You are on page 1of 13

HAMA TANAMAN PALA, KEMIRI DAN JAHE

DI SUSUN

Ameilia Zuliyanti Siregar, SSi, MSc Departemen Agoekoteknologi Fakultas Pertanian USU 19730527 20051 2 002

DEPARTEMEN AGROEKOTEKNOLOGI-HPT FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2011


1

HAMA-HAMA PADA TANAMAN PALA


Ameilia Zuliyanti Siregar, SSi, MSc Departemen Agoekoteknologi Fakultas Pertanian USU zuliyanti@yahoo.com, azsyanti@gmail.com 1. Penggerek batang Batocera hercules (Coleoptera: Cerambycidae) (Gambar 1)

Gambar 1. Penggerek batang Batocera hercules Gejala Serangan Tanaman pala yang terserang oleh hama ini dalam waktu tertentu dapat mengalami kematian(Gambar 2), terdapat lubang gerekan pada batang diameter 0.51 cm, di mana ditemukan pada serbuk kayu.

Gambar 2. Gejala Serangan Batocera hercules Pengendalian: Menutup lubang gerekan dengan kayu/membuat lekukan pada lubang gerekan dan membunuh hama. Memasukkan/menginjeksikan (menginfuskan) racun serangga seperti Dimicron 199 EC dan Tamaran 50 EC sistemik ke dalam batang pohon pala menggunakan alat bor, dosis yang dimasukkan sebanyak 1520 cc dan lubang tersebut segera ditutup kembali. 2. Rayap Nasutitermes sp (Isoptera) Daur Hidup Memiliki dua pasang sayap tipis yang tipe dan ukurannya sama. Mengalami metamorfosis tidak sempurna. Tipe mulut menggigit. Cara hidupnya membentuk koloni dengan sistem pembagian tugas tertentu yang disebut polimorfisme(Gambar 3). Rayap terdiri dari tiga koloni yaitu rayap ratu dan raja, pekerja, dan prajurit. Rayap Nasutitermes sp termasuk kedalam rayap pekerja.

Gambar 3. Rayap Nasutitermes sp. 2

Gejala Serangan Rayap ini mulai menyerang dari akar tanaman, masuk ke pangkal batang dan akhirnya sampai ke dalam batang dan terjadinya bercak hitam pada permukaan batang, jika bercak hitam itu dikupas, maka sarang dan saluran yang dibuat oleh anai-anai (rayap) akan kelihatan(Gambar 4).

Gambar 4. Gejala Serangan Nasutitermes sp. Pengendalian Menyemprotkan larutan insektisida pada tanah di sekitar batang tanaman yang diserang, insektisida disemprotkan pada bercak hitam supaya dapat merembes kedalam sarang dan saluran-saluran yang dibuat oleh rayap (anai-anai) tersebut. 3. Kumbang Araecerus fasciculatus (Coleoptera: Anthribidae) Daur Hidup Kumbang kecil berbentuk kubah yang merupakan hama produk makanan disimpan. Kumbang itu adalah belang-belang coklat gelap (Gambar 5). Memiliki kaki panjang, dan antena panjang dengan tiga segmen besar pada akhir membentuk sebuah klub. Sayap meliputi hampir menutupi perut, tapi tinggalkan segmen terakhir terbuka. Tubuh tercakup dalam rambut pendek halus.

Gambar 5. Larva, Pupa, dan Imago Araecerus fasciculatus Gejala Serangan Hama kumbang berukuran kecil dan sering menyerang biji pala. Imagonnya menggerek biji dan meletakkan telur di dalamnya. Di dalam biji tersebut, telur akan menetas dan menjadi larva yang dapat menggerek biji pala secara keseluruhan. Pengendalian Mengeringkan secepatnya biji pala setelah diambil dari buahnya. Dengan menggunakan insektisida 3

4. Kumbang Oryzaephilus Mercator (Coleoptera: Silvanidae) Daur Hidup Kumbang dewasa berwarna coklat tua berukuran panjang sekitar 5 mm, dengan bentuk tubuh yang langsing dan agak pipih. Kumbang betina meletakkan telur pada celah-celah atau di antara butiran-butiran bahan secara tersebar atau terpisah-pisah. Produksi telur tiap induk antara 45-285 butir. Panjang larva dewasa kira-kira dua kali panjang kumbangnya. Apabila akan menjadi kepompong, larva tersebut menempatkan diri pada lekuk-lekuk atau celah-celah bahan, dengan sedikit ikatan benang sutera pada bagian ujung abdomennya. Kumbangnya sendiri dapat hidup selama 6-10 bulan. Pada kondisi yang sangat baik kumbang tersebut dapat hidup selama 3 tahun (Gambar 6).

Gambar 6. Telur. Larva, Pupa, Imago Oryzaephilus Mercator Gejala Serangan Gejala serangan yang ditimbulkan mirip dengan gejala serangan Necrobia tetapi liang gerekannya sempit dan bercabang-cabang. Setelah menetas larva segera merusak butiran atau bahan di sekitarnya. Pengendalian Mengeringkan secepatnya biji pala setelah diambil dari buahnya. Dengan menggunakan insektisida. 5. Kumbang Carpophilus sp. (Coleoptera: Nitidulidae) Daur Hidup Kumbang Carpophilus berwarna kelabu hitam, coklat tua sampai hitam. Kumbang mempunyai sayap depan yang tidak menutupi seluruh abdomennya. Antena C. hemipterus membesar pada tiga ruas terakhir sehingga bentuknya menyerupai alat pemukul gong. Panjang kumbang kurang lebih 3-5 mm. Larva berambut pendek dan jarang, dengan panjang kira-kira 2 kali panjang kumbang dewasa. Tiga pasang tungkai torakalnya dapat digunakan untuk bergerak aktif. Distribusi hama ini berada di seluruh dunia. Daur hidup hama ini 3-5 minggu. Kumbang dewasa memiliki daur hidup selama 3-10 bulan(Gambar 7).

Gambar 7. Telur, Larva, Pupa, Imago Carpophilus sp. Gejala Serangan Hama ini dapat menyerang kopra, kacang-kacangan, bungkil, pala, dan lain sebagainya yang berada dalam simpanan. Serangan kumbang ini dapat dikatakan tidak berarti, tetapi bila serangan dilakukan bersamaan dengan hama lain seperti Necrobia, baru terasa kerugian yang ditimbulkannya. Pengendalian Pala yang telah dipanen, dilakukan penjemuran untuk memperoleh hasil pengeringan yang sempurna. Menempatkan pala yang telah dijemur didalam kantong plastic besar yang tebal serta menempatkannya pada ruangan yang bersih dan kering. Penggunaan zat kimiawi sebaiknya dihindarkan, mengingat bahan bahan ini merupakan bahan yang segera dapat dikonsumsi. 6. Kutu Loncat (Psylla sp) Daur Hidup Kutu loncat merupakan keluarga psyllidae yang kebanyakan merupakan kutu pinjal atau kutu anjing. Kutu ini kecil, panjangnya hanya sekitar 2 mm (Gambar 8). Bentuk tubuhnya merupai Aphids sp., tetapi memiliki kaki peloncat dan sungut yang panjang. Kutu dewasa memiliki sayap.

Gambar 8. Imago Psylla sp. Gejala Serangan Tanaman yang diserang menampakkan gejala seperti adanya gelembunggelembung berbentuk tidak menentu pada permukaan daun. Gelembung-gelembung ini akibat darisengatan moncong kutu yang berfungsi sebagai alat penghisap. Pengendalian Sanitasi lahan Dengan menggunakan musuh alami Menggunakan insektisida kimia

HAMA-HAMA PADA TANAMAN KEMIRI


1. Tungau (Tetranychus sp.) ( Acharina: Tetranichiadae) Daur Hidup Telur berbintik bintik putih, warna kuning muda berdiameter 0.1 mm. Diletakkan terpisah pisah di permukaan bawah daun. Berkembang biak secara berkopulasi biasa dan partenogenesis. Betina mampu bertelur sebanyak 40 butir selama 15 hari. Siklus hidup tungau sejak menetas dari telur hingga dewasa dan siap berkembangbiak sekitar 15 hari. Nimfa bertungkai 6,tubuh berukuran sekitar 0.25 mm, lunak, transparan dan berwarna hijau kekuningan. Imago bertungkai 8, tungau ukurannya kecil dan mengisap cairan sel daun (Gambar 9).

Gambar 9. Nimfa dan Imago Tetranychus sp. Gejala Serangan Tungau menyerang tangkai, daun dan buah. Hama menghisap cairan tanaman dan menyebabkan kerusakan sehingga terjadi perubahan bentuk menjadi abnormal seperti perubahan warna daun menjadi tembaga/kecoklatan, terpelintir, menyusut serta keriting, tunas dan bunga gugur. Pengendalian Sanitasi dengan mengeradikasi bagian tanaman terserang dan memusnahkannya. Populasi hama biasanya meningkat pada kondisi kering. Oleh karena itu pengairan yang cukup merupakan salah satu cara pengendalian yang tepat untuk hama-hama tersebut. Pemanfaatan musuh alami yaitu predator Amblyseius cucumeris, pathogen Beauveria bassiana. Penggunaan insektisida 2. Siput Parmarion pupillaris Daur Hidup Hewan ini juga bersifat polifag antara lain pada kemiri, kol, sawi, tomat, kentang, tembakau, karet dan ubi jalar. Siput dewasa dapat mencapai panjang tubuh sekitar 5 cm, dengan rumah siput yang kecil di bagian dorsal. Pengendalian dilakukan dengan cara mekanis yaitu mencari dan mengumpulkan siput pada areal pertanaman dan membunuhnya. Gejala Serangan 6

Hama ini sering dijumpai pada tanaman yang masih muda. Siput biasanya menyerang daun dan membuat lubang-lubang tidak beraturan. Serangan ditandai dengan adanya bekas lendir sedikit mengkilat dan kotoran. Selain daun, siput juga dapat menyerang akar dan tunas anakan. Tanaman yang terserang menjadi rusak (terkoyak) atau bahkan dapat mengakibatkan kematian tanaman. Pengendalian Sanitasi lahan Mengutip siput secara langsung Dengan menggunakan Insektisida 3. Penggerek Batang Nothopeus drescheri (Coleoptera: Ceramicyadae) (Gambar 10)

Gambar 10. Nothopeus drescheri Gejala Serangan Terdapat lubang-lubang pada batang kemiri yang dalamnya mencapai 2 cm, mengeluarkan lendir dan bekas gerekan. Adanya lubang-lubang yang ditutupi serbuk kayu hasil gerekan. Dari lubang-lubang tersebut keluar cairan kental bercampur kotoran hama. Jumlah lubang gerekan dapat mencapai 20-70/pohon. Pengendalian Sanitasi dengan memusnahkan telur atau larvanya Populasi hama biasanya meningkat pada kondisi kering. Oleh karena itu pengairan yang cukup merupakan salah satu cara pengendalian yang tepat untuk hama-hama tersebut. Pemanfaatan musuh alami Penggunaan insektisida 4. Rayap Nasutitermes sp. (Isoptera ) Daur Hidup Memiliki dua pasang sayap tipis yang tipe dan ukurannya sama. Mengalami metamorfosis tidak sempurna. Tipe mulut menggigit. Cara hidupnya membentuk koloni dengan sistem pembagian tugas tertentu yang disebut polimorfisme. Rayap terdiri dari tiga koloni yaitu rayap ratu dan raja, pekerja, dan prajurit. Rayap Nasutitermes sp. termasuk kedalam rayap pekerja. 7

Gejala Serangan Rayap ini mulai menyerang dari akar tanaman, masuk ke pangkal batang dan akhirnya sampai ke dalam batang dan terjadinya bercak hitam pada permukaan batang, jika bercak hitam itu dikupas, maka sarang dan saluran yang dibuat oleh anai-anai (rayap) akan kelihatan. Pengendalian Menyemprotkan larutan insektisida pada tanah di sekitar batang tanaman yang diserang, insektisida disemprotkan pada bercak hitam supaya dapat merembes kedalam sarang dan saluran-saluran yang dibuat oleh rayap (anai-anai) tersebut. 5. Lalat Buah Bactrocera sp (Diptera: Tephritidae) Daur Hidup Telur berwarna putih berbentuk bulat panjang yang diletakkan secara berkelompok 2-15 butir di dalam buah. Serangga betina dapat meletakkan telur 1 - 40 butir/buah/hari dan dari satu ekor betina dapat menghasilkan telur 1.200 1.500 butir. Larva terdiri atas 3 instar berbentuk belatung/bulat panjang dengan salah satu ujungnya (kepala) runcing dengan 2 bintik hitam yang jelas merupakan alat kait mulut, mempunyai 3 ruas torak, 8 ruas abdomen, berwarna putih susu atau putih keruh atau putih kekuningan, larva menetas di dalam buah cabai. Pupa, berada di permukaan tanah berwarna kecoklat-coklatan dan berbentuk oval dengan panjang sekitar 5 mm. Siklus hidup di daerah tropis sekitar 25 hari. Serangga dewasa mirip lalat rumah, panjang sekitar 6 - 8 mm dan lebar 3 mm. Torak berwarna oranye, merah kecoklatan, coklat atau hitam biasanya pada B. dorsalis terdapat 2 garis membujur dan sepasang sayap transparan. Gejala serangan Buah yang terserang ditandai oleh lubang titik hitam pada bagian pangkalnya, tempat serangga dewasa memasukkan telur. Umumnya telur diletakkan pada buah yang agak tersembunyi dan tidak terkena sinar matahari langsung, pada buah yang agak lunak dengan permukaan agak kasar. Larva membuat saluran di dalam buah dengan memakan daging buah serta menghisap cairan buah dan dapat menyebabkan terjadi infeksi oleh OPT lain, buah menjadi busuk dan biasanya jatuh ke tanah sebelum larva berubah menjadi pupa. Pengendalian : Rotasi tanaman Feromon : Metil eugenol Serangga jantan mandul Hayati : parasitoid, pathogen Pestisida.

HAMA-HAMA PADA TANAMAN JAHE


1. Kumbang Penggerek Akar Diaxenes phalaenopsidis (Coleoptera: Cerambycidae) Daur Hidup Telur berwarna hijau terang dengan panjang 2.4 mm dan diletakkan di bawah kutikula akar. Larva berwarna kuning dan membentuk pupa dalam suatu kokon yang berserabut/berserat padat. Kumbang dapat hidup sampai 3 bulan dan daur hidup mencapai 50-60 hari. Pada siang hari kumbang ini bersembunyi dan pada malam hari memakan daun bagian atas dan meninggalkan potongan/bekas gerekan yang tidak beraturan di permukaan. Gejala serangan Larva menggerek akar sehingga akar mengering dan dapat mengakibatkan kematian. Larva juga menyerang bunga. Kerusakan yang diakibatkan oleh hama ini akan sangat berat jika tidak segera dikendalikan. Pengendalian Sanitasi dengan memusnahkan telur atau larvanya Populasi hama biasanya meningkat pada kondisi kering. Oleh karena itu pengairan yang cukup merupakan salah satu cara pengendalian yang tepat untuk hama-hama tersebut. Pemanfaatan musuh alami Penggunaan insektisida 2. Kumbang Stegobium paniceum (Coleoptera: Anobiidae) (Gambar 11)

Gambar 11. Telur, Larva, Pupa, dan Imago Stegobium paniceum Gejala Serangan Menyerang jahe dengan cara menggerek setelah jahe dipanen. Jahe menjadi berlubang-lubang dan rusak sehingga tidak dapat di konsumsi. Pengendalian Sanitasi tempat penyimpanan Sortasi bahan simpanan Penggunaan zat kimia 9

3. Lalat Mimegralla coeruleifrons (Diptera: micropezidae) (Gambar 12)

Gambar 12. Telur, Larva, Pupa dan Imago Mimegralla coeruleifrons Gejala Serangan Menyerang daun tanaman kemiri sehingga menyebabkan tanaman kemiri menjadi menguning. Lama kelamaan akan menyebabkan tanaman layu dan mati (Gambar 13).

Gambar 13. Gejala Serangan Mimegralla coeruleifrons Pengendalian Sanitasi lahan Dengan menggunakan perangkap Dengan menggunakan musuh alami Menggunakan insektisida 4. Lalat Eumerus figurans (Diptera: Syrpidae) (Gambar 14)

Gambar 14. Eumerus figurans Gejala Serangan Menyerang daun tanaman jahe sehingga menyebabkan daun menguning dan kering yang lama kelamaan menjadi layu dan mati. 10

Pengendalian Sanitasi lahan Dengan menggunakan perangkap Dengan menggunakan musuh alami 5. Kutu perisai Aspidiella hartii (Homoptera: Diaspididae) Daur Hidup Kutu mempunyai perisai berwarna coklat merah berukuran 1.5 mm, kutu dewasa berwarna gelap berbentuk bulat, pipih, melekat pada bagian tanaman terserang. Telurnya diletakkan di bawah perisai/tempurung, sehingga tidak terlihat dari atas. Larva tidak bertungkai, berbentuk bulat (Gambar 15). Kutu dewasa betina tidak bersayap sedangkan yang jantan bersayap.

Gambar 15. Kutu perisai Aspidiella hartii Gejala Serangan Pada permukaan daun-daun muda terdapat bercak berwarna kuning. Daun yang berbercak tersebut lama-kelamaan akan mengering dan daun menjadi gugur. Pengendalian Sanitasi lahan Dengan menggunakan musuh alami Menggunakan insektisida 6. Penggerek batang Dichocrosis punctiferalis (Lepidoptera: Pyralidae)(Gambar 16)

Gambar 16. Larva dan Imago Dichocrosis punctiferalis 7. Ulat tanah (Agrotis ipsilon) (Lepidoptera: Noctuidae) Daur Hidup

11

Ulat ini termasuk golongan ngengat, tubuh berwarna cokelat tua dengan garisgaris cokelat pada kedua sisi dan bagian depan berwarna abu-abu, panjang ngengat 2.2 cm. Telur diletakkan berkelompok atau tunggal pada daun, pangkal tanaman muda, berbentuk bulat kecil diameter 0.5 mm, warna kuning muda. Larva berwarna cokelat tua sampai kehitam-hitaman panjang 30-35 mm (gambar 17). Larva aktif pada senja dan malam hari, pada siang hari bersembunyi di permukaan tanah disekitas batang tanaman muda, celah-celah tanah. Saat istirahan larva melingkarkan tubuh.

Gambar 17. Larva dan imago Agrotis ipsilon Gejala Serangan Serangan ulat tanah ditandai dengan terpotongnya tanaman pada pangkal batang sehingga tanaman rebah. Tanaman muda yang berbatang kecil sering dipotong. Cara pengendalian Membunuh satu-persatu. Penggunaan insektisida seperti Furadan 3G di sekitar pangkal batang. Pengendalian Dengan sanitasi lahan Menggunakan insektisida Mengutip hama secara langsung 8. Penggulung daun Udaspes folus (Gambar 18)

Gambar. 18 Telur, larva, pupa dan imago Udaspes folus 9. Kutu tempurung Aspidiotus sp (Homoptera: Diaspididae) Daur Hidup Serangga dewasa berwarna merah coklat gelap berukuran panjang 1.5 mm. Kutu betina dapat menghasilkan telur 20-30 butir. Telur diletakkan di dalam perisai di bawah badannya. Nimfa yang baru menetas akan ke luar dari perisai, berkelompok di permukaan bawah daun. Periode telur sampai dewasa mencapai 1.5-2 bulan. Aktivitas puncak terjadi pada musim kering.

12

GejalaSerangan Serangga ini mengisap cairan daun di bagian permukaan bawah sehingga meninggalkan bercak-bercak dan menyebabkan daun berwarna kuning kecoklatan. Kutu mengisap cairan daun, sehingga makin lama cairan daun habis dan jaringan di sekelilingnya terjadi nekrosis. Pada serangan berat seluruh daun menjadi kering dan kemudian rontok. Pengendalian dilakukan dengan sanitasi lahan dan penggunaan insektisida kimiawi.

DAFTAR PUSTAKA
http://www.butterflycircle.com. Diakses Tanggal 12 Mei 2010. http://upload.wikimedia.org. Diakses Tanggal 12 Mei 2010. http://farm4.static.flickr.com. Diakses Tanggal 12 Mei 2010. http://www7b.biglobe.ne.jp. Diakses Tanggal 12 Mei 2010. http://www.pustaka-deptan.go.id . Diakses Tanggal 12 Mei 2010. http://upload.wikimedia.org. Diakses Tanggal 12 Mei 2010. http://www.biolib.cz. Diakses Tanggal 12 Mei 2010. http://www.ozanimals.com. Diakses Tanggal 12 Mei 2010. http://bru.gmprc.ksu.edu. Diakses Tanggal 12 Mei 2010. http://www.ozanimals.com. Diakses Tanggal 12 Mei 2010. http://www.ozanimals.com . Diakses Tanggal 12 Mei 2010. http://www.rakbankerd.com. Diakses Tanggal 12 Mei 2010. http://www.padil.gov.au. Tanggal 12 Mei 2010. http://www.grainscanada.gc.ca. Diakses Tanggal 12 Mei 2010. http://www.myrmecos.net. Diakses Tanggal 12 Mei 2010. http://www.pestnet.org . Diakses Tanggal 12 Mei 2010. http://www.warintek.ristek.go.id. Diakses Tanggal 12 Mei 2010.

13

You might also like