You are on page 1of 44

GINEKOLOGI

1. a. Apa yang dimaksud dengan displasia serviks dan bagaimana pembagiannya? Displasia serviks adalah perubahan kariotipik sel epitel dewasa yang ditandai dengan perubahan bentuk, ukuran dan organisasi sel yang dapat bersifat reversibel atau ireversibel dan dapat mengarah pada suatu keganasan. Tingkatan dari displasia didasarkan pada proliferasi sel basal. Adanya kelompok sel basal epitel lebih dari satu lapis menunjukkan adanya peningkatan populasi sel imatur pada epitel Kriteria diagnosa dari displasia didasarkan atas adanya sel imatur, disorganisasi sel, nukleus abnormal dan meningkatnya aktifitas mitosis Displasia dibagi atasi displasia ringan, sedang dan berat Displasia Ringan (NIS I) Terjadinya displasia pada sel epitel serviks yang terbatas pada 1/3 bawah lapisan epitel Merupakan tingkat yang paling rendah Gambaran mitosis dan sel-sel abnormal Perbandingan nukleus dan sitoplasma meningkat Displasia Sedang (NIS II) Terjadinya displasia pada sel epitel serviks yang terbatas pada 2/3 bagian lapisan epitel Terdapat proliferasi sel epitel abnormal Aktifitas mitosis sel dan pembentukan sel abnormal lebih banyak dari NIS I Displasia Berat (NIS III) Terjadinya displasia pada keseluruhan lapisan epitel Secara biologik displasia berat dan karsinoma in situ tidak ada perbedaan, oleh karena itu dimasukkan juga dalam NIS III.

b. Bagaimana mencegah kanker serviks Menghindari hubungan seksual pada usia muda (< 20 thn) Dimana pada usia muda epitel kolumnar dari endoserviks mengarah keluar ke ektoserviks sehingga mudah kena trauma. Apabila terjadi lesi maka dikemudian hari risiko untuk menjadi neoplasi bertambah besar. Multipartner seksual Berhubungan dengan terjadinya infeksi seksual dalam hal ini infeksi HPV Kebiasaan merokok Merokok bisa menyebabkan kanker seviks atas dasar : -. Ditemukannya ketonoid, nikotin, fenol, hidrokarbon dan tar yang bersifat Karsinogenik dengan konsentrasi tinggi pada mukus serviks perokok -. Merokok berhubungan dengan penurunan bermakna dari jumlah dan fungsi sel Lagerhans yang berperan penting pada imunitas seluler. c. Jelaskan macam-macam cara menangani displasia serviks Penanganan tergantung dari : umur penderita, jumlah anak dan derajat displasia Pada dasarnya dapat dilakukan dengan observasi saja, medikamentosa, terapi destruksi dan eksisi. Observasi : Dilakukan pada tes Pap dengan hasil atipia, HPV dan NIS I Medikamentosa -. Agent cytotoxic : trichloroacetic acid, podophylin, podofilox, 5 FU -. Physical ablatio : laser -. Imunomodulasi dengan Imiquimod dan interferon Destruksi dan eksisi Tindakan destruksi dan eksisi dilakukan pada LSIL dan HSIL dengan perbedaan yaitu pada destruksi tidak mengangkat lesi, tetapi pada terapi eksisi ada spesimen lesi yang diangkat. Terapi tidak boleh didasarkan pada hasil sitologi saja, tetapi harus dipertimbangkan juga :

Dr. Henry Sugiarto Nrp. 11950008051170

-. Hasil kolposkopi -. Data histopatologi -. Faktor pasien ( usia, kebutuhan fungsi reproduksi, patologi uterus dan kepatuhan pasien -. Faktor lesi (derajat lesi, letak, luas dan fokus lesi) Displasia Ringan (NIS I) Dilakukan observasi selama 3 bulan kemudian dilakukan pemeriksaan ulang karena 90% dapat mengalami regresi spontan. Bila lesi NIS I persisten selama 2 tahun, maka dapat dilakukan terapi lokal. Terapi destruksi lokal : -. Krioterapi Metode pengrusakan jaringan dengan suhu(<25 C) sehingga terjadi nekrosis dari jaringan tersebut karena terjadi perubahan sbb : dehidrasi dan gangguan keseimbangan cairan, gangguan elektrolit dari sel, denaturasi protein sel dan trauma termis. Post tindakan tidak koitus selama 4 minggu, hindari tampon vagina, kerja berat dan lama serta diinformasikan bila ada pengeluaran cairan vagina bercampur darah itu normal -. Elektrokauter Cara ini tidak memungkinkan untuk memusnahkan jaringan dengan kedalaman 2-3 mm. -. Diatermi elektrokoagulasi Dapat memusnahkan jaringan yang lebih luas dan efektif bila dibandingkan dengan elektrokauter, tapi harus dengan anastesi umum. Bisa sampai kedalaman 1 cm. Penggunaan cara ini hanya dianjurkan untuk kasus CIN I / II. -. CO2 laser Mempunyai beberapa keuntungan, daerah dapat lebih tepat dan lebih luas, penyembuhan luka cepat dan tidak menimbulkan jaringan parut. Sebagian ahli umumnya berpendapat terapi menunggu atau terapi konservatif merupakan terapi pada displasia ringan (LSIL) Kolposkopi biopsi bila hasil negatif : follow up pap smear setiap 6 bulan LSIL : follow up pap smear setiap 6 bulan Displasia Sedang dan Berat Harus diterapi, tetapi sebelum diterapi beberapa faktor yang harus diperhatikan : -. Harus identifikasi HSIL yang didiagnosis, apakah NIS II atau NIS III -. Apakah pasien mengerti kemungkinan terjadinya kanker serviks setelah menderita HSIL -. Apakah pasien menginginkan fungsi reproduksi untuk dipertahankan -. Adakah kelainan lain dari uterus pasien Displasia Sedang (NIS II) Terapi utama : konservatif, terapi destruksi lokal sudah memadai. Risiko kegagalan atau residif sebagai kanker invasif : 0,9% - 1,2% Metoda atau alat yang digunakan tergantung dari beberapa faktor : -. Luasnya lesi merupakan varibel yang sangat -. Perluasan ke kanalis servikalis berpengaruh terhadap keberhasilan Terapi lokal -. Letaknya lesi Displasia Berat (NIS III) Bila tidak menginginkan fungsi reproduksi : Histerektomi Total Atau bila terdapat kelainan uterus -. Histerektomi : merupakan tindakan terpilih pada keadaan :

Dr. Henry Sugiarto Nrp. 11950008051170

o o o

Ada masalah teknis untuk melakukan konisasi, misalnya portio yang mendatar yang sering pada usia lanjut Eksisi harus mencapai vagina atas Bersamaan dengan keadaan yang menjadi indikasi untuk dilakukan histerektomi

Kadang-kadang untuk membedakan antara displasia berat dengan Ca in situ hanya berdasarkan ada atau tidak adanya satu lapisan sel-sel pipih pada permukaan epitel serviks saja. d. Jelaskan modalitas diagnostik lesi prakanker serviks TES SKRINING Pap Smear Merupakan metode skrining awal yang digunakan untuk mendeteksi adanya lesi prakanker dengan cara mengambil apusan sel-sel eksfoliatif dari endoserviks dan ektoserviks untuk diperiksa dan didiagnosa secara sitologi. Angka kesalahan 30-40% Schiller Tes Portio dioles dengan kapas yang dicelup dalam larutan lugol. Hasil (+) bila epitel abnormal tampak pucat / kurang coklat. Hasil (-) bila epitel portio warna coklat tua. Pap Net Berdasarkan pemeriksaan slide apusan pap. Bedanya untuk mengidentifikasi sel abnormal dilakukan secara komputerisasi. Slide hasil apusan Pap yang mengandung sel abnormal dievaluasi ulang oleh ahli patologi/sitologi. Angka kesalahan 2-3%. Thin Prep Merupakan metode Pap Smear yang dimodifikasi pengumpulan sel usapan serviks dalam cairan dengan tujuan untuk menghilangkan kotoran & darah serta memperbanyak penampakan sel serviks. Sensitifitas 97% IVA Dengan pengusapan asam asetat 3-5% untuk melihat perubahan warna yang terjadi. Lesi prankanker akan menampilkan bercak warna putih aceto white epihtelium. Sebagai tindakan lanjut IVA yang positif BIOPSI TES PELENGKAP Servikografi : Dengan membuat foto pembesaran portio setelah dilakukan usapan dengan asam asetat 3-5% kemudian dikirim ke ahli ginekologi Spekuloskopi Visualisasi serviks sesudah pemberian asam asetat dengan blue white chemiluminescent illumination Polar Probe Menggunakan probe pengukur dengan panjang 170 mm dan diamter 5 mm yang mempergunakan realtime approach untuk mendeteksi jaringan abnormal. Jaringan serviks dirangsang dengan denyutan listrik tenaga rendah dan kemudian dihubungkan dengan hardware dan software untuk mengklasifikasikan kelainan pada serviks. Jaringan serviks di klasifikasi : normal, low grade, high grade dan kanker. Tes DNA HPV o Filter Hybridization Southern Blot DNA dari sel di ekstraksi dan dipecah dengan bantuan enzim restriction endonuclease. Enzim ini hanya memecah DNA rantai ganda. Dengan elektroforesis fragmen-fragmen akan terpisah. Tehnik ini memerlukan jaringan segar atau yang dibekukan Northern Blot

Dr. Henry Sugiarto Nrp. 11950008051170

Untuk mendeteksi RNA HPV dalam jaringan. RNA seluler diekstraksi dan dihibridasi dengan probe yang telah di label

Dot Blot Varian tehnik southern blot, namun tidak memerlukan digesti DNA seluler dan elektroforesis. Dapat dipakai untuk penapisan tipe HPV dengan hanya sejumlah kecil DNA pada lesi. Cara ini hanya dapat dipakai untuk jaringan segar atau yang dibekukan. o In Situ Hybirdization Untuk menentukan distribusi, topografi virus dalam bahan sitologi atau digabung dengan probe DNA HPV atau histopatologik. DNA sel didenaturasi dan bila dipakai petanda RNA, denaturasi tidak diperlukan. Keuntungan dapat dipakai untu jaringan yang telah difiksasi. Filter In situ hybridization Tehnik in situ hybridization yang disederhanakan ; tidak melakukan ekstraksi DNA selular. Sangat baik untuk evaluasi sel yang berasal dari usapan endoserviks Solution Hybridization Meliputi Hybrid Capture I, II, III dan Rapid Capture System. Prinsip : ampilifikasi (penguatan) signal dan dengan demikian hanya membutuhkan persiapan minimal dari sampel. Tidak ada kontaminasi bahan amplicon yang dapat menimbulkan hasil positif paslsu seperti pada PCR. PCR Tehnik in vitro yang dapat mengaplikasikan DNA HPV sampel, yang tidak dapat deteksi dengan tehnik hibridisasi lain. Tehnik paling sensitif karena hanya memerlukan sejumlah kecil DNA. TES DIAGNOSTIK Kolposkopi Untuk menilai perubahan pola vaskular serviks yang mencerminkan perubahan biokimiawi dan metabolik yang terjadi pada jaringan serviks.

c. Jelaskan riwayat alamiah NIS


Serviks normal Infeksi HPV Perubahan terkait HPV

LGSIL/LSIL (atypia, CIN I) Sekitar 15% progresif dalam 3-4 th HGSIL/LIST (CIN II, III / KS) 30-70% progresif dalam 10 th KANKER INVASIF Kofaktor HPV risiko tinggi ( tipe 16,18)

2.

a. Jelaskan peranan HPV dalam kejadian karsinoma serviks Integrasi DNA virus dimulai pada daerah E1-E2. integrasi menyebabkan E2 (mengontrol replikasi/transkripsi/transformas, represi transkripsi) tidak berfungsi. Tidak berfungsinya E2 menyebabkan rangsangan terhadap E6 dan E7 yang menghambat p53 dan pRb. Hambatan kedua TSG menyebabkan siklus sel tidak terjadi. Protein E6 akan berikatan dengan p53 yang menyebabkan hilangnya fungsi p53. Fungsi p53 sebagai TSG yang bekerja pada fase G1 pada proses pembelahan sel. Ikatan E6 dengan p53 akan menyebabkan penghentian siklus sel G1.
Dr. Henry Sugiarto Nrp. 11950008051170

Penghentian ini untuk memberikan kesempatan pada sel memperbaiki kerusakan yang timbul. Setelah ada perbaikan maka akan masuk ke fase S. Kemampuan p53 menghentikan siklus sel melalui hambatan cdk-cyclin. Kompleks sdk-cyclin berfungsi merangsang siklus sel untuk memasuki fase selanjutnya. Dengan hilangnya fungsi p53 maka penghentian sel pada fase G1 tidak terjadi dan sel akan terus masuk ke fase S tanpa ada perbaikan Protein E7 menghambat proses perbaikan sel melalui mekanisme yang berbeda. Proses regulasi siklus sel di fase G0 dan G1, p53 berikatan dengan E2F yang menyebabkan E2F tidak aktif. E2F merupakan gen yang akan merangsang siklus sel melalui aktivasi proto onkogen c-myc, N-myc. Masuknya protein E7 kedalam sel dan berikatan dengan pRb menyebabkan E2F bebas dan terlepasnya c-myc dan N-myc yang selanjutnya terjadi proses transkripsi. Kekuatan ikatan protein E7 dan pRb berbeda-beda diantara beberapa jenis virus HPV b. Jelaskan mengenai pengelolaan karsinoma serviks invasif serviks uteri Stadium IA -. Masih menginginkan anak : konisasi (merupakan terapi terpilih) Hasil konisasi : invasi vaskuler (+) : HT radikal invasi vaskuler (-) : HT Stadium IAI : Konisasi atau HT amputasi serviks -. Fertilitas cukup : HT (terapi terpilih) Pembedahan dianggap cukup : bila spesimen bedah tidak dijumpai emboli di pembuluh limfe ataupun pembuluh darah serta tepi sayatan bebas tumor . Stadium IA2, IB dan IIA -. HT radikal + limfadenektomi pelvik bilateral usia > 40 tahun ditambah dengan salfingooovorektomi -. Lesi kecil masih menginginkan anak trakhelektomi radikal dan parametrektomi bilateral -. Lesi besar (IB2) HT radikal + limfadenektomi pelvik bilateral atau dengan radioterapi Neoadjuvant kemoterapi, neoadjuvant kemoradiasi atau neoadjuvant radiasi Dilanjutkan dengan HT radikal dan limfadenektomi -. Metastase pada KGB arteri iliaka atau para aorta prognosis jelek (SR 20%) Stadium IIB, III dan IVA -. Radioterapi lengkap radiasi eksterna dilanjutkan dengan radiasi ekstracaviter -. Kemoradiasi (Cis platinum, paclitaxel, docetaxel, fluorourasil, gemcitabine) Stadium IVB -.paliatif radiasi paliatif

c. Jelaskan penanganan kehamilan pada karsinoma serviks Diagnosis ataupun penatalaksanaan karsinoma serviks pada kehamilan relatif sama dengan penderita yang tidak hamil Pemilihan pengobatan sangat tergantung : stadium, usia kehamilan serta keinginan penderita untuk melanjutkan atau tidak melanjutkan kehamilannya. Stadium IA o Tw I : abortus provokatus dilanjutkan radiasi intracaviter dengan dosis (6.000-7.500cGy) atau HT totalis o Tw II : (sampai 20 minggu) Dilakukan HT dilanjutkan dengan radiasi intracaviter atau HT totalis o Tw II > 20 minggu atau Tw III Ditunggu sampai janin viable, kemudian dilakukan SC klasik dan dilanjutkan dengan radiasi atau HT radikal Stadium IB IIA o Tw I : radiasi untuk abortus provokatus dilanjutkan dengan operasi radikal
Dr. Henry Sugiarto Nrp. 11950008051170

Radiasi kombinasi eksternal dan intracaviter dengan dosis 6.500-8.500 cGy Tw II : < 20 minggu HT dilanjutkan radiasi kombinasi atau operasi radikal Tw II > 20 minggu atau Tw III Ditunggu sampai janin viable, kemudian dilakukan SC klasik dan dilanjutkan dengan radiasi kombinasi atau HT radikal Stadium IIB IIIB o Tw I : radiasi kombinasi untuk abortus provokatus dan post abortus ditambah radiasi smpi lengkap o Tw II : < 20 minggu HT dilanjutkan radiasi kombinasi o Tw II > 20 minggu atau Tw III Ditunggu sampai janin viable, kemudian dilakukan SC klasik dan dilanjutkan dengan radiasi kombinasi atau HT radikal o o Stadium IVA o Tw I : radiasi kombinasi untuk abortus provokatus dilanjutkan radiasi paliatif bila ada respons diteruskan sampai dosis kuratif o Tw II : < 20 minggu HT dilanjutkan radiasi paliatif dan bila ada respons dilanjutkan sampai dosis kuratif o Tw II > 20 minggu atau Tw III Ditunggu sampai janin viable, kemudian dilakukan SC klasik dan dilanjutkan dengan radiasi paliatif bila ada respons dilanjutkan sampai dosis kuratif Stadium IVB o Tw I : radiasi untuk abortus provokatus dilanjutkan radiasi paliatif atau kemoterapi o Tw II : < 20 minggu HT bila tidak ada keluhan lanjut kemoterapi HT bila keluhan (+) lanjut radiasi o Tw II > 20 minggu atau Tw III Ditunggu sampai janin viable, kemudian dilakukan SC klasik Keluhan (-) lanjut kemoterapi Keluhan (+) lanjut radiasi

3. a. Apa yang dimaksud dengan staging laparotomi Ca ovarium. Jelaskan ! Diagnosa pasti tumor ovarium ganas pembedahan Pembedahan bertujuan diagnosis, penetapan stadium dan staging Karena kanker ovarium berada intraabdominal maka penetapan stadium dilakukan dengan pembedahan Pemeriksaan histologi pada saat operasi VC Prosedur pembedahan Tumor Ovarium suspek ganas : o Insisi mediana o Sitologi cairan peritoneum atau bilasan rongga peritoneum o Eksplorasi rongga peritoneum, biopsy daerah yang mencurigakan o Salfingooovorektomi (VC) o Salfingooovorektomi kontralateral o HT totalis (HT sub total) o Omentektomi infracolica o Limfadenektomi pelvic kiri dan kanan dan para aorta o Bipsi peritoneum (paravesikal, parakolika kiri kanan, subdiafragma, kavum douglas, dan daerah perlekatan tumor) o Eksisi lesi tumor-tumor metastase. Stadium kanker ovarium FIGO 2000 stadium pembedahan I : tumor terbatas pada ovarium IA : terbatas pada 1 ovarium, kapsul tumor utuh, tidak ada pertumbuhan dipermukaan tumor, sel tumor cairan asites (-) ataupun pada bilasan cairan rongga peritoneum IB : terbatas pada 2 ovarium, idem IA IC : terbatas pada 1 atau 2 ovarium dengan salah satu faktor kapsul pecah, Pertumbuhan tumor pada pemukaan kapsul, cairan asites sel tumor (+) atau pada Bilasan peritoneum sel tumor (+)
Dr. Henry Sugiarto Nrp. 11950008051170

II IIA IIB IIC III IIIA IIIB IIIC IV

: tumor pada 1 atau 2 ovarium dengan perluasan di pelvis : meluas ke uterus dan atau ke tuba tanpa sel tumor pada asites atau bilasan rongga peritoneum : meluas ke jaringan/organ pelvis lainnya, idem IIA : perluasan di pelvis dengan cairan asites sel tumor (+), bilasan rongga peritoneum sel tumor (+) : tumor pada 1 atau 2 ovarium disertai dengan perluasan tumor pada rongga Peritoneum diluar pelvis dengan atau metastase ke KGB regional : metastase mikroskopik diluar pelvis : metastase makroskopik diluar pelvis dengan besar lesi metastase 2 cm : metastase makroskopik diluar pelvis dengan besar lesi metastase 2 cm dan atau metastase ke KGB regional : metastase jauh (diluar rongga peritoneum)

b. Jelaskan penanganan Ca Ovarium berdasarkan staging dan umur Pembedahan : -. Diagnosis benigna, maligna serta jenis dari sel tumor -. Terapeutik mengangkat tumor yang menjadi penyebab -. Staging penetapan stadium Stadium awal (stadium I II) o Risiko rendah (IA IB) dengan tumor yang berdiferensiasi baik-sedang Tidak perlu terapi adjuvat setelah pembedahan o Risiko tinggi Terapi adjuvant dengan kemoterapi kombinasi (cis platinum dengan taxan) o Adjuvant radioterapi hanya untuk jenis disgerminoma Stadium lanjut o Pembedahan sitoreduksi (optimal < 1 cm) dapat dilakukan 2 kali dengan selang kemoterapi 3 seri. Dengan kadar CA125 < 966 U/ml o Stadium IIIC atau kanker ovarium dengan ascites > 500 ml indikasi untuk neoadjuvan kemoterapi. Terapi konsolidasi Bertujuan untuk menurunkan atau mencegah terjadinya residif. Hanya diberikan bila setelah terapi lengkap tidak dijumpai residu tumor secara makroskopis Terapi gen o Target pengobatan TSG p53 PADA USIA MUDA o Stadium awal o Pembedahan konservatif (stadium I-II tanpa keterlibatan uterus) Pengangkatan tumor disertai biopsi peritoneum, limfadenektomi pelvis dan para aorta serta omentektomi. Eksisi ovarium kontralateral tidak dilakukan bila secara makroskopik metastase (-) Stadium IA + diferensiasi baik pembedahan tanpa adjuvan kemoterapi Jenis borderline, disgerminoma, tumor sel granulosa Khusus : jenis disgeminoma pada stadium lanjut tetap konservatif oleh karena memberi repon terapi yang baik dengan kemoterapi. 4. a. Jelaskan klasifikasi tumor ganas ovarium EPITEL Tumor serosum Kistadenoma serosum borderline
Dr. Henry Sugiarto Nrp. 11950008051170

Kistadenomakarsinoma serosum Adenofibroma serosum papiliferum maligna Tumor musinosum Kistadenoma musinosum borderline Kistadenokarsinoma musinosum Adenofibroma musinosum papiliferum maligna Tumor endometrioid Endometrioid kistadenoma borderline Adenokarsinoma endometrioid Tumor sel jernih Tumor sel jernih borderline Adenokarsinoma sel jernih Adenofibroma sel jernih maligna Tumor Brenner Tumor Brenner ganas Tumor Brenner borderline Karsinoma sel transitional Tumor ganas campuran (mixed epithenokarsinoma sel jernih) Tumor epitel yang jarang Small cell carcinoma Sarkoma Limfoma Paraovarian epithelial tumors Peritoneal papillary carcinoma Tumor sel germinal Disgerminoma Tumor yolk sac Karsinoma embrional Poliembrioma Koriokarsinoma Teratoma Tumor mixed germinal maligna Gonadoblastoma Stromam Sex Cord Tumor sel granulosa stoma (tipe dewasa dan anak-anak) Tekoma fibroma (tekoma, fibrosarkoma, sclerosing stromal tumor, signet ring stromal tumor Sertoli stromal cell tumor (sertoli cell tumor, leydig cell tumor, sertoli-leydig cell tumor)) Ginandoblastoma Sex cord tumor Steroid cell tumor (stromal luteoma, leydig cell tumor) b. Jelaskan mengenai diagnosa dan terapi sex cord stromal tumor ovarium merupakan tumor-tumor yang menghasilkan hormon seks yang dapat menyebabkan feminisasi (tumor sel granulosa dan tumor sel teka) atau virilasi (tumor adrenal dan tumor hilus) Prepubertas (jarang) berhubungan dengan psudoprekok seksual oleh karena estrogen Usia Reoriduktif -. Menstruasi yang iregular -. Amenorea sekunder -. Hiperplasia kistik dari endometrium
Dr. Henry Sugiarto Nrp. 11950008051170

Post menopause -. PUD Asites Efusi pleura Hemoperitoneum tumor granulosa yang pecah Penanganan Tergantung dari usia dan perluasan dari tumor Pembedahan Stadium IA : Salfingooforektomi (pada anak-anak atau wanita usia reproduksi) HTSOB perimenopause Radioterapi Untuk tumor metastase atau yang rekurens Kemoterapi Untuk tumor metastase atau yang rekurens Penanganan tumor stroma pada dasarnya sama dengan jenis epitelial dengan beberapa perbedaan tergantung tipe tumor : o Tumor sel granulosa HTSOB kasus rekurensi diberikan kemoterapi kombinasi doxorubicin dan cis platin Beberapa dari jenis tumor ini menghasilkan estrogen stimulasi endometrium perdarahan abnormal o Tumor sel Sertoli Leydig HTSOB 5. a. Jelaskan patofisiologi perdarahan uterus disfungsional PUD anovulatoir dan ovulatoir PUD anovulatoir o Patofisologi PUD anovulatoir belum jelas. o Ditandai dengan perdarahan tidak teratur, memanjang dan biasanya dalam jumlah banyak. Disebabkan karena adanya gangguan pada poros hipotalamus-hipofise-ovariumendometrium. Pada keadaan ini estrogen merangsang pertumbuhan sel-sel endometrium secara berlebih dan juga dilatasi vena-vena dan menekan arteriol-arteriol spiralis yang ada disitu. Pembuluh-pembuluh darah besar ini, dindingnya tipis, berkelok-kelok dan terletak lebih superfisial, menjadikannya mudah pecah dan lebih banyak darah yang keluar. Estrogen juga akan meningkatkan kerja vascular endothelial growth factor (VEGF) yang berakibat terjadinya gangguan pada angiogenesis. Biasanya pengelupasan lapisan endometrium tidak terjadi serempak. Peningkatan kadar oksida nitrat pada endometrium yang timbul karena rangsangan dan peningkatan kadar estrogen juga diduga sebagai penyebab terjadinya perdarahan yang berlebih pada PUD anovulatoir. PUD ovulatoir o Perdarahan yang terjadi biasanya masih teratur dan dengan jumlah darah yang banyak keluar dan tidak disebabkan karena gangguan poros hipotalamus-hipofise-ovariumendometrium. Kadar gonadotropin dan hormon steroid seperti pada orang normal Jumlah perdarahan yang banyak cenderung diakibatkan karena adanya gangguan dalam kontrol volume perdarahan pada saat pengelupasan lapisan endometrium selama masa menstruasi. Terutama proses vasokonstriksi dan hemostasis. Pada fase folikuler terjadi peningkatan aliran darah dalam endometrium sehingga kemungkinan hal ini mengakibatkan perdarahan yang terjadi menjadi lebih banyak. Menurunnya endothelin yang berikatan dengan reseptornya dipermukaan endometrialmyometrial dapat meningkatkan jumlah perdarahan. Selain itu PGF2 mengakibatkan vasokonstriksi sedangkan PGE2 dan prostasiklin (PGI2) mengakibatkan vasodilatasi. PGI2 juga dikenal sebagai substansi yang dapat mencegah terjadinya agregasi trombosit dan pembentukan clot hemostasis. Pada PUD ovulatoir terjadi peningkatan PG total dimana PGE2 meningkat lebih banyak. Demikian pula reseptor PGE2 dan PGI2 mengalami peningkatan. Keadaan ini mengakibatkan terjadinya vasodilatasi dan menoragia. Faktor hemostasis lain yang
Dr. Henry Sugiarto Nrp. 11950008051170

berperan selain PGI2 adalah sel-sel mast yang menghasilkan heparin dan histamin. Heparin akan mengakibatkan penurunan pembentukan fibrin sedangkan histamin akan mengakibatkan transudasi dan keluarnya sel-sel darah merah dari pembuluh darah. Ensim lisosom dan matriks metaloproteinase juga dapat mengganggu proses pemecahan dan remodeling jaringan. Belakangan ditemukan adanya gen endometrial bleeding associated factor (ebaf) yang secara terselubung terdapat pada kromosom 1 dan mengkode jumlah TGF. b. Jelaskan langkah-langkah untuk menegakkan diagnosanya Anamnesa Gangguan haid dan perdarahan menyeruipai haid Pemeriksaan fisik -. Uterus membesar, massa di adneksa, uterus lunak, serviks lunak Laboratorium -. HCG -. Hitung jenis termasuk trombosit dan pemeriksaan koagulasi -. Pemeriksaan fungsi hepar, protrombine time -. TSH, prolaktin -. Gula darah -. DHEAS, testosteron bebas -. Pemeriksaan infeksi serviks dan Pap smear Pemeriksaan penunjang -. D&C -. USG transvaginal -. Histeroskopi c. Bagaimana pengobatan DUB rasional Cara pengelolaannya tergantung dari : usia penderita, jumlah perdarahan, keadaan umum dan keberhasilan terapi sebelumnya. Pengobatan dengan medikamentosa atau dengan operasi/pembedahan MEDIKAMENTOSA (hormonal, NSAID, antifibrinolitik) Hormonal Tujuan untuk menghentikan perdarahan yang masif akibat pertumbuhan endometrium yang cepat. Contoh : pil kontrasepsi oral digunakan untuk menstabilkan endometrium secara cepat dan progestin mempertahankan keadan ini sampai keduanya dihentikan pada akhir kemasan pil. Danazol : 200-800 mg qd -. Steroid androgenik -. Menghambat ovulasi dan menyebabkan atrofi endometrium -. ES : penambahan BB, jerawatm turunnya libido GnRH : depo 3,75 mg -. Menghambat pelepasan gonadotropin dengan meningkatkan kadar GnRH Estrogen dosis tinggi : 200 mcg 5-7 hari -. Perdarahan berhenti dalam 12-14 hari kemudian Estrogen dosis rendah : -. Menghentikan perdarahan dan interval tanpa perdarahan untuk pertumbuhan endometrium. -. Dapat terjadi perdarahan banyak dengan nyeri dalam 2-4 hari terapi. Estrogen konjugasi (Premarin) Kronis : Premarin 10-20 mg qd 14 21 hari -. Supresi disfungsional FSH/LH, E2/P4 dan menimbulkan siklus buatan Akut : Premarin 25 mg / 4 jam sampai perdarahan berhenti kemudian E2 1,25 mg Atau MPA 10 mg qd kali seminggu -. Menghentikan perdarahan dengan segera -. Perdarahan lucut yang timbul dapat ditoleransi. Non Steroid antiinflamatory Agent (NSAID)

Dr. Henry Sugiarto Nrp. 11950008051170

10

Bekerja dengan memblok pembentukan prostasiklin suatu antagonis dari tromboksan, zat yang berfungsi meningkatkan agregasi yang memacu terjadinya koagulasi. Preparat ini mungkin secara efektif menurunkan aliran darah uterus. Contoh : Naproxen dosis awal 550mg peroral dilanjutkan 275 mg / 6 jam selama 5 hari Antofibrinolitik Mekanisme kerjanya menghambat fibrinolisis dan digunakan dalam mengatasi perdarahan. Antifibrinolitik bekerja pada pembuluh darah endometrium, membersihkan darah haid yang tidak membeku. TINDAKAN OPERASI Histerektomi -. Untuk pasien dengan kelainan jinak perdarahan uterus abnormal yang gagal dengan medikasi -. Dilakukan pada penderita yang mengalami perdarahan hebat yang berulang atau pada kegagalan tindakan ablasi endometrium d. DUB pada masa remaja. Jelaskan PUD disini biasanya sebagai akibat imaturitas fungsi poros hipotalamus-hipofise-ovarium. Pada saat bayi baru lahir, ovarium dan pusat regulasi yang lebih tinggi dalam keadaan dormant (tidur) dan baru sekitar usia 7-9 tahun dimulailah fungsi gonad. Peningkatan kadar gonadotropin berakibat meningkatnya produksi estrogen ovarium dan perubahan-perubahan pubertas dimulai dengan timbulnya tanda-tanda seks sekunder. Kadar gonadotropin relatif konstan pada masa peimenars, tidak mengikuti pola siklus ovarium, namun karena stimulasi berlangsung cukup lama dan terus menerus sehingga menimbulkan terjadinya haid. Siklus haid yang pertama tidak diakibatkan atau berkaitan dengan ovulasi dan sekalipun terjadi siklus ovulatoir, siklus ini mungkin belum teratur. Keadaan ini dapat berlangsung hingga 2-5 tahun sehingga kita belum dapat menyatakan bahwa fungsi ovulasi berjalan tidak normal sampai kurun waktu 5 tahun. Imaturitas fungsi ovulasi ini terjadi akibat tidak mempunyai/kurangnya sensitifitas poros H-P terhadap umpan balik positif dari konsentrasi estrogen yang meningkat. Sehingga pengobatan terbaik pada wanita remaja ini adalah hormon pengganti atau hormon pengotrol dengan pil kontrasepsi oral. e. Jelaskan penanganan perimenopause abnormal uterine bleeding Periode ini merupakan masa antara pramenopause dan pascamenopause yaitu sekitar menopause pada usia 40-50 tahun. Siklus yang terjadi pada masa ini hampir 95% merupakan siklus anovulasi (folikel persisten). Etiologi oleh karena fungsi ovarium yang abnormal, fungsi ovarium menurun dengan disertai konversi androgen menjadi estrogen. Proses penuaan juga mempunyai dampak pada ovarium dan berakibat perubahan produksi hormon seks steroid. Umpan balik terhadap pusat-pusat otak akan merangsang pembentukan gonadotropin dan mengakibatkan pertumbahan endometrium berlebih. Fungsi ovarium yang abnormal mengakibatkan sekresi estrogen yang tidak dapat diramalkan. Sedangkan penurunan fungsi ovarium berakibat menurunya sekresi estrogen. Jika kadar estrogen dan gonadotropin cukup tinggi akan terjadi peningkatan stimulasi pada endomtrium. Diagnosa : analisa hormonal (FSH/LH, estradiol dan prolaktin) FSH > 35 mIU/ml memasuki usia perimenopause Estradiol tinggi penebalan endometrium Prolaktin > 50 ng/ml prolaktinoma Penanganan -. Tidak akut D&C untuk mengetahui adanya keganasan -. USG ketebalan endometrium > 5mm hiperplasia endometrium -. Hiperplasi kistik atau hiperplasi adenomatosa progesteron (MPA) 3 x 10 mg 6 bulan Atau dapat juga dengan : DMPA cara KISTNER 100 mg DMPA tiap 2 minggu 4 kali pemberian 2 minggu setelah pemberian ke 4 dosis : 200 mg DMPA Selanjutnya :

Dr. Henry Sugiarto Nrp. 11950008051170

11

200 mg DMPA tiap 4 minggu 5 kali pemberian TOTAL : 10 kali pemberian DMPA : 150 mg tiap bulan 6 bulan GnRH analog 6 bulan Selesai pengobatan dengan progesteron dan GnRH analog harus dilakukan D&C ulang untuk melihat hasil pengobatan. D&C ulang dilakukan setelah pasien mendapat haid normal kembali atau bila setelah pengobatan terjadi lagi perdarahan abnormal. Bila tidak ditemukan hiperplasi maka penderita yang mendapat terapi progesteron melanjutkan pengobatan dengan tablet MPA 3 x 10 mg 2 kali / minggu 6 bulan Pada pasien yang mendapatkan DMPA atau analog GnRH tidak mendapat pengobatan lanjut. Hasil D&C ulang tidak menunjukkan adanya perubahan setelah pengobatan dengan progesteron maupun GnRH analog sebaiknya pasien dianjurkan HT. (Juga pada hiperplasia atipik sebaiknya di HT) -. Ketebalan endometrium < 6 mm kombinasi estrogen-progesteron (estrogen equin konjugasi) : 1 x 0,3 mg 17 estradiol 1 x 2 mg + MPA 1 x 10 mg selama 6 bulan 6. a. Uraikan patofisiologi PCOS Diduga karena adanya gangguan proses pengaturan ovulasi serta ketidakmampuan ensim yang berperan pada proses sintesis estrogen di ovarium. Akibat peningkatan pengeluaran hormon LH yang berlebihan dan LH ini menyebabkan peningkatan sintesis androgen di ovarium. Dijumpai nisbah LH/FSH yang meningkat > 3. kadar. Kadar androgen yang tinggi menyebabkan dinding ovarium fibrosis, selain itu dapat pula menyebabkan terjadinya hirsutisme, akne, seborea, pembesaran klitoris dan pengecilan payudara. Peningkatan kadar insulin yang terjadi akibat resistensi insulin di jaringan perifer akan memicu produksi androgen di ovarium dan menghambat sekresi SHBG di hati, sehingga kadar androgen bebas dalam serum meningkat. Kadar androgen yang tinggi di dalam cairan folikel mengakibatkan atresia folikel lebih dini. b. Jelaskan patologi PCOS baik secara makroskopis maupun mikroskopis Secara makroskopis dengan USG dapat terlihat folikel-folikel kecil dengan diameter 7-10 mm sangat khas seperti gambaran roda pedati. c. Jelaskan diagnosis dan terapi PCOS Dalam menegakkan diagnosa perlu dibedakan antara wanita yang memiliki gejala (sindroma ovarium polikistik) dan wanita yant tidak memiliki gejala (ovarium polikistik) Sindroma ovarium polikistik selalu dijumpai pembesaran ovarium USG terlihat folikel-folikel kecil dengan diameter 7-10 mm (gambaran roda pedati) Baku emas menegakkan dx PCOS laparoskopi Diagnosa PCOS National institute of health nationa institute of child health and human development (1977) Kriteria Mayor Anovulasi Hiperandrogenemia Kriteria Minor Resistensi insulin Hirsutisme Obesitas LH/FSH > 2,5 Pada USG terbukti ditemukan ovarium polikistik minimal 1 kriteria mayor berupa anovulasi dan 2 kriteria minor berupa LH/FSH > 2,5 dan terbukti adanya ovarium polikistik dengan USG

Dr. Henry Sugiarto Nrp. 11950008051170

12

Penanganan o Belum menginginkan anak pil kontrasepsi kombinasi Bertujuan : untuk menekan fungsi ovarium dan sekaligus menekan sekresi LH Penekanan fungsi ovarium menyebabkan sintesa testosteron berkurang, juga komponen estrogen sintetik yang ada dalam pil KB memicu produksi SHBG di hati sehingga akan mengikat testosteron dalam darah. Komponen progesteron dalam pil KB mencegah hiperplasi endometrium Wanita dengan hirsutisme (+) pil KB yang mengandung hormon antiandrogen (cth. Siprosteron asetat / SPA) Diane 35 (SPA progesteron alamiah) Lama pengobatan dengan anti androgen : 1 2 tahun Bila setelah 6 12 bulan hasil (-) periksa ulang kadar testosteron dan DHEAS Prognosa dengan anti androgen : Hirsutisme yang berlangsung lama prognose buruk Dgn SPA rambut di dada linea alba muka ekstremitas o Spironolakton (antagonis aldosteron) Menghambat sintesis androgen di ovarium, menghambat kerja androgen di reseptor dan menghambat pengaktifan testosteron menjadi dihidrotestosteron Dosis : 2 x 50 mg/hr Wanita hamil tidak boleh gangguan embrio GnRH agonis (bila dengan pil KB hasil (-) ) Menekan sekresi LH dan menekan fungsi ovarium sedangkan sekresi FSH dan prolaktin sama sekali tidak terganggu. Wanita gemuk menurunkan BB BB turun ovulasi (-) dan wanita ingin hamil obat pemicu ovulasi (klomifen sitrat) Resistensi Insulin penurunan kadar Insulin dan perbaikan sensitivitas jaringan terhadap insulin dapat memperbaiki keberhasilan pemakaian obat-obat pemicu ovulasi Operatif Drilling pada ovarium dengan laparoskopi bertujuan mengeluarkan cairan yang terdapat di dalam folikelfolikel kecil tersebut (mengandung kadar testosteron yang tinggi) Jumlah tusukan lobang pada ovarium tidak boleh > 10 lubang

o o o o

7. a. Jelaskan mengenai staging karsinoma endometrium Stadium pembedahan kanker endometrium FIGO 2000 I : tumor terbatas di uterus IA : tumor terbatas di endometrium IB : tumor dengan invasi < bagian miometrium IC : tumor dengan invasi > bagian miometrium II IIA IIB III IIIA IIIB IIIC IVA IVB : tumor menginvasi serviks tapi belum keluar dari uterus : tumor hanya menginvasi kelenjar endoserviks : tumor menginvasi stroma serviks : tumor menginvasi keluar dari uterus : tumor menginvasi lapisan serosa dan atau ke adneksa dan atau diketemukannya sel kanker pada bilasan peritoneum : tumor menginvasi ke vagina : tumor bermetastase pada KGB pelvis dan atau para aorta : tumor menginvasi mukosa VU dan atau mukosa rektum ; tumor dengan metastase jauh

b. Jelaskan faktor-faktor risiko karsinoma endometrium

Dr. Henry Sugiarto Nrp. 11950008051170

13

Infertilitas (karena siklus anovulasi) menyebabkan rangsangan estrogen yang berkepanjangan terhadap endometrium Obesitas dihubungkan dengan peningkatan aromatisasi estrogen di jaringan lemak Hipertensi Diabetes Melitus Faktor keluarga HNPCC/hereditary non poliposus colorectal cancer (Lynch II sindroma) akibat mutasi pada gen MLH1 atau MHS2 yang berperan pada reparasi gen.

c. Jelaskan hubungan hiperplasia endometrium dengan karsinoma endometrium Kanker endometrium dalam perjalanan etiologinya didahului oleh proses prakanker hiperplasia endometrium Kanker endometrium : Berhubungan dengan hormonal (hormonal dependent) : jenis endometroid Tidak berhubungan dengan hormonal : non endometroid Hiperplasia endometrium atipik lesi prakanker kanker endometrium jenis endometroid (tipe I) Secara Molekular : Mutasi beberapa gen. Mutasi K-ras (mutasi awal) Onkogen yang berperan: HER-2/neu, c-lms, c-myc TSG yang berperan a.l : p53 d. Jelaskan pengelolaan karsinoma endometrium. Dua pendekatan terapi kanker endometrium : pembedahan dan radioterapi ataupun kombinasi Pemilihan jenis tergantung : stadium, jenis histologi, jenis diferensiasi Stadium I o Terapi pembedahan tanpa terapi adjuvant karena merupakan kelompok risiko rendah IA, IB dengan diferensiasi baik (G1) dan sedang (G2) terapi adjuvant tidak diberikan Pada diferensiasi buruk (G#) indikasi terapi adjuvant o Radioterapi prabedah radioterapi eksterna dan brakiterapi Bertujuan : menurunkan kejadian kekambuhan di puncak vagina dan mencegah metastase saat atau akbiat pembedahan. (beberapa penelitian tidak mendukung pendapat ini) sudah mulai ditinggalkan Stadium II o Pembedahan : HT radikal + limfadenektomi pelvis oleh karena kemungkinan sudah metastase ke parametrium dan ke KGB pelvis Stadium III o Radioterapi o Pembedahan Perluasan ke parametrium yang mencapai dinding panggul seringkali menyulitkan pembedahan Bila masih operable dilanjutkan kemoterapi adjuvant Stadium IV o Radioterapi terhadap proses primer, juga bertujuan menghentikan perdarahan Radioterpai lokal metastase ke tulang ataupun metastase ke serebral o Kemoterapi ataupun pemberian hormonal bila metastase sudah meluas atau sistemik Pembedahan sitoreduksi yang optimal (residu < 1 cm) dilanjutkan dengan radiasi adjuvant, kemoradiasi

e. Bagaimana prognosanya Prognosa dipengaruhi oleh :

Dr. Henry Sugiarto Nrp. 11950008051170

14

-. Stadium penyakit -. Jenis histopatologi kanker -. Derajat diferensiasi sel -. Faktor pengobatan -. Faktor-faktor risiko (kedalaman invasi kedalam stroma miometrium, derajat diferensiasi sel, emboli atau invasi ke pembuluh darah ataupun pembuluh limfe, sitologi rongga peritoneum) 8. a. Jelaskan bagaimana klasifikasi hiperplasi endometrium Klasifikasi hiperplasia endometrium WHO 2002 Hiperplasia tipikal (non atipik) Hiperplasia simple tanpa atipia Hiperplasia kompleks tanpa atipia (adenomatosa tanpa atipia) Hiperplasia atipik Hiperplasia simple atipik Hiperplasia kompleks atipik (adenomatosa atipik) b. Bagaimana penanganannya secara menyeluruh Umur < 40 tahun o Hiperplasia kistik < 35 tahun (masih ingin anak) Induksi ovulasi atau pemberian progesteron 10 mg.hr selama 10 hari sebelum haid berikutnya Evaluasi dengan kuretase setiap 3 bulan atau kalau ada perdarahan. Bila sembuh pengobatan dihentikan sedang bila memburuk maka dicoba dulu dengan pemberian estrogen dan progesteron selama 3 bulan dan bila tetap/memburuk dicoba lagi dengan DMPA dan bila tetap/memburuk HT < 35 tahun anak cukup atau > 35 tahun Kombinasi estrogen progesteron selama 3 bulan evaluasi dengan kuret setiap 3 bulan atau kalau ada perdarahan berulang. Sembuh pengobatan dihentikan Membaik pengobatan dilanjutkan Tetap/memburuk dicoba dulu dengan DMPA tetap/memburuk HT o Adenomatosa / atipik DMPA dan evaluasi setiap 3 bulan atau kalau ada perdarahan berulang Membaik diberikan estrogen-progesteron selanjutnya selama 3 bulan evaluasi dengan kuret setiap 3 bulan atau kalau ada perdarahan berulang. Tetap DMPA diteruskan Memburuk HT Perimenopause / menopause o Kistik DMPA dan evaluasi setiap 3 bulan atau kalau ada perdarahan berulang Membaik diberikan estrogen-progesteron selanjutnya selama 3 bulan evaluasi dengan kuret setiap 3 bulan atau kalau ada perdarahan berulang. Tetap DMPA diteruskan Memburuk HT o Adenomatosa / atipik HT, kecuali kalau tidak dapat dioperasi , maka pengobatan DMPA dan evaluasi setiap 3 bulan atau kalau ada perdarahan berulang Membaik diberikan estrogen-progesteron selanjutnya selama 3 bulan evaluasi dengan kuret setiap 3 bulan atau kalau ada perdarahan berulang. Tetap DMPA diteruskan Memburuk HT Post menopause o HT, kecuali tidak dapat dioperasi maka pengobatan seperti o DMPA dan evaluasi setiap 3 bulan atau kalau ada perdarahan berulang

Dr. Henry Sugiarto Nrp. 11950008051170

15

Membaik diberikan estrogen-progesteron selanjutnya selama 3 bulan evaluasi dengan kuret setiap 3 bulan atau kalau ada perdarahan berulang. o Tetap DMPA diteruskan o Memburuk HT 9. a. Cara mendiagnosa prolaps uteri Anamnesa : -. Keluhan berupa rasa tidak enak sampai sesuatu menonjol, keputihan -. Kencing tidak lampias, BAB sukar -. Tidak dapat menahan kencing -. Riwayat penyakit batuk kronik Pemeriksaan -. Periksa ginekologi atau ibu disuruh jongkok lalu melakukan valsava -. Uterus keluar dari introitus Penanganan Prolaps grade I (desensus uterus) uterus turun tapi serviks masih di vagina -. Dapat dilakukan latihan otot dasar panggul -. Stimulasi dengan listrik -. Pemakaian ring / pesarium Prolaps grade II uterus turun paling rendah sampai introitus vagina Prolaps grade III uterus keluar seluruhnya dari vagina / prosidensia uteri -. Masih mengingkan fungsi reproduksi > operasi Manchester o b. Jelaskan faktor-faktor risiko prolaps uteri Partus yang terlampau sering Partus dengan penyulit/menggunakan alat, juga dapat memperburuk prolapsus yang sudah ada. Tarikan pada janin pada pembukaan belum lengkap Prasat Crede yang berlebihan untuk mengeluarkan plasenta Asites atau tumor-tumor sekitar pelvis Post HT pada usia > 37 tahun terjadi prolapsus oleh karena proses ketuaan, defisiensi hormonal karena menopause atau karena peningkatan intraabdominal yang kronis. Tidak ditunjangnya vagina bagian atas oleh lig kardinale, serta lig sakrouterina dan fascia endopelvik. c. Jelaskan prinsip dasar diagnosa prolaps uteri Gejala berbeda bersifat individual. Kadang-kadang penderita dengan prolapsus berat tidak mepunyai keluhan apapun, sebaliknya penderita yang lain dengan prolapsus ringan mempunyai banyak keluhan. Anamnesa : -. Perasaan adanya benda yang menonjol atau mengganjal di genitalia eksterna (100%) -. Rasa sakit/nyeri di pinggang, biasanya bila penderita berbaring akan berkurang atau menghilang (13%) -. Sistokel dapat memberikan gejala-gejala : - Sering berkemih dan sedikit-sedikit (39%) - Perasaan seperti kandung kemih tidak dapat dikosongkan seluruhnya - Tidak dapat menahan kencing jika batuk, mengejan. Kadang-kadang dapat terjadi Retensi urin pada sistokel yang besar. -. Rektokel dapat memberikan gangguan pada defekasi : (39%) - Konstipasi karena feses berkumpul dalam rongga rektokel - Baru dapat defekasi setelah diadakan penekanan pada rektokel dari vagina -. Enterokel dapat menyebabkan perasaan berat di rongga panggul dan perasaan penuh di vagina -. Kesukaran untuk berjalan (45%) -. Kesulitan coitus (39%) -. Kehamilan Pemeriksaan Fisik -. Pada sistokel : dijumpai di dinding vagina depan benjolan kistik lembek dan tidak nyeri tekan
Dr. Henry Sugiarto Nrp. 11950008051170

16

benjolan bertambah besar jika penderita meneran jika kateter logam dimasukkan ke dalam VU dan kateter ini diarahkan ke dalam sistokel, dapat diraba kateter tersebut dekat sekali pada dinding vagina -. Pada Rektokel : menonjolnya rektum ke lumen vagina 1/3 bagian bawah penonjolan berbentuk lonjong dari proksimal ke distal, kistik dan tidak nyeri memastikan diagnosis : jari dimasukkan ke dalam rektum dan selanjutnya dapat diraba dinding rektokel yang menonjol ke lumen vagina -. Enterokel menonjol ke lumen vagina lebih atas dari rektokel RT : dinding rektum lurus, ada benjolan ke vagina terdapat diatas rektum d. Bagaimana teknik dan metode operasinya Sistokel atau urethrokel kolporafi anterior (terutama pada stadium II/III) Prolapsus uteri grade II/III HT vaginal disertai Kolporafi anterior dan kolpoperineorafi (terutama pada menopause) Rektokel kolporafi posterior sering dilanjutkan dengan perineorafi (kolpoperineorafi) Prolapsus puncak vagina dengan pesarium, bila tidak bisa baru dilakukan operasi Jenis operasi untuk prolaps puncak vagina dapat dilakukan : -. Sakropeksi -. Sakropenosos uteri -. Kolpopeksi pada fascia otot rektus abdominalis -. Kolpokleisis bila penderita tidak mempunyai suami lagi atau tidak ada aktifitas seksual Manchester Fothergill operation: o Memotong / memperpendek ligamentum kardinale dan diikatkan dengan jaringan paraservikal lainnya Transposisi dari Watkins : o Wanita tidak boleh hamil lagi, pada wanita tua dan cara ini kurang disukai Le Fort o Dinding depan dan belakang vagina dijahit jadi satu sehingga buntu lalu dilakukan perioneoplasti o Efek samping : inkontinensia urin (vagina tertutup 2/3 bagian) Goodel Power o Modifikasi Le Fort supaya bisa coitus Kahr Untuk wanita muda dipakai : o Modifikasi Manchester Fothergill Mengurangi portio yang diamputasi sehingga bila hamil tidak terjadi cerviks inkompeten o Hunter Tidak mengganggu kanalis servikalis o Currie Fore quarter operation Apa indikasi dan bagaimana persiapan pada operasi Manchester Fothergill dan tehnik operasinya : Indikasi : o Prolaps uteri grade I/II o Umur reproduktif o Masih ingin haid / coitus o Masih ingin punya anak lagi (sebaiknya amputasi serviks) Persiapan pre operasi o Pemeriksaan fisik dan laboratorium lengkap untuk menyingkirkan penyakit sistemik o Foto torak, EKG, sedia donor o Singkirkan proses keganasan pada korpus / serviks
Dr. Henry Sugiarto Nrp. 11950008051170

17

Perbaikan gizi sebelum operasi Toilet vagina Pemberian estrogen post operasi guna mempercepat kesembuhan (membentuk epitel vagina) o Pemberian antibiotika profilaksis Tehnik operasi Manchester Fothergill o Posisi litotomi, kandung kemih dikosongkan o Tindakan a dan anti septik daeraj vulva, vagina dan sekitarya o Labia minora dijahit kekulit dengan kromik 00 o Serviks diincisi melingkar transversal yang sebelumnya ditarik dengan kegel tang ke bawah yang dilanjutkan dengan insisi ke arah uretra (T insisi) o Dinding vagina anterior dipisahkan secara tajam dan tumpul dan dijepit dengan forcep allis kiri dan kanan dan dibebaskan sekitar 5-6 cm dari tiap sisi dan bebaskan kandung kencing dari fascia vesiko vagina o Mukosa vagina dibebaskan dari fascia dengn gunting/tangan o Bila terjadi perdarahan cepat lakukan ligasi o Setelah vesika urinaria dapat disisihkan ke atas maka fascia uteropubik tampak secara jelas disebelah kiri dan kanan o Vesika urinaria ditahan dengan retraktor untuk menghindari terkenanya ureter o Ligamentum kardinal diklem, dipotong dan dijahit dengan kromik 00 o Mukosa vagina dibebaskan kearah lateral 4 cm (juga yang diposterior) dengan gunting/tumpul dan bisa juga dengan forcep allis untuk meregangkan jaringan o Cabang servikal a uterina diklem, dipotong dan dijahit dengan benang kromik o Dilakukan amputasi serviks dibawah ligasi a uterina o o o

10. a. Jelaskan penyebab terjadinya fistula urogenital yang anda ketahui Tindakan obstetrik Partus lama Tindakan pembedahan ginekologi Klasifikasi obstetrik berdasarkan : Klasifikasi Anatomik -. Juksta uretral melibatkan leher vesika dan proksimal uretra dengan kerusakan pada mekanisme sfingter dan kadang-kadang disertai hilangnya uretra -. Vagina tengah tanpa melibatkan leher vesika atau trigonum -. Juksta servikal terbuka sampai forniks anterior dengan kemungkinan melibatkan ureter bagian distal -. Massive kombinasi 3 jenis diatas dengan bekas parut dan melekat pada tulang dan sering melibatkan ureter pada pinggir fistula dan prolapsus vesiko melalui lubang besar -. Compund melibatkan rekto vagina atau uretero vagina seperti halnya fistula vesiko vagina -. Vesiko servikal atau Vesiko Uterina biasanya sesudah tindakan bedah sesar. Klasifikasi Fungsional Risiko Tinggi / Fistula yang sulit -. Diameter > 4-5 cm -. Melibatkan : uretra, ureter, dan rektum -. Fistula juksta servikal dengan visualisasi inkomplit bagian superior -. Riwayat operasi fistula yang gagal

b. Jelaskan tentang teknik operasi cara Latzko Operasi fistula jangan dilakukan sebelum 6 bulan sesudah terjadi fistula Fistula akibat radiasi dapat dikerjakan sesudah 12 bulan

Dr. Henry Sugiarto Nrp. 11950008051170

18

Tehnik Latzko (Kolpoklesis tinggi) o Indikasi : fistula vesikovaginali pada puncak vagina yang terjadi akibat HT o Dipasang 4 jahitan tegel dengan benang sutera pada dinding vagina sekitar lubang fistula dalam jarak simetris yaitu 2 tegel dinding depan dan 2 tegel dinding belakang vagina. Dengan tarikan pada ke 4 benang tegel maka fistula dapat lebih ditarik ke depan dan dinding vagina menjadi tegang dan tidak terlipat sehingga memudahkan sayatan sirkuler melingkari lubang fistula. o Dilakukan sayatan sirkuler yang dangkal sejauh 2 cm dari pinggir fistula dengan mempergunakan pisau yang kecil dan bertangkai panjang. Kedalaman sayatan hanya sampai epitel vagina saja tidak sampai fascia vagina. Kemudian sayatan dibagi 4 sektor dengan insisi silang sehingga 2 sektor pada dinding depan dan 2 sektor pada dinding belakang vagina. o Epitel vagina dipreparasi secara hati-hati. Secara tehnis lebih muda dimulai preparasi epitel vagina pada 2 sektor dinding belakang vagina dari luar menuju lubang vagina. o Penutupan fistula. Dipasang jahitan satu-satu pada fascia vaginalis secara melintang dengan benang vicryl/dexon no. 00 atau 000 dengan jarum atraumatik. Setelah jahitan tersusun baik dari sudut ke sudut barulah benang disimpul. Rangkaian jahitan fascia vaginalis sebaiknya 2 lapis kemudian dinding vagina depan dan belakang dijahit melintang. Penutupan dinding vagina ini jahitan tersebut meliputi epitel dan fascia vaginalis, sebab kalau yang dijahit epitel vagina saja dan luka dinding vagina akan terbuka. Banyak tehnik operasi untuk memperbaiki fistula yang diperkenalkan oleh Stoeckel, Mahfouz : -. Teknik Futh Mayo -. Tehnik Sims-Simon -. Tehnik Latzko Colcopcleisis -. Tehnik Martius Bulbocavernosus Flap Plasty Tehnik operasi Futh Mayo -. Indikasi : fistula yang mempunyai ukuran sampai medium o Fistula ditampakkan dengan retraktor dan atau dengan 2 jahitan tegangan. o Kemudian dibuat sayatan melingkar disekitar fistula menggunakan bisturi o Sayatan dilakukan 0,5 cm dari tepi fistula bila ukurannya kecil dan 1 cm bila ukuran fistula lebih besar. o Fistula dengan sebagian jaringan yang terbentuk dibebaskan dengan bisturi. o Selanjutnya secara tajam dibebaskan dengan vesika dan mukosa vagina disekitar fistula dan dengan sebagian jaringan yang telah terbentuk tadi o Allis forcep digunakan untuk menjepit tepi irisan. o Jaringan sikatriks yang menahan fistula dan jaringan disekitarnya telah dipisahkan. o Sesudah vesika dibebaskan dari jaringan sikatriks, kemudian fistula dan sebagian jaringan yang dibebaskan dilipat kedalam vesika. o Dinding vesika yang melapisi kemudia ditutup dengan jahitan interupted menggunakan benang yang diserap ukuran 3-0. o Penjahitan hanya pada lapisan otot dan fascia, diluar lapisan mukosa. o Vesika dijahit melintang dan harus hati-hati bila dekat muara ureter. o Tindakan diakhiri dengan menjahit mukosa vagina dengan menggunakan benang yang diserap atau tidak diserap dengan arah membujur. Perawatan pasca operasi Setelah operasi dipasang kateter hisap 8 10 hari. Setelah itu kateter hisap dilepaskan dan dilakukan latihan otot vesika dengan cara menjepitkan dan membuka kateter tiap 4 jam (kateter buka tutup) selama 2 hari, kemudian kateter dilepas (pemeriksaan urinalisa dan biakan urin) dan penderita disuruh miksi sendiri setiap 4-6 jam dan diukur sisa urin dan dapat dipulangkan bila sisa urin < 100 ml. Sisa urin > 100 ml dilakukan kateterisasi intermiten yaitu setelah kateter dilepas, penderita disuruh minum 400-500 ml dalam waktu 4 jam (100-125 ml/jam) selanjutnya disuruh miksi spontan dengan bantuan rangsangan menepuk suprapubik dan daerah medial paha selama 10 menit, bila tidak ada miksi penderita disuruh meneran, selanjutnya dilakukan kateterisasi sampai VU kosong. Kateter intermiten dilakukan tiap 4 jam, sebelumnya disuruh minum 100-125 ml/jam. Program ini dihentikan bila sisa urin < 100 ml

Dr. Henry Sugiarto Nrp. 11950008051170

19

Sesudah operasi dianjurkan untuk tidak koitus selama 10-12 minggu. 11. Kemoterapi di bidang ginekologi : a. Beberapa prinsip kerja patogenesis obat-obat kemoterapi tersebut Golongan alkylating agent o Membunuh sel melalui beberapa mekanisme Depurination Dobule stranded and single stranded breaks, interstrand dan intra-strand cross link Gangguan replikasi DNA Gangguan transkripsi o Bekerja pada DNA terjadi gangguan informasi atau kode molekul DNA sel yang terpapar dapat mengalami kematian tetapi dapat juga masuk proses mutagenesis atau karsinogenesis. Pemberian golongan ini mempunyai risiko terjadinya keganasan lain, seperti keganasan pada sumsum tulang o Contoh : nitrogen mustard, melphalan, chlorambucil, cyclopospamid, ifosfamide Golongan platinum o Berikatan dengan guanine pada N-7 rantai DNA terjadi interstrand DNA cross links o Sangat aktif pada fase G1, juga aktif pada fase lainnya o Efek samping : pada ginjal untuk mencegahnya dapat diberikan hidrasi yang cukup Golongan taxanes o Ekstrak taxus brevifolia o Akan mengikat micotubule dan menghambat depolimerisasi microtubule o Contoh : paclitaxel dan docetaxel Analog asam folat o Menghambat ensim dihydrofolate reductase (DHFR) o Contoh : MTX Golongan analog pirimidine o Menghambat mRNA, rRNA dan menyebabkan gangguan transkripsi RNA serta menyebabkan pelepasan timidin o Bekerja terutama pada fase S siklus sel o Contoh : 5 FU, Ara-C dan gemcitabine Golongan antibiotika o Anthracyclin Menghambat replikasi DNA, transkripsi RNA dan menyebabkan gangguan reparasi DNA Bekerja terutama pada fase S dan G2 Contoh ; doxorubicin, anthrcyclin o Actinomcin D Menghambat sintesa DNA dan RNA Bekerja terutama pada fase G1 dan S o Bleomisin Bekerja terutama pada fase G2 dan M Efek samping : yang paling penting pada fungsi paru-paru o Mitomicin C Bekerja pada fase G1 dan S Efek samping : mielosupresi o Vinka alkaloid Mengikat tubulin sehingga mencegah terjadinya polimerisasi membentuk mikrotubulin Bekerja terutama pada fase G2 dan M Bersifat : neurotoksik berupa penurunan refleks tendon, paresthesia, kelemahan motorik, gangguan fungsi saraf-saraf cranial berat paralitik ileus Contoh : vincristin, vinblastin, vinorelbine Golongan podophillotoksin o Bekerja merusak rantai DNA melalui interaksi dengan topoisomerase II o Efek samping : hipotensi bila pemberian cepat per IV
Dr. Henry Sugiarto Nrp. 11950008051170

20

Contoh : etoposide (VP-16)

b. Sebutkan beberapa contoh pemberian kemoterapi pada kanker ovarium Pada umumnya diberikan setelah terapi pembedahan, kadang-kadang sebelum pembedahan (neo adjuvan) Untuk jenis epitel : o Kombinasi CAP (siklofosfamid, adriamisin, sisplatin) atau AP, atau EP (epirubisin sisplatin), taksol atau taksol + karboplatin Untuk jenis germinal o VAC atau PVB c. Indikasi terapi sitostatika kombinasi dan bagaimana cara pemantauan hasil terapi serta efek sampingnya. Sebelum dilakukan pengobatan harus dilakukan : -. Pemeriksaan Hb, lekosit, trombosit -. Fungsi hepar, ginjal dan audiogram (terutama Cisplatinum) -. EKG terutama golongan Adriamisin. Syarat syarat yang harus diperhatikan : -. KU baik dan penderita mengerti tujuan dan efek samping dari pengobatan dengan sitostatika -. Diagnosa histopatologi dan jenis kanker yang sensitif terhadap sitostatika tersebut. -. Hb > 10 gr%, lekosit > 5000/mm3 dan trombosit > 150.000/mm3 -. Skor Karnosfky > 50 Skor 0 : mati 10 : hampir mati 30 : sakit berat 50 : sangat memerlukan pertolongan orang lain 60 : masih dapat melakukan beberapa keperluan tetapi banyak memerlukan bantuan orang lain 80 : bila melakukan pekerjaan biasa merasa lelah 90 : pada aktifitas biasa timbul keluhan ringan 100 : normal Kontra indikasi pemberian kemoterapi Mutlak : Kehamilan, KU buruk, sepsis, gangguan hematopoetik berat Relatif :Usia lanjut, Gangguan ringan faal hati, ginjal, jantung dan penderita tidak kooperatif Indikasi pemberian sitostatika kombinasi -. Pemberian sitostatika tunggal tidak memberikan hasil yang baik -. Pemeriksaan histopatologi sangat ganas (Clear cell Ca) -. Bila ingin efek yang maksimal dengan side efek yang minimal -. Butuh waktu yang cepat untuk mematikan sel kanker Cara pemantauan hasil terapi dan efek samping : Hampir semua sitostaika memberikan efek samping pada sel-sel normal yang mempunyai tingkat proliferasi tinggi seperti di gastrointestinal, tulang dsb. Efek samping : -. Mual/muntah : anti emetik dan antasida -. Alopecia, leukopenia dan trombositopenia kortikosteroid -. Stomatitis anatesi lokal Evaluasi pengobatan : -. Gejala yang timbul -. Lamanya hidup -. Respons yang objektif 12. Jelaskan tentang kemoterapi : a. Indikasi dan kontra indikasi Kontrindikasi Mutlak :
Dr. Henry Sugiarto Nrp. 11950008051170

21

Relatif -

Kehamilan KU buruk Infeksi akut Gangguan sistim hemopoesis berat Usia lanjut Gangguan fungsi organ yang ringan : ginjal, hati dan jantung Pasien tidak kooperatif

b. Macam-macam kemoterapi Kuratif kemoterapi Kemoterapi penyembuhan atau remisi yang berlangsung lama. Mis. Kemoterapi pda PTG Adjuvant kemoterapi Kemoterapi yang diberikan pasca bedah untuk mencapai penyembuhan yang sempurna atau mencegah timbulnya residif. Paliatif kemoterapi Kemoterapi yang biasanya diberikan pada pasien yang sudah diobati secara bedah atau radioterapi tetapi tidak berhasil atau malah timbul residif 13. Sebutkan sebab-sebab metroragia dan terangkan penanganannya Gangguan haid (haid abnormal) dan perdarahan menyerupai haid yang terjadi di luar siklus haid normal. Perdarahan terjadi pada pertengahan siklus, tak teratur, sedikit atau sangat banyak. Dapat terjadi pada usia perimenars, usia reproduksi dan usia menopause. Sebab kelainan Organik yang tersering: Kanker endometrium, mioma uteri, polip dan kanker serviks Penanganan : o Lihat penanganan DUB 14. a. Apa saja yang termasuk PID Adalah infeksi alat kandungan bagian atas dimana berbagai jenis mikroorganisme menyerang endometrium, tuba, ovarium maupun parametrium Batas infeksi rendah dan infeksi tinggi adalah ostium uteri interna Pada umumnya infeksi tinggi, tuba yang terkena dan infeksi tuba dapat merambat ke ovarium dan parametrium pelvis. Sedangkan uterus sendiri agak imun terhadap infeksi atau tidak seberapa dipengaruhi infeksi. Pada umumnya infeksi tinggi sekunder dari infeksi rendah karena penjalaran keatas Pada infeksi alat kandungan gonokokus masih merupakan penyebab terpenting Yang termasuk PID: endometritis, metritis, parametritis, salfingitis, ooforitis, pelvioperitonitis b. Jelaskan etiologi, penanganan dan komplikasi PID Akut : disebabkan oleh gonorhoe (60%) Kronik : dari radang akut atau TBC Naiknya infeksi dipermudah oleh : -. Menstruasi -. Abortus atau partus -. Tindakan ginekologi kuret Penanganan menurut CDC (centers for diseases control) RAWAT JALAN Regimen A : Cefoxitin 2 gr IM dosis tunggal + Probenecid 1 gr / oral atau Ceftriaxon 250 mg IM ditambah Doxycilin 2 x 100 mg / oral + Metronidazol 2 x 500 mg 10-14 hari (doxycyclin dapat diganti dengan eritromisin atau tetrasiklin 4 x 500 mg) Regimen B : Olfoxacin 2 x 400 mg + Metronidazol 2 x 500 mg 10-14 hari atau Klindamisin 4 x 450 mg

RAWAT INAP Regimen A :Cefoxitin 2gr IV tiap 6 jam atau Cefotetan 2 gr IV / 12 jam
Dr. Henry Sugiarto Nrp. 11950008051170

22

ditambah Doksisiklin 2 x 100 mg peroral atau IV tiap 12 jam diteruskan sampai sekurang-kurangnya 24-48 jam setelah ada perbaikan klinik. Dilanjutkan : Doksisiklin 2 x 100 mg peroral 10-14 hari Regimen B : Clindamisin 900 mg/ 8 jam + gentamisin IV/IM (2mg/kg) dilanjutkan maintenance (1,5 mg/kg) tiap 8 jam diteruskan sampai sekurang-kurangnya 48 jam setelah ada perbaikan klinik Doksisiklin 2 x 100 mg peroral 10-14 hari Klindamisin 4 x 450 mg peroral (10-14 hari) dapat sebagai Alternatif Rekomendasi WHO untuk PID RAWAT JALAN Regimen A : Trimethoprim 80 mg/ Sulfametoksasol 400 mg 10 tablet /hari selama 3 hari Dilanjutkan 2 x 2 / hari selama 7-10 hari + Metronidazol 3x500mg 10 hari Regimen B : Kanamisin 2 gr IM dosis tunggal + Tetrasiklin 4 x 500 mg atau Doxycyclin 2x100mg 10 hari + Metronidazol 3 x 500 mg 10 hari RAWAT INAP Regimen A : Cefoxitin 2 gr IV tiap 6 jam + doksisiklin 100 mg IV / 12 jam Regimen B : Chloramphenikol 500 mg IV / 6 jam + gentamisin 1,5 mg/kg / 8 jam Regimen C : Klindamisin 900 mg IV / 8 jam + gentamisin 1,5 mg/kg / 8 jam Semua regimen diteruskan untuk 4 hari atau 48 jam setelah ada perbaikan klinis lalu diteruskan dengan doksisiklin 2 x 100 mg peroral atau tetrasiklin 4 x 500 mg selama 10 14 hari. Komplikasi PID : Akut : perihepatitis, terutama bila ada keluhan nyeri perut kanan atas yang menjadi lebih nyeri waktu menarik nafas, batuk dan gerak badan Kronik : nyeri kronik, infertilitas, kehamilan ektopik bahkan kematian

c. Bagaimana hubungan PID dengan IUD IUD merupakan suatu cara kontrasepsi dimana mekanisme kerjanya menimbulkan reaksi radang, dimana akan dijumpai sejumlah besar sel-sel makrofag pada permukaan endometrium yang memfagosit sperma atau ovum (reaksi benda asing) Salah satu predisposisi PID adalah pemasangan AKDR. IUD sendiri atau benangnya yang berada dalam vagina, umumnya tidak menyebabkan terjadinya infeksi, jika alat-alat yang digunakan steril atau yang sekarang dikenal dengan tehnik pemasangan non touch. Jika terjadi infeksi hal ini mungkin disebabkan oleh adanyan infeksi sub akut atau menahun pada traktus genitalis sebelum pemasangan IUD. Salah satu kontraindikasi pemasangan IUD adalah adanua infeksi yang aktif pada traktus genitalia. d. Jelaskan unsur-unsur seluler yang berperan pada reaksi imunologik Respon imun terhadap infeksi terutama terjadi di mukosa dan yang berperan banyak dalam hal ini adalah cell mediated immunity. Dari penelitian diketahui peran penting dari respon imun terhadap infeksi dibawakan oleh sistem pengenalan antigen yang melibatkan APC, kemudian antigen tersebut akan dipresentasikan oleh APC yang selanjutnya akan merangsang sel T dan sel B. Rangsangan terhadap sel T melalui MHC kelas I akan menyebabkan terbentuknya sel T helper dan selanjutnya sel T helper tersebut akan mengaktifkan perkembangan sel B menjadi sel B plasma yang akan membentuk imunoglobulin. Respon sel T sitotoksik Sel T sitotoksik mengekspresikan reseptor CD8 pada permukaan selnya dan berperan dalam membasmi sel-sel yang telah terinfeksi. Sintesis dari MHC I berlangsung dalam retikulum endoplasma dari APC. MHC yang terbentuk akan berikatan dengan peptida asing yang berupa gabungan dari antigen benda asing dan protein yang terdapat dalam sitosol. Proses selanjutnya adalah terbentuknya ikatan antara MHC dan peptida asing yang kemudian berpindah menuju ke permukaan sel melalui badan golgi. Kompleks peptida dengan molekul MHC yang terbentuk akan dikenali oleh reseptor sel T sitotoksik yang mempunyai CD8. kompleks yang terbentuk antara sel T sitotoksik dan MHC I merupakan sinyal untuk respon imun selanjutnya yang diperankan oleh sel T sitotoksik Respon sel T helper

Dr. Henry Sugiarto Nrp. 11950008051170

23

Sel T helper mempunyai CD4 dan berikatan dengan molekul MHC kelas II. Sel T helper membentuk sitokin-sitokin untuk merangsang sel B menghasilkan antibodi (imunoglobulin) dan merangsang sel T sitotoksik. Sel T helper mampu mengenali antigen yang eksogen. Proses selanjutnya setelah sel T helper mengenali antigen dalam bentuk epitop peptida tersebut dan membantu peran sel T sitotoksik dan juga sel-sel efektor yang lain seperti NK sel dan makrofag melalui peranan sitokin. Sel T helper juga merangsang sel B berdiferensiasi menjadi sel plasma dan membentuk imunoglobulin. 15. a. Terangkan indikasi dan syarat-syarat histerektomi vaginal Syarat : -. Tidak ada kelainan anatomi panggul dan organ genitalia -. Pelvis relaks -. Sedikit atau tidak ada perlekatan baik oleh karena PID atau endomtriosis atau kelainan lain. -. Uterus tidak lebih besar dari usia kehamilan 12 minggu dan mobile b. Tehnik operasi histerektomi vaginalis Penderita dalam posisi litotomi dalam GA. Pemeriksaan bimanual lengkap merupakan keharusan sebelum melakukan histerektomi, dilakukan a dan anti septik pada vulva dan sekitarnya. Spekulum berat dengan ukuran tepat dipasang pada vagina dan dihubungkan dengan penghisap. Retraktor lateral dipasang untuk meperlebar lapangan pandang operasi ( (retraktor yang digunakan lebih baik retraktor Breisky Navratil). Serviks dipegang dengan tenakulum Jacob dan ditarik kuat supaya tampak jelas. Kurang lebih 100 200 ml salin steril diinjeksikan kebawah mukosa vagina disekitar serviks. Untuk mempermudah diseksi dan berfungsi sebagai tourniket internal untuk menurunkan kehilangan darah. Insisi pertama dibuat diposterior dari serviks. Dengan serviks yang ditarik kedepan, insisi semilunar pada mukosa vaginal forniks posterior dibuat pada titik perlekatan dengan serviks, bila mukosa vagina sangat kendor dapat dipotong dengan menggunakan insisi U shaped. Insisi dapat dengan gunting atau scalpel tapi lebih baik dengan Bovie/elektrokauter dengan ujung pisaunya dibengkokkan 45. Diseksi yang tepat akan langsun menuju ke peritoneum cul de sac posterior yang harus dijepit dengan forcep dan diinsisi dengan guntin. Cul de sac posterior di eksplorasi dengan jari operator untuk mengecek keberadaan adhesi atau keadaan patologi lain. (untuk menilai apakah lebih aman bila dilakukan HT abdominal karena tidak semua HT vaginal diselesaikan dengan HT vaginal). Jika ada adhesi sedikit dan dapat dilakukan pendekatan lebih ekstraperitoneal maka operasi tetap dilanjutkan. Insisi mukosa vaginal diperluas ke bagian anterior serviks. Titik perlekatan mukosa vaginal dengan serviks dapat didemostrasikan dengan mengangkat serviks keatas dan kebawah beberapa kali. Insisi harus dibuat 2-3 mm diatas batas antara mukosa servikal yang halus dengan rugae vaginal. Kemudian dengan traksi yang kuat kearah bawah pada tenakulum servikal dan konteraksi dengan retraktor yang diangkat keatas, bidang diseksi yang tepat antara kandung kemih dan serviks dapat ditemukan dengan menggunakan pisau Bovie. Setelah perlekatan fascia antara VU dan serviks diinsisi, refleksi parietal cul de sac dapat terlihat. Satu insisi kecil dibuat diperitoneum untuk mengidentifikasi lengkung usus untuk konfirmasi apakah yang dimasuki bukan VU. Jari telujuk dan tengah dimasukkan melalui cul de sac posterior keatas ligamen dan selanjutnya menekan kearah bawah melawan releksi peritoneal anterior sehingga memungkinkan insisi peritoneum dengan penglihatan langsung. Proses operasi berlanjut dengan klem, pemotongan dan ligasi dari ligamen kardinal, uterosakral, uterovesika. Setiap pedikel di klem dengan klem Heany tunggal. Ureter berada dekat dengan isthmus uterus bagian bawah. Untuk itu klem harus ditempatkan sedekat mungkin dengan uterus. Untuk lapangan pandang yang lebih besar maka tenakulum dipindah kesisi dimana jaringan diklem. Ligamentum vesikouterina juga harus diklem sebagai struktur yang terpisah setelah palpasi ureter, setelah lig vesikouterina dipisahkan maka ureter dapat diretraksi lebih kelateral dari uterus. Setelah ligasi lig kardinal, sakrouterina dan vesikouterina dan pembuluh darah. Pedikel pembuluh darah uterina yang mengandung a dan v uterina di klem dengan klem Heany tunggal dan diligasi dengan jahitan tunggal untuk kedua sisi, setelah itu dapat dipertimbangkan kembali apakah operasi dapat diselesaikan secara vaginal. Sisa perlekatan ligamen diklem, dipotong dan ligasi ini perlu beberapa kali supaya mencapai bagian atas ligamen tersebut. Sisa ligamen yang mengandung tuba dan ligamen utero ovarian,

Dr. Henry Sugiarto Nrp. 11950008051170

24

karena pedikel ini mengandung pembuluh darah besar, harus di klem ganda dengan klem Heany dan diligasi ganda. Setelah dikeluarkan uterus perlu diperiksa dengan VC, kemudian tuba dan ovarium diperiksa secara hati-hati dan ini perlu penerangan yang baik. Apakah akan ditinggalkan atau dikeluarkan. Tahap selanjutnya adalah rekonstruksi dan menahan kubah vagina pada titik tertinggi dan menutup cul de sac untuk mencegah enterocele Tehnik culdoplasty poseterior oleh Mc Call Jahitan pertama ditempatkan melewati apeks forniks vagina posterior pada titik yang akan menjadi bagian paling dalam dari vagina. Jahitan tersebut menuju cul de sac melalui peritoneum menghindari dinding rektal anterior. Jahitan yang sama kemudian melewati satu lig sakrouterina, berlanjut melewati cul de sac, hati-hati menjahit. Jahitan kemudian dilanjutkan dan keluar dari forniks vaginal posterior sekitar 1 cm dari titik masuk. Jahitan tersebut nanti diikat. Setelah jahitan culdoplasty tahap berikutnya adalah menutup peritoneum. Disini tehnik yang dipakai untuk menutup peritoneal membutuhkan dua benang 2-0 yang delayed absorbable jahitan untuk menyebabkan penutupan H shape peritoneum. Jahitan dilakukan pada peritoneum diatas diantara setiap pedikel pada kedua sisi. Setelah itu jahitan diikat. Penutupan diselesaikan dengan jahitan transversal disekitar pinggi peritoneum belakang VU ke cul de sac peritoneum. Penting untuk memfiksasi pedikel ke ekstraperitoneal. Sebelum operasi selesai penting untuk membuktikan integritas ureter. Operasi selesai

16. a. Jelaskan apa yang anda ketahui tentang Kolposkopi Pemeriksaan dengan menggunakan kolposkop, yaitu suatu alat yang dapat disamakan dengan sebuah mikroskop bertenaga rendah dengan sumber cahaya didalam (pembesaran 10-15 kali) Alat ini dilengkapi sumber cahaya juga dilengkapi dengan filter hijau atau TV Biasanya digunakan untuk memeriksan serviks dan kadang-kadang vagina serta vulva Cara ini merupakan cara pemeriksaan klinik dengan melakukan pemeriksaan adanya perubahan permukaan epitel serviks/vagina/vulva dan ujung-ujung pembuluh darah di daerah tersebut Dengan bantuan kolposkop banyak tindakan konisasi serviks dapat dihindarkan karena biopsi betul-betul dapat diarahkan Prosedur Pemeriksaan : Pasien di tidurkan dalam posisi litotomi Sesudah vulva dibersihkan, dipasang spekulum cocor bebek secara perlahan Serviks dan vagina dilihat dengan kolposkop tanpa dibersihkan lebih dulu. Kemudian mukus yang ada diserviks dibersihkan dengan asam asetat 3% Secara sistimatis diperiksa dengan kolposkop mulai dari jam 12 berputar menurut arah jarum jam sampai kembali ke daerah semula. Serviks berulang kali dibasahi dengan larutan NaCl fisiologis agar tidak kering, jaringan lebih transparan dan pembuluh darah terlihat jelas. Jika sambungan skuamokolumnar tidak terlihat sebagian atau seluruhnya, gunakan spekulum endoserviks untuk membuka kanalis servikalis. Bila diperlukan biopsi harus dilakukan secara baik dengan menggunakan alat biopsi Eppendoorf atau modifikasinya. Bahkan harus segera difiksasi dengan larutan formalin 10% atau alkohol 70%. b. Bagaimana interpretasi kolposkopi Normal : epitel skuamosa asli, ektopi, epitel kolumnar, daerah transformasi tipik Pada serviks abnormal (daerah transformasi atipik) Pada daerah ini ditemukan gambaran epitel putih, punctasi, mozaik, pembuluh darah abnormal. Berdasarkan gambaran ini dikenal 3 tingkatan daerah transformasi atipik : Tkt. I : epitel putih atau pungtasi atau mozaik halus Tkt. II : epitel putih dan atau pungtasi dan atau mozaik yang kasar tidak teratur Tkt.III : epitel kasar permukaan tidak teratur dan pembuluh darah abnormal Gambaran kolposkopi tidak memuaskan dalam hal ini sambungan skuamokolumnar tidak terlihat seluruhnya karena masuk ke dalam kanalis servikalis. Distropi : peradangan, epitel atrofik, polip serviks, papiloma, kondiloma akuminata Harus dilakukan biopsi pada keadaan 2,3,4

Dr. Henry Sugiarto Nrp. 11950008051170

25

17. a. Prinsip-prinsip operasi ginekologi dari jenis operasi yang paling ringan sampai berat termasuk operasi radikal histerektomi Operasi ginekologi dari yang ringan sampai yang berat misalnya : marsupialisasi, D&C, kuretase, kolpotomi posterior, ekstirpasi polip serviks, ekstirpasi polip endometrium, laparoskopi, laparotomi, enukleasmi mioma, ekstirpasi mioma subserosa bertangkai, HT, HT radikal. Prinsip yang harus ada dalam hal ini adalah : -. Harus diberikan konseling pre operasi dan informed consent -. Keadaan penderita harus memenuhi syarat untuk operasi a.l laboratorium, EKG -. Operator mengerti dan tahu proses operasinya -. Dalam hal yang tidak mungkin operasi dilanjutkan karena keadaan patologisnya atau mengancam keselamatan penderita maka operasi dapat dihentikan dan ditutup kembali atau dikonsulkan. b. Follow up pasca bedah Masa kritis pasien pasca bedah berlangsung sampai 72 jam observasi sistem kardiovaskuler, ginjal dan pernafasan Dalam 24 jam diperkirakan lebih kurang 3 liter cairan yang harus dimasukkan untuk menggantikan cairan yang keluar uriin, muntah, evaporasi dari kulit dan pernafasan Dalam 24- 48 jam pasca bedah pasien diberi makanan cair dan bila sudah flatus dapat diberi makanan lunak yang bergizi untuk lambat laun diganti makanan biasa Pemberian antibiotika tergantung dari jenis operasi yang dilakukan Mobilisasi dini/cepat, pengangkatan kasa dan pengangkatan jahitan tergantung jenis pembedahan. Komplikasi pasca bedah : Shok Perdarahan Gangguan saluran kemih a.l : retensio urin, infeksi saluran kemih Distensi perut Terbukanya luka operasi dan eviserasi Tromboflebitis 18. a. Apa yang dimaksud dengan Paps smear Adalah pemeriksaan sitologi dari apusan sel serviks, endoserviks untuk mendeteksi dini kanker serviks. Pap smear dianjurkan pada setiap wanita yang aktif seksual sampai usia 65 tahun Pap smear dilakukan diluar masa haid (ada baiknya tidak dalam kehamilan) dengan tidak melakukan irigasi vagina sebelumnya. Tehnik pemeriksaan : -. Pasien ditidurkan dalam posisi litotomi, dipasang spekulum -. Tanpa tindakan antiseptik dan larutan pelumas atau pembilas -. Di vagina, portio, endoserviks diambil apusan/kotoran/scrab menggunakan spatel ayre dan Sitobrush -. Sebaiknya mengandung sel-sel dari sambungan skuamokolumnar -. Bahan dihapuskan di gelas objek dengan searah dan terpisah -. Difiksasi dengan alkohol 95% atau cytofix atau dengan hairspray Evaluasi sitologi : -. Hasil pemeriksaan pap smear biasanya dilaporkan berdasarkan klasifikasi Papanicolau Kelas I : sel-sel normal Kelas II : sel-sel menunjukkan kelainan ringan, biasanya oleh karena infeksi Kelas III : mencurigakan kearah keganasan Kelas IV : sangat mencurigakan adanya keganasan Kelas V : pasti ganas -. Menurut sistim Bethesda o Adanya sediaan : Dapat dievaluasi dengan memuaskan Dapat dievaluasi dengan baik tapi disertai keterbatasan dengan alasan ... (jelaskan) Tidak dapat dievaluasi dengan alasan .... (jelaskan) o Kategorisasi umum :
Dr. Henry Sugiarto Nrp. 11950008051170

26

Dalam batas normal Perubahan sel jinak : -. Infeksi : trikomonas vaginalis, kandida, aktinomices, herpes simpleks -. Perubahan reaktif : inflamasi, atrofi, radiasi, AKDR Kelainan sel epitel Sel skuamosa -. Sel skuamosa atipik yang tidak dapat ditentukan kemaknaannya -. Lesi displasia ringan -. Lesi displasi sedang berat, karsinoma in situ / NIS 2 dan 3 -. Karsinoma sel skuamosa Sel kelenjar -. Sel-sel endometrium secara sitologi jinak pada wanita pascamenopause -. Sel-sel kelenjar aitipik yang tidak dapat ditentukan kemaknaannya -. Adenokarsinoma endoserviks -. Adenokarsinoma endometrium -. Adenokarsinoma dari luar uterus -. Adenokarsinoma, tidak diketahui asalnya Neoplasma ganas lain : jelaskan Evaluasi hormonal -. Pola hormonal (hanya untuk apusan vagina) -. Pola hormonal yang tidak berkaitan dengan umur dan riwayat pasien -. Evaluasi hormonal tidak dapat dilakukan dengan alasan .. (jelaskan) Sistim Bethesda Normal Infeksi Sel skuamosa abnormal Sel skuamosa atipik LIS derajat rendah LIS derajat berat Sistim Displasia / NIS Normal Inflamasi Atipia skuamosa / HPV atipia Displasia ringan / NIS 1 Displasia sedang / NIS 2 Displasia berat Karsinoma in situ Karsinoma sel skuamosa Sistim Papanicolau I II IIR III III IV IV V

Karsinoma sel skuamosa

Interpretasi dan tindak lanjut hasil pemeriksaan sitologi : -. Vaginitis atau servisitis yang aktif dapat mengganggu intepretasi sitologi. Jika reaksi peradangannya hebat, pasien harus diobati dulu. Setelah infeksi diatasi dilakukan pemeriksaan Pap smear ulang 6 minggu kemudian. -. Jika hasil pemeriksaan sitologi tidak memuaskan atau tidak dapat dievaluasi harus dilakukan pap smear ulang 6 minggu kemudian -. Jika hasil pemerikaan sitologi mencurigakan keganasan, selanjutnya dilakukan kolposkopi daan biopsi untuk menegakkan diagnosis definitif. -. Pasien dengan hasil evaluasi sitologi negatif dianjurkan untuk ulang pemeriksaan pap smear setahun sekali sampai usia 40 tahun. Selanjutnya 2-3 tahun sekali sampai usia 65 tahun

b. Kenapa biopsi lebih baik dari pap smear, dimana peranannya Biopsi dapat dilakukan secara terarah dengan bantuan kolposkopi, schiller tes, Pap net, servikografi Biopsi merupakan diagnosa pasti Biopsi dapat menentukan seberapa jauh penyebaran secara mikroskopis Peranan dari biopsi dapat mengurangi false negatif dari Pap smear. Dapat mengetahui darimana asal sel kanker dan seberapa invasifnya. 19. Apa yang anda ketahui tentang USG dibidang ginekologi : tumor ovarium, tumor uterus dan trofoblas disease. Jelaskan
Dr. Henry Sugiarto Nrp. 11950008051170

27

Prinsip dasar USG Bila benda cair gambaran USG tergantung viskositas cairan, biasanya mulai dari anekhoik sampai hipoekhoik Bila penda padat gambaran USG biasanya hiperekhoik Penyakit Trofoblas o Tw I : Gambaran mola hidatidosa tidak spesifik sehingga seringkali sulit dibedakan dengan anembrionik, missed abortion, abortus inkompletus atau mioma uteri o Tw II : Gambaran mola hidatidosa lebih spesifik. Kavum uteri berisi massa ekhogenik bercampur bagian-bagian anekhoik vesikuler berdiameter bervariasi antara 2-10 mm Uterus biasanya lebih besar dari lamanya amenore Pada 20-50% kasus dijumpai adanya massa kistik multilokuler didaerah adneksa kista teka lutein Pada chorio ca ada gambaran neovaskularisasi Tumor Ovarium o Diagnosa tumor ovarium yang neoplastiok secara USG tidaklah terlalu mudah. Hal ini oleh karena pembagian tumor tersebut pada umumnya berdasarkan gambaran mikroskopik / histopatologinya. o Mencurigakan keganasan tumor bilateral, kista kompleks, massa padat dalam kista atau tumor pelvis yang padat, hilangnya batas dinding kista, gambaran perlekatan, asites, massa kompleks di omentum atau tanda-tanda metastase di hepar, VU, ureter dan ginjal. Kistadenoma musinosum Ukurannya biasanya sangat besar, polikistik dengan septum yang bervariasi ketebalannya, biasanya unilateral Kistadeno karsinoma Serosum : Memperlihatkan massa padat atau kompleks yang menonjol ke dalam kista (papiliferum) Musinosum : terlihat adanya penebalan septum yang kompleks selain gambaran massa kompleks yang menonjol ke dalam kista dan hilangnya gambaran dinding kista Kista dermoid Gambaran kistik padat atau kompleks. Biasanya ukurannya kecil dan berdinding tipis, bisa terlihat gambaran fluid level di dalamnya yang terbentuk oleh massa sebaseus. Bisa terlihat massa padat dengan adanya elemen tulang dan gigi Fibroma Tumor padat. Gambarannya menyerupai mioma uteri. Bila disertai dengan asites dan hidrotoraks maka sindroma Meigs bisa ditegakkan. Tumor uterus o Pada umumnya uterus terletak digaris tengah antara VU dan rektum. Adanya gambaran uterus yang jauh dari garis tengah harus disingkirkan kemungkinan adanya massa patologi pada pelvis o Mioma uteri Hipoekhoik, solid, membesar dan homogenitas serta tekstu uterus berubah Ekhogenitas meningkat pada mioma yang mengalami kalsifikasi dan degenerasi lunak sebaliknya akan menurun pada kasus nekrosis dan kadang tampak gambaran kistik. Pada kehamilan mioma akan lebih hipoekhoik karena pengaruh estrogen selama kehamilan. o Adenomiosis Endometriosis interna adalah pertumbuhan endometrium kedalam miometrium dengan terdapatnya kelenjar dan stroma endometrium diantara serat otot miometrium.

Dr. Henry Sugiarto Nrp. 11950008051170

28

Gambaran USG : daerah kistik kecil-kecil yang berubah homogenitas dari tekstur uterus. Uterus terlihat hipoekhoik Neoplasma ganas Kontour uterus pada stadium awal normal sedang pada stadium lanjut uterus tampak lobular. Pada leiomiosarkoma : area degenerasi yang besar, bercak-bercak kabur yang hiperekhoik, invasi ke struktur sekitar dan juga metastase jauh.

20. a. Uraikan cara diagnosa chorio carsinoma Klinis : o Perdarahan tidak teratur o Rahim subinvolusi o Batuk darah o Benjolan kebiru-biruan, sering terdapat di vagina o Kriteria Acosta Sison : H : having expelled a product of conception (pernah hamil mola/non mola) B : bleeding (perdarahan per vaginam) Es : enlargement and softness of the uterus. (subinvolusi uterus) Laboratorium o Kadar HCG meninggi lagi dalam waktu 4 minggu atau lebih pasca evakuasi o Kadar HCG 6 minggu pasca evakuasi mola > 100 mIU/ml Atau 8 minggu pasca evakuasi mola > 30 mIU/ml USG o Tampak massa kompleks dengan adanya neovaskularisasi Histopatologi o Dapat dibedakan jenis keganasannya o Hasil PA DIAGNOSA PASTI Gambaran adanya sel-sel trofoblas yang atipik, tanpa vili korialis, disertai hemorhagi dan nekrosis b. Terangkan peranan kemoterapi dan macam-macam regimen dalam penanganan chorio carsinoma Kemoterapi sebaiknya diberikan pada kasus-kasus : o Wanita muda dengan paritas rendah atau yang masih menginginkan anak o Besar uterus dibawah 14 minggu o Tidak ada tanda-tanda perforasi atau ancaman perforasi o Protokol terapi disesuaikan menurut Skor Faktor Risiko FIGO Macam-macam regimen penanganan chorio carcinoma o Risiko rendah (skor 1-3) diberikan kemoterapi tunggal a.l : MTX 20 mg/hr selama 5 hari IM + As. Folat 2x1 + Cursil 3x1, atau Act-D 12 mg/kgBB selama 5 hari IV atau, Etoposid : 200 mg/m2 peroral atau 100 mg/m2 IV dilarutkan dalam 275 cc NaCl 0,9% di infuskan dalam 1 jam Interval 1 minggu o Risiko sedang (skor 4-6) MTX 50 mg/hr IM (hari 1,3,5,7) Asam folat 15 mg/hr (hari 2,4,6,8) Cursil 3x1 Interval 1 minggu Atau Act-D 12 mg/kgBB selama 5 hari IV atau, Etoposid : 200 mg/m2 peroral atau 100 mg/m2 IV dilarutkan dalam 275 cc NaCl 0,9% di infuskan dalam 1 jam

Dr. Henry Sugiarto Nrp. 11950008051170

29

Risiko tinggi (skor 8) EMA-CO Terdiri dari 2 tahap : TAHAP I Hari I dirawat : o J.08.00 : (E) 100 mg dilarutkan dalam 275 cc NaCl 0,9% dinfuskan dalam 1 jam o J.09.00 : ACT-D 1 flacon IV MTX 50mg IV MTX 100 mg dilarutkan dalam 500 cc NaCL 0,9% diinfus dalam 12 jam Cursil 3x1 Hari 2: tidak dirawat o J.08.00 : (E) 100 mg dilarutkan dalam 275 cc NaCl 0,9% dinfuskan dalam 1 jam o J.09.00 : ACT-D 1 flacon IV As. Folat 15 mg IM atau tablet 10 mg 3x4 Cursil 3x1 Penderita boleh pulang

TAHAP II Hari ke 8 : o J.08.00 : cyclofosfamid 600 mg (3 vial @ 200mg) dilarutkan dalam 500 cc NaCl 0,9% diinfus dalam 2 jam Oncovin (vincristin) : 1 mg IV Penderita boleh pulang Interval 2-3 minggu Pengobatan kemoterapi masih dilanjutkan 2-4 seri (rata-rata 3 seri) setelah kadar HCG normal. c. Uraikan peran radiasi dan operasi dalam penanganan chorio carsinoma Peran Radiasi o Banyak digunakan pada stadium IV dengan metastase di otak o Dosis 3000 cGy dalam 10 kali fraksi o Mengurangi terjadinya perdarahan spontan Dapat berfungsi sebagai hemostatika dan tumoricidal Operasi pada chorio carcinoma o HT total bila : Indikasi absolut : Perdarahan pervaginam yang tidak terkontrol secara medikametosa Perforasi uterus terutam bila disertai akut abdomen Indikasi relatif : Uterus > hamil 14 minggu Ancaman perforasi dari uterus, berdasarkan gambar USG Kemoterapi gagal Jumlah anak cukup o Ekstirpasi bila : Tumor berlokasi di : Vagina / vulva Paru-paru SSP Uterus Tujuan Mengontrol perdarahan
Dr. Henry Sugiarto Nrp. 11950008051170

30

Mengurangi atau menghilangkan massa tumor Mengurangi kompresi terhadap organ Mempertahankan fungsi reproduksi

21. Wanita 17 tahun dikirim dokter umum dengan riwayat perdarahan pervaginam pada kehamilan 9 minggu. USG menyatakan suatu kehamilan mola. Bagaimana penanganan lanjut? Penanganan terdiri dari 4 tahap : o Perbaikan KU Transfusi darah untuk mengatasi shol hipovolemik Antihipertensi/konvulsi Anti tiroid o Evakuasi jaringan prinsipnya gelembung mola harus dikeluarkan secepat mungkin Kuret Vakum HT total Hanya untuk golongan risiko tinggi In toto harus hati-hati Kista lutein tidak perlu diangkat karena akan mengecil sendiri Profilaksis Ada 2 cara : HT totalis Kemoterapi pada golongan risiko tinggi yang menolak atau tidak bisa dilakukan HT atau wanita muda dengan hasil PA yang mencurigakan o Caranya : MTX 20 mg/hr IM + Asam Folat 3x10mg + Cursil 2x35 mg selama 5 hr (as. Folat : antidotum dari MTX dan Cursil : hepatoprotektor) Actinomicin D 1 ampul /hr selama 5 hari Semua golongan risiko tinggi dianjurkan untuk mendapat terapi profilaksis, karena kepatuhan wanita kita untuk follow up masih rendah Kriteria Mola Hidatidosa risiko tinggi : 1. Ukuran uterus > 20 minggu 2. Umur penderita > 35 tahun 3. Hasil PA menunjukkan gambaran proliferasi trofoblas berlebihan 4. HCG pra evakuasi > 100.000 mIU/ml (RIA/IRMA) Follow up Tujuan : Untuk melihat apakah proses involusi berjalan secara normal, baik anatomis, laboratoris maupun fungsional, seperti involusi uterus, turunnya kadar HCG dan kembalinya fungsi haid. Untuk menentukan adanya transformasi keganasan, terutama pada tingkat sangat dini Follow up selama 1 tahun Pada risiko rendah : mulai dilakukan 2 minggu pasca evakuasi Pada risiko tinggi : mulai 2 minggu setelah mendapat kemoterapi profilaksis 3 bulan I : setiap 2 minggu 3 bulan II : setiap 4 minggu foto torak 6 bulan terakhir : setiap 2 bulan foto torak Selanjutnya tiap tahun sekali Hal-hal yang perlu dicatat : o Keluhan : terutama perdarahan, batuk atau sesak nafas o Pemeriksaan ginekologis terutama adanya tanda-tanda subinvolusi o Kadar HCG terutama bila ditemukan ada tanda-tanda distorsi dari kurva regresi yang normal Dihentikan bila : o Sebelum 1 tahun sudah hamil normal kembali
Dr. Henry Sugiarto Nrp. 11950008051170

31

Sesudah 1 tahun : tidak ada keluhan, uterus dan kadar HCG dalam batas normal, serta fungsi haid sudah normal kembali Kontrasepsi yang dianjurkan : kondom Diagnosa adanya pertumbuhan baru jaringan trofoblas dengan pemeriksaan HCG ditetapkan dengan kriteria yang dinjurkan Mochizuki : o Kadar HCG : 1000 mIU/ml pada minggu ke 4 o Kadar HCG : 100 mIU/ml pada minggu ke 6 o Kadar HCG : 30 mIU/ml pada minggu ke 8 o Kadar HCG : 5 mIU/ml pada minggu ke 12 o

22. Gangguan ovulasi merupakan etiologi infertilitas uraikan cara-cara diagnosa dan penanganannya Diagnosa terjadinya ovulasi Catat suhu basal badan o Diukur mulai berhentinya haid, segera setelah bangun , sebelum bergerak dari tempat tidur, makan atau minum setiap hari. o Termometer dimasukkan dibawah lidah atau dalam rektum selama 5 menit hasil dicatat pada kurve Siklus ovulatoar suhu bifasis Fase proliferasi suhu rendah dan fase sekresi suhu lebih tinggi Suhu paling rendah pada saat LH surge untuk naik setelah ovulasi Sikllus anovulatoar suhu monofasis o Kenaikan suhu > 19 hari kemungkinan telah terjadi konsepsi Sitologi vagina o Sel-sel vagina terdiri dari sel basal, para basal dan intermedier o Sel-sel tersebut dipengaruhi oleh estrogen dan progesteron dan menunjukkan gambaran yang berbeda-beda selama siklus haid/ o Syarat : tidak boleh ada infeksi dan harus diambil pada dinding lateral vagina o Pewarnaan dengan cara Shorr atau modifikasi Papanicolau o Pemeriksaan dihitung 100-200 sel dan ditentukan kariopiknotik : 75% sel superfisial dan 25% sel intermedier fase proliferasi 65% sel intermedier dan 35% sel superfisial fase sekresi atau pasca ovulasi Getah serviks o Terdiri dari air dan bermacam-macam KBH, protein, asam lemak, mineral dan ensim o Fase proliferasi Estrogen kosentrasi protein terutama albumin berkurang sedangkan air dan kosentrasi musim bertambah sehingga viskositas berkurang. Berkurangnya viskositas getah serviks pada waktu ovulasi meningkatkan kemampuan sperma menerobos masuk. Sesudah itu menjadi kental dan keruh. o Tes Spinnbarkeit untuk melihat elastisitas getah serviks yang maksimal pada waktu ovulasi. Jika getah serviks dari kanalis servikalis diambil dengan pinset getah tersebut tidak terputus sampai sepanjang 10-20 cm o Tes daun pakis (Fern Test) dikeringkan diatas gelas objek dan dilihat dengan mikroskop Gambaran daun pakis ini bergantung pada kosentrasi NaCl dalam sekret. Estrogen kosentrasi NaCl bertambah Progesteron kosentrasi NaCl berkurang Jika setelah ovulasi masih terlihat gambaran daun pakis mungkin fungsi korpus luteum kurang dari normal. Biopsi Endometrium o Lukisan endometrium merupakan bayanang cermin dari pengaruh berbagai hormon ovarium. o Dating endometrium minggu I fase sekresi : o Mitosis yang menunjukkan proliferasi aktif dan mungkin dijumpai sejak hari ke 3 sampai hari ke 16/17
Dr. Henry Sugiarto Nrp. 11950008051170

32

Pseudostratifikasi inti-inti kelenjar yang dimulai dari fase postmestrum dan menghilang pada hari ke 17 o Vakuol basal subnukleus, yaitu tanda-tanda dini setelah adanya ovulasi yang terdapat pada endometrium. Biasanya vakuol basal terlihat antara hari ke 15 atau ke 19 dan glikogen mulai dilepaskan kedalam lumen pada hari ke 19 atau ke 20. Susunan inti yang khas diatas vakuol sangat jelas terlihat pada hari ke 17 dan merupakan bukti yang kuat bahwa ovulasi baru terjadi. o Sekresi terlihat pada hari ke 18 22 dengan adanya bahan-bahan sekresi dalam lumen o Minggu II fase sekresi o Edema stroma yang jelas terlihat antara hari 22 23 mungkin sebagai usaha endometrium mengurangi halangan terhadap implantasi o Reaksi pradesidua yang terlihat pada hari 23 24 sekitar arteriola, mungkin sebagai pelindung agar pembuluh darah tidak pecah dan sebagai penunjang untuk pembentukan pembuluh darah baru jika kehamilan terjadi o Mitosis dan infiltrasi lekosit PMN Penilaian hormonal o USG (ultrasonografi) o Kriteria Defazio o Menghilangnya gambaran folikel o Terlihatnya gambaran kista berbentuk tidak rata dengan skala ukuran yang lebih kecil serta memberikan ekho lemah o Terlihatnya gambaran cairan bebas di kavum douglas o Terlihatnya lukisan endometrium fase sekretorik Penanganan o Selalu disesuaikan dengan faktor penyebabnya. Dalam usaha untuk mengenali faktor penyebab tersebut, serta untuk terlaksanannya usaha pengobatan rasional. Taubert menekankan pentingnya penilaian status hormonal o Klomifen sitrat o Merupakan antiestrogen sehingga terjadi pengeluaran FSH dan LH o Agar klomifen dapat bekerja tubuh wanita tersebut harus mempunyai kadar estrogen yang cukup o Cenderung menduduki reseptor estrogen dalam jangka lama o Syarat : Kasus anovulasi karena kelainan endokrinologis Fungsi hipotalamus dan hipofisa harus baik Kadar estrogen harus cukup dan kadar prolaktin dalam batas normal o Indikasi : Wanita dengan siklus anovulasi dimana kadar FSH, LH, E2 dan prolaktin normal Wanita dengan sindroma polikistik ovarium Wanita dengan hiperprolaktinemia yang telah diobati dengan bromokriptin (kadar prolaktin sudah normal) Wanita infertil yang tidak diketahui penyebabnya dengan pasti yang direncanakan diinseminasi. o Cara pemberian : Diberikan mulai hari I sampai hari ke 5 siklus haid. Alasan pemberian hari I oleh karena waktur paru klomifen cukup lama sekitar 5-7 hari Dosis : 50 mg/hr 5 hari o Hormon gonadotropin o Indikasi : Infertilitas anovulatorik dengan FSH, LH dan prolaktin normal Gangguan haid ; amenorea, oligomenorea, defek fase luteal Diberikan pada wanita yang telah diberikan klomifen 3 kali namun gagal mendapatkan konsepsi
Dr. Henry Sugiarto Nrp. 11950008051170

33

hMG akan memicu pertumbuhan folikel hingga saat akan terjadi ovulasi hCG hanya digunakan untuk memicu pelepasan ovum (mencetuskan ovulasi) yang pada akhirnya akan diikuti dengan ovulasi o hMG 1 ampul mengandung 75 dan 150 IU FSH/LH Dosis awal 75 IU IM Dimulai pada hari ke 5 sampai hari ke 9 siklus haid spontan atau perdarahan lucut Monitor USG folikel bertumbuh optimal dosis naikkan lagi 75 IU Dosis maksimal 450 IU o hCG Diberikan bila didapat diameter folikel rata-rata 17-18 mm Dosis tunggal 5000-10.000 IU IM Diberikan pada hari ke 13 dan ke 15 setelah pemberian hMG o Dianjurkan pemberian 3 siklus berturut-turut dan kemudian pasien diistirahatkan. o rhFSH 1 ampul mengandung 75 150 IU rhFSH secara SC cara pemberian = hMG Dosis maksimal perhari 225 IU Untuk mencetuskan ovulasi : 5.000-10.000 IU dosis tunggal GnRH analog o Indikasi : Anovulasi akibat gangguan tingkat hipotalamus dan atau hipofise o Cara pemberian Secara pulsatil 2,5 20 mg / denyut (pakai pompa Zyklomat ) Epimestrol o Memicu pengeluaran FSH dan LH, tetapi mekanisme kerja yang pasti belum diketahui sampai kini o Diberikan juga bersamaan dengan klomifen untuk mengimbangi efek antiestrogen dari klomifen o Cara pemberian : Pada hari ke 5 hari ke 14 Dosis : 5-10 mg/hr Bila kombinasi dengan klomifen : Klomifen diberikan pada hari 1 5, sedangkan epimestrol hari 1-10. Tamoksifen o Memiliki khasiat estrogenik maupun antiestrogenik o Dikenal sebagai SERM (selective estrogen receptor modulators) Bromokriptin o Merupakan ergot semisintetik o Menghambat sintesis dan sekresi PRL o Cara pemberian : Diberikan secara terus menerus atau hanya pada fase pematangan folikel saja. Dosis : 2 x 2,5 mg/hr Harus monitor kadar prolaktin (normal 5 25 ng/ml) o o

23. Hyperstimulation syndrome adalah Sindroma yang ditandai dengan kenaikan kadar estrogen sehingga timbul gejala Patofisiologi : estrogen meningkat permeabilitas meningkat cairan intravaskuler ke rongga abdomen ekstravasasi hipovolemia hemokosentrasi hipotensi CVP menurun perfusi renal menurun oligouria urea meningkat peningkatan reabsorbsi garam dan H2O di tubulus renalis I dan tubulus renalis II kuran Na terjadi hiperkalemia asidosis. Tanda-tanda : Ringan : -. Pembesaran ovarium, distensi abdomen dan kenaikan berat badan Berat :
Dr. Henry Sugiarto Nrp. 11950008051170

34

-. Oligouria, hipotensi hipovolemik, asites, pleura efusi dan imbalance elektrolit 24. Tumor ovarium jinak dan ganas TUMOR JINAK a. Pengertian Kanker ovarium adalah kanker primer dari ovarium Kanker jenis epitelial yang paling sering Kurang lebih 90% kanker ovarium berasal dari jaringan epitel coelom atau mesothelium yang merupakan produk dari sel mesoderm yang mengalami metaplasia. Berdasarkan konsistensinya dibagi atas : o Kistik : Kistoma ovarium simplek Kistadenoma ovarium serosum Kistadenoma ovarium musinosum Kista endometrioid Kista dermoid o Solid : Fibroma, leiomioma, fibroadenoma, papiloma, angioma, limfagioma Tumor Brener Tumor sisa adrenal (maskulinovo-blastoma) b. Diagnostik Anamnesa : o Timbul benjolan diperut dalam waktu relatif lama o Kadang-kadang disertai gangguan haid, gangguan buang air kecil/ BAB o Nyeri perut bila ada terinfeksi, torsi, pecah Pemeriksaan fisik o Ditemukan tumor dirongga perut bagian bawah disamping uterus dengan ukuran > 5 cm o Pada pemeriksaan dalam letak tumor disebelah kiri/kanan uterus atau mengisi cavum douglas o Konsistensi sering kistik, mobil permukaan tumor umumnya rata. Pemeriksaan Penunjang -. Laboratorium, foto toraks, BNO, IVP -. Tes kehamilan -. USG dan laparoskopi -. Tumor marker : CA 125 terutama untuk jenis epiteli (kecuali jenis musinosum) c. Penanganan Pembedahan : Kistektomi bila masih ada jaringan ovarium yang sehat Ovarektomi atau salfingoovorektomi unilateral bila sudah tidak ada jaringan ovarium yang sehat HT total dan SOB bila ditemukan tumor pada usia 50 th tau sudah menopause. Pada usia muda uterus dapat ditinggalkan dengan rencana substitusi hormon. Pada ovariu tersangka ganas dalam informe consent harus dijelaskan kemungkinan perlu dilakukan HT pada pasien muda. KANKER OVARIUM Klasifikasi : a. Tumor ganas epitel b. Tumor ganas sel benih c. Tumor ganas stroma Diagnosa : Anamnesa : -. Perut membuncit dan timbul benjolan dalam waktu yang relatif cepat -. Gangguan BAK/BAB, nyeri perut -. Mungkin gangguan haid

Dr. Henry Sugiarto Nrp. 11950008051170

35

Pemeriksaan fisik -. Ditemukan tumor di rongga pelvis dan dapat meluas hingga rongga perut dikiri dan kanan Uterus, di kavum douglas. -. Permukaan rata, konsistensi padat, kistik, kistik dengan bagian padat -. Mobilitas terbatas karena perlekatan, nyeri perut -. Sering disertai asites -. Dengan laparotomi untuk mengetahui jenis histopatologis dan penetuan stadium Pemeriksaan Penunjang -. USG -. Foto torak, abdomen BNO,IVP -. CT scan -. Sitologi cairan asites Penanganan : a. Pembedahan laparotomi Aspirasi cairan rongga peritoneum untuk pemeriksaan sitologi, bila tidak ada cairan peritoneum dilakukan bilasan peritoneal Biopsi pada : Daerah bagian bawah diafragma Lateral dari colon asendens dan kolon desenden Kavum douglas Peritoneum kandung kemih Eksplorasi daerah/organ seperti hati, ginjal, mesenterium, usus halus dan usus besar Hanya ovarektomi unilateral saja bila stadium IA atau tidak ada perlengketan jenis tumor borderline, usia muda dan belum punya anak atau HT total dengan SOB pada stadium I dan II Pembedahan sitoreduksi pada stadium III dan IV Omentektomi : Partialis : bila secara makroskopis tidak ditemukan lesi metastase Total bila secara makroskopis ditemukan lesi Biopsi pada setiap perlekatan Limfadenektomi/biopsi KGB yang membesar di daerah pelvis dan para aorta b. Kemoterapi Umumnya diberikan setelah terapi pembedahan, kadang-kadang sebelum pembedahan (neoadjuvan) Untuk jenis epitel : CAP atau AP atau EP (epirubisin, sisplatin), taksol atau Taksol + karboplatin Untuk jenis germinal : VAC atau PVB c. Radiasi Diberikan setelah pembedahan / sitoreduksi

25. Endometriosis : a. Bagaimana pengobatannya Medikamentosa : a. GnRH analog Paling efektif terhadap endometriosis Menekan produksi estrogen dengan sangat kuat Kombinasi dengan operatif angka residifnya paling rendah Agonis GnRH Pada awal pemberian tidak terjadi penekanan fungsi hipofise justru pengeluaran FSH dan LH dari hipofise (Flare Up) Setelah beberapa hari sensitifitas hipofise terhadap rangsangan GnRH agonis menurun FSH/LH menurun serta estrogen dan progesteron menurun terjadi perdarahan Ikatan reseptor sangat kuat kembalinya haid memerlukan waktu berbulan-bulan Cara pemberian : SC, IM, intranasal satu bulan sekali Antagonis GnRH

Dr. Henry Sugiarto Nrp. 11950008051170

36

Menduduki reseptor di hipofise anterior tanpa terjadi stimulasi reseptor tanpa flare up. Ikatan reseptor tidak begitu kuat Cara pemberian : SC setiap hari, setiap minggu

b.

c.

d.

e.

f.

Efek samping GnRH analog Mirip keluhan akibat kekurangan estrogen pada wanita pasca menopause Pemberian > 6 bulan menurunkan densitas mineral tulang Berikan tablet estrogen dan progesteron (addback therapy) Progestogen Untuk endometriosis turunan 19-noretisteron dan turunan progesteron MPA paling banyak digunakan Sangat efektif menghilangkan keluhan dismenorea angka residif relatif tinggi (30-40%). Cara kerja : Menekan sekresi gonadotropin dan menyebabkan desidualisasi pada lesi endometriosis. Menghambat metaloproteinase (sangat berperan pada pertumbuhan endometriosis) Di hati mengurangi sintesa SHBG terjadi peningkatan kadar serum testosteron bebas jaringan endometrium dan lesi endometriosis menjadi atrofi. Dosis : MPA dosis tinggi : 30 -100 mg/hr 6 bulan o EF: peningkatan BB, edema, depresi serta perdarahan sela. Danazol (progesteron sintetik) 600 800 mg/hr o Menekan aktifitas fagositosis dari makrofag. Makrofag dapat mengeluarkan IL-1 penyebab timbul rasa nyeri Cara pemberian : Awal siklus haid selama 3 6 bulan Efek samping : Hirsutisme, akne, seboroe, penambahan BB, pengecilan payudara, edema dan gangguan libido. Efek androgenik dapat dikontrol dengan olah raga teratur Gangguan metabolisme lipid peningkatan LDL, kolesterol dan penurunan HDL Gestrinon Turunan testosteron mirip danazol Cara pemberian : 2 kali / minggu dosis 2,5 mg selama 6 bulan Mifepriston (RU 486) Jenis steroid yang memiliki sifat antiprogesteron, antiglukortikoid dan antiestrogen Ikatan pada reseptor progesteron 4 kali lebih kuat Tidak menekan LH dan estrogen Dosis : 100 mg/hr 3 bulan Efek samping : Anoreksia, mual dan rasa lelah Pil kontrasepsi Bila belum menginginkan anak Sangat efektif menghilangkan nyeri haid Sangat baik untuk mencegah residif Penghambat enzim Aromatase (Aromatase Inhibitor) Contoh : anastrozole, aminoglutemid, vorozole dan letrozole. Jaringan endometriosis memiliki berbagai jenis enzim yang mampu mensintesa estrogen : yaitu enzim aromatase dan 17 hidroksisteroid dheidrogenase tipe I

Dr. Henry Sugiarto Nrp. 11950008051170

37

Enzim aromatase : androgen (androstenedion) estron / E1 (estrogen lemah) Enzim 17 HSD tipe I : estron estradiol / E2 (estrogen kuat) Enzim 17 HSD tipe II : estradiol estron b. Apa dasar-dasar pengobatannya Penanganan tergantung dari umur penderita, luasnya lesi dan lokasi perlekatan dan derajat atau stadium endometriosis Secara umum : a. Medikamentosa Dapat mengurangi lesi endometriosis angka residifnya sangat tinggi b. Operatif Pembedahan konservatif Laparoskopi operatif Laser CO2 (vaporisasi) : Penetrasi jaringan minimal, dapat juga untuk lesi yang dekat ureter Koagulasi (elektrode bipolar) Tidak bisa untuk lesi yang dekat ureter. c. Kombinasi Endometriosis warna merah pengobatan dengan obat anti angiogenesis. Estrogen memicu proses angiogenesis. obat-obat yang menekan sintesis estrogen di ovarium : GnRH analog (agonis/antagonis) obat-obat yang menekan kerja enzim aromatase dalam jaringan endometrium obat-obat yang mencegah pengeluaran sitokin dari makrofag : Progesteron c. Sebutkan klasifikasinya Menurut ACOSTA o RINGAN Endometriosis yang menyebar tanpa ada perlekatan pada anterior dan posterior cavum douglas, periotneum pelvis atau permukaan ovarium Lesi di ovarium sangat minim Belum ada perlekatan di perituba o SEDANG Endometriosis pada satu atau kedua ovarium dengan parut dan retraksi atau endometriosis kecil. Perlekatan minimal periovarium, perituba atau kavum douglasi. Endometriosis pada anterior dan posterior cavum douglasi dengan parut dan retraksi atau perlekatan tanpa melibatkan sigmoid o BERAT Endometriosis pada satu atau kedua ovarium dengan ukuran 2x2 cm2. Perlekatan satu atau dua ovarium, tuba atau cavum douglasi karena endometriosis Keterlibatan usus dan traktus urinarius yang nyata Menurut AFS (American Fertility Society) o Stadium I (minimal) : skor 1 5 o Stadium II ( ringan) : skor 6 15 o Stadium III (sedang) : skor 16 40 o Stadium IV (berat) : > 40 Endometriosis minimal ringan (AFS I-II, EEC I-II) o Laparoskopi koagulasi / vaporisasi (laser) o Dilanjutkan terapi hormonal selama 6 bulan Endometriosis sedang berat (AFS III-IV, EEC III) o Endometriosis berat : bila endometriosis disertai infertilitas, perlekatan genitalia interna yang berat dan kista coklat pada ovarium, baik unilateral maupun bilateral. o Tindakan pembedahan : setelah pengobatan hormonal selama 6 bulan 26. Jelaskan secara terperinci apa yang dimaksud dengan 5 year survival rate

Dr. Henry Sugiarto Nrp. 11950008051170

38

Angka kelangsungan hidup penderita kanker / tumor ganas dalam waktu 5 tahun Contoh : 5 year survival rate 80% Dalam 5 tahun penderita kanker tersebut 80% penderita masih hidup Hal ini tergantung dari -. Stadium saat penderita pertama berobat -. Macam pengobatan yang diberikan -. Derajat histologi dari tumor -. Adanya metastase -. Tumor primer/rekuren/residif -. Macam-macam/jenis tumor

27. Jelaskan mengenai penanggulangan penyakit kanker leher rahim dari segi : Prinsip : Low technology high coverage Terpadu artinya :-. Dilakukan oleh semua potensi yang ada pada pemerintah dan masyarakat (PKK,LSM) -. Dilaksanakan secara terintegrasi -. Dilandasi oleh adanya keterbukaan -. Saling tergantung -. Saling menunjang dan mempunyai tujuan yang sama Paripurna artinya: aspek penanggulangan yang menyeluruh mencakup : -. Pencegahan -. Deteksi dini -. Pengobatan -. Perawatan paliatif dan bebas nyeri -. Bila memungkinkan mengantar penderita meninggal dalam iman Pencegahan Primer : o Segala kegiatan yang dilakukan untuk menghilangkan/mengurangi risiko terjadinya KLR. Usaha ini dapat dilakukan berupa promosi / penyuluhan mengenai : Menghindari kawin muda Hindari ganti ganti pasangan seksual Menjaga kesehatan secara umum Jangan melahirkan banyak anak Tidak merokok Deteksi dini : o Dengan Pap Smear o Penapisan secara masal dengan asas low technology and high coverage Kuratif o Operatif (konisasi, HT sederhana, HT radikal) Jenis operasi tergantung usia, jumlah anak, derajat displasia, terbatas pada stadium I-IIA o Radioterapi Dapat digunakan pada semua stadium penyakit, semua usia dan besar tumor Tujuan : mengurangi sel kanker yang tidak terangkat saat operasi yang dapat menyebabkan implantasi pada sisa daerah bekas operasi o Kemoterapi Sebagai terapi tambahan/adjuvan untuk kasus yang tidak cocok untuk operasi dan tidak sensitif terhadap radiasi Keuntungan : Dapat membunuh atau mengurangi sel-sel kanker yang telah menyebar jauh Kerugian Merusak sel-sel yang sehat yang sedang tumbuh dan menekan sistim kekebalan tubuh Untuk mengurangi efek toksis dan menguatkan efek terapi dapat diberikan secara kombinasi Paliatif o Semua tindakan aktif untuk meringankan beban penderita kanker terutama yang tidak mungkin sembuh o Tujuan :
Dr. Henry Sugiarto Nrp. 11950008051170

39

Meringankan/menghilangkan nyeri dan keluhan lain Perbaikan aspek psikologis, sosial dan spiritual untuk mencapai kualitas hidup yang maksimal bagi penderita dan keluarga sehingga kalaupun penderita meninggal dalam iman o Pola dasar pemikiran perawatan paliatif Meningkatkan kualitas hidup dan menganggap bahwa kematian adalah proses yang normal Tidak mempercepat atau menunda kematian Menghilangkan nyeri dan keluhan lain yang mengganggu Menjaga keseimbangan dalam aspek psikologi dan aspek spiritual Berusaha agar penderita tetap aktif sampai akhir hayatnya Berusaha memberikan dukungang kepada keluarga yang berduka o Keanggotaan inti kelompok perawatan paliatif : Dokter Perawat Pekerja sosial Relawan Pemuka agama Rehabilitatif o Latihan/gerakan fisik/fisioterapi o Dukungan kejiwaan o Tujuan : Membantu memulihkan penderita sedapat mungkin kepada fungsi yang normal termasuk didalamnya mengatasi masalah fisik, sosial, psikologi dan ekonomi Penderita ditangani sebagai individu seutuhnya mencakup komponen biologi, psikologi, sosial dan budaya melalui pendekatan multidisipliner Penderita yang lemah, depresi dan mengalami banyak efek samping terapi perlu dipulihkan kembali fisik dan psikisnya dengan memupuk semangat sembuh dan senantiasi berdoa untuk mengatasi cobaan Diperlukan peranan keluarga, masyarakat, ulama (pendamping pastoral) untuk memberikan dukungan sehingga penderita senantiasa dalam kualitas hidup yang maksimal serta dalam iman sampai akhir hayatnya. Dukungan mental dari keluarga sangat diperlukan dan sikap selayaknya pada penderita membuat ia merasa masih dibutuhkan dan tidak merasa sangat tergantung pada orang lain. Hilangkan rasa nyeri dengan identifikasi penyebab rasa sakit dan mengoreksinya. Tindakan operasi pemotongan saraf baik saraf perifer, medula spinalis dan intraserebral dapat dilakukan pada kanker stadium lanjut sejak awal untuk kualitas hidup lebih baik.

28. Jelaskan apa yang anda ketahui mengenai seksologi dan libido pasca operasi histerektomi, seksio sesarea dan sterilisasi Pasca HT o Pada wanita yang telah dilakukan HT sering merasa dirinya tidak lengkap lagi. Salah satu sebabnya karena sudah tidak bisa mengalami haid. Selain itu wanita merasa menjadi tua, tidak bersemangat, kadang depresi, mudah tersinggung dan cepat marah. o Hal ini oleh karena biasanya pada HTSOB biasanya membuat kehidupan seksual dan libido penderita akan berkurang Pasca SC o SC tanpa komplikasi, biasanya tidak menimbulkan keluhan dalam aktifitas seksual maupun libido o Kekuatiran terjadinya kehamilan dalam waktu yang relatif singkat pasca operasi sehingga sering menolak melakukan hubungan seksual atau bila terpaksa dapat menyebabkan seorang wanita sulit mencapai orgasme Pasca Sterilisasi

Dr. Henry Sugiarto Nrp. 11950008051170

40

Sebagian besar wanita merasakan adanya kebebasan dalam aktifitas seksual mereka. Maksud kebebasan disini adalah terbebas dari kekuatiran terjadinya kehamilan sehingga mereka dapat lebih menikmati aktifitas seksual.

29. a. Jelaskan tentang TB genitalia Merupakan infeksi TB pada organ genitalia baik primer maupun sekunder Gambaran klinik tidak khas : seperti keputihan, kontak bleeding, BB menurun, Lesi berupa ulkus atau papilomatosus, kadang gambaran normal atau terdapat infeksi dan sering didiagnosa Ca cervix Diagnosa pasti dengan pemeriksaan histopatologi : ditemukannya multiloculated giant cells, histiocytes, epitheloid cell. Pengobatan dengan OAT b. Jelaskan patogenesa terjadinya servisitis TB Infeksi primer basil TB masuk dan bersarang di serviks (paling banyak epididimis TB) Infeksi sekunder dari tempat lain secara hematogen ke genitalia, biasanya berasal dari paru. Perkontuinitatum dari peritonitis TB langsung menjalar ke genitalia interna wanita. Penyebaran dengan cara perkontuinitatum dari peritonitis TB

30. Jelaskan dampak endokrin tumor fungsional ovarium Kista folikel o Berasal dari folikel de Graf yang tidak sampai berovulasi o Bisa didapati satu atau beberapa dengan besar 1-1 cm o Dapat menyebabkan gangguan haid oleh karena mengandung estrogen o Biasanya menghilang sendiri dalam 2 bulan Kista korpus luteum o Korpus luteum persisten, berisi cairan warna merah coklat karena darah tua o Gambaran makroskopis : dinding kista terdiri atas lapisan berwarna kuning terdiri atas selsel luteum yang berasal dari sel-sel teka. o Dapat menyebabkan gangguan haid amenorea diikuti perdarahan tidak teratur o Rasa nyeri yang mendadak dalam perut dengan adanya amenorea sering menimbulkan kesulitan dalam DD dengan KET Kista lutein o Kista biasanya bilateral dan bisa membesar sebesar tinju o Akibat pengaruh HCG yang berlebihan o Biasanya ditemukan pada mola hidatidosa dan koriokarsinoma Kista inklusi germinal o Terjadi karena invaginasi dan isolasi bagian-bagian kecil dari epitel germinativum pada permukaan ovarium o Pada wanita usia lanjut o Jarang melebihi diameter 1 cm o Biasanya ditemukan secara kebetulan pada saat pemeriksaan histologi dari ovarium yang diangkat waktu operasi Kista Stein Leventhal o Disebabkan oleh karena gangguan hormonal, terdapat gangguan ovulasi oleh karena endometrium hanya dipengaruhi oleh estrogen, hiperplasia endometrium sering ditemukan o Pada wanita usia muda dengan gejala-gejala : infertilitas, amenorea atau oligomenorea sekunder, kadang-kadang agak gemuk sering kali hirsutisme tanpa maskulinisasi dan dengan kedua ovarium membesar o Terapi dengan wedge resection atau dengan obat klomifen sitrat 31. Etiologi dismenorea dan pengelolaannya o Dismenorea atau nyeri pada waktu haid adalah suatu gejala bukan penyakit. Timbul akibat kontraksi disritmik miometrium o Ada 2 jenis :
Dr. Henry Sugiarto Nrp. 11950008051170

41

Primer : Tidak berhubungan dengan kelainan pada alat kandungan namun berhubungan dengan ketidak seimbangan hormon sex steroid ovarium. Etiologi : o Faktor kejiwaan : wanita yang emosinya tidak stabil o Faktor konstitusi : daya tahan terhadap nyeri menurun o Faktor obstruksi kanalis servikalis o Faktor endokrin : gangguan keseimbangan hormon estrogen dan progesteron. Dimana estrogen meningkat merangsang kontraktilitas miometrium o Faktor alergi :alergi sebagai toksin haid o Prostaglandin : merangsang kontraksi otot polos uterus o Vasopresin : menyebabkan meningkatnya kontraksi uterus Sekunder Ada kelainan pada alat kandungan (patologik serviks) Etiologi : Endometririts pelvis dan adenomiosis Radang pelvis kronis Uterus miomatosus (terutama mioma submukosa) Polip endometrium Kelainan bentuk uterus Kelainan letak uterus Stenosis kanalis servikalis Tumor ovarium Adanya IUD

Penanganan : DISMENOREA PRIMER o Medis Psikoterapi (memberi penerangan, nasihat, perlu dijelaskan bawah dismernorea adalah gangguan yang tidak berbahaya untuk kesehatan Obat-obatan : Pemberian analgesik Hormonal untuk menekan ovulasi (pil kombinasi) Non steroid antiprostaglandin (indometasin, ibuprofen) Operatif : Dard C sudah tidak dilakukan lagi Neurektomi prasakral Penyuntikan pleksus pelvis dengan obat anastesi HT total tindakan terakhir DISMENOREA SEKUNDER o Secara kausal tergantung faktor penyebab organiknya.

32. Etiologi Abses Douglas serta penanganannya Etiologi 1. Nanah yang keluar dari salfingitis pururlenta 2. Pyosalfings yang pecah 3. Hematocel retrouterina yang terinfeksi 4. Abses ovarium yang pecah 5. Abses periapendicular 6. Pelvioperitonitis purulenta 7. Perforasi usus pada typus abdominalis Diagnosa : Anamnesa : -. Nyeri di perut bagian bawah -. Demam intermitern -. Tenesmi ad anum
Dr. Henry Sugiarto Nrp. 11950008051170

42

Pemeriksaan fisik : -. Nyeri tekan pada perut bagian bawah -. Pada toucher teraba tahanan yang kenyal berfluktuasi dalam cavum douglas dan nyeri tekan -. Suhu badan > 38 C Laboratorium : -. LED tinggi -. Lekosit tingi -. Gambaran darah toksis o Penanganan : Antibiotika broad spektrum Istirahat dalam letak fowler Analgesik untuk mengurangi rasa nyeri Infus untuk memepertahankan balans elektrolit Dilakukan kolpotomi posterior dan drainase

33. Operasi histerektomi : a. Jelaskan dan terangkan macam-macam histerektomi o Histerektomi Abdominal o HTSOB (menurut Richardson) Penderita tidur terlentand dimeja operasi Setelah tindakan a dan antiseptik dilakukan insisi linea mediana dan diperdalam lapis demi lapis Setelah peritoneum dibuka, dipasang hak abdomen Lig rotundum diklem, dipotong dan diikat demikian juga sisi sebelahnya Plica vesikouterina dinsisi konkaf ke atas kearah lig rotundum, kemudian VU disisihkan kebawah Lembar belakanga lig latum bagian avaskuler deteksi ke dapat dengan jari, dilakukan incisi / membuat jendela Selanjutkan lig infundibulopelvikum diklem, dipotong dan diikat (hati-hati dengan ureter), ujung klem diletakkan melalui jendela pada lig latum. Demikian sisi sebelahnya Arteri uterina diidentifikasi, diklem, dipotong dan diligasi Dibuat cuff depan dengan menyisihkan fascia puboservikalis dari serviks dan cuff belakang 1 cm diatas lig sacrouterina Lig kardinale diklem, dipotong dan diikat dalam cuff Portio diindetifikasi kemudian dengan bantuan beberapa klem dibuat incisi melingkar pada vagina untuk mengangkat/mengeluarkan uterus Puncak vagina dijahit continous pada seluruh permukaan, dijahit angka 8 dengan mempertahankan sisi lig kardinal Cuff depan dan belakang dijahit satu persatu Dilakukan jahitan untuk mendekatkan sisa pangkal tuba, lig ovarium proprium dan lig rotundum dengan tumpul vagina Perdarahan dikontrol setelah yakin tidak ada perdarahan dilakukan retroperitonelisasi dengan peritoneum kandung kemih Rongga abdomen dibersihkan dari darah/bekuan darah . Luka abdomen dikahit lapis demi lapis b. Sebutkan beberapa komplikasi/mitos-mitos dari pasca bedah histerektomi baik dari segi medis maupun non medis 34. Jelaskan peranan kemoterapi dalam pengelolaan karsinoma serviks 35. Seorang wanita 25 tahun datang ke IRDO dengan keluhan nyeri perut bagian bawah sejak 5 hari yang lalu. Kasus adalah akseptor AKDR sejak 3 thn dan AKDR dilepas 8 bulan yang lalu oleh karena keputihan berulang. Saat ini terlambat haid 3 minggu dan mual muntah. KU baik , T. 110/70mmHg, Nadi 88x/m, Resp. 28x/m, Sb. 38 C. Abdomen nyeri tekan suprasimfisis, teraba massa ukuran 5x4 cm. Regio iliaka sinistra, pergerakan terbatas. Pada perabaan cavum dougalsi teraba tepi bawah massa. Jelaskan : a. Dari data-data diatas arah diagnosa? b. Pemeriksaan penunjang yang dikerjakan untuk konfirmasi diagnosa tersebut
Dr. Henry Sugiarto Nrp. 11950008051170

43

c. Apa sikap/tindakannya untuk kasus ini? 36. Uraikan perubahan hormonal pada menopause 37. Menopause. Jelaskan aspek endokrin dan bagaimana dampak interaksi hormonal. 38. Operative ginekologi : a. Jelaskan persiapan-persiapan tindakan operative ginekologi sesuai dengan jenis-jenis diagnosis b. Sebutkan dan jelaskan komplikasi-komplikasi yang dapat terjadi pada tindakan operasi ginekologi serta bagaimana penanganannya. 39. Wanita 20 tahun dengan hymen intak dan belum pernah mengalami menstruasi. Jelaskan bagaimana diagnosis dan penangannnya? 40. Berikan pandangan kritis anda tentang konseling dan informend concent pada pasien dengan tumor ginekologi yang akan dilakukan penanganan. 41. Kasus infertil dengan keluhan dismenorea, bagaimana pendapat anda dan bagaimana penanganannya? 42. P4A0 35 tahun KB IUD keadaan umum anemis, MRS dengan keluhan perdarahan pervaginam sedikitsedikit selama 3 bulan. Bagaimana pendapat anda serta beberapa kemungkinan diagnosis dan penangnannya? 43. Wanita umur 25 tahun hamil 3 bulan dengan kondiloma akuminata daerah servikal dan vulva. Bagaimana pendapat anda dan pengelolaan anda? 44. Jelaskan tentang operasi ginekologi : a. Operasi abdominal : macam-macam incisi dan indikasinya b. Operasi HT radikal : pengertian, tehnik dan indikasi c. Operasi HT vaginal : pengertian, tehnik dan indikasi 45. Bagaimana penanganan P0A0 33 tahun dengan endometriosis dimana gejala yang menonjol adalah dismenorea dan menoragi? 46. P0A0 datang dengan perut membesar dan nyeri perut bagian bawah sudah berobat ke Puskesmas dikatakan menderita tumor perut. Bagaimana penanganan ! 47. Terangkan penanganan anda pada wanita yang sudah 3 tahun menderita radang panggul kronis ! 48. Peranan laboratorium untuk diagnosis Ca cervix. Jelaskan dari sudut biologi molekuler, sitologi dan konvensional. Jelaskan 49. Cara pemberian kemoterapi pada : Ca endometrium, Ca ovarium dan PTG 50. Jelaskan aspek endokrin dari adenokarsinoma endometrium 51. Apa yang dimaksud dengan skrining dan case finding? 52. P0A0 42 tahun datang dengan menoragia dan anemia, mioma uteri kira-kira setara kehamilan 16 minggu. Data lain HIV (+). Bagaimana pendapat anda tentang kasus ini? 53. Apa yang dimaksud sindroma Klimakterium serta pengelolaannya 54. Amenorea dan pengelolaannya

Dr. Henry Sugiarto Nrp. 11950008051170

44

You might also like