You are on page 1of 21

Kepmenkes RI no 900 thn 2007

Undang2 Kes no 23 tahun 1992 Undang2 Kes no 36 tahun 2009 PP no 23 tahun 1996 ttg tenaga kesehatan Pp ttg tenaga kerjaan Pp ttg perlindungan konsumen UU ttg perlindungan anak UU ttg Kekeranan anak dan perempuan

Kepmenkes RI no 369 tahun 2007 TTG STANDART PROFESI BIDAN PP/UU ttg: - Aborsi - Bayi Tabung - Adopsi

Teori dasar/prinsip2 etika mrpk penuntun utk membuat keputusan etis dalam praktek profesional (Fry,1991) Digunakan bila terjadi konflik antara prinsip2 atau aturan2

1. Teleologi: - Dari bhs yunani telos berarti akhir - Mrpk doktrin yg menjelaskan fenomena berdasarkan akibat yg dihasilkan atau konsekwensi yg dpt terjadi disebut dg ungkapan The end justifies the means yakni makna dr s/ tindakan ditentukan oleh hasil akhir - Menekankan hasil akhir dg kebaikan maksimal dan ketidakbaikan sekecil mungkin bg manusia

Teori Teleologi atau utilitarianisme: - Rule Utilitarianisme - Act Utilitarianisme Rule Utilitarianisme berprinsip bahwa manfaat atau nilai s/ tindakan tgtg pd sejauhmana tindakan tsb memberikan kebaikan atau kebahagiaan pd manusia Act Utilitarianisme - Bersifat lbh terbatas - Tdk melibatkan aturan umum ttp berupaya menjelaskan pd situasi ttt dg pertimbangan thd tindakan yg memberikan kebaikan sebanyak2nya atau ketidakbaikan sekecil2nya pd individu

2. Deontologi (Formalisme) - bhs yunani Deon berarti tugas - berprinsip pd aksi atau tindakan - benar salah bukan ditentukan oleh hasil akhir atau konsekwensi dr s/ tindakan melainkan oleh nilai moralnya -fokus pada tanggungjwb moral -Kant berpendapat hrs bersifat universal tdk boleh situasional - mengesampingkan pertimbangan

Ex 1 : Seorang bidan menolak membantu pelaksanaan aborsi krn keyakinan agamanya yg melarang tindakan membunuh Ex 2 : Seorang bidan yakin b/ pasien hrs diberitahu ttg apa yg sebenarnya terjadi walaupun kenyataan tsb sangat menyakitkan

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Dalam UU itu disebutkan, barang siapa yang mendukung, membiarkan, dan membantu terjadinya aborsi, terancam 15 tahun penjara.

UU Kes no 36 tahun 2009 Pasal 81 Setiap orang berhak : a. Menjalani kehidupan reproduksi dan kehidupan seksual yang sehat, aman, bebas dari paksaan dan/atau kekerasan dengan pasangannya yang sah. b. Menentukan kehidupan reproduksinya dan bebas dari diskriminasi, paksaan dan/atau kekerasan, yang menghormati nilai-nilai luhur yang tidak merendahkan martabat manusia sesuai dengan normanorma agama. c. Menentukan sendiri kapan dan berapa sering ingin berproduksi sehat secara medis serta tidak bertentangan dengan norma-norma agama. d. Memperoleh informasi, edukasi, dan konseling mengenai kesehatan reproduksi yang benar dan dapat dipertanggungjawabkan

Pasal 82 Pemerintah wajib menjamin ketersediaan sarana informasi dan sarana pelayanan kesehatan reproduksi yang aman, bermutu, dan terjangkau masyarakat, termasuk keluarga berencana. Pasal 84 (1) Setiap orang dilarang melakukan Aborsi. (2) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan:

a.

b.

Indikasi medis yang terbukti secara klinis mengancam nyawa Ibu dan/atau janin yang menderita penyakit genetik berat dan/atau cacat bawaan yang tidak dapat diperbaiki sehingga menyulitkan bayi tersebut hidup di luar kandungan dan harus mendapat ijin dari ibu dan ayah janin setelah diberikan penjelasan yang lengkap. Kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma psikologis bagi korban perkosaan yang direkomendasi dari lembaga atau Institusi atau ahli/tokoh agama setempat sesuai dengan norma-norma agama.

(3) Tindakan sebagaimana ayat (2) hanya dapat dilakukan setelah melalui konseling dan/atau penasehat pra tindakan dan diakhiri dengan konseling pasca tindakan yang dilakukan oleh konselor yang kompetan dan berwenang serta ditetapkan oleh panel ahli/tokoh agama setempat yang diangkat Menteri. (4) Ketentuan lebih lanjut ayat (1) ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan Peraturan Menteri.

Pasal 85 Tindakan sebagaimana dimaksud dalam Pasat 84 hanya dapat dilakukan: a. Sebelum kehamilan berumur 6 (enam) minggu dihitung dari haid pertama haid terakhir kecuali dalam hal kedaruratan medis; b. Oleh tenaga kesehatan yang memiliki keterampilan dan kewenangan yang memiliki sertifikat yang ditetapkan oleh menteri; c. Dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan; d. Dengan Izin suami kecuali korban perkosaan; dan e. Penyedia layanan kesehatan yang memenuhi syarat yang ditetapkan oleh menteri.

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) melarang keras dilakukannya aborsi dengan alasan apapun sebagaimana diatur dalam pasal 283, 299 serta pasal 346 - 349. Bahkan pasal 299 intinya mengancam hukuman pidana penjara maksimal empat tahun kepada seseorang yang memberi harapan kepada seorang perempuan bahwa kandungannya dapat digugurkan.

Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) Arist Merdeka Sirait menegaskan, aparat kepolisian harus menghukum berat pelaku aborsi. Ia menilai tindakan tersebut sama dengan tindak penghilangan nyawa orang lain atau membunuh.

APA SAJA PELANGGARAN ETIK DAN HUKUM?

ISSUE PRAKTIK
Nursalam-08

Nursalam-08

You might also like