You are on page 1of 4

Diksi dan Gaya Bahasa

Denotasi dan Konotasi


Makna denotasi dan konotasi dibedakan berdasarkan ada atau tidaknya nilai rasa. Kata denotasi lebih menekankan tidak adanya nilai rasa, sedangkan konotasi bernilai rasa kias.

Makna Denotasi
Makna denotasi lazim disebut: (1) makna konseptual, yaitu makna yang sesuai dengan hasil observasi (pengamatan) penglihatan, penciuman, pendengaran, perasaan, atau pengalaman yang berhubungan dengan informasi (data) faktual dan objektif, (2) makna sebenarnya, umpamanya kata kursi yaitu tempat duduk berkaki empat, dan (3) makna lugas, yaitu makna apa adanya, lugu, polos, makna sebenarnya, bukan makna kias.

Makna Konotasi
Konotasi berarti makna kias, bukan makna sebenarnya. Suatu kata dapat berbeda dari satu masyarakat ke masyarakat lain, sesuai dengan pandangan hidup dan norma masyarakat tersebut. Misalnya: Megawati dan Susilo Bambang Yudoyono berebut kursi presiden. Sebuah kata dapat merosot nilai rasanya karena penggunaannya tidak sesuai dengan makna denotasinya. Misalnya, kata kebijaksanaan yang bermakna denotasi kelakuan atau tindakan arif dalam menghadapi suatu masalah , menjadi negatif konotasinya akibat kasus-kasus tertentu, seperti: Pengemudi kendaraan bermotor yang ditilang karena melanggar peraturan lalu lintas meminta kebijaksanaan kepada petugas agar tidak diperkarakan. Dapat ditegaskan bahwa makna konotatif cenderung bersifat subjektif. Makna kata ini lebih banyak digunakan dalam situasi tidak formal, misalnya dalam pembicaraan yang bersifat ramah tamah, diskusi tidak resmi, kekeluargaan, dan pergaulan.

Sinonim
Sinonim ialah persamaan makna kata. Artinya, dua kata atau lebih yang berbeda bentuk, ejaan, dan pengucapannya, tetapi bermakna sama. Misalnya:

Wanita dan Perempuan Hamil dan Bunting Dua kata bersinonim atau hampir bersinonim tidak digunakan dalam sebuah frasa. Misalnya, adalah merupakan, agar supaya, bagi untuk, adalah yaitu. Misalnya: Ia bekerja keras agar supaya sukses. (salah)

Idiomatik
Idiomatik adalah penggunaan kedua kata yang berpasangan. Misalnya, sesuai dengan, disebabkan oleh, berharap akan, dll. Pasangan idiomatik kedua kata seperti itu tidak dapat digantikan dengan pasangan lain. Misalnya: Bangsa Indonesia berharap akan tampilnya seorang presiden yang mampu mengatasi berbagai kesulitan bangsa. Kata berharap akan tidak dapat diganti dengan berharap dengan, dsb.

Kata Tanya: di mana, yang mana, hal mana

Kata tanya hanya digunakan untuk menanyakan sesuatu, jika tidak menanyakan sesuatu tidak digunakan (digunakan berarti salah). Kata-kata tanya yang sering digunakan secara salah, misalnya: yang mana, di mana, dan hal mana. SMP itu di mana kami sekolah dulu disumbangnya dengan perlengkapan laboratorium komputer beberara hari yang lalu. (salah) SMP sekolahku itu disumbangnya dengan perlengkapan laboratorium komputer beberapa hari yang lalu. (benar)

Homonim, Homofon, Homograf


A. Homonim
Kata homonim berasal dari kata homo yang berarti sama dan nym yang berarti nama. Homonim dapat diartikan sama nama, sama bunyi, sebunyi, tetapi berbeda makna. Contoh: Buku= ruas bandar = pelabuhan

Buku= kitab bandar

= pemegang uang dalam perjudian

B. Homofon
Homofon terdiri atas kata homo berarti sama dan foni (phone) berarti bunyi atau suara. Homofon mempunyai pengertian sama bunyi, berbeda tulisan, dan berbeda makna. Contoh: Bank (tempat menyimpan uang) Bang (sebutan kakak laki-laki)

C. Homograf
Homograf terdiri atas kata homo berarti sama dan graf berarti tulisan. Homograf ditandai oleh kesamaan tulisan, berbeda bunyi, dan berbeda makna. Contoh: Ia makan apel sesudah apel di lapangan.

Kata Abstrak dan Kata Konkret

Kata abstrak mempunyai referensi berupa konsep, sedangkan kata konkret mempunyai referensi objek yang dapat diamati. Contoh: 1. APBN RI mengalami kenaikan lima belas persen. (kata konkret) 2. Kebaikan (kata abstrak) seseorang kepada orang lain bersifat abstrak.

Kata Umum dan Kata Khusus

Kata umum dibedakan dari kata khusus berdasarkan ruang lingkupnya. Makin luas ruang lingkup suatu kata, makin umum sifatnya. Sebaliknya, makna kata menjadi sempit ruang lingkupnya makin khusus sifatnya. Makin umum suatu kata, makin besar kemungkinan terjadi salah paham atau perbedaan tafsiran. Sebaliknya, makin khusus, makin sempit ruang lingkupnya, makin sedikit kemungkinan terjadi salah paham. Dengan kata lain, semakin khusus makna kata yang dipakai, pilihan kata semakin tepat. Contoh: : melihat

1. Kata umum

kata khusus : melotot, melirik, mengintip, menatap, memandang. 2. Kata umum : jatuh

Kata khusus : terpeleset, terjengkang, tergelincir, tersungkur, terjerembab, terperosok, terjungkal. Tugas di kelas: Kelompokkan kata-kata berikut ini ke dalam: a. kata abstrak, b. kata konkret, c. kata umum, atau d. kata khusus 1. Mobil 2. Demokrasi 3. Pendidikan 4. Golek 5. Mangga 6. Pertanian 7. Kebenaran : : : : : : : Kata Umum Kata Abstrak Kata Abstrak Kata Khusus Kata Umum Kata Umum Kata Abstrak Kata Khusus Kata Khusus Kata Khusus

8. Menanam anggur : 9. Simpanse 10.Avanza : :

You might also like