You are on page 1of 2

Definisi enkulturasi yang sistematik, pertama kalinya dikemukakan oleh Redfield, Linton dan Herskovits (1936): "Acculturation comprehends

these phenomena which result when groups of individuals having different cultures come into continous first-hand contact, with subsequent changes in the original cultural patters of either or both groups". Menurut Koentjaraningrat proses enkulturasi adalah proses belajar dan menyesuaikan alam pikiran serta sikap terhadap adat istiadat, sistem norma, dan semua peraturan yang terdapat dalam kebudayaan seseorang. Enkulturasi dalam istilah bahasa indonesia diartikan pembudayaan. Dalam bahasa inggris istilah enkulturasi disebut institutionalization. Enkulturasi atau pembudayaan adalah proses mempelajari dan menyesuaikan alam pikiran dan sikap individu dengan sistem norma, adat, dan peraturan-peraturan yang hidup dalam kebudayaannya Proses Enkulturasi. Dalam proses ini seorang individu mempelajari dan menyesuaikan alam pikiran serta sikapnya dengan adat-istiadat, sistem norma, serta peraturan-peraturan yang hidup dalam kebudayaannya. Seorang individu dalam hidupnya juga sering meniru dan membudayakan berbagai macam tindakan setelah perasaan dan nilai budaya yang memberi motivasi akan tindakan meniru itu telah diinternalisasi dalam kepribadiannya. Anak-anak menghabiskan masa-masa awal kehidupan bersama keluarga dan memperoleh refleksi nilai dan pola perilaku keluarganya. Selanjutnya, kepada mereka ditunjukkan nilai-nilai dan pola-pola perilaku masyarakat. Anak-anak mempelajari norma-norma masyarakat melalui keluarga dan teman-teman bermain. Selain itu, mereka meniru berbagai macam tindakan yang terdapat dalam masyarakat. Kadang-kadang, orang tua mendorong anaknya supaya berperilaku sesuai dengan kehendak masyarakat dengan memberikan pujian dan menghukum mereka bila berperilaku menyimpang. Seringkali berbagai norma dipelajari seseorang hanya sebagian-sebagian dengan mendengar dari orang lain dalam lingkungan pergaulan pada saat yang berbeda-beda pula. Sebetulnya, norma bukan saja diajarkan di lingkungan keluarga atau dalam pergaulan di masyarakat, tetapi diajarkan di sekolah-sekolah formal. Imran Manan, PhD, (1989; 9) menyebutkan enkulturasi dalam arti luas, pendidikan termasuk ke dalam proses umum, di mana seseorang anak bertumbuh diinisiasikan ke dalam cara hidup dari masyarakatnya. Pendidikan mencakup setiap proses, kecuali yang bersifat genetic, yang menolong membentuk pikiran, karakter, atau kapasitas fisik seseorang. Proses tersebut berlangsung seumur hidup, karena kita harus mempelajari cara berpikir dan bertindak yang baru dalam perubahan besar dalam hidup kita. Dalam arti sempit pendidikan, adalah penanaman pengetahuan, keterampilan dan sikap pada masing-masing generasi dalam menggunakan pranatapranata, seperti sekolah-sekolah yang sengaja diciptakan untuk tujuan tersebut. Istilah pendidikan juga berarti disiplin ilmu (termasuk psikologi, sosiologi, sejarah, dan filosofi pendidikan). Contohnya, orang Indonesia mempelajari aturan adat Indonesia yang menganjurkan orang agar kalau bepergian ke tempat yang jauh, kembalinya membawa oleh-oleh untuk teman, tetangga, atau saudara. Hal ini dapat menumbuhkan rasa persaudaraan dan gotong royong yang merupakan motivasi dari tindakan tersebut, telah sejak lama, ketika ia masih kecil, diinternalisasi dalam kepribadiannya. Dalam rangka proses sosialisasinya itu ia telah belajar cara-cara untuk bergaul

dengan tiap individu dalam lingkungan kaum kerabat dan tetangga dekatnya tadi, dan ia telah mengembangkan pola-pola tindakan yang berbeda dalam hal menghadapi mereka masingmasing. Norma sopan santun memberi oleh-oleh tadi dibudayakan berdasarkan ajaran mengenai sopan santun pergaulan langsung dari orang tuanya, dan walaupun ia telah yakin sepenuhnya bahwa adat itu adalah benar dan bermanfaat, namun ada satu dua diantara mereka tidak diberikan oleh-oleh, karena hubungan pergaulanya dengan orang-orang tersebut bukan berwujud pola-pola tindakan serba ramah, melainkan canggung dan kaku. Proses enkulturasi ini berlangsung sejak kecil, mulai dari lingkungan kecil (keluarga) ke lingkungan yang lebih besar (masyarakat). Misalnya anak kecil menyesuaikan diri dengan waktu makan dan waktu minum secara teratur, mengenal ibu, ayah, dan anggota-anggota keluarganya, adat, dan kebiasaan-kebiasaan yang berlaku dalam keluarganya, dan seterusnya sampai ke halhal di luar lingkup keluarga seperti norma, adat istiadat, serta hasil-hasil budaya masyarakat. Dalam masyarakat, anak kecil tersebut belajar membuat alat-alat permainan, belajar membuat alat-alat kebudayaan, belajar memahami unsur-unsur budaya dalam masyarakatnya. Pada mulanya, yang dipelajari tentu hal-hal yang menarik perhatiannya dan yang konkret. Kemudian sesuai dengan perkembangan jiwanya, ia mempelajari unsur-unsur budaya lainnya yang lebih kompleks dan bersifat abstrak. Seseorang yang mengalami hambatan dalam proses enkulturasi (pembudayaan) akan berakibat kurang baik. Setiap individu yang mengalami hambatan tersebut apabila dihadapkan pada situasi yang berbeda, kelihatan akan canggung dan kaku dalam pergaulan hidupnya. Akibatnya, individu tersebut cenderung untuk menghindari norma-norma dan aturan-aturan dalam masyarakat. Hidupnya penuh konflik dengan orang lain. Individu yang mengalami hal itu disebutdeviants
Proses enkulturasi kebudayaan terdapat beragam pendapat, apakah enkulturasi merupakan; ;continous first-hand contact"; groups of individuals; bagaimanakah hubungan antara enkulturasi dengan konsep perubahan kebudayaan dan defusi; bagaimanakah hubungan antara enkulturasi dan asimilasi; dan a process or a condition. Enkulturasi merupakan proses kebudayaan dan berkaitan dengan "Sistem nilai budaya dalam kebudayaan" dari semua kebudayaan yang ada di dunia. Kerangka ini telah dikembangkan oleh seorang ahli antropologi, Clyde Kulkckhohn. Sesudah ia meninggal, konsepnya dikembangkan lebih lanjut oleh istrinya Florence Kulkckhohn, yang dengan kerangka itu kemudian melakukan suatu penelitian yang nyata. Uraian tentang konsep itu bersama hasil penelitiannya dimuat dalam sebuah buku berjudulVariations in value Orientation, yang ditulisnya bersama dengan seorang ahli sosiologi bernama F.L. Strodtbeck

You might also like