You are on page 1of 23

TUGAS UNIT PROSES NITRIFIKASI & DENITRIFIKASI

OLEH :

KELOMPOK VI

DELIA PUTRI UTAMI LANGGA SARI HSB IHSAN APRIS JEFRI KURNIAWAN

0910941007 0910942037 1010942013 1010942013

DOSEN: Dr. PUTI SRI KOMALA

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Amoniak berasal dari nitrogen organik yang diuraikan oleh organisme heterotrop, yaitu organisme yang membutuhkan nutrientnya dalam bentuk senyawa organik dan memperoleh energi dengan cara mengoksidasi senyawa organik tersebut. Nitrogen organik berasal dari beberapa sumber antara lain limbah domestik yang termasuk didalamnya sampah, kotoran manusia dan binatang, kemudian berasal dari limbah industri dan dapat pula berasal dari air alam yang terpapar oleh sisasisa tumbuhan. Limbah industri merupakan sumber terbesar yang mengalirkan nitrogen organik ke dalam sistem perairan, industri yang banyak mengeluarkan buangan nitrogen adalah jenis-jenis industri kimia yang memproduksi senyawa nitrogen atau menggunakan bahan baku senyawa nitrogen atau unsur-unsur biologis seperti binatang dan bahan makanan. Mengingat perkembangan industri di Indonesia maka sudah saatnya dilakukan pengkajian dan penelitian pengolahan limbah, khususnya limbah amoniak yang lebih sesuai dengan kondisi lingkungan perindustrian di Indonesia. Cara yang yang paling ekonomis adalah dengan proses biologis, salah satunya yaitu dengan proses nitrifikasi dan denitrifikasi. 1.2 Tujuan Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah : 1. Memenuhi tugas mata kuliah Unit Proses pada Semester VI di Jurusan Teknik Lingkungan Universitas Andalas; 2. Memahami lebih dalam mengenai proses biologi pada Unit Proses dalam pengolahan air bersih dan air buangan, yaitu nitrifikasi dan denitrifikasi. Selain itu juga untuk mengetahui seberapa efektif nitrifikasi dan denitrifikasi pada unit proses dan mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi prosesnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum


+

Amoniak (NH3) merupakan senyawa nitrogen yang menjadi NH4 pada pH rendah yang disebut dengan ammonium. Amoniak dalam air permukaan berasal dari air seni, tinja serta penguraian zat organik secara mikrobiologis yang berasal dari air alam atau air buangan industri ataupun limbah domestik. Besarnya kandungan amoniak pada air permukaan tergantung pada beberapa faktor yaitu sumber asalnya amoniak, keberadaan tanaman air yang menyerap amoniak , konsentrasi oksigen dan temperatur . Konsentrasi amoniak dapat berubah-ubah sepanjang tahun. Pada musin panas konsentrasi senyawa ini dapat sangat rendah, hal ini disebabkan amoniak diserap oleh tumbuhan, disamping itu temperatur air yang tinggi dapat mempercepat proses nitrifikasi. Sedangkan pada musim dingin yaitu pada saat suhu rendah pertumbuhan bakteri berkurang sehingga proses nitrifikasi berjalan lambat yang menyebabkan konsentrasi amoniak pada sungai tinggi. Amoniak dapat menyebabkan kondisi toksik bagi kehidupan perairan. Masalah polusi yang timbul sebagai akibat dari limbah nitrogen antara lain : 1) Dissolved Oxygen Depletion Dissolved Oxygen Depletion adalah proses pengurangan oksigen terlarut dalam air yang terjadi karena konsumsi oksigen terlarut oleh aktivitas mikroba. Secara garis besar, pengurangan ini dapat ditinjau dari 2 mekanisme yaitu pertama, ion ammonium dioksidasi menjadi ion nitrit, dan ion nitrit dioksidasi menjadi ion nitrat. Yang kedua, ion ammonium, nitrit, dan nitrat merupakan nutrient nitrogen untuk pertumbuhan lingkungan air, khususnya algae. Ketika algae mati, maka oksigen terlarut digunakan oleh bakteri untuk mendekomposisikan material organik tersebut. 2) Toxicity Toxicity adalah racun yang diakibatkan oleh adanya ion ammonium, nitrit, nitrat dikehidupan perairan terutama ikan. Ion nitrit adalah yang paling beracun. Meskipun ion ammonium merupakan nutrient nitrogen yang paling disukai oleh kebanyakan organisme, namun ion ammonium akan berubah menjadi ammonia dengan meningkatnya pH. Ammonia ini yang dapat meracuni kehidupan air.

3) Eutrophication Meskipun posphat (PO43-) merupakan sumber utama proses eutrofikasi, namun limbah nitrogen juga mempunyai kontribusi terhadap masalah ini. Eutrofikasi adalah pelepasan nutrisi tumbuhan, khususnya yang mengandung phospor dan nitrogen dimana kuantitasnya tidak diinginkan dalam badan air, seperti danau dan kolam. Kehadiran nutrisi tumbuhan tersebut akan meningkatkan

pertumbuhan algae. Ketika algae ini mati maka badan air akan dipenuhi oleh sejumlah algae yang tidak terdekomposisi. 4) Methemoglobinemia Methemoglobinemia atau biasa disebut baby blue syndrome merupakan penyakit yang dialami oleh bayi karena mengkonsumsi air tanah yang telah

terkontaminasi oleh nitrit. Jika seorang bayi mengkonsumsi makanan / minuman yang terbuat dari air tanah yang telah terkontaminasi oleh ion nitrat, ion tersebut sangat mudah untuk diubah menjadi ion nitrit di dalam pencernaan bayi. Ion nitrit akan masuk kedalam sistem peredaran darah secara cepat, dan berikatan dengan besi dalam hemoglobin atau sel darah merah. Kehadiran ion nitrit akan menghambat aliran oksigen dalam hemoglobin melewati jantung. Kekurangan oksigen akan membuat tubuh bayi menjadi biru. Jika kekurangan oksigen terjadi di otak bayi maka bisa terjadi kematian. 2.2 Siklus Nitrogen Senyawa nitrogen merupakan senyawa yang sangat penting dalam kehidupan, karena nitrogen merupakan salah satu nutrien utama yang berperan dalam pertumbuhan organisme yang hidup. Senyawa ini juga merupakan komponen dasar protein yang keberadaannya di perairan digunakan untuk memproduksi sel oleh hewan dan tumbuh-tumbuhan. Jumlah nitrogen yang terdapat di atmosfir, paling banyak berada dalam bentuk gas nitrogen sebesar 78 %. Pada umumnya gas nitrogen ini tidak dapat dipergunakan secara langsung oleh makhluk hidup, hanya beberapa organisme khusus yang dapat mengubahnya ke dalam bentuk organik nitrogen dan proses yang terjadi dinamakan fiksasi. dapat diikat oleh sejumlah bakteri dan alga. Nitrogen organik yang disintesa oleh tumbuhan dan alga merupakan sumber nitrogen bagi hewan. Dalam

metabolismenya hewan akan membuang nitrogen dan senyawa-senyawa lain, senyawa tersebut kemudian dimineralisasi oleh mikroorganisme dan nitrogen

akan dilepaskan sebagai amoniak. Proses yang sama juga akan terjadi jika tumbuh-tumbuhan dan hewan mati dan akan mengalami dekomposisi. Proses pelepasan amoniak ini disebut juga dengan amonifikasi. Amoniak sangat berguna bagi tumbuhan dan mikroorganisme untuk asimilasi menjadi sel baru yang memberikan lebih banyak nitrogen organik. Senyawa nitrat dan amoniak dalam air digunakan oleh tumbuhan dan mikroorganisme dalam proses biosintesis (asimilasi) untuk membentuk sel baru yang akan menghasilkan nitrogen organik. 4NO3 + 8H2O 4NH3 + 4O2 + 4OH
-

NH3 + CO2 + tumbuhan hijau + cahaya matahari protein Setelah hewan dan tumbuhan mati, maka akan didekomposisi melalui proses biokimia dan bahan-bahan nitrogen organik yang terkandung akan diubah kembali menjadi bentuk amoniak. Proses ini dinamakan sebagai proses mineralisasi. Sebagian besar amoniak di alam akan dioksidasi menjadi bentuk
-

nitrit (NO2 ) dan kemudian menjadi nitrat (NO3 ) yang dilakukan oleh dua macam bakteri autotrof melalui proses yang disebut nitrifikasi.

Gambar 1 : Siklus Nitrogen Di Lingkungan Perairan. Senyawa nitrit merupakan bahan peralihan yang terjadi pada siklus biologi. Senyawa ini dihasilkan dari suatu proses oksidasi biokimia ammonium, tetapi sifatnya tidak stabil karena pada kondisi aerobik, selama nitrit terbentuk, dengan cepat nitrit dioksidasi menjadi nitrat oleh bakteri nitrobacter. Sedangkan pada

kondisi anaerobik, nitrat dapat direduksi menjadi nitrit yang selanjutnya hasil reduksi tersebut dilepaskan sebagai gas nitrogen. Senyawa nitrat adalah bentuk senyawa nitrogen yang merupakan senyawa yang stabil. Senyawa ini dapat berasal dari buangan industri bahan peledak, pupuk dan cat. Secara alamiah kadar nitrat relatif rendah, tetapi kadar ini dapat menjadi tinggi sekali pada air tanah di daerah-daerah yang diberi pupuk yang mengandung nitrat. 2.3 Proses Nitrifikasi Proses nitrifikasi adalah proses perubahan senyawa amonia (NH4+) menjadi senyawa nitrit (NO2-). Selanjutnya nitrit yang terbentuk dioksidasi menjadi nitrat (NO3-). Proses ini berlangsung dalam suasana aerobik. Agar reaksi dapat berjalan dengan sempurna, maka diperlukan tambahan udara dari luar, misalnya disuplai dengan blower. Sedangkan bakteri nitrifikasi (nitrifying bacteria) yang bekerja disini adalah jenis bakteri autotrop yang memerlukan karbon anorganik untuk aktifitasnya serta pertumbuhannya. Untuk itu diperlukan tambahan karbon anorganik dari luar. Secara sederhana reaksi nitrifikasi adalah sebagai berikut:
+ -

a NH4 + b O2 + c HCO3 ===> d C5H7NO2 + e H2O + f NO3 + g H2CO3 a, b, c, d , e, f, g, = koefisien persamaan reaksi 2.3.1 Tahapan Proses Nitrifikasi a. Tahap nitritasi
+

Tahap ini merupakan tahap oksidasi ion ammonium (NH4 ) menjadi ion nitrit
-

(NO2 ) yang dilaksanakan oleh bakteri nitrosomonas menurut reaksi berikut : NH4 + O2 + OH NO2 + H + 2H2O + 59,4 Kcal Nitrosomonas Reaksi ini memerlukan 3,43 gram O2 untuk mengoksidasi 1 gram nitrogen menjadi nitrit. b. Tahap nitrasi
+ +

Tahap ini merupakan tahap oksidasi ion nitrit menjadi ion nitrat (NO3 ) yang dilaksanakan oleh bakteri nitrobacter menurut reaksi berikut :

NO2 + 1/2O2 NO3 + 18 Kcal Nitrobacter Reaksi ini memerlukan 1,14 gr O2 untuk mengoksidasi 1 gr nitrogen menjadi nitrat. Secara keseluruhan proses nitrifikasi dapat dilihat dari persamaan berikut: NH4 + 2O2 NO3 + 2H + H2O Kedua reaksi diatas berlangsung secara reaksi eksotermik (reaksi yang menghasilkan energi). Jika kedua jenis bakteri tersebut ada, baik di tanah maupun di perairan, maka konsentrasi nitrit akan menjadi berkurang karena nitrit yang dibentuk oleh bakteri nitrosomonas akan dioksidasi oleh bakteri nitrobacter menjadi nitrat. Kedua bakteri ini dikenal sebagai bakteri autotropik yaitu bakteri yang dapat mensuplai karbon dan nitrogen dari bahan-bahan anorganik dengan sendirinya. Bakteri ini menggunakan energi dari proses nitrifikasi untuk membentuk sel sintesa yang baru. Sedangkan bakteri heterotropik merupakan bakteri yang membutuhkan bahan-bahan organik untuk membangun protoplasma. Walaupun bakteri nitrifikasi autotropik keberadaannya di alam lebih banyak, proses nitrifikasi dapat juga dilakukan oleh bakteri jenis heterotropik ( Arthobacter) dan jamur (Aspergillus). Disamping itu dengan oksigen yang ada, maka senyawa N-NH4 yang ada diperairan akan dioksidasi menjadi nitrat. Tetapi mengingat kebutuhan O2 yang cukup besar, maka akan terjadi penurunan oksigen di dalam perairan tersebut sehingga akan terjadi kondisi anaerobik. Pada proses pengolahan senyawa N-NH4 secara biologis kebutuhan O2 cukup besar, sehingga kebutuhan O2 yang tinggi dapat dipenuhi dengan cara memperbesar transfer O2 ke dalam instalasi pengolahan. Pada reaktor lekat ini, transfer O2 yang besar dapat diperoleh dengan cara menginjeksikan udara ke dalam reaktor. Dengan adanya injeksi udara diharapkan terjadi kontak antara gelembung udara dengan air yang akan diolah.
+ +

2.3.2 Faktor Pengontrol Proses Nitrifikasi Beberapa faktor pengontrol dari proses nitrifikasi dalam proses pengolahan air antara lain adalah : Konsentrasi Oksigen Terlarut (Dissolved Oksigen) Proses nitrifikasi merupakan proses aerob, maka keberadaan oksigen sangat penting dalam proses ini. Dengan demikian dibutuhkan batasan DO yang memungkinkan proses ini dapat berjalan dengan baik. Proses nitrifikasi akan berjalan dengan baik jika DO minimum > 1 mg/l. Temperatur Kecepatan pertumbuhan bakteri nitrifikasi dipengaruhi oleh temperatur antara 8 30C, sedangkan temperatur optimumnya sekitar 30C. PH Pada proses biologi, nitrifikasi dipengaruhi oleh pH. pH optimum untuk bakteri nitrosomonas dan nitrobacter antara 7,5 8,5. Proses ini akan terhenti pada pH dibawah 6,0. 2.4 Proses Denitrifikasi Denitrifikasi adalah proses tahap kedua dalam proses penghilangan amoniak dengan sistem nitrifikasi-denitrifikasi. Proses denitrifikasi adalah perubahan senyawa nitrat menjadi gas nitrogen (N2). Gas nitrogen adalah senyawa yang sangat stabil. Bakteri yang bekerja pada proses denitrifikasi adalah bakteri anaerobik, yaitu bakteri yang tidak memerlukan oksigen dalam aktifitasnya, bahkan kehadiran oksigen dapat menyebabkan bakteri ini mati. Untuk itu proses denitrifikasi memerlukan bioreaktor tertutup yang tidak bersentuhan dengan udara luar. Reaksi denitrifikasi senyawa nitrat adalah sebagai berikut : A RCOOH + b NO3 ==> c CO2 + d H2O + e N2 + fOH a, b, c, d, e, f = koefisien reaksi R = gugus alkil senyawa organik Reaksi reduksi senyawa nitrat menjadi nitrogen memerlukan senyawa karbon organik sebagai sumber elektron (elektron donor). Oleh karena itu pada proses reduksi ini diperlukan penambahan senyawa karbon organik dari luar.
-

2.4.1 Mekasnisme Denitrifikasi Dua mekanisme penting pada proses biologi pengurangan nitrat yaitu asimilatory pengurangan nitrat dan disimilatory pengurang-an nitrat : a. Asimilatory Pengurangan Nitrat Melalui mekanisme ini nitrat dirubah menjadi nitrit dan kemudian menjadi amonium oleh mikroorganisme. Pada proses ini melibatkan enzim yang
-

mengubah NO3 menjadi NH3, yang kemudian bersatu kedalam protein dan asam nucleic. Pengurangan nitrat didorong oleh asimilatory pengurangan nitrat, yang aktifitasnya tidak dipengaruhi oleh oksigen. Mikroorganisme tertentu (seperti pseudomonas aeruginosa) memiliki keduanya yaitu asimilatory pengurangan nitrat dan disimilatory pengurangan nitrat, yang sensitif terhadap oksigen. Kedua enzym diberi nama dengan gene yang berbeda. b. Disimilatory Pengurangan Nitrat
-

Proses ini adalah proses pernafasan anaerobic yang dalam hal ini NO3 berlaku
-

sebagai penerima elektron. NO3 direduksi menjadi nitrious oxide (N2O), dan gas nitrogen (N2). Pembebasan N2 adalah hal yang dominan pada denitrifikasi. Namun N2 mempunyai kelarutan yang rendah dalam air sehingga cenderung
(2)

keluar naik sebagai gelembung

. Mikroorganisme yang terlibat dalam

denitrifikasi adalah aerobic autotrophic atau heterotrophic mikroorganisme, yang dapat berubah menjadi anaerobic pada saat nitrat dipergunakan sebagai penerima electron. Denitirifikasi berlangsung menurut urutan sebagai berikut : Nitrate Nitrit Nitric oxide Nitrous oxide Nitrogen Reduksi Reduksi Reduksi Reduksi

NO3 ---------> NO2 ------------> NO ---------->N2O -----------> N2 Denitrifiers berasal dari beberapa grup fisiological dan taksonomi (organotrophs, lithotrophs dan phototrophs) dan dapat menggunakan berbagai sumber energi (kimia organik atau kimia anorganik atau cahaya). Mikroorganisme yang mampu melakukan denitrifikasi berasal dari genera berikut ini: Pseudomonas, Bacillus, Spirillum, Hyphomicrobium, Agrobacterium,

Acinetobacter, Propionobacterium, Rhizobium, Corynebacterium, Cytophaga,

Thiobacillus dan Alcaligenes. Genera Pseudomonas (P. fluorescens, P. aeruginosa, P.denitrificans) dan Alcaligenes merupakan yang paling banyak terlibat. Mikroorganisme ini ditemukan di tanah, air dan air buangan. Nitrous oxide (N2O) kemungkinan dihasilkan pada saat denitrifikasi, menyusul terjadinya ketidak sempurnaan penghilangan nitrat. Gas ini merupakan polutan udara, sehingga keberadaannya perlu dicegah atau dikurangi. Pada kondisi tertentu, nitrat dirubah menjadi N2O sampai dengan 8 %. Kondisi yang diinginkan adalah COD/NO3-N rendah, waktu tinggal pendek dan pH rendah. 2.4.2 Kondisi Proses Denitrifikasi Faktor-faktor utama yang mempengaruhi denitrifikasi pada pengolahan air buangan dan pada lingkungan lainnya adalah sebagai berikut : a. Konsentrasi nitrat Disebabkan nitrat berlaku sebagai elektron penerima untuk bakteri denitrifying, maka laju pertumbuhan denitrifiers tergantung pada konsentrasi nitrat dan mengikuti kinetik tipe Monod. b. Kondisi anoxic O2 bersaing secara efektif dengan nitrat sebagai penerima elektron dalam proses pernafasan. Oksidasi glukosa mengeluarkan lebih banyak energi bebas dengan adanya oksigen (686 kcal/mole glokosa) dari pada adanya nitrat (570 kcal/mole glukosa). Inilah alasan mengapa proses denitrifikasi harus dilaksanakan tanpa adanya oksigen. Denitrifikasi mungkin terjadi didalam flok lumpur aktif dan pada biofilm walaupun tingkat oksigen relatif tinggi pada cairannya. Oleh karena itu adanya oksigen pada air buangan tidak mencegah terjadinya denitrifikasi pada tingkat lingkungan mikro. c. Keberadaan zat organik Bakteri denitrifying harus mempunyai elektron donor untuk melaksanakan proses denitrifikasi. Beberapa sumber elektron telah dipelajari. Sumber- sumber tersebut termasuk senyawa murni (contoh, asam asetat, asam sitrat, methanol), air buangan domestik, buangan dari industri makanan (bir, molases) dan lumpur. Sumber elektron yang disenangi adalah methanol walaupun agak mahal, dalam hal ini berperan sebagai sumber karbon untuk mendorong denitrifikasi. Biogas, mengandung methan hampir 60 %, dapat juga berlaku sebagai sumber karbon pada denitrifikasi. Telah lama diketahui bahwa methan dapat digunakan

sebagai sumber karbon pada proses denitrifikasi, karena bakteri methanotrophic mengoksidasi methan menjadi methanol.
-

6 NO3 + 5 CH3OH -----------> 3 N2 + 5 CO2 + 7 H2O + 6 (OH) 5/6 mol methanol diperlukan untuk denitrifying satu mol NO3. Namun sebagian methanol digunakan untuk pernafasan cell dan sintesa cell. Penghilangan nitrat maksimum dicapai apabila perbandingan CH3OH/NO3 mendekati 2,5. Dalam saringan upflow anaerobic penghilangan nitrat hampir sempurna (99,8 %) dicapai pada rasio > 2,65. Diusulkan pada nilai 3,0 dapat dicapai denitrifikasi sempurna. d. Kemasaman Air Limbah (pH) Dalam air buangan, denitrifikasi paling efektif pada pH antara 7,0 dan 8,5, dan optimal sekitar 7,0. Alkalinity dan pH naik selama terjadi denitrifikasi. Secara teoritis, denitrifikasi menghasilkan 3,6 mg alkalinity sebagai CaCO 3, per 1 mg nitrat yang berkurang menjadi N2. Namun dalam praktek, nilai ini lebih kecil dan nilai 3,0 diusulkan untuk tujuan desain. Denitrifikasi menggantikan lebih kurang setengah dari alkalinity yang dikonsumsi selama denitrifikasi. e. Temperatur
o o

Denitrifikasi terjadi antara 35 C dan 50 C. Tejadi pula pada temperatur rendah (5 10 C) namun dengan laju yang lebih rendah. f. Efek logam Denitrifikasi sangat terpengaruh dengan adanya molybdenum dan selenium, yang aktif dalam pembentukan formate dehydrogenase, salah satu enzym yang berpengaruh dalam metabolisme methanol. Molybdenum sangat penting pada sintesa pengurangan nitrat. g. Kimia beracun Organisme denitrifying lebih kurang sensitif terhadap kimia beracun
o

dibandingkan organisme nitrifiers. 2.5 Reaktor Biologis (Biofilter)


Struktur reaktor biofilter menyerupai saringan (filter) yang terdiri atas susunan atau tumpukan bahan penyangga yang disebut dengan media penyangga yang disusun baik secara teratur maupun acak di dalam suatu bejana. Fungsi media penyangga adalah sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya mikroorganisme yang akan melapisi permukaan media membentuk lapisan massa yang tipis (biofilm). Mikroorganisme ini

menguraikan bahan organik yang ada dalam air. Ketebalan lapisan biofilm menyebabkan difusi oksigen berkurang terhadap lapisan terdalam biofilm tersebut sehingga dapat menyebabkan terjadinya kondisi anaerobik pada lapisan permukaan media (Metcalf & Eddy, 1991). Air yang diolah akan dikontakkan dengan sejumlah mikroba dalam bentuk lapisan film (slime) yang melekat pada permukaan media. Media penyangga merupakan salah satu kunci pada proses biofilter. Efektifitas dari suatu media tergantung pada : Luas permukaan, semakin luas permukaan media maka semakin besar jumlah biomassa per unit volume. Volume rongga, semakin besar volume rongga/ruang kosong maka semakin besar kontak antara substrat dalam air buangan dengan biomassa yang menempel Faktor terpenting yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri pada media penyangga adalah kecepatan aliran air limbah serta bentuk dan jenis konfigurasi media. Media yang digunakan dapat berupa kerikil, batu pecah (split), media plastik (polivinil chlorida), dan partikel karbon aktif dan lainnya. Media yang sering digunakan pada proses biologis khususnya biofiter adalah media plastik yang terbuat dari PVC. Kelebihan dalam penggunaan media plastik ini antara lain : Ringan serta mempunyai luas permukaan spesifik besar (luas pemmukaan per satuan
2 3

volume) berkisar antara sebesar 85-226 m /m . Volume rongga yang besar dibanding media lainnya (hingga 95%) sehingga resiko kebuntuan kecil. Di dalam reaktor biofilter, mikroorganisme tumbuh melapisi keseluruhan permukaan media dan pada saat beroperasi air mengalir melalui celah-celah media dan berhubungan langsung dengan lapisan massa mikroba (biofilm). Mekanisme

perpindahan massa yang terjadi pada permukaan suatu media dinyatakan sebagai berikut : Diffusi substansi air buangan dari cairan induk ke dalam massa mikroba yang melapisi media. Reaksi peruraian bahan organik maupun anorganik oleh mikroba. Diffusi produk air yang terurai ke luar kecairan induk limbah.

Permukaan media yang kontak dengan nutrisi yang terdapat dalam air buangan ini mengandung mikroorganisme yang akan membentuk lapisan aktif biologis. Disamping itu oksigen terlarut juga merupakan faktor pembentukan lapisan film. Proses awal pertumbuhan mikroba dan pembentukan lapisan film pada media membutuhkan waktu beberapa minggu, yang dikenal dengan proses pematangan. Pada awalnya tingkat efisiensi penjernihan sangat rendah yang kemudian akan mengalami peningkatan dengan terbentuknya lapisan film.

2.6 Lapisan Biomas Lapisan biomassa atau biofilm didefinisikan sebagai lapisan sel mikroba yang berkaitan dengan penguraian zat organik yang melekat pada suatu permukaan media. Kecepatan pertumbuhan lapisan biofilm pada permukaan akan bertambah akibat perkembang-biakan dan adsorpsi yang terus berlanjut sehingga terjadi proses akumulasi lapisan biomassa yang berbentuk lapisan lendir (slime). Pertumbuhan mikroorganisme akan terus berlangsung pada slime yang sudah terbentuk sehingga ketebalan slime bertambah. Difusi makanan dan oksigen akan terus berlangsung sampai tercapai ketebalan maksimum sehingga pada kondisi ini difusi makanan dan oksigen ini tidak mampu lagi mencapai permukaan padatan yang akibatnya lapisan biomassa ini akan terbagi menjadi dua zona yaitu zona aerob dan zona anaerob. Pada kondisi ini mulai terjadi pengelupasan lapisan biomassa yang selanjutnya segera terbentuk koloni mikroorganisme yang baru sehingga pembentukan biofilm akan terus berlangsung. Proses pengelupasan ini juga disebabkan oleh pengikisan cairan yang berlebih yang mengalir melalui biofilm. Efisiensi penghilangan amoniak pada proses biofilter oleh lapisan biomassa dapat mencapai maksimum bila lapisan tipis di sebelah luar lapisan biomassa telah mencapai ketebalan maksimum untuk kondisi aerobik. Mekanisme proses penguraian senyawa amoniak yang terjadi pada lapisan biofilm secara sederhana dapat diilustrasikan seperti pada Gambar 2. Lapisan terluar media penyangga adalah lapisan tipis zona aerobik, senyawa amoniak dioksidasi dan diubah ke dalam bentuk nitrit. Sebagian senyawa nitrit ada yang diubah menjadi gas dinitrogen oksida (N2O) dan ada yang diubah menjadi nitrat. Proses yang terjadi tersebut dinamakan proses nitrifikasi. Semakin lama, lapisan biofilm yang tumbuh pada media penyangga tersebut semakin tebal sehingga menyebabkan oksigen tidak dapat masuk ke dalam lapisan biofilm bagian dalam sehingga mengakibatkan terbentuknya zona anaerobik. Pada zona anaerobik ini, senyawa nitrat yang terbentuk diubah ke dalam bentuk nitrit yang kemudian dilepaskan menjadi gas nitrogen (N2). Proses demikian tersebut dinamakan proses denitrifikasi.

Ketebalan lapisan aerobik antara 0.05-0.1 mm dari ketebalan total lapisan biomassa yaitu 0.1-2 mm dan ketebalan lapisan biomassa yang terbentuk ini tergantung pada karakteristik dari air buangan yang akan diolah. Penghilangan substrat oleh lapisan mikroorganisme akan bertambah secara linier dengan bertambahnya ketebalan film sampai dengan ketebalan maksimum, sedangkan penghilangan akan tetap konstan dengan bertambahnya ketebalan biomassa lebih lanjut.

Gambar 2 : Ilustrasi dari mekanisme proses penguraian amoniak di dalam biofilm

BAB III METODOLOGI (STUDI KASUS : PENGOLAHAN AIR LIMBAH PABRIK AMONIUM NITRAT) 3.1 Nitrifikasi 3.1.1 Pertumbuhan Mikroorganisme Pertumbuhan mikroorganisme dilakukan secara alami dengan cara mengalirkan air limbah domestik secara kontinyu ke dalam reaktor melalui media penyangga sampai terbentuknya lapisan biofilm yang melekat pada media. Pertumbuhan mikroorganisme ini juga didukung oleh suplai udara secara terus menerus dengan menginjeksikan udara ke dalam reaktor melalui alat pompa udara. Selanjutnya air limbah diinjeksikan sedikit-demi sedikit kedalam reaktor sampai proses berjalan stabil. 3.1.2 Model Reaktor Model dari reaktor biologis yang digunakan dalam penelitian ini adalah reaktor biologis dengan biakan melekat yaitu reaktor nitrifikasi, dengan spesifikasi seperti tertera pada Tabel 1. Sedangkan spesifikasi media yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 2. Diagram proses nitrifikasi dengan reaktor biofilter terlihat seperti pada Gambar 3. Tabel 1 : Spesifikasi Teknis Reaktor Biofilter.
ITEM 1 Dimensi Total Volume Reaktor Biofilter Volume Bak Pengendap Tnggi Bed Media Volume Media Tinggi Ruang Lumpur Tinggi kolom air di atas media Tinggi Ruang Bebas 2 Tipe Jumlah Kapasiata min. Kapasitas maksimum 3 Minimum Maksimum SPESIFIKASI REAKTOR : 15 cm x 20 cm x 150 cm (45 liter) 15 cm x 15 cm x 140 cm (31,5 liter) 15 cm x 5 cm x 140 cm (10,5 liter) 120 cm 15 cm x 15 cm x 120 cm (27 liter) 10 cm 10 cm 10 cm POMPA DOSING : Uni Dose U04 1 unit 0,95 liter per jam 4,8 liter per jam WAKTU TINGGAL : 6 jam 33 jam

Tabel 2 : Spesifikasi Media BioFilter


No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 MEDIA BIOFILTER Bahan Tipe Ukuran Lubang Ketebalan Media Ukuran Modul Luas Permukaan Spesifik Berat Spesifik Media Porositas Media Warna SPESIFIKASI PVC Sheet Sarang Tawon (Cross flow) 2 cm x 2 cm 0,5 mm Disesuaikan dengan ukuran reaktor
2 3 3

+ 226 m / m 30 35 kg / m 98 % Bening / transparant

Gambar 3 : Diagram Proses Nitrifikasi Menggunakan Reaktor Biofilter Aerobik

3.2 Denitrifikasi Air baku (Influent) yang masuk ke dalam reaktor denitrifikasi merupakan hasil olahan efluent dari reaktor nitrifikasi, sehingga kualitas air baku pada denitrifikasi sangat tergantung pada proses nitrifikasi, dalam hal ini sangat diharapkan hasil dari proses nitrifikasi sedikit atau sama sekali tidak mengandung amoniak, karena pada proses denitrifikasi yang menjadi tujuan utama adalah mengurangi kandungan nitrit dan nitrat. Reaksi yang terjadi pada reaktor denitrifikasi adalah

perubahan senyawa nitrit menjadi nitrat dan akhirnya nitrat menjadi gas nitrogen (N2) 3.2.1 Mikroorganisme dan Nutrien Kondisi reaktor denitrifikasi diatur dalam keadaan anaerobik. Pertama, reaktor diiisi dengan sludge dari IPAL Industri Tahu-Tempe untuk proses pembiakan bakteri (seeding). Proses pembiakan mikroba di dalam reaktor denitrifikasi dilakukan selama kurang lebih 4 - 5 minggu, dengan waktu tinggal di dalam reaktor sekitar 3 hari, sampai dengan tumbuhnya lendir pada permukaan biofilter. Setelah ketebalan biofilm pada reaktor cukup tebal, selanjutnya air limbah hasil proses nitrifikasi diinjeksikan ke dalam reaktor denitrifikasi. Oleh karena kandungan Organik (C ) di dalam air limbah amonium nitrat sangat rendah, maka agar proses denitrifikasi dapat berjalan dengan baik ditambahkan senyawa organik agar perbandingan C/N cukup untuk proses denitrifikasi. Penambahan senyawa organik dilakukan dengan menambahkan asam asetat atau larutan gula. 3.2.2 Model Reaktor Biologis Model dari reaktor biologis yang digunakan dalam penelitian ini adalah reaktor biologis dengan sistem biakan melekat. Spesifikasi Reaktor Denitrifikasi tertera pada Tabel 4. Sedangkan spesifikasi media yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 5. Air limbah dari pabrik amonium nitrat digunakan sebagai air baku limbah reaktor nitrifikasi, sedangkan air olahan dari reaktor nitrifikasi ditampung dan digunakan sebagai umpan atau air baku reaktor denitrifikasi. Tabel 3. Spesifikasi Reaktor Denitrifikasi Anaerobik.
ITEM REAKTOR : Dimensi Total Volume Reaktor Biofilter Tnggi Bed Media Volume Media Tinggi Ruang Lumpur Tinggi kolom air di atas media Tinggi Ruang Bebas POMPA DOSING : Tipe Jumlah Kapasiata min. Uni Dose U04 2 unit 0,95 liter per jam SPESIFIKASI DENITRIFIKASI-ANAEROBIK 15 cm x 30 cm x 150 cm (67,5 liter) 15 cm x 30 cm x 140 cm (63 liter) 120 cm 15 cm x 30 cm x 120 cm (54 liter) 10 cm 10 cm 10 cm

ITEM Kapasitas maksimum WAKTU TINGGAL : Minimum Maksimum

SPESIFIKASI 4,8 liter per jam 6 jam 33 jam

Tabel 4. Spesifikasi Teknis Media Biofilter


No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 MEDIA BIOFILTER Bahan Tipe Ukuran Lubang Ketebalan Media Ukuran Modul Luas Permukaan Spesifik Berat Spesifik Media Porositas Media Warna SPESIFIKASI PVC Sheet Sarang Tawon 2 cm x 2 cm 0,5 mm Disesuaikan dengan reaktor
2 3 3

ukuran

+ 226 m / m 30 35 kg / m 98 % Bening / transparant

Gambar 4. Reaktor Nitrifikasi dan Denitrifikasi yang digunakan Untuk Percobaan.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Nitrifikasi Tabel 5 Kolerasi Waktu Tinggal Dengan Penurunan Konsentrasi Amoniak Rata-Rata Dan Efisiensi
NO 1 2 3 Waktu Tinggal (Hari) 3 2 1 Amoniak (mg/l) INLET OUTLET 1738 195,4 242 2,5 1219,7 7 Efisiensi (%) 87,95 98,82 98,06

Proses seeding (pembiakan) berjalan selama 5 minggu hingga dicapai air umpan total 100 % adalah air limbah dari pabrik amonium nitrat yang akan diolah. Percobaan dilakukan dengan umpan 100 % air limbah amonium nitrat, dimulai setelah proses seeding selesai. Untuk mengkaji penurunan konsentrasi amoniak dan waktu tinggal yang optimum, percobaan dilakukan secara bertahap. Tahap pertama dicoba dengan waktu tinggal selama 3 hari, tahap kedua 2 hari dan tahap ketiga 1 hari. Dilakukan beberapa kali percobaan untuk masing-masing waktu tinggal tersebut. Dari hasil uji coba selama beberapa waktu, hasil percobaan menunjukkan reaktor biofilter nitrifikasi yang digunakan, dapat menurunkan konsentrasi amoniak, namun terjadi kenaikan konsentrasi nitrit dan nitrat, hal ini memang sudah diperkirakan karena pada proses nitrifikasi amoniak dikonversi menjadi nitrit dan nitrat. Percobaan dengan waktu tinggal 3 hari ratarata diperoleh efisiensi pengurangan amoniak sebesar 88,95 %. Percobaan dengan waktu tinggal 2 hari rata-rata diperoleh efisiensi pengurangan amoniak sebesar 98,82 %. Percobaan dengan waktu tinggal 1 hari rata-rata diperoleh efisiensi pengurangan amoniak sebesar 97,06 %. Dari kondisi reaktor yang semakin lama semakin baik, hal ini menunjukkan semakin lama lapisan mikroorganisme semakin tebal/banyak. sehingga proses biologis nitrifikasi semakin banyak terjadi. Efisiensi pada waktu tinggal 1 hari lebih kecil sedikit dari waktu tinggal 2 hari tetapi masih diatas 90 %, perbedaan yang kecil ini menunjukkan kondisi lapisan mikro-organisme sudah menunjukkan stabil, oleh karena itu waktu tinggal 1 hari dapat diambil sebagai waktu tinggal yang optimal. Air baku yang digunakan konsentrasinya tidak stabil, kadang-kadang diperoleh air baku dengan konsentrasi amoniak yang kecil, hal ini terlihat pada percobaan dengan waktu tinggal 2 hari, namun pada percobaan dengan waktu tinggal 1 hari air

baku yang diolah kembali mempunyai konsentrasi yang tinggi, jadi dalam hal ini reaktor yang digunakan tetap mampu mengolah air baku dengan konsentrasi amoniak tinggi.

Gambar 5 : Reaktor Biofilter Untuk Proses Nitrifikasi Yang Digunakan Untuk Percobaan .

Gambar 6 : Kurva Korelasi Antara Waktu Tinggal Dengan Sisa Konsentrasi Amoniak Dan Efisiensi Pengurangan Konsentrasi Amoniak

4.2 Denitrifikasi Tabel 6 Korelasi Waktu Tingga dan Penurunan Konsentrasi Nitrat Serta Efisiensi
NO 1 2 3 Waktu Tinggal (Hari) 5 3 1 Amoniak (mg/l) INLET OUTLET 4485 2199 291,75 2,75 589 462,5 Efisiensi (%) 46,38 99 23

Percobaan dilakukan dengan waktu tinggal 5 hari dan air baku yang digunakan langsung dari pabrik tanpa pengenceran, konsentrsi nitrat berkisar 2324 6247 ppm. Pada awalnya percobaan hasilnya cukup bagus, efisiensi dapat mencapai 87,34%, tetapi secara perlahan efisiensinya turun mencapai 17,93% pada minggu ke lima. Penurunan efisiensi ini dapat mengindikasikan kurangnya pasokan nutrien untuk bakteri, terutama faktor karbon sehingga kemampuan degradasi limbahnya menurun atau media biofilter yang digunakan kurang banyak, sehingga maksimum loading-nya untuk penguraian limbah terlampaui. Ada dua cara untuk megatasi ini, yaitu dengan menambah media biofilter atau dilakukan pengenceran limbah yang masuk kedalam reaktor. Dari hasil percobaan dapat diketahui bahwa reaktor denitrifiasi dapat bekerja optimal dengan waktu tinggal 3 hari, dengan konsentrasi nitrat 250 337 ppm. Keterbatasan kemampuan media biofilter dalam menguraikan limbah merupakan hambatan utama, sehingga ketika reaktor dijalankan pada waktu tinggal 1 hari terjadi penurunan efisiensi yang cukup signifikan. Untuk meningkatkan efisiensi pada waktu tinggal satu hari dapat dilakukan dengan cara menambah media biofilter yang digunakan atau penambahan pasokan nutrien untuk mikroba yang bekerja.
3

Dengan volume media 0,054 m dapat menurunkan nitrat 289 mg/l dengan waktu tinggal 3 hari. Dengan demikian kemampuan biofilter dalam menurunkan nitrat adalah 5 351 mg/liter tiap meter kubik.

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini adalah: 1. Nitrifikasi menggunakan reaktor aerobik yang memiliki efisiensi penyisihan amoniak sebesar 98,82% pada waktu tinggal 3 hari; 2. Air olahan reaktor nitrifikasi sudah memenuhi baku mutu untuk parameter amoniak namun belum untuk parameter nitrat dan nitrit, sehingga dapat langsung dibuang ke badan air; 3. Denitrifikasi menggunakan reaktor anaerobik yang memiliki efisiensi sebesar 99% pada waktu tinggal 3 hari; 4. Pada konsentrasi nitrat tinggi peru penambahan nutrien, terutama untuk menjaga keseimbangan karbon dan posfor sebagai unsur penunjang pertumbuhan bakteri. 5.2 Saran Saran yang dapat diberikan adalah: 1. Sebaiknya industri-industri di Indonesia harus sudah bisa menerapkan teknologi ramah lingkungan dalam kegiatan produksinya sehingga

meminimalisis limbah yang mengandung pencemar berbahaya yang dibuang ke lingkungan; 2. Sebaiknya dilakukan percobaan penambahan nutrient dan karbon yang cukup, sehingga proses nitrifikasi dan denitrifikasi dapat berjalan dengan waktu tinggal yang singkat; 3. Sebaiknya dilakukan pengujian juga untuk konsentrasi nitritnya supaya diketahui apakah nitrit memenuhi baku mutu atau tidak.

DAFTAR PUSTAKA

Herlambang, A dan R, Marsidi. 2002. Proses Nitrifikasi Dengan Sistem Biofilter Untuk Pengolahan Air Limbah Yang Mengandung Amoniak Konsentrasi Tinggi. Badan Pengakjian dan Penerapan Teknologi, Jakarta Herlambang, A dan R, Marsidi. 2003. Proses Denitrifikasi Dengan Sistem Biofilter Untuk Pengolahan Air Limbah Yang Mengandung Nitrat. Badan Pengakjian dan Penerapan Teknologi, Jakarta Setiyawan, A dan B, Hari. 2010. Karakteristik Proses Klarifikasi Dalam Sistem Nitrifikasi-Denitrifikasi Untuk Pengolahan Limbah Cair dengan Kandungan N-NH3 Tinggi. Universitas Diponegoro. Semarang

You might also like