. KIA

Ibu hamil dan nifas

Promotif preventif

Penyuluhan:umpama -Cara menyusukan dengan kasih sayang -Hindari stres/depresi selama kehamilan -Persiapan melahirkan secara mantap termasuk persiapan mental

-Dokter -Bidan -Perawat -Kader

-Poster -Leaflet Audiovisual

2. KB

Individu dan keluarga

Promotif preventif

Penyuluhan agar tercipta keluarga yang bahagia dan sejahtera

-Dokter -Bidan -Perawat -Kader

-Poster -Leaflet -Film

3. Gizi

Individu dan keluarga

Promotif preventif

Penyuluhan: Memperhatikan gizi makanan karena kekurangan zat tertentu, umpama jodium dapat menyebabkan gangguan perkembangan mental anak cara hidup sehat secara

-Dokter -Ahli gizi -Perawat -kader

-Poster Leaflet Audiovisual

217

mental health

4.kesehatan lingkungan

Kelompok masyarakat dan lingKungan

Promotif preventif

Penyuluhan: Pentingnya peran orang tua dalam keluarga Dokter Perawat Perawat Dokter Tenaga

Leaflet Audiovisual

5.PPPM 6.PKM

Kelompok masyarakat

Promotif preventif

Menciptakan hubungan dan komunikasi yang baik dalam keluarga dan masyarakat

Poster Leaflet Audiovisual

penyuluh Film(video) kader

7.pengobatan

Individu/keluar ga

Kuratif rehabilitatif

Bagi pasien-pasien gangguan jiwa diharapkan dapat minum obat secara teratur Penyuluhan Kesehatan jiwa Home visit pasien psikotik

Dokter Perawat

Obat psiko Farmaka

8.PHN

Keluarga Masyarakat

Promotif Preventif Rehabilitatif

Penyuluhan:kesehatan jiwa

Perawat Kader

Leaflet Slides/over head Kendaraan untuk home visit

9.UKS

Anak didik Pendidik&stafn ya Orang tua

Promotif preventif Rehabilitatif

Deteksi dini gangguan kesulitan belajar, gangguan perkembangan Rujuk bila dicurigai adanya kelainan ke RS

Poster Leaflet Audiovisual

218

Jiwa

10. Gigi dan mulut

Individu Keluarga

Preventif kuratif

Pemeriksaan dan pengobatan gigi pasien gangguan jiwa karena mereka sering tak mengurus kebersihan gigi Menyampaikan pada keluarga agar memperhatikan kebersihan gigi pasien

Alat-alat kedokteran gigi

11.Kesehatan jiwa

Lihat kegiatan khusus tentang kesehatan jiwa

12.laboratoriu m

individu

Preventif kuratif

Laboratorium rutin Pemeriksaan khusus sesuai kebutuhan

Laborant

Alat lab dan zat kimia untuk peme riksaan poster leaflet poster leaflet audiovisual film video alat peraga

13.UKM/PK dasar

Masyarakat kelompok

Promotif Preventif

Penyuluhan kesehatan jiwa

Dokter Perawat

poster leaflet

219

tertentu

Kader

14. USILA

Individu Kelompok Masyarakat

Pencegahan Kuratif Rujukan

Penyuluhan tentang kesehatan jiwa usia lanjut Pengobatan pasien USILA sengan gangguan jiwa Rujuk pasien ke RS bila mengalami kesulitan

Dokter Perawat Kader

poster leaflet film audiovisual

15.kesehatan olah raga

Keluarga Individu Masyarakat

Pencegahan Kuratif

Penyuluhan tentang pentingnya olahraga bagi kesehatan mental Peragaan olahraga kesehatan jasmani

Dokter Perawat Kader

Video Alat peraga

220

2. Kegiatan Khusus

PENANGANAN PASIEN DENGAN GANGGUAN JIWA DIAGNOSIS GEJALA KLINIS PENGOBATA N 1.Gangguan psikosis Adalah suatu keadaan yang nmenimbulkan ketidakmampuan berat pada seseorang untuk menilai realitas Gaduh gelisah Perilaku abnormal Gangguan tidur Rasa curiga Keluhan somatik yang aneh Rasa sedih yang tak wajar Waham/halusinasi Hilangnya perhatian terhadap kebersihan,keluara dan pekerjaan Major tranqulizer umpama klorpromazine hingga gejala klinis berkurang Dosis awal dapat dimulai dengan 3x50 mg/hari ditingkatkan secara bertahap 3x100 mg dan seterusnya hingga pasien tenang.dosis optimal 2.Gangguan kecemasan (anxietas) Adalah perasaan tidak menyenangkan yang disebabkan oleh dugaan akan bahaya atau frustrasi yang mengancam dan akan membahayakan rasa aman, keseimbangan atau kehidupan individu. Rasa cemas ini dirasakan bila b. vegetatif antara lain jantung berdebar 1. keluhan fisik a. somatik antara lain: sakit kepala pusing nyeri atau rasa tak enak didada 1.simtomatik Sesuai dengan keluhan pasien 2.ansiolitika Misal diazepam 3x2 mg atau dobazam 3x10 dipertahankan hingga 4 minggu Bila tidak ada perbaikan dalam 2 minggu rujuk ke bagian psikiatri RS umum/RS jiwa terdekat Bila dalam waktu 4 minggu tidak memperihatkan kemajuan atau pasien sangat gaduh gelisah&membahayaka n diri atau orang sekitarnya, kirim ke RS Jiwa terdekat TINDAK LANJUT

221

individu berusaha menguasai/menghadapi suatu situasi atau keadaan tertentu

mual diare/abatisasi keringat dingin nafsu makan menurun sesak nafas

mg 3. berikan support agar pasien merasa aman

2.keluhan psikis Gelisah Takut tak wajar umpama takut gila,takut mati Sulit tidur

3. gangguan depresi Adalah satu bentuk ganggua kejiwaan pada alam perasaan seseorang yang bercorak disforik yang ditandai dengan perasaan murung, rasa sedih yang mendalam,

Rasa sedih yang mendalam Gangguan tidur terutama

Simtomatik sesuai dengan keluhan Antidepresan

Bila selama 3 minggu tak ada perbaikan rujuk ke bagian jiwa RS umum/RS jiwa terdekat

terbangun dini hari misalnya Hilangnya perhatian terhadap pekerjaan dan amitriptilin 3x25 mg selama 3 minggu Bila ada kecemasan beri ansiolitika Berikan support agar pasien merasa aman

rasa tak berdaya, putus asa keluarga tak berguna Menangis tanpa sebab Hilangnya nafsu makan Konstipasi Pembicaraan dan aktivitas

4. retardasi mental

1. retardasi mental

-tidak ada terapi

222

Adalah suatu keadaan dimana fungsi intelektual umum di bawah rata-rata yang terdapat dalam periode perkembangan(sebelum usia 18 tahun) disertai ketidakmampuan proses belajar atau adaptasi

ringan(mampu didik): -80% dari seluruh retardasi mental -mulai tampak pada usia sekolah: Sering tak naik kelas Memerlukan bantuan untuk mengerjakan pekerjaan rumah atau kebutuhan pribadi Terdapatnya perilaku antisosial Biasanya anak dapat menyelesaikan pendidikan sampai tamat SD

khusus -bimbing keluarga agar dapat menerima keterbatasan anak -latih anak agar dapat mandiri

Menganjurkan orang tua agar konsultasi lebih lanjut ke RS jiwa terdekat

2.retardasi mental sedang(mampu latih) gejala sudah tampak sejak kecil,yaitu adanya gangguan perkembangan fisik dan bicara yang lambat. -memerlukan -tidak ada terapi khusus -memberi pengertian pada keluarga agar dapat menerima keadaan anak -memberikan

223

bantuan untuk mengurus diri -gangguan

latihan pada anak yang berulang agar

perilaku yang jelas mampu merawat diri 3.retardasi mental berat dan sangat berat: -sejak lahir sudah tampak gejala perkembangan motorik yang buruk dan -tidak ada terapi khusus -anak sangat membutuhkan perhatian dan bimbingan khusus

kemampuan bicara -memberi yang sangat minimal -anak hanya 5. faktor psikologis yang mempengaruhi kondisi fisik(dulu dikenal sebagai gangguan psikosomatik atau psiko fisiologik)adalah suatu kondisi/penyakit yang mempunyai makna tertentu yan diberikan oleh individu terhadap suatu stimulus lingkungan dan timbulnya penyakit itu mempunyai hubungan waktu dengan stimulus lingkungan tersebut Gejala fisik yang dikeluhkan dapat mengenai semua sistem dalam tubuh seperti: -tension headache -kolon iritabel -asma psikogenik -dismenore -simtomatik sesuai dengan keluhan -membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi pasien -beri ansiolitik Bila dalam waktu 3 minggu tak ada perubahan rujuk ke RS Jiwa mungkin belajar bicara dan dilatih keterampilan untuk pemeliharaan kebersihan dasar perhatian pada orang tua untuk menerima keadaan ini

224

psikogenik -dsb

seperti clobazam 3x2 mg untuk mengatasi kecemasan pasien atau anti depresiva bila didapat kesan

1.penyalahgunaan zat tanpa ketergan tungan: -pola penggunaan zat patologik yang dapat bermanifestasi sebagai intoksikasi, namun 6.gangguan penggunaan zat: Adalah suatu keadaan dimana terjadi perubahan tingkah laku yang berkaitan dengan penggunaan zat secara teratur yang mempengaruhi susunan saraf pusat zat tersebut digunakan setiap hari agar ia dapat berfungsi dengan adekuat -ketidakmampuan dalam fungsi sosial atau pekerjaan akibat pola penggunaan zat yang patologik -jangka waktu penggunaan zat ini paling sedikit 1 bulan

adanya keadaan depresi

Rujuk ke RS Jiwa terdekat karena merupakan masalah yang rumit dalam penanganan

-memerlukan penanganan khusus -puskesmas sebaiknya hanya melakukan seteksi pada remaja

225

2.ketergantungan zat: -didapat adanya ketergantungan fisologis yang dibuktikan dengan terdapatnya toleransi atau sindrom putus zat(withdrawal) -ketidakmampuan dalam fungsi sosial atau pekerjaan, meskipun jarang manifestasi gangguan ini hanya pada ketergantungan fisiologis umpamanya:orang yang tergantung pada opioida analgesik yang diberikan atas alasan medis untuk mengurangi rasa nyeri fisik. Memerlukan penanganan khusus Rujuk ke RS Jiwa terdekat

-kenakalan yang berlebihan dirumah atau di masyarakat

Rujuk ke RS Jiwa terdekat

226

-melanggar peraturan atau 7.gangguan pada anak dan remaja umpama: 1).gangguan tingkah laku: Pola tingkah laku yang berulang dan menetap norma sosial dalam masyarakat -sering pula ada aktivitas seksual yang bersifat Memerlukan penanganan khusus Rujuk ke RS Jiwa terdekat

hingga terjadi pelanggaran agresif hak azasi orang lain -menyalahkan orang lain dan merasa diperlakukan tidak adil -sering juga ditemukan merokok,minum minuman keras, dan penyalahgunaan zat -gangguan ini dapat berkelompok 2) gangguan pemusatan perhatian(dulu dikenal sebagai sindrom hiperkinetik)adalah:kuran g mampu memusatkan perhatian dan impulsi yang tidak sesuai dengan taraf perkembangan -tidak dapat memusatkan perhatian -mudah teralih perhatiannya -sulit konsentrasi di sekolah -sering bertindak sebelum berpikir

-Konsultasi dengan RS Jiwa terdekat untuk memberikan bimbingan -Bila perlu kirim anak ke RS Jiwa

227

3).gangguan perkembangan spesifik: Adalah gangguan yang hanya meliputi segi tertentu(spesisifk)dari perkembangan yang tidak disebabkan oleh gangguan lain.

-efek labil -biasanya timbul sebelum usia 7 tahun

-gangguan perkembangan membaca -gangguan perkembangan berhitung -gangguan perkembangan bahasa -gangguan perkembangan motorik -gangguan perkembangan artikulasi

-serangan ringan berupa: *hilangnya ingatan secara mendadak dan singkat *pasien hanya berhenti sejenak dalam pekerjaannya atau pembicaraan, melihat ke suatu -phenobarbital dengan dosis Untuk menegakkan diagnosis kirim ke RS jiwa untuk pemeriksaan lebih lengkap

228

arah tanpa berkedip,kemudia n melanjutkan pekerjaannya

untuk: *Anak:6-7 mg/kgBB *dewasa: mulai dengan 3x50 mg, naikkan

8. Epilepsi adalah suatu gejala klinis yang disebabkan oleh

-serangan dapat pula berupa nyeri perut.atau

dosis sampai bebas serangan, lanjutkan pemberian obat sampai 3-5 tahun bebas serangan

manifestasi gangguan otak gangguan dalam bentuk bangkitan yang muncul secara berkala yang disebabkan oleh lepas muatan listrik pada neuron-neuron otak secara berlebihan. sensibilitas -serangan berat berupa: penderita jatuh waktu kehilangan kesadaran dan kejang serta kontraksi otot bila kejang berhenti biasanya penderita lalu tertidur dan waktu bangun tidak ingat apa yang terjadi -serangan dapat terjadi sekali sebulan atau setiap hari

-bila terjadi kejang: hindarkan pasien dari tempat atau benda yang dapat membahayakan -beri spatel diantara gigi agar lidah tidak tergigit

-pasien jangan diikat

229

230

BAB V PELAKSANAAN KEGIATAN

No.

Kegiatan Pelayanan semi spesialis untuk

Sasaran Meningkatka n persentase kunjungan dari 7% menjadi 8% Remaja mengetahui perilaku sexual yang benar

Tempat

Waktu

Pelaksana

Puskesmas kecamatan Cilandak

Senin-Jumat jam 08.0012.00

Dokter Puskesmas yang telah mendapat pelatihan khusus

1.

pasien yang berkunjung ke UKKR Sosialisasi Kesehatan jiwa

2.

remaja terkait dengan masalah pendidikan sexual remaja CMHN (Community-

SMU seKecamatan Cilandak

Dokter dan petugas Puskesmas

Pasien gangguan jiwa/ suspek gangguan jiwa Orang-orang Rumah Pasien

3.

Mental Health Nursing): kunjungan ke rumah

Petugas puskesmas

4.

VCT

yang mempunyai faktor resiko

Puskesmas kecamatan Cilandak Puskesmas

Senin-Jumat jam 08.0012.00

Dokter Puskesmas yang telah mendapat pelatihan khusus

5.

IDU meeting

IDU

kecamatan Cilandak Puskesmas

Setiap akhir bulan Senin Jumat jam 08.0012.00 Senin-Jumat jam 08.0012.00

Dokter dan petugas puskes

6.

Konseling IDU

IDU

kecamatan Cilandak

Dokter puskes

IDU dan 7. Harm Reduction orang yang terinfeksi HIV

Puskesmas kecamatan Cilandak

Dokter puskes

231

8,

Penyuluhan HIV-AIDS Mobile VCT

Penduduk kec.cilandak Orang yang beresiko

Tempattempat umum Panti pijat dll

Tiap bulan Tiap bulan 2 x

Petugas puskes

9.

Petugas puskes

232

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN

Tujuan pembangunan kesehatan adalah tercapainya kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan terciptanya derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Kesehatan dalam hal ini diartikan sebagai suatu kondisi yang bukan hanya bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan tapi benar-benar merupakan kondisi yang positif dari kesejahteraan fisik, mental, dan sosial yang memungkinkan seseorang untuk hidup produktif. Oleh karena itu dibutuhkan pelayanan kesehatan jiwa agar terwujud kesejahteraan mental dan sosial sehingga seseorang dapat hidup produktif. Di Puskesmas telah dibuat unit pelayanan kesehatan jiwa dengan tujuan memberikan pelayanan keperawatan jiwa komprehensif,meliputi pencegahan primer, sekunder dan tersier. Kegiatan di puskesmas terbagi dua di luar dan di dalam Gedung, kegiatan di dalam gedung terpadu dengan kegiatan pokok puskesmas lainnya, serta memberkian pelayanan khusus bila diduga adanya faktor psikologi sebagai penyebab.Sedangkan kegiatan diluar puskesmas terpadu dengan kegiatan pokok puskesmas lainnya, kegiatan khusus yaitu penyuluhan kesehatan jiwa dalam rangka pencegahan dan pengobatan gangguan jiwa sedini mungkin. Di puskesmas Cilandak sebagian besar telah melakukan kegiatan seperti yang dianjurkan depkes.

SARAN Adapun untuk dapat dilakukan semua kegiatan tersebut diperlukan dana dan tenaga kerja yang memadai,saat ini mengambil contoh di puskesmas kecamatan Cilandak masih sangat kekurangan tenaga-tenaga profesional/SDM sehingga dalam pelaksanaan kegiatan banyak yang double job yang mengakibatkan kurang efisiennya/kurang optimal program yang sudah ada. Agar lebih optimal dapat dilakukan : 1. Perlu ditingkatkan penyediaan SDM/kaderisasi yg lebih banyak. 2. Diadakan pelatihan-pelatihan khusus. 3. Ruangan UKKR diperbesar dan disekat.

233

DAFTAR PUSTAKA

1. Upaya Pokok Kesehatan Jiwa. Dalam: STANDARISASI PELAYANAN KESEHATAN PUSKESMAS di DKI Jakarta. Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta. 2001. hlm.129-152.

234

UPAYA POKOK KESEHATAN MATA

Penyusun : Andhini Darma Saputri Pritta Diyanti Karyaman Radita Primakirana Sediadi (030.05.022) (030.05.170) (030.05.178)

235

BAB I PENDAHULUAN
Undang-undang No. 36 tahun 2009 mengamanatkan bahwa pemerintah harus menyediakan pelayanan kesehatang yang bermutu,aman,efisien,terjangkau dan merata. Sebagai unit pelaksana tehnis Dinas kesehatan (UPTD), Puskesmas mempunyai 4 fungsi yaitu sebagai pusat pemberdayaan masyarakat,sebagai pusat pelayanan kesehatan masyarakat,sebagai pusat pelayanan kesehatan perorangan primer dan sebagai pusat rujukan kesehatan primer yang bertanggung jawab atas wilayah yang telah ditetapkan. Pelayanan kesehatan masyarakat sektor Pemerintah di Kabupaten/Kota terdiri atas pelayanan kesehatan dasar dan rujukan.Puskesmas dengan kegiatan Upaya Kesehatan Masyarakatnya menyebabkan puskesmas mempunyai peran penting dalam meningkatkan daya ungkit yang besar dalam pembangunan kesehatan di Indonesia karena Puskesmas menrupakan ujung tombak pembangunan kesehatan.1,4

Indera penglihatan merupakan salah satu alat tubuh manusia yang mempunyai fungsi sangat penting untuk memungkinkan manusia menerima informasi dari lingkungan kehidupan sekitarnya sehingga mampu beradaptasi dan mempertahankan hidup dalam lingkungannya dan menghindarkan diri dari berbagai ancaman yang mungkin terjadi. Dengan demikian kesehatan indera penglihatan merupakan salah satu unsur terpenting dalam upaya meningkatkan kualitas SDM agar terwujud manusia Indonesia yang cerdas, produktif serta mampu berperan dalam berbagai bidang pembangunan.1,4

Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia (SDM). Indra Penglihatan merupakan syarat penting bagi upaya peningkata kualitas SDM, karena mata merupakan jarul informasi utama (83%). Keterbelakangan melakukan koreksi refraksi terutama pada anak usia sekolah akan sangat mempengaruhi kemampuan menyerap materi pembelajaran dan berkurangnya potensi untuk meningkatkan kecerdasan karena 30% informasi diserap dengan melihat dan mendengar.2,5

Untuk mewujudkan drajat kesehatan mata yang optimal telah ditetapkan visi, yaitu gambaran prediksi atau keadaanmasyarakat indonesia pada masa yang akan datang berupa Mata Sehat 2020/Vision 2020 The Right to Sight (pemenuhan hak untuk melihat dengan
236

optimal bagi setiap individu). Untuk itu di tetapkan misi mewujutkan mata sehat melalui : promosi kesehatan dalam rangka pemberdayaan masyarakat tentang mata sehat ; menanggulangi gangguan penglihatan dan kebutuhan di masyarakat ; memfasilitasi pemerataan pelayanan kesehatan mata yang bermutu dan terjangkau, menggalang kemitraan dengan masyarakat dan pihak-pihak terkait di dalam dan di luar negri untuk mewujutkan mata sehat 2020.2,5

Kesehatan Indera Penglihatan merupakan syarat penting untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat, dalam kerangka mewujudkan manusia Indonesia yang cerdas, produktif, maju, mandiri, dan sejahtera lahir batin.1

WHO memperkirakan terdapat 45 juta penderita kebutaan di dunia, di mana sepertiganya berada di Asia Tenggara. Survei kesehatan indera penglihatan dan pendengaran tahun 1993-1996, menunjukkan angka kebutaan 1,5%. Penyebab utama kebutaan adalah katarak (0,78%), glaukoma (0,20%), kelainan refraksi (0,14%), dan penyakit-penyakit lain yang berhubungan dengan lanjut usia (0,38 %). Besarnya jumlah penderita katarak di Indonesia saat ini berbanding lurus dengan jumlah penduduk usia lanjut yang pada tahun 2000 diperkirakan sebesar 15,3 juta (7,4% dari total penduduk). Jumlah dimaksud cenderung akan bertambah besar karena berdasarkan laporan Biro Pusat Statistik tahun 1993 , jumlah penduduk usia lanjut di Indonesia pada tahun 2025 akan mengalami peningkatan sebesar 414% dibandingkan dengan keadaan pada tahun 1990. 1

Berdasarkan laporan hasil Riskesdas/ Riset Kesehatan Dasar Nasional tahun 2007, prevalensi nasional Kebutaan adalah 0,9% (berdasarkan hasil pengukuran, visus < 3/60). Sebanyak 11 provinsi mempunyai prevalensi Kebutaan diatas prevalensi nasional, yaitu Nangroe Aceh Darussalam, Bengkulu, Lampung, Kepulauan Riau, Jawa Barat, Jawa Tengah, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, Gorontalo. Prevalensi nasional penderita Katarak sendiri pada penduduk umur >30 tahun adalah 1,8%.2

Kebutaan bukan hanya mengganggu produktivitas dan mobilitas penderitanya, tetapi juga menimbulkan dampak sosial ekonomi bagi lingkungan, keluarga, masyarakat dan negara lebih-lebih dalam menghadapi pasar bebas. Menurut Konsultan WHO, Dr. Konyama, kebutaan akan menjadi masalah kesehatan masyarakat bila prevalensinya 0,5%-1%. Bila
237

prevalensi kebutaan > 1% maka kebutaan telah menjadi masalah sosial. Sebaliknya bila angka kebutaan < 0,5 % maka kebutaan hanya menjadi masalah klinik (medik). 1

Upaya Kesehatan Mata/Pencegahan Kebutaan (UKM/PK) merupakan bentuk dari pengembangan program RENSTRANAS (Rencana Strategis Nasional) Penanggulangan Gangguan Penglihatan dan Kebutaan untuk mencapai Vision 2020. Pelayanan Kesehatan Mata di Puskesmas, Primary Eye Care (P.E.C) ,telah dimulai sejak tahun 1979/1980. Primary Eye Care merupakan unit terdepan yang merupakan bagian integral dari Puskesmas, yang meliputi usaha-usaha peningkatan, pencegahan, dan pengobatan terhadap individu atau masyarakat. 1 Tujuan P.E.C melalui kegiatan pelayanan kesehatan mata yang diintegrasikan di Puskesmas yang merupakan pintu gerbang utama yang berhubungan langsung dengan masyarakat sehingga angka kesakitan mata dapat ditekan dan angka kebutaan serta kemunduran fungsi penglihatan dapat dihilangkan. Dengan kebijaksaan untuk penduduk yang berpenghasilan rendah baik yang tinggal dikota dan di desa mendapat prioritas. Melalui program ini diharapkan dapat menurunkan angka kebutaan di Indonesia menjadi 1% pada tahun 2004 dan 0,5% pada tahun 2020.1

Dari masalah kesehatan mata dan kebutaan tersebut mengisyaratkan bahwa upaya kesehatan mata/pencegahan kebutaan dasar sebagai salah satu kegiatan pokok di Puskesmas akan melengkapi fungsi Puskesmas dalam memecahkan masalah kesehatan masyarakat khususnya berupa angka kesakitan mata dan kebutaan, sehingga tidak lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat.

238

BAB II PENGERTIAN
Upaya Kesehatan Mata / Pencegahan Kebutaan (UKM / PK) Dasar adalah upaya kesehatan dasar dibidang UKM / PK yang dilaksanakan di tingkat Puskesmas, diselenggarakan secara khusus ataupun terpadu dengan kegiatan pokok Puskesmas lainnya, di dalam ataupun di luar gedung oleh tenaga kesehatan Puskesmas dengan didukung oleh peran serta aktif masyarakat dan ditujukan kepada individu, keluarga, masyarakat di wilayah kerja Puskesmas.3

Yang dimaksud dengan kegiatan di dalam gedung dalam UKM / PK adalah kegiatan yang terpadu dengan kegiatan pokok Puskesmas lain atau secara khusus, meliputi pemeriksaan diagnostik kelainan mata, seperti pemeriksaan retraksi, tonometri, funduskopi, tes buta warna dan lapang pandang. 3

Sedangkan yang dimaksud dengan kegiatan di luar gedung dalam UKM / PK adalah kegiatan yang terpadu dengan kegiatan pokok Puskesmas lainnya ataupun secara khusus meliputi skrining mata, penanggulangan kebutaan katarak, glaucoma dan lain-lain. 3

Peran serta masyarakat adalah peran serta aktif masyarakat baik sebagai pemberi maupun penerima pelayanan dengan memobilisasi sumber daya yang tersedia dalam pemecahan masalah kesehata mata masyarakat setempat melalui perencanaan, pelaksanaan, penilaian, pembinaan, dan pengembangan UKM/PK setempat. 3

Tenaga professional mencakup tenaga profesional umum dan khusus. Tenaga profesional umum yaitu dokter dan perawat, dokter gigi, analis (tenaga Laboratorium), asisten apoteker, dan sebagainya. Tenaga profesional khusus yaitu tenaga kesehatan dengan pendidikan khusus atau tambahan di bidang kesehatan mata, seperti perawat mahir mata. Selain itu terdapat pula tenaga non professional yaitu kader/ tenaga relawan seperti pemuka masyarakat, dokter kecil, dan sebagainya3

239

Kebutaan adalah pengelihatan kedua mata dengan koreksi maksimal kurang dari 5 % pengelihatan normal.

240

BAB III TUJUAN A. Tujuan Umum


Meningkatnya derajat kesehatan mata dalam rangka meningkatkan kualitas sumberdaya masyarakat.

B. Tujuan Khusus
1. Meningkatnya kesadaran, sikap dan perilaku masyarakat pemeriksaan dirinya dibidang kesehatan mata dan pencegahan kebutaan. 2. Menurunnya prevalensi kesehatan mata dan kebutaan sehingga tidak lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat. 3. Meningkatnya jangkauan pelayanan refraksi sehingga masyarakat yang mengalami gangguan fungsi penglihatan dapat terlayani.

241

BAB IV KEGIATAN DAN SASARAN


Tujuan Upaya Kesehatan Mata/ Pencegahan Kebutaan Melayani pemeriksaan kesehatan mata dasar dan semi spesialis / spesialis (khusus untuk Puskesmas Pembina) untuk semua kasus mata, baik yang dirawat jalan ataupun rawat inap.

Sasaran Upaya Kesehatan Mata/ Pencegahan Kebutaan Semua golongan umur dengan prioritas pada masyarakat berpenghasilan rendah, khususunya kelompok yang rawan.

Kegiatan Pelayanan Upaya Kesehatan Mata / Pencegahan Kebutaan 1. Prinsip Kerja Pelayanan diberikan secara cepat, tepat dan nyaman dengan sikap yang ramah dan bertanggung jawab.

2. Kegiatan a) Melakukan penyuluhan kesehatan mata termasuk pemasaran sosial di dalam maupun di luar gedung, baik individu maupun kelompok. b) Melakukan pemeriksaan mata khusus. c) Melakukan rujukan ke Laboratorium untuk swab vagina bagi ibu hamil dengan keluhan fluor albus atau untuk swab sekret mat pada bayi baru lahir dengan conjungtivitis d) Melakukan tindakan crede pada bayi baru lahir e) Pemberian capsul vitamin A dosis tinggi pada Balita setiap 6 bulan f) Melakukan skrining mata di masyarakat g) Memberikan pengobatan h) Melakukan pemeriksaan cisus/refraksi dan mata luar i) Melakukan pemeriksaan tekanan intraokular j) Malkukan tes buta warna k) Melakukan tes anel l) Melakukan pemeriksaan funduskopi
242

m) Melakukan pemeriksaan lapang pandang n) Melakukan pemeriksaan laboratorium pada kasus-kasus tertentu o) Memberikan resep kaca mata p) Melakukan operasi katarak q) Mengobati glaukoma akut r) Melakukan rujukan untuk kasus-kasus yang tidak bisa ditangani s) Memotivasi masyarakat dalam UKM/PK t) Melakukan pencatatan dan pelaporan

3. Waktu Pelayanan Setiap Hari a) Untuk rawat jalan mulai dari pukul 08.30-12.00 b) Untuk rawat inap mulai pukul 07.30-08.30 Kecuali untuk kasus Gawat Darurat setiap hari

4. Tenaga: Untuk Puskesmas Pembina: a) Dokter umum terlatih 1 orang b) Dokter spesialis mata 1 orang c) Paramedis terlatih 1 orang d) Perkarya 1 orang Untuk di lapangan : Kader, Pemuka Masyakarat, Dokter Kecil, dan lain sebagainya

5. Kelengkapan Administrasi a) Formulir Register Harian b) Formulir Rekapitulasi Bulanan Sesuai SP2TP dan program

6. Peralatan Kerja: Sesuai standard yang sudah ditetapkan untuk Puskesmas Pembina dan Puskesmas

243

7. Prosedur Tetap: a) Puskesmas Petugas Loket Mendaftar dan membuat/mencari status Menerima pembayaran sesuai Peraturan Daerah Membawa Status ke Balai Pengobatan Mengambil status yang telah diperiksa dari Balai Pengobatan Mencatat di Buku Register

Perawat Menerima status pasien Melakukan anamnesa Melakukan pemeriksaan keperawatan (tensi, nadi R/R, suhu) Mencatat hasil pemeriksaan di status Membantu/asisten dokter sewaktu melakukan pemeriksaan

Dokter Umum Melengkapi anamnesa bilamana perlu Melakukan pemeriksaan umum dan mata khusus Melakukan penyuluhan individu Memberikan pengobatan/rujukan dan atau resep kaca mata

b) Puskesmas Pembina Petugas loket o Mendaftar dan membuat / mencari status o Menerima pembayaran sesuai dengan Peraturan Daerah o Membawa status ke poli mata o Mendaftar dan membuat / mencari status o Menerima pembayaran sesuai dengan Peraturan Daerah o Membawa status ke balai pengobatan o Mengambil status yang telah diperiksa dari Balai pengobatan o Mencatat di buku register

244

Perawat o Menerima status pasien o Melakukan Anamnesa o Melakukan pemeriksaan keperawatan (tensi, nadi, pernafasan, suhu) o Mencatat hasil pemeriksaan di status o Membantu atau asisten dokter sewaktu melakukan pemeriksaan o Mempersiapkan pasien operasi katarak o Asisten operasi

Dokter Umum terlatih dan atau dokter spesialis mata o Melengkapi anamnesa bilamana perlu o Melakukan pemeriksaan umum dan mata khusus o Melakukan penyuluhan individu o Memberikan pengobatan/rujukan dan atau resep kacamata

Khusus untuk Dokter spesialis mata o Mekakukan operasi yang diperlukan

Sasaran Upaya Kesehatan Mata/Pencegahan Kebutaan diprioritaskan pada masyarakat berpenghasilan rendah khususnya kelompok rawan tanpa mengabaikan kelompok lainnya dengan menggunakan teknologi tepat guna yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan di tingkat Puskesmas.

Keterpaduan Upaya Kesehatan Mata/Pencegahan Kebutaan Dasar dengan Kegiatan Pokok Puskesmas Lainnya
Kegiatan Pokok 1. KIA Sasaran Prakonsepsi Tugas Promotif Preventif Perincian Kegiatan Penyuluhan individu/kelompok di bidang kesehatan mata Tenaga Tenaga perawatan, dokter, kader, dukun bersalin Alat Poster, leaflet, demonstrasi makanan sehat (gizi)

Hamil

Promotif Preventif Case finding o Kelainan mata luar o Gangguan

Penyuluhan individu/kelompok di bidang kesehatan mata Anamnesa keluhan mata

Tenaga perawatan, dokter, kader, dukun bersalin

Poster, leaflet, demonstrasi makanan sehat (gizi) Pen light Kapas lidi

245

pengelihatan Rujukan

Persalinan

Promotif Preventif Case finding Rujukan ke pengobatan

Rujuk ke laboratorium, swab vagina (bila ada keluhan fluor albus untuk pencegahan infeksi gonokokus pada bayi yang dilahirkan) Rujuk ke pengobatan bila ada keluhan/kelainan mata Penyuluhan kesehatan mata

Steril Piringan biak agar-agar ThayerMartin atau piringan coklat

Tenaga perawatan, dokter, dukun bersalin

Poster, leaflet, demonstrasi makanan sehat (gizi) Pen Light

Anamnesa keluhan mata Pemeriksaan mata Bila ada keluhan/kelainan

Nifas

Promotif Preventif Case finding

Penyuluhan kesehatan mata Anamnesa mata keluhan

Tenaga perawatan, dokter, kader, dukun bersalin

Poster, leaflet, demonstrasi makanan sehat (gizi) Pen Light

Pemeriksaan mata Rujukan Oftalmoskop Rujuk ke lab : swab vagina (bila ada fluor albus) Rujukan ke pengobatan bila ada keluhan/kelainan Bayi Promotif Preventif Anamnesa Case finding o Pemeriksaan mata Kelainan mata Crede pada bayi baru lahir Sanitarian Tenaga perawatan dokter Poster, leaflet, demonstrasi makanan sehat (gizi) AgNO3 1 % tetes mata atau tetrasiklin salep mata Alat-alat (lihat hamil) lab ibu

Rujukan

Rujuk ke lab : bila ada secret pada konjungtiva Rujuk ke pengobatan bila ada keluhan/kelainan

246

Balita

Promotif

Penyuluhan individu/kelompok Pembagian kapsul vit. A dosis tinggi tiap 6 bulan Anamnesa mata keluhan

Tenaga perawatan Dokter Kader

Preventif

Poster, leaflet, demonstrasi makanan sehat (gizi) Kapsul Vit. A 200.000 IU

Case finding o o o Kelainan refraksi Kelainan mata luar Kelainan bawaan (katarak, juling, dll)

Pemeriksaan mata

Pen Light

Rujukan Rujuk ke lab Rujuk ke pengobatan bila ada kelainan 2. KB W.U.S (Wanita Usia Subur) Promotif Preventif Individu Kelompok Case finding o Fluor albus Pemeriksaan mata bila ada keluhan fluor albus Penyuluhan kesehatan mata Tenaga perawatan, dokter Poster, leaflet, alat lab (lihat ibu hamil)

Rujukan

Rujuk sediaan ke lab Rujuk ke pengobatan

3.

Gizi

Balita

Promotif

Penyuluhan kesehatan mata Individu Kelompok

Tenaga gizi, perawatan, dokter, kader

Poster, leaflet, demonstrasi makanan sehat (gizi)

Preventif

Pembagian caps. vit. A dosis tinggi tiap 6 bulan Penyuluhan kesehatan mata

Kapsul Vit. A 200.000 IU

Ibu hamil/menyusui

Promotif Preventif

Poster, leaflet, demonstrasi makanan sehat

247

Individu kelompok 4. Kesehat an lingkung an Kelompok masyarakat dan lingkungannya Perusahaan (pabrik) 5. P2M Kelompok masyarakat Keluarga Case holding Individu o o o Pemeriksaan mata Penyakit luar Buta senja Gangguan pengelihatan mata Pengobatan sederhana (sama dengan prokesa) Promotif Preventif Penyuluhan kesehatan mata Juru imunisasi, petugas malaria desa, tenaga perawatan, dokter Promotif Preventif Penyuluhan kesehatan mata Sanitarian, tenaga perawatan, dokter

(gizi)

Poster, leaflet, alat-alat pelindung mata (lintas sektoral) Poster, leaflet Senter

Rujukan 6. PKM Kelompok masyarakat Keluarga Individu Promotif Preventif Nasehat perkawinan (penyakit keturunan) Penyuluhan kesehatan mata Tenaga penyuluh kesehatan, perawatan, dokter, kader Poster, peraga alat

Case finding

Bila ada dirujuk

keluhan

Kader UKS kecil

(Guru dokter

7.

Pengoba tan

Individu

Pengobatan

Pengobatan terhadap : Konjungtivitis Pterigium dan Pinguekula Defisiensi vitamin A Trakhoma tanpa Trikhiasis Blefaritis Hordeolum Glaukoma

Dokter, perawat mata

Epilator Loupe Senter Speculum mata Obat-obat mata nonsteroid, Diamox

Tindakan sederhana : Insisi hordeolum, tarsotomi, ekstraksi, corpus alienum ekstraokuler, pterigium

248

ekstirpasi Pertolongan pertama gawat mata Glaukoma akut Trauma kimia, tumpul, tajam Merujuk kasus yang tak dapat diatasi ke RS atau BKMM.

Alat insisi Corpus alienum spoed Pantocain

Rujukan Formulir rujukan 8. P.H.N Keluarga Instansi Individu Promotif Preventif Case finding Kuratif Rehabilitatif Diagnostik 10 penyakit utama mata Koreksi refraksi sederhana s/d visus 5/10 Pengobatan Rujukan ke pengobatan 9. UKS Anak sekolah Promotif Preventif Anamnesa Pemeriksaan : o o o o Kelainan refraksi Kelainan mata luar Tes buta warna Defisiensi vit. A Penyuluhan kesehatan mata Tenaga perawatan (petugas UKS), dokter, kader UKS kit Buku Ishihara Penyuluhan kesehatan mata Tenaga perawatan, kader Kesehatan Non kesehatan Idem 7

Pengobatan Rujuk ke Puskesmas untuk mendapat pengobatan 10. Gigi/Mu lut Individu Anak sekolah Kelompok Promotif Preventif Penyuluhan gigi yang berkaitan dengan kesehatan mata Penyuluhan hubungan Dokter perawat kader gigi, gigi,

249

masyarakat 11. Kesehat an Jiwa Individu Keluarga Promotif Preventif

kelainan gigi sebagai fokal infeksi mata Penyuluhan kesehatan jiwa yang berkaitan dengan kesehatan mata Tenaga perawatan, dokter, kader Poster, leaflet Senter

Case finding

Deteksi kelainan mata pada penderita kelainan jiwa Pengobatan mata

Rujukan

Pengobatan Puskesmas, saran rujukan Pemeriksaan laboratorium pada specimen yang berkaitan dengan kesehatan mata Penyuluhan Deteksi kelainan mata akibat olah raga Peningkatan fungsi pengelihatan dikaitkan dengan olah raga Petugas lab Alat-alat lab

12. Lab

Individu

Case finding

13. Kesehat an Olah Raga

Individu

Promotif Preventif Case finding

Dokter, perawat, kader

Pengobatan/rujukan

Pengobatan pada kelainan/kecelakaan akibat olah raga Penyuluhan Dokter, perawat, kader

14. Kesehat an Kerja

Individu Kelompok masyarakat

Promotif Preventif Case finding

Deteksi dini kelainan mata akibat kerja Peningkatan fungsi pengelihatan dikaitkan dengan kesehatan kerja Pengobatan pada kelainan mata akibat kesehatan kerja

Pengobatan/rujukan

Rujukan kasus-kasus yang tidak dapat diatasi Penyuluhan Dokter,

15. Usila

Individu

Promotif

250

Keluarga Kelompok masyarakat

Preventif Kuratif/rujukan Rehabilitatif

Pelayanan usila

kesehatan

perawat, kader

Rujukan kasus yang tak dapat diatasi

Peningkatan Peran Serta Masyarakat


Kegiatannya dalam bentuk penyuluhan kesehatan termasuk pemasaran social, serta melibatkan masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian UKM/PK Dasar dalam rangka menciptakan kemandirian masyarakat dalam memelihara kesehatan mata mereka.

Pengembangan Kesehatan Mata Masyarakat


Kegiatan dalam bentuk penampilan berbagai inovasi baru yang ditujukan pada pemecahan masalah sesuai dengan perkembangan kebutuhan dan ketersediaan sumber daya setempat dalam rangka menciptakan derajat kesehatan mata masyarakat yang optimal.

Pencatatan dan Pelaporan


Berbagai hal yang berkaitan dengan masukan, proses, dan keluaran upaya kesehatan mata/pencegahan kebutaan dasar direkam secara terpadu dalam SP2TP.

251

BAB V PELAKSANAAN KEGIATAN

PELAKSANAAN KEGIATAN DI PUSKESMAS KECAMATAN PASAR MINGGU

No.

Kegiatan

Sasaran

Tempat dan Waktu

Pelaksana

Pemeriksaan penyakit Mata

Semua pasien yang berkunjung ke Poliklinik Mata

Poli Mata Senin Jumat 08.30 - 12.00

Dokter Umum Perawat Pelaksana Paramedis

Pengobatan Penyakit Mata

Semua pasien yang berkunjung ke Poliklinik Mata

Poli Mata Senin Jumat 08.30 - 12.00 Poli Mata Senin dan Kamis 08.30 - 12.00

Dokter umum

Pemeriksaan oleh Spesialis

Semua pasien yang berkunjung ke Poliklinik Mata dan memerlukan pemeriksaan oleh ahli

Dokter Spesialis Mata

Pemeriksaan Khusus Mata : Pemeriksaan Visus Tonometri Pemeriksaan Khusus Mata : Funduskopi

Semua pasien yang berkunjung ke Poliklinik Mata Semua pasien yang berkunjung ke Poliklinik Mata

Poli Mata Senin Jumat 08.30 - 12.00 Poli Mata Senin Jumat 08.30 - 12.00

Dokter Umum

Dokter Spesialis Mata Dokter Umum

252

Penyuluhan individu

Semua pasien yang berkunjung ke Poliklinik Mata

Poli Mata Senin Jumat 08.30 - 12.00

Dokter Spesialis Mata Dokter Umum Perawat Pelaksana

Penyuluhan Kelompok : Retinopati Dabetikum

Penderita DM pada Khususnya

Aula PKM Ps.Minggu Satu Kali perbulan 08.00 12.00

Dokter Umum yang ditunjuk

Penjaringan Kasus Katarak

Khusus pasien Katarak

Poli Mata Senin Jumat 08.30 - 12.00

Dokter Spesialis Mata Dokter Umum Perawat Pelaksana

Rujukan Katarak

Khusus pasien Katarak

Poli Mata Senin Jumat 08.30 - 12.00

Dokter Spesialis Mata Dokter Umum Bekerja sama dengan RSCM

Memberikan Resep Kacamata

Semua pasien yang telah dilakukan pemeriksaan visus dan memerlukan kacamata

Poli Mata Senin Jumat 08.30 - 12.00

Dokter Spesialis Mata Dokter Umum

10

Operasi :

Semua pasien

Poli Mata

Dokter Spesialis
253

Hordeolum Pterigium Corpus Alienum

dengan keluhan yang memerlukan tindakan bedah minor

Senin dan Kamis 08.30 - 12.00

Mata Perawat Pelaksana Terlatih

11

Melakukan pencatatan dan pelaporan

Dokumen PKM kecamatan Pasar Minggu

Poli Mata Senin Jumat 08.30 - 12.00

Perawat Pelaksana

PENILAIAN HASIL KERJA DOKTER SPESIALIS MATA BULAN JUNI 2011 PUSKESMAS KECAMATAN PASAR MINGGU

A. KASUS
N 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 0

Penyakit Glaukoma Katarak Kelainan Refraksi Kelainan Kornea Konjungtivitis Trauma Corpus Alienum Pterygium Hordeolum Penyakit Mata Lain

Jumlah 3 Kasus 34 kasus 80 kasus 7 kasus 31 kasus 4 kasus 3 kasus 2 kasus 24 kasus 104 kasus

B. TINDAKAN N 1 2 Tindakan Pemeriksaan Visus Resep Kacamata Jumlah 77 Kasus 65 Kasus


254

3 4 5 6 7

Funduskopi Angkat Corpus Alienum Insisi Hordeolum Avulsi Pterygium Haecting Off

9 Kasus 2 Kasus 2 Kasus 1 Kasus 1 Kasus

C. RUJUKAN N 1 2 3 4 Penyakit Glaukoma Katarak Kelainan Refraksi Penyakit Mata Lain Jumlah 3 Kasus 9 Kasus 5 Kasus 5 Kasus

255

PENCATATAN KASUS PERIODE JANUARI JUNI 2011 PUSKESMAS KECAMATAN PASAR MINGGU

(FOTOKOPI)

256

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN Upaya Kesehatan Mata/ Pencegahan Kebutaan di Puskesmas merupakan unit terdepan yang meliputi usaha-usaha peningkatan, pencegahan dan pengobatan mata terhadap semua golongan umur dengan prioritas pada masyarakat berpenghasilan rendah, khususunya kelompok yang rawan. Kegiatan ini bertujuan melayani pemeriksaan kesehatan mata dasar dan semi spesialis / spesialis (khusus untuk Puskesmas Pembina) untuk semua kasus mata, baik yang dirawat jalan ataupun rawat inap. Kegiatannya mencakup melakukan penyuluhan kesehatan mata, pemeriksaan mata khusus, rujukan ke Laboratorium untuk swab vagina bagi ibu hamil dengan keluhan fluor albus atau untuk swab sekret mat pada bayi baru lahir dengan conjungtivitis, tindakan crede pada bayi baru lahir, pemberian capsul vitamin A dosis tinggi pada Balita setiap 6 bulan, skrining mata di masyarakat, pengobatan, pemeriksaan refraksi dan mata luar, pemeriksaan tekanan intraokular, tes buta warna, tes anel, pemeriksaan funduskopi, pemeriksaan lapang pandang, pemeriksaan laboratorium pada kasus-kasus tertentu, memberikan resep kaca mata , melakukan operasi katarak, mengobati glaukoma akut, memotivasi masyarakat dalam UKM/PK serta melakukan pencatatan dan pelaporan. Diharapkan dengan dilaksanakan pelbagai kegiatan ini masalah Kesehatan Indera Penglihatan di Indonesia tidak lagi menjadi masalah Kesehatan Masyarakat.

B. SARAN 1. Meningkatkan sarana dan prasarana pemeriksaan kesehatan mata di Puskesmas. 2. Menambah frekuensi penyuluhan tentang kesehatan mata dalam setiap bagian di Puskesmas. 3. Mengadakan program anjuran pemeriksaan mata pada hari tertentu yang ditujukan pada pasien yang datang ke puskemas baik yang mempunyai gejala penyakit mata maupun tidak.

257

4. Meningkatkan peran serta setiap keluarga dalam ikut membantu memelihara kesehatan mata seluruh anggota keluarga.

258

DAFTAR PUSTAKA
1. Departemen Ilmu Kesehatan Mata FK USU. Pelayanan Kesehatan Mata Melalui Puskesmas. Available: http://ebookbrowse.com/sss155-slide-pelayanan-kesehatan-

mata-melalui-puskesmas-pdf-d68637011 2. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Nasional 2007. 3. Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Standarisasi Pelayanan Kesehatan Puskesmas di DKI Jakarta. 4. http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2009/09/penanggulangan_kebutaan_katarak_terpadu.pdf

5. Prof. Dr. Azrul Azwar, MPH. Kebijakan Pelayanan Kesehatan mata. Available at :
http://www.ditplb.or.id/profile.php?id=74

259

PROGRAM KEGIATAN USIA LANJUT

Penyusun: Muh Nurul Muttaqin Adilah Bt. Aziz (03005131) (03006294)

260

BAB I PENDAHULUAN

Dalam kehidupan keluarga, usia lanjut merupakan figur tersendiri dalam kaitannya dengan sosial budaya bangsa. Mereka termasuk dalam golongan yang patut dihargai dan dihormati sesuai dengan eksistensinya dalam strata kemasyarakatan. Dalam kehidupan nasional, usia lanjut merupakan sumber daya yang bernilai sesuai dengan pengetahuan dan pengalaman kehidupan yang dimilikinya yang dapat dimanfaatkan bagi masyarakat keseluruhan. Sebagai salah satu hasil pembangunan adalah meningkatnya umur harapan hidup waktu lahir. Sejalan dengan hal tersebut maka jumlah usia lanjutpun meningkat. Berdasarkan Undang-Undang No.9 tahun 1960 tentang pokok-pokok kesehatan bahwa setiap keluarga berhak memperoleh derajat kesehatan setinggitinginya. Demikian pula dalam SKN bahwa tujuan pembangunan kesehatan adalah tercapainya kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan nasional. Maka dalam upaya pemerataan pelayanan kesehatan bagi seluruh penduduk Indonesia dilakukan pembinaan kesehatan bagi usia lanjut yang bertujuan meningkatkan derajat kesehatan usia lanjut agar selama mungkin dapat aktif, mandiri dan berguna melalui peningkatan fungsi puskesmas.

261

BAB II PENGERTIAN

Program Kegiatan Usia Lanjut di Puskesmas adalah merupakan upaya kesehatan paripurna di bidang kesehatan usia lanjut. Yang dilaksanakan melalui beberapa upaya KEGIATAN KESEHATAN USIA LANJUT A. Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut : 1. Upaya promotif yaitu upaya menggairahkan semangat hidup bagi usia lanjut agar mereka tetap dihargai dan tetap berguna bagi dirinya senndiri, keluarga maupun masyarakat. 2. Upaya Preventif yaitu upaya pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya penyakit maupun komplikasi penyakit yang disebabkan oleh proses penuaan. 3. Upaya kuratif yaitu upaya pengobatan bagi usia lanjut 4. Upaya Rehabilitatif yaitu upaya mengembalikan fungsi organ yang telah menurun

B. Peningkatan Peran Serta Masyarakat Dilaksanakn dalam bentuk penyuluhan kesehatan melibatkan masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan dan penilaian upaya kesehatan usia lanjut, dalam rangka menciptakan kemandirian masyarakat

C. Pengembangan Upaya Kesehatan Usia Lanjut Pengembangan upaya kesehatan usia lanjut di puskesmas adalah suatu upaya dalam menggunakan data yang diperoleh dari survey, studi, SP2TP, untuk mengembangkan peran serta masyarakat dan pelayanan di bidang upaya kesehatan usia lanjut yang dilaksanakan melalui forum mini lokakarya yang nantinya melalui stratifikasi Puskesmas dan microplanning bila telah dilaksanakn secara nasional dalam rangka mencapai derajat kesehatan usia lanjut secara optimal.

262

D. Pencatatan dan pelaporan Diintegrasikan kedalam sistem pencatatan dan pelaporan terpadu Puskesmas.

Peningkatan Umur harapan hidup dari tahun ketahun semakin meningkat berdasarkan hasil survei Kesehatan Rumah Tangga ( SKRT ) thn 1995 angka kesakitan pada usia 45-49 tahun sebesar 11,6%,dan angka kesakitan pada usia di atas 60 tahun sebesar 9,2%. Pengertian Usia Lanjut adalah suatu proses alami yang tidak dapat di hindarkan.

263

BAB III TUJUAN


A. TUJUAN UMUM : Meningkatnya derajat kesehatan usia lanjut untuk mencapai masa tua yang bahagia dan berdaya guna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat sesuai dengan eksistensinya dalam strata kemasyarakatan dalam mencapai mutu kehidupan usia lanjut yang optimal.

B. TUJUAN KHUSUS : a. Meningkatnya kesadaran pada usia lanjut untuk membina sendiri kesehatannya b. Meningkatnya kemampuan dan peran serta masyarakat dalam menghayati dan mengatasi masalah kesehatan usia lanjut secara optimal c. Meningkatnya jangkauan pelayanan kesehatan usia lanjut d. Meningkatnya jenis dan mutu pelayanan kesehatan usia lanjut

264

BAB IV KEGIATAN DAN SASARAN


I. KEGIATAN KESEHATAN USIA LANJUT A. Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut : 1. Upaya promotif yaitu upaya menggairahkan semangat hidup bagi usia lanjut agar mereka tetap dihargai dan tetap berguna bagi dirinya senndiri, keluarga maupun masyarakat. Upaya promotif dapat berupa kegiatan penyuluhan tentang : a. Kesehatan dan pemeliharaan kebersihan diri b. Makanan dengan menu yang mengandung gizi seimbang c. Kesegaran jasmani yang dilakukan secara teratur dan disesuaikan dengan kemampuan usia lanjut agar tetap merasa sehat dan segar d. Pembinaan mental dalam peningkatan ketaqwaan kepada tuhan Yang Maha Esa. e. Membina ketrampilan agar dapat mengembangkan kegemaran sesuai dengan kemampuan f. Meningkatkan kegiatan sosial di masyarakat

2. Upaya Preventif yaitu upaya pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya penyakit maupun komplikasi penyakit yang disebabkan oleh proses penuaan. Upaya preventif dapat berupa kegiatan antara lain: a. Pemeriksaan kesehatan secara berkala dan teratur untuk menemukan secara dini penyakit-penyakit usia lanjut b. Kesegaran jasmani yang dilakukan secara teratur dan disesuaikan dengan kemampuan usia lanjut agar teaep merasa sehat dan segar c. Penyuluhan tentang penggunaan berbagai alat bantu misalnya: kacamata, alat bantu dengar dan lain-lain agar usia lanjut tetap memberikan karya dan tetap merasa berguna d. Penyuluhan untuk mencegah terhadap kemungkinan terhadap

terjadinya kecelakaan pada usia lanjut

265

e. Pembinaan mental dalam meningkatkan ketaqwaan kepada tuhan Yang Maha Esa

3. Upaya kuratif yaitu upaya pengobatan bagi usia lanjut Upaya kuratif dapat berupa kegiatan sebagai berikut: a. Pelayanan kesehatan dasar b. Pelayanan kesehatan spesialistik melalui sistem rujukan

4. Upaya Rehabilitatif yaitu upaya mengembalikan fingsi organ yang telah menurun Upaya rehabilitatif dapat berupa kegiatan antara lain: a. Memberikan informasi, pelayanan dan pengetahuan tentang

penggunaan berbagai alat bantu misalnya: kacamata, alat bantu dengar dan lain-lain agar usia lanjut tetap dapat memberikan karya dan tetap merasa berguna sesuai kebutuhan dan kemampuan b. Mengembalikan kepercayaan terhadap diri sendiri dan memperkuat mental penderita c. Pembinaan usia lanjut dalam hal pemenuhan kebutuhan pribadi, aktifitas didalam maupun diluar rumah d. Nasihat cara hidup yang sesuai dengan penyakit yang diderita e. Perawatan fisioterapi

B. Peningkatan Peran Serta Masyarakat Dilaksanakn dalam bentuk penyuluhan kesehatan melibatkan

masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan dan penilaian upaya kesehatan usia lanjut, dalam rangka menciptakan kemandirian masyarakat

C. Pengembangan Upaya Kesehatan Usia Lanjut Pengembangan upaya kesehatan usia lanjut di puskesmas adalah suatu upaya dalam menggunakan data yang diperoleh dari survey, studi, SP2TP, untuk mengembangkan peran serta masyarakat dan pelayanan di bidang upaya kesehatan usia lanjut yang dilaksanakan melalui forum mini lokakarya yang
266

nantinya melalui stratifikasi Puskesmas dan micro-planning bila telah dilaksanakn secara nasional dalam rangka mencapai derajat kesehatan usia lanjut secara optimal.

D. Pencatatan dan pelaporan Diintegrasikan kedalam sistem pencatatan dan pelaporan terpadu Puskesmas.

II.

SASARAN 1. Sasaran langung : a. Kelompok usia menjelang usia lanjut (45-54 tahun) atau dalam masa virilitas, didalam keluarga maupun masyarakat luas dengan paket pembinaan yang meliputi KIE dan pelayanan kesehatn fisik, gizi agar dapat mempersiapkan diri dalam menghadapi masa tua b. Kelompok usia lanjut dalam masa prasenum (55-64 tahun) dalam keluarga, organisasi masyarakat usia lanjut dan masyarakat pada umumnya, dengan paket pembinaan yang meliputi KIE dan pelayanan agar dapat mempertahankan kondisi kesehatannya dan tetap produktif c. Kelompok usia lanjut dalam masa senescens (> 65 tahun) dan usia lanjut dengan resiko tinggi (>70 tahun), hidup sendiri, terpencil, menderita penyakit berat, cacat dan lain-lain, dengan paket pembinaan yang meliputi KIE dan pelayanan kesehatan agar dapat selama mungkin

mempertahankan kemandiriannya 2. Sasaran tidak langsung : a. Keluarga dimana usia lanjut berada b. Organisasi sosial yang berkaitan dengan pembinaan usia lanjut

267

BAB V PELAKSANAAN DI PUSKESMAS A. PUSKESMAS KECAMATAN MAMPANG PRAPATAN Sasaran Pembinaan kesehatan pada kelompok Usia Lanjut di puskesmas kecamatan mampang: 1. Kelompok Usia 45-59 tahun 2. kelompok Usia lanjut 60-69 tahun 3. Kelompok Usia 70 tahun atau dengan resiko tinggi dengan masalah Kesehatan.
TABEL.1.DATA LANJUT USIA PER KELURAHAN KECAMATAN MAMPANG PRAPATAN TAHUN 2010

268

TABEL 2.KEGIATAN LANSIA PUSKESMAS KECAMATAN MAMPANG PRAPATAN TAHUN 2010

269

TABEL 3.RENCANA KEGIATAN LANJUT USIA

270

DIAGRAM.10 PENYAKIT TERTINGGI PADA LANSIA DI PUSKESMAS KECAMATAN MAMPANG

MASALAH DAN HAMBATAN YANG DIHADAPI DI PUSKESMAS KECAMATAN MAMPANG: 1.Terbatasnya petugas Lansia di Puskesmas Kecamatan dan Kelurahan 2. Tugas ganda dari petugas 3. Keterbatasan petugas dalam pembinaan terhadap lansia di wilayah binaan 4. Jumlah lansia yang dibina lebih rendah dengan jumlah lansia yang ada di wilayah

271

B.PUSKESMAS LAIN I.GAMBARAN Jumlah Lanjut Usia Di Jakarta Selatan 315.951 jiwa Jumlah yang dibina 13.855 (4.38%) Jumlah kelompok 154 klp Dibina 154 klp (100%) Jumlah Puskesmas 78 PKm (10 Kec + 68 Kel) Yg membina lansia 78 PKM (100%)

I.1.KEGIATAN PROGRAM LANSIA JAKARTA SELATAN Perencanaan Pelaksanaan Penilaian/ Evaluasi Pembinaan

I.2.KEGIATAN PROGRAM LANSIA DPA Sudin Kesmas Jak Selatan th 2008 : Pertemuan Berkala Petugas Lansia Kecamatan Pemberdayaan lanjut Usia Pertemuan FKLU Peningkatan wawasan Petugas Evaluasi Program dan supervisi

272

TABEL 4. PERKEMBANGAN KELOMPOK LANJUT USIA

TABEL 5.JADWAL KEGIATAN LANJUT USIA

273

II.HASIL KEGIATAN II.1.LANSIA DENGAN KELAINAN : Kemandirian A : 15 org (0,10%) B : 431 org (3,11%) Gangguan mental Emosional : 659 org (4,76%) Status Gizi (IMT) kurang IMT lebih : 640 org (4,62%%) : 1733 org (12,51%)

Hypertensi : 694 org (5,01%) Anaemi DM : 343 org (2,48%) : 179 org (1,29%)

Gangguan Ginjal : 8 org (0,06%)

II.2.LANSIA DENGAN KELAINAN,DI OBATI DAN DIRUJUK Juml Lansia dg Kelainan : 9.987 org Lansia diobati (kum) Lansia dirujuk Kasus konseling baru Kasus konseling lama Penyuluhan Lansia punya KMS : 13.562 org : 1.026 org : 59 org : 3.539 org : 1.298 org : 4.926 org

274

TABEL 6. PENYAKIT TERBANYAK LANSIA Usia 45-59 tahun 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Sal nafas atas 33.402 Hipertensi 21.256 Rematik 16.687 Gimul 14.899 Kulit 11.131 Gastritis 10.475 DM 5.718 Mata 3.136 Jantung 1.067 Anemi 944 Lain-lain 22.154 Penyakit Usia >60 tahun 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Hipertensi 19.962 Sal nafas atas 17.958 Rematik 14.501 Gimul 6917 Gastritis 6.762 Kulit 6400 Dm 5.123 Mata 2.383 Jantung 1.711 Anemi 916 Lain lain 15.007 penyakit

GRAFIK 1. LANSIA YANG DIRUJUK DAN DIOBATI

275

GRAFIK 2. JUMLAH LANJUT USIA

GRAFIK 3.STATUS GIZI LANJUT USIA

276

GRAFIK 4.KEMANDIRIAN LANJUT USIA

GRAFIK 5.LANSIA YANG ADA DAN DILAYANI KESEHATAN

277

GRAFIK 6.LANSIA YANG DIRUJUK DAN DIOBATI

JENIS OLAH RAGA LANSIA JAKARTA SELATAN: Tebet : Tera & pernafasan,Yoga, SKJ, Senam Otak, Osteoporosis Setiabudi : Tera & pernafasan, SKJ, Kreasi, Mahatma Mp Prapatan : Tera & pernafasan, SKJ, Kreasi Pasar Mgg : SSI, Snm Jantung, SKJ, Snm DM, Snm Osteoporosis, Tera & pernafasan, Kreasi Kebayoran Baru : Jantung sehat, SKJ, Senam DM, Tera & Pernafasan Kebayoran Lama : Tera & pernafasan, SKJ,SN, Kreasi Cilandak : Tera & pernafasan, SKJ, Kreasi Pancoran :Osteoporosis,Tera ,Jantung sehat, DM, Aerobik, BL, KesJas Lansia, Kreasi Jagakarsa : SSI, Osteoporosis, SKJ, Ayo Bersatu, Jantung sehat. Pesanggrahan : PORPRI, Aerobik, Jantung sehat, Tera & pernafasan, SKJ, Kreasi

278

TABEL.FREKUENSI SENAM DAN ANGGOTA YANG SENAM FREKUENSI SENAM PRESENTASE ANGGOTA YANG SENAM Tebet 1x / mgg Setiabudi 2-4x/ mgg Mp Prapatan 2-3x/ mgg Psr Mgg 1/2x/ mgg Keby Baru 1-5x/ mgg Kby Lama 2x/ mgg Cilandak 1-2x/ mgg Pancoran 1-3x/ mgg Jagakarsa 1-2x/ mgg Pesanggrahan 2-4x/ mg Tebet 280/2484 (11,27%) Setiabudi 185/417 (44,36%) Mp Prapatan 240/554 (43,32%) Psr Mgg 570/1882 (30,29%) Keby Baru 295/458 (64,62%) Kby Lama 220/503 (43,74%) Cilandak 176/511 (34,44%) Pancoran 231/528 (43,75) Jagakarsa 441/803 (54,92%) Pesanggr 205/645 (31,78%) Total 2843/8785 (32,36%)

Keberhasilan Program berdasar indikator (Depkes). Pelayanan Medis 30% lansia diskrining, pencapaian 50% 100% lansia dipanti diskrining, pencapaian 100% 30% Puskesmas melaksanakan konseling, pencapaian 90% (9 dari 10 Puskesmas Kecamatan melaksanakan konseling Kegiatan Non Medis 70% Puskesmas membina kelompok lansia, pencapaian 100% 50% Desa mempunyai Kelompok Lansia, pencapaian 22,90% 50% Kelomp Lansia melaksanakan senam , pencapaian 48,70%

279

Sasaran mutu Lansia Target 20% penambahan jumlah lansia dibina, pencapaian 27% Kegiatan Sudin Kesehatan (DASK) 1 dari 6 kegiatan tidak dapat dilaksanakan.

280

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN Keberhasilan berdasar Indikator : Pelayanan Medis Skrining pada lansia status kurang (16,75%) Skrining kesehatan lansia dipanti baik (100%) Puskesmas yg melaksanakan konseling status baik (90%). Kegiatan non Medis Puskesmas membina kelompok lansia, status baik (100%) Desa yang mempunyai kelompok lansia, status kurang (45,8%) Kelompok lansia yg senam, status baik (97,4%) Sasaran mutu lansia Sasaran mutu tercapai yaitu 27,75% (target 20%). Kegiatan Sudin Kesehatan (DASK) terealisasi 5 kegiatan dari 6 yg ditargetkan. SARAN Ada kaderisasi lansia. Pembinaan terhadap kelompok lansia ditingkatkan. Meningkatkan Kreatifitas kegiatan lansia sesuai dengan tingkat kemandiriannya. Pembentukan kelompok lansia di tiap RW.

281

BAB VII DAFTAR PUSTAKA 1. Johana E. Prawitasari, Aspek Sosial Psikologi Usia Lanjut Di Indonesia, Buletin
Penelitian kesehatan 21 (4) Hal 73 -83.

2. Pedoman kerja puskesmas Jilid IV, Jakarta: depkes RI, 1998. 3. Upaya kesehatan usia lanjut, laporan tahunan 2010, Jakatra : puskesmas mampang
prapatan; 2010.

4. Usia Lanjut Bagi Petugas Kesehatan, Jakarta : Depkes RI, 1990 5. Undang-Undang RI No 23 Tahun 1992, Tentang Kesehatan, Pasal19 ayat 1 6. Zuhdi Makmun, Pendekatan Komprehensif Terhadap Perawatan Kesehatan
Pada Usia Lanjut Menjelang Tahun 2000, Majalah Kesehatan Masyarakat, Nomor 59 Tahun 1998.

282

UPAYA PEMBINAAN PENGOBATAN TRADISIONAL

Penyusun : Michael Gunawan (03006116) Raihana Shahar (03006342)

283

BAB I PENDAHULUAN

Sesuai dengan kebijaksanaan yang ditetapkan, pembinaan pengobatan tradisional yang mencakup cara atau metode, obat dan pengobatannya, dilaksanakan melalui jaringan pelayanan kesehatan paripurna mulai dari tingkat rumah tangga, tingkat pelayanan kesehatan dasar (puskesmas) sampai dengan tingkat rumah sakit sebagai dukungan rujukan. Di tingkat rumah tangga dan tingkat pelayanan kesehatan dasar, pembinaan pengobatan tradisional dilaksanakan melalui pendekatan PKMD (Primary Health Care) dengan salah satu strategi penting adalah teknologi tepat guna metode pengobatan tradisional. Salah satu upaya di atas adalah pengembangan pengobatan tradisional melalui pemanfaatan tanaman obat dan pijat akupresur yang merupakan alternative pengobatan dalam mengatasi masalah kesehatan terutama sebagai upaya pertolongan pertama. Disamping itu upaya pengobatan tradisional sangat bermanfaat dalam upaya meningkatkan kesehatan maupun upaya pencegahan dan pemulihan kesehatan. Selain cara pengobatan tradisional tersebut, keberadaan pengobatan tradisional mempunyai potensi besar dalam rangka ikut meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Di samping itu, berperan juga sebagai motivator dan komunikator pembangunan kesehatan. Dalam rangka meningkatkan kemandirian masyarakat untuk mengatasi masalah kesehatan, penyebarluasan pengetahuan tentang caracara mengatasi gangguan kesehatan, dengan pemanfaatan tanaman obat dan akupresur perlu diberikan kepada masyarakat. Disamping itu, para pengobat tradisional yang berada di wilayah kerja puskesmas perlu dibina melalui KIE kultural dengan fasilitator petugas puskesmas agar dapat terhindar dari hal hal yang tidak diinginkan. Di Indonesia pada saat ini upaya pengobatan tradisional dengan obat tradisionalnya berperan pada tingkat rumah tangga dan tingkat masyarakat. Pemerintah juga telah memasukkan obat tradisional ke dalam sistem pelayanan formal.

284

BAB II PENGERTIAN

Pengobatan tradisional adalah upaya pengobatan dan atau perawatan cara lain diluar ilmu kedokteran atau ilmu keperawatan yang mencakup cara atau metode, obat, dan pengobatannya; yang mengacu pada pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan turuntemurun baik itu yang asli maupun yang berasal dari luar Indonesia dan diterapkan sesuai norma yang berlaku dalam masyarakat (UU Kesehatan No.23/1992). Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan (termasuk tanaman yang ada di sekitar tempat tinggal), bahan hewan, bahan mineral, sediaan (galenik) atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman (UU Kesehatan No.23/1992). Akupresur adalah tindakan pemijatan yang dilakukan pada titik tertentu di permukaan tubuh dengan tujuan meningkatkan daya tahan tubuh, mencegah penyakit tertentu, mengatasi keluhan, dan penyakit ringan, serta memulihkan kondisi tubuh. Titiktitik yang diberi perlakuan dalam sistem pengobatan akupresur telah terbukti secara medis berpengaruh terhadap keadaan tubuh, sehingga dengan pemberian rangsangan pada titiktitik tersebut akan mengubah kondisi fisiologis tubuh. Sinkronisasi antara pemijatan di titik tertentu dengan kondisi fisiologis tubuh dapat dijelaskan secara ilmiah dan medis. Pengobatan tradisional (batra) adalah seseorang yang diakui dan dimanfaatkan sebagai orang yang mampu melakukan pengobatan secara tradisional. Sesuai hasil inventarisasi jenis tenaga pengobatan tradisional meliputi akupunturis, akupresuris, tabib, sinshe, batra ramuan, patah tulang, pijat urut, pijat refleksi, jamu gendong, pangur gigi, batra sunat, tenaga dalam, pendekatan agama, dan paranormal.

285

BAB III TUJUAN

III.1

Tujuan Umum: Dilakukannya pembinaan terhadap semua sarana, tenaga, dan kegiatan pengobatan tradisional, serta akupresur di wilayah tempat kerja.

III.2

Tujuan Khusus: 1. Terbina tenaga potensial dalam masyarakat dalam mengembangkan pengobatan tradisional dan akupresur. 2. Terbina sarana sarana pengobatan tradisional dan akupresur di wilayah tempat kerja. 3. Terbina semua tenaga pengobatan tradisional yang ada di wilayah kerja.

286

BAB IV KEGIATAN DAN SASARAN

IV.1

Kegiatan a. Pembinaan tenaga potensial masyarakat dalam mengembangkan pengobatan tradisional dan akupresur. 1. Pelatihan obat tradisional terutama yang berasal dari tanaman obat termasuk TOGA dan akupresur pada kader PKK atau Kesehatan. 2. Pembinaan dan pengawasan kegiatan kader paska pelatihan. b. Pembinaan sarana sarana pengobatan tradisional dan akupresur. 1. Pendataan sarana sarana pengobatan tradisional dan akupresur. 2. Pengawasan sarana pengobatan tradisional dan akupresur.

c. Pembinaan semua tenaga pengobatan tradisional yang ada di wilayah kerja. 1. Inventarisasi atau pendataan jenis pengobatan tradisional. 2. Pembinaan batra melalu sarasehan (KIE Kultural). KIE Kultural adalah suatu forum komunikasi, informasi dan edukasi yang disesuaikan dengan adat istiadat / budaya setempat dan bersifat kekeluargaan.

IV.2

Sasaran a. Sasaran langsung. Kader PKK atau Kesehatan, Ibu Rumah Tangga, Pengobat Tradisional. b. Sasaran tidak langsung. Masyarakat umum, pemuka masyarakat atau tokoh masyarakat.

287

BAB V PENATALAKSANAAN KEGIATAN DI PUSKESMAS KECAMATAN MAMPANG

A. Pembinaan tenaga potensial masyarakat. Kegiatan 1. Pelatihan Kader Bentuk kegiatan - Persiapan pelatihan - Pelaksanaan pelatihan: Pelaksana - Dokter - Perawat - Bidan

penyuluhan, demonstrasi obat tradisional atau

akupresur, latihan meracik obat tradisional atau

akupresur, untuk

penyuluhan kasus-kasus

rujukan, pemilihan kasuskasus ditangani tradisional akupresur 2. Pembinaan Kader setelah pelatihan - Melakukan untuk koordinasi - Dokter - Perawat yang dengan atau dapat obat pijat

penyelenggaraan kepada

penyuluhan

masyarakat oleh kader, pelaksanaan dan aturan rujukan kasus yang harus dirujuk oleh kader 3. Pengawasan Kader paska pelatihan - Kunjungan - Membantu masalah kader
288

ke

tempat

- Perawat - Bidan

penyuluhan kader memecahkan yang ditemui

- Mendata kegiatan yang dilakukan kader - Mengawasi keracunan dan kejadian luar biasa yang mungkin terjadi - Mengawasi system

rujukan dari kader ke puskesmas atau fasilitas pelayanan untuk tertentu kesehatan kasuskasus

B. Pembinaan sarana sarana pengobatan tradisional dan akupresur Kegiatan 1. Pendataan saranasarana pengobatan dan akupresur 2. Pembinaan saranasarana pengobatan dan akupresur tradisional tradisional Bentuk kegiatan Mendata saranasarana - Perawat - Bidan Petugas

pengobatan tradisional dan akupresur yang ada di

wilayah kerja - Melakukan perbaikan saran usulan sesuai - Dokter - Perawat - Bidan

dengan syarat kesehatan - Melakukan koordinasi

untuk pengawasan penyakit menular atau kejadian luar biasa sarana pengobatan dan peristiwa

keracunan 3. Pengawasan sarana - Melakukan kunjungan ke - Perawat saranasarana pengobatan - Bidan tradisional atau akupresur, misalnya memonitor

tradisional dan akupresur

kegiatan yang dilakukan tenaga terampil yang ada,

289

keadaan lingkungan

sanitasi

- Membuat catatan kegiatan yang dilakukan oleh sarana sarana di atas - Mengatasi lingkungan di sanitasi sarana

sarana tersebut

C. Pembinaan seluruh jenis pengobatan tradisional Kegiatan 1. Inventarisasi pendataan atau jenis Bentuk kegiatan Pelaksana

- Mendata jenis pengobat - Petugas kesehatan tradisional yang ada di - Kader wilayah tempat kerjanya. Data yang diambil adalah jumlah dan jenis data

pengobatan tradisional

2. Pendekataan dan seleksi batra

- Hasil inventarisasi dipilih 10 15 batra untuk ikut KIE Kultural

- Petugas kesehatan

3. Pelaksanaan (KIE Kultural)

sarasehan

- Melakukan atau alih

penyuluhan informasi, dan dengan kultural

- Perawat - Bidan

pengetahuan keterampilan pendekatan

(budaya setempat) sesuai dengan modul - Melakukan - Semua dalam pemecahan

masalah yang dihadapi yang proses terlibat berada

dalam kedudukan yang sama baik hak dan


290

kewajiban

D. Evaluasi program a. Pembinaan tenaga potensial masyarakat dalam mengembangkan pengobatan tradisional dan akupresur. 1. Tenaga potensial dalam masyarakat. Jumlah kader PKK atauKesehatan yang sudah mengikuti pelatihan. Jumlah kader PKK atau Kesehatan yang aktif melakukan penyuluhan obat tradisional dan akupresur. 2. Cakupan penyuluhan yang dapat dilakukan oleh kader. Jumlah ibu ibu rumah tangga/masyarakat yang dibina oleh kader. Jumlah keluarga yang memiliki tanaman obat tradisional. Jumlah keluarga yang menggunakan obat tradisional dan akupresur.

3. Penanganan kasus kasus dengan obat tradisional oleh kader. Jumlah kasus yang dapat diatasi dengan obat tradisional dan pijat akupresur. Jumlah kasuskasus yang harus dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan.

b. Pendataan saranasarana Jumlah saranasarana pengobatan tradisional yang ada di wilayah kerja puskesmas. Jenis pengobatan tradisional yang ada di wilayah kerja puskesmas. Jumlah pemberi pelayanan pengobatan tradisional dan akupresur.

c. Pembinaan saranasarana pengobatan tradisional / akupresur Jumlah sarana pengobatan tradisional yang diusulkan untuk diperbaiki sesuai dengan syarat kesehatan.

d. Pengawasan saranasarana pengobatan tradisional / akupresur Jumlah kunjungan ke saranasarana pengobatan tradisional per tahun per sarana.

291

Jumlah kejadian luar biasa yang terjadi selama 1 tahun di sarana pengobatan tradicional. Jumlah peristiwa keracunan yang terjadi selama 1 tahun di sarana pengobatan tradicional. Jumlah sarana pengobatan tradisional yang sudah diperbaiki sesuai usulan puskesmas.

E. KIE Kultural. Jumlah pengobat tradisional yang telah ikut sarasehan. Jumlah pengobat tradisional yang memberikan pengobatan sesuai syarat kesehatan. Jumlah pengobat tradisional yang aktif sebagai motivator dan komunikator kesehatan.

292

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN


VI.1 Kesimpulan Pengobatan tradisional merupakan salah satu tingkat pelayanan kesehatan dasar di puskesmas dimana memiliki potensi yang besar dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Pengembangan pengobatan tradisional dilakukan dengan cara pemanfaatan tanaman obat dan pijat akupresur sebagai upaya pertolongan pertama di masyarakat. Selain itu, dengan adanya pengobatan tradisional ini menjadi solusi dalam pencegahan dan pemulihan kesehatan. Berdasarkan data yang didapat, tenaga pengobatan tradisional tersebut terdiri atas akupunturis, akupresuris, tabib, sinshe, batra ramuan, patah tulang, pijat urut, piat refleksi, jamu gendong, pangur gigi, batra sunat, tenaga dalam, pendekatan agama, dan paranormal. Dari data tersebut, akupunturis dan akupresuris lebih sering dimanfaatkan di puskesmas sebagai pengobatan di luar pengobatan secara medis.

VI.2

Saran 1. Diharapkan orangorang yang memiliki potensi dalam mengembangkan pengobatan tradisional seperti akupuntur dan akupresur diberdayakan sebagai tenaga kesehatan di masyarakat, yaitu dengan cara mencari tenaga pelatih untuk mengembangkan dan membina potensi yang ada pada orangorang tersebut dan tetap memantau mereka setelah mereka mendapatkan pelatihan tersebut. 2. Mendata semua saranasarana pengobatan tradisional yang ada dan melakukan kunjungan ke saranasarana pengobatan tradisional serta mencatat kegiatan apa saja yang mereka lakukan di sarana sarana pengobatan tradisional tersebut. 3. Mendata siapa saja tenaga pengobat tradisional yang ada pada suatu wilayah dan mengelompokkan mereka berdasarkan keahlian mereka.

293

DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Kesehatan RI: Pedoman Kerja Puskesmas; Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisonal. Jilid ke-2. Jakarta; 1999: hal 349 354. 2. Departemen Kesehatan RI. Direktorat Bina Peran Serta Masyarakat Dirjen Pembinaan Kesehatan Masyarakat: Pemanfaatan Tanaman Obat Untuk Kesehatan Keluarga. Edisi ke-3. Jakarta; 1996. 3. Departemen Kesehatan RI. Direktorat Bina Peran Serta Masyarakat Dirjen Pembinaan Kesehatan Masyarakat : Buku Pedoman Praktis Akupresur. Jakarta; 1996. 4. http://www.informasi-obat.com/content. diakses tanggal 18 Juli 2011. 5. http://www.surabaya-ehealth.org/dkksurabaya/berita/pengobatan-tradisionalakupuntur. diakses tanggal 18 juli 2011.

294

UPAYA KESEHATAN PENUNJANG LABORATORIUM

Penyusun : Ktut Yoga Wira K (03004126) Norfashiha Kamarudin (03006329)

295

BAB I PENDAHULUAN

Dalam rangka mencapai tujuan pembangunan kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, telah dilakukan berbagai upaya pelayanan kesehatan masyarakat. Upaya pelayanan kesehatan terbagi kepada tiga bagan penting yaitu upaya kesehatan wajib, upaya kesehatan pengembangan dan upaya kesehatan penunjang. Upaya kesehatan penunjang merupakan upaya yang sangat penting dalam rangka memberikan pelayanan kesehatan pada masyarakat untuk menunjang upaya kesehatan wajib dan pengembangan. Dengan pemberian pelayanan kesehatan penunjang secara cepat dan tepat diharapkan sebagian besar masalah kesehatan masyarakat dapat diatasi. Berbagai

pelayanan kesehatan penunjang diagnostik yang dilaksanakan oleh fasilitas pelayanan kesehatan seperti laboratorium klinik dan laboratorium kesehatan juga pencitraan. Laboratorium merupakan salah satu fasilitas medik yang disediakan sebagai penunjang diagnosis penyakit. Laboratorium juga mempunyai fungsi sebagai tempat untuk berbagai penelitian yang berhubungan dengan pembiakan media-media kuman penyakit, karena itu lingkungan laboratorium menjadi salah satu tempat yang baik untuk berkembangnya berbagai penyakit infeksi, antara lain HIV/AIDS. Di Puskesmas Mampang, fasilitas pemeriksaan penunjang yang tersedia adalah pemeriksaan laboratorium darah rutin, urin rutin, feces rutin dan kimia darah. Ultrasonografi juga disediakan. Untuk pencitraan, tidak tersedia di Puskesmas Kecamatan Mampang karena gedung puskesmasnya sedang direnovasi. Jadi lokasi puskesmas sekarang berada di sebuah kontrakan yang tidak memungkinkan untuk menyediakan fasilitas rontgen.

296

BAB II PENGERTIAN

Pelayanan pemeriksaan penunjang merupakan tindakan pemeriksaan kesehatan yang diselenggarakan guna melengkapi data biologic pengguna jasa yaitu dalam rangka menegakkan diagnosis, menentukan tindakan penyembuhan dan pemulihan, peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit serta mengevaluasi hasil intervensi medik.1 Laboratorium (disingkat lab) adalah tempat riset ilmiah, eksperimen, pengukuran ataupun pelatihan ilmiah dilakukan. Laboratorium biasanya dibuat untuk memungkinkan dilakukannya kegiatan-kegiatan tersebut secara terkendali. Laboratorium ilmiah biasanya dibedakan menurut disiplin ilmunya, misalnya laboratorium fisika, laboratorium kimia, laboratorium biokimia, laboratorium komputer, dan laboratorium bahasa. Laboratorium klinik atau laboratorium medis ialah laboratorium di mana berbagai macam tes dilakukan pada spesimen biologis untuk mendapatkan informasi tentang kesehatan pasien. Pada laboratorium kesehatan masyarakat, dapat dilakukan pemeriksaan seperti pemeriksaan air minum, air bersih, air limbah, rektal swab pemeriksaan makanan dan minuman, bakteri air dan usap alat yang bertujuan untuk mengetahui kebersihan/kesehatan dari makanan yang kita konsumsi maupun peralatan masak yang digunakan. Sedangkan untuk mikrobiologi dapat dilakukan pemeriksaan mikroskopis, kultur, sensitifitas antibiotika, BTA, jamur dan pemeriksaan garam bertujuan diantaranya untuk mengetahui pertumbuhan mikroorganisme dalam tubuh ( memastikan adanya infeksi bakteri/jamur), menemukan antibiotika yang paling sesuai untuk mengatasi penyakit yang anda derita.2 Pelayanan laboratorium di puskesmas terdiri dari: 1. Pelayanan individual pengguna jasa yang berkunjung ke puskesmas 2. Pemeriksaan kelompok atau masyarakat di wilayah kerja

297

BAB III TUJUAN 1. Tujuan umum Didukungnya upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan dan pemulihan kesehatan yang meliputi deteksi dini, serta pemantauan dan evaluasi terapi secara efisien dan efektif. 2. Tujuan khusus

a. Ditingkatkannya mutu pelayanan kesehatan perorangan dengan:

i.

Tercapainya diagnosis yang tepat melalui lengkapnya pemeriksaan yang dilakukan

ii.

Diketahuinya hasil intervensi medik yang telah diberikan pada pengguna jasa pelayanan kesehatan/pasien melalui perbandingan hasil pemeriksaan penunjang sebelumnya dan sesudahnya.

b. Ditingkatkannya kegiatan laboratorium kesehatan di puskesmas, puskesmas pembantu, puskesmas keliling, posyandu sesuai dengan kondisi dan kebutuhannya.1

298

BAB IV KEGIATAN DAN SASARAN

1. Pelayanan laboratorium untuk menunjang pelayanan kesehatan di dalam wilayah kerja

a. Mengumpulkan dan merujuk spesimen untuk diperiksa lebih lanjut terhadap:

i. ii. iii.

Sampel air dari sumber air yang dimanfaatkan oleh umum Spesimen tinja, untuk menemukan penyebab penyakit saluran pencernaan Spesimen untuk pemeriksaan kimia klinik sehubungan dengan penyakit-penyakit yang merupakan masalah umum bagi masyarakat seperti: penyakit hati, penyakit ginjal, gangguan metabolism dan penyakit kurang gizi.

iv. v. vi.

Spesimen-spesimen untuk keperluan kultur/biakan maupun tes sensitivitas. Serum, untuk keperluan tes antibodi guna menentukan penyakit-penyakit tertentu. Spesimen lain, misalnya kasus keracunan, program perlindungan akseptor KB.

b. Melaksanakan pemeriksaan laboratorium untuk mendukung program-program lain, seperti:

i. ii.

Penanggulangan Kejadian Luar Biasa Survei penyakit-penyakit tertentu

c. Dalam keadaan darurat/kondisi tertentu, melaksanakan rujukan spesimen secara horizontal antar puskesmas di wilayahnya.

2. Pelayanan laboratorium untuk menunjang pelayanan medik terpadu di puskesmas

a. Pemeriksaan hematologi sederhana antara lain:

i. ii.

Hemoglobin secara ahli Sediaan apus darah tepi: morfologi sel, hitung jenis lekosit, hitung retikulosit, selsel muda darah
299

iii. iv. v.

Pemeriksaan hitung eritrosit, hitung lekosit, hitung trombosit Pemeriksaan laju endap darah (LED) Pemeriksaan jumlah hematokrit

b. Pemeriksaan urine sederhana, antara lain:

i. ii. iii.

Pemeriksaan makroskopik urine Pemeriksaan mikroskopik urine Kimia urine seperti: protein, nitrat, bilirubin, urobilinogen dan glukosa semi kuantitatif

iv.

Pemeriksaan kehamilan

c. Pemeriksaan tinja sederhana, antara lain:

i. ii. iii.

Pemeriksaan makroskopik tinja Pemeriksaan mikroskopik tinja Pemeriksaan parasitologi

d. Pemeriksaan mikrobiologi sederhana lainnya, antara lain yaitu:

i. ii.

Infeksi parasit: malaria, filaria,skizotomia, trikhomonas vaginalis Infeksi spesifik: BTA sputum untuk TBC, BTA kerokan kulit untuk lepra, bakteri gram (+), cairan uretra/secret vagina untuk GO

iii.

Infeksi jamur superfisial: tinea versikolor, dermatofita, kandidiasis

e. Pemeriksaan laboratorium lainnya, antara lain:

i. ii.

Pemeriksaan cairan serebrospinal: tes Nonne, tes Pandi Pemeriksaan cairan tubuh lainnya: tes Rivalta pada punksi pleura

3. Bila fasilitas dan tenaga memungkinkan dapat dilakukan pemeriksaan penunjang lainnya

a. Elektrokardiografi (EKG) b. Rontgen foto (X-ray) c. USG, dll


300

4. Evaluasi Penilaian mutu penyelenggaraan Sasaran dari semua kegiatan di puskesmas adalah semua pasien yang datang ke puskesmas untuk berobat, juga masyarakat sekitar yang termasuk dalam wilayah kerja puskesmas.1

301

BAB V PELAKSANAAN KEGIATAN DI PUSKESMAS

Pelaksanaan kegiatan laboratorium di Puskesmas adalah: 1.Pelayanan laboratorium untuk menunjang pelayanan kesehatan di dalam wilayah kerja a. Mengumpulkan dan merujuk specimen untuk diperiksa lebih lanjut terhadap: a. Sampel air dari sumber air yang dimanfaatkan oleh umum b. Specimen tinja, untuk menemukan penyebab penyakit saluran pencernaan c. Specimen untuk pemeriksaan kimia klinik sehubungan dengan penyakitpenyakit yang merupakan masalah umum bagi masyarakat seperti: penyakit hati, penyakit ginjal, gangguan metabolism dan penyakit kurang gizi. d. Specimen-spesimen untuk keperluan kultur/biakan maupun tes sensitivitas. e. Serum, untuk keperluan tes antibody guna menentukan penyakit-penyakit tertentu. f. Spesimen lain, misalnya kasus keracunan, program perlindungan akseptor KB.

b. Melaksanakan pemeriksaan laboratorium untuk mendukung program-program lain, seperti: a. Penanggulangan Kejadian Luar Biasa b. Survei penyakit-penyakit tertentu

c. Dalam keadaan darurat/kondisi tertentu, melaksanakan rujukan specimen secara horizontal antar puskesmas di wilayahnya.

2. Pelayanan laboratorium untuk menunjang pelayanan medik terpadu di puskesmas d. Pemeriksaan hematologi sederhana antara lain: vi. vii. Hemoglobin secara ahli Sediaan apus darah tepi: morfologi sel, hitung jenis lekosit, hitung retikulosit, sel-sel muda darah viii. ix. Pemeriksaan hitung eritrosit, hitung lekosit, hitung trombosit Pemeriksaan laju endap darah (LED)
302

x.

Pemeriksaan jumlah hematokrit

e. Pemeriksaan urine sederhana, antara lain: v. vi. vii. Pemeriksaan makroskopik urine Pemeriksaan mikroskopik urine Kimia urine seperti: protein, nitrat, bilirubin, urobilinogen dan glukosa semi kuantitatif viii. Pemeriksaan kehamilan

f. Pemeriksaan tinja sederhana, antara lain: iv. v. vi. Pemeriksaan makroskopik tinja Pemeriksaan mikroskopik tinja Pemeriksaan parasitologi

g. Pemeriksaan mikrobiologi sederhana lainnya, antara lain yaitu: iv. v. Infeksi parasit: malaria, filarial,skizotomia, trikhomonas vaginalis Infeksi spesifik: BTA sputum untuk TBC, BTA kerokan kulit untuk lepra, bakteri gram (+), cairan uretra/secret vagina untuk GO vi. Infeksi jamur superficial: tinea versikolor, dermatofita, kandidiasis

3. Pemeriksaan penunjang lainnya a. USG

4. Evaluasi i. Penilaian mutu penyelenggaraan

Pelaksana kegiatan di Puskesmas dilakukan adalah patolog, asisten patolog, manajer laboratorium, penasehat bagian, teknolog utama, teknolog medis, histoteknolog, teknisi laboratorium medis, asisten laboratorium medis, ahli flebotomi, transkripsionis, dan prosesor specimen. Jika dibandingkan dengan pelaksanaan laboratorium di puskesmas kelurahan, kegiatan di puskesmas kelurahan tidaklah selengkap kegiatan laboratorium di puskesmas kecamatan. Pada laboratorium puskesmas kelurahan hanya tersedia pemeriksaan darah lengkap, pemeriksaan hematologi sederhana dan pemeriksaan urine.

303

Kegiatan 1. Mengumpulkan dan specimen diperiksa

Sasaran -Spesimen

Tempat di Laboratorium dari puskesmas

Waktu Jam pelayanan puskesmas

Pelaksana patolog, asisten patolog, manajer laboratorium, penasehat bagian, teknolog utama, teknolog medis, histoteknolog, teknisi laboratorium medis, asisten

merujuk ambil untuk penderita lebih -

lanjut terhadap : Penanggulangan Spesimen Spesimen tinja, Kejadian untuk Biasa Luar

pemeriksaan kimia -Survei klinik sehubungan penyakitdengan penyakit- penyakit penyakit merupakan masalah bagi seperti: hati, ginjal, umum yang tertentu

laboratorium medis, flebotomi, transkripsionis, dan prosesor ahli

masyarakat penyakit penyakit gangguan dan kurang

specimen.

metabolism penyakit gizi.

Spesimenuntuk

spesimen keperluan

kultur/biakan maupun sensitivitas, Serum, keperluan antibody menentukan penyakit- penyakit tertentu. Spesimen lain, untuk tes guna tes

304

misalnya keracunan

kasus

2. Rujukan spesimen

Untuk specimen Puskesmas yang pemeriksaannya tidak ada di lain wilayahnya

Jam di pelayanan puskesmas

Dokter

Puskesmas 3. USG Pada hamil pasien Di puskesmas Jam pelayanan puskesmas Dokter spesialis obygn

305

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan Tersedianya laboratorium klinis di setiap puskesmas diharapkan dapat menunjang kegiatan pelayanan kesehatan yakni dalam membantu penegakan diagnosis. Laboratorium juga mempunyai fungsi sebagai tempat untuk berbagai penelitian yang berhubungan dengan pembiakan media-media kuman penyakit, karena itu lingkungan laboratorium menjadi salah satu tempat yang baik untuk berkembangnya berbagai penyakit infeksi. Saran 1. Diharapkan mutu pelayanan kesehatan perorangan dapat ditingkatkan dengan: ii. Tercapainya diagnosis yang tepat melalui lengkapnya pemeriksaan yang dilakukan iii. Diketahuinya hasil intervensi medik yang telah di berikan pada pengguna jasa pelayanan kesehatan melalui perbandingan hasil pemeriksaan penunjang sebelumnya dan sesudahnya. 2. Diharapkan kegiatan laboratorium kesehatan di puskesmas, puskesmas pembantu, puskesmas keliling, posyandu dapat berkembang sesuai dengan kondisi dan kebutuhannya. 3. Meningkatnya mutu pelayanan laboratorium di puskesmas setempat. 4. Meningkatnya frekuensi pengevaluasian mutu penyelenggaraan

306

DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Kesehatan RI: Pedoman Kerja Puskesmas; Program Penunjang Puskesmas. Jilid ke-2. Jakarta; 1999: 349 354. 2. Departemen Kesehatan RI. Direktorat Bina Peran Serta Masyarakat Dirjen Pembinaan Kesehatan Masyarakat : Penunjang Medik. Januari 1, 2010 [cited 2011 July 20] Available at

http://buk.depkes.go.id/index.php?option=com_docman&task=cat_view&gid=55&Ite mid=93

307

UPAYA KESEHATAN PENUNJANG PELAYANAN (SP2TP SISTEM PENCATATAN DAN PELAPORAN TERPADU PUSKESMAS)

Penyusun: Rina Apriani(03004197) Raymond(03005183)

308

BAB I PENDAHULUAN

Dalam era pembangunan, keberadaan data dan informasi memegang peran yang sangat penting. Data yg benar-benar akurat, terpercaya, teratur, berkesinambungan, tepat waktu dan mutakhir, sangat diperlukan dalam pengelolaan program dan proyek serta kegiatan yang dilakukan. Untuk dapat merencanakan dan memantau serta evaluasi pelaksanaan

program dengan baik, sangat diperlukan tersedianya seperangkat data dan informasi yang baik pula. Pembangunan upaya kesehatan masyarakat dilakukan di seluruh pelosok tanah air, melalui puskesmas termasuk puskesmas tempat tidur, puskesmas pembantu, puskesmas keliling dan bidan di desa serta RS dan laboratorium di berbagai tingkatan. Kelompok institusi terdepan tersebut tidak sekedar pemberi pelayanan kesehatan saja, namun juga melaksanakan berbagai program pembangunan kesehatan masyarakat. Kegiatan bersifat

promotif, preventif, kuratif, bahkan terkadang sampai rehabilitatif. Saat ini ada 18 macam kegiatan pokok puskesmas. Pencatatan dan pelaporan terpadu puskesmas merupakan salah satu kegiatan tersebut. Semua kegiatan yang menjadi tugasnya, dicatat dan dilaporkan secara teratur, tepat waktu, dan dengan data yang benar. Untuk itu disusun sistem pencatatan dan pelaporan terpadu puskesmas (SP2TP) yang disahkan dengan keputusan menkes no.63/menkes/II/1981 dan petunjuk pelaksanaan direktur jendral binkesmas

no.143/binkesmas/DJ/II/1981. Dengan telah ditetapkannya UU nomor 22 tentang Otonomi Daerah, dimana daerah harus mengembangkan dan melakukan sendiri upaya kesehatan, maka Sistem Informasi Kesehatan di Kabupaten/Kota akan lebih penting peranannya. Sistem ini harus mampu menghasilkan data atau informasi yang memadai untuk menunjang perencanaan, pelaksanaan, pengendalian serta untuk evaluasi berbagai kegiatan kesehatan tingkat kabupaten/kota.

309

I.I LATAR BELAKANG Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP) merupakan instrumen vital dalam sistem kesehatan. Informasi tentang kesakitan, penggunaan pelayanan kesehatan di puskesmas, kematian, dan berbagai informasi kesehatan lainnya berguna untuk pengambilan keputusan dan pembuatan kebijakan di tingkat kabupaten atau kota maupun kecamatan. Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas mencakup 3 hal: (1)pencatatan, pelaporan, dan pengolahan; (2) analisis; dan (3) pemanfaatan. Pencatatan hasil kegiatan oleh pelaksana dicatat dalam buku-buku register yang berlaku untuk masing-masing program. Data tersebut kemudian direkapitulasikan ke dalam format laporan SP2TP yang sudah dibukukan. Koordinator SP2TP di puskesmas menerima laporan-laporan dalam format buku tadi dalam 2 rangkap, yaitu satu untuk arsip dan yang lainnya untuk dikirim ke koordinator SP2TP di Dinas Kesehatan Kabupaten. Koordinator SP2TP di Dinas Kesehatan Kabupaten meneruskan ke masing-masing pengelola program di Dinas Kesehatan Kabupaten. Dari Dinas Kesehatan Kabupaten, setelah diolah dan dianalisis dikirim ke koordinator SP3 di Dinas Kesehatan Provinsi dan seterusnya dilanjutkan proses untuk pemanfaatannya. Frekuensi pelaporan sebagai berikut: (1) bulanan; (2) tribulan; (3) tahunan. Laporan bulanan mencakup data kesakitan, gizi, KIA, imunisasi, KB, dan penggunaan obat-obat. Laporan tribulanan meliputi kegiatan puskesmas antara lain kunjungan puskesmas, rawat tinggal, kegiatan rujukan puskesmas pelayanan medik kesehatan gigi. Laporan tahunan terdiri dari data dasar yang meliputi fasilitas pendidikan, kesehatan lingkungan, peran serta masyarakat dan lingkungan kedinasan, data ketenagaan puskesmas dan puskesmas pembantu. Pengambilan keputusan di tingkat kabupaten dan kecamatan memerlukan data yang dilaporkan dalam SP2TP yang bernilai, yaitu data atau informasi harus lengkap dan data tersebut harus diterima tepat waktu oleh Dinas Kesehatan Kabupaten, sehingga dapat dianalisis dan diinformasikan. Laporan yang diperoleh Dinas Kesehatan Kabupaten diduga seringkali terlambat, sehingga data yang diperoleh tidak dapat memberikan informasi yang bermanfaat untuk pengambilan keputusan.
310

Balai Pelatihan Kesehatan, menjelaskan bahwa puskesmas merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan pemerintah. Puskesmas memiliki wilayah kerja dan berhubungan langsung dengan keluarga di rumahrumah mereka. Bila terjadi sesuatu yang kurang menguntungkan dalam masyarakat yang menyangkut masalah kesehatan, maka puskesmas yang menjadi sasaran utamanya. Meskipun puskesmas sebagai dasar pelayanan kesehatan bagi masyarakat, namun segala sesuatu di puskesmas sangat terbatas. Terbatas dalam biaya maupun sarananya, sehingga mengakibatkan keterlambatan dalam pelaporan SP2TP.

I.II PERMASALAHAN

Sejak pelaksanaan SP2TP dari tahun 1981, berbagai permasalahan dihadapi antara lain banyaknya variabel yang harus dilaporkan sehingga kehadiran Sistem Pencatatan dan Pelaporan di Puskesmas dilihat sebagai suatu hal yang cukup membebani petugas puskesmas. Berbagai upaya telah dilakukan guna memecahkan permasalahan yang ada, sampai akhirnya dikeluarkan Keputusan Direktur Jendral Pembinaan Kesehatan Masayrakat

No.590/BM/DJ/Info/V/96 tentang penyederhanaan Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas. Sesuai dengan keputusan ini, diperlukan pedoman SP2TP untuk pegangan bagi pelaksana di berbagai tingkat administrasi, terutama bagi petugas puskesmas sebagai sumber data. Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP) didalam

pelaksanaannya juga masih terbatas pada data yang merupakan hasil dari interaksi antara masyarakat dengan fasilitas kesehatan. SP2TP dapat juga membantu dalam perencanaan program-program kesehatan di puskesmas. Namun dalam kenyataannya belum berjalan seperti yang harapkan. Evaluasi dilakukan untuk mengkaji pelaksanaan sistem pencatatan dan pelaporan di Puskesmas, menemukan masalah-masalah yang dihadapi baik dari aspek teknis dan non teknis.

311

BAB II PENGERTIAN
Beberapa pengertian sebagai dasar dalam penyelenggaraan Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP) antara lain: SP2TP adalah kegiatan pencatatan dan pelaporan data imum, sarana, tenaga, dan upaya pelayanan kesehatan di Puskesmas yang telah disederhanakan sesuai Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat No. 590/BM/DJ/Info/V/96 tentang Penyederhanaan SP2TP. Sistem adalah satu kesatuan yang terdiri dari komponen yang saling berkaitan, berintegrasi dan mempunyai tujuan tertentu. Terpadu diartikan sebagai gabungan berbagai macam kegiatan upaya pelayanan kesehatan Puskesmas yang tidak tumpang tindih, sehingga dapat dihindarkan pencatatan dan pelaporan lain, yang akan memperberat beban kerja petugas Puskesmas. II.1 Ruang Lingkup SP2TP Pelaksanaan SP2TP, menganut konsep wilayah kerja Puskesmas. Oleh karena itu mencakup semua kegiatan yang dilakukan oleh Puskesmas (Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling, termasuk Bidan di desa). Jenis data yang dikumpulkan dan dicatat dalam SP2TP adalah seluruh kegiatan di Puskesmas yang meliputi data: 1. 2. 3. 4. Umum dan demografi di wilayah kerja Puskesmas Ketenagaan di Puskesmas Sarana yang dimiliki Puskesmas Kegiatan pokok Puskesmas yang dilakukan di dalam dan di luar gedung Puskesmas

Variabel atau indikator yang dilaporkan adalah data/informasi yang sensitif, mudah diperoleh, spesifik dan sederhana, serta bermanfaat untuk pemantauan dan evaluasi, yang
312

dapat menggambrkan aksesibilitas, masalh, manajemen dan dampak program. Diharapkan pencatatan di Puskesmas dan laporan yang diterima di Dinas Kesehatan Dati II, Dinas Kesehatan Dati I, Kanwil Depkes serta Pusat, diolah dan dimanfaatkan oleh pengambil keputusan dan penanggung jawab program guna meningkatkan pelaksanaan programnya. Laporan SP2TP mempergunakan system tahun kalender. Periode laporan dari Puskesmas ke Dati II adalah bulanan dan tahunan. Periode laporan dari Dati II ke Dati I dan Pusat adalah triwulan. II.2 Pengorganisasian Dalam pelaksanaan SP2TP pengorganisasian di tingkat Puskesmas adalah sebagai berikut. 1. Pengorganisasian a. Penanggung jawab b. Koordinator c. Anggota : Kepala Puskesmas : Petugas yang ditunjuk Kepala Puskesmas : Pelaksana Kegiatan di Puskesmas

2. Tugas Penanggung Jawab SP2TP a. Kepala Puskesmas bertanggung jawab atas pelaksaan Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu di Puskesmas. b. Memberikan bimbingan kepada coordinator SP2TP dan para pelaksan kegiatan di Puskesmas. 3. Tugas Koordinator SP2TP a. Mengumpulkan laporan masing-masing pelaksana kegiatan b. Bersama dengan para pelaksana kegiatan membuat laporan bulanan SP2TP dan mengirimkan laporan tersebut ke Dinas Kesehatan Dati II paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya c. Bersama dengan para pelaksana kegiatan membuat laporan tahunan SP2TP dan mengirimkan laporan tersebut ke Dinas Kesehatan Dati II paling lambat tanggal 31 Januari tahun berikutnya

313

d. Menyimpan arsip laporan SP2TP dari masing-masing pelaksana kegiatan e. Bertanggung jawab atas kelancaran pelaksanaan SP2TP kepada Kepala Puskesmas f. Mempersiapkan pertemuan berkala setiap 3 bulan yang dipimpin oleh Kepala Puskesmas dengan pelaksana kegiatan untuk menilai pelaksaan kegiatan SP2TP 4. Tugas Pelaksana Kegiatan a. Mencatat setiap kegiatan pada kartu individu dan register yang ada b. Mengadakan bimbingan terhadap Puskesmas Pembantu dan Bidan di desa c. Melakukan rekapitulasi data dari hasil pencatatan dan laporan Puskesmas Pembantu serta Bidan di desa menjadi laporan kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya. Hasil dari rekapitulasi ini merupakan bahan untuk mengisi/membuat laporan SP2TP d. Setiap tanggal 5 mengisi/membuat laporan SP2TP dari hasil kegiatan masingmasing dalam 2 rangkap dan disampaikan kepada Koordinator SP2TP Puskesmas. Dengan rincian satu rangkap unyuk arsip Koordinator SP2TP Puskesmas dan satu rangkap oleh Koordinator SP2TP Puskesmas disampaikan ke Dinas Kesehatan Dati II e. Mengolah dan memanfaatkan data hasil rekapitulasi untuk tindak lanjut yang diperlukan dalam rangka meningkatkan kinerja kegiatan kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya. f. Bertanggung jawab atas kebenaran isi laporan kegiatannya

314

BAB III TUJUAN UMUM DAN TUJUAN KHUSUS

III.I TUJUAN UMUM Didapatnya semua data hasil kegiatan puskesmas (termasuk Puskesmsa dengan tempat tidur, Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling, Bidan di desa dan POSYANDU) dan data yang berkaitan serta dilaporkannya data tersebut kepada jenjang administrasi diatasnya sesuai kebutuhan secara benar, berkala dan teratur, guna menunjang pengelolaan upaya kesehatan masyarakat sehingga meningkatnya kualitas manajemen Puskesmas secara lebih berhasil guna dan berdaya guna melalui pemanfaatan secara optimal data SP2TP dan informasi lain yang menunjang

III.II TUJUAN KHUSUS 1. Tercatatnya semua data hasil kegiatan Puskesmas dan data yang berkaitan, dalam formulir yang telah ditentukan secara benar, berkelanjutan dan teratur. 2. Terlaporkannya data tersebut kepada jenjang administrasi yang lebih atas sesuai kebutuhan, dengan mempergunakan formulir yang telah ditetapkan, secara benar, berkelanjutan dan teratur. 3. Terolahnya data tersebut menjadi informasi di Puskesmas dan setiap jenjang administrasi diatasnya, sehingga bermanfaat untuk mengetahui permasalahan kesehatan yang ada di masyarakat serta merumuskan cara penanggulangannya secara tepat. 4. Diperolehnya kesamaan pengertian tentang SP2TP, meliputi definisi operasional, tata cara pengisian formulir, pengolahan data menjadi informasi dan mekanisme pelaporannya. 5. Tertatanya mekanisme pencatatan di tingkat puskesmas, Puskesmas Pembantu, dan bidan di desa. 6. Tertatanya alur data di tingkat Puskesmas.
315

7. Mantapnya pelaksanaan SP2TP di semua jenjang administrasi, sehingga dapat berhasil guna dan berdaya guna dalam pengelolaan upaya kesehatan masyarakat. 8. Dasar penyusunan perencanaan Tk. Puskesmas. 9. Dasar penyusunan rencana pelaksanaan kegiatan pokok puskesmas (Lokakarya mini) 10. Sebagai dasar pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kegiatan pokok puskesmas 11. Untuk mengatasi berbagai kegiatan hambatan pelaksanaan kegiatan pokok puskesmas

316

BAB IV KEGIATAN DAN SASARAN


IV.I.PENCATATAN Kegiatan pokok puskesmas baik yang dilakukan di dalam gedung maupun di luar gedung puskesmas, puskesmas tempat tidur dan puskesmas pembantu serta bidan di desa, harus dicatat. Dengan demikian perlu adanya mekanisme pencatatan yang baik, formulir yang cukup serta cara pengisian yang benar dan teliti. 1.Formulir pencatatan Formulir pencatatan SP2TP terdiri dari: a. Rekam Kesehatan Keluarga (RKK) atau yang disebut Family Folder. Yang dimaksud RKK adalah himpunan kartu-kartu individu suatu keluarga yang memperoleh pelayanan kesehatan di puskesmas. Adapun kegunaan RKK adalah: Untuk mengikuti keadaan kesehatan di suatu keluarga Untuk mengetahui gambaran penyakit di suatu keluarga

Penggunaan RKK diutamakan pada keluarga yang anggotanya mengidap salah satu penyakit atau kondisi antara lain: Salah satu anggota keluarga adalah penderita TB paru Salah seorang anggota kelurga adalah penderita kusta Keluarga risiko tinggi yaitu ibu hamil risiko tinggi, neonatus risiko tinggi (BBLR), bayi kurang energi kronis (KEK) Salah seorang anggota keluarga adalah penderita gangguan jiwa

Keluarga yang menggunakan RKK diberi kartu tanda pengenal keluarga (KTPK) yang merupakan alat bantu untuk memudahkan pencarian berkas atau file keluarga yang telah terdaftar/mendaftarkan pelayanan pada saat meminta pelayanan ulang di puskesmas

b. Kartu Tanda Pengenal (KTP) KTP diberikan kepada individu yang berkunjung/berobat ke puskesmas dan merupakan alat bantu untuk memudahkan pencarian berkas atau file bagi individu

317

yang telah terdaftar/mendapat pelayanan pada saat meminta pelayanan ulang di puskesmas. Khusus untuk akseptor KB, penyakit kusta dan TB paru menggunakan KTP khusus yaitu kartu KB, kartu penderita kusta dan kartu penderita TB paru, atas namanya sendiri. Maksud pemberian kartu ini adalah apabila yang bersangkutan pindah maka kartu dan rekam kesehatannya atau berkasnya dibawa pindah (untuk memudahkan/mengetahui pelayanan yang telah diberikan atau didapatkan oleh yang bersangkutan)

c. Kartu Rawat Jalan atau Kartu Rekam Medik Pasien Merupakan alat untuk mencatat identitas dan status pasien yang berkunjung ke puskesmas untuk memperoleh pelayanan rawat jalan.

d. Kartu Rawat Tinggal atau Kartu Rekam Medik Pasien Merupakan alat untuk mencatat identitas dan status pasien yang dirawat di puskesmas yang mempunyai ruang rawat inap.

e. Kartu Penderita Kusta Kartu ini khusus untuk penderita kusta yang berisi identitas penderita kusta yang dilayani di gedung puskesmas.

f. Kartu Indeks Penyakit Khusus Kusta Merupakan alat untuk mengetahui riwayat dan perkembangan penyakit kusta.

g. Kartu Penderita TB Paru Kartu ini khusus untuk penderita TB paru yang berisi identitas TB paru yang dilayani di gedung puskesmas.

h. Kartu Indeks Khusus TB Paru Merupakan alat untuk mengetahui keadaan dan pekembangan penyakit TB paru pasien yang dilayani di gedung puskesmas.

i. Kartu Ibu

318

Merupakan alat untuk mengetahui identitas dan status kesehatan serta riwayat kehamilan ibu sampai kelahiran bayinya.

j. Kartu Anak Adalah alat untuk mengetahui identitas, status kesehatan dan pelayanan baik pelayanan preventif-promotif maupun pengobatan dan rehabilitatif yang telah diberikan kepada balita dan anak prasekolah.

k. KMS balita Merupakan alat untuk mengetahui identitas dan mencatat pertumbuhan balita dan pelayanan yang telah diperoleh oleh balita tersebut.

l. KMS anak sekolah Merupakan alat untuk mengetahui identitas dan mencatat pertumbuhan anak sekolah dan pelayanan yang telah diperoleh oleh anak sekolah tersebut.

m. KMS ibu hamil Merupakan alat untuk mengetahui identitas dan mencatat perkembangan kesehatan ibu hamil dan pelayanan kesehatan yang telah diterima yang bersangkutan.

n. KMS usila Adalah alat untuk mencatat kesehatan usia lanjut secara pribadi baik fisik maupun psiko-sosialnya, sehingga dapat digunakan untuk memantau

kesehatannya, menemukan penyakit pada usia lanjut secara dini dan menilai kemajuan kesehatan usia lanjut.

o. Kartu Tumbuh Kembang Balita Adalah alat untuk mencatat tumbuh kembang balita, sehingga apabila terdapat kelainan dapat dideteksi sedini mungkin.

p. Kartu Rumah Adalah alat untuk mengetahui dan mengikuti keadaan sanitasi lingkungan perumahan.
319

q. Register Adalah formulir untuk mencatat/merekap data kegiatan di dalam dan di luar gedung puskesmas, yang telah dicatat di kartu-kartu dan catatan lainnya. Jenisjenis register dimaksud adalah: Register Nomor Indeks Pengunjung Puskesmas Register Kunjungan Register Rawat Jalan Register Rawat Inap Register KIA Register Kohort Ibu Register Kohort Balita Register Deteksi Tumbuh Kembang Register Gizi Register Kapsul Minyak Beryodium Register Pengamatan Penyakit Menular Register Kusta Register Pemeriksaan Kontak Penderita Kusta Register Pemeriksaan Anak Sekolah (untuk penyakit kusta) Register Malaria Register PES Register Antrax Register Rabies Register Kohort TB Paru Register Kasus DBD Register Pemberantasan Sarang Nyamuk DBD Register Acute Flaccid Paralysis (AFP) Register Tetanus Neonatorum Register Frambusia Register Filaria Buku Inventarisasi Peralatan Puskesmas Register Perawatan Gawat Darurat Puskesmas
320

Register Kohort Pembinaan Keluarga Register Rawat Jalan Gigi Register Laboratorium Register PKM Register PSM Register Data Dasar Kesehatan Lingkungan Register Kegiatan Kesehatan Lingkungan Rekapitulasi Kegiatan Penjaringan Register Kegiatan UKS Register Data Dasar Sekolah Register Kegiatan Posyandu Register Pelayanan Kesehatan Olahraga Register Pembinaan Kelompok/Klub Olahraga Register Perawatan Kesehatan Masyarakat Untuk Keluarga dan Individu (Reg.A)

Register Perawatan Kesehatan Masyarakat untuk Kelompok/Masyarakat (Reg.B)

2. Mekanisme pencatatan Pada prinsipnya seorang pasien yang berkunjung pertama kali atau kunjungan ulang ke Puskesmas harus melalui loket untuk mendapatkan Kartu Tanda Pengenal atau mengambil berkasnya dari petugas loket. Pasien tersebut disalurkan pada unit pelayanan yang dituju. Apabila pasien mendapatkan pelayanan kesehatan di luar gedung Puskesmas, maka pasien tersebut akan dicatat dalam register yang sesuai dengan pelayanan yang diterima. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat bagan sebagai berikut:

321

MEKANISME PENCATATAN DI PUSKESMAS

LOKET D A L A M G E D U N G
- RKK termasuk kartu status - KTP - Registrasi kunjungan - Kartu KB - Register No. Indeks

UNIT PELAYANAN
REGISTERREGISTER PELAYANAN DALAM GEDUNG

TINDAK LANJUT

RUJUKAN

L U A R G E D U N G
REGISTER-REGISTER PELAYANAN DI LUAR GEDUNG BANK DATA PUSKESMAS PENGOLAHAN/PENYAJIAN PENYUSUNAN LAPORAN

IV.II PELAPORAN Pelaporan terpadu Puskesmas menggunakan tahun kalender yaitu deri bulan Januari sampai dengan Desember dalam tahun yang sama. 1. Formulir Laporan Puskesmas ke Dati II Laporan Bulanan

322

a. b. c. d.

Data Kesakitan (LB.1) Data Obat-obatan (LB.2) Gizi, KIA, Imunisasi dan Pengamatan Penyakit Menular (LB.3) Data Kegiatan Puskesmas (LB.4)

Kegiatan Puskesmas meliputi: Kunjungan Puskesmas, Rawat Tinggal, Perawatan Kesehatan Masyarakat, Pelayana Medik Dasar Kesehatan Gigi, Pelayanan JPKM, Kesehatan Sekolah, Kesehatan Olah Raga, PKM, Kesehatan Lingkungan dan Laboratorium. Laporan Sentinel

Bentuk dari laporan sentinel adalah: a. Laporan bulanan Sentinel (LB1S)

Laporan ini memuat data penderita penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I), penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) dan diare, menurut umur dan status imunisasi. b. Laporan bulanan Sentinel (LB2S)

Laporan ini memuat data KIA, Gizi, Tetatus Neonatorum dan penyakit akibat kerja. Hanya Puskesmas dengan ruang rawat inap (Puskesmas RRI) yang membuat LB2S.

Laporan Tahunan

Laporan ini mencakup: a. b. c. 2. Data Dasar Puskesmas (LT-1) Data Kepegawaian (LT-2) Data Peralatan (LT-3) Frekuensi Laporan dari Puskesmas ke Dati II

323

a.

Laporan bulanan LB1, LB2, LB3, dan LB4, dilakukan setiap bulan dan paling

lambat tanggal 10 bulan berikutnya dikirim ke Dinas Kesehatan Dati II. b. Laporan bulanan Sentinel LB1S dan LB2S setiap tanggal 10 bulan berikutnya

dikirimkan ke Dinas Kesehatan Dati II, Dati I dan Pusat. c. Laporan tahunan (LT-1, LT-2, dan LT-3) dirimkan selambat-lambatnya

tanggal 31 Januari tahun berikutnya. 3. a. Mekanisme Pelaporan Tingkat Puskesmas Laporan dari Puskesmas Pembantu dan Laporan dari Bidan di desa

disampaikan ke pelaksana kegiatan di Puskesmas b. Pelaksana kegiatan merekapitulasi data yang dicatat baik did ala gedung

maupun di luar gedung serta laporan yang diterima dari Puskesmas Pembantu dan Bidan di desa c. Hasil rekapitulasi oleh pelaksana kegiatan demasukkan ke formulir laporan

dalam 2 rangkap, untuk disampaikan kepada koordinator SP2TP d. Hasil rekapitulasi oleh pelaksana kegiatan diolah dan dimanfaatkan untuk

tindak lanjut yang diperlukan dalam rangka meningkatkan kinerja kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya.

324

BAB V PELAKSANAAN KEGIATAN DI PUSKESMAS DI TINGKAT KECAMATAN&KELURAHAN


SP2PT yaitu sistem pencatatan dan pelaporan terpadu Puskesmas sesuai dengan SK Dirjen Binkesmas NO.590/BM/DJ/info/V/96 Tentang Penyederhanaan Sistem Pencatatan dan Pelaporan terpadu Puskesmas yang mulai berlaku tanggal 10 Mei 1996. Adapun isi keputusan itu: 1. Pencatatan kegiatan PKM 2. Pelaporan Puskesmas

Sedangkan untuk pencatatan ada 2 yaitu diluar gedung dan di dalam gedung: a. Pencatatan didalam gedung semua kegiatan yang dilaksanakan di dalam gedung itu sendiri b. Diluar gedung kegiatan yang berhubungan dengan Posyandu misalnya Posyandu,CHN dll.

Sedangkan untuk pelaporannya terdiri dari: a. Laporan bulanan b. Laporan tahunan

Laporan bulanan terdiri dari: 1. Formulir LB 1 Penyakit 2. Formulir LB 2 Obat 3. Formulir LB 3 Gizi,KIA, dan imunisasi 4. Formulir LB 4 Untuk data kunjungan kegiatan puskesmas

Laporan tahunan terdiri dari: 1. Formulir LT 1 untuk data dasar PKM


325

2. Formulir LT 2 untuk data kepegawaian 3. Formulir LT 3 untuk data peralatan Puskesmas

Tata cara pelaporan: a. Data yang dihimpun dalam formulir LB 1 s/d LB 4 dilaporkan secara bulanan selambat-lambatnya tanggal 5 bulan berikutnya dibuat rangkap 2. b. Data yang dilaporkan dari puskesmas mencakup hasil kegiatan PKM yang dilaksanakan selama 1 bulan

Tim SP2PT di PKM: 1. Penanggung jawab 2. Koordinator 3. Anggota

Penanggung jawab: Yaitu Kepala Bagian Data dan Program yang bertanggungjawab atas pelaksanaan SP2PT di Puskesmas dan memberikan bimbingan kepada koordinator SP2PT dan para pelaksana kegiatan di PKM

Koordinator: Orang yang ditunjuk oleh Kepala Bagian Data dan Program tugasnya yaitu: 1. Mengumpulkan laporan dari masing-masing pelaksana kegiatan 2. Membuat laporan bulanan dan tahunan 3. Menyimpan arsip SP2PT dari masing-masing pelaksana kegiatan 4. Bertanggungjawab kepada kepala PKM atas kelancaran pelaksanaan SP2PT 5. Mempersiapkan pertemuan setiap 3 bulan sekali, untuk menilai hasil kegiatan SP2PT Anggota: Masing-masing pelaksana Kegiatan PKM merupakan anggota SP2PT PKM dan berkewajiban yaitu: 1. Mencatat setiap kegiatan yang ada di PKM 2. Melakukan bimbingan tekhnis 3. Melakukan rekapitulasi dari hasil pencatatan dan pelaporan
326

4. Membuat laporan setiap tanggal/akhir bulan

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

VI.1 KESIMPULAN Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas mencakup 3 hal: (1)pencatatan, pelaporan, dan pengolahan; (2) analisis; dan (3) pemanfaatan. Pencatatan hasil kegiatan oleh pelaksana dicatat dalam buku-buku register yang berlaku untuk masingmasing program. Data tersebut kemudian direkapitulasikan ke dalam format laporan SP2TP yang sudah dibukukan. Dalam pelaksanaan SP2TP pengorganisasian di tingkat Puskesmas adalah sebagai berikut: penanggung jawab adalah Kepala Puskesmas, Koordinator adalah Petugas yang ditunjuk Kepala Puskesmas, Anggota adalah Pelaksana Kegiatan di Puskesmas yang mempunyai tugasnya masing-masing. Kegiatan pencatatan kegiatan di Puskesmas Mampang ada 2 yaitu diluar gedung dan di dalam gedung yaitu Pencatatan didalam gedung (semua kegiatan yang dilaksanakan di dalam gedung itu sendiri) dan diluar gedung (kegiatan yang berhubungan dengan Posyandu misalnya Posyandu,CHN dll)

Sedangkan untuk pelaporannya terdiri dari laporan bulanan yang dilaporkan secara bulanan selambat-lambatnya tanggal 5 bulan berikutnya dan laporan tahunan.

327

VI.2 SARAN Meningkatkan kualitas SDM tenaga kesehatan agar semua data hasil kegiatan puskesmas dapat tercatat dalam formulir yang telah ditentukan secara benar, berkelanjutan dan teratur. Mengadakan evaluasi rutin terhadap masalah teknis maupun non teknis dalam pelaksanaan SP2TP

Didapatkannya data dan bisa dilaporkan kepada jenjang administrasi yang lebih atas sesuai kebutuhan, dengan mempergunakan formulir yang telah ditetapkan, secara benar, berkelanjutan dan teratur.

328

DAFTAR PUSTAKA 1. Departemen Kesehatan RI: Pedoman Sistem Informasi Manajemen Puskesmas; Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas. 1-17. Jakarta (1997). 2. Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas. Diunduh dari http:/www.dinkes.org. Diakses Desember 2009.

329

JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN MASYARAKAT (JPKM)

Penyusun: Giri Satriya (03006105) Pelangi Damayanti ( 03004173 )

330

BAB I PENDAHULUAN Kesehatan adalah pangkal kecerdasan, produktifitas, dan kesejahteraan manusia. Kesehatan adalah penentu kualitas sumber daya insani. Tanpa kesehatan karyawan, perusahaan kehilangan daya kerja karena absensi sakit meningkat, hingga target produksi tidak tercapai dan kerugian menjelang. Menurut UNDP, derajat kesehatan bersama taraf pendidikan dan kemampuan ekonomi masyarakat menjadi penentu index kualitas manusia (Human Development Index, HDI). Karena itu, kesehatan harus dimiliki dan dilindungi, menjadi hak fundamental dari setiap individu. Kesehatan sebagai hak fundamental setiap individu dinyatakan secara global dalam Konstitusi Organisasi Kesehatan Sedunia, dan secara nasional dalam amandemen UUD 1945 pasal 28-H dan UU No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan. Namun pemenuhan hak tersebut menghadapi kendala biaya, karena pendanaan kesehatan yang amat terbatas disertai kenaikan biaya pemeliharaan kesehatan. Solusi masalah pembiayaan kesehatan mengarah pada peningkatan pendanaan kesehatan agar melebihi 5% PDB sesuai rekomendasi WHO, dengan pendanaan pemerintah yang terarah untuk kegiatan public health seperti pemberantasan penyakit menular dan penyehatan lingkungan, promosi kesehatan serta pemeliharaan kesehatan penduduk miskin. Sedangkan pendanaan masyarakat harus diefisiensikan dengan pendanaan gotong royong untuk baerbagai resiko gangguan kesehatan, dalam bentuk jaminan kesehatan masyarakat. Telah bertahun-tahun penelitian terhadap sistem pendanaan masyarakat untuk kesehatan di mancanegara, akhirnya mengantar Indonesia kepada rumusan JPKM sebagai model jaminan kesehatan yang efektif dan efisien untuk mengatasi masalah akses dan mutu pelayanan kesehatan. JPKM kemudian dicantumkan dalam UU No. 23 tahun 1992 sebagai cara yang dijadikan landasan semua bentuk pemeliharaan kesehatan yang pembiayaannya secara pra-upaya. JPKM diselenggarakan oleh badan-badan penyelenggara berstatus hokum (PT, Koperasi, BUMN, BUMD, dll) dengan pemerintah yang bertugas membina, mengembangkan, dan mendorong terselenggaranya JPKM.

331

BAB II PENGERTIAN JPKM

2.1 Pengertian JPKM JPKM yang merupakan singkatan dari Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat, pada hakekatnya adalah jaminan pelayanan kesehatan paripurna yang diperoleh seseorang setelah membayar kontribusi/iuran kepada suatu badan penyelenggara yang mengikat kontrak dan membayar pra upaya jaringan pemberi pelayanan kesehatan berjenjang yang terjaga mutunya untuk melayani peserta tersebut. Bagi masyarakat, menjadi peserta JPKM mendapat keuntungan ganda. Kebutuhan kesehatannya akan terpenuhi secara paripurna melalui pelayanan yang terrjaga mutu dan terkendali biayanya ,dengan membayar iuran ringan dalam suatu ikatan solidaritas sosial yang dikelola oleh badan penyelenggara profesional. Penyelenggara JPKM mencakup sedikitnya 3 pelaku utama yakni peserta, badan, penyelenggara (bapel) dan pemberian pelayanan kesehatan (ppk) serta penerapan 7 jurus , sebgai berikut : a. 2 jurus kendali dana : premi prabayar dan bayar jasa PKK secara praupaya b. 4 jurus kendali mutu : ikatan kerja / kontrak ,siklus jaga mutu (pengbatan rasional dan standar pelayanan medik dengan siklus jaga mutunya), pemantauan utilisasi pelayanan dan penangan seksama terhadap keluhan mengenai pelayanan. c. 1 jurus kendali pelayanan paripurna Paket pelayanan paripurna dalam JPKM seperti dinyatakan dalam serangkaian permenkes dan kepmenkes mencakup pelayanan berjenjang dari tingkat pertama (rawat jalan oleh dokter umum, dokter gigi, klinik ,dan puskesmas) ,tingkat ke 2 (rawat jalan spesialistik), tingkat ke 3 (rawat inap spesialistik di rumah sakit) dan meliputi upaya promotif (penuluhan kesehatan, perbaikan gizi), preventif (imunisasi, kesehatan ibu-anak,KB), kuratif (pengobatan dan penyembuhan penyakit) serta rehabilitatif (pemulihan cacad, dll), semua gawat darurat dan pelayanan penunjang diagnostik seperti laboratorium, radiologi dsbnya.

332

Kandungan jurus-jurus pelayanan paripurna, kendali mutu dan kendali biaya dalam JPKM membuatnya lebih unggul dinadingkan bentuk jaminan kesehatan lainnya. Misalnya, kelebihan JPKM dibandingkan asuransi kesehatan indemnitas (ganti rugi) adalah adanya pembayaran praupaya (prospective payment dalam bentuk anggaran atau kapitasi) kepada pemberi pelayanan kesehatan (PPK), yang menjadi intensif bagi PPK untuk menjaga

kesehatan peserta secara efisien-efektif dengan melakukan upaya preventif-promotif yang seimbang dengan upaya kuratif-rehabilitatif, tanpa memberikan pelayanan berlebih-lebihan kepada peserta. Dengan pembayaran praupaya kepada PPK, bapel membebaskan diri dari risiko kerugian yang dapat timbul kalau membayar PPK berdasarkan tagihan atas jasa pelayanan yang telah diberikan (bentuk fee for service atau reimbursement). Kelebihan JPKM itu telah menempatkannya sebagai jaminan kesehatan terpilih dalam UU No.23/1992 tentang kesehatan. Dalam UU ini, JPKM dinyatakan sebagai cara penyelenggaraan pemeliharaan kesehatan yang paripurna, berdasarkan asas usaha bersama dan kekeluargaan, yang berkesinambungan dan dengan mutu yang terjamin serta pembayaran secara praupaya. Selanjutnya, UU itu menetapkan pula fungsi pemerintah untuk membina, mengembangkan dan mendorong JPKM sebagai cara yang dijadikan landasan untuk setiap penyelenggaraan pemeliharaan kesehatan. Sehubungan dengan itu, melalui Kepmenkes 172/1999 yang ditindaklanjuti dengan edaran Dirjen Binkesmas diproses pembentukan Badan ,Pembina JPKM ditingkat pusat, propinsi, dan Kab/kota guna menampung tugas tugas pembinaan, pengembangan dan pendorongan terhadap penyelenggaraan JPKM. Dengan keberadaan badan pembina ini, bersama 3 pelaku terdahulu, terdapat 4 pihak yang bersama sama mendukung terselenggaranya JPKM. Ada beberapa kata kunci yang perlu diperhatikan agar mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam tentang pengertian JPKM, yaitu: 1. Jaminan 2. Cara penyelenggaraan 3. Azas usaha bersama dan kekeluargaan 4. Pemeliharaan kesehatan yang paripurna, dan 5. Pembiayaan secara pra-upaya
333

a. Jaminan Setiap penyelenggaraan pemeliharaan kesehatan berdasarkan JPKM harus mampu menjamin: 1. Terselenggaranya pemeliharaan kesehatan paripurna dan berkesinambungan 2. Terjaganya mutu pemeliharaan kesehatan sesuai dengan standar yang disepakati 3. Efisiensi dan kelancarean memperoleh pelayanan kesehatan bagi pesertanya 4. Efektivitas dari upaya pemeliharaan kesehatan bagi peningkatan derajat kesehatan masyarakat pesertanya b. Cara penyelenggaraan JPKM merupakan suatu cara penyelenggaraan paya pemeliharaan kesehatan yang terpadu dengan pembiayaannya. Cara ini mempunyai beberapa mekanisme pelaksanaan tertentu, yang menjadi cirri khas dari JPKM dan karena itu dapat disebut juga sebagai jurus jurus JPKM. Jurus-jurus ini harus dilaksanakan secara utuh agar penyelenggaraan upaya pemeliharaan kesehatan dapat menjamin oeningkatan derajat kesehatan masyarakat pesertanya melalui terpeliharanya pemerataan, terjaganya mutu serta terkendalinya

pembiayaan kesehatan, sehingga menguntungkan dan memuaskan semua pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan JPKM. c. Azas Usaha dan Kekeluargan Berdasarkan azas usaha bersama dan kekeluargaan yang tercantum dalam pengertian JPKM menunjukkan bahwa JPKM merupakan usaha bersama, yang menghendaki peran aktif badan penyelenggara, peserta dan pemberi pelayanan kesehatan untuk bersamasama secara kekeluargaan mengendalikan mutu dan biaya pemeiharaan kesehatan. Dengan demikian, dapat dijaga keseimbangan dan keserasian dalam membela kepentingan masingmasing. d. Pemeliharaan Kesehatan yang Paripurna Dengan terpeliharanya kesehatan masyarakat yang paripurna diartikan bahwa upaya pemeliharaankesehatan dilaksanakan secara menyeluruh meliputi kegiatan promotif334

preventif-kuratif-rehabilitatif, terpadu, dan berkesinambungan. Upaya kesehatan dalam JPKM tidak dapat dilaksanakan sepotong-sepotong, umpamanya pengobatan rawat jalan saja atau hanya pengobatan di Rumah Sakit tanpa dukungan upaya preventif atau promotif, karena hal ini cenderung menurunkan efektivitas dan efisiensi dalam pelaksanaannya. e. Pembiayaan secara pra-upaya Pemberian Pelayanan Kesehatan (PPK) dibayar di-muka/ pra-upaya (prepaid) oleh baan penyelenggara untuk memelihara kesehatan sejumlah peserta berdasarkan paket pemeliharaan kesehatan yang telah disepakati bersama. Pra-upaya juga berarti bahwa peserta JPKM membayar dimuka sejumlah iuran secara teratur badan penyelenggara agar kebutuhan pemeliharaan kesehatan terjamin. Mengingat hal-hal yang tercantum diatas, jelas bahwa tidak hanya merupakan satu cara pembiayaan kesehatan. JPKM juga merupakan suatu cara penyelenggaraan pemeliharaan kesehatan, yang terarah dan terencana dengan pengolahan yang efektif dan efisien dan didukung oleh pembiayaan pra-upaya, yang memungkinkan peningkatan derajat kesehatan segenap pesertanya.

335

BAB III TUJUAN JPKM

3.1 Tujuan Umum Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat merupakan tujuan dari diadakannya JPKM. 3.2 Tujuan Khusus JPKM bertujuan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui : Jaminan pemeliharaan kesehatan sesuai kebutuhan utama peserta yang berkesinambungan. Pelayanan kesehatan paripurna yang lebih bermutu dengan biaya yang hemat dan terkendali Pengembangan kemandirian masyarakat dalam membiayai pelayanan kesehatan yang diperlukannya. Pembudayaan perilaku hidup bersih dan sehat.

336

BAB IV KEGIATAN dan SASARAN

4.1 Kegiatan a) Pemeliharaan Kesehatan Pegawai Negeri, Penerima Pensiun dan Keluarganya Upaya ini dimulai tahun 1968 berdasarkan Keppres No. 230 tahun 1968. Badan yang mengelola upaya ini pada waktu itu dinamakan Badan Penyelenggara Dana Pemeliharaan Kesehatan atau disingkat BPDPK dan berada dalam lingkungan Departemen Kesehatan. Sesuai dengan kebijaksanaan Pemerintah dalam hal struktur organisasi badan-badan pemerintah, maka BPDPK diubah status menjadi Perum Husada Bhakti, kemudian menjadi PT (Persero) Asuransi Kesehatan Indonesia (PT. ASKES) sampai sekarang. Kepesertaan program brsifat wajib bagi pegawai negeri, penerima pensiun (baik sipil maupun ABRI) dengan iuran yang dipotong dari gaji sebesar 2%. Menurut UU No.2/1992, PT. ASKES adalah badan penyelenggara program asuransi sosial di bidang kesehatan, yang seperti diatur dalam pasal 14 hanya dapat dilaksanakan oleh BUMN. Penutupan asuransi atas objek asuransinya bukan didasarkan kepada kebebasan memilih penanggung melainkan secara wajib berdasarkan suatu Undang-undang dengan tujuan untuk memberikan perlindungan dasar bagi kesejahteraan masyarakat (pasal 1 ayat 3 dan pasal 6 ayat 1). Pemeliharaan kesehatan paripurna diberikan sama kepada semua peserta, tanpa mempertimbangkan tingkatan pangkat atau kedudukan. Pelayanan kesehatan peserta disediakan di semua Puskesmas dan Rumah Sakit Pemerintah. Untuk peserta sukarela disediakan pelayanan oleh dokter keluarga atau fasilitas keehatan swasta. Cara penyelenggaraan pemeliharaan kesehatan dan cara pembayaran kepada PPK sudah mengikuti prinsip-prinsip JPKM (untuk Pusskesmas dilakukan berdasarkan kapitasi dan untuk Rumah Sakit berdasarkan sistem paket). b) Pemeliharaan Kesehatan bagi Tenaga Kerja dan Keluarganya Sejak terbitnya UU No.3 tahun 1992 tentang Jamsostek, jaminan pemeliharaan kesehatan untuk tenaga kerja dan keluarganya wajib dilaksanakan oleh setiap

337

perusahaan yang memperkrjakan minimal 50 orang karyawan atau yang mengeluarkan Rp. 1000.000,- minimal sebulan untuk gaji para tenaga kerjanya. Iuran ditetapkan sebesar 3% dari gaji sebulan untuk pekerja bujangan dan 6% dari gaji bagi yang sudah berkeluarga. Seluruh iuran ditanggung oleh perusahaan. Pemeliharaan kesehatan serta cara pembayaran kepada PPK mengikuti pedoman penyelenggaraan JPKM. c) Pemeliharaan Kesehatan Swasta Beberapa pengusaha swasta telah mulai menyelenggarakan upaya pemeliharaan kesehatan berdasarkan JPKM untuk golongan tertentu dari masyarakat, terutama segmen yang berpenghasilan fasilitas swasta menengah dan keatas. Pemeliharaan relatif masih kesehatan sedikit.

menggunakan

kepesertaannya

Pengelolaannya mengikuti pedoman JPKM, meskipun belum sepenuhnya. d) Pemeliharaan Kesehatan Dari, Oleh, dan Untuk Masyarakat atau Dana Sehat Dana Sehat adalah suatu upaya pemeliharaan kesehatan dari, oleh, dan untuk masyarakat umum. Pengelolaan Dana Sehat pada umumnya dilakukan secara sukarela oleh pengurus yang ditunjuk oleh masyarakat setempat. Peserta umumnya adalah penduduk berpenghasilan rendah di pedesaan dan perkotaan dengan iuran yang relatif kecil dan paket pelayanan kesehatan yang masih terbatas. Cakupan peserta diwujudkan di beberapa DATI II dengan kepesertaan kelompok dan pengelolaan pofesional kearah JPKM, sehingga benar-banar dapat mandiri dalam menjaga kesehatan pesertanya.

4.2 Sasaran Karyawan perusahaan/dunia usaha. Seluruh anggota keluarga/masyarakat. Pelajar dan mahasiswa. Organisasi sosial dan kemasyarakatan

338

BAB V PELAKSANAAN

5.1. Pelaksanaan Puskesmas Kecamatan Mampang Pada puskesmas kecamatan Mampang dilaksanakan sistem jaminan pemeliharaan kesehatan bagi keluarga miskin (JPK GAKIN) dengan pendekatan JPKM.

5.1.1.PELAYANAN KESEHATAN YANG DIJAMIN : Paket dasar yang bersifat paripurna (meliputi promotif preventif, kuratif, dan rehabilitatif) meliputi : A.rawat jalan tingkat pertama (RJTP), jenis pelayanan meliputi Promosi kesehatan atau penyuluhan Imunisasi dasar program (BCG, DPT, polio, campak, hepatitis B) Pelayanan KIA termsuk ANC ,ibu nifas ,ibu menyusui, bayi dan balita KB dengan alat kontrasepsi standar Pengobatan penyakit umum atau gigi Pelayanan rujukan Pelayanan obat obatan Pelayanan laboratorium dasar meliputi pemeriksaan darah rutin dan urin lengkap Tindakan medis Pelayanan penunjang diagnostic Pelayanan partus Pelayanan spesialistik Pelayanan gawat darurat

B. Rawat jalan tingkat lanjutan atau spesialis (RJTL) ,jenis pelayanan meliputi : Konsultasi dan pemeriksaan dokter spesialis Obat obatan sesuai kebutuhan medis Pemeriksaan penunjang berdasarkan indikasi medis
339

Tindakan di poliklinik

C. Rawat Inap di Kelas 3 Rumah Sakit, jenis pelayanan meliputi: Perawatan kelas 3 di Rumah Sakit yang telah berIKS dengan dinas kesehatan Visit dokter spesialis atau dokter yang merawat Obat-obatan yang diperlukan (DPHU, Generik, Formularium atau sesuai indikasi medis dengan surat keterangan komite medik/konsulen bagian atau departemen) Penunjang diagnostic dan tindakan yang sesuain dengan indikasi medis Alat kesehatan dan bahan habis pakai yang diperlukan

D. Perawatan Khusus di Rumah Sakit, jenis pelayanan meliputi: Perawatan ICU/ICCU/HCU Unit Perinatologi (NICU)

5.1.2. PELAYANAN KESEHATAN YANG DIJAMIN DENGAN PEMBATASAN : Potesa dan alat bantu yang sesuai indikasi medis (gigi palsu, alat bantu dengar, kacamata, dll)

5.1.3. PELAYANAN KESEHATAN YANG TIDAK DIJAMIN Pelayanan yang tidak sesuai dengan prosedur Pelayanan atau perawatan yang berkaitan dengan tujuan kosmetik (bedah plastic, othodontis, dll) Medical check up Vitamin atau pemberian suplemen tanpa indikasi medis Pengobatan alternative (tradisional, terapi alternatif lain) Pengguguran kandungan tanpa indikasi medis (permintaan sendiri) Hamil diluar nikah Pelayanan yang berkaitan dengan infertilitas dan kesuburan Bunuh diri Pelaku tindakan kejahatan Pemegang kartu asuransi lain

5.1.4. 6 KRITERIA KEMISKINAN LOKAL YANG DIGUNAKAN BAGI SKTM


340

a. Luas lantai per orang kurang dari 4m2 b. Tidak mampu membiayai pengobatan ke sarana kesehatan / bukan Puskesmas c. Tidak mampu ber-KB secara mandiri d. Penghasilan kurang dari UMP DKI Jakarta per rumah tangga perbulan (kurang dari 600ribu) e. Terdapat anggota keluarga yang berusia 15tahun keatas buta huruf f. Terdapat anggota keluarga dengan usia 7 18 tahun yang tidak sekolah atau putus sekolah

5.2 Pelaksanaan Puskesmas Kecamatan Mampang Prapatan 5.2.1.PELAYANAN KESEHATAN YANG DIJAMIN : Paket dasar yang bersifat paripurna (meliputi promotif preventif, kuratif, dan rehabilitatif) meliputi : A.rawat jalan tingkat pertama (RJTP), jenis pelayanan meliputi Promosi kesehatan atau penyuluhan Imunisasi dasar program (BCG, DPT, polio, campak, hepatitis B) Pelayanan KIA termsuk ANC ,ibu nifas ,ibu menyusui, bayi dan balita KB dengan alat kontrasepsi standar Pengobatan penyakit umum atau gigi Pelayanan rujukan Pelayanan obat obatan Pelayanan laboratorium dasar meliputi pemeriksaan darah rutin dan urin lengkap Tindakan medis Pelayanan penunjang diagnostic Pelayanan partus Pelayanan spesialistik Pelayanan gawat darurat

B. Rawat jalan tingkat lanjutan atau spesialis (RJTL) ,jenis pelayanan meliputi : Konsultasi dan pemeriksaan dokter spesialis Obat obatan sesuai kebutuhan medis
341

Pemeriksaan penunjang berdasarkan indikasi medis Tindakan di poliklinik

C. Rawat Inap di Kelas 3 Rumah Sakit, jenis pelayanan meliputi: Perawatan kelas 3 di Rumah Sakit yang telah berIKS dengan dinas kesehatan Visit dokter spesialis atau dokter yang merawat Obat-obatan yang diperlukan (DPHU, Generik, Formularium atau sesuai indikasi medis dengan surat keterangan komite medik/konsulen bagian atau departemen) Penunjang diagnostic dan tindakan yang sesuain dengan indikasi medis Alat kesehatan dan bahan habis pakai yang diperlukan

D. Perawatan Khusus di Rumah Sakit, jenis pelayanan meliputi: Perawatan ICU/ICCU/HCU Unit Perinatologi (NICU)

5.2.2. PELAYANAN KESEHATAN YANG DIJAMIN DENGAN PEMBATASAN : Potesa dan alat bantu yang sesuai indikasi medis (gigi palsu, alat bantu dengar, kacamata, dll)

5.2.3. PELAYANAN KESEHATAN YANG TIDAK DIJAMIN Pelayanan yang tidak sesuai dengan prosedur Pelayanan atau perawatan yang berkaitan dengan tujuan kosmetik (bedah plastic, othodontis, dll) Medical check up Vitamin atau pemberian suplemen tanpa indikasi medis Pengobatan alternative (tradisional, terapi alternatif lain) Pengguguran kandungan tanpa indikasi medis (permintaan sendiri) Hamil diluar nikah Pelayanan yang berkaitan dengan infertilitas dan kesuburan Bunuh diri Pelaku tindakan kejahatan Pemegang kartu asuransi lain

342

5.2.4. 6 KRITERIA KEMISKINAN LOKAL YANG DIGUNAKAN BAGI SKTM a. Luas lantai per orang kurang dari 4m2 b. Tidak mampu membiayai pengobatan ke sarana kesehatan / bukan Puskesmas c. Tidak mampu ber-KB secara mandiri d. Penghasilan kurang dari UMP DKI Jakarta per rumah tangga perbulan (kurang dari 600ribu) e. Terdapat anggota keluarga yang berusia 15tahun keatas buta huruf f. Terdapat anggota keluarga dengan usia 7 18 tahun yang tidak sekolah atau putus sekolah

5.3 Pelaksanaan Puskesmas Kelurahan Pela Mampang Rawat jalan tingkat pertama (RJTP), jenis pelayanan meliputi Promosi kesehatan atau penyuluhan Imunisasi dasar program (BCG, DPT, polio, campak, hepatitis B) Pelayanan KIA termsuk ANC ,ibu nifas ,ibu menyusui, bayi dan balita KB dengan alat kontrasepsi standar Pengobatan penyakit umum atau gigi Pelayanan rujukan Pelayanan obat obatan Pelayanan laboratorium dasar meliputi pemeriksaan darah rutin dan urin lengkap Tindakan medis Pelayanan penunjang diagnostic Pelayanan partus

343

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan JPKM yang merupakan singkatan dari Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat, pada hakekatnya adalah jaminan pelayanan kesehatan paripurna yang diperoleh seseorang setelah membayar kontribusi/iuran kepada suatu badan penyelenggara yang mengikat kontrak dan membayar pra upaya jaringan pemberi pelayanan kesehatan berjenjang yang terjaga mutunya untuk melayani peserta tersebut. JPKM bertujuan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui jaminan pemeliharaan kesehatan sesuai kebutuhan utama peserta yang berkesinambungan, pelayanan kesehatan paripurna yang lebih bermutu dengan biaya yang hemat dan terkendali, pengembangan kemandirian masyarakat dalam membiayai pelayanan kesehatan yang diperlukannya, pembudayaan perilaku hidup bersih dan sehat.

6.2 Saran Pelayanan-pelayanan yang diberikan harus sesuai dengan keperluan pasien baik secara promotif,preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Membuat dan melakukan semua rencana kegiatan pelayanan kesehatan paripurna agar biaya dapat hemat dan terkendali Memberikan informasi yang lengkap terhadap masyarakat tentang JPKM

denganmenggunakan media cetak seperti brosur ataupun secara lisan. Agar masyarakat lebih mengerti tentang JPKM dan kesehatan masyarakat Mengevaluasi kegiatan untuk melihat apakah kegiatan kegiatan pelayanan berjalan dengan baik

344

DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Kesehatan RI: Kumpulan Materi Pelatihan Penyelenggaraan JPKM. 12-15. Jakarta (2000). 2. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat. Diunduh dari http:/www.dinkes.org. Diakses Desember 2009.

345

You might also like