You are on page 1of 16

May 15

MAKALA
H
2
009
PENJASK
‘DAMPAK SEKS BEBAS ‘
ES

XI IA Yunior Rahmawan Usop


5
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga MAKALAH
DAMPAK SEKS BEBAS ini dapat terselesaikan sesuai dengan pada
waktunya.
Selanjutnya saya ucapkan terima kasih yang tak terkira kepada
Bpk Ruji, Spd. Yang telah memberikan tugas ini sebagai referensi masa
depan kami. Arus globalisasi yang serba bebas membuat kebebasan di
mana-mana. Salah satunya bebas seks. Seks bebas sangat berdampak
negatif bagi diri sendiri, keluarga dan orang lain. Maka, dengan adanya
makalah ini semoga akan menambah wawasan kita mengenai dampak-
dampak seks bebas dan menjadikan kita salah satu orang yang anti
seks bebas.
Kritik dan saran dari Bapak guru yang membangun, sedianya
sangat kami harapkan sebagai penyempurna makalah ini.
Akhir kata, kami mengucapkan permohonan maaf yang sebesar-
besarnya apabila terdapat kesalahan kata, sebab kesempurnaan hanya
milik Tuhan semata dan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak
yang telah membantu terselesaikannya makalah ini. Terima kasih….

Palangka Raya, 15 Mei 2008

YUNIOR RAHMAWAN USOP


Kelas XI IA 5

2
Yunior Rahmawan Usop
DAFTAR ISI

Halaman Judul……………………………………………………………………
…...............1
Kata Pengantar…………………........……………………………………...............
2
Daftar Isi…………………………………………………………………................3
Bab I Pendahuluan
a) Latar Belakang…………………………………………................4
b) Permasalahan………………………………....…………...............5
Bab II Pembahasan
a) Pendidikan Seks……………………………..
1) Pengertian Pendidikan Seks
2) Tujuan Pendidikan Seks
b) Bahaya Seks Bebas…………………………
c) Menghindari Seks Bebas………………….
1) Pencegahan Menurut Agama
2) Pencegahan Seks Dalam Keluarga
Bab III Penutup
a) Kesimpulan…………………………………………………….
b) Saran-saran…………………………………………………...
Daftar Pustaka

3
Yunior Rahmawan Usop
Bab I Pendahuluan
a) Latar Belakang
Pada masa remaja rasa ingin tahu terhadap masalah seksual sangat penting
dalam pembentukan hubungan baru yang lebih matang dengan lawan jenis.
Padahal pada masa remaja informasi tentang masalah seksual sudah
seharusnya mulai diberikan, agar remaja tidak mencari informasi dari orang
lain atau dari sumber-sumber yang tidak jelas atau bahkan keliru sama sekali.
Pemberian informasi masalah seksual menjadi penting terlebih lagi mengingat
remaja berada dalam potensi seksual yang aktif, karena berkaitan dengan
dorongan seksual yang dipengaruhi hormon dan sering tidak memiliki
informasi yang cukup mengenai aktivitas seksual mereka sendiri (Handbook of
Adolecent psychology, 1980). Tentu saja hal tersebut akan sangat berbahaya
bagi perkembangan jiwa remaja bila ia tidak memiliki pengetahuan dan
informasi yang tepat. Fakta menunjukkan bahwa sebagian besar remaja kita
tidak mengetahui dampak dari perilaku seksual yang mereka lakukan,
seringkali remaja sangat tidak matang untuk melakukan hubungan seksual
terlebih lagi jika harus menanggung resiko dari hubungan seksual tersebut.

Karena meningkatnya minat remaja pada masalah seksual dan sedang berada
dalam potensi seksual yang aktif, maka remaja berusaha mencari berbagai
informasi mengenai hal tersebut. Dari sumber informasi yang berhasil mereka
dapatkan, pada umumnya hanya sedikit remaja yang mendapatkan seluk
beluk seksual dari orang tuanya. Oleh karena itu remaja mencari atau
mendapatkan dari berbagai sumber informasi yang mungkin dapat diperoleh,
misalnya seperti di sekolah atau perguruan tinggi, membahas dengan teman-
teman, buku-buku tentang seks, media massa atau internet.

Masa remaja adalah masa yang penuh gejolak, masa yang penuh dengan
berbagai pengenalan dan petualangan akan hal-hal yang baru sebagai bekal
untuk mengisi kehidupan mereka kelak. Disaat remajalah proses menjadi
manusia dewasa berlangsung. Pengalaman manis, pahit, sedih, gembira, lucu
bahkan menyakitkan mungkin akan dialami dalam rangka mencari jati diri.
Sayangnya, banyak diantara mereka yang tidak sadar bahwa beberapa
pengalaman yang tampaknya menyenangkan justru dapat menjerumuskan.
Rasa ingin tahu dari para remaja kadang-kadang kurang disertai pertimbangan
rasional akan akibat lanjut dari suatu perbuatan. Daya tarik persahabatan
antar kelompok, rasa ingin dianggap sebagai manusia dewasa, kaburnya nilai-
nilai moral yang dianut, kurangnya kontrol dari pihak yang lebih tua (dalam hal
ini orang tua), berkembangnya naruli seks akibat matangnya alat-alat kelamin
sekunder, ditambah kurangnya informasi mengenai seks dari sekolah/lembaga
formal serta bertubi-tubinya berbagai informasi seks dari media massa yang
tidak sesuai dengan norma yang dianut menyebabkan keputusan-keputusan
yang diambil mengenai masalah cinta dan seks begitu kompleks dan
menimbulkan gesekan-gesekan dengan orang tua ataupun lingkungan
keluarganya.

Memasuki Milenium baru ini sudah selayaknya bila orang tua dan kaum
pendidik bersikap lebih tanggap dalam menjaga dan mendidik anak dan
remaja agar ekstra berhati-hati terhadap gejala-gejala sosial, terutama yang
berkaitan dengan masalah seksual, yang berlangsung saat ini. Seiring
perkembangan yang terjadi sudah saatnya pemberian penerangan dan
pengetahuan masalah seksualitas pada anak dan remaja ditingkatkan.
Pandangan sebagian besar masyarakat yang menganggap seksualitas

4
Yunior Rahmawan Usop
merupakan suatu hal yang alamiah, yang nantinya akan diketahui dengan
sendirinya setelah mereka menikah sehingga dianggap suatu hal tabu untuk
dibicarakan secara terbuka, nampaknya secara perlahan-lahan harus diubah.
Sudah saatnya pandangan semacam ini harus diluruskan agar tidak terjadi hal-
hal yang tidak diinginkan dan membahayakan bagi anak dan remaja sebagai
generasi penerus bangsa. Remaja yang hamil di luar nikah, aborsi, penyakit
kelamin, dll, adalah contoh dari beberapa kenyataan pahit yang sering terjadi
pada remaja sebagai akibat pemahaman yang keliru mengenai seksualitas.

b) Permasalahan
Arus modernisasi juga berdampak negatif di kalangan remaja. Banyak
diantaranya yang telah melakuka seks bebas. Pendidikan seks dan
dampaknya masih kurang diperkenalkan kepada remaja Indonesia.
Sebagian kecil remaja Indonesia telah melakukan seks bebas terhadap
pacar atau temanya. Akses informasi yang begitu cepat melalui
internet, komik dewasa, Film dan game menyerbu remaja yang dikemas
sedemikian rupa sehingga perbuatan seks dianggap lumrah dan
menyenangkan.

Adapun faktor-faktor yang dianggap berperan dalam munculnya permasalahan


seksual pada remaja, menurut Sarlito W. Sarwono (Psikologi Remaja,1994)
adalah sebagai berikut :
1. Perubahan-perubahan hormonal yang meningkatkan hasrat seksual remaja.
Peningkatan hormon ini menyebabkan remaja membutuhkan penyaluran
dalam bentuk tingkah laku tertentu
2. Penyaluran tersebut tidak dapat segera dilakukan karena adanya
penundaan usia perkawinan, baik secara hukum oleh karena adanya undang-
undang tentang perkawinan, maupun karena norma sosial yang semakin lama
semakin menuntut persyaratan yang terus meningkat untuk perkawinan
(pendidikan, pekerjaan, persiapan mental dan lain-lain)
3. Norma-norma agama yang berlaku, dimana seseorang dilarang untuk
melakukan hubungan seksual sebelum menikah. Untuk remaja yang tidak
dapat menahan diri memiliki kecenderungan untuk melanggar hal-hal
tersebut.

Bab II Pembahasan
a) Pendidikan Seks
1) Pengertian Pendidikan Seks
Pendidikan seks dapat diartikan sebagai penerangan tentang anatomi
fisiologi seks manusia, bahaya penyakit kelamin dan sebagainya.
Pendidikan seks bisa juga diartikan sebagai sex play yang hanya perlu
diberikan kepada orang dewasa. Pendidikan seks bukan hanya
mengenai penerangan seks dalam arti heterosexual, dan bukan semata-
mata menyangkut masalah biologis atau fisiologis, melainkan juga
meliputi psikologis, sosio-kultural, agama, dan kesehatan. Dalam
pendidikan sek dapat dibedakan antara sex intruction yaitu penerangan
mengenai anatomi, mengenai biologi dari reproduksi, pembinaan
keluarga dan metode kontrasepsi serta education in sexuality meliputi
bidang-bidang etika, moral, fisikologi, ekonomi, dan pengetahuan
lainnya. Sex instruction tanpa education in sexuality dapat

5
Yunior Rahmawan Usop
menyebabkan promiscuity (pergaulan dengan siapa saja) serta
hubungan-hubungan seks yang menyimpang.
Menurut Sarlito dalam bukunya Psikologi Remaja (1994), secara
umum pendidikan seksual adalah suatu informasi mengenai persoalan
seksualitas manusia yang jelas dan benar, yang meliputi proses
terjadinya pembuahan, kehamilan sampai kelahiran, tingkah laku
seksual, hubungan seksual, dan aspek-aspek kesehatan, kejiwaan dan
kemasyarakatan. Masalah pendidikan seksual yang diberikan
sepatutnya berkaitan dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat,
apa yang dilarang, apa yang dilazimkan dan bagaimana melakukannya
tanpa melanggar aturan-aturan yang berlaku di masyarakat.
Pendidikan seksual merupakan cara pengajaran atau pendidikan
yang dapat menolong muda-mudi untuk menghadapi masalah hidup
yang bersumber pada dorongan seksual. Dengan demikian pendidikan
seksual ini bermaksud untuk menerangkan segala hal yang
berhubungan dengan seks dan seksualitas dalam bentuk yang wajar.
Menurut Singgih, D. Gunarsa, penyampaian materi pendidikan seksual
ini seharusnya diberikan sejak dini ketika anak sudah mulai bertanya
tentang perbedaan kelamin antara dirinya dan orang lain,
berkesinambungan dan bertahap, disesuaikan dengan kebutuhan dan
umur anak serta daya tangkap anak ( dalam Psikologi praktis, anak,
remaja dan keluarga, 1991). Dalam hal ini pendidikan seksual idealnya
diberikan pertama kali oleh orangtua di rumah, mengingat yang paling
tahu keadaan anak adalah orangtuanya sendiri. Tetapi sayangnya di
Indonesia tidak semua orangtua mau terbuka terhadap anak di dalam
membicarakan permasalahan seksual. Selain itu tingkat sosial ekonomi
maupun tingkat pendidikan yang heterogen di Indonesia menyebabkan
ada orang tua yang mau dan mampu memberikan penerangan tentang
seks tetapi lebih banyak yang tidak mampu dan tidak memahami
permasalahan tersebut. Dalam hal ini maka sebenarnya peran dunia
pendidikan sangatlah besar. Pendidikan seks jangan diartikan sebagai
mengajarkan bagaimana cara berhubungan seks, kata Dr. Raditya, akan
tetapi pemberian materi kesehatan reproduksi secara keseluruhan. Jenis
dan kedalaman materinya disesuaikan dengan usia
Materi yang diberikan dimulai dengan dijelaskan tentang anatomi
dan fungsi alat reproduksi, perkembangan fisik dan mental remaja,
definisi seks dan seksualitas, kesehatan seksual hubungan seks,
kehamilan dan pencegahan kehamilan (alat kontrasepsi).

Menurut dokter yang juga aktif di RS Pantai Indah Kapuk, Klinik Wira
Medika dari Klinik Keluarga Berencana ini, pemberian materi pendidikan
seks tersebut juga disertai dengan pendidikan dan penghayatan agama
yang kuat.

Di Amerika, materi pendidikan seks diberikan oleh orang tua secara


langsung. Dengan iklim yang sangat terbuka, mereka mendiskusikan
materi pendidikan seks dengan sang anak. Cara ini dinilai lebih baik
ketimbang anak mencari pengetahuan seks sendiri melalui media
internet atau majalah.

Penyampaian materi pendidikan seks, sebaiknya diberikan oleh pendidik


teman sebaya atau disebut dengan peer educator.
Bentuk praktis pendidikan seks, menurut Arief Rahman, meliputi
pemberian nama-nama yang berbeda untuk laki-laki dan untuk
perempuan. Secara kultural dan agama, ada nama untuk laki-laki dan
untuk perempuan. Pemberian baju laki-laki dan perempuan yang

6
Yunior Rahmawan Usop
dibedakan juga merupakan pendidikan seks. Ketajaman seksualitas ,
seorang anak dimulai dari bajunya. Bahkan warna bajunya. Misalnya
warna pink selalu untuk perempuan, dan warna biru untuk laki-laki.
Contoh lain misalnya bahan pakaian.

Menjelang akil balig, Yang disebut jati diri seksual makin tampak sebab
secara biologis akan terjadi perubahan-perubahan fisik. Pada tahap ini
jangan sampai anak laki-laki dan anak perempuan dianggap sama di
dalam segala hal. Aksesoris baju pada usia akil balig juga bertambah.
Pada anak perempuan, misalnya mulai mengenakan bra juga mulai
mengenal pembalut.
Pendidikan seks merupakan upaya yang menyeluruh, Keluarga,
pendidikan formal dan masyarakat secara bersama-sama melakukan
upaya pendidikan seks yang saling mengisi satu sama lain.

Khususnya di dalam pendidikan formal, seperti di sekolah-sekolah


umum, materi pendidikan seks diberikan pada semua mata pelajaran.
Jadi, kata Arief Rahman, tidak harus di dalam bentuk mata ajaran
khusus. Mata pelajaran biologi menceritakan tentang alat-alat
reproduksi. Pelajaran pendidikan jasmani akan menekankan perbedaan
pertandingan olah raga untuk laki-laki dan perempuan. Jika laki-laki
harus bermain volley ball 5 set, maka perempuan hanya 3 set. Di dalam
bahasa Indonesia, diberikan cerita-cerita tentang perbedaan peran laki-
laki dan perempuan.

Tentu saja tidak mudah untuk mendapatkan pendidikan seks yang


integral dan bermutu. Banyak tantangannya yang paling berat adalah
kebocoran-kebocoran sistem nilai dari luar (Barat). Hal tersebut
menyebabkan anak remaja mencontoh gaya hidup Barat yang
cenderung memuaskan diri. Waria dan homoseks diklaim sebagai hak
asasi, menurut pendidik yang humoris ini, kalau nilai-nilai Barat seperti
itu dikembangkan di negara kita, akan hancurlah remaja Indonesia.

2) Tujuan Pendidikan Seks

Pendidikan seksual selain menerangkan tentang aspek-aspek anatomis


dan biologis juga menerangkan tentang aspek-aspek psikologis dan
moral. Pendidikan seksual yang benar harus memasukkan unsur-unsur
hak asasi manusia. Juga nilai-nilai kultur dan agama diikutsertakan
sehingga akan merupakan pendidikan akhlak dan moral juga.

Menurut Kartono Mohamad pendidikan seksual yang baik mempunyai


tujuan membina keluarga dan menjadi orang tua yang
bertanggungjawab (dalam Diskusi Panel Islam Dan Pendidikan Seks Bagi
Remaja, 1991). Beberapa ahli mengatakan pendidikan seksual yang
baik harus dilengkapi dengan pendidikan etika, pendidikan tentang
hubungan antar sesama manusia baik dalam hubungan keluarga
maupun di dalam masyarakat. Juga dikatakan bahwa tujuan dari
pendidikan seksual adalah bukan untuk menimbulkan rasa ingin tahu
dan ingin mencoba hubungan seksual antara remaja, tetapi ingin
menyiapkan agar remaja tahu tentang seksualitas dan akibat-akibatnya
bila dilakukan tanpa mematuhi aturan hukum, agama dan adat istiadat
serta kesiapan mental dan material seseorang. Selain itu pendidikan
seksual juga bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan mendidik
anak agar berperilaku yang baik dalam hal seksual, sesuai dengan

7
Yunior Rahmawan Usop
norma agama, sosial dan kesusilaan (Tirto Husodo, Seksualitet dalam
mengenal dunia remaja, 1987)

Penjabaran tujuan pendidikan seksual dengan lebih lengkap sebagai


berikut :

• Memberikan pengertian yang memadai mengenai perubahan fisik,


mental dan proses kematangan emosional yang berkaitan dengan
masalah seksual pada remaja.
• Memberikan pengertian tentang perbedaan antara pria dan
wanita.
• Memberikan pengertian tentang peranan seks dalam kehidupan
manusia.
• Mengurangi ketakutan dan kecemasan sehubungan dengan
perkembangan dan penyesuaian seksual (peran, tuntutan dan
tanggungjawab)
• Membentuk sikap dan memberikan pengertian terhadap seks
dalam semua manifestasi yang bervariasi
• Memberikan pengertian bahwa hubungan antara manusia dapat
membawa kepuasan pada kedua individu dan kehidupan keluarga.
• Memberikan pengertian mengenai kebutuhan nilai moral yang
esensial untuk memberikan dasar yang rasional dalam membuat
keputusan berhubungan dengan perilaku seksual.
• Memberikan pengetahuan tentang kesalahan dan penyimpangan
seksual agar individu dapat menjaga diri dan melawan eksploitasi
yang dapat mengganggu kesehatan fisik dan mentalnya.
• Untuk mengurangi prostitusi, ketakutan terhadap seksual yang
tidak rasional dan eksplorasi seks yang berlebihan.
• Memberikan pengertian dan kondisi yang dapat membuat individu
melakukan aktivitas seksual secara efektif dan kreatif dalam
berbagai peran, misalnya sebagai istri atau suami, orang tua,
anggota masyarakat.
• Mengembangkan pengertian diri sendiri dengan fungsi dan
kebutuhan seks. Jadi pendidikan seks dalam arti sempit (in
context) adalah pendidikan mengenai seksualitas manusia.
• Membantu siswa dalam memngembangkan kepribadian, sehingga
mampu mengambil keputusan yang bertanggung jawab.

Jadi tujuan pendidikan seksual adalah untuk membentuk suatu sikap


emosional yang sehat terhadap masalah seksual dan membimbing anak
dan remaja ke arah hidup dewasa yang sehat dan bertanggung jawab
terhadap kehidupan seksualnya. Hal ini dimaksudkan agar mereka tidak
menganggap seks itu suatu yang menjijikan dan kotor. Tetapi lebih
sebagai bawaan manusia, yang merupakan anugrah Tuhan dan
berfungsi penting untuk kelanggengan kehidupan manusia, dan supaya
anak-anak itu bisa belajar menghargai kemampuan seksualnya dan
hanya menyalurkan dorongan tersebut untuk tujuan tertentu (yang
baik) dan pada waktu yang tertentu saja.

b) Bahaya Seks Bebas

Pergaulan bebas dalam penelitian ini ialah kecenderungan


menghabiskan waktu di diskotik/ bar/karaoke, kecenderungan bergaul
dengan WTS, berkawan dengan pecandu narkoba, dan kecenderungan

8
Yunior Rahmawan Usop
bergaul dengan teman yang suka melacur. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa perilaku yang paling banyak dilakukan responden
ialah berkawan dengan pecandu narkoba (min 1,3686), perilaku lainnya
cenderungan tidak pernah dilakukan responden (min antara 1,0157 –
1,0941).

Pergaulan Bebas Yang Dilakukan Responden

Selal Sekali- Tidak Min


u kali Pernah
Alternatif Jawaban
% % %

Menghabiskan 92,9 6,3 0,8 1,078


waktu di 4
diskotik/bar/karao
ke

Bergaul dengan 96,5 2,7 0,8 1,043


pelacur 1

Berkawan dengan 66,3 30,6 3,1 1,368


pecandu narkoba 6

Bergaul dengan 91,8 7,1 1,2 1,094


teman yang suka 1
melacur

Menurut Dr. Raditya, ada dua dampak yang ditimbulkan dari perilaku
seks di kalangan remaja yaitu kehamilan dan penyakit menular seksual.
Di Amerika. setiap tahunnya hampir satu juta remaja Perempuan
menjadi hamil dan sebanyak 3,7 juta kasus baru infeksi penyakit
kelamin diderita oleh remaja.

Untuk menghindari perilaku seks remaja yang berisiko, peran orang tua
dalam masa tumbuh kembang remaja sangatlah penting, antara lain
bahwa orang tua harus bisa menjadi sahabat remaja. Agar hubungan
orang tua dengan remaja terjalin dengan baik dan dapat menyelesaikan
masalah remaja dengan baik dan tuntas, diperlukan komunikasi yang
baik dan efektif.

Kehamilan remaja bahkan sudah terbukti dapat memberikan risiko


terhadap ibu dan janinnya. Risiko tersebut adalah disproporsi
(ketiduksesuaian ukuran) janin, pendarahan, prematurilas, cacat
bawaan janin, dan lain-lain. Selain hamil, timbulnya penyakit menular
seksual pada remaja juga perlu dicermati. Penyakit tersebut ditularkan
oleh perilaku seks yang tidak aman atau tidak sehat. Misalnya, remaja
yang sering berganti-ganti pasangan atau berhubungan dengan
pasangan yang menderita penyakit kelamin. Selain akan membawa
cacat kepada bayi, Penyakit menular seks yang menyerang usia remaja
juga dapat mengakibatkan penyakit kronis dan gangguan kesuburan di
masa mendatang.

9
Yunior Rahmawan Usop
Perilaku seks bebas tidak aman di kalangan remaja dapat dan banyak
menimbulkan dampak negatif , baik pada remaja putra maupun putri.
Biasanya dampak negatif atau akibat buruk dari perilaku seks bebas
tidak aman tersebut lebih berat dirasakan oleh remaja putri ketimbang
remaja putra.

Seringkali remaja berperilaku seks berisiko karena tidak punya cukup


pengetahuan mengenai akibatnya.
Apakah akibat perilaku seks bebas tidak aman bagi remaja ?

Berikut beberapa bahaya utama akibat seks pranikah dan seks bebas.
a) Menciptakan kenangan buruk. Apabila seseorang terbukti telah
melakukan seks pranikah atau seks bebas maka secara moral
pelaku dihantui rasa bersalah yang berlarut-larut. Keluarga besar
pelaku pun turut menanggung malu sehingga menjadi beban
mental yang berat.
b) Mengakibatkan kehamilan. Hubungan seks satu kali saja bisa
mengakibatkan kehamilan bila dilakukan pada masa subur.
kehamilan yang terjadi akibat seks bebas menjadi beban mental
yang luar biasa. Kehamilan yang dianggap “Kecelakaan” ini
mengakibatkan kesusahan dan malapetaka bagi pelaku bahkan
keturunannya.
c) Menggugurkan Kandungan (aborsi) dan pembunuhan bayi. Aborsi
merupakan tindakan medis yang ilegal dan melanggar hukum.
Aborsi mengakibatkan kemandulan bahkan Kanker Rahim.
Menggugurkan kandungan dengan cara aborsi tidak aman, karena
dapat mengakibatkan kematian.
d) Penyebaran Penyakit. Penyakit kelamin akan menular melalui
pasangan dan bahkan keturunannya. Penyebarannya melalui seks
bebas dengan bergonta-ganti pasangan. Hubungan seks satu kali
saja dapat menularkan penyakit bila dilakukan dengan orang yang
tertular salah satu penyakit kelamin. Salah satu virus yang bisa
ditularkan melalui hubungan seks adalah virus HIV.
e) Timbul rasa ketagihan.
f) kehamilan terjadi jika terjadi pertemuan sel telur pihak wanita dan spermatozoa pihak pria.
Dan hal itu biasanya didahului oleh hubungan seks. Kehamilan pada remaja sering
disebabkan ketidaktahuan dan tidak sadarnya remaja terhadap proses kehamilan. Bahaya
kehamilan pada remaja:

1. Hancurnya masa depan remaja tersebut.


2. Remaja wanita yang terlanjur hamil akan mengalami kesulitan selama kehamilan
karena jiwa dan fisiknya belum siap.
3. Pasangan pengantin remaja, sebagian besar diakhiri oleh perceraian (umumnya
karena terpaksa kawin karena nafsu, bukan karena cinta).
4. Pasangan pengantin remaja sering menjadi cemoohan lingkungan sekitarnya.
5. Remaja wanita yang berusaha menggugurkan kandungan pada tenaga non medis
(dukun, tenaga tradisional) sering mengalami kematian strategis.
6. Pengguguran kandungan oleh tenaga medis dilarang oleh undang-undang, kecuali
indikasi medis (misalnya si ibu sakit jantung berat, sehingga kalau ia meneruskan
kehamilan dapat timbul kematian). Baik yang meminta, pelakunya maupun yang
mengantar dapat dihukum.
7. Bayi yang dilahirkan dari perkawinan remaja, sering mengalami gangguan kejiwaan
saat ia dewasa.

c) Menghindari Seks Bebas

Para ahli berpendapat bahwa pendidik yang terbaik adalah orang tua
dari anak itu sendiri. Pendidikan yang diberikan termasuk dalam

10
Yunior Rahmawan Usop
pendidikan seksual. Dalam membicarakan masalah seksual adalah yang
sifatnya sangat pribadi dan membutuhkan suasana yang akrab, terbuka
dari hati ke hati antara orang tua dan anak. Hal ini akan lebih mudah
diciptakan antara ibu dengan anak perempuannya atau bapak dengan
anak laki-lakinya, sekalipun tidak ditutup kemungkinan dapat terwujud
bila dilakukan antara ibu dengan anak laki-lakinya atau bapak dengan
anak perempuannya. Kemudian usahakan jangan sampai muncul
keluhan seperti tidak tahu harus mulai dari mana, kekakuan,
kebingungan dan kehabisan bahan pembicaraan.

Dalam memberikan pendidikan seks pada anak jangan ditunggu sampai


anak bertanya mengenai seks. Sebaiknya pendidikan seks diberikan
dengan terencana, sesuai dengan keadaan dan kebutuhan anak.
Sebaiknya pada saat anak menjelang remaja dimana proses
kematangan baik fisik, maupun mentalnya mulai timbul dan
berkembang kearah kedewasaan.

Beberapa hal penting dalam memberikan pendidikan seksual, seperti


yang diuraikan oleh Singgih D. Gunarsa (1995) berikut ini, mungkin
patut anda perhatikan:

• Cara menyampaikannya harus wajar dan sederhana, jangan


terlihat ragu-ragu atau malu.
• Isi uraian yang disampaikan harus obyektif, namun jangan
menerangkan yang tidak-tidak, seolah-olah bertujuan agar anak
tidak akan bertanya lagi, boleh mempergunakan contoh atau
simbol seperti misalnya : proses pembuahan pada tumbuh-
tumbuhan, sejauh diperhatikan bahwa uraiannya tetap rasional.
• Dangkal atau mendalamnya isi uraiannya harus disesuaikan
dengan kebutuhan dan dengan tahap perkembangan anak.
Terhadap anak umur 9 atau 10 tahun t belum perlu menerangkan
secara lengkap mengenai perilaku atau tindakan dalam hubungan
kelamin, karena perkembangan dari seluruh aspek kepribadiannya
memang belum mencapai tahap kematangan untuk dapat
menyerap uraian yang mendalam mengenai masalah tersebut.
• Pendidikan seksual harus diberikan secara pribadi, karena luas
sempitnya pengetahuan dengan cepat lambatnya tahap-tahap
perkembangan tidak sama buat setiap anak. Dengan pendekatan
pribadi maka cara dan isi uraian dapat disesuaikan dengan
keadaan khusus anak.
• Pada akhirnya perlu diperhatikan bahwa usahakan melaksanakan
pendidikan seksual perlu diulang-ulang (repetitif) selain itu juga
perlu untuk mengetahui seberapa jauh sesuatu pengertian baru
dapat diserap oleh anak, juga perlu untuk mengingatkan dan
memperkuat (reinforcement) apa yang telah diketahui agar benar-
benar menjadi bagian dari pengetahuannya.
1) Pencegahan Menurut Agama
Iman, merupakan rem paling pakem dalam berpacaran. Justru penilaian kepribadian pasangan
dapat dinilai saat berpacaran. Mereka yang menuntut hal-hal yang melanggar norma-norma
yang dianut, tentunya tidak dapat diharapkan menjadi pasangan yang baik. Seandainya iapun
menjadi suami atau istri kelak tentunya keinginan untuk melanggar norma-norma pun selalu
ada. Untuk itu, "Say Good Bye" sajalah...! Masih banyak kok pria dan wanita yang mempunyai
iman dan moral yang baik yang kelak dapat membantu keluarga bahagia.

Pengetahuan agama remaja dalam penelitian dibatasi pada


pengetahuan agama yang berhubungan dengan pergaulan bebas,
penyalahgunaan narkoba dan hubungan seks di luar nikah. Mayoritas

11
Yunior Rahmawan Usop
responden tidak menyetujui penyalahgunaan narkoba dan mengadakan
seks di luar nikah. Pengetahuan Agama Remaja

Tidak Kurang Setuju


setuj Setuju
Alternatif Jawaban u %
%
%

Agama tidak larang pergaulan 54,1 34,1 11,8


bebas

Agama tidak melarang 89,4 7,5 3,1


penyalahgunaan narkoba di luar
keperluan medis

Agama tidak melarang hubungan 97,3 2,4 0,4


seks di luar nikah

Saya boleh bergaul bebas, 54,1 34,1 11,8


menggunakan narkoba dan
mengadakan hubungan seks di
luar nikah asalkan saya tetap
melaksanakan shalat dan ibadah
puasa

Pengetahuan Agama Remaja

Tidak Kurang Setuj


setuj Setuju u
Alternatif Jawaban u
% %
%

Saya boleh melanggar 78,4 19,2 2,4


ajaran agama selagi muda,
asalkan saya taubat di hari
tua

Agama tidak dapat 54,1 34,1 11,8


membantu saya untuk
mendapatkan ketenangan

Pencegahan menurut agama antara lain :


a) Memisahkan tempat tidur anak.
b) Meminta izin ketika memasuki kamar tidur orang tua.
c) Mengajarkan adab memandang lawan jenis.
d) Larangan menyebarkan rahasia suami-istri.

2) Pencegahan Seks Bebas dalam Keluarga

Faktor keluarga sangat menentukan dalam masalah pendidikan seks


sehingga prilaku seks bebas dapat dihindari. Waktu pemberian materi
pendidikan seks dimulai pada saat anak sadar mulai seks. Bahkan bila

12
Yunior Rahmawan Usop
seorang bayi mulai dapat diberikan pendidikan seks, agar ia mulai dapat
memberikan mana cirri-laki-laki dan mana ciri perempuan. Bisa juga
diberikan saat anak mulai bertanya-tanya pada orang tuanya tentang
bagaimana bayi lahir. Peran orang tua sangat penting untuk
memberikan pendidikan seks pada usia dini.

Menurut Afief Rahman, pendidikan seks sebaiknya dimulai dari


kandungan. Pembacaan ayat-ayat suci dari Kitab Suci sangat penting.
Hal ini ditujukan agar anak yang dikandung mendapatkan keberkahan
dari Sang pencipta seperti diketahui, identitas seks manusia sudah
dimulai sejak di dalam kandungan, sehingga memang sepantasnya
pendidikan seks dimulai pada fase tersebut.

Pencegahan seks bebas dalam keluarga antara lain :

a) Keluarga harus mengertitentang permasalahan seks, sebelum


menjelaskan kepada anak-anak mereka.
b) Seorang ayah mengarahkan anak laki-laki, dan seorang ibu
mengarahkan anak perempuan dalam menjelaskan masalah seks.
c) Jangan menjelaskan masalah seks kepada anak laki-laki dan
perempuan di ruang yang sama.
d) Hindari hal-hal yang berbau porno saat menjelaskan masalah
seks, gunakan kata-kata yang sopan.
e) Meyakinkan kepada anak-anak bahnwa teman-teman mereka
adalah teman yang baik.
f) Memberikan perhatian kemampuan anak di bidang olahraga dan
menyibukkan mereka dengan berbagai aktivitas.
g) Tanamkan etika memelihara diri dari perbuatan-perbuatan
maksiat karena itu merupakan sesuata yang paling berharga.
h) Membangun sikap saling percaya antara orang tua dan anak.

Bab III Penutup


a) Kesimpulan
Dampak seks bebas sangat besar, tidak hanya berakibat terhadap diri
sendiri tetapi juga keluarga dan orang sekitar. Jauhilah pergaulan bebas
yang berujung pada seks bebas.Tingkatkan keimanan sebagai benteng
dari perbuatan dosa.

c) Saran-saran
• Tingkatkan keimanan dan selalu dekatkan diri kepada Tuhan Yang
Maha Esa.
• Jauhilah narkotika dan pergaulan tanpa batas.
• Tumbuhkan norma dan nilai-nilai sosial.
• Hindari hal-hal negatif.
• Isi hari-hari kita dengan beraktivitas dan berolahraga.
• Hindari pergaulan negatif.
• Selektif terhadap teman-teman sebaya.
• Loya namun tetap hati-hati mengikuti perkembangan teknologi.
• Hidup sehat tanpa terpau narkotika.
• Jangan hancurkan masa depan.

13
Yunior Rahmawan Usop
• Capai cita-cita tanpa seks bebas.
• Pikirkan segala tindakan kita dengan efektif dan komprehensif
sesuai dengan akibat yang akan kita terima.
• Hindari seks bebas sejak dini dengan tidak bergaul tanpa batasan
norma dan etika.
• Katakan "tidak", jika pasangan menghendaki aktivitas berpacaran
melebihi batas. Terutama bagi remaja putri permintaan seks sebagai
"bukti cinta", jangan dipenuhi, karena yang paling rugi adalah pihak
wanita. Ingat, sekali wanita kehilangan kegadisannya, seumur hidup ia
akan menderita, karena norma yang dianut dalam masyarakat kita
masih tetap mengagungkan kesucian. Berbeda dengan wanita,
keperjakaan pria tidak pernah bisa dibuktikan, sementara dengan
pemeriksaan dokter kandungan dapat ditentukan apakah seorang gadis
masih utuh selaput daranya atau tidak.
• Yang sering terjadi adalah pasangan lepas kendali karena terbuai aktivitas berpacaran.
untuk itu beberapa tips agar tidak terbuai:

1. Niatkan bahwa tujuan berpacaran adalah untuk saling mengenal lebih dekat.
2. Hindari tempat yang terlalu sepi atau tempat yang mengandung aktivitas
seksual.
3. Hindari makan makanan yang merangsang sebelum/selama pacaran.
4. Hindari bacaan/film porno yang merangsang sebelum/selama pacaran.
5. Jangan dituruti kalau pasangan menuntut aktivitas pacaran yang berlebihan,
sambil mengingatkan bahwa hal itu akan mengotori tujuan dari berpacaran.

• Oleh karena itu bahwa gaya pacaran yang sehat merupakan sesuatu yang perlu
diperhatikan agar terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan. Gaya pacaran yang sehat
mencakup berbagai unsur yaitu sebagai berikut:

1. Sehat Fisik.
Tidak ada kekerasan dalam berpacaran. Dilarang saling memukul, menampar
ataupun menendang.
2. Sehat Emosional.
Hubungan terjalin dengan baik dan nyaman, saling pengertian dan keterbukaan.
Harus mengenali emosi diri sendiri dan emosi orang lain. Harus mampu
mengungkapkan dan mengendalikan emosi dengan baik.
3. Sehat Sosial.
Pacaran tidak mengikat, maksudnya hubungan sosial dengan yang lain harus
tetap dijaga agar tidak merasa asing di lingkungan sendiri. Tidak baik apabila
seharian penuh bersama dengan pacar.
4. Sehat Seksual.
Dalam berpacaran kita harus saling menjaga, yaitu tidak melakukan hal-hal yang
beresiko. Jangan sampai melakukan aktivitas-aktivitas yang beresiko, apalagi
melakukan hubungan seks.

Daftar Pustaka
www.e-dukasi.net ; www.crr.com

14
Yunior Rahmawan Usop
www.bknn.com ; www.wikipedia.com
www.geocities.com ; www.scribd.com
www.slideshare.com ; www.books.google.com
sumber-sumber lain yang relevan dan dapat dipercaya.

Lampiran

Apakah arti dari seks?

Seks berarti jenis kelamin, yaitu suatu sifat atau ciri yang membedakan
laki-laki dan perempuan.

Apakah arti dari seksual?

Seksual berarti yang ada hubungannnya dengan seks atau yang muncul
dari seks, misalnya pelecehan seksual yaitu menunjuk kepada jenis
kelamin yang dilecehkan.

Apakah arti dari perilaku seksual?

15
Yunior Rahmawan Usop
Perlaku seksual adalah segala bentuk perilaku yang muncul berkaitan
dengan dorongan seksual.

Apakah arti hubungan seksual?

Hubungan seks mempunyai arti hubungan kelamin sebagai salah satu


bentuk kegiatan penyaluran dorongan seksual.

Bagaimana jika remaja diberi pendidikan seks?

Pada umumnya orang menganggap bahwa pendidikan seks hanya berisi


tentang pemberian informasi alat kelamin dan berbagai macam posisi
dalam berhubungan kelamin. Hal ini tentunya akan membuat para
orangtua merasa khawatir. Untuk itu perlu diluruskan kembali
pengertian tentang pendidikan seks. pendidikan seks berusaha
menempatkan seks pada perspektif yang tepat dan mengubah
anggapan negatif tentang seks. Dengan pendidikan seks kita dapat
memberitahu remaja bahwa seks adalah sesuatu yang alamiah dan
wajar terjadi pada semua orang, selain itu remaja juga dapat diberitahu
mengenai berbagai perilaku seksual berisiko sehingga mereka dapat
menghindarinya.

Apakah dengan mendapatkan pendidikan seks remaja


menjadi ingin mencoba?

Sebetulnya sampai saat ini tidak ada bukti bahwa pendidikan seks justru
akan menyebabkan remaja ingin mencoba. Berbagai studi justru
menunjukan bahwa remaja yang mendapatkan informasi yang benar
tentang kehidupan seksualitas akan menjadi lebih bertanggung jawab
terhadap kehidupan mereka. Bagi remaja yang belum aktif seksual,
pendidikan seks justru akan menunda umur pertama kali melakukan
hubungan seks. Remaja yang sejak awal mengetahui bahwa melakukan
hubungan seksual dengan sembarang orang akan memiliki resiko yang
tinggi terkena penyakit kelamin, cenderung akan menghidari tingkah
laku tersebut.

Apakah yang dimaksud orientasi seksual?

Orientasi seksual adalah dengan jenis kelamin dimana seseorang lebih


tertarik secara seksual. Secara ekstrem orientasi seksual dikategorikan
menjadi dua yaitu heteroseks (orang yang secara seksual tertarik
dengan lawan jenis) dan homoseks (orang yang secara seksual lebih
tertarik dengan orang lain yang sejenis kelamin). Diantara kedua kutub
orientasi seksual tersebut, masih ada perilaku-perilaku seksual yang
sulit dimasukkan dalam satu kategori tertentu karena banyak sekali
keragaman di dalamnya.

16
Yunior Rahmawan Usop

You might also like