You are on page 1of 5

Artikel Perencanaan dan Pengembangan Pembelajaran Matematika

PENDEKATAN OPEN-ENDED

Disusun Oleh : 1. Gitta Agnes Putri (11.60.1040.002) 2. Yessy Natalia (11.60.10.40.012) 3. Fhutri Anggraheni (11.60.10.40.020) 4. Calvin Fauriza (11.60.10.40.026) 5. Eka Ayu Aprilia (11.60.10.40.029)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN 2013

1. Ide dan Pengertian Pendekatan Open-Ended Pembelajaran matematika tradisional yang mempunyai ciri-ciri soal-soal yang dikembangkan baik dalam buku ajar maupun yang disajikan dalam proses pembelajaran biasanya hanya memiliki jawaban benar yang tunggal. Dengan demikian, jawaban siswa hanya berkisar pada dua kemungkinan, yakni benar atau salah. Masalah seperti ini disebut dengan masalah tertutup (Close Problems). Kemudian antara tahun 1971 dan 1976, para ahli matematika Jepang melakukan serangkaian penelitian yang berfokus pada pengembangan metode evaluasi untuk mengukur keterampilan berpikir tingkat tinggi dalam pendidikan matematika, sehingga dikembangkanlah ide pendekatan Open-Ended. Pendekatan Open-Ended adalah adalah pendekatan suatu masalah yang

diformulasikan sedemikian rupa sehingga memiliki kemungkinan variasi jawaban benar, baik dari aspek cara maupun hasilnya. Dalam proses pembelajaran yang bersifat OpenEnded, siswa dihadapkan pada suatu masalah dan diminta untuk mengembangkan metode, cara atau pendekatan yang berbeda-beda dalam upaya memperoleh jawaban yang benar. Jadi siswa tidak hanya diminta untuk menentukan suatu jawaban yang benar atas soal yang diberikan, melainkan juga diminta untuk menjelaskan bagaimana caranya sampai pada jawaban benar tersebut. 2. Keunggulan dan Kelemahan Pendekatan Open-Ended Pendekatan Open-Ended menurut Suherman, dkk (2003:132) memiliki beberapa keunggulan, antara lain: a. Siswa berpartisipasi lebih aktif dalam pembelajaran dan sering mengekspresikan idenya. b. Siswa memiliki kesempatan lebih banyak dalam memanfaatkan pengetahuan dan keterampilan matematik secara komprehensif. c. Siswa dengan kemampuan matematika rendah dapat merespon permasalahan dengan cara mereka sendiri. d. Siswa secara intrinsik termotivasi untuk memberikan bukti atau penjelasan. e. Siswa memiliki banyak pengalaman untuk menemukan sesuatu dalam menjawab permasalahan. Disamping keunggulan, menurut Suherman, dkk (2003:133) terdapat pula kelemahan dari pendekatan Open-Ended, diantaranya:

a. Membuat dan menyiapkan masalah matematika yang bermakna bagi siswa bukanlah pekerjaan mudah. b. Mengemukakan masalah yang langsung dapat dipahami siswa sangat sulit sehingga banyak siswa yang mengalami kesulitan bagaimana merespon permasalahan yang diberikan. c. Siswa dengan kemampuan tinggi bisa merasa ragu atau mencemaskan jawaban mereka. d. Mungkin ada sebagian siswa yang merasa bahwa kegiatan belajar mereka tidak menyenangkan karena kesulitan yang mereka hadapi. 3. Prinsip Pembelajaran dengan Pendekatan Open-Ended Menurut Nohda (2000: 1-39) pembelajaran dengan menggunakan pendekatan OpenEnded mengasumsikan tiga prinsip, yakni sebagai berikut : 1. Related to the autonomy of student activities. If requires that we should appreciate the value of student activities for fear of being just non-interfering. 2. Related to evolutionary and integral nature of mathematical knowledge. Content mathematics is theoretical and systematic. Therefore, the more essential certain knowledge is, the more comprehensively it derives analogical, special and general knowledge. Metaphorically, more essential knowledge opens the door ahead more widely. At the same time, the essential original knowledge can reflected on many times later in the course of evolution of mathematical knowledge. This reflection on the original knowledge is a driving force to continue to step forward across the door. 3. Related to teachers expedient decision-making in class. In mathematics class, teachers often encounter students unexpected ideas. In this bout, teachers have an important role to give the ideas full play, and to take into account that other students can also understand real amount of the unexpected ideas. Jenis masalah yang digunakan dalam pembelajaran melalui pendekatan Open-Ended ini adalah masalah yang bukan rutin yang bersifat terbuka. Sedangkan dasar keterbukaannya (openness) dapat diklasifikasikan ke dalam tiga tipe, yakni : Process is open, end product are open dan ways to develop are open. Prosesnya terbuka maksudnya adalah tipe soal yang diberikan mempunyai banyak cara penyelesaian yang benar. Hasil akhir yang terbuka, maksudnya tipe soal yang diberikan mempunyai jawaban benar yang banyak (multiple), sedangkan cara pengembangan lanjutannya terbuka, yaitu ketika siswa telah selesai menyelesaikan masalahnya, mereka dapat mengembangkan masalah baru dengan mengubah kondisi dari masalah yang pertama (asli). Dengan demikian, pendekatan ini menyelesaikan masalah dan juga memunculkan masalah baru (from problem to problem).

4. Mengembangkan Rencana Pembelajaran Langkah penting lain yang harus dikembangkan guru dalam pembelajaran melalui pendekatan Open-Ended adalah menyusun rencana pembelajaran. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran sebelum problem tersebut disampaikan pada siswa, yakni :
a. Apakah masalah tersebut kaya dengan konsep-konsep matematika dan bernilai? b. Apakah level matematika dari masalah itu cocok dengan siswa? c. Apakah masalah itu mengundang pengembangan konsep matematika lebih lanjut?

Apabila telah diformulasi masalah yang sesuai dengan kriteria tersebut, maka kita dapat mengembangkan rencana pembelajaran yang baik. Untuk itulah, maka kita susun beberapa hal berikut : 1. Tuliskan respon siswa yang diharapkan. 2. Tujuan masalah yang diberikan harus jelas. 3. Sajikan masalah semenarik mungkin. 4. Lengkapi prinsip posting problem sehingga siswa memahaminya dengan mudah. 5. Berikan waktu yang cukup kepada siswa untuk melakukan eksplorasi. 5. Penilaian dalam Pendekatan Open-Ended Ada 3 hal yang dilihat dari penilaian pembelajaran matematika melalui pendekatan ini, yakni fluency, flexibility, dan originality. Fluency terkait dengan berapa banyak solusi yang dapat dihasilkan oleh siswa. Flexibilty terkait dengan berapa banyak ide-ide matematis berbeda yang

ditemukan/dimunculkan oleh siswa. Solusi yang benar yang dihasilkan siswa terbagi dalam beberapa kategori. Jika dua buah solusi atau pendekatan mempunyai ide matematika yang sama, maka dianggap sebagai satu kategori. Banyaknya ketagori yang muncul disebut respon positif. Jumlah dari kategori ini mengindikasikan flexibilty. Originality terkait dengan derajat keaslian ide siswa. Jika siswa atau kelompok memunculkan ide yang unik, tingkat keorsinilannya dihargai tinggi. Sebagai ringkasnya, kita dapat menggunakan teknik penilaian yang dikemukakan oleh Hancock (1995), yakni sebagai berikut:
a. Jawaban diberi nilai 4, jika :

Jawaban lengkap dan benar untuk pertanyaan yang diberikan. Ilustrasi ketrampilan pemecahan masalah, penalaran dan komunikasinya sempurna.

Pekerjaan ditunjukkan dan dijelaskan dengan clearly. Memuat sedikit kesalahan.

b. Jawaban diberi nilai 3, jika :

Jawaban benar untuk masalah yang diberikan. Ilustrasi ketrampilan pemecahan masalah, penalaran dan komunikasi baik. Pekerjaan ditunjukkan dan dijelaskan. Memuat beberapa kesalahan dalam penalaran.

c. Jawaban diberi nilai 2, jika :

Beberapa jawaban tidak lengkap. Ilustrasi ketrampilan pemecahan masalah, penalaran dan komunikasinya cukup. Kekurangan dalam berfikir tingkat tinggi telihat jelas. Muncul beberapa keterbatasan dalam pemahaman konsep matematika. Banyak kesalahan dalam penalaran.

d. Jawaban diberi nilai 1, jika :

Muncul masalah dalam meniru ide matematika tetapi tidak dapat dikembangkan. Keterampilan pemecahan masalah, penalaran dan komunikasi kurang. Banyak salah perhitungan. Terdapat sedikit pemahan yang diilustrasikan. Siswa kurang mencoba beberapa hal.

e. Jawaban diberi nilai 0, jika :

Keseluruhan jawaban tidak ada atau tidak nampak. Tidak muncul ketrampilan pemecahan masalah, penalaran dan komunikasi. Sama sekali pemahaman matematikanya tidak muncul. Terlihat jelas bluffing (mencoba-coba atau menebak). Tidak menjawab semua kemungkinan yang diberikan.

Sumber referensi: Afgani, Jarnawi. . Pendekatan Open-Ended dalam Pembelajaran Matematika. (Online).

http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._MATEMATIKA/196805111991011JARNAWI_AFGANI_DAHLAN/Perencanaan_Pembelajaran_Matematika/openended.pdf diakses pada tanggal 06 April 2013. Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP UPI. 2007. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan Bagian Ketiga. Bandung: PT. Imperial Bhakti Utama.

You might also like