You are on page 1of 16

PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM PENGUKURAN KINERJA DENGAN METODE INTEGRATED PERFORMANCE MEASUREMENT SYSTEM

1. LATAR BELAKANG MASALAH Pesatnya kemajuan dan persaingan antar pendidikan, maka kebutuhan akan pendidikan menjadi sangat penting. Sehubungan dengan hal ini, maka peran dari pendidikan Sekolah Menengah Pertama sangat penting untuk mencetak para lulusan yang baik dan handal. Para lulusan SMP akan melajutkan pendidikan ke SMA, SMK atau kesekolah lainnya. Atas dasar itulah maka SMP Muhammadiyah ingin mengembangkan pengetahuan di bidang pendidikan yang mencetak lulusan atau outputnya yang siap menjadi siswa yang dibutuhkan oleh sekolah lanjutan mereka nantinya. Sejak tahun 1980, kualitas merupakan dimensi persaingan yang sangat penting. Dalam persaingan bisnis saat ini, mutu telah bergeser kedudukannya dari suatu keunggulan strategis menjadi suatu kebutuhan. maka SMP Muhammadiyah merupakan suatu institusi yang memfokuskan kegiatannya pada pendidikan yang akan mencetak para lulusan yang berkualifikasi tinggi. Seiring dengan semakin kompetitifnya persaingan di dunia pendidikan, maka pihak maka SMP Muhammadiyah ingin mengetahui dan menganalisa kinerja institusi tersebut agar dapat meningkatkan kualitas secara terus-menerus (c ontinuous improvement). Salah satu tools atau metode yang bisa digunakan sebagai alat untuk mengukur kinerja perusahaan tetapi juga menerjemahkan visi dan strategi perusahaan menjadi aksi adalah Integrated Performance Measurement System memberi perhatian pada aplifikasi, trunsduction, dan attenuation dari tujuan yang ingin dicapai sekolah. SMP Muhammadiyah belum pernah melakukan pengukuran kinerja secara terintegrasi. Selama ini untuk mengetahui apakah kinerja yang dilakukan sekolah sudah baik atau belum maka pengukuran kinerja dilakukan terhadap sekolah tersebut.

Adapun sistem pengukuran kinerja pada saat ini masih bersifat tradisional dimana kinerja diukur berdasarkan sistem manajemen yang mana hasilnya lebih terfokus pada indikator kinerja terpenting di SMP Muhammadiyah, pengukuran kinerja diukur berdasarkan beberapa faktor yaitu : Sumber Daya Manusia, Proses pengajaran. Reference model dari IPMS dikembangkan dengan melihat dua sisi dari sistem pengukuran kinerja yaitu: Integrity dan deploiment. Struktur dari reference model terdiri dari 4 level yaitu: Business (corporate), business units, business process, dan activitiess. Pada setiap level tediri dari 5 faktor kunci yang perlu dipertimbangankan yaitu: stakeholders, control criteria, external measures, improvment objectives dan internal measures. Reference model dari IPMS memberi perhatian pada aplifikasi, trunsduction, dan attenuation dari tujuan yang hendak dilakukan untuk level yang ada. 2. TUJUAN PENELITIAN Tujuan penelitian ini adalah : 1. Menentukan indikator kinerja di SMP Muhammadiyah yang sesuai dengan objective dan stakeholder requirement. 2. Mengukur bobot (KPI) sesuai dengan indikator yang telah di tentukan berdasarkan objective dan stakeholder requirement. 3. PENGERTIAN SISTEM PENGUKURAN KINERJA Untuk memahami pengertian dari sistem pengukuran kinerja, maka terdapat beberapa defenisi yang perlu dipahami yaitu ukuran kinerja, manajemen kinerja, dan sistem. Ukuran kinerja adalah matrik yang digunakan untuk mengkuantifikasi efisiensi dan atau efektifitas dari aktivitas Neely et all, 1995 dalam Umitt S.Bititci. Menurut Robin Wood (2000) dalam Vadim Kotelnikov(2005) ada beberapa bentuk ukuran kinerja yang digunakan untuk mengelola kinerja bisnis yaitu : 1. Ukuran strategis, ukuran ini meliputi :

Market attractiveness : Struktur industri, pertumbuhan, konsentrasi, inovasi, kekuatan pelangan, dan kompleksitas logistik. Kekuatan kompetitif : Ukuran relatif dari market share, ukuran relatif kualitas, kekayaan intelektual, dan jumlah pelanggan.

2. Ukuran organisasi : Meliputi budaya, insentive, pelatihan dan pengembangan struktur, tujuan, dan proses. 3. Ukuran profesional : Meliputi kepuasan pelangan, produk dan jasa baik, utilitas kapasitas, intensitas modal, prokdutifitas dan outsourcing. Pengertian pengukuran kinerja menurut Umitt S. Bititci (1997) adalah proses menggunakan ukuran kinerja yang merefleksikan tujuan dari ukuran yang dijabarkan. Dari pengertian ukuran kinerja dan pengukuran kinerja dapat disimpulkan bahwa sistem pengukuran kinerja adalah satu set ukuran kinerja yang terstruktur dan proses yang tergabung yang mendefenisikan bagaimana manajemen menggunakan ukuran kinerja untuk mengelola kinerja organisasi pengukuran kinerja dikatakan sebagai sebuah sistem yang menggambarkan : 1. Sistem pengukuran kinerja terdiri dari sejumlah ukuran. 2. Ukuran ini tidak saja secara mutlak, tetapi berhubungan satu dengan yang lain secara langsung atau tidak langsung, juga saling interpenden. 3. Adanya struktur dari ukuran tersebut. 4. Sistem tersebut dinamis. Karena perubahan lingkungan internal dan eksternal pada saat yang sama prioritas relatif dari pada sistem mungkin berubah, beberapa ukuran dapat menjadi irrelevant dan beberapa ukuran baru dapat ditambah kedalam sistem. 5. Adanya proses dimana ukuran itu digunakan untuk mengatur kinerja organisasi. Menurut Vadim Kotelnikov (2005) keefektifan sistem pengukuran kinerja dapat dilihat dari : 1. Strategic aligment : Merupakan satu set ukuran unik yang mengkomunikasikan strategic direction, goals dan objectives.

2. Efektivitas (doing right things), keseimbangan dari : a. b. c. Ukuran kinerja finansial dan non finansial. Ukuran internal dan eksternal. Pencapaian ukuran masa lalu dan ukuran yang membantu bentuk masa depan. 3. Efisiensi (doing thing right) : Kekonsistensi dari satu set ukuran yang menciptakan perusahaan serta menjadi dasar untuk mengukur kemajuan atau sebagai perbandingan. 4. Learning-oriented : Mekanisme untuk mereview dan mempelajari dari informasi ukuran. 5. Action-oriented : mekanisme yang membangkitkan tindakan dari hasil ukuran. Tujuan dalam mengimplementasikan sistem pengukuran kinerja adalah memperbaiki kinerja organisasi. Menurut Vadim Kotelnikov (2005) tujuan dari sistem pengukuran kinerja ini adalah If you can get your performance measurement right, the data you generate will tell you where you are,how you are doing, and where are you doing. Dalam melakukan pengukuran kinerja adalah penting untuk dipahami bahwa semua orang yang terlibat memiliki pengertian yang sama terhadap istilah, parameter yang digunakan. Berikut ini istilah dalam pengukuran kinerja [Departement of energy USA, 1996] : Performance objective Sebuah pernyataan mengenai outcome yang diinginkan sebuah organisasi atau aktivitas. Performance measures Sebuah karakteristik kualitatif atau kuantitatif dari kinerja. Performance expectation Level target yang diinginkan kinerja untuk setiap pengukuran. Performance result Kondisi aktual level kinerja untuk setiap pengukuran.

4. KONSEP DASAR IPMS Reference Model Reference model dari IPMS dikembangkan dengan melihat dua sisi dari sistem pengukuran kinerja yaitu: Integrity dan deploiment. Struktur dari reference model terdiri dari 4 level yaitu: Business (corporate), business units, business process, dan activitiess. Struktur model Integrated Performance Measurement System dapat digambarkan pada gambar dibawah ini :

Gambar Struktur Model IPMS

Pada setiap level tediri dari 5 faktor kunci yang perlu dipertimbangankan yaitu: stakeholders, control criteria, external measures, improvment objectives dan internal measures. Reference model dari IPMS memberi perhatian pada aplifikasi, trunsduction, dan attenuation dari tujuan yang hendak dilakukan untuk level yang ada. Reference model dari IPMS menggunakan struktur untuk mengintegrasikan tujuan yang ingin dicapai perusahaan. Berikut ini beberapa konsep dasar yang harus

dilakukan dan dimiliki pada manajer perusahaan yang hendak menggunakan model IPMS ini yaitu: Kebijakan pengembangan (policy deployment) Pengembangan yang perlu dilakukan oleh organisasi agar tujuan yang diinginkan oleh stakeholder-nya (pemegang saham, konsumen, karyawan, supplier dan stakeholder lainnya) dapat tercapai sesuai dengan waktunya. Kriteria kompetitif (competitive criteria) dan Benchmarking Definisi dari faktor kunci kompetisi dan posisi dari bisnis dan unit bisnis dengan lingkungan kompetisi yang ada perlu diketahui oleh organisasi. Upaya yang sering dilakukan adalah Benchmarking dengan para kompetitor yang lebih baik tentunya. Identifikasi order winner criteria dan order qualifier criteria pada bisnisnya adalah aktivitas yang penting. Orientasi Proses (process orientation) Fokus pada proses bisnis kunci untuk mengatur kinerja bisnis perusahaan. Tidak semua proses bisnis bisa dilakukan perusahaan dengan yang terbaik. Oleh karena itu, penting bagi perusahaan memilih proses kunci yang didasarkan atas order winner criteria, apa yang dimiliki perusahaan dibanding para kompetitornya. Perencanaan Normatif (normative planning) Metodologi pengukuran yang membedakan antara aktualitas, kapabilitas, dan potensi yang dimiliki perusahaan. Tidak hanya berorientasi pada hasil tetapi juga indikator kinerja yang dipilih juga didasarkan atas kapabilitas dan potensi yang dimiliki perusahaan. Monitoring aktif (active monitoring) Menggunakan pengukuran kinerja aktif dibanding dengan pengukuran kinerja reaktif. Keaktifan dalam melakukan pengukuran kinerja penting karena problem-problem dini di perusahaan segera dapat dipantau dan segera dilakukan perbaikan agar kinerja perusahaan semakin meningkat.

Audit Method dari IPMS Setelah pihak manajer perusahaan mampu mendefinisikan karakteristik kunci dari IPMS berupa Integrity dan deployment pihak manajer perlu melakukan audit Integrity dan deployment dari sistem pengukuran kinerja yang telah didefinisikan pada reference model. Proses audit tediri dari tiga phase yaitu: pengumpulan data, audit integrity dan audit deployment. Phase pengumpulan data dilakukan untuk mengumpulkan informasi-informasi dari proses kinerja manajemen dari bisnis perusahaan yang dijalankan. Informasi penting yang harus dikumpulkan adalah: Identifikasi unit bisnis (Business Units) dari keseluruhan bisnis perusahaan. Kebutuhan pasar yang disyaratkan dan apa perbedaan atau keunggulan yang dimiliki masing-masing unit bisnis perusahaan. Mengembangkan rencana atau tujuan dari bisnis perusahaan. Pengukuran kinerja digunakan dan dilakukan review dengan pihak manajemen terutama berkaitan dengan strategi perusahaan. Pengukuran kinerja digunakan dan dilakukan review dengan beberapa fungsi di perusahaan seperti fungsi operasional, pemasaran, dan lainnya. Tujuan personal dan bagaimana skema insentif yang diberikan atas keberhasilan mencapai kinerja untuk eksekutif, manajer, supervisor dan karyawan perusahaan. Mereview, melaporkan dan bertanggung jawab terhadap kinerja dengan menggunakan beberapa level yang ada di perusahaan. Hasil dari data yang ada perlu dilakukan analisa untuk mendapatkan audit integrity dan deplyiment secara berturut-turut.

Elemen pada Unit Bisnis Sering kali, perancangan sistem pengukuran kinerja hanya dilakukan pada satu perusahaan satu unit bisnis saja. Hal ini menyebabkan beberapa fase yang seharusnya dilakukan (seperti reference model dan audit method) tidak lagi dipakai. Dari pengalaman terbaik (best practice) industri yang sama langsung dilakukan perancangan pengukuran kinerjanya berupa empat level yang diidentifikasi menjadi metrik yang bisa diukur yang dikenal dengan istilah indikator kinerja kunci ( Key Performance Indicator). Indikator kinerja kunci ini ditentukan berdasarkan dari stakeholder requirement, external monitor dan objectives. Proses perancangan sistem pengukuran kinerja berlangsung secara top-down dari level bisnis sampai kelevel aktivitas. Adapun setiap elemen akan dapat dijelaskan sebagai berikut dibawah ini: Stakeholder Requirement Dalam setiap level bisnis suatu perusahaan, para manajer-nya harus mengetahui siapa saja stakeholder-nya atau pihak-pihak yang berkepentingan pada bisnis perusahaan tersebut. Selanjutnya setelah stakeholder diketahui, maka perlu dilakukan identifikasi permintaan dari setiap stakeholder terhadap bisnis perusahaan tersebut. Langkah ini dikenal dengan upaya mengidentifikasi stakeholder requitment. Stakeholder disebuah perusahaan bisnis dapat meliputi: pemegang saham atau pemilik bisnis, sosial, lingkungan, pegawai atau karyawan, pemerintah atau instansi lain dan lainnya. External Monitor Dalam setiap level harus selalu ada eksternal monitor dilakuka agar perusahaan dapat mengetahui posisi perusahaan terhadap para pesaingnya dan perusahaan dunia lainnya yang sejenis. Mengetahui pesaing dan mengetahui perusahaan kelas dunia juga akan dapat membantu perusahaan

mengetahui perkembangan kebutuhan dari bisnis-nya. Posisi persaingan dengan para pesaing dapat ditunjukan dengan pemahaman dan kejelasan dari permintaan stakeholder. Objectives Penyusunan tujuan (objective) perusahaan harus didasarkan pada keterlibatan dan kekritisan pada pekembangan kebutuhan bersama dari stakeholder dengan target dan skala waktu yang tepat. Dengan menggunakan cause and effect tool seperti RONA atau ROI trees dapat memberikan keterangan bahwa tujuan diperoleh melalui analisa yang akurat. Tujuan perusahaan seharusnya juga didasarkan pada pemikiran dari sejumlah issue berdasarkan: Permintaan stakeholder. Competitive gaps dan rencana pesaing. Praktek dan kinerja bisnis kelas dunia. Tingkat kinerja dimana bisnis perusahaan mampu mencapainya dengan berbagai batasan yang ada (target realistis). Tingkat kinerja dimana bisnis perusahaan memiliki kemampuan untuk mencapainya dengan menghilangkan batasanbatasan tersebut (target potensial). Measures Suatu bisnis perusahaan seharusnya memiliki indikator-indikator kinerja yang benar-benar menunjukkan tingkat kinerja bisnis perusahaan yang telah dicapainya, serta mampu menunjukkan seberapa berhasil pencapaian tujuan pada tiap level perusahaan. Indikator kinerja untuk masing-masing bisnis berbeda. Oleh sebab itu diperlukan kejelian dan pemahaman yang baik dari bisnis agar didapatkan indikator kinerja yang benar dan tepat. Model Integrated Performance Measurement System (IPMS) ini merupakan model - model sistem pengukuran kinerja yang dikembangkan oleh Centre for

Strategic Manufacturing pada University of Strathclyde, model ini menggambarkan struktur dan komponen pilihan yang robust, terintegrasi, efisien, dan efektif sebagai salah satu model sistem pengukuran kinerja baru. Model IPMS dikontruksikan berdasarkan praktek-praktek industri terbaik masa lalu dan sekarang. Starting point dari model ini berbeda dengan model Balanced Scorecard yaitu diawali dari stakeholder requirment bukan dari strategi. Keunggulan dari model ini adalah bila perusahaan tidak memiliki strategi makanya model ini dapat digunakan berdasarkan keinginan stakeholder-nya. 5. PERANCANGAN SISTEM SECARA UMUM Dalam perancangan sistem yang lebih baik perlu dipahami terlebih dahulu sistem yang ada (sedang berjalan) serta segala permasalahan yang terdapat didalamnya dan mengidentifikasi kebutuhan dari penggunaan sistem. Berdasarkan uraian sebelumnya, maka dibuat suatu rancangan sistem pengukuran kinerja yang disesuaikan dengan kondisi sekolah dengan merancang suatu sistem pengukuran kinerja yang teritegrasi dengan menggunakan metode IPMS yang dibutuhkan stakeholder, sehingga akan dapat dilakukan suatu penilaian atas keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan kegiatan/program yang telah dilaksanakan sesuai dengan sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan. Perancangan sistem ini dibuat dengan mempertimbangkan analisis terhadap sistem yang telah dilakukan. 6. LANGKAH-LANGKAH PERANCANGAN Pada setiap level sistem pengukuran kinerja dengan Metode IPMS ini, memiliki beberapa elemen yang mengidentifikasikan key performance indicator yaitu Mengidentifikasi siapa stakeholder Identifikasi Stakeholder Requirement & Satisfaction (kebutuhan dan keiinginan pihak-pihak yang berkepentingan)

Stakeholder Contribution (kontribusi apa yang harus diberikan oleh stakeholder untuk mencapai kepuasan)

7. IDENTIFIKASI STAKEHOLDER REQUIREMENT Starting point dalam model Integrated Performance Measuement Systems adalah mengidentifikasi stakeholder requirement terhadap organisasi. Namun terlebih dahulu adalah mengidentifikasi stakeholder terhadap SMP Muhammadiyah yaitu antara lain : 1. Kepala sekolah 2. Wakil kepala sekolah 3. Majelis guru 4. Karyawan 5. Wali kelas 6. Siswa Dari enam stakeholder diatas yang terlibat secara langsung dalam proses bisnis pada level organisasi SMP Muhammadiyah dilakukanlah identifikasi terhadap requirement mereka. Adapun cara memperoleh stakeholder requirement adalah dengan cara wawancara secara langsung dengan para stakeholder, dimana dari wawancara tersebut diperolehlah beberapa requirement yang nantinya akan diterjemahkan menjadi beberapa objective. 8. PENETAPAN OBJECTIVES (TUJUAN) Setelah mengidentifikasi stakeholder requirement dalam penelitian ini selanjutnya akan ditetapkan objectives (tujuan) dari requirement (keinginan) dari para stakeholder yang diperoleh melalui cara diskusi dan melakukan perumusan secara teliti oleh tim perancang sistem pengukuran kinerja yang dicocokkan dengan data requirement yang telah dikumpulkan.

9. IDENTIFIKAS UKURAN KINERJA (KEY PERFORMANCE INDICATORS) KPI (Key performance Indicators) merupakan indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat pencapaian objectives (tujuan). Indikator-indikator yang didapatkan dari hasil stakeholder requirement serta objectives-nya yang pada umumnya bersifat psedo measures (indikator bayangan) dimana indikator ini tidak secara langsung dapat mengukur pencapaian suatu tujuan. Maka dari itu langkah selanjutnya adalah dengan mengidentifikasi KPI pada tabel 1 berikut secara lengkap dimuat stakeholder requirement, objectives, serta KPI nya.

Tabel 1 : Daftar Stakeholder, Requirement, Objectives, dan KPI Stakeholder Requirement Objectives Kepala sekolah Kedisiplinan siswa meningkat Untuk mengetahui persentase kehadiran siswa dalam pertemuan untuk pbm Kedisiplinan guru meningkat Peningkatan kuantitas mengajar guru Untuk mengetahui persentase kehadiran guru setiap proses belajar mengajar Nilai hasil ujian akhir siswa Untuk meningkatkan nilai siswa meningkat

KPI
1. Persentase kehadiran siswa dalam pertemuan

(KPI 1)
2. Jumlah penambahan guru selama tahun 2009-

2010 (KPI 2)
3. Rata-rata kehadiran guru/absensi (KPI 3) 4. Persentase nilai ujian diatas rata-rata (KPI 4) 5. Persentase ujian dibawah rata-rata (KPI 5)

Adanya guru berpendidikan lanjut Peningkatan kualitas mengajar guru dalam 6. Rasio guru berpendidikan lanjut (KPI 6) 7. Rasio guru yang mendapatkan beasiswa (KPI 7) meningkatkan kualitas siswa Kompetensi lulusan meningkat Agar siswa mampu bersaing dengan siswa 8. Persentase siswa yang dietrima di SLTA negeri (KPI 8) lainya untuk masuk SLTA negeri

Program yang telah di rencanakan Untuk mengetahui persentase program yang di 9. Persentase program yang terlaksana dengan baik (KPI 9) berjalan dengan baik rencanakan terlaksana dengan baik Wakil kepala sekolah Kedisiplinan berjalan lancar Untuk kelancaran dalam peningkatan mutu 10. Persentase siswa yang melanggar peraturan (KPI 10) (siswa dan guru) sekolah 11. Persentase pendapatan tambahan yang didapat Meningkatkan kesejahteraan guru Untuk meningkat kan kinerja guru selain gaji (KPI 11) Ada nya fasilitas pembelajaran penunjang Kelancaran pbm
12. Rasio fasilitas pendukung pbm dengan jumlah

siswa (KPI 12)


13. Persentase penambahan

Memiliki gedung yang layak dan Kelancaran dan kenyamanan dalam pbm sarana prasarana yang lengkap

fasilitas penunjang pbm(KPI 13) 14. Persentase sarana dan prasarana yang sesuai (KPI 14)

15. Persentase penyediaan kebutuhan siswa yang

sesuai keinginan (KPI 15) Menjalin kerja sama yang baik Mendorong siswa untuk masuk ke SLTA dengan SLTA negeri negeri Kemudahan bagi siswa masuk ke SLTA negeri Disediakan ruangan khusus untuk Agar guru merasa nyaman terhadap ruangan guru yang terpisah dengan kepala sekolah Menerima siswa yang tidak Meningkatkan mutu siswa yang baru masuk bermasalah Agar target sekolah tercapai dalam meningkatkan kualitas sekolah Penyediaan rumah dinas untuk Kelancaran pbm guru yang berdomisili diluar kota atau guru yang memiliki rumah pribadi Pedoman operasional yang baik Proses dokumentasi yang terstruktur dan yang terkontrol Kapasitas ruang baca terhadap Untuk mengetahui seberapa besar kapasitas jumlah siswa seimbang ruang baca yang seharusnya berpatokan terhadap jumlah siswa Fasilitas teknologi informasi yang Akses informasi menjadi lebih cepat sehingga lancar dan gratis seperti internet dapat meningkatkan kreatifitas siswa Kelengkapan fasilitas Melengkapi kebutuhan siswa akan buku-buku perpustakaan referensi Sarana bagi siswa untuk menambah pengetahuan dan informasi Adanya kegiatan yang lainnya Peningkatan pengembangan wawasan siswa seperti les
16. Jumlah MOU dengan SLTA negeri (KPI 16)

Majelis guru

17. Persentase penyediaan ruangan khusus untuk

guru (KPI 17) 18. Rasio siswa yang berprestasi (KPI 18) 19. Persentase target sekolah yang tercapai (KPI 19)
20. Rasio jumlah rumah dinas guru dengan jumlah

guru yang berdomisili di luar kota (KPI 20)


21. Presentase SOP yang ada (KPI 21) 22. Rasio kapasitas ruang baca terhadap jumlah siswa

Karyawan sekolah

(KPI 22)
23. Rasio fasilitas informasi (internet) berbanding

Siswa

dengan jumlah siswa (KPI 23) 24. Rasio jumlah referensi/buku terhadap jumlah siswa (KPI 24) 25. Rasio kelengkapan buku sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan oleh guru (KPI 25) 26. Jumlah kegiatan les yang diadakan (KPI 26) 27. jumlah kegiatan ekstrakurikuler yang disediakan sekolah (KPI 27) 28. Jumlah (bentuk) kerjasama antara guru dan siswa Adanya kerjasama antara guru Mewujudkan sekolah yang berprestasi dan (KPI 28) dan murid berkualitas

Tata tertib sekolah harus diterapkan pada siswa Memberikan motivasi kepada siswa oleh wali kelas Penyediaan pengajar yang berkualitas dalam metode pengajaran Penyediaan organisasi kewirausahaan dari sekolah

Mewujudkan sekolah yang baik dan nyaman

29. Rasio peningkatan ketentraman sekolah (KPI 29)

Mendidik siswa agar menjadi siswa yang 30. Persentase siswa yang melanggar peraturan (KPI 10) berprestasi Peningkatan mutu belajar dan kompetensi 31. Rasio guru yang telah mendapatkan pelatihan pembelajaran (KPI 30) prestasi siswa 32. Rasio guru berpendidikan lanjut (KPI 6) Sebagai tempat bagi siswa untuk 33. Jumlah wadah organisasi yang berbasis wirausaha (KPI 31) mencurahkan pemikiran kreatifitas 34. Jumlah pelatihan berorganisasi yang dilakukan Ajang bagi siswa untuk belajar berorganisasi pertahun (KPI 32) Keterlibatan siswa dalam Mendidik siswa agar peduli terhadap 35. Persentase kegiatan siswa berbentuk pengabdian terhadap masyarakat (KPI 33) pengabdian dalam masyarakat masyarakat lingkungan nya dan mampu memberikan sumbangsih berdasarkan bidang keilmuan yang dimiliki Fasilitas perpustakaan dan media Akses untuk meningkatkan wawasan dan 36. Rasio jumlah buku bacaan yang ditambahkan (KPI 34) yang lengkap informasi peningkatan ilmu pengetahuan 37. fasilitas internet yang disediakan sekolah (KPI 35) 38. Rasio peningkatan fasilitas laboratorium (KPI 36) kelengkapan fasilitas Kemampuan siswa untuk mengaplikasikan 39. Jumlah laboratorium yang dimiliki (KPI 37) laboratorium mata pelajaran yang didapat

TUGAS PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM PENGUKURAN KINERJA DENGAN METODE INTEGRATED PERFORMANCE MEASUREMENT SYSTEM ( Studi Kasus SMP Muhamadiah)

OLEH : IVAN FADLI 0910017311010

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS BUNG HATTA PADANG 2013

You might also like