You are on page 1of 6

Jurnal Bahan Alam Indonesia ISSN 1412-2855 Vol. 1, No.

2, Juli 2002

PERBANDINGAN AMILUM BIJI NANGKA DENGAN AMPROTAB DALAM FUNGSINYA SEBAGAI PENGHANCUR TABLET
Inding Gusmayadi Fakultas Farmasi Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta Abstract Disintegrating time is one of tablet quality parameters. Excipient that make tablet crushed speedy is called disintegrant. Usually, starch has been used as disintegrant of choice in tablet formulation. In this research, the starch from jackfruit seed was examined of its potency as disintegrant compared with another disintegrant Amprotab. The research used a simple granule, which was divided into two groups. The first group was added with Amprotab, whilst the second group with jackfruit seed starch of the same amount. Both mixed granules flowing property were then evaluated and then compressed with same weigh and compression force. The physical evaluation of the tablet was then performed, including the hardness, weigh uniformity, friability, disintegrating time, and water uptake. The result showed that jackfruit seed starch as disintegrant accelerate the disintegrating time twice compared with Amprotab. The jackfruit seed starch also improved the water uptake twice compared with Amprotab. Key words: Jackfruit seed starch, Amprotab, Disintegrant. PENDAHULUAN Bahan Penghancur, yaitu bahan yang berfungsi untuk menghancurkan tablet pada saat masuk dalam medium berair. Prinsip kerjanya adalah melawan kerja dari bahan pengikat dan kekuatan fisis tablet sebagai akibat dari tekanan mekanik pada proses kompresi. Ada tiga macam cara penambahan bahan penghancur, yaitu penambahan secara eksternal, internal dan kombinasi eksternal-internal. Perbedaan ketiganya hanya terletak pada tahapan penambahannya. Pada penambahan secara eksternal penghancur ditambahkan bersama-sama dengan pelicin pada granul kering yang sudah diayak. Penambahan secara internal dilakukan bersama-sama dengan pencampuran bahan aktif untuk selanjutnya mengalami proses granulasi. Sedangkan jika penambahan bahan penghancur pada saat granulasi dan pada saat pemberian bahan pelicin, maka cara ini disebut cara kombinasi eksternal-internal (3). Penambahan penghancur, baik secara internal maupun eksternal mempengaruhi kekerasan tablet. Pemberian secara eksternal biasanya memberikan kekerasan tablet yang lebih rendah dibandingkan dengan pemberian secara internal. Pemberian eksternal maupun internal tidak menunjukkan perbedaan waktu hancur yang signifikan (2). Ada beberapa tipe penghancur yang digolongkan berdasarkan mekanisme penghancurannya, yaitu: (1) Golongan yang berefek kapilaritas. Fakta menyatakan bahwa penyerapan air oleh daya kapilaritas merupakan faktor krusial dalam proses hancurnya tablet. Dalam sistem ini, struktur pori dari tablet memegang peranan penting, dan adanya hidrofobisitas dari material tablet akan menyebabkan gangguan pada proses disintegrasi. Dengan demikian bahan penghancur berperan menjaga adanya sistem pori-pori dalam tablet pada saat tablet dikempa, pori-pori ini mengakibatkan penetrasi air yang cepat pada saat tablet kena air, sehingga tablet segera hancur. Konsentrasi penghancur efektif biasanya antara 5 20%. Amilum merupakan penghancur yang banyak digunakan. Beberapa penelitian mengatakan bahwa mekanisme penghancur dari amilum adalah dengan cara menginduksi (mempercepat) penyerapan air ke dalam tablet, bukan dengan cara pengembangan partikel amilum seperti dilaporkan para peneliti sebelumnya. Peneliti lain mengatakan bahwa mekanismenya karena adanya hidrasi dari gugus hidroksil amilum sehingga antar partikel amilum saling berpisah, mereka beranggapan bahwa pengembangan partikel amilum tidak cukup besar pada temperatur tubuh. Teori ini diperkuat dengan adanya bukti apabila amilum yang dipergunakan masih berlemak, maka daya disintegran dari amilum akan terganggu. Beberapa penghancur selain memberikan efek porositas, juga mengembang dan larut, sehingga memberikan tambahan kemampuan disintegrasinya. (2) Golongan dengan proses pengembangan partikel. Permasalahan yang timbul pada penggunaan disintegran dengan mekanisme pengembangan partikel adalah terjadinya lapisan kental atau massa gel yang menghambat proses hancurnya tablet. Beberapa amilum yang dimodifikasi seperti natrium amilum glikolat dapat mengembang pada air dingin sehingga mampu berfungsi sebagai penghancur yang baik. 39

Perbandingan Amilum Biji Nangka (I. Gusmayadi)

Beberapa turunan selulosa termasuk metil selulosa dan karboksimetilselulosa telah banyak digunakan sebagai penghancur macam ini, akan tetapi kurang disukai karena adanya pembentukan massa kental di sekitar tablet. Beberapa serbuk gom seperti agar, karaya atau tragakan cukup mengembang bila basah, tetapi karena lengket kurang efektif untuk penghancur. Kadar efektifnya 5% dari berat tablet. Bahan penghancur ini kurang diminati karena mudah terkontaminasi mikrobiologi, dan belakangan ini harganya cukup mahal. (3) Golongan penghancur yang menghasilkan gas. Golongan ini digunakan apabila dikehendaki tablet yang segera hancur dengan formula yang larut, misalnya pada tablet effervescent. Penghancur golongan ini sangat sensitif terhadap perubahan kelembaban udara. Untuk mengatasinya, sering dibuat formula sedemikian rupa sehingga tidak bersatu secara langsung, misalnya dibuat tablet berlapis, dimana bagianbagian disintegrannya terpisah. (4) Golongan enzim. Untuk tablet-tablet yang diproduksi dengan cara granulasi basah menggunakan pengikat beberapa jenis musilago amili atau bahan pengikat lain, untuk lebih mempercepat waktu hancurnya biasanya ditambahkan bahan penghancur berupa enzim yang cocok untuk memecah ikatan molekul bahan pengikat tersebut (Rudnic and Kottke, 1996). Adapun mekanisme aksi dari bahan penghancur menurut Rudnic and Kottke (2) adalah : (1) Penyerapan air, merupakan mekanisme aksi dalam proses hancurnya tablet. Beberapa peneliti menyimpulkan bahwa kemampuan partikel menarik air ke dalam pori-pori tablet penting dalam waktu hancur tablet. Kecepatan pembasahan merupakan bagian dari aksi penghancuran. (2) Pengembangan partikel, barangkali inilah mekanisme yang paling banyak diakui oleh para peneliti tentang hancurnya suatu tablet. Hampir semua disintegran mengembang pada saat kena air, dan kebanyakan laporan penelitian menyatakan bahwa proses utama hancurnya tablet karena pengembangan partikel penghancur. Akan tetapi perlu diketahui bahwa apabila matriks tablet elastis, maka pengembangan penghancur tidak akan efektif menghancurkan tablet, sebaliknya bila matriks kaku (rigid) maka efek pengembangan penghancur akan efektif. (3) Deformasi dari penghancur. Deformasi plastis dari penghancur pada saat dikempa telah diketahui sejak lama, dan partikel akan kembali ke bentuk semula apabila telah terkena air. Bukti perubahan partikel pada saat dikempa dalam tablet, kemudian kembali ke bentuk semula setelah terkena

air, telah ditunjukkan oleh Hess dengan bantuan foto scanning electron microscope. (4) Teori penolakan partikel, adalah teori yang diajukan oleh Ringard dan Guyot-Hermann berdasarkan pengamatannya bahwa partikel yang tidak mengembang ternyata masih mampu berperan sebagai penghancur. Adanya gaya listrik statis pada partikel apabila diberi medium dengan konstanta dielektrik tertentu akan menyebabkan tolak menolak antar partikel, sehingga tablet menjadi pecah. (5) Panas pembasahan. Matsumaru adalah orang pertama yang menyatakan bahwa panas pembasahan adalah merupakan salah satu mekanisme disintegran. Dia mengamati granul amilum yang menjadi panas pada saat dibasahi dan panas ini akan menyebabkan gas yang terjebak dalam pori akan mengembang. Teori ini hanya berlaku pada beberapa disintegran tertentu saja. (6) Ukuran partikel. Karakteristik fisik seperti ukuran partikel disintegran diakui merupakan salah satu faktor dalam mekanisme penghancur. Beberapa peneliti mengamati beberapa amilum dengan ukuran partikel berbeda yang digunakan sebagai disintegran. Disimpulkan bahwa disintegran dengan ukuran partikel besar lebih efektif sebagai penghancur daripada yang berukuran kecil, ini dikarenakan sifat pengembangannya pada saat menyerap air. Dilaporkan pula bahwa ada korelasi antara kecepatan pengembangan partikel dengan jumlah air yang diserap pada natrium amilum glikolat, sehingga dapat disimpulkan bahwa ukuran partikel natrium amilum glikolat memegang peran penting dalam efektifitasnya sebagai penghancur. (7) Struktur molekul. Untuk memperoleh kepastian dari mekanisme disintegran, para peneliti mulai mengarahkan perhatiannya kepada struktur molekul disintegran, salah satu yang telah melaporkan hasil penelitiannya adalah Swartz dan Zelenskie, yang meneliti amilum jagung dengan memisahkan antara amilosa dan amilopektin. Kesimpulannya bahwa amilosa adalah fraksi yang bertanggung jawab dalam disintegran tablet dan amilopektin berperan dalam pengikatan granul. Oleh karena itu dalam pembuatan formulasi dewasa ini, perlu diperhatikan tentang komposisi amilosa amilopektin suatu amilum yang akan dipakai sebagai disintegran dalam formulasinya. METODOLOGI Bahan Bahan-bahan dalam penelitian ini adalah amilum biji nangka dalam bentuk serbuk, Amprotab, laktosa, dan aquades. Alat-alat Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini, mesin tablet, hardness tester, abrasive tester, timbangan, disintegrator tester, dan alat uji daya serap air.

40

Jurnal Bahan Alam Indonesia ISSN 1412-2855 Vol. 1, No. 2, Juli 2002

Cara Kerja Pertama-tama dibuat granul simpleks dengan formula: R/ Laktosa Amprotab Musilago amili 50 50 q.s.

Kemudian granul dibagi dua kelompok, kelompok I dicampur sampai homogen dengan Amprotab 20% dan kelompok II dengan amilum biji nangka 20%. Hasil campuran masing-masing sebanyak 100 gram diuji waktu alirnya menggunakan corong aluminium. Kedua kelompok campuran kemudian dikempa menjadi tablet dengan bobot sama 700 mg dan tekanan mesin yang sama pula. Tablet yang dihasilkan dievaluasi kekerasan, keseragaman bobot, kerapuhan, waktu hancur, dan daya serap airnya. Analisis hasil Data-data yang diperoleh selanjutnya dibandingkan dan dianalisis menggunakan uji-t dengan program statistik SPSS 9.0. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada uji sebagai penghancur, amilum biji nangka digunakan sebagai bahan penghancur dibandingkan dengan Amprotab. Kadar yang digunakan sebesar 20% dengan pemberian secara eksternal, terhadap granul simpleks. Kadar penghancur pada uji ini digunakan 20%, karena kadar tersebut merupakan kadar tertinggi amilum sebagai penghancur dan cara pemberian eksternal dimaksudkan untuk melihat pengaruhnya terhadap sifat alir dan kompresibilitas, karena pemberian penghancur secara eksternal memiliki kerugian antara lain dapat memperjelek sifat alir dan kompresibilitas. Setelah dilakukan pengujian, ternyata sifat alir granul yang telah diberi amilum biji nangka dan Amprotab 20% menunjukkan bahwa kedua granul memiliki waktu alir yang memenuhi syarat untuk bisa dikempa yaitu 9,32 0,085 detik untuk granul yang diberi penghancur amilum biji nangka dan 8,76 0,074 detik untuk granul yang diberi penghancur Amprotab (kurang dari 10 detik) untuk granul sebanyak 100 gram melewati corong aluminium sebagai pengukur sifat alir. Keseragaman bobot tablet yang dihasilkan memenuhi syarat Farmakope dengan harga CV untuk amilum biji nangka 1,8% dan Amprotab 1,4% (Tabel I). Dalam hal ini bila dibandingkan dengan Amprotab amilum biji nangka relatif lebih jelek, hal ini mungkin karena ukuran partikel amilum biji nangka yang lebih halus daripada Amprotab. Namun demikian, bila dilihat dari kompresibilitasnya, yang dimanifestasikan

oleh kekerasan tablet dan kerapuhannya, terlihat kekerasan tablet dengan penghancur amilum biji nangka lebih tinggi daripada tablet dengan penghancur Amprotab, dan kerapuhan tablet dengan penghancur amilum biji nangka lebih kecil daripada tablet dengan penghancur Amprotab. Dengan demikian amilum biji nangka dapat dipakai sebagai bahan penghancur dengan kadar 20% dapat diberikan secara eksternal, meskipun sifat alirnya relatif kurang baik bila dibandingkan Amprotab. Kemudian bila ditinjau dari segi keuntungannya, dari data-data evaluasi terhadap tablet di atas, terlihat jelas bahwa amilum biji nangka sangat baik berperan sebagai penghancur. Waktu hancur tablet dengan penghancur amilum biji nangka jauh lebih cepat dibandingkan tablet dengan penghancur Amprotab, meskipun kekerasan tabletnya lebih besar tablet dengan penghancur amilum biji nangka daripada tablet dengan penghancur Amprotab. Hal ini terjadi, kemungkinan karena ukuran partikel amilum biji nangka yang lebih kecil (4,73 mikron) dibandingkan dengan ukuran partikel Amprotab (dibuat dari amilum manihot) dengan ukuran partikel 19,8 mikron (1), sehingga luas permukaan relatif amilum biji nangka lebih besar dari Amprotab. Selain itu, bila dilihat dari viskositasnya, Amprotab lebih besar daripada amilum biji nangka sehingga pada saat kena air, permukaan tablet dengan penghancur tablet Amprotab lebih kental, mengakibatkan air relatif lebih sulit untuk meresap ke dalam tablet dibandingkan pada tablet yang menggunakan penghancur amilum biji nangka. Hal ini didukung dengan data daya serap airnya (Gambar 1) dan foto tablet pada saat masuk ke dalam air (Gambar 3). Dari gambar 1 terlihat daya serap air tablet dengan penghancur amilum biji nangka mampu menyerap air lebih banyak daripada tablet dengan penghancur Amprotab. Dari gambar 3 dapat dilihat tablet dengan penghancur Amprotab saat masuk ke dalam air tidak langsung pecah, sedangkan tablet dengan penghancur amilum biji nangka langsung pecah. Selanjutnya data lain yang mendukung amilum biji nangka sebagai penghancur yaitu foto kedua tablet pada saat sedang hancur dan foto dari hasil Scanning Electron Microscope (SEM) pada bagian dalam tablet sebelum dan sesudah menyerap air. Dari gambar-gambar tersebut terlihat jelas, bahwa amilum biji nangka sangat baik berperan sebagai penghancur. Pada saat ditetesi air (gambar 2) dan dimasukkan ke dalam air (gambar 3), tablet dengan penghancur amilum biji nangka lebih cepat mengembang dan hancur daripada tablet dengan penghancur Amprotab.

41

Perbandingan Amilum Biji Nangka (I. Gusmayadi)

Tabel 1. Data hasil uji terhadap tablet dengan penghancur amilum biji nangka 20% dan Amprotab 20% No. 1. 2. 3. 4. n=6 Jenis uji Kekerasan (kg) Keseragaman bobot (%CV) Kerapuhan (%) Waktu hancur (detik) Data tablet dengan penghancur Amilum biji nangka Amprotab 6,61 0,845 6,11 0,889 1,8 1,4 0,33 0,017 0,75 0,095 67,53 8,51 147, 51 25,04

Air diserap (mg)

600 500 400 300 P e n g h a n c u r a m p ro ta b 200 100 0 0 2 4 6 8 10 12 W a k tu (m e n it) Penghancur BN

Gambar 1. Grafik daya serap air tablet dengan penghancur Amprotab dan amilum biji nangka Pada gambar hasil SEM (gambar 4 dan 5) di sini terlihat bagaimana amilum biji nangka di dalam tablet mengalami deformasi pada saat dikempa (gambar 4) dan mengalami recovery (kembali ke bentuk semula) pada saat setelah menyerap air (gambar 5). Kedua gambar ini memperkuat teori tentang proses hancurnya tablet melalui mekanisme deformasi bahan penghancur. KESIMPULAN Dari percobaan ini dapat diambil kesimpulan bahwa amilum biji nangka adalah bahan yang sangat baik untuk digunakan sebagai penghancur tablet, dengan tidak mempengaruhi kerapuhan, kekerasan, dan keseragaman bobot tablet. DAFTAR PUSTAKA 1. Augsburger, L.L., 1994, The Characterization and Function of The Newer Superdisintegrants and Their Role in Direct Compression, in Seminar on Direct Compression Technology, Jakarta, 65-84. Rudnic, E.M., and Kottke, M.K., 1996, Tablet Dosage Forms, dalam G.S. Banker and C.T. Rhodes (eds), Modern Pharmaceutics, Third Edition, Revised and Expanded, Marcel Dekker Inc., New York-Basel-Hong Kong, 333-390. Sheth, B.B., Bandelin, F.J., Shangraw, R.F., 1980, Compressed Tablets, in Pharmaceutical Dosage Form : Tablet, Volume I, Marcel Dekker Inc., New York, 108-163.

2.

3.

42

Jurnal Bahan Alam Indonesia ISSN 1412-2855 Vol. 1, No. 2, Juli 2002

Gambar 2. Foto tablet pada saat setelah ditetesi air, A= tablet dengan penghancur Amprotab, BN= tablet dengan bahan penghancur amilum biji nangka

Gambar 3. Foto tablet pada saat 8 detik setelah dimasukkan dalam air A= tablet dengan penghancur Amprotab (kiri), BN= tablet dengan penghancur amilum biji nangka (kanan)

43

Perbandingan Amilum Biji Nangka (I. Gusmayadi)

Gambar 4. Foto bagian dalam tablet sebelum menyerap air pembesaran 3500 kali

Gambar 5. Foto bagian dalam tablet setelah menyerap air pembesaran 1000 kali

44

You might also like