You are on page 1of 11

Pembahasan

Pengertian Mental Lansia atau lanjut usia merupakan kelompok umur (usia 60 tahun ke atas) pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Pada kelompok yang dikategorikan lansia ini akan terjadi suatu proses yang disebut aging proses. Mental berasal dari kata latin yaitu mens, mentis yang artinya : jiwa, nyawa, sukma, roh, semangat (Kartini Kartono, 1987:3). Sedangkan dalam kamus psikologi Kartini Kartono, (1987:278) mengemukakan: mental adalah yang berkenaan dengan jiwa, batin ruhaniah. Dalam pengertian aslinya menyinggung masalah : pikiran, akal atau ingatan. Sedangkan sekarang ini digunakan untuk menunjukkan penyesuaian organisme terhadap lingkungan dan secara khusus menunjuk penyesuaian yang mencakup fungsi-fungsi simbolis yang disadari oleh individu. Pengertian mental dalam kamus besar bahasa Indonesia, (1991:647) adalah Berkenaan dengan batin dan watak manusia, yang bukan bersifat badan atau tenaga, Bukan bersifat badan atau tenaga : bukan hanya pembangunan fisik yang diperhatikan melainkan juga pembangunan batin dan watak. Mental secara istilah dapat diartikan dengan semangat jiwa yang tegar, yang aktif, yang mempengaruhi perilaku hidup dan kehidupan manusia (Mawardi Labay El- Sulthani, 2001:2). Melihat dari pernyataan diatas, maka mental bisa diartikan sesuatu yang berada dalam tubuh (fisik) manusia yang dapat mempengaruhi perilaku, watak dan sifat manusia di dalam kehidupan pribadi dan lingkungannya.

Aspek-aspek Mental Manusia adalah makhluk yang pada dasarnya baik dan selalu ingin kembali pada kebenaran yang sejati, karena pada diri manusia mempunyai. Aspek-aspek jiwa yang bisa mempengaruhi segala sikap dan tingkah laku manusia. Bertolak dari pernyataan maka aspekaspek manusia dapat dijabarkan sebagai berikut : 1. Kartini Kartono (2000:6) mengemukakan bahwa aspek mental yang ada dalam diri manusia adalah keinginan, tindakan, tujuan, usaha-usaha, dan perasaan. a. Keinginan : perihal yang diinginkan.

b. Tindakan

perbuatan

sesuatu

yang

dilakukan.

Sesuatu

yang

dilaksanakan untuk mengatasi sesuatu. c. Tujuan : arah yang dituju, maksud atau tuntutan. d. Usaha : kegiatan untuk mengarahkan tenaga, pikiran atau badan

untuk mencapai suata maksud. e. Perasaan : hasil / perbuatan merasa dengan panca indera. Rasa/keadaan batin dalam menghadapi sesuatu. 2. Zakiah Darajat (1990:32) berpendapat bahwa aspek mental yang ada dalam diri manusia adalah kehendak, sikap, dan tindakan. a. Kehendak : kemauan, keinginan dan harapan yang keras. b. Sikap : posisi mental (perasaan terhadap bahasa sendiri/bahasa

orang lain). c. Tindakan : perbuatan ; sesuatu yang dilakukan. Sesuatu yang

Dilaksanakan untuk mengatasi sesuatu. 3. Mawardi Labay El-Shuthani (2001:3) memandang bahwa aspek mental yang ada dalam diri manusia adalah segala sesuatu yang menentukan sifat dan karakter manusia. a. Sifat : rupa / keadaan yang nampak pada suatu benda / lahiriah b. Karakter : sifat-sifat kejiwaan, akhlak/budi pekerti yang membedakan

seseorang dari yang lain, tabiat, watak, dan mempunyai kepribadian. 4. Ibnu Sina (1996:116) berpendapt bahwa aspek mental yang ada dalam diri manusia adalah kesadaran diri, amarah, dan keinginan. a. Kesadaran diri : kesadaran seseorang/keadaan dirinya sendiri. b. Amarah : sangat tidak senang. c. Keinginan : perihal yang diinginkan. 5. Al Ghazali (1989:7) mengemukakan bahwa aspek mental yang ada dalam diri manusia adalah yang merasa, yang mengetahui dan yang mengenal. Merasa : mengalami rangsangan yang mengenai (menyentuh) indra

(seperti yang dialamu lidah, kulit / badan). 6. Hanna Djuhamham Bastaman (2001:64) memandang bahwa aspek mental yang ada dalam diri manusia adalah berpikir, berkehendak, merasa, dan berangan-angan. a. Berpikir : menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan

dan memutuskan sesuatu, menimbang-nimbang. b. Berkehendak : kemauan, keinginan dan harapan yang keras. c. Merasa : mengalami rangsangan yang mengenai (menyentuh)

d. Indra (seperti yang dialamu lidah, kulit / badan). e. Berangan-angan : mempunyai angan-angan (pikiran / ingatan).

Aspek-aspek Yang Mempengaruhi Perubahan Fungsi Mental Pada Lansia Masalah kesehatan mental pada lansia dapat berasal dari 4 aspek yaitu fisik, psikologik, sosial dan ekonomi. Masalah tersebut dapat berupa emosi labil, mudah tersinggung, gampang merasa dilecehkan, kecewa, tidak bahagia, perasaan kehilangan, dan tidak berguna. Lansia dengan problem tersebut menjadi rentan mengalami gangguan psikiatrik seperti depresi, ansietas (kecemasan), psikosis (kegilaan) atau kecanduan obat. Pada umumnya masalah kesehatan mental lansia adalah masalah penyesuaian. Penyesuaian tersebut karena adanya perubahan dari keadaan sebelumnya (fisik masih kuat, bekerja dan berpenghasilan) menjadi kemunduran. Aspek psikologi merupakan faktor penting dalam kehidupan seseorang dan menjadi semakin penting dalam kehidupan seorang lansia. Aspek psikologis ini lebih menonjol daripada aspek materiil dalam kehidupan seorang lansia. Pada umumnya, lansia mengharapkan: panjang umur, semangat hidup, tetap berperan sosial, dihormati, mempertahankan hak dan hartanya, tetap berwibawa, kematian dalam ketenangan dan diterima di sisi-Nya, dan masuk surga. Keinginan untuk lebih dekat kepada Allah merupakan kebutuhan lansia. Proses menua yang tidak sesuai dengan harapan tersebut, dirasakan sebagai beban mental yang cukup berat. Aspek sosial yang terjadi pada individu lanjut usia, meliputi kematian pasangan hidupnya / teman-temannya, perubahan peran seorang ayah / ibu menjadi seorang kakek/nenek, perubahan dalam hubungan dengan anak karena sudah harus memerhitungkan anak sebagai individu dewasa yang dianggap sebagai teman untuk dimintai pendapat dan pertolongan, perubahan peran dari seorang pekerja menjadi pensiunan yang sebagian besar waktunya dihabiskan di rumah. Aspek ekonomi berkaitan dengan status sosial dan prestise. Dalam masyarakat sebagai seorang pensiunan, perubahan pendapatan karena hidupnya tergantung dari tunjangan pensiunan. Kondisi-kondisi khas yang berupa penurunan kemampuan ini akan memunculkan gejala umum pada individu lanjut usia, yaitu perasaan takut menjadi tua.

Pada umumnya, perubahan ini diawali ketika masa pensiun. Meskipun tujuan ideal pensiun adalah agar para lansia dapat menikmati hari tua atau jaminan hari tua, namun dalam kenyataannya sering diartikan sebaliknya, karena pensiun sering diartikan sebagai kehilangan penghasilan, kedudukan, jabatan, peran, kegiatan, status, dan harga diri. Reaksi setelah orang

memasuki masa pensiun lebih tergantung dari model kepribadiannya dan sangat tergantung pada sikap mental individu dalam menghadapi masa pensiun. Dalam kenyataan ada yang menerima, ada yang takut kehilangan, ada yang merasa senang memiliki jaminan hari tua dan ada juga yang seolah-olah pasrah terhadap pensiun. Pernyataan di atas menunjukkan bahwa aspek mental yang ada pada diri manusia adalah aspek-aspek yang dapat menentukan sifat dan karakteristik manusia itu sendiri. Perbuatan dan tingkah laku manusia sangat ditentukan oleh keadaan jiwanya yang merupakan motor penggerak suatu perbuatan. Oleh sebab itu aspek-aspek mental tersebut bisa manusia kendalikan melalui proses pendidikan.

Factor-faktor Yang Mempengaruhi Perubahan Mental 1. Perubahan fisik a. Sel : jumlah berkurang, ukuran membesar, cairan tubuh menurun, dan cairan interseluler menurun b. Kardiovaskuler : katup jantung menebal dan kaku, kemampuan memompa darah menurun (menurunnya kontraksi dan volume), elastisitas pembuluh darah menurun, serta meningkatnya retensi pembuluh darah perifer sehingga tekanan darah meningkat c. Persarafan : saraf pancaindera mengecil sehingga fungsinya menurun serta lambat dalam merespon dan waktu bereaksi khususnya yang berhubungan dengan stres. Berkurang atau hilangnya lapisan mielin akson, sehingga menyebabkan

berkurangnya respon motorik dan reflek d. Pendengaran : membran timpani atrofi sehingga terjadi gangguan pendengaran. Tulang-tulang pendengaran mengalami kekakuan. e. Penglihatan : respon terhadap sinar menurun, adaptasi terhadap gelap menurun, akomodasi menurun, lapang pandang menurun, katarak f. Belajar dan memori : kemampuan belajar masih ada tetapi relatif menurun. Memori menurun karena proses encoding menurun. g. Intelegensi : secara umum tidak berubah 2. Kesehatan umum Keadaan fisik lemah dan tidak berdaya sehingga harus bergantung pada orang lain. Terjadi banyak perubahan dalam penampilan lansia, seperti pada bagian kepala dengan rambut yang menipis dan berubah menjadi putih atau abu-abu, tubuh yang

membungkuk dan tampak mengecil, bagian persendian dengan pangkal tangan menjadi kendur dan terasa berat, sedangkan ujung tangan tampak mengerut. Selain itu, fungsi pancaindera terjadi perubahan seperti ada penurunan dalam kemampuan melihat objek, kehilangan kemampuan mendengar bunyi dengan nada yang sangat tinggi, penurunan sensitivitas papil-papil pengecap (terutama terhadap rasa manis dan asin), penciuman menjadi kurang tajam, dan kulit yang semakin kering dan mengeras menyebabkan indra peraba di kulit semakin peka. Pada kemampuan motorik, lansia mengalami penurunan kekuatan yang paling nyata, yaitu pada kelenturan otot-otot tangan bagian depan dan otot-otot yang menopang tegaknya tubuh, lansia pun cepat merasa lelah. Terdapat juga penurunan kecepatan dalam bergerak dan lansia cenderung menjadi kaku. Hal ini menyebabkan sesuatu yang dibawa dan dipegangnya tertumpah dan jatuh. 3. Lingkungan Berkaitan dengan lingkungan sekitar, seperti keluarga dan teman. Lansia tidak jarang merasa emptiness (kesendirian, kehampaan) ketika keluarganya tidak ada yang memperhatikannya. Selain itu, ketika ada lansia lainnya meninggal, maka muncul perasaan pada lansia kapan ia akan meninggal.

Masalah-masalah kesehatan mental pada usia lanjut : 1. Menurut wahyudi nugroho, dalam keperawatan gerontology, gangguan mental pada lansia sebagai berikut : a. Agresi b. Kemarahan c. Kecemasan d. Kekacauan mental e. Penolakan f. Ketergantungan g. Depresi h. Manipulasi i. Mengalami rasa sakit j. Kehilangan rasa sedih dan kecewa.

2. Menurut Anetta G.L. dalam gerontology nursing : a. Depresi Depresi adalah suatu perasaan sedih dan pesimis yang berhubungan dengan suatu penderitaan. Dapat berupa serangan yang ditujukan pada diri sendiri atau perasaan marah yang dalam. Pengkajian pada pasien depresi akan diperoleh data sebagai berikut : 1) Pandangan kosong 2) Kurang / hilangnya perhatian diri, orang lain/lingkungannya. 3) Inisiatif menurun. 4) Ketidakmampuan untuk berkonsentrasi. 5) Aktifitas menurun. 6) Kurang minat nafsu makan. 7) Mengeluh tidak enak badan dan kehilangan semangat, sedih atau cepat capek disepanjang waktu, mungkin susah tidaur disiang hari. b. Bunuh diri 1) Faktor resiko terjadinya bunuh diri pada usia lanjut : 2) Umur / usia yang terlalu tua (75 85 tahun) 3) Social ekonomi yang rendah 4) Laki-laki 5) Hidup sendiri 6) Sakit fisik 7) Nyeri kronis 8) Kematian pasangan 9) Kehilangan yang lain 10) Penyalahgunaan zat 11) Riwayat keluarga dengan bunuh diri 12) Ketakutan 13) Isolasi social 14) Gangguan tidur kronis 15) Depresi c. Paranoid Sering terjadi pada perempuan yang tidak diketahui sebabnya. Terjadi gangguan keseimbangan penglihatan dan pendengaran isolasi, tidak percaya, merasa tidak berdaya ketergantungan perawatan diri.

d. Kecemasan Adalah perasaan yang tidak menyenangkan atau ketakutan yang tidak jelas dan hebat. Ini terjadi reaksi terhadap suatu yang dialami oleh seseorang. Kemungkinan data yang diperoleh pada pengkajian : 1) Bicara cepat 2) Meremas-remas tangannya 3) Berulang-ulang bertanya 4) Tidak mampu berkonsentrasi atau tidak mengerti penjelasan-penjelasan 5) Tidak mampu menyimpan informasi-informasi yang diberikan 6) Gelisah 7) Keluhan-keluhan badan 8) Kedinginan dan telapak tangan lembab

Contoh Kasus Usianya sudah 81 tahun lebih, tetapi secara umum kondisi fisiknya masih baik. Badannya masih tampak bugar untuk ukuran seusianya. Walaupun, bila berjalan harus dituntun agar lebih seimbang secara umum fisiknya menunjukkan bahwa kakek ini masih cukup segar di usianya yang memasuki kepala delapan. Pemeriksaan fisik pun menyatakan demikian, jantung dan parunya masih dalam batas normal. Walaupun sudah lebih dari 20 tahun ini menggunakan antihipertensi, namun hal tersebut tidak mempengaruhi fungsi jantung dan pembuluh darahnya saat ini. Sayangnya tidak demikian dengan kondisi mental emosionalnya. Selain mengalami penurunan suasana perasaan dan kurangnya gairah hidup, pasien juga mengalami gangguan daya ingat yang nyata terlihat. Penurunan daya ingat sebenarnya sudah berlangsung lama, sekitar 5 tahun belakangan ini, namun semakin diperparah sejak pasien ditinggalkan oleh istrinya tercinta. Kondisi depresi memperparah gangguan kognitif yang dideritanya. Sudah sejak dua tahun belakangan ini, pasien menjadi salah satu pasien lansia yang saya rawat. Pengobatan dengan obat antidepresan dan antidemensia diberikan kepada pasien karena kondisi sakitnya saat ini. Anak pasien yang tinggal dengan pasien mengatakan pasien dibawa ke psikiater awalnya karena kondisi depresi yang nyata pasca kehilangan istri yang meninggal, namun belakangan gangguan kognitifnya pun semakin menjadi-jadi dan dirasakan perlu penanganan segera. Saat ini, kondisi gejala depresi sudah jauh membaik dan penurunan kognitif yang nyata sudah tidak tampak lagi. Depresi Pada Lansia Kecenderungan mengalami depresi meningkat sejalan bertambahnya usia. Kaum lansia merupakan salah satu kelompok orang yang rentan mengalami depresi sepanjang hidupnya. Sekitar 1-5% populasi lansia mengalami gangguan depresi. Angka ini bertambah besar sampai 13.5% pada lansia yang mengalami gangguan medis dan harus mendapatkan perawatan di rawat inap. Kondisi depresi pada pasien lansia banyak dihubungkan dengan kebugaran fisiknya. Orang lansia yang mengalami kondisi medis umum terkait dengan penyakit degeneratif (hipertensi,kencing manis,rematik) lebih rentan mengalami depresi dibandingkan yang tidak. Selain itu sindrom sarang burung kosong atau Empty Nest Syndrome (seringkali ditulis dengan pendekatan bahasa dan bunyi kata menjadi Emptiness Syndrome atau sindrom kesepian) akibat kehilangan anak atau keluarga yang biasanya mendampingi. Ini biasanya terjadi pada lansia yang ditinggalkan anaknya menikah atau pisah dari rumahnya selama ini. Gangguan depresi pada lansia bisa terjadi dengan berbagai gejala, paling banyak dilaporkan

adalah adanya gejala-gejala fisik. Insomnia atau sulit tidur, nyeri otot dan sendi, gangguan cemas dan kurang nafsu makan adalah gejala-gejala depresi yang sering timbul pada lansia. Gejala-gejala fisik ini akan menjadi sulit dibedakan dengan gejala fisik pada kondisi medis umum karena sering kali mirip dan merupakan bagian yang saling mempengaruhi. Untuk itulah, dokter yang merawat pasien lansia harus memahami betul konsep biopsikososial dan psikosomatik medis ketika menangani pasien lansia karena gejala-gejala gangguan kejiwaan tersering pada lansia seperti depresi bisa bermanifestasi dalam bentuk keluhan fisik. Pikun Itu Penyakit Gangguan kognitif seperti menurunnya daya ingat pada lansia sering dianggap hal yang biasa. Padahal penurunan kognitif termasuk daya ingat ini adalah suatu gangguan jiwa yang paling sering dialami, tetapi tidak dideteksi dan ditangani secara baik pada pasien-pasien lansia. Walaupun dianggap biasa, sebenarnya tidak semua lansia akan mengalami penurunan kognitif apalagi yang sampai dikategorikan mengalami demensia atau penyakit pikun. Kebanyakan masih berkisar di awal kemunduran yang disebut mild cognitive impairment (MCI) atau gangguan kognitif ringan. Penyakit pikun atau demensia sendiri jika terjadi penurunan yang sangat parah dari fungsi kognitif, bukan hanya fungsi mengingat tetapi fungsi daya pikir yang lain seperti kesuliltan dalam memutuskan sesuatu, melakukan sesuatu dalam urutan, atau adanya gangguan emosional dan perilaku terkait penyakit demensia. Kebanyakan pasien lansia yang mempunyai penyakit pikun datang ke psikiater karena mengalami gejala-gejala gangguan perilaku dan emosional. Mereka bisa mengalami halusinasi dan gangguan daya pikir, curiga kepada sekitar atau takut kalau ada orang-orang yang ingin berbuat jahat kepada dirinya. Sering kali mereka mengatakan ada orang-orang atau teman-temannya yang sudah meninggal dan datang mengunjungi pasien. Pada pemeriksaan status mental di klinik biasanya mereka sering kali mengulang-ngulang cerita atau bahkan diam sama sekali. Pasien yang mengalami kepikunan yang parah hidupnya sudah sangat tergantung dengan orang lain dan cenderung menjadi bayi dewasa. Tingkatkan Kualitas Hidup Lansia Sesuai dengan tema hari kesehatan jiwa sedunia 7 April untuk Indonesia tema yang diambil adalah Menuju Tua Sehat, Mandiri dan Produktif maka banyak hal-hal yang bisa kita persiapkan dari sekarang. Ada beberapa di antara kita yang 20-40 tahun ke depan akan masuk ke dalam kategori lansia dan persiapan ke arah sana sudah perlu disiapkan dari sekarang. Selain menjaga kesehatan fisik dan mental, kesiapan ekonomi dan produktivitas juga saat ini mungkin sudah perlu dipikirkan. Kita berharap kita bukan menjadi orang-orang lansia

pensiun yang jadi tergantung dengan anak-anak kita nanti walaupun secara budaya hal itu biasa terjadi di Indonesia. Semoga kita semua dapat mempersiapkan diri dari sekarang.

Kesimpulan Proses menua (aging) adalah proses alami yang disertai adanya penurunan kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama lain. Keadaan itu cenderung berpotensi menimbulkan masalah kesehatan secara umum maupun kesehatan jiwa secara khusus pada lansia. Setelah seseorang memasuki masa lansia, umumnya mulai dihinggapi adanya kondisi patologis (tidak sehat) berganda, misalnya: tenaga berkurang, energi menurun, kulit keriput, gigi makin rontok, tulang makin rapuh, dsb. Secara umum kondisi fisik yang sudah memasuki masa lansia mengalami penurunan secara berlipat ganda. Hal ini menimbulkan gangguan atau kelainan fungsi fisik, psikologis, maupun sosial, sehingga dapat menyebabkan suatu keadaan ketergantungan kepada orang lain. Dalam hal ini, agar dapat tetap menjaga kondisi fisik yang sehat, maka perlu menyelaraskan kebutuhan fisik dengan kondisi psikologis maupun sosial, sehingga mau tidak mau, perlu untuk mengurangi kegiatan yang bersifat mem-forsir fisiknya. Seorang lansia perlu mengatur cara hidupnya dengan baik, misalnya makan, tidur, istirahat, dan olah raga yang seimbang. Ada dua tahapan siklus hidup menurut Erickson, yaitu Integrity vs Despair (Integritas dan Kekecewaan). Kemudian, terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental : Perubahan fisik khususnya organ perasa. Kesehatan umum Tingkat pendidikan Hereditas Lingkungan Menurut wahyudi nugroho, dalam keperawatan gerontology, gangguan mental pada lansia, antara lain agresi, kemarahan, kecemasan, kekacauan mental, penolakan, ketergantungan, depresi, manipulasi, mengalami rasa sakit, kehilangan rasa sedih, dan kecewa.

DAFTAR PUSTAKA

http://nillabironxs.blogspot.com/2013/04/perubahan-fungsi-mental-pada-lansia.html http://radiefwisnu.blogspot.com/2013/04/kesehatan-mental-pada-lansia-lanjut-usia.html

You might also like