You are on page 1of 8

BAB II KONFIGURASI LAPANGAN TERBANG

2.1. Konfigurasi
Konfigurasi Lapangan Terbang adalah jumlah dan arah dari landasan serta pnenmpatan bangunan terminal termasuk lapangan parkirnya yang berkaitan dengan landasan itu. Jumlah landasan tergantung pada volume lalu lintas dan orientasi landasan tergantung arah angin dominan yang bertiup, tetapi kadang-kadang juga luas tanah yang tersedia berpengaruh bagi pengembangan berikutnya. Bangunan terminal ditempatkan sedemikian rupa sehingga penumpang mudah dan cepat mencapai landasan.

2.2.

Landasan Pacu
Pada dasarnya landasan dan penghubungnya Taxiway diatur sedemikian

rupa sehingga : a. b. Memenuhi persyaratan Separation pemisahan lalu lintas udara. Gangguan operasi satu pesawat dengan lainnya,serta penundaan didalam pendaratan,Taxiway serta lepas landas miniml. c. Pembuatan Taxiway dari bangunan terminal menuju ujung landasan untuk lepas landas dipilih yang paling pendek. d. Pembuatan Taxiway memenuhi kebutuhan hingga pendaratan pesawat dapat secepatnya mencapai bangunan terminal. Pada lapangan terbang yang sibuk , dibuat area Holding atau Apron Run Up berbatasan dengan ujung landasan untuk siap lepas landas (Holding Bay). Apron ini direncanakan untuk melayani tiga sampai empat pesawat dari urutan terbesar yang diramalkan akan mendarat dilapangan terbang ini, dengan jalan yang cukup lebarnya bagi pesawat lain yang melintas.

2.3.

Taxiway
Fungsi utama Taxiway adalah sebagai jalan keluar masuk pesawat dari

landasan pacu kebangunan terminal dan sebaliknya atau dari landasan pacu ke hanggar pemeliharaan. Taxiway diatur sedemikian rupa agar pesawat yang baru mendarat, tidak mengganggu peswat lain yang sedang melewati taxiway, siap menuju ujung lepas landas. Dipelabuhan udara yang sibuk dimana lalu lintas pesawat taxiway diperkirakan bergerak sama banyak dari dua arah, harus dibuat paralel taxiway tehadap landasan untuk taxi satu arah, rutenya dipilih jarak terpendek dari bangunan terminal menuju landasan yang dipakai untuk awal lepas landas. Dilihat dari segi pendaratan, pembuatan taxiway harus bisa dipakai oleh pesawat secepatnya keluar landasan, sehingga landasan bisa dipakai mendarat oleh pesaat lain tanpa menunggu lama. Taxiway ini disebut Exit Taxiway atau Turn Off. Hindari sejauh mungkin membuat taxiway dengan rute melintasi landasan aktif selama lalu lintas puncak, yaitu ketika pesawat yang harus dilayani landasan berkesinambungan (continous) kapasitas landasan tergantung sepenuhnya kepada seberapa cepat pesawat mendarat dapat dikeluarkan dari landasan. Hal ini memudahkan mengatur lalu linta udara (PLLU) atau Air Traffic Controll (ATC) memberijarak yng lebih dekat satu pesawat kepada pesawat yang lain, sehingga kapasitas landasan meningkat, atau dalam pemanfaatan waktu pesawat yang akan lepas landas bisa ditempatkan diantara dua pesawat yang berurutan akan mendarat.

2.4.

Konfigurasi Landas Pacu


Banyak konfigurasi landas pacu, sebagian konfigurasi adalah kombinasi

dari konfigurasi dasar. Konfigurasi dasar adalah :

2.4.1. Landasan Tunggal Adalah konfigurasi paling sederhana, sebagian besar lapangan terbang di Indonesia adalah landasan tunggal, dapat dilihat pada gambar 3-1.a. Telah diadakan perhitungan bahwa kapasitas landasan tunggal dalam kondisi Visuil Flight Rule (VFR) antara 45-100 gerakan tiap jam, sedangkan dalam kondisi Instrumen Flight Rule (IFR) kpasitasnya berkurang 45-50 gerakan tergantung kepada komposisi campuran dan tersedianya alat bantu navigasi.

2.4.2. Landasan Paralel Kapasitas landasan sejajar terutama tergantung kepada jumlah landasan dan pemisahan/penjarakan antara dua landasan. Yang biasa adalah dua landasan sejajar (Cengkareng) atau empat landasan sejajar Jarang ada landasan sejajar tiga, sampai saat ini belum ada landasan sejajar lebih dari empat, tampaknya orang juga tidak akan membangun landasan sejajar

lima atau enam karena membutuhkan tanah yang luas dan dengan landasan sejajar empat orang masih bisa mengatur lalu lintas udara betapapun sibuknya. Di lain pihak bila ada lima atau enam landasan sejajar, pengaturan lalu lintas udara akan semakin rumit serta ruang udara yang diperlukan untuk Holding sangat luas. Jarak antara dua landasan sejajar sangat bermacam-macam. Penjarakan landasan dibagi menjadi tiga : a. Berdekatan (Cloos) Landasan sejajar berdekatan (Cloos) mempunyai jarak sumbu ke sumbu 700 ft = 213 m (untuk lapangan terbang transport). Minimum ampai 3500 ft = 1067 m. dalam kondisi IFR operasi penerbangan pada satu landasan lain. b. Menengah (Intermediate) Landasan sejajar menengah dipisahkan dengan jarak 3500 ft = 1067 m sampai 5000 ft = 1524 m. Dalam kondisi IFR kedatangan pada satu landasan tidak tergantung kepada keberangkatan pada landasan lain. c. Jauh (Far) Landasan sejajar jauh dipisahkan dengan jarak 4300 ft = 1310 m atau lebih. Dalam kondisi IFR dua landasan dapat di operasikan tanpa tergantung satu sama lain untuk kedatangan / keberangkatan. Dengan kemajuan teknologi, dimasa depan pemisahan untuk operasi bersama penerbangan pada landasan sejajar dapat dikurangi. Apalagi bangunan terminal ditempatkan diantara dua landasan sejajar, landasan dipisahkan jauh sehingga tersedia ruang untuk bangunan apron di depan terminal dan taxiway penghubung. Untuk landasan sejajar empat,pasanganpasangan dibuat cloos (berdekatan). Dari dua pasangan yang cloos dipisahkan jauh (Far) untuk menempatkan bangunan terminal diantaranya. Kapasitas landasan setiap jam nya dari pemisahan cloos,intermediate dan far dapat bervariasi dari 100 gerakan pesawat sampai 200 gerakan dalam kondisi VFR, tergantung kepada komposisi campuran pesawat general aviation.

Pemisahan/penjarakan tidak mepengaruhi kapasitas dalam penerbangan kondisi VFR, kecuali kalau ada pesawat-pesawat besar. Keterangan mengenai ini bisa dibaca dalam bab peraturan tentang lalu lintas udara pada terbitan ICAO Annex 11 Air Traffic Service. Dalam kondisi penerbangan IFR kapasitas landasan sejajar dengan pemisahan cloos bervariasi antara 50-60 gerakan tiap jam, tergantung kepada komposisi pesawat campuran ; untuk pemisahan Intermediated kapasitasnya 75-80 gerakan per jam, dan pemisahan jauh variasi antara 85-105 gerakan tiap jam. Pada suatu saat karena alasan tertentu, mungkin kita perlu mengadakan pergeseran threshold landasan sejajar, sehingga ujung landasan tidak pada satu garis. Alasan pergeseran bias bermacam-macam, antara lain bentuk tanah yang tersedia untuk membangun landasan atau tempat untuk memperkecil jarak taxi ke pesawat mendarat dan lepas landas. Usaha memperpendek jarak taxi di dasarkan pada penalaran bahwa suatu landasan yang di pakai semata-mata hanya untuk lepas landas dan yang lain untuk pendaratan. Dalam keadaan ini, maka bangunan terminal ditempatkan sehingga jarak taxi untuk masing-masing tipe operasi (mendarat atau lepas landas) adalah minimal.

Landasan dua jalur terdiri dari dua landasan yang sejajar di pisahkan berdekatan (700 ft -2.2499 ft) dengan exit taxiway secukupnya. Walaupun kedua landasan dapat di pakai untuk operasi penerbangan campuran, tetapi di inginkan operasi diaturnya, landasan terdekat dengan terminal untuk keberangkatan pesawat. Di perhitungkan bahwa landasan dua jalur dapat melayani 70% lalu lintas lebih banyak daripada landasan tunggal dalam kondisi VFR dan sekitar 60% lebih banyak lalu lintas pesawat dari pada landasan tunggal dalam kondisi IFR. Di dapat kenyataan bahwa kapasitas landasan untuk pendaratan dan lepas landas tidak begitu peka terhadap pemisahan sumbu landasan antara dua landasan bila pemisah antara 1000-2.499 ft. Maka di anjurkan untuk memisahkan dua landasan dengan jarak tidak kurang dari 1000 ft, bila di situ akan di pakai untuk melayani pesawat-pesawat komersil. Dengan jarak ini di mungkinkan pemberhentian pesawat di taxiway antara dua landasan tanpa menggagu operasi gerakan pesawat di landasan.Untuk memperlancar bias juga di bangun taxiway sejajar, namun tidak terlalu pokok. Keuntungan utama dari landasan dua jalur adalah dapat meningkatkan kapasitas dalam kondisi IFR menambah luas tanah.

2.4.3 Landasan bersilangan


Banyak lapangan terbang diluar negeri mempunyai dua atau tiga landasan dengan arah (direction) berlainan, berpotongan satu dengan yang lain, landasan demikian mempunyai patron persilangan. Landasan persilangan di perlukan jika

angin yang bertiup keras lebih dari satu arah, yang akan menghasilkan tiupan angin. Pada suatu saat angin bertiup kencang satu arah maka hanya satu landasan dari dua landasan yang bersilangan yang di gunakan, ini memang mengurangi kapasitas , tetapi lebih baik daripada pesawat tidak bisa mendarat di situ. Bila angin bertiup lemah (kurang dari 20 knots atau 13 knots) maka kedua landasan bisa di pakai bersama-sama. Kapasitas dua landasan yang bersilangan tergantung sepenuhnya di bagian mana landasan itu bersilangan (di tengah, di ujung) serta cara operasi penerbangan yaitu strategi dari pendaratan dan lepas landas. Kapasitas terbesar di peroleh bila persilangan sedekat mungkin kepada ujung awal lepas landas dan threshold pendaratan. Sejauh ini di harapkan perancang menghindari perencanaan landasan persilangan.

2.4.4 Landasan terbuka V


Landasan dengan arah divergen, tetapi tidak saling berpotongan di sebut landasan V terbuka. Konfigurasi dapat di lihat pada gambar 3.1h, seperti halnya pada landasan bersilangan, landasan V terbuka di bentuk karena arah angin keras dari banyak arah, sehingga harus membuat landasan dengan dua arah. Ketika angin bertiup kencang dari satu arah, maka landasan bisa di operasikan satu arah saja, sedangkan pada keadaan angin bertiup lembut kedua landasan dapat di guakan secara bersama-sama. Strategi yang menghasilkan kapasitas terbesar bila operasi penerbangan divergen dalam IFR kapasitasnya antara 60-70 gerakan per jam, tergantung

kepada campuran pesawat dalam VFR kapasitasnya 80-200 gerakan per jam. Bila operasi mengarah konvargen kapasitasnya sangat berkurang menjadi 50-60 gerakan per jam dalam IFR dan 50-100 gerakan per jam dalam VFR.

You might also like