You are on page 1of 8

PENGARUH PENGGUNAAN PEMECAHAN MASALAH TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA SMP

oleh
Mochamad Ramdan Hamdani

Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Suryakancana Cianjur

Abstrak Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang difokuskan pada pemahaman konsep matematika siswa SMP dengan menerapkan pendekatan Pemecahan Masalah. Masalah yang melatar belakangi penelitian ini adalah rendahnya Pemahaman Konsep Matematika siswa sehingga diperlukan alternatif pembelajaran yang dapat Mempengaruhi Pemahaman Konsep Matematika siswa. Tujuan penelitian ini adalah : 1) mengetahui apakah pengaruh Pemahaman Konsep Matematika siswa SMP dengan penggunaan pendekatan pemecahan masalah lebih baik daripada pembelajaran konvensional; 2) mengetahui sikap siswa terhadap pemahaman konsep matematika dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen desain pretest posttest control group design, yang dilakukan di kelas VII SMP Negeri Warungkondang dengan sampel kelas eksperimen adalah kelas VII E dan sampel kelas kontrol adalah kelas VII F. Indikator pemahaman konsep matematika yang diukur dalam penelitian ini adalah: 1) menyatakan ulang sebuah konsep; 2) mengklasifikasikan objek-objek berdasarkan sifat-sifat tertentu (sesuai dengan konsepnya); 3) memberikan contoh dan noncontoh dari konsep; 4) menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representative matematis; 5) mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep; 6) menggunakan,memanfaatkan,dan memilih prosedur atau operasi tertentu; 7) mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) pengaruh pemahaman konsep matematika siswa yang memperoleh pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah lebih baik daripada pengaruh pemahaman konsep matematika siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional; 2) sikap siswa cenderung positif terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah, dapat dilihat dari angket siswa.

Kata kunci: Pendekatan Pemecahan Masalah, pemahaman konsep matematika

PENDAHULUAN Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusiamanuasia berkualitas.Pendidikan memerlukan inovasi-inovasi yang sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tanpa mengabaikan nilai-nilai kemanusiaan.Pendidikan juga dipandang sebagai sarana untuk melahirkan insaninsan yang cerdas, kreatif, terampil, bertanggung jawab, produktif dan berbudi pekerti luhur. Pada hakekatnya pendidikan dalam konteks pembangunan nasional

mempunyai fungsi (1) pemersatu bangsa, (2) penyamaan kesempatan dan, (3) pengembangan potensi diri. Standar nasional memuat minimal tentang komponen pendidikan yang memungkinkan setiap jenjang dan jalur pendidikan untuk mengembangkan pendidikan secara optimal sesuai dengan karakteristik dan kekhasan programnya. Demikian juga untuk jalur pendidikan non formal yang memiliki karakteristik tidak terstruktur untuk mengembangkan programnya sesuai kebutuhan masyarakat. Peningkatan relevansi pendidikan dimaksudkan untuk menghasilkan lulusan yang sesuai 1

Pembelajaran Matematika Dengan Menggunakan Pendekatan Pemecahan Masalah

dengan tuntutan kebutuhan potensi berbasis sumber daya alam Indonesia. Peningkatan efisiensi manajemen pendidikan dilakukan melalui penerapan manajemen berbasis sekolah dan pembaharuan pengelolaan pendidikan secara terencana, terarah dan, berkesinambungan. Seiring dengan kemajuan jaman, penguasaaan akan ilmu ilmu murni dan tekhnologi sangatlah penting. Matematika sebagai salah satu ilmu murni mutlak harus dikuasai dan dipahami siswa, karena banyak permasalahan dalam kehidupan kita sehari hari secara langsung maupun tidak langsung membutuhkan matematika sebagai salah satu alat untuk menyelesaikannya. Oleh karena itu sangatlah tepat ungkapan yang mengatakan bahwa matematika itu sebagai Ratunya ilmu (Queen of Science) karena sifatnya yang melayani setiap disiplin ilmu. Dalam matematika batasan benar dan salah sangatlah jelas karena kebenaran dalam matematika berlaku mutlak, bersifat tunggal dan selalu dapat dibuktikan. Langkah langkah dalam setiap memecahkan permasalahan tersusun secara teratur, jelas, dan konsisten. Karena sifat sifat tersebut, maka secara tidak langsung matematika akan berperan dalam meningkatkan cara berfikir, kekritisan, dan kekonsistensian siswa dalam menghadapai setiap permasalahan. Penggunaan pendekatan pemecahan masalah Dalam Pengajaran Matematika Untuk mengajarkan materi dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah, diperlukan metode lain sebagai penunjang. Metode tersebut adalah metode ceramah untuk menjelaskan persoalan yang akan dipecahkan dan metode pemberian tugas untuk mengevaluasi berhasil tidaknya

kegiatan belajar mengajar. Supaya siswa mampu menyelesaikan masalah-maslah, baik yang datang dari guru maupun dari siswa sendiri, diperlukan bimbingan guru. Dalam kegiatan pemecahan masalah, sebaiknya guru membantu siswa supaya siswa dapat menyelesaikan masalah byang dihadapinya. Berikut ini merupakan petunjuk bagaimana guru membantu siswa dalam menyelesaikan masalah : a. Membuat siswa mengerti masalah. b. Membantu siswa yang menghimpun pengalamanpengalaman belajar yang relevan yang dapat memudahkan perencanaan penyelesaian. c. Membawa siswa ke situasi yang mendorong untuk menyelesaikan masalah. d. Membagi siswa menjadi beberapa kelompok. e. Mempersiapkan alat peraga yang sesuai dengan materi. f. Membuat lembar pengisian data yang dibagikan kepada tiap-tiap siswa. Menurut Polya, dalam pemecahan suatu masalah terdapat empat langkah yang harus dilakukan, yaitu : (1) memahami masalah, (2) merencanakan masalah, (3) menyelesaikan masalah sesuai rencana, dan (4) memeriksa kembali hasil yang diperoleh (dikutip oleh Erman Suherman, 2001 : 91) a. Memahami masalah Pada langkah ini, siswa harus menentukan apa yang diketahui, apa yang ditanyakan dan apa prasyaratnya. Untuk lebih memahami masalah, sebaiknya siswa disuruh oleh guru untuk menulis kembali persoalan dengan katakata sendiri dalam bentuk yang lebih operasional, menentukan notasi yang tepat, atau menyatakan dalam bentuk gambar.

Pembelajaran Matematika Dengan Menggunakan Pendekatan Pemecahan Masalah

b.

Membuat rencana penyelesaian Pada langkah ini harus ditentukan alat yang berupa konsep-konsep atau rumus-rumus dan strategi yang cocok untuk menyelesaikan masalah. c. Melaksanakan rencana Pada langkah ini dilakukan proses pengolahan data dengan operasi dan prosedur yang telah direncanakan sampai ditemukan hasilnya. d. Menguji kebenaran hasil Pada langkah ini ditelaah kembali kevalidan langkah ketiga. Dibuktikan bahwa hasil tersebut sudah dapat dinyatakan dalam bentuk umum (generalisasi). Sementara itu Herbart menyebutkan bahwa langkah-langkah dalam memecahkan masalah adalah: persiapan, penyajian, perbandingan dan abtraksi,generalisasi dan aplikasi (Pasaribu, 1986 : 116-117) a. Persiapan Pada siswa dimunculkan suatu masalah. Masalah ini dicoba dirumuskan sehingga siswa memahami masalah yang dihadapinya. b. Penyajian Bahan yang akan disajikan oleh guru dipersiapkan. Data tentang masalah, dicari oleh siswa untuk keperluan pemecahan masalah. c. Perbandingan dan abtraksi Bahan yang dikumpulkan ditinjau dan dinilai dalam hubungannya dengan masalah-masalah yang dihadapi siswa. d. Generalisasi Pada langkah ini dicari kesimpulan atau pengertian-pengertian umum untuk memecahkan masalah. e. Aplikasi Walaupun sudah diketahui jawabannya, tetapi perlu diaplikasikan dalam situasi-situasi lain untuk menguji kebenarannya. John Dewey mengemukakan langkah-langkah dalam memecahkan masalah sebagai berikut : a. Menyadari adanya masalah

b. c. d. e. f. g. h.

Memahami hakekat masalah dengan jelas. Mengajukan hipotesis mengumpulkan data Mengumpulkan data Analisis dan sintesis data Mengambil kesimpulan Mencoba dan menerapkan kesimpulan Mengevaluasi seluruh proses pemecahan masalah

Nana Sudjana (1998:85-86) mengemukakan langkah-langkah metode pemecahan masalah sebagai berikut : a. Adanya masalah jelas untuk dipecahkan b. Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah c. Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut d. Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut e. Menarik kesimpulan Sementara itu Ruseffendi (1991:341) menyebut langkah-langkah sebagai berikut: a. Merumuskan permasalahan yang jelas b. Menyatakan kembali permasalahan dalam bentuk yang dapat diselesaikan c. Menyusun hipotesis dan strategi pemecahan d. Melaksanakan prosedur pemecahan e. Melakukan evaluasi terhadap pemecahan Dari beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa langkahlangkah pendekatan pemecahan masalah adalah : a. b. c. d. Mengidentifikasi masalah Menentukan rencana penyelesaian Mengumpulkan data Melaksanakan rencana

Pembelajaran Matematika Dengan Menggunakan Pendekatan Pemecahan Masalah

e. f.

Membuat kesimpulan Mengevaluasi hasil

Pemahaman Konsep
Suatu konsep dapat diartikan sebagai suatu absrakasi mental yang mana abstraksi mental tersebut memiliki kelas-kelas stimulus, sehingga suatu konsep itu telah dipelajari jika siswa dapat menampilkan perilaku-perilaku tertentu (Dahar, 1988:81). Sekarang kita ingin mengetahui tentang pengertian pemahaman konsep. Pemahaman konsep adalah kekuatan yang terkait antara informasi yang terkandung pada konsep yang dipahami dengan skema yang telah dimiliki sebelumnya Hiebert (dalam Tim PLPG 2008:42). Suatu konsep, prosedur, dan fakta dapat dipahami oleh siswa secara menyeluruh, bila objek matematika tersebut dihubungkan dengan jaringan-jaringan yang ada maka keterkaitan antara objek tersebut makin lebih kuat dan banyak. Dengan demikian tingkat pemahaman konsep siswa dapat ditentukan oleh banyaknya jaringan informasi yang telah dimiliki. Menurut Costa bahwa Seorang siswa apabila dirinya sudah memahami konsep, artinya konsep tersebut sudah tersimpan dalam pikirannya berdasarkan pola-pola tertentu yang dibutuhkan oleh siswa untuk ditetapkan dalam pikiran mereka sendiri sebagai ciri dari kesan mental untuk membuat suatu contoh konsep dan membedakan contoh dan non contoh (Fikriam, 2009). Konsep dipelajari melalui contoh dan bukan contoh. Mempelajari konsep tentu melibatkan mengidentifikasi contoh dan bukan contoh untuk konsep itu (Arends, 2008: 325).

Oleh karena itu dalam proses pembelajaran tentang konsep haruslah disertai oleh contoh dan juga memperlihatkan yang bukan contoh dari konsep itu. Kegiatan belajar dipandang tidak hanya sejauh mengenalkan suatu pengetahuan yang baru kepada siswa, tetapi juga sebagai suatu upaya untuk memberdayakan serta memperkuat pengetahuan yang sudah dimiliki siswa. Dalam proses belajar tersebut perlu disediakan aktivitas untuk memberdayakan pengetahuan yang sudah dimiliki itu agar siswa memahami dan menguasai pengetahuan yang baru, sekaligus memperkokoh pengetahuan yang sudah ada sebelumnya pada siswa. Karena siswa akan menjalani suatu proses yang memampukannya membangun pengetahuannya dengan bantuan fasilitas dari guru, maka keterlibatannya dalam proses belajar haruslah nampak. Sementara Bansul Ansari mengemukakan bahwa: Tiap-tiap konsep atau prinsip dalam matematika yang disajikan dalam bentuk yang konkret akan dapat dipahami dengan baik, ini mengandung arti bahwa benda-benda atau objekobjek dalam bentuk permainan akan sangat berperan bila dimanipulasi dengan baik dalam pengajaran matematika (Wangmuba, 2009). Jadi siswa dituntut lebih aktif, sehingga mampu mengetahui asal muasal dari konsep yang di hasilkan. Berdasarkan kurikulum 2004 Depdiknas (2003:20) menyatakan bahwa beberapa kemampuan yang perlu diperlihatkan dalam penilaian matematika adalalah pemahaman konsep yang meliputi kemampuan mendefinisikan konsep, mengidentifikasi konsep, dapat memberikan contoh yang bukan dari konsep. Satuan Dalam Kurikulum Tingkat Pendidikan (KTSP) juga

Pembelajaran Matematika Dengan Menggunakan Pendekatan Pemecahan Masalah

menyatakan agar guru senantiasa mengarahkan aktivitas belajar matematika di sekolah pada pencapaian standar kompetensi, yang meliputi: (1) memahami dan menerapkan konsep, prosedur, prinsip, teorema, dan ide matematika.; (2) menyelesaikan masalah matematika (mathematical problem solving); (3) melakukan penalaran matematika (mathematical reasoning), (4) melakukan koneksi matematika (mathematical connection); (5) melakukan komunikasi matematika (mathematical communication). Sadijah (2006) Mejelaskan bahwa setidaknya ada tujuh indikator pemahaman konsep matematika yang dapat dilihat oleh siswa, indikator-indikator tersebut meliputi: 1) menyatakan ulang sebuah konsep; (2) mengklasifikasikan objek-objek berdasarkan sifat-sifat tertentu (sesuai dengan konsepnya); (3) memberikan contoh dan non-contoh dari konsep; (4) menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representative matematis; (5) mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep; (6) menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu, 7) mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah. a. Pengukuran Pemahaman Konsep Sebagaimana telah dikemukakan pada tinjauan teori diatas bahwa konsep merupakan suatu abstraksi dari serangkaian pengalaman yang didefinisikan sebagai suatu kelompok obyek atau kejadian (Dahar, 1988). Sementara itu pemahaman konsep adalah kekuatan yang terkait antara informasi yang terkandung pada konsep yang dipahami dengan skema yang telah dimiliki sebelumnya Hiebert (dalam Tim PLPG 2008:42). Suatu konsep, prosedur, dan fakta dapat

dipahami oleh siswa secara menyeluruh, bila objek matematika tersebut dihubungkan dengan jaringan-jaringan yang ada maka keterkaitan antara objek tersebut makin lebih kuat dan banyak. Dengan demikian tingkat pemahaman konsep siswa dapat ditentukan oleh banyaknya jaringan informasi yang telah dimiliki. Menurut Costa bahwa Seorang siswa apabila dirinya sudah memahami konsep, artinya konsep tersebut sudah tersimpan dalam pikirannya berdasarkan pola-pola tertentu yang dibutuhkan oleh siswa untuk ditetapkan dalam pikiran mereka sendiri sebagai ciri dari kesan mental untuk membuat suatu contoh konsep dan membedakan contoh dan non contoh (Fikriam, 2009). Konsep dipelajari melalui contoh dan bukan contoh. Mempelajari konsep tentu melibatkan mengidentifikasi contoh dan bukan contoh untuk konsep itu (Arends, 2008: 325). Pada petunjuk teknis peraturan Dirjen Dikdasmen Depdiknas No:506/C/PP/2004 tanggal 11 November 2004 (dalam Tim PPPG Matematika, 2005) tentang penilaian perkembangan anak didik SMP dicantumkan indikator dari kemampuan pemahaman komsep sebagai hasil belajar matematika. Indikator tersebut adalah: 1) Menyatakan ulang sebuah konsep; 2) Mengklasifikasikan objek menurut sifatsifat tertentu sesuai dengan konsepnya; 3) Memberikan contoh dan non contoh dari konsep; 4) Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis; 5) Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup dari suatu konsep; 6) Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur tertentu; 7) Mengaplikasikan konsep atau logaritma pemecahan masalah. Dalam penelitan ini yang menjadi indikator pemahaman konsep adalah

Pembelajaran Matematika Dengan Menggunakan Pendekatan Pemecahan Masalah

1.

2.

3.

4.

Menyatakan ulang sebuah konsep yaitu menyebutkan definisi berdasarkan konsep esensial yang dimiliki oleh sebuah objek Mengklasifikasikan objek yaitu menganalisis suatu objek dan mengklasifikasikannya menurut sifat-sifat/ciri-ciri tertentu yang dimiliki sesuai dengan konsepnya Memberikan contoh dan non contoh yaitu memberikan contoh lain dari sebuah objek baik untuk contoh maupun untuk non contoh Mengaplikasikan konsep yaitu Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis sebagai suatu logaritma pemecahan masalah

SMP Negeri 1 Warungkondang dengan populasi kelas VII pada tahun ajaran 2012/213, sampel yang digunakan untuk kelas eksperimen kelas VII-E dan sampel kelas kontrol kelas VII-F. Pada penelitian ini dalam pengumpulan data menggunakan jenis intrumen tes dan non tes. Untuk instrumen jenis tes adalah tes Pemahaman Terhadap Konsep Matematika, sedangkan untuk instrumen jenis nontes berupa angket skala sikap. Pengolahan data yang diperoleh menggunakan program SPSS 17.0 dan uji coba tes untuk mengetahui validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran menggunakan Anates Versi 4.0, dan untuk pengolahan angket dibuat persentase modus. Berikut alur pengolahan data yang dilakukan yaitu: Data Normal Homogen Independent Sampel T Test Data Normal Tidak Homogen Independent Sampel T Test Data Tidak Normal Non Prametik (Uji Mann whitney.

METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan pendekatan kuntitatif dan kualitatif. Pada penelitian ini terdapat dua subjek penelitian yaitu kelas eksperimen dengan menggunakan Pendekatan pemecahan Masalah dan pada kelas kontrol menggunakan metode pembelajaran konvensional. Desain yang digunakan pada penelitian ini adalahdesain countrol group pretestpostes ( Arikunto,2010 : 125). Penelitian ini adalah penelitian eksperimen yang sifatnya studi yakni studi eksperimen yang dilaksanakan di Tabel 1. Deskriftif Statistik Pretes Kelas N Xmin Xmak Eksperimen 39 5 100 Kontrol 37 5 100 Pada Tabel 1, menunjukan bahwa ratarata pretes pada kelas eksperimen 22,63 dan kelas kontrol 22,63. Sehingga kelas eksperimen Dan Kelas Kontrol sama artinya kemampuan awal kedua kelas

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Analisis dan Pembahasan Data Hasil Pretes Analisis ini digunakan untuk menggetahui kemampuan awal siswa pada kedua kelas yang diperlihatkan pada tabel 1.

Mean 22,63 22,63

Standar deviasi 19,756 19,756

sama. Akan tetapi untuk membuktikannya di uji statistik lebih lanjut. Uji normalitas distribusi populasi menggunakan uji kolmogorof-

Pembelajaran Matematika Dengan Menggunakan Pendekatan Pemecahan Masalah

Smirnov. Setelah di uji ternyata kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak berdistribusi normal sehingga dilanjutkan dengan statistik nonparametik menggunakan uji ManWhitney. Setelah diuji ternyata terdapat kesamaan rata-rata kemampuan awal Pemahaman konsep matematika siswa. hasil analisis diperlihatkan tabel berikut menggunakan = 0,05 Tabel 2. Uji Signifikasi data Pretes uji kolmogorof- Sig.

Smirnov. Eksperimen kontrol uji Man-Whitney Sig (2-tailed)

0,000 0,000 0,354

Karena data memiliki kesamaan kemampuan awal pemahaman konsep matematika siswa pada kedua kelas, maka dilanjutkan analisis Postest bukan analisis Gain dalam menganalis peningkatan.

2. Analisis dan Pembahasan Data Hasil Postest

Analisis mengetahui konsep

digunakan untuk peningkatan pemahaman matematika siswa.

Tabel 3. Deskriftif Statistik Postest Kelas N Xmin Xmak Eksperimen 39 15 100 Kontrol 37 15 100 Berdasarkan tabel 3 ternyata memiliki rata-rata yang jauh pada kedua kelompok sehingga pada kelas eksperimen memiliki rata-rata yang lebih tinggi daripada kelas kontrol. Hasil kedua tersebut menunjukan perbedaan hasil, untuk membuktikannya di uji statistic lebih lanjut. Uji normalitas distribusi populasi menggunakan uji kolmogorofSmirnov. Setelah di uji ternyata kedua kelas berdistribusi tidak normal. Maka dilanjutkan uji nonparamentrik mennggunakan uji mann-whitney, Setelah diuji ternyata pemahaman konsep matematika siswa dengan pendekatan pemecahan masalah lebih meningkat daripada pendekatan pembelajaran konvensional, artinya siswa yang belajar dengan pendekatan pemecahan masalah lebih cepat memahami konsep materi yang diberikan, dibandingkan siswa yang belajar dengan pendekatan

Mean Standar deviasi 75,46 28,509 75,46 28,509 konvensional.hasil analisis diperlihatkan tabel berikut menggunakan = 0,05

3. Analisis dan Pembahasan Data Hasil Angket Analisis ini digunakan untuk mengetahui sikap siswa terhadap metode pembelajaran yang telah dilakukan, berikut hasil yang diperoleh dengan menghitung persentase pernyataan yang dipilih yang diperlihatkan oleh tabel. Tabel Sikap Positif Negatif 4. Sikap Siswa terhadap keseluruhan pernyataan Jumlah 20 15

Pembelajaran Matematika Dengan Menggunakan Pendekatan Pemecahan Masalah

Tabel 5. Persentase Sikap siswa Berdasarkan Bentuk Pernyataan Sikap Sifat Sikap (%) Sikap (%) SS 44,46 89,19 S 44,73 N 9,17 9,17 TS 1,37 1,64 STS 0,27 SS 5,92 18,13 S 12,21 N 27,29 27,29 TS 34,47 54,58 STS 20,11 Positif Negatif Negatif Positif

KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan pada hasil analisis data dan pengujian hipotesisyang telahdilakukan oleh penulis di SMP Negeri 1 Warungkondang dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah, maka diperoleh kesimpulan bahwa: 1. pengaruh siwa yang belajar dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah lebih baik daripada siswa yang menggunakan metode konvensional. 2. Respon dan sikap siswa terhadap penggunaan pendekatan pemecahan masalah positif, terbukti dengan sebagian siswa setuju terhadap penggunaan pendekatan Konvensional.

Dari tabel 4 menunjukan sikap siswa terhadap keselu`ruhan pernyataan bersikap positif, pada tabel 5 menunjukan siswa bersikap positif pada pernyataan angket yang berbentuk pernyatan positif dan bersikap negatif pada bentuk pernyataan negatif, dan setelah dihitung modusnya lebih mengarah kea rah positif . Dari ketiga analisis ter sebut ternyata siswa Pada umumnya bersikap positif dan sebagian kecil bersikap negatif, sehingga didapat siswa bersikap positif terhadap Pendekatan pemecahan masalah. 4. Analisis Korelasi Data Hasil Angket dan Data Hasil Postest Analisis ini digunakan untuk mengetahui besar pengaruh yang diperoleh dari hasil perlakuan, data angket dirubah dahulu menjadi kuantitatif yang diperlihatkan oleh tabel. Tabel 6. Korelasi Hasil Angket dengan Hasil Postest Besar korelasi 0,177 Tabel 6 menunjukan korelasi sebesar 0,177 dan jika diinterpretasikan menujukan hubungan yang rendah sekali atau lemah sekali. Dan jika dihitung besar pengaruh diperoleh 17,7%.

DAFTAR PUSTAKA Suharsimi Arikunto, (2010), Prosedur Penelitian, Jakarta : Rineka Cipta Fikriam, (2009), Meningkatkan Pemahaman Konsep matematika siswa, (http://fikriam.blogspot.com/2009/05 /meningkatkan pemahaman konsepsiswa/ Erman Suherman, (2001), Strategi Pembelajaran Kontemporer, Bandung : Jurusan Pendidikan Matematika Upi Bandung. Dahar, R.W., (1988), Teori-teori Belajar, Jakarta: P2LPTK. Arends, Richard I., (2008), Learning To Teach (Belajar Untuk Mengajar) Edisi ke Tujuh, Yokyakarta: Pustaka Pelajar. Ruseffendi, (1991), Pengajaran Matematika CBSA, Bandung : Tarsito.

Pembelajaran Matematika Dengan Menggunakan Pendekatan Pemecahan Masalah

You might also like