You are on page 1of 15

EPIDEMIOLOGI & PENGENDALIAN PENYAKIT TUMBUHAN

EPIDEMIOLOGI Epidemi (epidemic) adalah meningkatnya penyakit dengan hebat pada waktu dan wilayah tertentu dalam satu populasi tumbuhan. Epidemi terjadi pada jangka waktu tertentu, jadi tidak selalu terjadi. Epidemi terjadi pada tempat, ruang, atau wilayah tertentu, jadi tidak merata. Suatu penyakit yang terdapat merata dan terus-menerus tidak dianggap sebagai penyakit epidemic, tetapi penyakit endemic. Suatu penyakit yang merata di seluruh benua atau dunia disebut pandemic. Tetapi jika penyakit hanya terdapat disana-sini dan tidak meningkat disebut sporadic. Suatu wabah dapat terbatas pada lingkup kecil tertentu (disebut outbreak, yaitu serangan penyakit), lingkup yang lebih luas ("epidemi") atau bahkan lingkup global (pandemi). Epidemi berasal dari kata Yunani, epi (=diatas, diantara) dan demos (=rakyat). Oleh karena itu di waktu yang lampau banyak ahli yang mengusulkan agar penyakit tumbuhan tidak disebut epidemic, tetapi epifitotik (epiphytotic), yang berarti di antara tumbuhan. Namun usul ini tidak mendapat perhatian sehingga sampai sekarang dalam ilmu penyakit tumbuhan tetap dipakai istilah epidemi sebagai kata benda dan epidemic sebagai kata sifat. Penyebaran pathogen Berkembangnya suatu pathogen sebagian ditentukan oleh banyaknya inoculum yang dibentuk, pembebasan inoculum dari tubuh buah atau substrat, ketahanan inoculumterhadap keadaan yang tidak baik, luas dan lamanya penyebaran, dan factor-faktor yang mempengaruhi perkecambahan inoculum dan infeksi. Patogen-patogen membentuk beberapa macam inokulum. Virus dan bakteri tidak membentuk inokulum tertentu. Butir-butir (partikel) virus dan bakteri individual merupakan inokulum sendiri. Jamur membentuk beberapa macam inokulum dengan bermacam-macam cara. Miselium yang tumbuh, miselium yang tahan (dormant mycelium) di dalam biji atau bagianbagian tumbuhan lainnya, berkas miselium atau rizomorf, dan sklerotium yang mempunyai bermacam-macam bentuk dan ukuran dapat berfungsi seperti spora, yaitu menularkan penyakit. Hanya bedanya miselium dan sklerotium tidak dapat disebarkan oleh angin, tetapi di lain pihak mempunyai ketahanan yang lebih tinggi terhadap keadaan yang tidak baik. Rhizomorf beberapa jenis jamur akar dapat tumbuh beberapa meter di dalam tanah dan mengadakan infeksi pada akar tumbuhan yang rentan, misalnya pada Armilariella mellea dan Rigidoporus microporus. Untuk penyebaran lokal rhizomorf lebih efektif daripada spora. Setelah mencapai akar tumbuhan yang rentan, mula-mula rizomorf tumbuh melekat di luar akar secara epifit. Agak jauh dari ujung rizomorf jamur membentuk miselium yang masuk (mengadakan infeksi) ke dalam kulit akar. Jika pertumbuhan epifit terhenti, misalnya karena fungisida, infeksi tidak dapat berkembang juga.

Kebanyakan jamur akar menular dengan perpindahan miselium dari akar yang sakit ke akar yang sehat setelah terjadi singgungan atau kontak antara akar-akar tersebut. Spora merupakan inokulum yang paling penting dari jamur-jamur. Ini disebabkan karena ukurannya yang kecil, jumlahnya yang sangat banyak, dan dapat dibentuk dalam ruang yang kecil dan banyak yang dapat disebarkan meluas dengan cepat oleh angin setelah terbentuk. Pada kebanyakan jamur pembebasan spora terjadi secara pasif, tetapi pada jamur tertentu pembebasan terjadi secara aktif. Spora jamur yang dibentuk di dalam jaringan tumbuhan inang hanya dapat bebas setelah hancurnya jaringan ini. Hal ini juga terjadi pada pembebasan bakteri. Pada jamur tertentu, perkembangan spora menimbulkan tekanan pada epidermis hingga pecah dan spora terlepas. Pada umumnya penyebaran patogen tumbuhan terjadi secara pasif. Memang beberapa jenis bakteri, zoospora jamur dan nematoda dapat berenang, tetapi ini hanya dapat dipakai untuk penyebaran dalam jarak yang sangat pendek. Agensia penyebaran patogen yang penting adalah angin, air, serangga, hewan-hewan lain, dan manusia. Diantaranya yang penting adalah angin, serangga dan manusia. Angin dapat mengangkut banyak spora dalam jarak yang jauh dan menyebarkannya pada suatu wilayah yang sangat luas. Bahkan angin yang sangat lemah pun sudah dapat mengangkut spora ke sekitarnya. Serangga merupakan agensia yang sangat penting bagi bermacam-macam virus. Manusia mengangkut penyebab penyakit dari tempat satu ke tempat yang lain, dari negara yang satu ke negara lain, bahkan dari benua yang satu ke benua yang lain, di dalam hasil pertanian yang diperdagangkan. 1. Penyebaran oleh angin Dewasa ini umumnya orang beranggapan bahwa penyebaran butir-butir bakteri dan virus oleh angin tidak memegang peranan yang penting. Meskipun demikian angin dapat menerbangkan daun dan menularkan penyakit bakteri pada kapas ( Xanthomonas campestris pv. malvacearum) sejauh mil atau lebih. Banyak jamur parasit yang penyebarannya terutama dilakukan oleh angin, karena jamur membentuk dan membebaskan spora ke udara dalam jumlah yang tidak terjitung, mempunyai ukuran yang kecil, ringan sekali, sehingga mudah diangkut oleh angin dalam jarak jauh. Beberapa contoh penyakit yang disebarkan atau ditularkan melalui udara dikenal dengan istilah penyakit tular udara (air borne) antara lain: Puccinia graminis tritici, penyebab penyakit karat pada gandum, Hemileia vastatrix, penyebab penyakit karat pada daun kopi, Peronosclerospora maydis, penyebab penyakit bulai pada jagung, dan Exobasidium vexans, penyakit cacar teh. 2. Penyebaran oleh air Air mempunyai arti yang kurang penting dalam penyebaran penyakit tumbuhan jika dibandingkan dengan angin. Selain itu penyebarannya hanya bersifat lokal.
2

Beberapa contoh patogen tanaman yang disebarkan oleh air antara lain, Xanthomonas campestris pv. campestris, penyebab penyakit busuk hitam pada kubis dan penyakit bercak daun bersudut (X. campestris pv. malvacearum) pada kapas, Phytopthora nicotianae var. nicotianae, penyebab penyakit lanas pada tembakau dan Phytopthora palmivora, penyebab penyakit busuk kaki hitam pada lada. 3. Penyebaran oleh serangga Serangga tidak hanya menyebarkan patogen tetapi beberapa patogen dapat membiak di dalam tubuh serangga, dan beberapa patogen dapat bertahan hidup dalam tubuh serangga selama tidak ada tumbuhan inang yang cocok. Jadi serangga dapat memegang peranan dalam penularan, penyebaran, pembiakan dan pertahanan patogen. Tetapi sebagai sgensia penyebar serangga hanya dapat menyebarkan patogen dalam jarak yang dekat saja. Serangga merupakan agensia paling penting dalam penyebaranv virus. Hanya terdapat sedikit penyakit virus yang tidak dapat ditularkan oleh serangga. Sebagian besar dari vektor yang dapat menularkan dan menyebarkan penyakit virus mempunyai alat mulut menghisap. Yang terpenting adalah kutu daun (aphididae) dan wereng (leafhopper). Beberapa macam Coccinelidae dan belalang yang mempunyai alat mulut menggigit dapat menularkan virus. Penyakit bakteri tertentu dapat disebarkan oleh serangga. Penyakit layu bakteri pada labulabuan antara lain pada melon, yang disebabkan oleh Erwinia tracheiphila, penyebarannta sama sekali tergantung dari kumbang ketimun (cucumber beetle). Bahkan bakteri dapat bertahan dalam usus kumbang. Jamur ada juga yang disebarkan oleh serangga. Sebagai contoh penyebaran Phoma sabdariffae, penyebab bercak daun pada rosella, oleh Podagrica javana. Infeksi Phoma biasanya terjadi di dekat kelenjar madu, karena Podagrica tertarik oleh kelenjar madu yang terdapat pada daun. Penyakit layu pada pohon Pinus Jepang (Japanese Red Pine), yang disebabkan oleh nematoda Bursaphelenchus sp. disebarkan oleh kumbang Monochamus sp. (kelompok kumbang berantena panjang long horn beetle). Penyakit layu pada pinus ini menyebabkan kerusakan yang luas pada hutan pinus di Jepang. 4. Penyebaran oleh manusia Penyebaran efektif yang paling jauh justru dilakukan oleh manusia sendiri. Aktivitas manusia secara langsung dalam transportasi tanaman-tanaman melalui gunung-gunung, samudera, maupun padang pasir pada jaman dulu berkontribusi besar dalam pengangkutan hama, penyakit dan biji-biji gulma yang merugikan. Dutch elm disease (Ophiostoma ulmi) terbawa dengan papan kayu dari Asia ke Eropa, lalu dari Eropa ke Amerika. Bersama-sama dengan jamur penyebab penyakit ini, ternyata vektor serangga yang menularkan penyakit ini, suatu kumbang kulit kayu, terbawa juga. Dengan demikian penyakit meluas dengan cepat di AS dan setiap tahun mematikan ratusan ribu pohon elm Amerika (Ulmus americana), sejenis pohon peteduh yang sangat disenangi.
3

Adanya transportasi bibit kentang dari Amerika Selatan, Pegunungan Andean ke Eropa menyebabkan tersebarnya nematoda Globodera rostochiensis dan G. pallida, penyebab penyakit layu pada tanaman kentang. Transportasi umbi kentang dari Eropa dan Australia ke Indonesia khususnya untuk pengembangan kentang di daerah dataran tinggi seperti Batu, Malang juga menjadi penyebab utama terbawanya Nematoda Sista Kuning (Globodera rostochiensis) hingga ke Indonesia. Meskipun introduksi tanaman kentang sudah lama dilakukan di Indonesia, namun baru tahun 2003, teridentifikasi bahwa jenis nematoda ini sudah diketahui berkembang di Indonesia. Daur Besar Penyakit Tumbuhan Jika masuk ke suatu daerah baru suatu penyakit dapat berkembang dengan cepat dan menjadi epidemi yang berat. Hal yang sama akan terjadi bila timbul ras atau strain patogen baru yang virulen. Bahkan adanya kultivar rentan yang ditanam secara luas dapat menyebabkan timbulnya epidemi. Tetapi jika jenis atau varietas tumbuhan itu tidak lalu binasa (musnah) karena epidemi ini, penyakit akan berkurang dan seterusnya menjadi penyakit epidemik. Keadaan yang terakhir ini kadang-kadang diganggu oleh adanya faktor-faktor yang membantu, yang dapat menyebabkan terjadinya epidemi. Faktor-faktor yang dapat membantu terjadi epidemi di suatu daerah antara lain cuaca, tumbuhan baru yang dimasukkan, terjadinya ras atau strain patogen yang lebih agresif atau cara bercocok tanam yang menyimpang. Rangkaian kejadian inilah yang disebut daur besar (grand cycle) suatu penyakit. Menurunnya epidemi tersebut dapat disebabkan oleh faktor-faktor berikut: a. Berkurangnya populasi tumbuhan yang rentan b. Terjadinya populasi tumbuhan yang tahan c. Adanya usaha pengendalian penyakit d. Pengendalian alamiah Terjadinya Epidemi Sesuai dengan segitiga penyakit (Disease Triangle), epidemi dapat terutama disebabkan oleh faktor patogen, tumbuhan dan lingkungan. 1. Epidemi yang disebabkan karena faktor patogen Terutama terjadi karena jamur yang memiliki spora sangat ringan dan mudah dipencarkan oleh angin pada jarak yang cukup jauh. Meskipun secara terbatas epidemi dapat disebabkan oleh patogen yang disebarkan oleh serangga yang aktif berpindah. Epidemi yang terjadi karena masuknya patogen dari daerah lain, dicontohkan dengan epidemi pada penyakit karat daun kopi (Hemileia vastatrix) dan cacar teh (Exobasidium vexans) di Indonesia, hawar daun kentang (Phytopthora infestans) di Irlandia, dan hawar kastanye (Endothia parasitica) di Amerika Serikat.
4

2. Epidemi yang disebabkan karena faktor tumbuhan Epidemi hanya terjadi jika terdapat tumbuhan rentan yang ditanam secara luas, lebihlebih jika secara monokultur. Ini dapat disebabkan karena perubahan cara bertanam (agronomi) atau karena dikembangkannya kultivar baru dengan ketahanan vertikal sebagai hasil pemuliaan tanaman. Banyak penyakit tumbuhan yang tidak menyebabkan kerugian yang berarti pada pertanaman campuran, seperti yang terdapat di tempat-tempat yang usaha taninya belum intensif. Tetapi penyakit ini akan merugikan jika satu jenis tumbuhan yang rentan ditanam sendiri secara monokultur pada daerah yang luas. Misalnya di dalam hutan penyakit akar jarang mengakibatkan kerugiaan yang berarti, berbeda dengan di kebun-kebun karet, teh ataupun perkebunan yang lain. Hawar daun karet Amerika Selatan (Microcyclus ulei) telah lama terdapat dan tidak merugikan pada karet yang tumbuh dalam hutan-hutan di Brazilia. Tetapi penyakit ini menjadi sedemikian merusak setelah di sana karet ditanam secara monokultur sebagai karet perkebunan. Penyakit cacar daun cengkeh (Phyllostica syzygii) berkembang secara epidemik di Indonesia setelah adanya perluasan penanaman cengkeh dalam rangka swasembada cengkeh. Kultivar baru dengan ketahanan vertikal (monogenik) sering mempunyai derajat ketahanan yang tinggi. Kultivar tahan ini akan mudah diterima oleh para petani, sehingga menjadi hamparan yang luas. Ini menyebabkan binasanya banyak ras patogen yang kurang virulen, sehingga patogen yang tertinggal hanya yang mempunyai virulensi tinggi. Ras ini akan membiak, sehingga populasi patogen terutama terdiri atas ras yang kuat ini. Dikatakan bahwa kultivar yang tahan tadi dapat menyaring ras-ras yang lemah atau memberikan tekanan seleksi kepada patogen, yang akan mempercepat terbentuknya ras baru dan menyebabkan apa yang disebut sebagai boom and burst cycle yang sering disebut juga boom and bust cycle.

Boom
Pertambahan areal

Burst
Munculnya virulensi baru

Virulensi tersebar luas Kultivar tahan baru

Gambar 1. Boom and burst cycle sebagai akibat pemuliaan dengan ketahanan vertikal

3. Epidemi yang disebabkan karena faktor cuaca Setelah cacar teh masuk di Indonesia pada tahun 1949, setiap terjadi kenaikan kelembaban kebun dalam jangka waktu yang cukup panjang, penyakit cacar akan berkembang epidemik, khususnya di kebun-kebun di atas 900 m dari permukaan laut. Di belakang diuraikan bahwa epidemi cacar teh dipengaruhi oleh kelembaban dan sinar matahari. Demikian pula halnya dengan hawar daun kentang. Epidemi akan berhenti jika kelembanan udara turun. Pada penyakit karat daun kopi epidemi terjadi di musim hujan, karena penyebaran urediospora terutama dibantu oleh percikan air hujan, sedangkan perkecambahannya dibantu oleh kelembaban udara.

Ramalan Mengenai Datangnya Epidemi Jika datangnya epidemi dapat diramalkan dengan jangka waktu yang cukup untuk melakukan usaha pencegahan, kerugian-kerugian besar akan dapat dihindarkan. Tetapi karena kebanyakan epidemi itu terutama ditentukan oleh faktor-faktor cuaca yang sukar diramalkan, hanya sedikit penyakit yang sudah dapat diramalkan epideminya. Sebelum memulai menyusun sistem peramalan, terlebih dahulu faktor-faktor yang membantu perkembangan penyakit perlu diketahui. Selain pengamatan faktor-faktor cuaca seperti kelembaban udara dan penyinaran sinar matahar, sering diperlukan pengamatan biologis seperti kerapatan spora patogen di udara dan populasi vektor serangga. Makin lengkap data yang tersedia mengenai hubungan antara intensitas penyakit dengan bermacam6

macam faktor tersebut, cara peramalan akan semakin tepat. Praktek peramalan sangat tergantung dari hasil-hasil penelitian epidemiologi, meskipun penelitian epidemiologi tidak selalu menghasilkan sistem peramalan. Seringkali peramalan disebut sebagai epidemiologi terapan (applied epidemiology). Untuk menyusun cara peramalan perlu diketahui stadium mana dari daur penyakit yang memegang peranan penting bagi penyakit selanjutnya, dan keadaan luar bagaimana yang sangat mempengaruhi stadium ini. Selain adanya 3 faktor utama penyebab epidemi (patogen, tumbuhan dan lingkungan seperti cuaca), epidemi juga dipengaruhi oleh faktor waktu. Gabungan dari faktor patogen, tumbuhan inangm cuaca dan waktu ini (limas penyakit) dapat membentuk bermacam-macam kombinasi, meskipun tidak semuanya penting. Untuk beberapa macam penyakit satu tingkatan yang terjadi pada waktu tertentu dapat menentukan beratnya penyakit untuk seluruh musim. Agar dapat disusun cara peramalan yang bermanfaat, beberapa syarat berikut diperlukan. a) Tumbuhan merupakan tanaman yang penting, misalnya tanaman pangan, atau tanaman lain yang memiliki arti penting. b) Penyakit dapat menimbulkan kerugian besar, tetapi hanya pada keadaan-keadaan tertentu. Kalau pengendalian dilakukan terus-menerus akan membuang biaya, tetapi jika dilalaikan dapat berbahaya. c) Perlu terdapat cukup keterangan, baik hasil pengamatan maupun penelitian, mengenai pengaruh berbagai faktor lingkungan terhadap perkembangan penyakit. d) Para penanam cukup siap dan mengerti e) Untuk penyakit yang bersangkutan telah tersedia cara pengendalian yang tepat. f) Terdapat jarak (tenggang waktu) yang cukup panjang antara diumumkannya hasil peramalan dengan timbulnya epidemi penyakit. Di Indonesia hanya penyakit cacar (Exobasidium vexans) pada teh yang sudah disusun beberapa cara untuk peramalan epideminya, sehingga para pekebun dapat meningkatkan efektivitas pemakaian fungisida untuk mencegahnya. Setelah mengumpulkan data mengenai hubungan intensitas cacar dengan cuaca selama beberapa tahun, pada tahun 1953 Huysmans menyusun rumus yang didasarkan atas hubungan antara intensitas cacar dengan kelembaban udara di waktu siang hari untuk perkebunan teh di Sumatera Utara. Berdasarkan rumus ini ditentukan batas kritis, kapan pekebun harus melakukan penyerbukan atau penyemprotan fungisida. Tetapi karena sulitnya pengamatan kelembaban udara di kebun teh yang topografinya tidak rata, Homburg (1955), van der Knapp (1955) dan de Weille (1959) menyusun cara peramalan yang didasarkan atas lamanya penyinaran matahari. Sedangkan

Wolthuis (1970) menyusun cara peramalan yang didasarkan atas pengamatan pada perkecambahan spora cacar di lapangan. Rumus Epidemiologi Dari satu tumbuhan sakit patogen dapat memencar ke tumbuhan rentan di sekitarnya. Pada penyakit bawaan tanah (soil borne), jamur akar merah pada teh (Ganoderma pseudoferreum) misalnya, penyakit akan meluas dan membentuk rumpang seperti lingkaran. Hanya perdu teh yang baru terjangkit-yang terdapat di tepi rumpang- yang menjadi sumber infeksi. Perdu sakit yang berada di tengah rumpang tidak lagi berperan sebagai sumber patogen. Penyakit sperti ini meluas dengan lambat dan disebut penyakit berbunga sederhana ( simple interest disease). Pada penyakit yang disebarkan oleh spora lewat udara, seperti hawar daun pada kentang, tanaman sakit yang lama maupun yang baru menyebarkan spora ke sekeliling. Tanaman yang sakit bertambah dengan cepat. Penyakit seperti ini disebut penyakit berbunga majemuk (compound interest disease). Pada penyakit berbunga sederhana jumlah tanaman sakit, xt, setelah jangka waktu t, adalah sama dengan jumlah tanaman sakit mula-mula, x0, ditambah dengan laju infeksi, r, kali x0, dikalikan dengan t. xt=x0+x0rt xt=x0(1+rt) sedangkan untuk penyakit berbunga majemuk (bila t cukup besar) xt=x0.ert xtbanyaknya tanaman sakit setelah jangka waktu t x0 banyaknya tanaman sakit per satuan waktu t e bilangan alam (2,7182) r laju infeksi, tambahan tanaman sakit per satuan waktu t jangka waktu berlangsungnya epidemi

PENGENDALIAN PENYAKIT TUMBUHAN Pengendalian Hama Pengendalian hama adalah pengaturan makhluk-makhluk atau organisme pengganggu yang disebut hama karena dianggap mengganggu kesehatan manusia, ekologi, atau ekonomi. Pada tanaman perkebunan sering dijumpai berbagai jenis serangga. Tidak semua jenis serangga tersebut berstatus hama. Beberapa jenis di antaranya justru merupakan serangga berguna, misalnya penyerbuk dan musuh alami (parasitoid dan predator).Di antara seranggaserangga hama, ada yang dikelompokkan sebagai hama utama karena memiliki potensi biotik
8

(daya reproduksi, daya makan atau daya rusak, dan daya adaptasi) yang tinggi. Hama tersebut selalu mengakibatkan kehilangan hasil panen yang relatif tinggi sepanjang tahun, bahkan sering dilaporkan mengalami eksplosi, apabila kondisi lingkungan mendukung. Untuk mengendalikannya, petani pada umumnya menggunakan pestisida (kimiawi) yang diaplikasikan secara terjadual dengan frekuensi tinggi, tanpa memperhatikan keadaan populasi di lapang. Penggunaan insektisida menjadi berlebihan sehingga seringkali tidak mengenai sasaran, bahkan dapat menimbulkan dampak negatif baik terhadap pendapatan petani, maupun lingkungan, seperti musnahnya serangga berguna dan munculnya gejala resurgensi dan resistensi hama. Cara tersebut dilakukan karena belum tersedia cara pengendalian lain yang efektif dan tidak berdampak negatif di tingkat petani. Mengingat dampak negatif penggunaan pestisida, pemerintah telah mengeluarkan kebijaksanaan tentang sistem Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Pelaksanaannya dengan menciptakan dan menerapkan teknologi pengendalian hama yang berwawasan lingkungan, antara lain dengan memanfaatkan musuh alami. Pengendalian hama terpadu didefinisikan sebagai cara pendekatan atau cara berfikir tentang pengendalian organisme pengganggu tumbuhan (OPT) yang didasarkan pada pertimbangan ekologi dan efisiensi ekonomi dalam rangka pengelolaan agroekosistem yang berwawasan lingkungan berkelanjutan. Dengan pengertian ini, konsepsi PHT telah sejalan dengan paradigma pembangunan agribisnis. Konsep PHT muncul dan berkembang sebagai koreksi terhadap kebijakan pengendalian hama secara konvensional yang menekankan penggunaan pestisida. Penggunaan pestisida dalam kerangka penerapan PHT secara konvensional ini menimbulkan dampak negatif yang merugikan baik ekonomi, kesehatan, maupun lingkungan sebagai akibat penggunaan yang tidak tepat dan berlebihan. Pelaksanaan program pengendalian hama terpadu (Integreted Pest Management) merupakan langkah yang sangat strategis dalam kerangka tuntutan masyarakat dunia terhadap berbagai produk yang aman dikonsumsi, menjaga kelestarian lingkungan, serta pengelolaan sumberdaya alam yang berkelanjutan yang memberikan manfaat antar waktu dan antar generasi. Salah satu pertimbangan dasar, pentingnya melakukan introduksi teknologi PHT, adalah adanya pergeseran strategi pembangunan dari pendekatan pertumbuhan, top down, dan bersifat jangka pendek (pola pembangunan konvensional) ke arah pendekatan pembangunan pemerataan, partisipatif, jangka panjang dan berkelanjutan yang disebut pola pembangunan berkelanjutan. Peran PHT dalam ekosistem pertanian Pengendalian Hama Terpadu dalam bidang pertanian dapat menjaga keragaman organisme pengganggu tanaman tanpa memusnahkan organisme pengganggu tanaman semuanya. Pengendalian hama terpadu berbeda dengan pengendalian hama secara konvensional yang saat ini masih banyak dipraktekkan. Dalam PHT, tujuan utama bukanlah pemusnahan, pembasmian atau pemberantasan hama. Melainkan berupa pengendalian populasi hama agar tetap berada di bawah aras yang tidak mengakibatkan kerugian secara ekonomi. Strategi PHT bukanlah eradikasi, melainkan pembatasan (containment). Program PHT mengakui bahwa ada suatu jenjang toleransi manusia terhadap populasi hama, atau terhadap kerusakan yang disebabkan oleh hama. Dalam keadaan tertentu, adanya invidu serangga atau binatang kemungkinan
9

berguna bagi manusia. Pandangan yang menyatakan bahwa setiap individu yang ada di lapangan harus diberantas, tidak sesuai dengan prinsip PHT. Pengendalian hama dengan PHT disebut pengendalian secara multilateral, yaitu menggunakan semua metode atau teknik pengendalian yang dikenal. PHT tidak bergantung pada satu cara pengendalian tertentu, seperti memfokuskan penggunaan pestisida saja, atau penanaman varietas tahan hama saja. Melainkan semua teknik pengendalian sedapat mungkin dikombinasikan secara terpadu, dalam suatu sistem kesatuan pengelolaan. Disamping sifat dasar yang telah dikemukakan, PHT harus dapat dipertanggungjawabkan secara ekologi. Dan penerapannya tidak menimbulkan kerusakan lingkungan yang merugikan bagi mahluk berguna, hewan, dan manusia, baik sekarang maupun pada masa yang akan datang. Ada 4 (empat) prinsip penerapan PHT, yaitu : (1) budidaya tanaman sehat, (2) pelestarian dan pendayagunaan musuh alami, (3) pengamatan mingguan secara teratur, dan (4) petani berkemampuan melaksanakan dan ahli PHT. Budidaya tanaman sehatmerupakan prinsip penting penerapan PHT dengan menggunakan paket teknologi produksi dan praktek agronomis, untuk mewujudkan tanaman sehat. Pelestarian musuh alamimelalui pengelolaan dan pelestarian faktor biotik (pengendali alami) dan abiotik (iklim dan cuaca) agar mampu berperan secara maksimal dalam pengendalian populasi dan penekanan tingkat serangan OPT. Pemantauan ekosistem secara teratur yaitu pemantauan hasil interaksi faktor biotik dan abiotik dan menimbulkan serangan OPT. Kegiatan pemantauan merupakan kegiatan penting yang mendasari pengambilan keputusan pengendalian. Petani sebagai ahli PHTmerupakan tujuan penerapan agar petani memiliki kemampuan dan kemauan untuk menetapkan tindakan pengendalian sesuai prinsip PHT dan berdasarkan hasil pengamatan. Upaya untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan petani adalah latihan dan pemberdayaan petani. (PHT) menggabungkan berbagai macam pengendalian hama, untuk: Mencegah kemungkinan terjadinya permasalahan hama. Mengurangi jumlah permasalahan hama jika sudah terjadi. Menggunakan pengendalian alami untuk mengatasi permasalahan yang sudah terjadi.

Setiap bagian dalam lingkungan berkaitan erat dengan setiap bagian lainnya, termasuk manusia. Apa yang terjadi pada satu bagian dari sistem atau lingkungan AKAN mempengaruhi bagian-bagian lainnya dari sistem atau lingkungan tersebut. Ini adalah filosofi yang penting dalam PHT dan masa depan yang berkelanjutan. Jadi, untuk berhasilnya PHT kita haruslah memahami bagaimana setiap bagian dalam sistem bekerja dan bagaimana mereka saling bekerjasama.
10

(Misalnya, tanah, serangga, tanaman dan pepohonan, burung, binatang, air, manusia, teknologi). Sistem PHT akan membantu untuk: Mengurangi penggunaan sumber daya dan produk yang mahal, karena lahan akan merawat dirinya sendiri secara terus-menerus, serta sumber daya yang dibutuhkan lebih banyak berasal dari sumber daya local. Memperbaiki kualitas tanah, tumbuhan dan lingkungan. Meningkatkan produksi dari tanah secara keseluruhan.

Meningkatkan keanekaragaman dan daya tahan terhadap hama, penyakit dan cuaca ekstrim. Meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat sekitarnya.

Pengendalian Hama Terpadu dapat diterapkan di kebun rumah skala kecil, kebun untuk pasar, hingga lahan pertanian skala besar seperti padi, tanaman buah-buahan dan juga untuk keseluruhan sistem. Untuk menjadi sehat dan kuat, tanaman membutuhkan kondisi yang baik untuk tumbuh, yang meliputi: Tanah yang subur. Air yang cukup. Sinar matahari yang cukup.

Jenis tanaman yang satu dengan yang lainnya membutuhkan kondisi yang berbeda-beda. Beberapa jenis tanaman menyukai tanah yang sangat kering, beberapa menyukai tanah yang lembab, beberapa menyukai tempat yang teduh, beberapa menyukai sinar matahari yang berlebihan dll. 4 Prinsip dalam Pengendalian Penyakit 1. Eksklusi Menjaga atau mencegah jangan sampai suatu penyakit masuk ke daerah kita 2. Proteksi Melindungi tanaman dari serangan pathogen 3. Eradikasi Mengendalikan penyakit didaerah pertanaman 4. Imunisasi Memberikan kekebalan tanaman terhadap serangan penyebab penyakit (pathogen)

11

Eksklusi dapat dilakukan dengan cara-cara : 1. Melarang masuknya bahan tanaman yang mungkin mengandung penyakit 2. 3. Pemeriksaan bahan-bahan tanaman dan sertifikasi bahan tanaman Karantina

Proteksi dapat dilakukan dengan cara-cara : 1. 2. 3. 4. Kultur teknis Mekanis Fisik Kimia

PENGENDALIAN SECARA KULTUR TEKNIS 1. Sanitasi 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Pengolahan Tanah Pengelolaan air Rotasi Tanaman Tanam Serempak Pengaturan jarak tanam Tumpang sari Menanam varietas unggul

12

PENGENDALIAN SECARA MEKANIS 1. Pengambilan dengan tangan

PENGENDALIAN SECARA FISIK 1. Perlakuan Panas (Hot Treatment) 2. Penggunaan air sabun. 2. Penggunaan Penghalang (Barrier)

Eradikasi dapat dilakukan dengan cara-cara : 1. 2. 3. Eradikasi sebagian Eradikasi total Eradikasi super total

Imunisasi Dilakukan dengan cara meningkatkan ketahanan tanaman terhadap serangan patogen.

LANGKAH-LANGKAH PROGRAM PENGENDALIAN TERPADU 1. Pencegahan 2. Monitoring (pemantauan) 3. Penentuan ambang (ekonomi / tindakan) 4. Pengendalian 5. Evaluasi
13

Beberapa agensia pengendali hayati patogen tanaman Mikrooragnisme Negara registrasi Target patogen

14

Bakteri Agrobacterium radiobacter Bacillus subtilis Pseudomonas fluorescens Pseudomonas fluorescens Fungi Peniophora gigantea Pythium oligandrum Trichoderma harzianum Trichoderma viride Trichoderma sp. Fusarium oxysporum

USA, Australia, NZ USA Australia USA UK USSR Israel Europe USSR Japan

Crown gall Groath enhancement Bacterial blotch Seedling diseases Fomes annosus Pythium sp. Damping off Timber pathogens Root diseases Fusarium oxysporum

15

You might also like