You are on page 1of 33

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang6 Pembangunan Nasional dinilai melalui Index Pembangunan Manusia yang dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu tingkat pendidikan, ekonomi, dan kesehatan. Dalam bidang kesehatan, tujuan pembangunan nasional adalah peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Setiap penyelenggara layanan kesehatan memberi andil dalam pembangunan nasional, terutama Puskesmas sebagai penyelenggara upaya kesehatan tingkat pertama yang paling dekat dengan masyarakat. Peningkatan kesehatan masyarakat (public health) dilakukan dengan penekanan untuk hidup sehat dengan meningkatkan pencegahan penyakit, menular ataupun tidak menular, dengan cara memperbaiki kesehatan lingkungan, perilaku, kewaspadaan dini, dan gizi. Dalam enam program pokok puskesmas, gizi merupakan salah satu faktor yang erat kaitannya tidak hanya dengan kesehatan, tetapi juga pendidikan dan ekonomi. Kurang gizi berdampak pada penurunan kualitas SDM yang lebih lanjut dapat berakibat pada kegagalan pertumbuhan fisik, perkembangan mental dan kecerdasan, menurunkan produktifitas, meningkatkan kesakitan dan kematian. Masalah gizi pada hakikatnya adalah masalah kesehatan masyarakat, namun

penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayananan kesehatan saja. Penyebab timbulnya masalah adalah gizi adalah multifaktorial, oleh karena itu pendekatan penanggulangannya harus harus melibatkan berbagai sector terkait. Dalam rangka penanggulangan masalah gizi tersebut, maka puskesmas Lubuk Kilangan sebagai unit pelaksana teknis pelayanan tingkat dasar memiliki beberapa program, seperti : Penimbangan Massal, Penanggulangan KEP, Penanggulangan Kurang Vitamin A, Penanggulangan Anemia defisiensi besi, Pemantauan status gizi, Kadarzi, dan Pojok Gizi. Berhasil tidaknya ke tujuh program ini tergantung dari pelaksanaan dan pengelolaan masalah gizi. Berdasarkan hal tersebut, perlu diketahui bagaimana pelaksanaan program dan pengelolaan masalah gizi masyarakat di Puskesmas Lubuk Kilangan sehingga dapat dianalisis

dan dapat digunakan untuk perbaikan program demi meningkatnya status gizi masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan. 1.2 Batasan Masalah Makalah ini membahas tentang pelaksanaan program dan pengelolaan masalah gizi masyarakat di Puskesmas Lubuk Kilangan.

1.3 Tujuan Penulisan Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui dan memahami pelaksanaan program dan pengelolaan masalah gizi masyarakat di Puskesmas Lubuk Kilangan.

1.4 Metode Penulisan Metode penulisan makalah ini berupa tinjauan kepustakaan yang merujuk dari berbagai literatur.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Gizi Ilmu gizi adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang makanan dalam hubungannya dengan kesehatan optimal.1 Dilihat dari segi sifatnya, ilmu gizi dibedakan menjadi dua, yakni gizi yang berkaitan dengan kesehatan perorangan yang disebut gizi kesehatan perorangan dan gizi yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat yang disebut gizi kesehatan masyarakat (public helath nutrition). Kedua sifat keilmuan ini akhirnya masing-masing berkembang menjadi cabang ilmu sendiri, yakni cabang ilmu gizi kesehatan perorangan atau disebut gizi klinik (clinical nutrition) dan cabang ilmu gizi kesehatan masyarakat (community nutrition).2 Kedua cabang ilmu ini dibedakan berdasarkan hakikat masalahnya. Gizi klinik berkaitan dengan masalah gizi pada individu yang sedang menderita gangguan kesehatan akibat kekurangan atau kelebihan gizi. Jadi gizi klinik lebih menitikberatkan pada kuratif. Gizi masyarakat berkaiatan dengan gangguan gizi pada kelompok masyarakat, oleh sebab itu, sifat dari gizi masyarakat lebih ditekankan pada pencegahan (prevensi) dan peningkatan (promosi).2 Masalah gizi masyarakat bukan menyangkut aspek kesehatan saja, melainkan aspekaspek terkait yang lain, seperti ekonomi, sosial-budaya, pendidikan, kependudukan, dan sebagainya. Oleh sebab itu, penanganan atau perhatian gizi sebagai upaya terapi tidak hanya diarahkan pada gangguan gizi atau kesehatan saja, melainkan juga ke arah bidang-bidang yang lain. Misalnya, penyakit gizi KKP (kekurangan kalori dan protein) pada anak-anak balita, tidak cukup dengan hanya pemberian makanan tambahan saja (PMT), tetapi juga dilakukan perbaikan ekonomi keluarga, peningkatan pengetahuan dan sebagainya.3 2.2 Masalah Gizi3 Konsumsi gizi makanan pada seseorang menentukan tercapainya tingkat kesehatan atau yang disebut status gizi. Apabila konsumsi gizi makanan pada seseorang tidak seimbang dengan kebutuhan tubuh, maka akan terjadi kesalahan akibat gizi (malnutrition). Malnutrisi ini

mencakup kelebihan nutrisi/gizi disebut gizi lebih (overnutrition), dan kekurangan gizi atau kurang gizi (undernutrition) . Cara Penialaian status gizi berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor: 920/Menkes/SK/VII/2002 ialah melalui nilai indeks antopometri (BB/U, TB/U, BB/TB) dibandingkan dengan nilai rujukan WHO-NCHS dimana istilah status gizi dibedakan untuk setiap indeks yang digunakan agar tidak terjadi kerancuan dalam interpretasi. Rujukan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.

Indeks

Status Gizi Gizi lebih

Ambang batas + 2 SD -2 SD sampai + SD < -2 SD sampai -3 SD < -3 SD 2 SD < -2 SD + 2 SD -2 SD sampai + 2 SD < -2 SD sampai -3 SD < -3 SD

Berat Badan Menurut Umur (BB/U)

Gizi Baik Gizi Kurang Gizi Buruk

Tinggi Badan Menurut Umur ( TB/U) Berat Badan Menurut Tinggi Badan ( BB/ Tb )

Normal Pendek ( Stundet ) Gemuk Normal Kurus ( wasted ) Kurus Sekali

Tabel 2.1 Klasifikasi Status Gizi Anak Bawah Lima Tahun Penyakitpenyakit akibat kelebihan atau kekurangan gizi dan yang telah mejnadi masalah kesehatan masyarakat, khususnya Indonesia ialah : A. Kurang Energy Protein ( KEP ) 3 Kurang energi protein (KEP) adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari sehingga tidak memenuhi angka kebutuhan gizi (AKG). Disebut malnutrisi primer bila kejadian KEP akibat kekurangan asupan nutrisi, yang pada umumnya didasari oleh masalah sosial ekonomi, pendidikan serta rendahnya pengetahuan dibidang gizi. Malnutrisi sekunder bila kondisi masalah nutrisi seperti diatas disebabkan karena adanya penyakit utama, seperti kelainan bawaan, infeksi kronis ataupun kelainan pencernaan dan metabolik,
4

yang mengakibatkan kebutuhan nutrisi meningkat, penyerapan nutrisi yang turun dan/meningkatnya kehilangan nutrisi. KEP ringan bila tidak ditangani dengan baik, maka akan jatuh ke status gizi yang lebih buruk (marasmus, kwashiorkor, marasmickwashiorkor). B. Anemia Defesiensi Besi 3 Anemia adalah keadaan dimana jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel darah merah berada dibawah normal, sehingga darah tidak dapat mengangkut oksigen dalam jumlah sesuai yang diperlukan tubuh. Penyebab umum dari anemia adalah perdarahan hebat, berkurangnya

pembentukan sel darah merah, atau meningkatnya penghancuran sel darah merah. Anemia bisa menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang tenaga dan kepala terasa melayang. Jika anemia bertambah berat, bisa menyebabkan stroke atau serangan jantung. Pemeriksaan darah sederhana bisa menentukan adanya anemia yaitu pemeriksaan hemoglobin dan hematokrit . Pemeriksaan tersebut merupakan bagian dari hitung jenis darah komplit (CBC). C. Gangguan Akibat Kekurangan Iodium 3 Yodium adalah salah satu mikromineral yang amat penting dan dibutuhkan sejak dalam kandungan, sehingga kekurangan yodium akan mengakibatkan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), yaitu: gangguan pertumbuhan dan kecerdasan anak, bahkan dapat menyebabkan abortus, prematur, lahir mati, kretinisme, dan lain-lain. GAKY terjadi sebagai akibat dari rendahnya kandungan yodium dalam bahan makanan sehari-hari karena rendahnya kandungan yodium dalam tanah. Yodium dikenal sebagai salah satu mineral yang sangat mudah larut dalam air, sehingga semakin tinggi curah hujan di suatu daerah maka semakin besar risiko untuk penduduknya menderita GAKY. Untuk menanggulangi gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY) di Indonesia, sejak tahun 1976 secara nasional telah dilaksanakan berbagai upaya seperti penyuntikan yodium dalam minyak (suntikan lipiodol), forfikasi garam konsumsi dengan yodium, pendistribusian kapsul yodium dalam minyak. Mulai tahun 1990an diperkenalkan pemberian kapsul minyak beryodium sekali setahun untuk kelompok

rawan di daerah endemik berat dan sedang, disamping itu dilakukan pula penyempurnaan monitoring dan evaluasi yodisasi garam. D. Kurang Vitamin A 3 Vitamin A adalah satu zat gizi mikro yang dibutuhkan oleh tubuh. Vitamin ini tidak terdapat dalam makanan yang berasal dari sayuran tapi provitamin untuk pembentukan vitamin A sangat banyak terdapat dalam sayuran. Fungsi vitamin A adalah pembentukan pigmen retina mata, mencegah buta senja, dan pertumbuhan serta proliferasi normal berbagai jenis sel epitel. Vitamin A banyak terdapat pada makanan nabati seperti wortel, bayam, brokoli, dan makanan hewani seperti daging sapi, hati ayam, ikan, susu, dan keju. E. Gizi Lebih 3 1. Obesitas Obesitas merupakan keadaan dimana terjadi akumulasi jaringan lemak abnormal atau berlebihan di jaringan adipose sehinga dapat mengganggu kesehatan. Indikator obesitas : IMT = BB / TB2 2. Hipertensi Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah meningkat melebihi batas normal. Batas tekanan darah normal bervariasi sesuai dengan usia. Berbagai faktor dapat memicu terjadinya hipertensi, walaupun sebagian besar (90%) penyebab hipertensi tidak diketahui (hipertensi essential). Penyebab tekanan darah meningkat adalah peningkatan kecepatan denyut jantung, peningkatan resistensi (tahanan) dari pembuluh darah tepi dan peningkatan volume aliran darah. Faktor gizi yang sangat berhubungan dengan terjadinya hipertensi melalui beberapa mekanisme. Pada dasarnya upaya preventif yang dapat dilakukan agar kita tidak terkena penyakit hipertensi adalah melakukan pengaturan makanan yang seimbang. Berdasarkan kajian yang ada, penyakit hipertensi dapat dicegah dengan mengurangi konsumsi garam, lemak jenuh dan kolestrol, menjaga kestabilan berat badan, menghentikan dan menghindari kebiasaan merokok dan minum-minuman beralkohol, menjauhkan diri dari stress, mengkonsumsi makanan yang mengandung serat kasar seperti buah dan sayuran, mengukur tekanan darah secara rutin, berolahraga serta berperilaku hidup bersih dan sehat.
6

3. Diabetes Melitus Diabetes Mellitus (DM) adalah suatu sindrom klinik yang terdiri dari peningkatan kadar gula darah, ekskresi gula melalui air seni dan gangguan mekanisme kerja hormon insulin. Kelainan tersebut timbul secara bertahap dan bersifat menahun. Gizi dapat menunjukkan peranannya dalam terjadinya Diabetes Melitus dalam dua arah yang berlawanan. Gizi lebih yang merupakan petunjuk umum peningkatan taraf kesejahteraanperorangan, memperbesar kemungkinan manifestasi DM,

terutama pada mereka yang memang dilahrikan dengan bakat tersebut. Pada keadaan yang demikian gejala DM dapat di atasi dengan pengaturan kembali keseimbangan metabolisme zat gizi dalam tubuh dengan masukan zat gizi melalui makanan. Sebaiknya, gizi buruk pada masa pertumbuhan atau intake bahan makanan yang mengandung racun seperti Cyanida, dapat menimbulkan gangguan pada proses pertumbuhan dan perkembangan jaringan kelenjar pankreas. Tingginya angka prevalensi gizi kurang pada anak-anak serta adanya kemungkinan konsumsi bahan makanan beracun dinegara berkembang memperbesar perkiraan bahwa diabetes akan dijumpai lebih banyak dalam masyarakat negara berkembang. 2.3 Pengelolaan Masalah Gizi Masyarakat di Puskesmas5 Lima langkah pengelolaan program perbaikan gizi di Puskesmas pada dasarnya sama dengan langkah-langkah pada pedoman pengelolaann gizi yang dilakukan di Kabupaten yang dikeluarkan Direktorat Bina Gizi Depkes RI, yaitu: Langkah Pertama : Identifikasi Masalah Langkah Kedua : Analisis Masalah Langkah Ketiga : Menentukan Kegiatan Perbaikan Gizi Langkah Keempat : Melaksanakan program perbaikan gizi Langkah Kelima : Pemantauan dan Evaluasi Tingkat

Gambar 2.1 Lima Langkah Pengelolaan Program Perbaikan Gizi di Puskesmas 2.4 Program Pengelolaan Masalah Gizi Masyarakat Di Puskesmas7 Berdasarkan standar minimal penyelenggaraan perbaikan gizi masyarakat yang dikeluarkan oleh Direktorat Gizi Masyarakat, Departemen Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2004, pengelolaan masalah gizi di puskesmas dilaksanakan melalui program-program sebagai berikut : a. Pemantauan Pertumbuhan Balita 1. Balita yang Naik Berat Badannya (Program N/D) Balita yang naik berat badannya (N) adalah balita yang ditimbang (D) di posyandu maupun di luar posyandu yang berat badannya naik di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. 2. Balita Bawah Garis Merah Balita Bawah Garis Merah (BGM) adalah balita yang ditimbang berat badannya berada pada garis merah atau di bawah garis merah pada KMS. b. Pelayanan Gizi 1. Cakupan Balita Mendapat Kapsul Vitamin A 2 kali per tahun Balita yang dimaksud dalam program distribusi kapsul vitamin A adalah bayi yang berumur mulai umur 6-11 bulan dan anak umur 12-59 bulan yang mendapat
8

kapsul vitamin A dosis tinggi. Kapsul vitamin A yang diberikan adalah kapsul vitamin A dosis tinggi yang terdiri dari kapsul vitamin A berwarna biru dengan dosis 100.000 S.I. yang diberikan kepada bayi umur 6-11 bulan dan kapsul vitamin A berwarna merah dengan dosis 200.000 S.I. yang diberikan kepada anak umur 1259 bulan. 2. Cakupan Ibu Hamil Mendapat 90 Tablet Fe Ibu hamil adalah ibu yang mengandung mulai trimester I s/d trismester III. Tablet Fe yang diberikan merupakan tablet tambah darah sebanyak 90 tablet untuk menanggulangi anemia gizi besi pada ibu hamil. 3. Cakupan Pemberian Makanan Pendamping ASI pada Bayi Bawah Garis Merah dari Keluarga Miskin Cakupan Pemberian Makanan Pendamping ASI pada bayi usia 6-11 bulan BGM dari keluarga miskin adalah pemberian MP-ASI dengan porsi 100 gram per hari selama 90 hari. 4. Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan Balita gizi buruk mendapat perawatan adalah balita gizi buruk yang ditangani di sarana pelayanan kesehatan sesuai tatalaksana gizi buruk di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Perawatan sesuai standar yaitu pelayanan yang diberikan mencakup : a) Pemeriksaan klinis meliputi kesadaran, dehidrasi, hipoglikemi, dan hipotermi; b) c) Pengukuran antropometri menggunakan parameter BB dan TB; Pemberian larutan elektrolit dan multi-micronutrient serta memberikan makanan dalam bentuk, jenis, dan jumlah yang sesuai kebutuhan, mengikuti fase Stabilisasi, Transisi, dan Rehabilitasi; d) e) Diberikan pengobatan sesuai penyakit penyerta; Ditimbang setiap minggu untuk memantau peningkatan BB sampai mencapai Z-score -1;
f)

Konseling gizi kepada orang tua / pengasuh tentang cara memberi makan anak.

5.

Desa/Kelurahan dengan Garam Beryodium Baik Desa dengan garam beryodium baik adalah desa/kelurahan dengan 21 sampel garam konsumsi yang diperiksa hanya ditemukan tidak lebih dari satu sampel garam konsumsi dengan kandungan yodium kurang dari 30 ppm pada kurun waktu tertentu.

10

BAB III ANALISIS SITUASI

3.1 SEJARAH PUSKESMAS Puskesmas Lubuk Kilangan ini didirikan diatas tanah wakaf yang diberikan KAN yang pada tahun 1981 dengan Luas tanah 270 M2 dan Gedung Puskesmas sendiri didirikan pada tahun 1983 dengan luas bangunan 140 M2 , pada tahun itu juga Puskesmas mempunyai 1 buah Pustu Baringin. Pembangunan Puskesmas ini dibiayai dari APBN. Pelayanan yang diberikan saat itu meliputi BP, KIA dan Apotik. Dengan Jumlah pegawai yang ada pada saat itu sekitar 10 orang dan sampai saat ini telah mengalami pergantian Pimpinan Puskesmas sebanyak 15 kali. Pada Tahun 1997 telah dilakukan renovasi Puskesmas secara maksimal, karena adanya keterbatasan lahan, rumah dinas paramedis yang ada pada saat itu dijadikan kantor dan juga ada penambahan beberapa ruangan pelayanan lainnya. Saat sekarang kondisi bangunan Puskesmas Lubuk Kilangan sudah permanen terdiri dari beberapa ruangan kantor seperti: BP, KIA, Gigi, Labor, KB, Apotik, Imunisasi dengan jumlah pegawai yang ada sebanyak 60 orang termasuk Pustu. Walaupun demikian bangunan Puskesmas Lubuk Kilangan saat sekarang masih belum mempunyai gudang obat, gudang gizi (PMT) dan ruangan khusus Pelayanan Lansia. Pelayanan Puskesmas Lubuk Kilangan yang diberikan saat ini adalah 6 Upaya Kesehatan Wajib yaitu: Promosi Kesehatan (Promkes), Program Kesehatan Lingkungan (Kesling), Program Kesehatan Ibu Anak (KIA) dan Keluarga Berancana (KB), Program Perbaikan Gizi Masyarakat, Pencegahan dan Pemberantasan Menular (P2M) dan Pengobatan (BP) juga ada Upaya Kesehatan Pengembangan yaitu: Upaya Kesehatan Sekolah (UKS), Upaya Kesehatan Olah Raga, Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut, Upaya Kesehatan Mata dan Upaya Kesehatan Usia Lanjut (Lansia).

11

3.2 KONDISI GEOGRAFIS Wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan meliputi seluruh Wilayah Kecamatan Lubuk Kilangan dengan luas Daerah 85,99 Km2 yang terdiri dari 7 kelurahan dengan luas: a. Kelurahan Batu Gadang b. Kelurahan Indarung c. Kelurahan Padang Besi d. Kelurahan Bandar Buat e. Kelurahan Koto Lalang f. Kelurahan Baringin g. Kelurahan Tarantang : 19.29 Km2 : 52.1 Km2 : 4.91 Km2 : 2.87 Km2 : 3.32 Km2 : 1.65 Km2 : 1.85 Km2

Adapun batas-batas Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Kilangan adalah sebagai berikut: a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Pauh b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Solok c. Sebelah Barat berbatas dengan Kecamatan Lubuk Begalung d. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Bungus Teluk Kabung

PETA WILAYAH KERJA PUSKESMAS LUBUK KILANGAN TAHUN 2013

KETERANGAN 1. KEL. BANDAR BUAT 2. KEL. PADANG BESI 3. KEL. INDARUNG 4. KEL. KOTO LALANG 5. KEL. BATU GADANG 6. KEL. BARINGIN 7. KEL. TARANTANG

1 4 7

2 6 5

12

3.3 KONDISI DEMOGRAFI Jumlah Penduduk Kecamatan Lubuk Kilangan adalah 50.032 Jiwa yang terdiri dari 10.707 KK dengan perincian sebagai berikut: a. Kelurahan Bandar Buat b. Kelurahan Padang Besi c. Kelurahan Indarung d. Kelurahan Koto Lalang e. Kelurahan Batu Gadang f. Kelurahan Baringin g. Kelurahan Tarantang : 14.359 jiwa dan 2.743 KK : 6.797 jiwa dan 1.610 KK : 11.069 jiwa dan 2.632 KK : 6.563 jiwa dan 1.550 KK : 6.480 jiwa dan 1.489 KK : 2.277 jiwa dan 244 KK : 2.460 jiwa dan 439 KK

Dengan jumlah 44 RW. Dan 171 RT dengan perincian sebagai berikut: a. Kelurahan Batu Gadang b. Kelurahan Indarung c. Kelurahan Padang Besi d. Kelurahan Bandar Buat e. Kelurahan Koto Lalang f. Kelurahan Baringin g. Kelurahan Tarantang : 5 RW/ 21 RT : 12 RW/ 44 RT : 4 RW/ 20RT : 11 RW/ 43 RT : 8 RW/ 31 RT : 2 RW/ 5 RT : 2 RW/ 7 RT

Sasaran Puskesmas berdasarkan kelompok umur adalah sebagai berikut :


No. 1. Kelompok Umur Bayi (0-6 bulan) Jumlah Sasaran( Jiwa) 1.024

13

2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Bayi(6-11 bulan) Batita(12-60 bulan) Batuta(61-84 bulan) Ibu hamil Ibu nifas Ibu menyusui Lansia Wanita usia subur

614 2.080 2.048 1.146 1.091 2.312 4.853 14.129

3.4 Kondisi Sosial, Budaya dan Ekonomi Penduduk a. Kondisi Sosial dan Budaya Suku terbesar yang ada di Kecamatan Lubuk Kilangan adalah Suku Minang, juga ada beberapa suku lainnya yaitu Jawa dan Batak. Mayoritas agama yang dianut masyarakatnya adalah : Islam Katolik Kristen : 43.451 Jiwa : 39 Jiwa : 41 Jiwa

b. Kondisi Ekonomi Mata Pencaharian Penduduk: a. Pegawai Negeri b. Swasta c. Buruh d. Tani

14

3.5 Sarana dan Prasarana 1. Sarana Pendidikan No Kelurahan 1 2 3 4 5 6 7 Bandar Buat Padang Besi Indarung Koto Lalang Batu Gadang Baringin Tarantang Jumlah TK 9 2 1 3 1 1 0 14 SD 6 4 6 3 2 1 1 23 SMP 3 0 1 0 0 0 0 4 SMA 0 0 2 0 1 0 0 3

2. Sarana Kesehatan

JENIS NO DAN

SARANA

KONDISI RUSAK BAI K RING AN 1 1 SEDAN G BERA T

PRASARANA SARANA KESEHATAN 1 Puskesmas Induk Puskesmas Pembantu

JLH

15

a. Indarung b. Batu Gadang c. Baringin 3 Rumah Dinas dokter Rumah Paramedis Mobil Keliling Sepeda Motor Pukesmas Dinas

1 1 1 1

1 1 1 1

I I

SARANA PENUNJANG 1 2 3 4 Komputer Mesin Tik Laptop LCD/Infocus Jumlah 2 2 1 1 17 1 1 1 1 12 2 2 1 1 1

3. Prasarana Kesehatan Posyandu Balita Posyandu Lansia Kader Kesehatan Praktek Dokter Swasta Praktek Bidan Swasta : 43 Buah : 14 Buah : 164 Orang : 5 orang : 21 orang
16

Pos UKK : 3 Pos Pengobatan Tradisional Toga : 27 Buah : 38 Buah

3.6 Ketenagaan Puskesmas Lubuk Kilangan 1. Ketenagaan Kondisi Ketenagaan pada Puskesmas Lb. Kilangan Tahun 2013

NO JENIS KETENAGAAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Dokter Umum Dokter Gigi Sarjana Kesehatan Masyarakat Sarjana Keperawatan Akper Akbid Akzi AAK AKL Rekam Medis Perawat Gigi SPK

Jumlah Tenaga (orang) 2 2 3 1 6 14 1 1 2 1 2 7

17

13 14 15 16

Bidan (D I) Asisten Apoteker Pekarya Kesehatan SMA Jumlah

5 2 3 2 54

18

BAB IV PEMBAHASAN
Puskesmas Lubuk Kilangan memiliki 10 program gizi yang dijalankan oleh petugas gizi bekerja sama dengan pembina wilayah dan lintas program lainnya, yaitu:8 4.1 Penimbangan a. Penimbangan bulanan Kegiatan penimbangan dilakukan setiap bulan di posyandu dan di puskesmas. Hasil penimbangan kemudian di rekap dalam buku register penimbangan, sehingga jumlah balita yang ditimbang baru dan lama, balita yang naik berat badannya, turun atau tetap dapat diketahui dan dilaporkan dalam bentuk laporan SKDN. Indikator keberhasilan penimbangan setiap bulan adalah capaian D/S (75 %), N/D (85 %) dan BGM/D (< 5%). Capaian penimbangan balita di Puskesmas Lubuk Kilangan tahun 2012 terlihat pada grafik dibawah ini. Pencapaian D/S dan N/D tahun 2012 di Puskesmas Lb.Kilangan
D/S 71 57.3 72.5 59.6 72.3 56.7 N/D 73.1 58.7 64.5 58.2 65.6 56.8 71.8 56.6

65.3 53.3

Grafik 4.1 Capaian D/S dan N/D Penimbangan Balita di Puskesmas Lubuk Kilangan Tahun 2012

19

Pencapaian D/S dan N/D Triwulan I Laki-Laki Tahun 2013 di Puskesmas Lb.Kilangan
D/S 71.3 58.2 67.6 61.3 75 61.6 76.3 64.2 N/D 70.3 60.3 75.5 67.3 79.3 67 73.3 62.5

Grafik 4.2 Capaian D/S dan N/D Triwulan I laki-laki Tahun 2013 di Puskesmas Lb.Kilangan
Pencapaian D/S dan N/D Triwulan I Perempuan Tahun 2013 di Puskesmas Lb.Kilangan
D/S 81 61.6 N/D 82.3 60.3 60 79

72.6 57

76.8 62.6

72.8 63.2

75 57.6

77 62.5

Grafik 4.3 Capaian D/S dan N/D Triwulan I Perempuan Tahun 2013 Di Puskesmas Lb.Kilangan.

b. Penimbangan massal Sasaran penimbangan massal adalah semua balita (0-60 bulan) di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan. Kegiatan ini berupa penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan. Pelaksanaan kegiatan ini dilakukan setiap bulan Februari. Hasil penimbangan balita yang dilakukan oleh petugas akan divalidasi oleh petugas gizi. Data penimbangan massal dikumpulkan dan diolah oleh petugas gizi dan pembina
20

wilayah untuk ditentukan status gizinya dengan indeks BB/U, BB/TB, dan TB/U. Pencapaian penimbangan massal pada tahun 2012 terlampir pada tabel berikut Tabel 4.1 . Pencapaian penimbangan massal pada tahun 2012 No Kelurahan Sasaran Bayi 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Bandar Buat Padang Besi Indarung Koto Lalang Batu Gadang Tarantang Baringin Puskesmas 316 138 239 132 131 47 32 1041 Balita 1146 613 859 696 327 204 214 4095 Hasil Bayi 218 99 164 92 96 34 24 727 Balita 710 435 592 205 205 168 141 2738

4.2 Penyuluhan Penyuluhan gizi dapat dilakukan di dalam dan luar gedung. Di dalam gedung penyuluhan diberikan kepada masyarakat atau pasien yang datang ke puskesmas minimal 1x perbulan sedangkan di luar gedung bisa dilaksanakan di posyandu atau di sekolah bekerja sama dengan bagian promosi kesehatan. Pojok Gizi Kegiatan pojok gizi adalah berupa konsultasi secara perorangan dengan ahli gizi yang dilakukan di Klinik Sehat Puskesmas Lubuk Kilangan. Pasien yang datang bisa berasal dari rujukan BP, KIA, keinginan sendiri, dan dari posyandu. Pasien yang datang biasanya penderita penyakit diabetes mellitus, hipertensi, ibu hamil anemia, KEK (Kurang Energi Kronik) pada ibu hamil, balita gizi buruk, kurang dan lain-lain. Tetapi pada pelaksanaannya pojok gizi yang berada dalam klinik sehat ini angka kunjungannya masih rendah. Kunjungan pojok gizi di Puskesmas Lubuk Kilangan mulai dari tahun 2008 - 2012 terlihat pada grafik berikut.

21

300 250 200 150 100 50 0 2008 2009 2010 2011 2012 201 123 169 286 235

Jumlah Kunjungan Pojok Gizi

Grafik 4.4 Jumlah Kunjungan Pojok Gizi dari Tahun 2008 2012

Grafik Kunjungan Pozi Puskesmas Lubuk Kilangan Tahun 2012


Grafik Kunjungan Pozi Puskesmas Lubuk Kilangan Tahun 2012

147 25 Gizi Buruk DM 50 Hipertensi 13 dll

Grafik 4.5 Kunjungan POZI Puskesmas Lb.Kilangan Tahun 2012

4.3 Distribusi Vit-A Distribusi kapsul vitamin A dilaksanakan 2 kali dalam setahun yaitu bulan Februari dan bulan Agustus. Sasaran distribusi/pemberian kapsul vitamin A adalah bayi umur 6-11 bulan diberikan kapsul A biru (dosis 100.000 IU) dan anak balita umur 12-60 bulan diberikan kapsul A merah (dosis 200.000 IU). Pemberian vitamin A pada ibu nifas dilakukan 1 kali selama masa nifas dengan dosis 200.000 IU, 2 x 24 jam melalui BPS yang ada di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan. Petugas puskesmas mendistribusikan

22

vitamin A tidak hanya di posyandu, tetapi juga di PAUD dan TK wilayah binaan masingmasing. Pencapaian Distribusi Vitamin A selama tahun 2012 terlihat pada grafik berikut.
100 99 98 97 96 95 94 93 92 91 Laki-laki Perempuan Padang Besi 100 100 indarun g 100 100 Batu gadang 100 100 Baringin tarantan g 100 100 100 100 Bandar Buat 94.4 100 Koto Lalang 94.4 96.4 Puskesm as 97.5 98.9

Grafik 4.6 Pencapaian Distribusi Vitamin A pada Bayi di Puskesmas Lb.Kilangan tahun 2012
100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 laki-Laki Perempuan

Bandar Buat 99.3 96.1

Indarun g 93 96.4

padang Besi 91.5 86.2

taranta ng 91 85.6

baringin 90.2 91.2

Koto Lalang 90 94.9

Batu gadang 82.2 92.4

Puskes mas 92.9 93.3

Grafik 4.7 Pencapaian Distribusi Vitamin A pada Balita di Puskesmas Lb.Kilangan tahun 2012

23

100 98 96 94 92 90 88 86 84 laki-Laki Perempuan Bandar Buat 99.3 96.1 Indarun g 97 96.4 padang Besi 94 94 taranta ng 96 90 baringin 99 93 Koto Lalang 94 96 Batu gadang 95 97 Puskes mas 96.3 93.3

Grafik 4.8 Pencapaian Distribusi Vit A (Balita) Puskesmas Lb.Kilangan Bulan Februari 2013 4.4 Distribusi Tablet Fe Program penanggulangan anemia besi, khususnya ibu hamil sudah dilakukan melalui pemberian Fe secara cuma-cuma melalui Puskesmas atau posyandu. Sasaran pemberian tablet Fe adalah ibu hamil dan ibu nifas. Pada ibu hamil pemberian tablet Fe yang dihitung adalah Fe 1 dan Fe 3. Fe 1 (30 tablet) diberikan pada kunjungan pertama ibu hamil dan Fe 3 (90 tablet) diberikan pada kehamilan trimester III. Pemberiannya melalui posyandu ataupun KIA puskesmas dan Bidan Praktek Swasta di wilayah kerja Puskesmas Pauh. Pemberian Fe pada ibu nifas dan vitamin A ibu nifas juga dilakukan 1 kali selama nifas. Sedangkan pemberian tablet Fe pada wanita usia subur dahulu diberikan kepada pelajar perempuan SMA sebanyak 7 tablet tiap bulannya. Program ini bekerja sama dengan UKS setempat. Namun, kegiatan pembagian Fe ke sekolah-sekolah tidak dijalankan kembali semenjak tahun 2009. Target pencapaian distribusi tablet Fe pada Ibu Nifas adalah Fe 1: 95 % dan Fe 3: 95 %. Cakupan Ibu Hamil yang Mendapat Tabel Fe 1 dan Fe 3 Tahun 2012 terlihat pada grafik berikut.

24

100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 Januar Febru Maret ari Fe1 6.5 17 23 Fe4 5.1 12 14.3 0 April 33 18.8 Mei 43 25.7 Juni 57 36.5 Juli 65 45.1 Agust Septe Oktob Nove Dese us mber er mber mber 65 82 89.3 97.2 0 45.1 58.6 70 75.9 0

Grafik 4.9 Ibu Hamil yang Mendapat Tabel Fe 1 dan Fe 3 di Puskesmas Lb.Kilangan tahun 2012

GRAFIK CAKUPAN Fe1 JANUARI s/d DESEMBER 97 % 2012 110


100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0

87.84

92.5

93.28

100

112.8

113.7

115

104.3

KOTO TARA BAND INDAR BARIN LALAN NTAN AR UNG GIN G G BUAT 92.5 93.28 100 112.8

PADA BATU NG GADA BESI NG 113.7 115

PUSKE SMAS 104.3

PERSENTASE 87.84

Grafik 4.10 Ibu Hamil yang Mendapat Tabel Fe 1 di Puskesmas Lb.Kilangan tahun 2012

25

CAKUPAN PENCAPAIAN FE 3 JANUARI s/d DESEMBER 2012 PUSKESMAS LUBUK KILANGAN 100
90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 INDARUN TARANTA BANDAR KOTO BATU PADANG BARINGIN G NG BUAT LALANG GADANG BESI 71.3 90 90.9 91.9 93.2 95.4 107.9 90 71.3 90.9 107.9 91.9 93.2 95.4

92 %

87.9

PUSKESM AS 87.9

PRESENTASE

Grafik 4.11 Ibu Hamil yang Mendapat Tabel Fe 3 di Puskesmas Lb.Kilangan tahun 2012

Pencapaian Fe/Vit A Bufas Januari s/d Maret 2013 di Puskesmas Lubuk Kilangan
100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Bandar Buat Indarung Pdg.Besi Tarantang Baringin Koto Lalang Batu Target 2013 Gadang

Grafik 4.12 Ibu Nifas yang Mendapat Tabel Fe dan Vit A di Puskesmas Lb.Kilangan Triwulan I 2013

26

100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 BATU BARINGI TARANTA PADANG KOTO BANDAR INDARUN GADANG N NG BESI LALANG BUAT G 108.3 86.1 77.5 73.9 73.2 71 70.2 PUSKESM AS 76.4 108.3 86.1 77.5 73.9 73.2 71 70.2 76.4

92 %

PERSENTASE

Grafik 4.13 Pencapaian FE/VIT A Bufas Tahun 2012 Puskesmas Lubuk Kilangan 4.5 Pemantauan Balita Gizi Buruk Kegiatan ini dilakukan berdasarkan laporan yang diterima oleh pembina wilayah yang berada dalam wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan. Dari data yang diterima dari pembina wilayah inilah kemudian tim gizi Puskesmas akan melakukan kunjungan lapangan (kunjungan rumah) untuk menindaklanjuti laporan yang diterima pembina wilayah tersebut. Pemantauan terhadap Balita Gizi Buruk dilakukan setiap 2 minggu sekali dan sekurang kurangnya 1 kali satu bulan. Pemantauan dilakukan oleh tenaga gizi Puskesmas, pembina wilayah di masing-masing Posyandu binaannya dan BGM yang berkunjung ke Puskesmas. Balita Gizi Buruk yang ditemukan di Posyandu di rujuk ke Puskesmas untuk di konsultasikan baik itu dengan Dokter maupun TPG Puskesmas yang kemudian ditindak lanjuti dengan pemberian PMT. Jika BB/TB balita tersebut 3 SD langsung dirujuk ke Puskesmas Rawatan Gizi Buruk di Nanggalo. Hasil Pemantauan Gizi Buruk selama Tahun 2012 berdasarkan BB/TB terlihat pada tabel berikut.

27

Tabel 4.2 Data Gizi Buruk di Puskesmas Lubuk Kilangan Tahun 2012 No 1 2 3 4 5 6 7 8 Kelurahan Bandar Buat Padang Besi Indarung Kt.Lalang Bt.Gadang Baringin tarantang Puskesmas L 0 0 0 0 0 0 0 0 0-5 Bln P 0 0 0 0 0 0 0 0 6-11 Bln L P 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 2 1-2 Thn L 1 0 1 0 0 0 0 2 P 1 1 0 1 0 0 0 3 L 1 2 0 1 0 0 0 4 2-5 Th P 1 2 0 1 0 0 0 4

Tabel 4.3 Data Gizi Buruk di Puskesmas Lubuk Kilangan Triwulan I Tahun 2013 No 1 2 3 4 5 6 7 8 Kelurahan Bandar Buat Padang Besi Indarung Kt.Lalang Bt.Gadang Baringin tarantang Puskesmas L 0 0 0 0 0 0 0 0 0-5 Bln P 0 0 0 0 0 0 0 0 6-11 Bln L P 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1-2 Thn L 0 0 0 0 1 0 0 1 P 0 0 0 0 0 0 0 0 L 1 0 0 0 0 0 0 1 2-5 Th P 0 0 0 0 0 0 0 0

Jumlah Balita Kurang Gizi


Jumlah Balita Kurang Gizi

16

9 Sesudah Perbaikan

Sebelum Perbaikan

Grafik 4.14 Jumlah Balita Kurang Gizi Sebelum dan Sesudah Perbaikan Gizi tahun 2012
28

4.6 Pemantauan Garam Beryodium Pemantauan ini dilakukan satu kali setiap tahun. Sampel yang digunakan adalah Rumah Tangga yang dipilih secara acak. Untuk memudahkan kerja petugas gizi maka sampel diminta untuk membawa contoh garam di rumahnya ke posyandu untuk dilakukan Iodine Test. Jika didapatkan garam dapur dari rumah yang diperiksa tersebut rendah Iodium, maka petugas gizi akan melakukan penyuluhan dan pembinaan.

Cakupan Pemantauan / Pemeriksaan Garam Beryodium Tingkat Rumah Tangga Puskesmas Lb.Kilangan 2012
Cakupan Pemantauan / Pemeriksaan Garam Beryodium Tingkat Rumah Tangga Puskesmas Lb.Kilangan 2012 Feb'12 Okt'12

100 50 0

Grafik 4.15 Cakupan Pemantauan / Pemeriksaan Garam Beryodium Tingkat Rumah Tangga Puskesmas Lb.Kilangan 2012

4.7 Kadarzi Pelaksanaan Kadarzi berupa penyebaran questioner untuk menilai sikap masyarakat terhadap lima indikator, yaitu : menimbang berat badan secara teratur, konsumsi aneka ragam makanan, Asi ekslusif, konsumsi garam beryodium, dan konsumsi suplemen gizi. Tahun 2012 Kadarzi dilakukan sebanyak 300 sampel di 7 kelurahan. Sampel ditentukan secara acak random oleh petugas gizi. Jika terdapat masalah gizi pada keluarga tersebut, maka akan dilakukan konseling oleh petugas gizi. Hasil Pendataan Kadarzi Tahun 2012 dari 300 sampel yang dipilih secara acak didapatkan hanya 65 KK yang Kadarzi

4.8 PSG Pemantauan Status Gizi 1 tahun sekali di tahun 2012 ini akan dilaksanakan bersamaan dengan Kadarzi dimana dilakukan penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan bagi keluarga yang mempunyai balita lalu di pantau status gizinya. Jumlah balita yang dilakukan PSG adalah 300 orang Hasil PSG bersamaan dengan pendataan kadarzi tahun 2012 terlihat pada tabel berikut
29

Tabel 4.4 Pemantauan Status Gizi Tahun 2012 BB/U Buruk Kurang Baik 2 11 285 TB/U BB/TB

Lebih S.pendek Pendek Normal S.kurus Kurus Normal Gemuk 3 2 298 292 8

4.9

Pemantauan Pemberian Asi Ekslusif Salah satu cara dalam memperbaiki gizi bayi adalah pemberian ASI ekslusif pada bayi baru lahir selama 6 bulan. Bayi hanya diberi ASI tanpa ada pemberian makanan tambahan lainya. Puskesmas Lubuk Kilangan melakukan pemantauan terhadap bayi bayi baru lahir agar mendapatkan ASI ekslusif sampai usia 6 bulan.
80 70 60 50 40 30 20 10 0 Laki-Laki Perempuan Padang Besi 78.3 72.4 Indarun g 72.2 57.1 Koto Lalang 71.4 63.6 Batu tarantan Gadang g 71.4 66.6 68.7 58.3 Bandar Buat 65.3 66 Baringin Puskesm as 62.5 70.6 63.6 65.8

Grafik 4.16 ASI Ekslusif di Puskesmas Lubuk Kilangan tahun 2012 4.10 Pemantauan Bumil KEK Penjaringan dilakukan di KIA dan posyandu terhadap ibu hamil LILA <23,5 dan Hb <10. Selanjutnya akan diberikan PMT berupa susu dan dilakukan konsultasi gizi.

30

Pemantauan/Penanganan Gizi Bumil Anemia/KEK Triwulan I Puskesmas Lb.Kilangan 2013


3 2 1 0 Sebelum perbaikan gizi Setelah perbaikan gizi

Bumil Anemia 3 1

Bumil KEK 2 1

Grafik 4.17 Pemantauan / Penanganan Gizi Bumil Anemia/KEK Triwulan I Puskesmas Lb.Kilangan 2013
4 3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0

BANDA R BUAT 2 0

PDG. BESI 0 0

BUMIL ANEMIA BUMIL KEK

INDARU KT. BT. BARING TARANT TAHUN NG LALANG GADAN IN ANG 2012 G 1 0 0 0 1 4 0 0 0 1 0 1

Grafik 4.18 Pemantauan / Penanganan Gizi Bumil Anemia/KEK Puskesmas Lb.Kilangan 2012 4.11 RR Petugas Gizi membuat pencatatan dan pelaporan setiap bulannya dan dievaluasi setiap trimester melalu Loka Karya Mini Puskesmas.

4.12

Evaluasi dan Monitoring Hasil Laporan gizi dibuat dalam bentuk LB3 Gizi tiap bulannya dan terlampir dalam

bentuk PWS setiap trimester, dan di evaluasi dalam Pralokmin di Puskesmas.

31

BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan Puskesmas Lubuk Kilangan memiliki 9 program gizi dalam penanggulangan masalah gizi di masyarakat, antara lain: Penimbangan (Bulanan dan Massal), Penyuluhan (Pojok Gizi), Distribusi Vit-A, Distribusi Tablet Fe, Pemantauan Balita Gizi Buruk, Pemantauan Garam Beryodium, Kadarzi, PSG, dan Pemantauan Bumil KEK. Berdasarkan data tahun 2012, dari 9 program ini program yang belum mencapai target yaitu cakupan D/S dan N/D pada penimbangan balita, capaian pemberian Fe 3 pada ibu hamil, dan masih adanya kasus gizi buruk

5.2 Saran a. Meningkatkan koordinasi dan kerjasama lintas program dan lintas sektor b. Upaya maksimal dari pihak puskesmas, pembina wilayah setempat maupun kader untuk bisa memotivasi ibu-ibu agar mau membawa bayi dan balitanya ke posyandu c. Mengupayakan reward bagi wilayah dengan cakupan D/S dan N/D yang mencapai target d. Melengkapi sarana dan prasarana posyandu serta menambah variasi kegiatan agar masyarakat termotivasi untuk datang ke posyandu e. Menigkatkan angka K4 pada ibu hamil sehingga Fe3 dapat terlaksana f. Pengoptimalan sistem pendataan dan pencatatan laporan program.

32

DAFTAR PUSTAKA
1. Almatsier, Sunita. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2. Notoadmojo, Soekidjo. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta. 3. Minarto DR, MPS. 2010. Pedoman Surveilans Gizi di Kabupaten/Kota. Jakarta: Direktorat Bina Gizi Masyarakat. 4. Puskesmas Lubuk Kilangan. 2012. Laporan Puskesmas Pauh Tahun 2012. Padang. 5. Ali, Arsad Rahim. 2008. Pedoman Pengelolaan Program Gizi di Puskesmas. Sulawesi Barat 6. Depkes RI. 2007. Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Gizi. Jakarta 7. Depkes RI. Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal Penyelenggaraan Perbaikan Gizi Masyarakat. Jakarta 8. Puskesmas Lubuk Kilangan. 2012. Laporan Tahunan Gizi 2012. Padang.

33

You might also like