You are on page 1of 15

Tugas Mata Kuliah Konsep & Teori Sosial Semester 2

Tugas Mata Kuliah Konsep & Teori Sosial Semester 2

CRITICAL THEORY: a Summary


Didi Pramono Mahasiswa Prodi Pendidikan IPS Program Pascasarjana Universitas Negeri Semarang dapat dihubungi melalui e-mail pramono.unnes@gmail.com PENDAHULUAN A. DEFINISI Teori kritik didefinisikan secara sempit dan luas kaitannya dengan filsafat dan sejarah ilmuilmu pengetahuan sosial. Teori kritik dalam arti sempit mengarah pada beberapa generasi filsuf Jerman, utamanya dalam tradisi Marxis Eropa Barat yang dikenal dengan sekolah Frankfurt atau Mahzab Frankfurt. Teori kritik dalam arti luas menitik beratkan pada upaya pembebasan manusia seutuhnya dari hal-hal yang memperbudaknya. Kedua definisi ini pada intinya telah menyiapkan dasar-dasar yang normatif dan deskriptif untuk penyelidikan sosial yang diarahkan pada pengurangan dominasi dan terus meningkatkan kebebasan dalam semua bentuknya. Teori sosial kritik mengamanatkan bahwa penelitian sosial seharusnya memadukan kutubkutub filsafat dan ilmu-ilmu sosial, yang dipadukan diantaranya pemahaman dan penjelasan, wakil dan struktur, serta keteraturan dan normativitas. Hal inilah yang sangat ditekankan oleh teori kritik, bahwa pemecahan masalah sosial harus dikaji secara komprehensif integral dari ilmu-ilmu sosial, seperti filsafat, sosiologi, antropologi, psikologi, sejarah, geografi, politik, hukum, dan kewarganegaraan. Kajian interdisiplin ini pada akhirnya mengarah pada simpulan bahwa kehidupan saat ini yang sudah sangat kapitalisme harus diubah menuju kehidupan sosial yang berlandaskan pada musyawarah mufakat. Fakta ini bisa dicapai melalui demokratisasi di segala bidang kehidupan. Teori kritik harus memenuhi tiga kriteria, yakni harus jelas, praktis, dan normatif, semua pada waktu yang sama. Teori harus menjelaskan sesuatu yang keliru dengan kenyataan sosial kekinian, mengidentifikasi para pelaku agar mengubah kekeliruan, dan menyiapkan keduanya dalam hal norma-norma yang tepat untuk kritik dan tujuan yang praktis yang dapat dicapai untuk transformasi sosial. Kehadiran teori kritik memicu ketegangan-ketegangan, karena kritiknya yang sangat tajam terhadap kemapanan teori yang sudah ada sebelumnya. Ada dua argumen terkait hal tersebut, pertama, penyelidikan terhadap falsafah dasar atau metafilosofi, teori kritik menyajikan alternatif untuk filsafat politik kekinian. Kedua, peninjauan terhadap inti teori normatif dan hubungannya terhadap transformasi etika otonomi Kantian ke dalam konsepsi kebebasan dan keadilan di mana demokrasi dan cita-cita demokratis memainkan peran utama. B. TOKOH-TOKOH TEORI KRITIK Mark Horkheimer Hebert Marcuse Theodor Adorno Jurgen Habermas

Tugas Mata Kuliah Konsep & Teori Sosial Semester 2

TEORI KRITIK SEBAGAI METAFILOSOFI: FILSAFAT, IDEOLOGI, & KEBENARAN Hegel dan Marx berpendapat bahwa teori dapat berlaku jika hanya dengan terdapat filsafat praktis dalam arti perubahan praktik-praktik di mana masyarakat dapat mewujudkan citacitanya. Teori kritik berusaha mewujudkan hal ini, dengan jalan menghubungkan filsafat yang berhubungan dengan ilmu-ilmu sosial humaniora. Pada tataran tindakan nyata, teori memberikan batasan pada ilmu pengetahuan sosial empiris dan penegasan kebenaran normatif. Dalam hal ini, teori berusaha mempertahankan penekanan pada normativitas, termasuk juga pada hasil-hasil penelitian lapangan yang menghasilkan data tertentu. Filsafat memiliki peran yang berbeda antara masa lalu dan masa modern saat ini. Dulu, filsafat menjalankan perannya sebagai pengadilan pertimbangan, pengadilan banding yang terakhir sebelum disiplin ilmu lain dipertahankan dan harus mengoreksi diri, dan pusat dari berbagai pertanyaan-pertanyaan normatif yang menghilangkan tinjauan secara kritis atas suatu hal. Wacana ini kemudian dikritik oleh Kantian (para penganut Kant), bahwa kaitannya dengan normativitas, ini sebenarnya ditentukan dengan bebas melalui analisa universal transendental dan berdasarkan kondisi tertentu yang diperlukan sebagai bahan pertimbangan dalam kajian praktis dan teoretisnya. Horkheimer juga turut menyampaikan kritiknya atas wacana di atas, bahwa materialisme memerlukan penggabungan antara ilmu pengetahuan dan filsafat. Oleh karena itu Horkheimer menolak perbedaan substantif antara ilmu pengetahuan dan filsafat. Teori kritik dapat berjalan bersama dengan pembagian kerja teoretis di mana pendirian normatif filsafat bisa mengkritik perwujudan-perwujudan kesusilaan dan pertimbangan menurut kriteria internalnya. Horkheimer dan Marcsue melihat ketidakpercayaan dan sikap relativis (orang yang suka menisbikan sesuatu hal) dari munculnya sosiologi, terutama apa yang disampaikan Karl Manheim. Marcuse menyatakan bahwa sosiologi hanya tertarik dalam hal kebebasan dan sifat keadaran terbatas akan menjauhi kebenaran, karena hal yang demikian memalsukan tujuan dan kepentingan teori kritik. Kaitannya dengan hal ini, Horkheimer berkata bahwa semua pemikiran teori kritik, salah atau benar, tergantung pada kondisi-kondisi yang dapat berubah sewaktu-waktu itu tidak berpengaruh pada kebenaran ilmu pengetahuan. Hal-hal yang demikian tidak dapat dicari penjelasannya, bahwa mengapa karakter pikiran yang dikondisikan perlu mempengaruhi kebenaran keputusan? Mengapa tidak seharusnya pengertian yang mendalam sama halnya dikondisikan sebagai kesalahan? Sikap yang diperlukan dalam hal ini adalah bahwa perbedaan antara fabilisme dengan relativisme. Fabilisme (paham keniscayaan atau kekeliruan) itu berbeda dengan relativisme (paham kenisbian). Dalam hal ini kita perlu membedakan antara kebenaran dan konteks pembenaran penegasan-penegasan pada kebenaran. Ada satu hal yang kemudian dijadikan jawaban atas semua ini, yakni detranscendentalizing (mempermudah pemahaman) kebenaran tanpa kehilangan normativitasnya. Perlu dicermati, hal-hal yang ditempuh untuk mencapai kebenaran. Relativisme, rasa empati, keragu-raguan historisisme, keragu-raguan ahli, dan kritikus perlu cermat dalam merumuskan kebenaran hal ikhwal kehidupan sosial. Mahzab Frankfurt paling sering mengupayakan ini, dengan jalan menerapkan tinjauan ideologi pada individualisme liberal, reductionist, dan penafsiran-penarsiran yang merusak cita-cita demokrasi.

Tugas Mata Kuliah Konsep & Teori Sosial Semester 2

Ada dua masalah yang muncul sebagai implikasi pelaksanaan pemikiran Horkheimer dan Marcuse, yakni: 1) filsafat diberi tugas mengorganisasikan riset sosial, menyiapkan tujuan praktisnya, pembenaran jika ada kesalahan, dan pendekatan empirisnya; dan 2) menyiapkan aktor-aktor yang akan berjuang untuk mewujudkan konsep-konsep di atas. Isu yang kemudian dibahas adalah Dialektika Pencerahan karya Horkheimer dan Adorno. Dalam hal ini mereka menyangkal prestasi-prestasi abad pencerahan, tetapi lebih ingin menujukkan bahwa pencerahan memiliki kecenderungan untuk self-destructive. Habermas berkomentar bahwa Dialektika Pencerahan tidak berbuat adil kepada muatan pembaharuan budaya yang rasional. Habermas melalui Pengetahuan dan Kepentingan Manusia sampai teori Tindakan Komunikatif telah mengusung kajian yang lebih sederhana, sehingga tidak ada kekeliruan tentang universalitas dan rasionalitas, kaitannya dengan ini Habermas berusaha menjernihkan Teor Kritik menuju teori yang lebih naturalistik. Alternatif Habermas dalam memandang pengetahuan praktis adalah pandangan yang sebagai mana adanya (natural), dalam ucapan dan tindakan. Ini merupakan upaya rekonstruksi ilmu pengetahuan. Teori Habermas berbicara tentang asal-usul, praktis, dan intersubjektif. Rasionalitas berisi tidak begitu banyak pengetahuan dan lebih pada keterikatan dengan isi dan konsistensi dari kepercayaan-kepercayaan seseorang, secara lebih dalam, Habermas membahas tentang bagaimana berbicara dan bertindak dari subjek dalam memperoleh dan menggunakan pengetahuan. Inilah upaya dari teori-teori Habermas untuk merekonstruksi pengetahuan. Habermas menyatakan bahwa ilmu-ilmu pengetahuan yang rekonstruktif memiliki status quasi-transendental dengan penetapan kondisi-kondisi komunikasi yang berhasil dengan formal dan sangat umum. Oleh karena itu teori Habermas memiliki peran untuk mengkritik, sepanjang teori-teori tersebut mampu menegaskan secara lengkap kondisi untuk ungkapan yang sah atau benar, juga menjelaskan mengapa beberapa ungkapan cacat, ucapan gagal bertindak, dan beberapa argumentasi tidak memadai. Pendekatan tersebut dapat diterapkan pada ciri-ciri praktik-praktik demokratis normatif. Bukan hanya sekedar menyiapkan satu himpunan prinsip pembenaran yang tegas dan kaidah-kaidah pengambilan keputusan kelembagaan. Hal yang membatasi hal ini adalah ideologi, ideologi yang diselewengkan mempengaruhi berbagai bidang kehidupan. Teori ideologi meneliti tata cara di mana arti linguistik-simbolik digunakan untuk memberi sandi, menghasilkan hubungan dominasi dan kekuasaan, bahkan dalam lingkungan komunikasi kelembagaan dan interaksi yang diatur oleh norma-norma yang mempertegas cita-cita demokrasi. Dalam kehidupan demokrasi ada hak-hak warga negara untuk berekspresi dan ikut serta dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pada praktiknya, norma-norma tersebut sering dilanggar dalam penggunaan kekuasaan untuk beberapa tujuan, seperti memperkaya diri sendiri, keamanan, atau kelangsungan hidup budaya. Hal ini melanggar kebebasan komunikatif. Hal ini kemudian mengarahkan pada analisis ilmiah tentang konsistensi normanorma demokrasi dengan perilaku politis yang sebenarnya. Teori ideologi ini kemudian dalam perkembangannya tidak sejalan dengan teori komunikasi Habermas. Pendekatan Habermas yang pragmatis formal secara filsafat mencerminkan norma-norma demokrasi yang tegas argumentasinya, berbeda dengan teori ideologi. Ini secara tersirat mengandung makna bahwa dalam menghasilkan kaidah-kaidah tegas dengan

Tugas Mata Kuliah Konsep & Teori Sosial Semester 2

mengatur hubungan komunikasi yang dapat digunakan untuk merancang dan memperbaiki perundingan (deliberative). Namun, hal ini mengakibatkan sedikitnya dua masalah, yakni 1) kemunduran kaidah, kaidah yang tegas itu memerlukan kaidah lebih lanjut untuk menerapkannya; 2) pendekatan ini tidak dapat menangkap bagaimana norma-norma tersembunyi dalam praktik-praktik, bukannya dengan tegas dinyatakan. Inilah yang kemudian menjadi tugas ilmuan sosial, yakni merumuskan norma-norma secara lengkap dan tegas, menafsirkan sumber kritik sosial, menyampaikan kritik sosial kepada masyarakat untuk menciptakan perubahan, menjelaskan penyimpangan-penyimpangan sosial, dan kegiatan lain yang sejenis. Secara ringkas, bahasan di atas telah menjelaskan dua generasi di sekolah Frankfurt. Ahliahli teori kritik berusaha memenuhi du desiderata yang potensial dalam waktu yang sama, yakni mereka ingin memelihara normativitas keadilan dan kebenaran, namun pada saat yang sama mereka juga ingin menguji konteks-konteks yang telah dikembangkan dalam praktik kehidupan sehari-hari. DEMOKRASI SEBAGAI TUJUAN KRITIK PRAKTIS: DARI IDEOLOGI KE FAKTA-FAKTA SOSIAL Teori kritik berusaha mengembangkan dugaan normatif tentang demokrasi, dibandingkan dengan bentuk-bentuk politis yang ada dalam masyarakat liberal. Menurutnya, masyarakan demokratis adalah bentuk paling rasional, karena dalam sistem demokrasi individu memiliki kontrol sadar atas proses-proses sosial yang ada di sekitar kehidupannya. Individu masingmasing menjadi subjek dalam seluruh hidupnya. Teori kritik kemudian melakukan analisis kritis terhadap pertanyaan-pertanyaan seputar kecenderungan anti demokratis. Menurutnya, demokrasi muncul karena ada fasisme, dan muncul kajian-kajian tentang pasar kapitalisme, dan kepribadian otoriter. Yang pada akhirnya muncul reifikasi sosial. Proses ini terjadi pada dua kondisi yang berbeda, yakni: 1) analisis tentang kondisi psikologis yang berlawanan dengan demokrasi dan otoritarianisme, dan 2) analisis teori sosial yang memproduksi catatan objektif, skala besar, dan proses reifikasi sejarah jangka panjang. A. KRITIK LIBERALISME PADA DIALEKTIKA PENCERAHAN Beberapa hal yang dikritik oleh sekolah Frankfurt diantaranya 1. Kebebasan terbatas hanya untuk individu borjuis mengenakan bentuk kebebasan sempurna yang menyesatkan dan otonomi. 2. Undang-undang yang sah dan filosofis modern, seperti memisahkan, melepaskan, dan aspek historisnya. 3. Kebebasan individu hanya merupakan pemikiran dalam cara holistik, di dalam jaringan yang diakibatkan dari hubungan dengan keseluruhan sosial dengan alam. Kritik terhadap dialektika pencerahan perlu mendasarkan diri pada nilai-nilai liberalisme dan nilai-nilai perlawanan secara historis terhadap lembaga-lembaga secara khusus. Perkembangan kapitalisme (dan monopolinya) mengakibatkan warisan liberal kehilangan potensi rasionalnya sebagai lingkungan politis yang terus meningkat fungsinya terhadap pasar dan hubungan sosialnya ter-reifikasi. Dengan cara ini kritik liberalisme bergeser menjauh dari tiang penyokong normatif dari praktik-praktik demokratif kepada tata cara di mana kondisi-kondisi objektif reifikasi mengikis persangkaan budaya dan psikologis dari perubahan demokratis dan oposisi. Kritik ini utamanya ditujukan pada dialektika pencerahan dan kemunduran akal.

Tugas Mata Kuliah Konsep & Teori Sosial Semester 2

Dialektika Pencerahan berhubungan dengan hubungan dongeng dan pencerahan, yang menjelaskan cerita-cerita sejarah tentang asal-usul pertimbangan modern dan kebebasan, serta bagaimana semua itu diputarbalikkan. Lembaga liberal tidak terlepas dari dominasi dan pengendalian alat bantunya, untuk menuju pada pengelolaan masyarakat secara total. Dalam kajian Kemunduran Akal, Horkheimer memutar tinjauan pertimbangan sehat sebagai alat bantu melawan demokrasi liberal. Ia berargumentasi bahwa tradisi liberal yang ditentang Marcuse perlu dijaga dengan menahan kekuasaan normatifnya pada pondasi metafisis pertimbangan objektif. Kecenderungan liberalisme yang tidak dapat dielakkan runtuh ke dalam fasisme, selain karena faktor-faktor ekonomi ada juga faktor-faktor pertentangan subjektif dan kepentingan diri pribadi. Kaitannya dengan hal ini, Horkheimer menyatakan bahwa agama memiliki pengaruh dalam hubungan antara manusia dan penderitaan, sedangkan Adorno berpendapat bahwa perlu rekonsiliasi seni yang merupakan peniruan dari yang lain. Analisis ini kemudian dilengkapi oleh analisis kemunculan kapitalisme dari negaranegara yang mengedepankan industri budaya yang menggantikan kebutuhan akan persetujuan dan bahkan persetujuan semu tentang ideologi. Sekolah Frankfurt tidak mendasarkan diri pada analisis yang demikian, namun analisisnya diantaranya: 1) analisa ekonomi politis masyarakat kapitalis yang dikelola, dimajukan, serta dapat mendominasi dan mengendalikan proses sosial-ekonomi yang sesuai dengan alat bantu pertimbangan akal sehat; 2) analisis mikrososiologi dan makrosisiologi tentang karakter antidemokratis dan demokratis, atau Foucault menyebutnya mikropolitik. Kesulitan teori kritik dalam hal ini adalah demokrasi riil, yang diperlukan dalam hal ini adalah konsepsi rasionalitas alernatif yang tidak terpengaruh oleh kemunduran pertimbangan sehat yang objektif ke dalam kepentingan diri yang subjektif. Habermas mengusulkan demokrasi yang tidak memiliki cacat dan kesetiakawanan universal yang dibangun melalui komunikasi yang bebas dari dominasi. Habermas menandai kembalinya ke teori normatif yang bersatu dengan penggunaan empiris yang lebih luas, ilmu-ilmu pengetahuan sosial yang rekonstruktif dan interpretif. Hakikatnya, teori kritik menginginkan bentuk demokrasi yang sejati dan lebih sempurna. B. PERUBAHAN DEMOKRASI STRUKTURAL: HABERMAS PADA POLITIK-POLITIK DAN RASIONALITAS DISKURSIF Sekolah Frankfurt menolak holisme Habermas, sikap ini memunculkan beberapa komentar, diantaranya: 1. Habermas membawa maksud dan perwakilan ke teori sosial kritik, dimana keduaduanya tidak ada dalam makrososiologi dan pendekatan psikologi. Hal ini membawa demokrasi kembali pada hal yang diutamakan, dari forum masyarakat biasa ke forum lembaga politis. 2. Habermas mengembangkan alternatif sosiologi pembaharuan, di mana pembedaan sosial dan pluralisasi tidak hanya bersifat patologis, tetapi ciri-ciri positif masyarakat modern.

Tugas Mata Kuliah Konsep & Teori Sosial Semester 2

Habermas membantah tidak hanya hal permintaan-permintaan kapitalisme yang dikedepankan membatasi arti dan lingkup demokrasi, tetapi juga negara itu adalah krisis pengendalian dan tidak mampu memecahkan masalah pengangguran struktural, pertumbuhan ekonomi, dan perusakan lingkungan. Krisis ini memiliki kecenderungan untuk membuka ruang bagi pertentangan dan perundingan warga negara dan keterlibatan mereka dalam pergerakan sosial baru. Kritik terhadap negara saat ini diletakkan dalam konteks catatan lebih besar mengenai hubungan antara rasionalitas dan demokrasi. Demokrasi yang saat ini (berdasarkan Kantian) mendasarkan pada intersubjektif struktur komunikasi timbal balik, reflektif, dan berdasarkan uji coba, yang dalam hal ini disebut oleh Habermas sebagai ceramah. Weber menyebut semua yang ada dalam politik sebagai arena perjuangan pada dewa dan setan. Weber juga menyatakan bahwa tujuan kajian teori sosial kritis adalah menyediakan dasar untuk menuju rasionalisasi kebudayaan dan pendidikan. Kaitannya dengan hal ini, bahwa rasionalitas dan epistemologis yang mendasari sikap incividu kepada struktur lembaga politik. Habermas dalam hal ini tidak sepakat dengan statement J.J. Rousseau yang mengatakan bahwa kehendak umum hanya dapat dicapai dalam bentuk demokrasi langsung. Menurut Habermas Rousseau mengacaukan pemahaman prinsip hak kekuasaan dengan proposal lembaga-lembaga barunya, dan kontrak sosial telah gagal menetapkan pertimbangan reflektif dan prosedur tertentu. Habermas berpendapat bahwa prinsip demokrasi tidak perlu diterpkan di semua tempat dengan cara yang sama. Demokrasi perlu mempertimbangkan berbagai fakta sosial, termasuk fakta pluralisme dan kompleksitas. Habermas dengan tegas membuang analogi antara pertimbangan norma-norma moral dan penganbilan keputusan yang demokratis. Pandangan segi moral memisahkan dari identitas orang-orang tertentu, termasuk identitas politiknya, meliputi pendengar universal semua ras manusia secara ideal. Ada tiga aspek yang menjadi pertimbangan praktis dalam demokrasi yang mendalam, yakni: aspek pragmatis, etis, dan penggunaan pertimbangan moral untuk objek-objek yang berbeda. Implikasi tiga aspek ini adalah ceramah-ceramah demokrasi sering tercampur dan rumit untuk dipahami. Faktor penentu penggunaan tiga aspek di atas adalah prinsip pada tingkat yang berbeda: penggunaan pertimbangan praktis masyarakat adalah self-reference. Pertimbangan demokrasi yang mendalam memerlukan media hukum, karena keadaan sosial yang plural dan berskala besar. Habermas kemudian membedakan dua inisial, yakni inisial D dan U. Inisial D merupakan pertimbangan praktis dalam politik dan sumber kesusilaan. Dan inisial U merupakan kemampuan universal sebagai peraturan argumentasi untuk ceramah moral demokrasi. Dalam banyak tempat, prinsip demokrasi mengedepankan persetujuan semua warga negara untuk keputusan tertentu. Habermas berpendapat bahwa untuk urusan-urusan tertentu tidak perlu ada persetujuan semua warga negara, ia mengusulkan prinsip kompromi sebagai wujud prosedur demokrasi alternatif.

Tugas Mata Kuliah Konsep & Teori Sosial Semester 2

Berbagai keruwetan sosial hadir di tengah-tengah arus demokratisasi, dalam kesempatan ini Habermas menitikberatkan perlunya demokrasi baru. Pendekatan hukum diperlukan dalam penyusunan demokrasi riil ini. Sasaran utama yang perlu menjadi kritik adalah lembaga-lembaga pemerintahan. Marcuse berpikir bahwa penjagaan kebenaran masa lampau, prestasi-prestasi konstitusional demokratis, hal ini menjadi penting layaknya membayangkan masa depan baru. Teori kritik dalam hal ini kembali pada penelitian empiris untuk menemukan potensi baru agar meningkatkan demokrasi, terutama dalam pemahaman tentang bagaimana meningkatkan efektivitas dan lingkup pertimbangan masyarkat mendalam. Hal yang menjadi pembahasan selanjutnya adalah proyek pembaharuan yang belum selesai. Dua hal yang menjadi bahasan teori kritik, yakni: 1) teori kritik kembali pada peran teori sosial dalam penelitian sosial kritik yang pragmatis; 2) teori kritik mengembangkan konsepsi garis-garis besar teori globalisasi kritik, di mana demokrasi tanpa dominasi lebih besar adalah tujuannya. Hal yang menjadi tujuan teori kritik adalah: 1. Mengangkat tantangan keadaan-keadaan sosial baru 2. Merumuskan kembali cita-cita demokratis dengan cara baru 3. Penelitian sosial kritik sebagai keberanian normatif dan praktis TEORI KRITIK, EPISTEMOLOGI (BAGIAN FILSAFAT TENTANG ASAL-USUL) PRAGMATIS DAN ILMU-ILMU PENGETAHUAN SOSIAL Teori kritik lahir secara berangsur-angsur, lahir sebagai bentuk penolakan permintaan dasar kritikisme yang objektif atau ilmiah yang berdasarkan narasi besar. Permintaan ini dinilai teoretisi kritik sosial sebagai permintaan yang susah dibuktikan kesesuaiannya dengan aspirasi masyarakat luas. Ada beberapa langkah untuk menuju teori kritik yang mapan, diantaranya: 1. Menggerakkan ilmuwan sosial yang kritis untuk menjauh dari penyeragaman teori yang tunggal. Tujuannya adalah agar ada pemanfaatan banyak teori untuk menyikapi situasi yang berbeda. 2. Langkah alternatif (berupa teori kritik) tidak hanya menyediakan basis untuk kritik sosial yang sempurna, tetapi juga guna memahami pluralisme sebagai tanggung jawab teoriteori yang ada. Salah satunya berguna sebagai metode penelitian sosial. A. KRITIK-KRITIK, PENGAMAT-PENGAMAT, DAN PESERTA-PESERTA: DUA BENTUK TEORI KRITIK Masalah filosofis yang muncul dalam penelitian sosial kritik adalah bagaimana strategi untuk mengidentifikasi dengan tepat berbagai ciri-ciri teori, metode, dan norma yang tepat untuk mempertanggungjawabkan kritik sosial. Karya-karya teori yang baik harus disusun dengan metode dan cara-cara yang interdisiplin. Jalan yang dapat ditempuh untuk mencapai ini adalah harus ada kajian terhadap hal-hal yang sifatnya teoretis dan praktis. Dari dikotomi ini akan terlihat das sollen dan das sein-nya. Kritik akan lebih mudah disampaikan dalam hal ini. Teori kritik mendasari kajian terhadap fenomena sosial yang dilakukan secara komprehensif-integral, atau interdisiplin. Teori kritik menegaskan perlunya ilmu pengetahuan sosial kritik.

Tugas Mata Kuliah Konsep & Teori Sosial Semester 2

Hal yang perlu digarisbawahi dalam kesempatan ini adalah mengapa pendekatan teoretis sangat disenangi oleh ahli teori kritik? Alasanya adalah: 1. Teori sosial kritik telah lama dapat mempersatukan ilmu pengetahuan sosial, implikasinya adalah tanggung jawab sosial ilmiah dapat lebih mudah dilakukan. 2. Ketepatan penjelasan dapat lebih mudah dilakukan dengan tidak terikat pada efekefek politis yang tidak diinginkan. Kaitannya dengan teori kritik, yang perlu diperhatikan adalah bahwa teori kritik tidak berhubungan dengan tema-tema riset yang sudah dibangun dengan mapan sebagai pesaing, melainkan dengan memulai dari konsep berkembangnya masyarakat modern, hal itu mencoba menjelaskan keterbatasan-keterbatasan yang spesifik dan kebenaran relatif dari semua pendekatan itu. Hegelian berusaha mempersatukan pengetahuan ilmiah sosial ke dalam teori menyeluruh yang luas yang menghasilkan sejarah umum masyarakat modern. Namun dalam hal ini, Habermas tidak ingin berpihak pada dikotomi antara Kantian dan Hegelian. Habermas lebih menitikberatkan pada rasionalitas, dan menghindari kerancua rasionalitas. Habermas benar-benar membedakan antara penegasan-penegasan kepada kebenaran dan konteks pertimbangan dimana mereka dibuat. B. PENYELIDIKAN SOSIAL SEBAGAI PENGETAHUAN PRAKTIS Kajian yang akan dibahas dalam sub-bab ini dimulai dari kajian tentang pengambilan perspektif, yakni bagaimana perspektif-perspektif muncul dari peneliti-peneliti. Perspektif ini dapat muncul karena hubungan-hubungan sosial peneliti dan pelaku, dapat juga dari perspektif naturalisme (perspektif yang bersifat menjelaskan yang berasal dari pihak ketiga), dan juga perspektif antireduksionisme (perspektif yang membantah dari kedua belah pihak). Kaitannya dengan pengambilan perspektif, Habermas, Teori Kritik, dan Dewey sepakat bahwa perspektif harus diambil dari pihak ketiga saja. Alasannya bahwa ilmuwan IPS sebagai seorang pelaku yang rasional dalam teori dan dapat melaporkan solusi yang jelas dan tidak terbatas, relevan dan tepat sesuai kebutuhan, dan rasionalitas yang dipakai mantap. Ilmu pengetahuan sosial yang bersifat tafsiran justru mengambil perspektif dari orang kesatu. Perlu digarsibawahi bahwa penafsiran-penafsiran pengetahuan tidak didasarkan pada beberapa teori umum, dan membiarkan seorang penafsir dalam keadaan sulit yang epistemik. Jalan keluar yang dapat ditempuh adalah menganggap ini lebih dari sekedar bentuk pengetahuan praktis. Pendekatan Hermeneutik dan Naturalistik melihat hubungan objek dan subjek penelitian seperti seolah memaksa ilmuwan IPS untuk mengambil perspektif dari orang ketiga maupun orang kesatu. Pendekatan pragmatis juga penting dalam hal ini, karena pendekatan pragmatis dapat menjabarkan pengetahuan-pengetahuan praktis dalam sikap-sikap performa sosial, yaitu dari sudut pandang seorang pembicara yang kompeten. Teori rasionalitas juga penting dalam hal ini, kaitannya dengan rekonstruksi pengetahuan praktis yang diperlukan untuk membangun hubungan-hubungan sosial, komitmen para pihak yang melakukan refleksi, dan para kritikus.

Tugas Mata Kuliah Konsep & Teori Sosial Semester 2

10

Ada dua model penafsiran, yakni: 1. Penafsiran yang tidak semata-mata menafsirkan sesuatu, melainkan penafsir sedang menetapkan komitmen dan pemberian hak antara seorang penafsir dan orang yang ditafsirkan. 2. Penafsiran yang penafsirnya mengambil sikap-sikap normatif tertentu, yang berasal dari orang yang ditafsirkan. Sikap kritis yang perlu ditanamkan di sini adalah kita jangan puas dengan perspektif orang kedua, ini masih perlu untuk dikritik, agar tindakan kritik ini dinilai sebagai suatu yang benar atau salah. Tindakan kritik juga harus menguji orang kesatu dan orang ketiga. Kita harus menempuh semua cara ini, karena asumsinya adalah bahwa tidak ada sikap normatif tunggal yang sesuai untuk semua penelitian sosial kritis. C. PLURALISME DAN PENELITIAN KRITIK Pendekatan praktis pada Teori Kritik bereaksi terhadap pluralisme di dalam ilmu-ilmu pengetahuan sosial dengan dua jalan, yakni pendekatan epistemik (eksplanatori/bersifat menjelaskan) dan non-epistemik (interpretatif/bersifat menafsirkan). Dimensi praktis bersifat menentukan tindakan demokratis, perspektif ini tidak terhingga dan merumuskan sejarah-sejarah umum. Salah satu pilihan diantara teori-teori, metodemetode, dan kepentingan-kepentingan nampak sepenuhnya sewenang-wenang, atau ahli Teori Kritik mempunyai beberapa penegasan-penegasan epistemik khusus untuk menyigi ranah dan membuat pilihan yang sesuai untuk pertimbangan yang benar. Jalan keluar atas dilema ini telah ditandai oleh suatu penekanan refleksif atas konteks sosial dari penyelidikan kritik dan karakter pengetahuan sosial yang praktis itu dipakai. Itu merujuk pokok materi penelitian sebagai peserta reflektif yang setara, sebagai wakil sosial yang banyak mengetahui. Tujuan penelitian kritik adalah mengendalikan proses-proses sosial, mempengaruhi keputusan-keputusan para wakil yang dilakukan dengan cara yang tidak etis, memulai proses-proses umum untuk refleksi diri. D. REFLEKSIVITAS, PENGAMBILAN PERSPEKTIF, DAN VERIFIKASI PRAKTIS Gagasan-gagasan kritik ideologi yang baku memperlihatkan permasalahan-permasalahan dengan semata-mata model kritik orang ketiga yang bergantung pada beberapa gagasan ahli-ahli teori yang mampu melihat kepentingan-kepentingan nyata dari para peserta. Dibanding penegasan objektifitas di dalam pengertian transperspektif, pada kenyataannya paling berorientasi ahli-ahli teori kritik sudah terlalu meminta dengan tegas bahwa bentuk penyelidikan sosial mereka mengambil suatu perspektif ganda. Ahli-ahli teori kritik menyusun metode dan tujuan yang ganda. Kedua-duanya cukup sebagai uraian empiris untuk konteks sosial dan sebagai proposal praktis untuk perubahan sosial. Perspektif ganda mengakibatkan konsepsi objektivitas yang lebih sederhana, namun bukan objektivitas transperspektif maupun metaperspektif teoretis, tetapi selalu berjalan melewati rentang dari perspektif praktis yang mungkin banyak mengetahui dan para wakil sosial reflektif mampu mengambil dan memanfaatkan pada kenyataannya di dalam aktivitas sosial mereka. Perspektif orang kedua mempunyai status khusus dan refleksif-diri untuk kritik. Mempertimbangkan tindakan perlintasan dari orang kesatu jamak atau perspektif kami

Tugas Mata Kuliah Konsep & Teori Sosial Semester 2

11

kepada perspektif orang kedua di dalam dua praktek refleksif: ilmu pengetahuan dan demokrasi. Dalam ilmu pengetahuan masyarakat tenaga ahli beroperasi menurut norma objektivitas, tujuan yang digunakan untuk memandu penelitian ilmiah dan membenarkan penegasan-penegasannya pada otoritas epistemik komunal. Aletrnatif yang praktis menawarkan suatu solusi untuk masalah ini dengan mengambil teori sosial kritik di dalam arah penafsiran kembali yang pragmatis mengenai verifikasi penelitian kritik yang rupa-rupanya memutar permasalahan-permasalahan epistemik yang tidak kunjung usai ke dalam suatu hal yang praktis. Peran ilmu pengetahuan sosial kritik akan menyediakan metode-metode untuk pembuatan yang tegas hanya semacam pemeriksaan diri yang diperlukan untuk peraturan hidup sosial normatif yang berkesinambungan. Jika direkonstruksi dengan tepat, penelitian sosial kritik menjadi basis untuk pemahaman yang lebih baik dari ilmu pengetahuan sosial sebagai bentuk yang tersendiri dari pengetahuan praktis di dalam masyarakat modern. Kritik normatif dengan demikian tidak hanya berdasar pada jarak kognitif dan moral yang diciptakan dengan menghubungkan dan melintasi berbagai perspektif, itu juga mempunyai tujuan praktis. TEORI GLOBALISASI BERSIFAT KRITIK: PENGAMATAN DEMOKRATIS, TEORI KRITIK TRANSNASIONAL Teori standar globalisasi berhadapan dengan skala besar dan proses makrososiologi, sedangkan fakta sosial globalisasi tidaklah seragam, para pelaku yang dikondisikan berbeda memiliki pengalaman yang berbeda pula. Globalisasi tidak bisa direkonstruksi dari perspektif internal tentang segala komunitas politis demokratis tunggal, hal itu memerlukan semacam pengetahuan tertentu yang berorientasi praktis tentang berbagai kemungkinan untuk menyadari norma-norma dan cita-cita di dalam praksis dan juga teori demokratisasi, untuk menciptakan ruang politis yang sama sekali tidak ada sekarang. Andrew Linklater mengatakan tentang teori praksis sebagai praxeology. Tujuan dari hal ini adalah mengamati keterampilan tentang pengetahuan normatif praksis, yaitu bagaimana norma-norma itu secara berkelanjutan ditafsirkan, diwujudkan, dan ditetapkan di bawah kesadaran historis dan sosial tertentu. Maka dari itu, teori globalisasi kritik dan praxeological harus memecahkan dua permasalahan internal, yakni: 1) bagaimana mengorganisir pengamatan sosial di dalam dan antarlembaga transnasional secara lebih demokratis; dan 2) menunjukkan perbedaan yang menyolok mata antara lembaga nasional dan transnasional serta lingkungan masyarakat sehingga pengaruh demokratis terhadap globalisasi menjadi masalah yang lebih mudah diselesaikan dengan solusi yang memungkinkan. Lebih lanjut dijelaskan bahwa teori globalisasi bersifat makro-sosiologi dan memfokuskan pada globalisasi sebagai batasan penentu lembaga demokratis. Globalisasi memungkinkan terbukanya berbagai kelembagaan baru dan publisitas baru. Dalam menyikapi ini, ahli teori kritik mempertahankan konsepsi demokrasi yang kosmopolitan, yang mempunyai konsepsi standard yang mengejutkan tentang bagaimana demokrasi diorganisir dengan baik, bervariasi dan kompromis. A. FAKTA-FAKTA SOSIAL, CITA-CITA NORMATIF DAN TEORI MULTIPERSPEKTIF Ilmu pengetahuan sosial yang praktis dan kritis harus dikaitkan dengan fakta sosial, agar teori-teori yang dihasilkan bersifat aplikatif. Ilmu pengetahuan sosial bersifat praktis jika

Tugas Mata Kuliah Konsep & Teori Sosial Semester 2

12

mampu menunjukkan bagaimana cita-cita politis yang memberi informasi lembaga tersebut tidaklah masih mungkin, tetapi jika dapat dikerjakan dengan mudah di bawah kondisi-kondisi saat ini atau modifikasi dari kondisi itu semua. Demokrasi memerlukan batasan-batasan sebagai berikut: a. Memiliki komitmen untuk jaminan atas hak-hak dasar b. Memiliki komitmen untuk jaminan batas konstitusional kekuasaan politik c. Memiliki batasan yang memelihara lingkup aspirasi prinsip demokratis Implementasi demokrasi berhadapan dengan pluralisme masyarakat. Sistem demokrasi perlu memikirkan bagaimana mengakomodir cita-cita politis masyarakat tanpa tidak mengalienasi golongan minoritas. Sehubungan dengan lingkup dan dan sifat pluralisme yang kukuh, tidak semua kelompok dan pelaku mengalami batasan pluralisme dengan cara yang sama, dari perspektif beberapa kelompok, pluralisme mendukung kemajuan mereka, namun bagi yang lain bisa menjadi rintangan. Dalam kasus pluralisme, cita-cita pilotis demokratis yang memungkinkan adalah hal selain liberalisme, selagi tidak terkait dengan jaringan penting, kelayakan, dan fakta sosial. Hal ini tidak sepenuhnya akurat. Hal ini sebaiknya diterapkan pada fakta kelembagaan yang sangat kukuh dalam beberapa kesatuan historis. Pendekatan di atas penting guna memahami fakta tentang masyarakat modern secara praktis, karena suatu fakta tersebut berdimensi jangka panajang. Pekerjaan rumah teori kritik adalah memikirkan metode untuk mengakomodir fakta-fakta seperti itu, kemudian untuk menjadi suatu pertahanan generatif. Pluralisme dan kebutuhan akan kekuatan politis yang menekan mendorong perlunya disusun konsep negara hukum. Negara hukum yang demokratis harus disusun atas dasar sistem pribadi, sosial, dan hak-hak warga negara. Habermas mengusulkan satu pendekatan lagi, yakni fakta kompleksitas sosial, namun ini kemudian membatasi partisipasi politik dan perubahan sifat alamiah masyarakat. Ddalam konteks ini kontribusi pragmatisme adalah penafisrannya tentang fakta sosial yang praktis. Fakta sosial merupakan situasi yang meragukan. Cara untuk menghindari pemutaran situasi meragukan ke dalam dilema normatif-empiris adalah dengan jalan melihat fakta yang sama secara praktis. Bahwa fakta hanya ada di dalam pengertian yang logis ketika individu memberi batasan masalah dengan cara yang bisa memberi indikasi dan uji solusi yang diusulkan. Lingkungan masyarakat yang demokrasi praexologis bukanlah hal yang tanpa celah, ada dampak negatifnya, sebagaimana didiskusikan oleh Dewey dan Lippman. Masalahmasalah tersebut diantaranya yaitu: a. Demokrasi mengakibatkan ketergantungan terhadap tambahan/somasi individu secara kuantitatif b. Demokrasi merupakan rintangan bagi munculnya bentuk keikutsertaan demokrasi c. Masyarakat yang dihasilkan tidak dapat mengidentifikasi dan membedakan dirinya sendiri

Tugas Mata Kuliah Konsep & Teori Sosial Semester 2

13

B. FAKTA GLOBALISASI DAN KEMUNGKINAN DEMOKRASI Globalisasi memungkinkan munculnya kebutuhan akan bentuk demokrasi dan kewarganegraan baru, yang berbentuk kosmopolitan. Kosmopolitan diartikan sebagai bentuk politis yang relatif sederhana, meskipun fakta di lapangan membuktikan bahwa kosmopolitan merupakan hal yang sangat kompleks. Globalisasi menimbulkan ketergantungan global yang mengacu pada luas, intensitas, kecepatan interaksi sosial ke seberang perbatasan, perilaku yang berbeda, pertukaran budaya, dan migrasi. Ketergantungan ini merupakan bentuk demokrasi yang ada di dalam nation-state, berubah secara dinamis, dan lembaga tersebut terbukti dapat memecahkan masalah-masalah, yang kadang melintas batas negara. Globalisasi perlu dimaknai sebagai rintangan dan sebagai sumber daya untuk mewujudkan cita-cita demokratis. Globalisasi merupakan proses multidimensional, dan dunia semakin terintegrasi, serta komunitas politik dan budaya semakin homogen.perlu ada kajian yang saling terhubung (interkoneksi) untuk mengkaji globalisasi. Apakah globalisasi merupakan fenomena sosial yang permanen? Globaliasasi merupakan bagain dari proses sosial jangka pankang, dan berkesinambungan dimulai dari awal pembaharuan. Pembaruan merupakan pengglobalan. Jika pengglobalan masyarakat dijalankan secara demokratis, proses sosial berlanjut, niscaya globalisasi bukanlah fakta sosial yang permanen. Dengan catatan jika kita memiliki keinginan yang kuat untuk mewujudkan cita-cita demokratis. Globalisasi merupakan fakta sosial yang masih terbuka bagi rekonstruksi demokratis. PEMUNCULAN CITA-CITA DEMOKRASI MULTIPERSPEKTIF: UNI EROPA Cita-cita demokrasi yang ingin diwujudkan masyarakat adalah terwujudnya musyawarah yang diikuti oleh warga negara yang setara dan bebas. Ini merupakan cita-cita demokrasi deliberatif yang menginformasikan pragmatisme maupun teori kritik. Kendalanya, kini lembaga demokratis tidak bisa mendengarkan semua dimensi subordinasi dan dominasi yang mungkin mempertimbangkan skala dan intensitas hubungan timbal balik. Cita-cita demokratis tersebut mendorong David Held dan ahli-ahli lain untuk menyusun suatu struktur hukum internasional yang berisi semacam kekuasaan yang mengikat kepentingan-kepentingan kolektif. Di negara-negara berbangsa tunggal (nation-state), negara yang berdaulat modern dan pemberdayaan sosial warga negara dimunculkan di dalam zaman epistemik yang sama sebagai perspektif titik tunggal di dalam lukisan, pembuatan peta, atau ilmu optik. Konsep kedaulatan tersebut kemudian hanya mewakili pasangan yang berkenaan dengan doktrin dari aplikasi perspektif titik tunggal bagi organisasi ruang politis. Kedaultan yang menyebar akan mendorong ke arah berbagai kemungkinan politis baru, meliputi re-articulation ruang politis internasional dengan cara baru yang tidak bisa diantisipasi di dalam teori hubungan internasional yang dominan. Contoh tepat yang dapat dimunculkan di sini adalah Uni Eropa (UE). Uni Eropa merupakan pemerintahan multiperspektif yang pertama muncul di zaman modern. Model multiperspektif ini menawarkan lensa baru guna memandang kejadian lain yang mungkin dari transformasi hari ini.

Tugas Mata Kuliah Konsep & Teori Sosial Semester 2

14

Kaitannya dengan hal tersebut di atas, penting untuk memberi kekuasaan-kekuasaan yang lebih besar kepada Parlemen Eropa. Alasannya, politik parlementer merupakan politik yang terbaik dalam memberi peran mediasi antara lembaga nasional dan transnasional. Ini bukan sekedar alat untuk demokratisasi. Dengan adal lembaga seperti UE, tidak akan bisa dengan mudah ditingkatkan dan mempertahakan karakter demokratis penuh mereka, maka diperlukan perhatian terhadap tingkat kelembagaan yang berbeda, yaitu terhadap kemungkinan bentuk-bentuk baru dari pengalaman sosial yang dapat berkembang dlam mekanisme pemecahan masalah UE. A. LINGKUNGAN MASYARAKAT MULTIPERSPEKTIF: POTENSI INOVATIF DAN KRITIK DARI INTERAKSI TRANSNASIONAL Pemecahan masalah dari lembaga demokratis dilakukan dengan mendasarkan diri pada interaksi sempurna antara lembaga dan masyarakat dalam satu set alternatif terbatas. Interaksi ini memulai proses pembaruan demokratis di mana masyarakat mengorganisir dan diorganisir oleh lembaga yang baru muncul dengan satuan elternatif yang berbeda dari berbagai kemungkinan politis. Ini merupakan proses yang sulit, untuk membentuk dirinya sendiri, masyarakat harus memecahkan bentuk politis yang ada, ini sulit dilakukan karena ini merupakan bentuk/cara yang biasa dilakukan untuk memulai perubahan politis mereka sendiri. Masalah-masalahdi atas memerlukan suatu inovasi atas lembaga berwenang yang baru, yakni melalui deregulasi dan globalisasi. Kaitannya dengan masyarakat global, muncul pertnyaan: masyarakat seperti apa yang mampu mengakomodir globalisasi? Jawaban atas hal ini adalah masyarakat jaringan. Kebutuhan untuk komunikasi melintasi domain sosial semakin urgen. Penyamarataan kemampuan komunikasi ini benar-benar diperlukan, sebab lingkungan masyarakat telah menjadi kurang homogen secara sosial dan kultural serta lebih khas secara internal dibanding bentuk modern. Dalam masyarakat lintas batas seperti ini, kecepatan, skala, dan intensitas dari reaksi komunikatif yang dimudahkan oleh jaringan seperti internet menyediakan kondisi positif yang memungkinkan untuk perundingan yang demokratis dan selanjutnya menciptakan ruang potensial untuk demokrasi kosmopolitan. Hal ini sangat sangat menuntut lingkungan masyarakat menjadi terintegrasi dengan sistem media dalam mempertemukan skala yang menduduki ruang sosial yang sama ketika keputusan politis dan ekonomi akan menimbulkan dampak. Kemunculan masyarakat transnasional bersifat informatif untuk tujuan yang praktis dari teori globalisasi kritik. Perlu ada uji atas cara-cara potensial di mana internet dapat memperluas corak interaksi komunikatif. Masyarakat perlu mengubah lembaga ini, dan memikirkan bagaimana lembaga ini menginterpretasikan internet sebagai ruang masyarakat. Hal ini tergantung pada mediasi dari agensi, bukan pada teknologi. Disamping memunculkan masyarakat jaringan, globalisasi juga memunculkan konsep masyarakat mini, yang memiliki wewenang untuk berunding dan membuat keputusan. Masyarakat mini menawarkan strategi untuk mengatasi dilema konsultasi antara orang dalam dan kontestasi orang luar yang merupakan corak struktural dari aktivitas masyarakat sipil dalam lembaga internasional. Strategi tersebut diantaranya sebagai berikut: a. Masyarakat mini berusaha mencakup semua stakeholders terkait b. Membuat proses perundingan secara langsung di dalam lembaga sosial

Tugas Mata Kuliah Konsep & Teori Sosial Semester 2

15

c. Menjadi perantara yang dibangun secara kelembagaan d. Menciptakan masyarakat yang lebih besar dengan kekuasaan-kekuasaan normatif e. Menjadikan ruang yang lebih luas dan terbuka bagi percobaan demokratis Teori globalisasi kritik adalah teori yang diorientasikan secara praktis atau praxeological dan melihat fakta globalisasi berkaitan dengan tujuan untuk mewujudkan norma-norma demokrasi dan emansipasi manusia. Teori globalisasi kritik tidak hanya menunjukkan kekurangan dari praktik sekarang, tetapi juga menujukkan potensi bagi masyarakat yang terorganisir secara tepat untuk menciptkan yang baru. Sejak praktik yang baru tidak perlu diperagakan pada praktik yang lama, maka hal ini tidak menjadi teori demokrasi seperti itu, tetapi demokratisasi. SIMPULAN: TEORI KRITIK DAN PENYELIDIKAN NORMATIF Dalam menghadapi tantangan-tantangan fakta-fakta sosial baru, teori kritik telah menjadi tradisi filosofis penting dalam disiplin normatif filosofis politis dan sosial. Tantangan yang dimaksud diantaranya konsepsi demokratis, keadilan, dan hubungan timbal-baliknya, perjuangan kaum pribumi, kaum cacat, wanita-wanita, dan lain sebagainya. Secara metodologis, teori kritik telah kehilangan kewibawaannya, ketika tujuan dan perjuangan pada era globalisasi menjadi lebih bermacam-macam dan tidak secara otomatis dihubungkan dengan komitmen terhadap teori sosial holistik tertentu. Teori kritik menawarkan pendekatan ke arah isu-isu normatif khusus yang bekerja sama dengan ilmu-ilmu pengetahuan sosial dengan cara non-reductive. Wewenang teori kritik adalah pengamatan ke dalam dimensi normatif dan aktivitas sosial, khususnya tentang bagaimana para pelaku menggunakan pengetahuan praktis mereka dan sikap-sikap normatif dari perspektif yang kompleks dalam berbagai jenis konteks. Fakta-fakta sosial juga harus dipertimbangkan sebagai situasi-situasi yang meragukan diri sudut pandang agen-agen yang dikondisikan secara berbeda. Pengetahuan praktis normatif jenis ini akan refleksif dan menemukan kedudukannya dalam badan usaha normatif yang berubah sendiri dan berkesinambungan, seperti demokrasi yang sama refleksifnya dalam praktik. Teori kritik memiliki koneksi-koneksi antara hal tertentu dengan ilmu pengetahuan sosial kritik: teori-teori kritik bukanlah teori-teori demokrasi, tetapi konsekuensi-konsekuensi praktisnya dinilai dan dibuktikan di dalam praktik demokratis dan diselesaikan melalui pengamatan ke dalam praktik demokratis yang lebih baik. Teori kritik menawarkan alternatif-alternatif baru dan berbagai kemungkinan kreatif sebagai pengganti tuntutan orang-orang yangkalah bahwa kita berada di ujung sejarah. Hal itu tidak hanya berarti akhir dari pengamatan, tetapi juga akhir dari demokrasi.

You might also like