Professional Documents
Culture Documents
Macam-macam wayang di Surakarta seperti yang ada di bawah ini. Wayang Purwa, menurut cerita serat yang dibuat sejak Prabu Jayabaya narendra di Kadiri, masih berbentuk ron tal (daun tal), yang dibuat dan digambar dengan kalam, dimasukkan dalam kandaga (bokor besar). Setiap hari digunakan sang prabu untuk menceritakan kisah para leluhur pada zaman perang Baratayuda, para Pandawa melawan Kurawa, perang sesama saudara. Wayang Gedog, mengambil dari kata kedok (topeng), dipakai untuk menamai wayang yang dibuat oleh kanjeng Sunan Giri. Itu digunakan untuk menceritakan para ratu Jenggala sampai di negara Pajajaran habis. Wayang Madiya, dibuat oleh Kanjeng Gusti Mangkunagara IV di Surakarta, untuk menceritakan kisah para ratu setelah perang Baratayuda. Yaitu zaman Prabu Gendrayana sampai negara Jenggala habis. Wayang Klithik atau Wayang Krucil, klithik artinya kalotakan (mengeluarkan bunyi kayu beradu). Wayang
tersebut dibuat dari kayu krucil mempunyai arti kecil bentuknya, dibuat oleh Kanjeng Sunan Kudus,
jumlahnya hanya 70 buah untuk cerita lakon babad Pajajaran sampai Majapahit terakhir. Sunan Kudus juga membuat Wayang Golek, dibuat dari kayu diberi badan seperti manusia, jumlahnya juga hanya 70 buah. Kebanyakan di Cepu dan Bojonagoro dengan memakai cerita lakon menak babad tanah Arab, misalnya orang Agung Menak dan Marmaya dan seterusnya. Di Jawa Barat juga banyak wayang golek, tapi didandani seperti Wayang Orang (wayang orang), untuk cerita lakon zaman purwa. Dagelannya Petruk diganti namanya menjadi Cepot, kebanyakan terdapat di tanah Priyangan Bandung. Wayang Dupara, dibuat oleh Danuatmajan orang Solo. Sekarang wayang diambil di Museum
Radyapustaka juga di Solo. Itu wayang untuk cerita zaman para ratu di Demak sampai di Mataram habis. Wayang Jawa dibuat oleh Dutadiprajan juga orang Solo. Wayang itu juga untuk cerita babad Demak sampai Mataram habis, tapi juga dipakai untuk cerita lakon Menak babad negara Arab. Wayang Menak, dibuat oleh
bapak Trunadipa, ki dukun di kampung Baturana juga di Solo. Wayang itu hanya untuk cerita Menak anak sampai lakat habis. Wayangnya ada 350 buah. Wayang Kancil, dibuat oleh orang Tionghoa bernama: Bah Bo Liem, ketika tahun 1925. Wayang kancil digunakan untuk menceritakan kisah dongeng hewan. Itu baik bagi anak-anak untuk memberi pendidikan dengan cerita dongeng hewan. Kalau untuk orang tua dongengnya memakai cerita Kancil Krida Martana, isinya ilmu tentang hidup. Wayang kancil itu sangat bagus banyak leluconnya, itu kalau dalangnya bisa menjalankannya. Kalau dalangnya belum bisa, artinya belum pernah melihat dan mempelajari caracaranya lalu dipaksa saja memainkan dengan caranya sendiri, biasanya kelihatan tidak bagus karena
wayangnya tanpa tangan, kalau belum bisa akan kelihatan kaku. Wayang Perjuangan, dibuat oleh R.M. Sayid, pada tahun 1944, dinamakan wayang Sandiwara untuk cerita dongeng yang mengandung ajaran yang baik. Misalnya cerita dongeng Isin Ngaku Bapa (Malu mengaku Bapak) dan seterusnya. Setelah tahun 1945 lalu
diganti namanya menjadi wayang perjuangan untuk memperingati zaman perjuangan, zaman Proklamasi kemerdekaan negara kita Indonesia. Lalu dipakai untuk cerita babad Indonesia mulai zaman penjajahan Belanda 350 tahun, zaman Jepang 3 tahun, sampai sekarang. Sebagian ada yang menyebutnya Wayang Suluh karena bentuknya hampir sama, memang sangat mirip. Bedanya wayang Suluh itu yang memainkan hanya para pegawai jawatan penerangan saja karena hanya ditujukan untuk alat memberi penyuluhan kepada rakyat agar mengerti kejadian di dalam negara. Wayang kancil dan wayang perjuangan lalu dijadikan satu kotak, jumlahnya semua ada 200 buah. Oleh: Soetrisno R.