You are on page 1of 18

BAB I PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Hati merupakan organ terbesar dalam tubuh manusia. Di dalam hati terjadi prosesproses penting bagi kehidupan kita, yaitu proses penyimpanan energi, pengaturan metabolisme kolesterol, dan peneralan racun/obat yang masuk dalam tubuh kita. sehingga dapat kita bayangkan akibat yang akan timbul apabila terjadi kerusakan pada hati. Sirosis hepatis adalah suatu penyakit di mana sirkulasi mikro, anatomi pembuluh darah besar dan seluruh system arsitekture hati mengalami perubahan menjadi tidak teratur dan terjadi penambahan jaringan ikat ( firosis ) di sekitar paremkin hati yang mengalami regenerasi. sirosis didefinisikan sebagai proses difus yang di karakteristikan oleh fibrosis dan perubahan strukture hepar normal menjadi penuh nodule yang tidak normal. Peradangan sel hati yang luas dan menyebabkan banyak kematian sel menyebabkan banyaknya terbentuk jaringan ikat dan regenerasi noduler dengan berbagai ukuran yang di bentuk oleh sel paremkim hati yang masih sehat. akibatnya bentuk hati yang normal akan berubahdisertai terjadinya penekanan pada pembuluh darah dan terganggunya aliran darah vena pota yang akhirnya menyebakan hipertensi portal. Penyebab sirosis hati beragam. selain disebabkan oleh virus hepatitis B ataupun C, bisa juga di akibatkan oleh konsumsi alkohol yang berlebihan, bergai macam penyakit metabolik, adanya ganguan imunologis, dan sebagainya. Di negara maju, sirosis hati merupakan penyebab kematian terbesar ke tiga pada pasien yang berusia 45 46 tahun ( setelah penyakit kardiovaskuler dan kanker ). di seluruh dunia sirosis menempati urutan ketujuh penyebab kematian, 25.000 orang meninggal setiap tahunnya.

Berdasarkan uraian diatas maka kelompok mengambil kasus asuhan keperawatan di ruang Cemara II pada Tn. U, 56 tahun dengan diagnosa Diabetes Melitus dengan menggunakan proses keperawatan.

B.

Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Memperoleh gambaran nyata dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien Tn. U, 56 th dengan Diabetes Melitus

2.

Tujuan Khusus a. Mampu melakukan pengkajian keperawatan pada klien Tn. U, 56 th dengan Diabetes Melitus b. Mampu merumuskan diagnose keperawatan pada klien Tn. U, 56 th dengan Diabetes Melitus c. Mampu membuat perencanaan keperawatan pada klien Tn. U, 56 th dengan Diabetes Melitus d. Mampu melaksanankan tindakan keperawatan pada klien Tn. U, 56 th dengan Diabetes Melitus e. Mampu melaksanakan evaluasi keperawatan pada klien Tn. U, 56 th dengan Diabetes Melitus f. Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan pada klien Tn. U, 56 th dengan Diabetes Melitus

C.

Ruang lingkup Penulisan makalah ini merupakan pembatasan pemberian asuhan keperawatan pada klien dengan Diabetes Melitus di ruang cemara II, Rumah Sakit Bhayangkara TK I R. Said Sukanto, Jakarta Timur yang dilaksanakan pada tanggal 8 juli-27 juli 2013

D.

Metode Penulisan Metode penulisan yang digunakan dalam membuat makalah ini yaitu menggunakan metode deskriptif dengan cara mengumpulkan data, menganalisa, dan menarik kesimpulan. 1. Studi kepustakaan, digunakan untuk mendapatkan dasar ilmiah yang berhubungan dengan kasus Diabetes Melitus yaitu mempelajari buku-buku keperawatan, kedokteran serta situs internet sebagai sumber untuk mendapatkan keterangan dan dasar teoritis berhubungan dengan masalah yang terjadi. 2. Observasi dengan pengamatan langsung terhadap pasien dengan Diabetes Melitus baik secara fisik maupun psikologisnya. 3. Observasi secara tidak langsung yaitu dengan melihat catatan medis (status pasien), laporan pemeriksaan, dan informasi dari perawat ruangan

E.

Sistematika Penulisan Laporan disusun secara sistematika dan dijabarkan dalam 5 BAB, yaitu :

BAB I PENDAHULUAN Pendahuluan yang terdiri dari : latar belakang, tujuan, ruang lingkup, metode dan sistematika penulisan

BAB II TINJAUAN TEORITIS Konsep dasar penyakit yang terdiri dari : Anatomi dan fisiologi, Pengertian, Etiologi, Patofisiologi, Patoflow, Manifestasi Klinis, Komplikasi, Penatalaksanaan medis, serta Asuhan Keperawatan yang terdiri dari Pengkajian, Diagnose Keperawatan, Intervensi, Implementasi, dan Evaluasi

BAB III TINJAUAN KASUS Tinjauan kasus yang meliputi : pengkajian, diagnose keperawatan, perencanaan (intervensi), implementasi, dan evaluasi

BAB IV PEMBAHASAN

Pembahasan yang meliputi : pengkajian, diagnose keperawatan, rencana tindakan, implementasi, dan evaluasi

BAB V PENUTUP Penutup yang meliputi kesimpulan dan saran

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A.

Konsep Dasar 1. Anatomi dan Fisiologi Sistem Endokrin Kelenjar endokrin atau kelenjar buntu adalah kelenjar yang mengirim hasil sekresinya langsung ke dalam darah yang beredar dalam jaringan dan menyekresi zat kimia yang disebut hormon. Hormon adalah zat yang dilepaskan ke dalam aliran darah dari suatu kelenjar atau organ yang mempengaruhi kegiatan di dalam sel. Adapun fungsi kelenjar endokrin adalah sebagai berikut : 1) Menghasilkan hormon yang dialirkan kedalam darah yang yang diperlukan oleh jaringan tubuh tertentu. 2) 3) 4) 5) Mengontrol aktivitas kelenjar tubuh Merangsang aktivitas kelenjar tubuh Merangsang pertumbuhan jaringan Mengatur metabolisme, oksidasi, meningkatkan absorbsi glukosa pada usus halus 6) Memengaruhi metabolisme lemak, protein, hidrat arang, vitamin, mineral, dan air. Kelenjar tanpa saluran atau kelenjar buntu digolongkan bersama dibawah nama organ endokrin, sebab sekresi yang dibuat tidak meninggalkan kelenjarnya melalui satu saluran, tetapi langsung masuk ke dalam darah yang beredar didalam jaringan kelenjar. Kata endokrin berasal dari bahasa yunani yang berarti sekresi ke dalam, zat aktif utama dari sekresi interna disebut hormon, dari kata yunani yang berarti merangsang. Beberapa organ endokrin yang menghasilkan suatu hormon tunggal, sedangkan yang lain menghasilkan dua atau beberapa jenis hormon, misalnya klenjar hipofisis menghasilkan beberapa jenis hormon yang mengendalikan kegiatan banyak organ lain: karnaitulah kelenjar hipofisis dilukiskan sebagai kelenjar pimpinan tubuh.

1. Beberapa organ endokrin: 2. Kelenjar hipofisis, lobus anterior dan posterior 3. Kelenjar tiroid dan paratiroid 4. Kelenjar suprarenal ,korteks dan medula. 5. Kelenjar timus dan barangkali juga badan pineal. Pembentukan sekresi interna adalah suatu fungsi penting, juga pada organ dan kelenjar lain, seperti insulin dari kepulauan Langerhans di dalam pankreas, gastrin didalam lambung, ustrogen dan progresteron di dalam ovarium, dan testoteron di dalam testis. Pengetahuan tentang fungsi kelenjar-kelenjar didapati dengan mempelajari

efek dari penyakit yang ada didalamnya dan hal ini biasanya dapat diterangkan sebagai akibat produksi terlalu banyak atau terlalu sedikit hormon yang diperlukan. a. Hipotalamus Hipotalamus terletak tepat dibawah talamus dean dibatasi oleh sulkus hipotalamus. Hipotalamus berlokasi didasar diensepalon dan sebagian dinding lateral ventrikel III. Hipotalamus meluas kebawah sebagai kelenjar hipofiseyng teletak didalam sela tusika os sfenoid. Fungsi utamanya , antara lain: Pusat integrasi susunan saraf otonom a) b) c) d) Regulasi temperatur Keseimbangan cairan dan elektrolit Integrasi siklus bangun tidur Mengontrol intake makanan

e) f) g)

Respon tingkah laku terhadap emosi Pengaturan/ pengontrolan endokrin Respon seksual

b. Kelenjar Hipofisis Kelenjar hipofisis terletak didasar tengkorak, didalam fosa hipofisis tulang sfenoid. Kelenjar itu terdiri atas dua lobus, yaitu anterior dan posterior , dan bagian diantara kedua lobus adalah pars intermedia. Untuk memudahkan mempelajari fungsinya maka dipandang dua bagian, yaitu lobus anterior dan posterior. Lobus aterior kelenjar hipofisis menghasilkan sejumlah hormon yang bekerja sebagai zat pengendali produksi sekresi dari semua organ endokrin lain. a. Hormon pertumbuhan (hormon somatotropik) mengendalikan pertumbuhan tubuh. b. Hormon tirotropik mengendalikan kegiatan kelenjar tiroid dalam

menghasilkan tiroksin. c. Hormon adrenokortikotropik (ACTH) mengendalikan kegiatan kelenjar suprarenal dalam menghasilkan kortisol yang berasal dari korteks kelenjar suprarenal ini. d. e. Hormon gonadotropik Hormon perangsang polikel, (follicle stimulating didalam hormon-FSH) ovarium dan

merangsang

perkembangan

folikel

graaff

pembentukan spermatozoa didalam testis. f. Luteinising hormon (LH) atau interstitial-cell-stimulating-hormon (ICSH) mengendalikan sekresi estrogen dan progresteron didalam ovarium dan testosteron didalam testis.

g.

Hormon ke tiga dari hormon gonagotropik ini adalah leteotropin atau rolaktin, mengendalikan sekresi air susu dan mempertahankan adanya korpus luteum selama hamil.

Lobus posterior kelenjar hipofisis mengeluarkan sekret dua jenis hormon : hormon antidiuretik (ADH) mengatur jumlah air yang melalui ginjal,sedangkan hormon oksitosik merangsang kontraksi uterus sewaktu melahirkan bayi dan mengeluarkan asi sewaktu menyusui. c. Kelenjar Tiroid Kelenjar tiroid terdiri atas dua buah lobus Yang teletak disebelah kanan dan kiri trakea, dan ikat bersanma oleh secarik jaringan tiroid yang disebut ismus tiroid dan melintasi trakea disebelah depannya. Struktur kelenjar tiroid terdiri atas sejumlah besar vesikel yang dibatasi epitelium silinder, mendapat persediaan darah berlimpah, dan yang disatukan jaringan ikat. Sel itu mengeluarkan sekret cairan yang bersifat lekat yaitu koloida tiroid, yang mengandung zat senyawa yodium; zat aktif yang utama dari senyawa yodium ini ialah hormon tiroxin. Sekret ini mengisi vesikel dan dari sini berjalan ke aliran darah baik langsung maupun melalui saluran limpe. Fungsi. Sekresi tiroid diatur sebuah hormon dari lobus anterior kelenjar hipopisis yaitu hormon tirotropik. Fungsi kelenjar tiroid sangat erat bertalian dengan kegiatan metabolik dalam hal pengaturan susunan kimia dalam jaringan, bekerja sebagai perangsang proses oksidasi, mengatur penggunaan oksigen, dan dengan sendirinya mengatur pengeluaran karbondioksida. Hiposekresi (hipotiroidisma). Bila kelenjar tiroid kuramh mengeluarkan sekret pada waktu bayi maka mengakibatkan suatu keadaan yang dikenal sebagai kreatinisme, berupa hambatan pertumbuhan mental dan fisik. Pada orang dewasa, kekurangan sekresi mengakibatkan mixsudema; proses metabolik mundur dan dapat kecenderungan untuk bertambah berat, gerakannya lamban,cara berpikir dan

berbicara lamban, kulit menjadi tebal dan kering, serta rambut rontok dan menjdi jarang. Suhunbadan dibawah normal dan denyut nadi perlahan. Hipersekresi. Pada pembesaran kelenjar dan penambahan sekresi yang disebut hipertiroidisma, semua simtomnya kabilikan dari mixsudema. Kecepatan metabolisme naik dan suhu tubuh dapat lebih tinggi dari normal. Pasien turun beratnya, gelisah dan mudah marah, kecepatan denyut nadi naik, kardiac output bertambah dan simtom kardio vaskuler mencangkup vibrilasi atrium dan kegagalan jantung. Pada keadaan yang dikenal sebagai penyakit Grave atau gondok eksoftalmus, tampak mata menonjol ke luar. Efek ini disebabkan terlampau aktifnya hormon tiroid. Adakalanya tidak hilang dengan pengobatan. Kelenjar tiroid menghasilkan hormon-hormon sbb : 1) Tri-iodo-tironin(T3) dan Tiroksin (T4), berguna untuk merangsang

metabolisme zat, katabolisme protein, dan lemak. Juga meningkatkan produksi panas merangsang sekresi hormon pertumbuhan, dan mempengaruhi perkembangan sel-sel saraf dan mental pada balita dan janin. Kedua hormon ini biasa disebut dangan satu nama,yaitu hormon tiroid. 2) Kalsitonin : menurunkan kadar kalsium plasma, denagn meningkatkan jumlah penumpukan kalsium pada tulang.

d. Kelenjar Paratiroid Di setiap sisi kelenjar tiroid terdapat 2 kelenjar kecil yaitu kelenjar paratiroid, didalam leher. Sekresi paratiroid yaitu hormon paratiroid, mengatur metabolisme zat kapur dan mengendalikan jumlah zat kapur didalam darah dan tulang. Fungsi kelenjar paratiroid : 1) 2) 3) Memelihara konsentrasi ion kalsium yang tetap dalam plasma Mengontrol ekskresi kalsium dan fosfat melalui ginjal Mempercepat absorbsi kalsium di intestin

4)

Kalsium berkurang, hormon para tiroid menstimulasi reabsorpsi tulang sehingga menambah kalsium dalam darah

5)

Menstimulasi dan mentransport kalsium dan fosfat melalui membran sel

Kelenjar ini menghasilkan hormon yang sring disebut parathormon, yang berfungsi meningkatkan resorpsi tulang, meningkatkan reorpsi kalsium, dan menurunkan kadar kalsium darah. Hipoparatiroidisma, yaitu kekurangan kalsium dalam isi darah atau hipoklasemia, mengakibatkan keadaan yang disebut tetani, dengan gejala khas kejang dan konvulsi, khususnya pada tangan dan kaki yang disebut karpopedal spasmus; simtom-simtom ini dapat cepat diringankan dengan pemberiaan kalsium.

Hiperparatiroidisma atau over-aktivitas kelenjar, biasanya ada sangkutpautnya dengan pembesaran (tumor) kelenjar. Keseimbangan distribusi kalsium terganggu, kalsium dikeluarkan kembali dari tulang dan dimasukan kembali kedalam serum darah, dengan akibat terjadinya penyakit tulang dengan tanda-tanda khas beberapa bagian keropos, yang dikenal sebagai osteitis vibrosa sistik, karena terbentuk kista pada tulang. Kalsiumnya diendapkan didalam ginjal dan dapat menyebabkan batu ginjal dan kegaglan ginjal.

e. Kelenjar Timus Kelenjar timus terletak didalam thorak, kira-kira pada ketinggian bifurkasi trakea. Warnanya kemerah-merahan dan terdiri atas dua lobus. Pada bayi yang baru lahir sangat kecil dan beratnya kira-kira 10gr atau lebih sedikit. Ukurannya bertambah, pada masa remaja beratnya dari 30 sampai 40gr, dan kemudian mengerut lagi. Fungsinya belum diketahui, tetapi diperkirakan ada hubungannya dengan produksi antibodi. f. Kelenjar Adrenal kelenjar adrenal atau kelenjar suprarenalis terletak diatas kutub sebelah atas setiap ginjalnya. Krlrnjar adrenal terdiri atas bagian luar yang berwarna kekuningkuningan yang disebut korteks dan yang menghasilkan kortisol (hidrokortisol),

dengan rumus yang mendekati kortisol, dan atas bagian medula disebelah dalam yang menghasilkan adrenalin (epifirin) dan noradrenalin (nerepifirin). Zat-zat tadi disekresikan dibawah pengendalian sistem persyarafansimpatis. Swkresinya bertambah,dalam keadaan emosi,seperti marah dan takut, serta dalam keadaaan asfiksia dan kelaparan. Pengeluaran yang bertambah itu menaikan tekanan darah guna melewan syok yang disebabkan kegentingan ini. Noradrenalin menaikan tekanan darah dengan jalan merangsang serabut otot didalam dinding pembulu darah untuk berkontraksi. Adrenalin membantu metabolisme kharbohidrat dengan jalan menambah pengeluaran glukosa dari hati. Beberapa hormon terpenting yang disekresikan korteks adrenal adalah hidrokrtison,aldosteron, dan koltikosteron, yang semuanya bertalian erat dengan metabolisme pertumbuhan , fungsi ginjal dan tonus otot. Semua fungsi ini menentulkan fungsi hidup. Pada insufisiansi adrenal ( penyakit addison) , pasien menjadi kurus dan tampak sakit dan makin lemah , terutama karena tidakn adanya hormon ini, sedangkan ginjal gagal menyimpan natrium, karena mengeluarkan natrium dalam jumlah terlampau besar. Penyakit ini diobati dengan kortison. g. Kelenjar pinealis Berbentuk kecil merah seperti buah cemara dan terletak dekat korpus kolosum. Fungsinya belum terang. Kelenjar lai yang menghasilkan sekresi interna penting adalah pankreas dan kelenjar kelamin. h. Kelenjar Pankreas Kelenjar ini terdapat di belakang lambung didepan vertebra lumbalis I dan II. Sebagai kelenjar eksokrin akan menghasilkan enzim-enzim pencernaan ke dalam lumen duodenum. Sedangkan Sebagai endokrin terdiri dari pulau-pulau Langerhans, menghasilkan hormon. Pulau langerhans berbntuk oval dan tersebar diseluruh pankreas. Fungsi pulau langerhans sebagai unit sekresi dalam

pengeluaran homeostatik nutrisi, menghambat sekresi insulin, glikogen dan polipeptida. Pada manusia, mengandung 4 macam sel, yaitu : 1. 2. 3. 4. sel A (atau ) : menghasilkan glukagon sel B (atau ) : menghasilkan insulin sel D (atau ) : menghasilkan somatostatin sel F (sgt kecil) : menghasilkan polipeptida pankreas

Hormon insulin berguna untuk menurunkan gula darah, menggunakan dan menyimpan karbohidrat. Glukagon berfungsi untuk menaikan glukosa darah dengan jalan glikolisis. Sedangkan somatostatin berguna menurunkan glukosa darah dengan melepaskan hormon pertumbuhan dan glukagon.

i. Kelenjar Kelamin Dibagi menjadi 2, yaitu kelamin pria ( testis ) dan kelamin wanita ( ovarium ). Testis terletak di skrotum dan menghasilkan hormon testosteron. Hormon ini berfungsi dalam mengatur perkembangan ciri seks sekunder, dan merangsang pertumbuhan organ kelamin pria. Sedangkan ovarium terdapat pada samping kiri dan kanan uterus, yang menghasilkan esterogen dan progesteron. Fungsi estrogen adalah pematangan dan fungsi siklus haid yang normal. Sedangkan fungsi hormon progesteron adalah pemliharaan kehamilan.

2.

Pengertian
Sirosis hepatis adalah penyakit kronis apada hepar dengan inflamasi dan fibrosis hepar yang mengakibatkan distorsi struktur hapar dan hilang nya sebagian besar fungsib hepar. Perubahan besar yang terjadi karena sirosis adalah karena kematian sel-sel hepar, Terbentuknya sel sel fibrotic (sel mast), regenerasi bsel dan jaringan paru yang menggantikan selsel normal. Perubahan ini menyebabkan hepar kehilangan fungsi nya dean distorsi struktur nya. Hepar yyang sirotik akan menyebakna sirkulasi intra hepatic tersumbat (obstruksi intrahepatik). (Mary Baradero, SPC, MN, Mary Wilfrid Dayrit, SPC, MAN dan Yakobus Siswadi, MSN ).

Sirosis hepatic adalah sekelompok penyakit hati kronik yang mengakibatkan kerusakan sel hati dan sel tersebut di gantikan oleh jaringan parut sehingga terjadi penurunan jumlah jaringan hati normal. (prof. Dr. Soewignjo Soemoharjo, Sp. PD dan Dr. Stephanus Gunawan). Peningkatan jaringan parut tersebut menimbulkan distorsi struktur hati yang normal, sehingga terjadi gangguan aliran darah melalui hati dan terjadi gangguan fungsi hati. Sirosis hati adalah proses akhir dari perjalanan penyakit hepatitis kronik. Penyakit ini dapat menimbulkan berbagai penyakit dan gangguan metabolis, seperti icterus, edema, koagulopati, hipertensi portal, splenomegaly, varises gastroesofagus, ensefalopati hepatis dan asites. Prognosis penyakit sirosis hati tahap lanjut buruk. Sebagian besar pasien ini akhirnya meninggal akibat pendarahan varises massif atau ensefalopati hati. Klasifikasi berbagi jenis sirosis yang sering dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Sirosis pasca hepatitis, yang dapat terjadi akibat infeksi virus hepatitis B, hepatitis C atau hepatitis kronis aktif tipe auto imun. 2. 3. Sirosis alkoholok yang dapat terjadi akibat minum alcohol berlebihan. Sirosis billiaris primer ditandai oleh peradangan kronis dan opliterasi fibrosa saluran empedu intrahepatic, yang diperkirakan bersifat autoimun. (Dr. med. Udayana Gendo).

Gangguan fungsi akibat sirosis antara lain sebagai berikut: 1. Gangguan fungsi protein tubuh, factor-faktor pembekuan empedu dan berbagai macam enzim. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Gangguan metabolisme kolesterol Gangguan penyimpananan energy (glikogen) Gangguan metabolism karbohidrat. Gangguan regulasi berbagai macam hormone Gangguan proses detoks Detoksifikasi obat dan racun

3.

Etiologi

Hepatic di sebabkan oleh intra hepatic dan ekstra heaptic, kolestasis, hepatitis virus, dan hepatotoksin. Alkoholisme dan malnutrisi adalah dua factor untuk pencetus utama sirosis Laennec. Sirosis pascanekrotik akibat hepatotoksin adalah sirosis yang paling sering di jumpai.

4.

Patofisiologi (Terlampir)

5.

Manifestasi Klinis a. Pembesaran Hati ( hepatomegali ). Pada awal perjalanan sirosis, hati cendrung membesar dan sel-selnya dipenuhi oleh lemak. Hati tersebut menjadi keras dan memiliki tepi tajam yang dapat diketahui melalui palpasi. Nyeri abdomen dapat terjadi sebagai akibat dari pembesaran hati yang cepat sehingga mengakibatkan regangan pada selubung fibrosa hati (kaosukalisoni). Pada perjalanan penyakit yang lebih lanjut, ukuran hati akan berkurang setelah jaringan parut sehingga menyebabkan pengerutan jaringan hati b. Obstruksi Portal dan Asites. Manifestasi lanjut sebagian disebabkan oleh kegagalan fungsi hati yang kronis dan sebagian lagi oleh obstruksi sirkulasi portal. Semua darah dari organ-organ digestif akan berkumpul dalam vena portal dan dibawa ke hati. Cairan yang kaya protein dan menumpuk di rongga peritoneal akan menyebabkan asites. Hal ini ditujukan melalui perfusi akan adanya shifting dullness atau gelombang cairan. Jarring-jaring telangiektasis atau dilatasi arteri superfisial menyebabkan jarring berwarna biru kemerahan, yang sering dapat dilihat melalui inspeksi terhadap wajah dan seluruh tubuh. c. Varises Gastroinstestinal. Obstruksi aliran darah lewat hati yang terjadi akibat perubahan fibrotik yang mengakibatkan pembentukan pembuluh darah kolateral dalam sistem gastrolintestinal dan pemintasan (shunting) darah dari pembuluh portal ke dalam pembulu darah dengan tekanan yang lebih rendah. d. Edema. Gejala lanjut lainnya pada sirosis hepatis ditimbulkan oleh gagal hati yang kronis. Konsentrasi albumin plasma menurun sehingga menjadi predisposisi

untuk terjadinya edema. Produksi aldosteron yang berlebihan akan menyebabkan retensi natrium serta air dan ekskresi kalium. e. Defisiensi Vitamin dan Anemia. Kerena pembentukan, penggunaan, dan penyimpanan vitamin tertentu yang tidak memadai (terutama vitamin A, C, dan K), maka tanda-tanda defisiensi vitamin tersebut sering dijumpai khususnya sebagai fenomena hemoragi yang berkaitan dengan defisiensi vitamin K. Gastritis kronis dan gangguan fungsi gastrointestinal bersama-sama asupan diet yang tidak adekuat dan gangguan fungsi hati akan menimbulkan anemia yang sering menyertai sirosis hepatis. Gejala anemia dan status nutrisi serta kesehatan pasien yang buruk akan mengakibatkan kelelahan hebat yang mengganggu kemampuan untuk melakukan aktivitas rutin sehari-hari. f. Kemunduran mental. Manifestasi klinik lainnya adalah kemunduran fungsi mental dengan ensefalopati. Karena itu, pemeriksaan neurologi perlu dilakukan pada sirosis hepatis yang mencakup perilaku umum pasien, kemampuan kognitif, orientasi terhadap waktu serta tempat, dan pola bicara.

Manifestasi lainnya pada sirosis hepatis, yaitu: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Mual-mual dan nafsu makan menurun Cepat lelah Kelemahan otot Penurunan berat badan Air kencing berwarna gelap Kadang-kadang hati teraba keras Ikterus, spider navi, erytema palmaris Hematemesis, melena

6. Komplikasi
a. Edema otak: Dapat mengakibatkan meningkatnya tekanan intra cranial sehingga dapat menyebabkan kematian. Dijumpai pada 30-40% dari kasus kasus yang fatal. b. Gagal ginjal: Akibat penurunan perfusi ke korteks ginjal terdapat pada sekitar 40 kasus

c. Kelainan asam basa: Hampir selalu terjadi alkalosis respiratorik hiperventilasi sedangkan alkalosis metabolic terjadi akibat hipokalemi. Asidosis metabolic dapat terjadi karena penumpukan asam laktat atau asam organic lainnya karena gagal ginjal. d. Hipoksia: Sering terjadi karena edema paru atau radang paru akibat peningkatan

permeabilitas pembuluh darah kapiler di jaringan interstisil atau alveoli. e. Gangguan faal hemostasis dan perdarahan terjadi pada 40-70% kasus. f. Gangguan metabolisme (hipoglikemia) dan gangguan keseimbangan elektrolit

(hipokalsemia). g. Kerentanan terhadap infeksi sering terjadi sepsis terutama karena bakteri gram negatif, peritonitis, infeksi jalan nafas atau paru. h. Gangguan sirkulasi: Pada tahap akhir dapat terjadi hipotensi, bredikardi maupun henti jantung. i. Pankreakitis akut: Jarang terjadi, sulit diketahui semasih hidup dan sering ditemukan post mortem.

7. Pemeriksaan Diagnostik a. Pemeriksaan Laboratorium Pada darah dijumpai HB rendah, anemia normokrom nomosister, hipokrom mikrosister/hipokrom makrosister. b. Kenaikan kadar enzim transaminase-SGOT, SGPT bukan merupakan petunjuk berat ringannya kerusakan parenkim hati, kenaikan kadar ini timbul dalam serum akibat kebocoran dari sel yang rusak, pemeriksaan billirubin, transaminase dan gamma GT tidak meningkat pada sirosis inaktif. c. Albumin akan merendah karena kemampuan sel hati yang berkurang, dan juga globulin yang naik merupakan cerminan daya tahan sel hati yang kurang dan menghadapi stress. d. Pemeriksaan CHE (kolinesterasi). Ini penting karena bila kadar CHE turun, kemampuan sel hati turun, tapi bila CHE normal/tambah turun akan menunjukkan prognosis jelek.

e. Kadar elektrolit penting dalam penggunaan diuretic dan pembatasan garam dalam diet, bila ensefalopati, kadar Na turun dari 4 meg/L menunjukkan kemungkinan telah terjadi sindrom hepatorenal. f. Pemeriksaan marker serologi seperti virus, HbsAg/HbsAb, HbcAg, HcvRNA, untuk menentukan etiologi sirosis hati dan pemeriksaan AFP (Alfa Feto Protein) penting dalam menentukan apakah telah terjadi transformasi ke arah keganasan. Pemeriksaan penunjang lainnya: 1. Radiologi : dengan barium swallow dapat dilihat adanya varises esophagus untuk konfirmasi hipertensi portal. 2. Esofagoskopi : dapat dilihat varises esophagus sebagai komplikasi sirosis hati/hipertensi portal. 3. Ultrasonografi : pada saat pemeriksaan USG sudah mulai dilakukan sebagai alat pemeriksaan rutin pada penyakit hati. 8. Penatalaksanaan Medis Terapi dan prognosis sirosis hati tergantung pada derajat komplikasi kegagalan hati dan hipertensi portal. Dengan kontrol pasien yang teratur pada fase dini akan dapat dipertahankan keadaan kompensasi dalam jangka panjang dan kita dapat memperpanjang timbulnya komplikasi. 1. Diet rendah protein diet hati III : Protein 1g/kg bb, 55g protein, 200 kalori), bila ada asites diberikan diet rendah garam II (600-800 mg) atau III (10002000 mg). Bila proses tidak aktif, diperlukan diet tinggi kalori (2000-3000) dan tinggi protein (80-125g/hari). 2. Bila ada tanda-tanda prekoma atau koma hepatikum, jumlah protein dalam makanan dihentikan (diet hati I )untuk kemudian diberikan sedikit demi sedikit sesuai toleransi dan kebutuhan tubuh. Pemberian protein yang melebihi kemampuan klien atau meningginya hasil metabolisme protein

dalam darah viseral dapat mengakibatkan timbulnya koma hepatikum. Diet yang baik dengan protein yang cukup perlu diperhatikan. 3. Mengatasi infeksi dengan antibiotik, dengan pengunaan obat-obatan yang jelas tidak hepatotoksik. 4. Memperbaiki keadaan gizi, bila perlu dengan memberikan asam aminoesensial berantai cabang dan glukosa. 5. Pemberian robboransia. Vitamin B kompleks.

B.

Asuhan Keperawatan 1. 2. 3. 4. 5. Pengkajian Diagnose Perencanaan Implementasi Evaluasi

You might also like