You are on page 1of 16

Kewajiban Dan Ke Utamaan Menuntut Ilmu

Assalamu'alaikum Wr.Wb Yang terhormat Bapak Alim Ulama'. Bapak Kyai yang saya taati fatwa-fatwanya. Para hadirin serta teman-teman yang berbahagia. Puji syukur Alhamdulillah, karena apa! Karena sampai saat ini kita masih tetap dalam lindungan.nya A..amin. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kan kepada junjungan kita nabi muhammad SAW. Hadirin... Yang berbahagia........ Saya akan mengambil tema "Kewajiban Dan Keutamaan Menuntut Ilmu Hadirin yang berbahagia... ILMU. Ilmu! Berasal dari kata...! 'Alima! yang artinya sudah tahu..! Jadi..! Orang yang berilmu...! Orang yang sudah ta..tahu. Hadirin...! Menuntut ilmu itu wajib atau tidak ? Wa...wajib! Kenapa! "Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim" (Hadist Riwayat Ibnu Abdil Bari) Sudah jelas! Sesuai hadis di atas bahwa! Menuntut ilmu itu wa...wajib! Bagi kita umat is...islam. Lalu... Mengapa kita harus menuntut Ilmu! Mengapa kita harus berlajar! Sebab...

Allah SWT, akan meninggikan derajat orang yang ber il...ilmu

Firman Allah SWT, Q.S Al Mujadalah ayat 11: "... Allah meningikan orang yang beriman di antara kamu dan orang yang di beri ilmu pengetahuan beberapa derajat..." Dengan ilmu pengetahuan! Kita dapat memperoleh apa saja! Yang! Kita cita...citakan Ingin sukses dunia harus dengan Il...ilmu, begitu juga bila ingin sukses akhirat harus dengan Il...ilmu Itulah kenapa! Menuntut ilmu itu samapai di wajib...kan Hadirin yang di muliakan Allah SWT... Lalu...! Bagaimana! Cara mendapatkan ilmu yang bermanfaat?

Sebelum berangkat menuntut ilmu kita harus berwu...wudhu dan pamit mohon restu pada orang tu..tua. contoh dengan cara!

"Bu...! Yah...! Saya mau berangkat! Do'a restunya! Do'a kan saya jadi anak yang sholeh dan pinta Ya...!" Sambil mencium tangan orang tua.

"Ya... Anak ku restu ibu dan ayah selalu menyertaimu, hati hati di jalan! Semoga Allah meridhoimu...Nak! Amin!" Ya.. Bu! Yah...! Terima kasih! Assalamu'alaikum! Dengan pamit orang tua! Kita pasti di do'a kan sebab keridhoan orang tua dalam menuntut ilmu! Suatu hal yang sangat penting demi keberhasilan dan kesuksesan kita Rasululla SAW. Bersabda: "Ridho Allah ada dalam Ridho ke dua orang tua" "dan marah Allah ada dalam marah ke dua orang tua"

Selain itu kita harus menghormati gu...guru yang mengajar dan mendidik kita, contoh...! Berjabat tangan! Ucap kan salam! Bila bertemu guru. Menghormati dengan jalan merawat buku-buku kita, membawa dan menyimpan dengan baik Di pelajari serta di amal kan apa yang di sampaikan guru dengan te...tekun, sehingga ilmu kita mampu merubah kita yang lebih baik dan ber...berguna

Hadirin yang berbahagia..... Itulah betapa penting dan utama.Nya menuntut ilmu! Baik ilmu Agama maupun ilmu Umum. Untuk itu ingatlah pesan saya ini "Tanpa kesungguhan berlajar, berdo'a dan Ridho orang tua tiada tercapai cita-cita" Semoga Allah SWT, selalu memberi kemudahan dan bimbingan dalam setiap langkah kita Amin... Sekian terima kasih Billahi Taufiq Wal Hiadayah Warridho Wal Inayah Wassalamu'alaikum Wr.Wb

CERAMAH: KEUTAMAAN MENUNTUT ILMU


#




... Puji dan Syukur tak henti kita panjatkan kepada Allah SWT yang tiada henti memberikan nikmat, berkah, dan hidayah-Nya kepada kita semua. Karena nikmat dan hidayah dari Allah berupa keimanan dan keislaman-lah yang membuat kita tetap kokoh berjalan di atas jalan Allah. Dan nikmat kesehatan dan kesempatan dari Allah pula sehingga hari ini kita dapat berkumpul di tempat ini dalam rangka melaksanakan salah satu aktivitas yang merupakan kewajiban kita sebagai umat Islam, yakni menuntut ilmu. Shalawat dan salam semoga tetap tercurah kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, yang diutus oleh Allah SWT ke muka bumi ini sebagai rahmatan lil alamiin, yang telah menggempur kesesatan dan mengibarkan panji-panji kebenaran, serta memperjuangkan islam hingga sampai kepada kita sebagai rahmat tak terperi dari allah SWT. Para hadirin yang dimuliakan Allah, pada kesempatan kali ini saya akan membawakan ceramah tentang Keutamaan menuntut Ilmu Kita lahir di bumi ini dalam keadaan tak berilmu. Oleh karena itu, setiap orang tua berkewajiban mendidik dan mengajarkan ilmu pengetahuan kepada anaknya. Karena manusia lahir ke dunia dalam keadaan tak berilmu, maka Allah SWT memerintahkan kepada semua

manusia, terutama umat islam untuk belajar atau menuntut ilmu sebagai bekal untuk menjalani hidup. Hal ini sesuai dengan sabda Rasul; Belajarlah karena seseorang tidak dilahirkan dalam keadaan pandai, dan pemilik ilmu itu tidak sama dengan orang yang bodoh. Dalam pandangan islam, ilmu adalah sesuatu yang tergolong suci. Ilmu bagaikan pelita atau cahaya di malam yang gelap. Seseorang tak kan dapat berjalan dengan baik di malam yang gelap tanpa cahaya atau pelita, demikian pula halnya tak dapat seseorang membedakan yang benar dan salah, kecuali dengan ilmu. Mengenai perintah menuntut ilmu, Allah SWT memerintahkan secara tersirat dalam wahyu yang pertama diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, QS Al-Alaq ayat 1 5: 1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, 2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. 3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, 4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam 5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. Wahyu pertama ini, sebagai tanda pengangkatan Muhammad menjadi utusan Allah, memerintahkan Iqro= bacalah. Meski tak secara langsung mengatakan belajarlah, namun perintah Allah dalam ayat ini untuk membaca adalah perintah tersirat kepada manusia untuk belajar, karena membaca merupakan salah satu cara untuk belajar. Membaca yang dimaksudkan disini tak sekedar membaca buku atau materi pelajaran, tetapi juga bermakna sebagai perintah untuk membaca dan memahami tanda-tanda kebesaran Allah. Tidakkah kita sadari bahwa wahyu pertama ini, yang memerintahkan untuk membaca mengandung makna yang luas tentang pentingnya belajar? Allah tidak menurunkan wahyu pertama berupa perintah untuk shalat, puasa, sedekah, zakat dan sebagainya, tetapi perintah Iqro = bacalah yang dapat kita tafsirkan sebagai perintah untuk belajar. Ini menunjukkan bahwa sebelum kita beramal, kita wajib berilmu, yang insya Allah akan mengantarkan pada kebahagiaan dunia akhirat. Islam tidak menghendaki umatnya sengsara di dunia dan di akhirat. Oleh sebab itu perintah menuntut ilmu tidak dibedakan antara laki-laki dan perempuan. Tegasnya, menuntut ilmu itu wajib bagi setiap orang Islam, meskipun di tempat yang jauh dari negerinya, sebagaimana sabda Nabi Muhammad saw:

Tuntutlah ilmu walaupun di negeri China karena sesungguhnya menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim. Sesungguhnya para malaikat meletakkan sayap-sayap mereka pada penuntut ilmu karena ridha terhadap ilmu yang dituntutnya. (HR ibnu Abdi Al-bar) Dari ayat dan hadits di atas, dapat disimpulkan bahwa hukum menuntut ilmu pada dasarnya adalah wajib/fardhu. Ada yang hukumnya fardhu ain seperti menuntut ilmu agama, terutama yang berkaitan dengan ibadah kepada Allah seperti cara berwudhu, shalat, dan sebagainya. Ada pula yang hukumnya fardu kifayah, seperti ilmu-ilmu yang dibutuhkan untuk mendukung urusan-urusan dunia, seperti ilmu kedokteran karena ilmu ini menjadi sesuatu yang penting untuk memelihara tubuh, atau ilmu hitung karena ini menjadi sesuatu yang penting didalam muamalah (jual beli), pembagian wasiat, harta waris dan lainnya. Selain itu, hukum menuntut ilmu bisa berubah menjadi haram jika ilmu yang dipelajari dapat mendatangkan mudharat bagi diri sendiri maupun orang lain, atau menyesatkan dan membahayakan, seperti ilmu hitam, ilmu sihir, ilmu santet dan sebagainya. Allah mewajibkan manusia menuntut ilmu bukan tanpa sebab. Ada banyak sekali keutamaan menuntut ilmu yang dijelaskan dalam Al-Quran dan Sunnah Rasul. Allah SWT akan mengangkat derajat orang-orang beriman dan berilmu sebagaimana firman-

Nya dalam QS Al-Mujaadilah ayat 11: .......4 _; #9= &?#( #!% 3 ##( #!% #! .. ..niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat... (QS Al-Mujaadilah: 11) Dari ayat tersebut, tersurat janji Allah untuk mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan berilmu, tak hanya di dunia tapi juga di akhirat. Hal ini sejalan dengan sabda Rasulullah tentang kebahagiaan dunia akhirat yang dapat diperoleh dengan memiliki ilmu pengetahuan:













Siapa yang menginginkan (kebahagiaan) dunia, maka harus dengan ilmu, siapa yang menginginkan (kebahagiaan) akhirat, maka harus dengan ilmu, dan siapa yang menginginkan (kebahagiaan) keduanya (dunia dan akhirat), maka harus dengan ilmu Pekerjaan menuntut ilmu merupakan ibadah. Orang yang menuntut ilmu akan diberilkan pahala yang sangat besar dan dimudahkan baginya jalan menunju surga. Rasulullah Saw bersabda: Siapa yang menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu niscaya Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga (HR Muslim) Satu hal lagi yang harus diketahui, bahwa orang yang berilmu memiliki pendirian yang teguh, tidak mudah terombang-ambing, serta tidak mudah tergoda oleh bujukan syaitan. Bahkan dalam sabdanya Rasulullah menyebutkan bahwa seorang yang berilmu (alim) lebih sulit digoda oleh syaitan dari pada 1000 ahli ibadah yang tidak berilmu; Seorang yang alim lebih sulit digoda oleh syaitan dari pada 1000 ahli ibadah (yang tidak berilmu) (HR. Tirmidzi) Selanjutnya, yang tak kalah pentingnya untuk direnungkan adalah bahwa pada suatu saat nanti, yang kita tak ketahui kapan datangnya, entah hari ini, esok, lusa atau kapan saja Allah berkehendak, malaikat maut akan datang menjemput kita untuk menjalani kehidupan lain di alam berbeda. Ketika masa itu tiba, tak ada lagi yang dapat kita lakukan untuk menambah isi pundi-pundi pahala kita, terputuslah kita dari kehidupan dunia, kecuali 3 hal yaitu shadaqoh jariyah, ilmu yang bermanfaat, serta anak sholeh yang selalu mendoakan, sebagaimana sabda Rasul;

Jika anak Adam meninggal dunia, maka terputuslah amalnya keculai 3 hal, yaitu shadaqoh jariyah, ilmu yang bermanfaat, anak shaleh yang selalu mendoakan orang tuanya. (HR Muslim) Hadits ini menunjukkan pentingnya ilmu pengetahuan sebagai investasi masa depan. Dengan sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, serta anak soleh yang selalu mendoakan, kita tetap mendapat tambahan pahala meski kita tak lagi menjalani kehidupan di alam fana ini. Hadits ini juga menyiratkan perintah untuk memanfaatkan ilmu yang kita miliki. Tak hanya sekedar mengetahui suatu ilmu, tetapi perlu pengamalan dalam kehidupan. Kata orang bijak ilmu tanpa pengamalan ibarat pohon tanpa buah. Ada pula yang menyebutkan, ilmu tanpa amal, pincang, dan amal tanpa ilmu, buta. Oleh karen aitu harus ada kesesuaian antara ilmu dan amal. Selain mengamalkan ilmu yang kita miliki, kita juga diperintakan berbagi ilmu atau mengajarkan ilmu yang kita miliki kepada orang lain. Berbagi ilmu dengan orang lain tak sama dengan berbagi harta. Jika kita memberikan harta kita kepada orang lain, maka secara otomatis kita akan kehilangan harta itu atau dengan kata lain kita tak lagi memilikinya. Berbeda halnya dengan memberikan ilmu. Jika kita mengajarkan ilmu pengetahuan kepada orang lain, kita tidak akan kehilangan ilmu pengetahuan yang kita miliki, tetapi malah semakin menambah penguasaan kita terhadap ilmu tersebut. Yang harus kita ingat adalah ilmu yang dimiliki hendaknya tidak membuat kita tinggi hati dan merasa lebih hebat dari orang lain. Niat menuntut ilmu hendaknya didasari keikhlasan karena Allah SWT. Orang yang menuntut ilmu dengan niat untuk membanggakannya di

hadapan manusia diancam akan dimasukkan ke dalam neraka. Sabda rasul yang artinya: Janganlah kalian menuntut ilmu untuk membanggakannya terhadap para ulama dan untuk diperdebatkan di kalangan orang-orang bodoh dan buruk perangainya. Jangan pula menuntut ilmu untuk penampilan dalam majelis (pertemuan atau rapat) dan untuk menarik perhatian orang-orang kepadamu. Barangsiapa seperti itu maka baginya neraka neraka. (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah) Ilmu pengetahuan berkembangan seiring dengan perkembangan zaman. Jika kita berhenti belajar, sementara ilmu pengetahuan semakin berkembang, maka kita akan tertinggal. Oleh karena itu, proses belajar manusia tak hanya berhenti ketika kita menyelesaikan studi di bangku pendidikan. Menuntut ilmu tak hanya dilakukan di bangku sekolah atau kuliah. Sejatinya, dunia ini adalah laboratorium pendidikan. Setiap elemennya adalah sarana untuk menambah wawasan dan mengambil pelajaran. Karena itulah, proses belajar manusia seharusnya berawal sejak manusia dilahirkan hingga kematian menjemput. Rasulullah SAW bersabda:







Tuntutlah ilmu sejak dari buaian sampai liang lahat Hadits tersebut menjadi dasar dari ungkapan Long life education atau pendidikan seumur hidup. Berdasar dari hadits itu pula, kita seharusnya termotivasi agar tak pernah lelah untuk belajar. Kita niatkan perjuangan menuntut ilmu ini sebagai ibadah kepada Allah, dengan niat suatu hari kelak akan kita bagi kepada orang lain, agar ilmu yang kita miliki tak hanya bermanfaat buat diri kita, tetapi juga makhluk Allah yang lain. Jangan pernah berhenti belajar hal-hal bermanfaat, selama kita masih diberi kesempatan oleh Allah. Dengan niat ikhlas kartena Allah, mudah-mudahan kita semua memperoleh keutamaan menuntut ilmu seperti yang dijanjikan oleh Allah dan Rasul-Nya. Aamiin. Demikianlah yang dapat saya sampaikan. Semoga dapat bermanfaat bagi kita semua. Jika ada kekurangan itu datangnya dari diri saya sebagai makhluk dhoif yang tak luput dari khilaf, dan atas semua kesalahan itu mohon dimaafkan dan dimohonkan ampun kepada Allah SWT. Semua kebenaran yang terucap datangnya dari Allah SWT sebagai sang Khalik yang Maha Sempurna, semoga dapat dijadikan pelajareab dan bahan renungan. Akhir kata: Nuun, walqalami wamaa yasthuruun Fastabiqul khairot




Mari Menuntut Ilmu Syar'i (Keutamaan dan Kemuliaan Ilmu)


Label: Akhlaq dan Nasehat, Ilmu, Keutamaan - Fadhillah

Aku Takkan Lupakan Ilmu


Merupakan nikmat dan anugerah yang besar bagi seorang muslim dapat berjalan di atas kebenaran, mencari ridha Allah dan menggapai surga-Nya kelak. Dalam perjalanan seorang muslim, tak jarang dirinya lupa sehingga perlu diingatkan, kadang juga ia lalai sehingga membutuhkan teguran, belum lagi apabila ia keliru sehingga ia mencari pelita yang dapat meluruskan langkah dan arahnya.

Berikut ini penulis mengajak dirinya dan ikhwah sekalian untuk merenungi lagi ayat-ayat Allah, hadits-hadits Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dengan bimbingan pemahaman Salafush Shalih. Menyegarkan kembali ingatan kita bersama tentang kemuliaan ibadah melalui tholabul ilmi (menuntut ilmu syari), agar semangat tak menjadi surut, terlebih di hadapan berbagai ujian dan cobaan kehidupan duniawi. Semoga dapat bermanfaat khususnya bagi diri penulis dan bagi seluruh pembaca, amin Saudaraku, Islam menjelaskan kedudukan yang tinggi nan mulia tentang keutamaan ilmu. Banyak ayat dan hadits serta perkataan serta kisah teladan para ulama salaf yang menunjukkan hal ini. Di antaranya adalah: Menggapai Kemuliaan Dengan Ilmu Syari Allah Taala berrfirman,









Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kalian dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. (QS. Al-Mujadilah: 11) Ath Thabari rahimahullah berkata,Allah mengangkat derajat orang beriman yang berilmu di hadapan orang beriman yang tidak berilmu karena keutamaan ilmu mereka (jika mereka mengamalkan ilmu tersebut, pent). (Tafsir Ath-Thabari, QS Al-Mujadilah: 11) Asy-Syaukani rahimahullah berkata,Yaitu derajat yang tinggi dengan kemuliaan di dunia dan pahala di akherat. (Tafsir Asy-Syaukani; QS Al-Mujadilah: 11) Suatu hari Nafi bin Abdul Harits mendatangi Amirul Mukminin (Umar bin Al Khattab) di daerah Usfan (saat itu Umar tengah mempercayakan kepemimpinan Mekah kepada Nafi). Umar bertanya, Siapa yang engkau jadikan penggantimu -sementara waktu- bagi penduduk Mekah? Nafi menjawab, Ibnu Abza. Umar bertanya, Siapa Ibnu Abza? Nafi menjawab, Seorang budak. Umar bertanya kembali, Engkau telah memberikan kepercayaan tersebut kepada seorang budak [?] Nafi mengatakan, Sesungguhnya budak tersebut adalah seorang hafizh Al-Quran dan sangat mengilmui faraidh (yakni hukum-hukum islam) Kemudian Umar berkata, Sungguh Nabi kalian telah berkata: Sesungguhnya Allah mengangkat derajat sebagian manusia dengan Al-Quran dan merendahkan sebagian yang lain karenanya. (Shahih Muslim: 817) Ibrahim Al-Harbi berkata: Seseorang bernama Atha bin Abi Rabah adalah budak berkulit hitam, milik seorang wanita penduduk Mekah. Hidung Atha pesek seperti kacang (sangat kecil). Suatu hari, Sulaiman bin Abdul Malik sang Amirul Mukminin bersama kedua anaknya mendatangi Atha yang sedang shalat. Setelah selesai dari shalatnya ia menyambut mereka. Masih saja mereka asyik bertanya kepada Atha tentang manasik haji kemudian Sulaiman berkata kepada kedua anaknya Wahai anak-anakku, jangan kalian lalai dari menuntut ilmu. Sungguh aku tidak akan lupa telah berada di hadapan seorang budak hitam (yang berilmu ini) Dalam kisah yang lain Ibrahim Al-Harbi berkata, Muhammad bin Abdurrahman Al-Auqash adalah seorang yang lehernya sangat pendek sampai masuk ke badannya sehingga kedua bahunya menonjol keluar. Dengan penuh perhatian dan kasih sayang ibunya berpesan, Wahai anakku, sungguh kelak setiap kali engkau berada di sebuah majelis engkau akan selalu ditertawakan dan direndahkan, maka hendaklah engkau menuntut ilmu karena ilmu akan mengangkat derajatmu. Ternyata (ia mematuhi pesan ibunya, pent) sehingga suatu saat

dipercaya menjadi Hakim Agung di Mekah selama dua puluh tahun. (Lihat Tarikh Baghdad 2: 309, Miftah Daris Saadah karya Ibnu Qayyim Al-Jauziyah 1: 501-502) Al-Muzani berkata,Aku pernah mendengar Imam Syafii berkata: Barangsiapa mempelajari Al-Quran maka akan mulia kehormatannya. Barangsiapa mendalami ilmu fikih maka akan agung kedudukannya, barangsiapa mempelajari bahasa (arab) maka akan lembut tabiatnya. Barangsiapa mempelajari ilmu berhitung maka akan tajam nalarnya dan banyak idenya. Barangsiapa banyak menulis hadits maka akan kuat hujjahnya. Barangsiapa yang tidak menjaga dirinya, maka tidak akan bermanfaat ilmunya. (Diriwayatkan dari Imam Syafii dari beberapa jalan, lihat Miftah Daris Saadah 1: 503) Menuntut Ilmu Adalah Jalan Menuju Surga Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,Barangsiapa menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu (syari), maka Allah akan memudahkan jalan baginya menuju surga. (HR. Muslim no: 2699 dari Abi Hurairah) Beliau juga bersabda,Barangsiapa keluar untuk mencari ilmu, maka ia berada di jalan Allah sampai ia kembali. (HR Tirmidzi no: 2323, Ibnu Majah no: 4112 dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih Sunan Ibnu Majah no: 186 dari Anas) Dengan Menuntut Ilmu Segala Pintu Kebaikan, Maghfirah, dan Pahala Akan Dilimpahkan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,Barangsiapa yang dikehendaki kebaikan oleh Allah, maka ia akan diberikan kepahaman tentang agama. (HR Bukhari 1: 150-151, 6: 152, dan Muslim 1037 dari Muawiyah) Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam juga bersabda,Apabila anak cucu Adam meninggal dunia maka terputus semua amalannya kecuali dari tiga hal: [1] shadaqah jariyah, [2] ilmu yang bermanfaat, dan [3] anak shalih yang mendoakannnya. (HR Muslim 1631 dari Abi Hurairah) Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam juga bersabda, dan sesungguhnya para Malaikat akan merendahkan sayap-sayap mereka bagi penuntut ilmu sebagai tanda ridha terhadap apa yang mereka lakukan. Sungguh seorang yang berilmu akan dimintakan ampun baginya oleh semua yang ada di langit dan bumi sampai pun ikan di lautan. Keutamaan seorang yang berilmu atas seorang ahli ibadah bagaikan keistimewaan bulan di hadapan bintang-bintang. Para ulama adalah pewaris para Nabi. Para Nabi tidak mewariskan dinar ataupun dirham, mereka hanya mewariskan ilmu. Barangsiapa yang dapat mengambilnya, sungguh ia telah meraih bagian yang banyak. (HR Abu Daud no: 3641-2, At-Tirmidzi no: 2683, Ibnu Majah no: 223, dishahihkan Ibnu Hibban no: 80) Ilmu ini adalah anugerah. Oleh karena itu, mari kita bersama menjaganya dengan baik. Mengikhlaskan hati mensucikan niat agar Allah menambahnya serta melimpahkan berkah di dalamnya, Dan katakan, Wahai Rabb tambakanlah bagiku ilmu. (QS Thoha: 114) Jangan sampai kemurniannya terkotori dengan bisikan ambisi materi atau buaian kemewahan duniawi. Dalam hal ini Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pernah mengingatkan kita dengan dalam sebuah hadits, Barangsiapa mencari ilmu yang seharusnya dicari untuk mengharapkan wajah Allah, namun ternyata ia tidak mempelajarinya melainkan untuk mendapatkan satu tujuan dunia, maka ia tidak akan mencium wanginya surga pada hari kiamat. (HR Abu Daud no: 3664 dengan sanad yang shahih, Ibnu Majah no: 252, Ibnu Hibban no: 89, dll) Kiat Menjaga Ilmu

Para ulama salaf menjelaskan bahwa di antara kiat menjaga kenikmatan mulia ini adalah dengan: 1. Selalu bersemangat dalam menuntut ilmu dan tidak merasa bosan Imam Syafii rahimahullah berkata,Seseorang tidaklah berhasil menuntut ilmu (dengan baik) apabila dia selalu merasa bosan, seakan tidak membutuhkannya. Akan tetapi, seseorang akan berhasil menuntut ilmu jika melakukannya dengan perjuangan dan susah payah, penuh semangat dan hidup prihatin. (Hilayatul Auliya karya Abu Nuaim; 9: 119, Al-Madkhal karya Al-Baihaqi; no: 513, Tadribur Rawi karya As-Suyuthi; 2: 584) Dalam Diwannya beliau juga membawakan syair # # # Wahai saudaraku, engkau takan mendapatkan ilmu melainkan dengan (memperhatikan) enam hal Aku akan menyebutkannya secara rinci: [1] harus memiliki kecerdasan, [2] memiliki semangat, [3] bersungguh-sungguh, [4] membutuhkan biaya/materi, [5] mendapat bimbingan guru (ustadz), dan [6] membutuhkan waktu yang panjang. (Diwan Asy-Syafii) 2. Mengamalkan ilmu yang telah kita dapatkan Amr bin Qays berkata,Jika sampai kepadamu suatu ilmu, maka amalkanlah meskipun hanya sekali. (Hilyatul Auliya karya Abu Nuaim 5: 102) Imam Waki berkata,Jika engkau hendak menghafal satu ilmu (hadits), maka amalkanlah! (Tadribur Rawi karya As-Suyuthi 2: 588) Imam Ahmad berkata,Tidaklah aku menulis suatu hadits melainkan aku telah mengamalkannya. Sehingga suatu ketika aku mendengar hadits bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam melakukan hijamah (bekam) dan memberikan upah kepada ahli bekam (Abu Thaybah) satu dinar, maka aku melakukan hijamah dan memberikan kepada ahli bekam satu dinar pula. (Ibnul Jauzi menyebutkannya dalam Manaqib Ahmad, hal: 232) 3. Senantiasa mengingat dan mengulang-ulang ilmu Ali bin Abi Thalib berkata,Ingat-ingatlah (ilmu) hadits. Sungguh jika kalian tidak melakukannya maka ilmu akan hilang. (Al-Muhadditsul Fashil karya Ar-Ramahurmuzi hal: 545) Ibnu Abbas berkata,Mengulang-ulang ilmu di sebagian malam lebih aku cintai daripada menghidupkan malam (dengan shalat malam) (Sunan Ad-Darimi; 1: 82 dan 149) Az-Zuhri berkata,Gangguan ilmu adalah lupa dan sedikitnya murajaah (mengulang-ulang). (Sunan Ad-Darimi, 1: 150) Saudaraku Kita perlu mengingat kembali sebuah hadits yang disampaikan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Beliau menggambarkan bagaimana Allah akan mencabut ilmu dari kehidupan dunia ini. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu dengan merenggutnya dari para manusia, namun ilmu itu dicabut dengan diwafatkannya para ulama. Sehingga apabila Allah tidak menyisakan lagi seorang alim, maka manusia akan menjadikan para pembesar mereka dari kalangan orang-orang bodoh yang ditanya (tentang agama) lantas orang-orang bodoh itu berfatwa tanpa ilmu, sehingga mereka sesat dan menyesatkan. (HR Al-Bukhari: 1: 174-175, Muslim no: 2673, At-Tirmidzi 2652) Dalam hadits yang lain, beliau bersabda, Sesungguhnya di antara tanda-tanda hari kiamat adalah diangkatnya ilmu, kebodohan semakin merajalela, zina nampak di mana-mana, khamr diminum, kaum pria menjadi sedikit dan kaum wanita menjadi lebih banyak. (Shahih dengan beberapa jalannya, Al-Bukhari juga meriwayatkannya dalam Sahih: kitab nikah

dari hadits Hafsh bin Umar dan kitab ilmu, demikian pula halnya Muslim dalam Shahihnya: 4: 256, dan selain mereka) Ibnu Qayyim Al-Jauziyah berkata,Sungguh keberadaan agama Islam dan keberlangsungan dunia ini adalah dengan keberadaan ilmu agama, dengan hilangnya ilmu akan rusaklah dunia dan agama. Maka kokohnya agama dan dunia hanyalah dengan kekokohan ilmu. (Miftah Daris Saadah karya Ibnu Qayyim Al-Jauziyah: 1: 500) Al-Auzai berkata bahwa Ibnu Syihab Az-Zuhri menyatakan,Berpegang teguh dengan sunnah adalah keselamatan. Sementara ilmu diangkat dengan cepat. Kekokohan ilmu adalah keteguhan bagi agama dan dunia. Hilangnya ilmu adalah kehancuran bagi itu semua. (Riwayat Ibnul Mubarak dalam Az-Zuhud 817, dan Ibnu Abdil Bar dalam Al-Jami 1018) Saudaraku Yakinlah bahwa di antara kunci kebahagiaan dunia dan akherat adalah dengan menuntut ilmu syari. Itulah yang akan menumbuhkan khasyyah dan sikap takut kepada Allah, merasa diawasi sehingga waspada terhadap semua ancaman Allah. Semua itu tidaklah didapatkan kecuali dengan ilmu syari. Allah Taala berfirman,






Sesungguhnya hanyalah para ulama yang memiliki khasyyah kepada Allah. (QS. Fathir: 28) Ath-Thabari berkata,Sesungguhnya yang takut kepada Allah, menjaga diri dari adzab dengan menjalankan ketaatan kepada Allah hanyalah orang-orang yang berilmu. Mereka mengetahui bahwa Allah Maha Mampu melakukan segala sesuatu, maka mereka menghindar dari kemaksiatan yang akan menyebabkan murka dan adzab Allah (Lihat Tafsir AthThabari QS Fathir; ayat: 28) Abdullah bin Masud dan Masruq berkata,Cukuplah ilmu membuat seseorang takut kepada Allah, dan sebaliknya kebodohan menyebabkan seseorang lalai dari mengenal Allah. Al-Baghawi menyebutkan bahwa seseorang memanggil dan berkata kepada Syabi, Wahai aalim berfatwalah. Syabi menjawab, Sesungguhnya seorang alim adalah yang memiliki khasyyah (rasa takut) kepada Allah. (Riwayat Ibnul Mubarak dalam Az-Zuhud hal: 15, dan Ahmad dalam Az-Zuhud hal: 858 dan Lihat Tafsir Al-Baghawi QS Fathir; ayat: 28) Syaikh As-Sadi berkata dalam tafsir dari Surat Al-Faaathir ayat 28, Ayat ini adalah dalil keutamaan ilmu, karena ilmu akan menumbuhkan sikap khasyyah (takut) kepada Allah. Orang yang takut kepada Allah adalah orang yang akan mendapatkan kemuliaan Allah sebagaimana firman-Nya (yang artinya), Allah ridha kepada mereka dan mereka ridha kepada Allah. Itu hanya bagi orang-orang yang memiliki khasyyah kepadaNya. (Lihat Tafsir As-Sadi QS Fathir, ayat: 28) Dengan ilmu kita dapat menumbuhkan sikap khasyyah kepada Allah dan itulah muraqabah yang akan membimbing langkah-langkah kita menuju ridha Allah. Sufyan berkata,Barangsiapa yang berharap (kebahagiaan) dunia dan akherat, hendaklah ia menuntut ilmu syari. An-Nadhr bin Syumail berkata,Barangsiapa yang ingin dimuliakan di dunia dan akherat, hendaklah ia menuntut ilmu syari. Cukuplah menjadi kebahagiaan bagi dirinya jika ia dipercaya dalam perkara agama Allah, serta menjadi perantara antara seorang hamba dengan Allah. (Miftah Daris Saadah karya Ibnu Qayyim Al-Jauziyah: 1: 503-504) Muadz bin Jabal berkata,Pelajarilah ilmu syari karena mempelajarinya di jalan Allah adalah khasyyah, memperdalamnya adalah ibadah, mengulang-ulangnya adalah tasbih

(memuji Allah), membahas (permasalahan-permasalahannya) adalah jihad, mengajarkannya kepada yang belum mengetahuinya adalah shadaqah, dengan ilmulah Allah diketahui dan disembah, dengannya Allah diesakan dalam tauhid, dan dengannya pula diketahui yang halal dan yang haram (Hilayatul Auliya karya Abu Nuaim 1: 239, Al-Ajmi oleh Ibnu Abdil Bar 1: 65) Seorang penyair berkata: Ilmu adalah harta dan tabungan yang tak akan habis Sebaik-baik teman yang bersahabat adalah ilmu Terkadang seseorang mengumpulkan harta kemudian kehilangannya Tidak seberapa namun meninggalkan kehinaan dan perseteruan Adapun penuntut ilmu, ia selalu membuat iri (ghibthah) banyak orang Namun dirinya tidak pernah merasa takut akan kehilangannya Wahai para penuntut ilmu, betapa berharga hartamu itu yang tak dapat dibandingkan dengan emas ataupun mutiara.. (Diterjemahkan dari Miftah Daris Saadah karya Ibnu Qayyim Al-Jauziyah: 1: 507) Karenanya, Luqman berwasiat kepada putranya, Wahai anakku, duduklah bersama para ulama, dekatilah mereka dengan kedua lututmu. Sesungguhnya Allah akan menghidupkan hati yang mati dengan pelita hikmah sebagaimana Allah menghidupkan bumi yang gersang dengan air hujan. (Riwayat Imam Malik dalam Al-Muwaththa 2: 1002). Hikmah yang beliau maksud adalah yang Allah sebutkan dalam firmanNya (QS Al-Baqarah: 269) yang artinya,Allah menganugerahkan hikmah kepada yang Allah kehendaki, barangsiapa telah diberikan hikmah maka ia telah diberikan banyak kebaikan Qutaibah dan Jumhur ulama berkata hikmah adalah mengetahui yang haq dengan sebenarnya serta mengamalkannya. Itulah ilmu yang bermanfaat dan amal yang shalih. (Miftah Daris Saadah karya Ibnu Qayyim Al-Jauziyah: 1: 227) Imam Ahmad berkata,Manusia lebih membutuhkan ilmu dibandingkan makan dan minum, karena makanan dan minuman dibutuhkan manusia satu atau dua kali dalam satu hari. Akan tetapi, ilmu senantiasa dibutuhkan seorang manusia setiap saat (selama nafasnya berhembus)(Thabaqat Al-Hanabilah; 1: 146) Saudaraku, Belum Terlambat dan Tidak Ada Kata Malu Aisyah berkata,Sebaik-baik wanita adalah wanita Anshar. Mereka tidak terhalangi oleh rasa malu untuk mempelajari semua perkara agama ini. Mujahid juga berkata,Seorang pemalu atau sombong tidaklah dapat menuntut ilmu. Yang satu terhalangi dari menuntut ilmu oleh rasa malunya. Sementara yang satu lagi terhalangi oleh kesombongannya. (Al-Bukhari menyebutkannya secar muallaq dalam Shahih-nya 1: 229) Mari bersama-sama kita membangkitkan semangat menuntut ilmu syari agar dengannya kita mendapatkan pelita nan bercahaya, menerangi setiap amalan hidup kita, membimbing setiap pola pikir dan langkah kita, memperbaiki setiap niat hati kita, membuat kita senantiasa takut karena merasa diawasi oleh Allah. Jika ilmu itu telah sampai maka jangan kita melupakannya dan mari kita berlomba untuk mengamalkannya. Ali bin Abi Thalib berkata,Ilmu membisikkan pemiliknya untuk diamalkan. Jika ia menjawab panggilan bisikan itu, maka ilmu akan tetap ada. Namun jika ia tidak menjawab panggilan itu, maka ilmu akan pergi. (Iqtidhaul Ilmil amal karya Al-Khathib: hal 41) Semoga Allah melimpahkan taufiqNya kepada kita untuk ikhlas dalam menuntut ilmu, beramal dan berdakwah di jalan-Nya. Ya Allah, jadikanlah kami hamba-hambaMu yang mendapatkan keselamatan dan kebahagiaan di dunia serta akherat dengan ilmu, amin _____________

Penulis: Ustadz Rizal Yuliar Putrananda, Lc. Artikel www.muslim.or.id

Keutamaan Ilmu
Pertama : Ilmu Meningkatkan derajat Allah taala berfirman yang artinya, Allah akan mengangkat orang-orang yang beriman dan diberikan ilmu di antara kalian beberapa derajat. Allah Maha mengetahui apa yang kalian kerjakan. (QS. Al Mujadilah [58] : 11). Al Hafizh menjelaskan,Ada yang mengatakan tentang tafsirannya adalah : Allah akan mengangkat kedudukan orang beriman yang berilmu dibandingkan orang beriman yang tidak berilmu. Dan pengangkatan derajat ini menunjukkan adanya sebuah keutamaan (Fathul Bari, 1/172). Beliau juga meriwayatkan sebuah ucapan Zaid bin Aslam mengenai ayat yang artinya,Kami akan mengangkat derajat orang yang Kami kehendaki. (QS. Yusuf [12] : 76). Zaid mengatakan, Yaitu dengan sebab ilmu. (Fathul Bari, 1/172). Kedua : Nabi diperintahkan untuk berdoa untuk mendapatkan tambahan ilmu Di dalam Kitabul Ilmi Bukhari membawakan sebuah ayat yang artinya,Wahai Rabbku, tambahkanlah kepadaku ilmu. (QS. Thaha [20] : 114). Kemudian Al Hafizh menjelaskan,Ucapan beliau : Firman-Nya azza wa jalla, Wahai Rabbku tambahkanlah kepadaku ilmu. Memiliki penunjukan yang sangat jelas terhadap keutamaan ilmu. Sebab Allah taala tidaklah memerintahkan Nabi-Nya shallallahu alaihi wa sallam untuk meminta tambahan untuk apapun kecuali tambahan ilmu. Sedangkan yang dimaksud dengan ilmu di sini adalah ilmu syari; yang dengan ilmu itu akan diketahui kewajiban yang harus dilakukan oleh seorang mukallaf untuk menjalankan ajaran agamanya dalam hal ibadah ataupun muamalahnya, juga ilmu tentang Allah dan sifat-sifat-Nya, dan hak apa saja yang harus dia tunaikan dalam beribadah kepada-Nya, menyucikan-Nya dari segenap sifat tercela dan kekurangan. Dan poros semua ilmu tersebut ada pada ilmu tafsir, hadits dan fiqih (Fathul Bari, 1/172). Ketiga : Perintah bertanya kepada ahli ilmu Ibnul Qayyim mengatakan,Sesungguhnya Allah Yang Maha Suci memerintahkan untuk bertanya kepada mereka (ahli ilmu) dan merujuk kepada pendapat-pendapat mereka. Allah juga menjadikannya sebagaimana layaknya persaksian dari mereka. Allah berfirman yang artinya, Dan tidaklah Kami mengutus sebelummu kecuali para lelaki yang Kami wahyukan kepada mereka : bertanyalah kepada ahli dzikir apabila kalian tidak mempunyai ilmu. (QS. An Nahl [16] : 43). Sehingga makna ahli dzikir adalah ahli ilmu yang memahami wahyu yang diturunkan Allah kepada para nabi. (Al Ilmu, fadhluhu wa syarafuhu, hal. 24). Keempat : Kebenaran akan tampak bagi ahli ilmu Ibnul Qayyim mengatakan,Allah Yang Maha Suci memberitakan mengenai keadaan orangorang yang berilmu; bahwa merekalah orang-orang yang bisa memandang bahwa wahyu yang diturunkan kepada Nabi dari Rabbnya adalah sebuah kebenaran. Allah menjadikan hal ini sebagai pujian atas mereka dan permintaan persaksian untuk mereka. Allah taala berfirman yang artinya, Dan orang-orang yang diberikan ilmu bisa melihat bahwa wahyu yang diturunkan dari Rabbmu itulah yang benar. (QS. Saba [34] : 6). (Al Ilmu, fadhluhu wa syarafuhu, hal. 24). Kelima : Segala sifat terpuji bersumber dari ilmu Ibnul Qayyim mengatakan,Sesungguhnya seluruh sifat yang menyebabkan hamba dipuji oleh Allah di dalam Al Quran maka itu semua merupakan buah dan hasil dari ilmu. Dan

seluruh celaan yang disebutkan oleh-Nya maka itu semua bersumber dari kebodohan dan akibat darinya (Al Ilmu, fadhluhu wa syarafuhu, hal. 128). Beliau juga menegaskan,Dan tidaklah diragukan bahwasanya kebodohan adalah pokok seluruh kerusakan. Dan semua bahaya yang menimpa manusia di dunia dan di akhirat maka itu adalah akibat dari kebodohan (Al Ilmu, fadhluhu wa syarafuhu, hal. 101). Kebahagiaan ilmu Ibnul Qayyim mengatakan, Adapun kebahagiaan ilmu, maka hal itu tidak dapat kamu rasakan kecuali dengan cara mengerahkan segenap kemampuan, keseriusan dalam belajar, dan niat yang benar. Sungguh indah ucapan seorang penyair yang mengungkapkan hal itu, Katakanlah kepada orang Perkara-perkara yang tinggi Tanpa mengerahkan Berarti kamu berharap sesuatu yang mustahil ada Penyair yang lain Kalau bukan karena Tentunya semua orang bisa Sifat dermawan membawa Sebagaimana sifat berani membawa (Al Ilmu, fadhluhu wa syarafuhu, hal. 111). yang lagi mendambakan mulia kesungguhan mengatakan, kesulitan pimpinan kemiskinan kematian

faktor menjadi resiko resiko

Beliau juga mengatakan,Berbagai kemuliaan berkaitan erat dengan hal-hal yang tidak disenangi (oleh hawa nafsu, pen). Sedangkan kebahagiaan tidak akan bisa dilalui kecuali dengan meniti jembatan kesulitan. Dan tidak akan terputus jauhnya jarak perjalanan kecuali dengan menaiki bahtera keseriusan dan kesungguh-sungguhan. Muslim mengatakan di dalam Sahihnya, Yahya bin Abi Katsir berkata : Ilmu tidak akan diraih dengan tubuh yang banyak bersantai-santai. Dahulu ada yang mengatakan, Barangsiapa yang menginginkan hidup santai (di masa depan, pen) maka dia akan meninggalkan banyak bersantai-santai.. (Al Ilmu, fadhluhu wa syarafuhu, hal. 112). Inilah sekelumit pelajaran dan motivasi bagi para penuntut ilmu. Semoga yang sedikit ini bisa menyalakan semangat mereka dalam berjuang membela agama-Nya dari serangan musuhmusuh-Nya. Sesungguhnya pada masa yang penuh dengan fitnah semacam ini kehadiran para penuntut ilmu yang sejati sangat dinanti-nanti. Para penuntut ilmu yang berhias diri dengan adab-adab islami, yang tidak tergoda oleh gemerlapnya dunia dengan segala kepalsuan dan kesenangannya yang fana. Para penuntut ilmu yang bisa merasakan nikmatnya berinteraksi dengan Al Quran sebagaimana seorang yang lapar menyantap makanan. Para penuntut ilmu yang senantiasa berusaha meraih keutamaan di waktu-waktunya. Para penuntut ilmu yang bersegera dalam kebaikan dan mengiringi amalnya dengan rasa harap dan cemas. Para penuntut ilmu yang mencintai Allah dan Rasul-Nya di atas kecintaannya kepada segala sesuatu. ____________ Disusun oleh Ari Wahyudi http://abumushlih.com/buku-tamu/keutamaan-ilmu/

Yang Kita Lupakan Dalam Menuntut Ilmu


Bertahun-tahun sudah kita luangkan waktu kita untuk menuntut ilmu. Suka duka yang dirasakan juga begitu banyak. Mengingat masa lalu terkadang membuat kita tersenyum, tertawa dan terkadang membuat kita menangis. Inilah kehidupan yang harus kita jalani. Kehidupan sebagai seorang thalibulilmi. Akan tetapi, mungkin kita sering melupakan, apakah ilmu yang kita dapatkan adalah ilmu yang bermanfaat ataukah sebaliknya.

Penulis teringat sebuah hadis yang diriwayatkan oleh seorang sahabat yang bernama Zaid bin Arqam radhiallahu anhu bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pernah berkata, Ya Allah. Sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari hati yang tidak khusyuk, dari jiwa yang tidak pernah merasa kenyang dan dari doa yang tidak dikabulkan. (HR Muslim No. 6906 dan yang lainnya dengan lafaz-lafaz yang mirip) Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam saja, yang dijamin oleh Allah untuk menjadi pemimpin Bani Adam di hari akhir nanti, sangat sering mengulang doa-doa ini, apalagi kita, yang sangat banyak berlumuran dosa, sudah seharusnya selalu membacanya. Mengetahui ciri-ciri ilmu yang bermanfaat dan yang tidak bermanfaat sangatlah penting. Oleh karena itu, berikut ini penulis sebutkan beberapa ciri ilmu yang bermanfaat dan yang tidak bermanfaat yang penulis ambil dari kitab Al-Hafiz Ibnu Rajab Al-Hanbali yang berjudul Bayan Fadhli Ilmissalaf ala Ilmilkhalaf. Ciri-ciri ilmu yang bermanfaat di dalam diri seseorang: Menghasilkan rasa takut dan cinta kepada Allah. Menjadikan hati tunduk atau khusyuk kepada Allah dan merasa hina di hadapan-Nya dan selalu bersikap tawaduk.

Membuat jiwa selalu merasa cukup (qanaah) dengan hal-hal yang halal walaupun sedikit yang itu merupakan bagian dari dunia. Menumbuhkan rasa zuhud terhadap dunia. Senantiasa didengar doanya. Ilmu itu senantiasa berada di hatinya. Menganggap bahwa dirinya tidak memiliki sesuatu dan kedudukan. Menjadikannya benci akan tazkiah dan pujian. Selalu mengharapkan akhirat. Menunjukkan kepadanya agar lari dan menjauhi dunia. Yang paling menggiurkan dari dunia adalah kepemimpinan, kemasyhuran dan pujian. Tidak mengatakan bahwa dia itu memiliki ilmu dan tidak mengatakan bahwa orang lain itu bodoh, kecuali terhadap orang-orang yang menyelisihi sunnah dan ahlussunnah. Sesungguhnya dia mengatakan hal itu karena hak-hak Allah, bukan untuk kepentingan pribadinya. Berbaik sangka terhadap ulama-ulama salaf (terdahulu) dan berburuk sangka pada dirinya. Mengakui keutamaan-keutamaan orang-orang yang terdahulu di dalam ilmu dan merasa tidak bisa menyaingi martabat mereka. Sedikit berbicara karena takut jika terjadi kesalahan dan tidak berbicara kecuali dengan ilmu. Sesungguhnhya, sedikitnya perkataan-perkataan yang dinukil dari orang-orang yang terdahulu bukanlah karena mereka tidak mampu untuk berbicara, tetapi karena mereka memiliki sifat wara dan takut pada Allah Taala.

Adapun ciri-ciri ilmu yang tidak bermanfaat di dalam diri seseorang: Ilmu yang diperoleh hanya di lisan bukan di hati. Tidak menumbuhkan rasa takut pada Allah.

Tidak pernah kenyang dengan dunia bahkan semakin bertambah semangat dalam mengejarnya. Tidak dikabulkan doanya. Tidak menjauhkannya dari apa-apa yang membuat Allah murka. Semakin menjadikannya sombong dan angkuh. Mencari kedudukan yang tinggi di dunia dan berlomba-lomba untuk mencapainya. Mencoba untuk menyaing-nyaingi para ulama dan suka berdebat dengan orang-orang bodoh. Tidak menerima kebenaran dan sombong terhadap orang yang mengatakan kebenaran atau berpura-pura meluruskan kesalahan karena takut orang-orang lari darinya dan menampakkan sikap kembali kepada kebenaran. Mengatakan orang lain bodoh, lalai dan lupa serta merasa bahwa dirinya selalu benar dengan apa-apa yang dimilikinya. Selalu berburuk sangka terhadap orang-orang yang terdahulu. Banyak bicara dan tidak bisa mengontrol kata-kata.

Al-Hafiz Ibnu Rajab Al-Hanbali berkata, Di saat sekarang ini, manusia boleh memilih apakah dia itu ridha untuk dikatakan sebagai seorang ulama di sisi Allah ataukah dia itu tidak ridha kecuali disebut sebagai seorang ulama oleh manusia di masanya. Barang siapa yang merasa cukup dengan yang pertama, maka dia akan merasa cukup dengan itu Barang siapa yang tidak ridha kecuali ingin disebut sebagai seorang ulama di hadapan manusia, maka jatuhlah ia (pada ancaman Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam), Barang siapa yang menuntut ilmu untuk menyaing-nyaingi para ulama, mendebat orangorang bodoh atau memalingkan wajah-wajah manusia kepadanya, maka dia itu telah mempersiapkan tempat duduknya dari neraka. (*) *) Dengan Lafaz yang seperti ini, penulis belum menemukannya dengan sanad yang shahih. Akan tetapi, terdapat lafaz yang mirip dengannya di Sunan At-Tirmidzi No. 2653 dengan sanad yang hasan, yaitu: _____________ Maraji: Bayan Fadhli Ilmissalaf ala Ilmilkhalaf oleh Al-Hafiz Ibnu Rajab Al-Hanbali, Dar Al-Basyair Al-Islamiah Shahih Muslim, Dar As-Salam

Sunan At-Tirmidzi, Maktabah Al-Maarif

*** Penulis: Ustadz Said Yai Ardiansyah (Mahasiswa Fakultas Hadits, Jamiah Islamiyah Madinah, Saudi Arabia) Artikel www.muslim.or.id

Keutamaan Menyebarkan Ilmu Agama

Dari Abu Umamah al-Baahili radhiyallahu anhu bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda,












Sesungguhnya Allah dan para Malaikat, serta semua makhluk di langit dan di bumi, sampai semut dalam lubangnya dan ikan (di lautan), benar-benar bershalawat/mendoakan kebaikan bagi orang yang mengajarkan kebaikan (ilmu agama) kepada manusia[1]. Hadits yang agung ini menunjukkan besarnya keutamaan seorang yang mempelajari ilmu agama[2] yang bersumber dari al-Quran dan Sunnah Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam, kemudian menyebarkannya kepada umat manusia[3]. Imam Abdullah bin al-Mubarak rahimahullah berkata,Aku tidak mengetahui setelah (tingkatan) kenabian, kedudukan yang lebih utama dari menyebarkan ilmu (agama)[4]. Dalam hadist lain yang semakna dari Abu Darda radhiyallahu anhu bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:Sesungguhnya orang yang memahami ilmu (agama dan mengajarkannya kepada manusia) akan selalu dimohonkan (kepada Allah Taala) pengampunan (dosa-dosanya) oleh semua makhluk yang ada di langit dan di bumi, termasuk ikan-ikan di lautan[5]. Beberapa faidah penting yang terkandung dalam hadits ini: Makna shalawat dari Allah Taala kepada hamba-Nya adalah limpahan rahmat, pengampunan, pujian, kemuliaan dan keberkahan dari-Nya[6]. Ada juga yang mengartikannya dengan taufik dari Allah Taala untuk mengeluarkan hamba-Nya dari kegelapan (kesesatan) menuju cahaya (petunjuk-Nya), sebagaimana dalam firmanNya: Dialah yang bershalawat kepadamu (wahai manusia) dan malaikat-Nya (dengan memohonkan ampunan untukmu), supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya (yang terang). Dan adalah Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman (QS al-Ahzaab:43)[7].

Orang yang mengajarkan ilmu agama kepada manusia berarti telah menyebarkan petunjuk Allah Taala yang merupakan sebab utama terwujudnya kemakmuran dan kesejahteraan alam semesta beserta semua isinya, oleh karena itu semua makhluk di alam semesta berterima kasih kepadanya dan mendoakan kebaikan baginya, sebagai balasan kebaikan yang sesuai dengan perbuatannya[8]. Sebagian dari para ulama ada yang menjelaskan makna hadits ini bahwa Allah Taala akan menetapkan bagi orang yang mengajarkan ilmu agama pengabulan bagi semua permohonan ampun yang disampaikan oleh seluruh makhluk untuknya[9]. Tentu saja yang keutamaan dalam hadits ini khusus bagi orang yang mengajarkan ilmu agama dengan niat ikhlas mengharapkan wajah AllahTaala, bukan untuk tujuan mencari popularitas atau imbalan duniawi[10]. Para ulama yang menyebarkan ilmu agama adalah pewaris para Nabi Shallallahu alaihi wa sallam[11], karena merekalah yang menggantikan tugas para Nabi dan Rasul alaihis salam, yaitu menyebarkan petunjuk Allah Taala dan menyeru manusia ke jalan yang diridhai-Nya, serta bersabar dalam menjalankan semua itu, maka merekalah orang-orang yang paling mulia kedudukannya di sisi AllahTaala setelah para Nabi dan Rasul alaihis salam[12]. Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, Menyampaikan/menyebarkan sunnah (petunjuk) Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam kepada umat manusia lebih utama daripada menyampaikan (melemparkan) panah ke leher musuh (berperang melawan orang kafir di medan jihad), karena menyampaikan panah ke leher musuh banyak

orang yang (mampu) melakukannya, sedangkan menyampaikan sunnah (petunjuk) RasulullahShallallahu alaihi wa sallam kepada umat manusia hanya (mampu) dilakukan oleh (para ulama) pewaris para Nabi alaihis salam dan pengemban tugas mereka di umat mereka, semoga Allah Taala menjadikan kita termasuk golongan mereka dengan karunia dan kemurahan-Nya[13].

You might also like