You are on page 1of 17

LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM PENGANTAR TEKNIK KIMIA MODUL 10 PEMBUATAN YODOFORM

Nama NRP Nama Partner NRP Shift Kelompok Tanggal Praktikum

: Aziza Rochima : 6208091 : Christine Saputra : 6208029 : Siang :5 : 09 April 2010

Tanggal Penyerahan : 12 April 2010 Nama Asisten : Inge

JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN BANDUNG 2010

BAB I TUJUAN PERCOBAAN


1. Cara kerja dan teknik-teknik kristalisasi zat padat organik. 2. Memahami reaksi haloform. 3. Mengetahui kegunaan reaksi haloform untuk pembuatan haloform dan asam karboksilat dan menunjukkan adanya gugus CH3CO dan CH3CHOH.

BAB II HASIL PERCOBAAN


1) Kristalisasi Massa Kristal yodoform % Hasil Kristal yodoform 2) Rekristalisasi a) Massa Kristal yodoform % Hasil Kristal yodoform b) Massa pengotor % Hasil Kristal pengotor = 0.841 gram = 81.9688 % = 0.096 gram = 9.3567 % = 1.026 gram = 17.1 %

3) Perbandingan Massa Yodoform Hasil Kristalisasi a) Dari perhitungan b) Dari percobaan 4) Penentuan Titik Leleh Titik leleh yodoform (percobaan) = 122 C Titik leleh yodoform (reference) = 120 C % kesalahan = 1.667 %
o o

= 0.937 gram = 1.026 gram

5) Pengujian yodoform Isopropil alcohol Asetofenon Etil asetoasetat : terbentuk yodoform : terbentuk yodoform : tidak terbentuk yodoform

BAB III PEMBAHASAN


1. Pembuatan Yodoform Pada percobaan pembuatan yodoform, langkah awal yang harus dilakukan ialah menimbang KI padat sebanyak 6 gram. KI padat berbentuk serbuk berwarna putih. Setelah ditimbang, KI padat dilarutkan dengan 100 ml akuadest. Setelah itu, larutan KI yang berwarna bening tersebut dimasukkan ke erlenmeyer. Kemudian, 2 ml aseton ditambahkan ke dalam larutan KI tersebut. Setelah ditambahkan 2 ml aseton, larutan KI tetap berwarna bening dan tidak terjadi perubahan. Penambahan aseton membuat reaksi haloform dapat terjadi sehingga yodoform dapat terbentuk. Selain itu, penambahan aseton juga bertujuan untuk mempercepat proses penguapan selama proses pengeringan kristal di dalam oven. Hal ini disebabkan karena aseton mudah menguap. Selain itu penambahan aseton juga berfungsi untuk membentuk reaksi antara aseton dan natrium hipoklorit yang kemudian akan menghasilkan kristal yodoform yang berwarna kuning pucat. Setelah ditambahkan aseton, larutan juga diberi penambahan larutan Natrium hipoklorit (NaOCl) 5 %. Pada saat NaOCl 5 % diteteskan ke dalam larutan, NaOCl 5 % yang semula berwarna bening berubah menjadi kuning keruh. Penambahan NaOCl dilakukan terus menerus sampai ketika diteteskan ke dalam larutan, warna kuning keruh dari tetesan NaOCl 5 % tidak muncul lagi. Setelah ditambahkan NaOCl 5 %, larutan yang semula berwarna bening berubah warna menjadi kuning keruh dan terdapat terdapat endapan. Hal ini menandakan bahwa yodoform telah terbentuk. Fungsi penambahan NaOCl 5 % adalah sebagai reagen pengendap yang dapat membentuk Kristal yodoform yang terpisah dari larutannya. Selain itu, NaOCl juga berfungsi untuk memproduksi I2 melalui oksidasi iodida dari KI. Penambahan NaOCl ke dalam larutan harus dilakukan di ruang asam karena NaOCl memiliki bau yang menyengat dan tidak enak, cukup berbahaya dan tidak baik bagi kesehatan, serta suasana asam merupakan desinfektan sehingga pada saat penambahan NaOCl 5 % larutan tidak terkontaminasi. Selain itu, penambahan NaOCl 5 % dilakukan tetes demi tetes dengan tujuan agar Kristal yodoform yang terbentuk cukup besar sehingga mempermudah proses penyaringan. Bila saat ditetesi NaOCl 5 %, warna kuning keruh pada tetesan NaOCl 5 % tidak muncul lagi, berarti seluruh yodoform telah terbentuk sehingga pembentukan yoform berhenti. Setelah ditambahkan NaOCl 5 %, larutan didiamkan selama 10 menit supaya Kristal yodoform yang terbentuk mengendap di dasar labu dan terpisah dari larutannya sehingga lebih mudah untuk disaring. 2. Kristalisasi Yodoform Setelah didiamkan selama 10 menit, larutan kemudian disaring menggunakan corong Buchner. Corong Buchner terbuat dari porselin dan pada bagian atasnya terdapat silinder yang bagian dasarnya berpori-pori. Pada proses kristalisasi yodoform, digunakan kertas saring whatman 42 yang mana mempunyai pori-pori 2,5 m. Corong buchner yang digunakan pada percobaan ini berfungsi untuk memisahkan padatan dari larutannya secara cepat. Padatan akan tertahan pada kertas saring sementara larutan akan turun ke dalam labi. Prinsip kerja corong

buchner adalah berdasarkan perbedaan tekanan di luar labu. Hal ini dikarenakan tekanan di dalam labu dibuat vakum dengan cara menghubungkannya dengan water jet ejector. Untuk menyaring Kristal yodoform menggunakan corong buchner, langkah pertama yang harus dilakukan ialah menimbang kertas saring whatman 42 yang akan digunakan. Setelah itu, kertas saring dipasang di bagian atas corong buchner yang berporo-pori. Namun, sebelum dipasang, ukuran kertas saring tersebut harus disesuaikan dengan ukuran corong terlebih dahulu. Kertas saring harus melekat dengan baik pada dinding corong buchner agar pada saat penyaringan, padatan dapat tersaring dengan sempurna. Agar kertas saring melekat dengan baik, bagian atas corong dibasahi dengan air terlebih dahulu lalu kertas saring dipasang. Setelah corong buchner diberi kertas saring, corong buchner dihubungkan dengan labu isap yang kemudian dihubungkan dengan water jet ejector. Untuk membuat tekanan dalam labu isap menjadi vakum, water jet ejector dihubungkan ke keran air kemudian keran tersebut dinyalakan sehingga labu isap menjadi vakum. Setelah rangkaian alat siap, proses penyaringan dapat dimulai. Penyaringan dilakukan dengan cara menuangkan larutan yang mengandung Kristal yodoform secara perlahanlahan ke dalam corong. Saat menuangkan larutan, posisinya harus tegak lurus dengan batang pengaduk yang bertujuan agar larutan yang jatuh tidak tersebar sehingga mempermudah dalam penyaringan Kristal yodoform. Apabila seluruh padatan telah tersaring, keran air dimatikan dan corong buchner dilepaskan dari labu isap. Kemudian kertas saring yang telah terdapat Kristal yodoformnya dipindahkan ke cawan penguapan. Rangkaian alat untuk proses penyaringan dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Setelah dipindahlan ke dalam cawan penguapan, Kristal yodoform dikeringkan dalam oven dengan suhu 90 C. Tujuan Kristal yodoform dekeringkan dalam oven ialah untuk mengurangi kadar air yang masih terkandung dalam kristal yodoform. Penggunaan suhu 90 C bertujuan untuk mengeringkan kristal yodoform dengan cepat pada suhu tinggi. Namun, suhu untuk pengeringan tidak boleh terlalu tinggi atau melebihi titik leleh yodoform yaitu 120 C. Apabila suhu pengeringan terlalu tinggi dan melebihi titik leleh, kristal yodoform dapat meleleh. Setelah selesai dikeringkan, cawan penguapan diambil dari oven kemudian kertas saring berisi kristal yodoform kuning
o o o

ditimbang. Berdasarkan hasil penimbangan tersebut dapat diketahui massa yodoform yang terbentuk dan % hasil kristal yodoform. Pada percobaan ini, massa yodoform ialah 17,1%. Hasil kristal yodoform yang diperoleh dari proses kristalisasi belum tentu mempunyai kemurnian yang tinggi karena kristal yodoform masih bercampur dengan zat-zat pengotor. Oleh sebab itu, dilakukan rekristalisasi pada kristal yodoform hasil kristalisasi. 3. Rekristalisasi Yodoform Proses rekristalisasi yodoform bertujuan untuk memperoleh kristal yodoform yang lebih murni dengan cara melarutkan kristal dalam pelarut yang sesuai, kemudian larutan disaring untuk memisahkan pengotor dari larutan dan padatan dievaporasi kembali sehingga diperoleh kristal yang telah murni. Pada percobaan rekristalisasi yodoform, langkah awal yang dilakukan ialah memindahkan kristal yodoform pada kertas saring ke dalam labu bundar dengan bantuan spatula. Seluruh kristal yodoform dipindahkan ke labu bundar. Setelah kristal yodoform dipindahkan ke labu bundar, 10 ml etanol 95% ditambahkan ke dalam labu. Setelah ditambahkan etanol, kristal yodoform mulai larut dan terbentuk larutan berwarna kuning yang berbau khas, yakni berbau alcohol. Tujuan penambahan etanol yakni untuk melarutkan kristal yodoform, kristal yodoform hanya dapat larut dalam pelarut organik seperti etanol. Setelah ditambahkan etanol 95%, labu dihubungkan dengan kondensor Alihin(bola). Kondensor dipasang pada statif. Labu yang telah dihubungkan dengan kondensor diletakkan di atas pemanas berupa kompor listrik. Jadi, di atas kompor listrik diletakkan panci berisi air terlebih dahulu kemudian labu diletakkan di dalam panci yang berisi air tersebut. Pada kondensor dipasang 2 buah selang, selang bagian bawah berfungsi untuk mengalirkan air dari keran sedangkan selang bagian atas berfungsi untuk mengalirkan air keluar. Dengan demikian, air mengalir dari bagian bawah ke bagian atas. Aliran air harus berlawanan dengan aliran pelarut. Hal ini dikarenakan pelarut dialirkan dari atas ke bawah maka air dialirkan dari bawah ke atas. Tujuan penggunaan kondensor ialah untuk menghemat penggunaan pelarut etanol. Etanol merupakan bahan yang mudah menguap. Maka dengan adanya kondensor, uap etanol yang naik akan terkondensasi dan dapat kembali turun ke dalam labu. Rangkaian alat untuk proses rekristalisasi dapat dilihat pada gambar dibawah.

Setelah rangkain alat siap, pemanasan dapat dilakukan. Selama proses pemanasan, pelarut yaitu etanol ditambahkan perlahan-lahan dari atas kondensor hingga seluruh kristal yodoform larut. Proses pemanasan dilakukan dengan tujuan membantu mempercepat larutnya kristal yodoform.

Setelah itu, proses pemanasan dihentikan dan labu diangkat. Kemudian, larutan disaring dalam keadaan panas menggunakan corong buchner dan kertas saring whatman 41 yang telah ditimbang massanya terlebih dahulu. Hasil penyaringan ini adalah zat-zat pengotor yang berwarna kuning kehitaman, Kertas saring yang berisi zat pengotor diletakkan dalam cawan penguapan dan dikeringkan dalam oven. Sedangkan, larutan hasil penyaringan didiamkan hingga dingin. Setelah dikeringkan, kertas saring yang terdapat zat pengotor ditimbang sehingga massa pengotor dapat dihitung. Sementara itu, larutan yang sudah didinginkan, disaring kembali menggunakan corong buncher dan kertas saring whatman 41 yang sudah ditimbang terlebih dahulu. Dalam percobaan ini, proses penyaringan dilakukan sebanyak 3 kali. Pada penyaringan pertama, tidak semua kristal yodoform tersaring sehingga filtrat disaring kembali hingga seluruh kristal yodoform tersaring. Pada penyaringan ke tiga filtrat yang dihasilkan sudah tidak berwarna kuning lagi akan tetapi telah bening. Hal ini menandakan bahwa seluruh kristal yodoform yang terdapat di kertas saring diletakkan pada cawan penguapan dan dikeringkan pada suhu 90 C. Setelah dikeringkan kristal yodoform yang berwarna kuning terbentuk. Setelah itu, kertas saring yang berisi kristal yodoform tersebut ditimbang sehingga massa yodoform yang terbentuk dan % hasil kristal yodoform dapat diketahui. Pada percobaan rekristalisasi yodoform diperoleh massa yodoform yang terbentuk ialah 0.841 gram dan % hasil kristal yodoform adalah 81.9688%. Persen hasil yang diperoleh dari percobaan ini sudah cukup baik karena % hasil telah melebihi 50%. Persen hasil yang baik adalah telah melebihi dari 50% karena hal ini mengartikan bahwa minimal setengahnya atau lebih dapat membentuk yodoform. Berdasarkan hasil percobaan ini juga dilakukan perbandingan massa yodoform hasil kristalisasi yang diperoleh melalui perhitungan dan percobaan. Melalui perhitungan, massa yodoform hasil kristalisasi dapat diketahui dengan menjumlahkan massa yodoform hasil rekristalisasi dengan massa pengotornya. Pada percobaan, massa pengotor yang diperoleh adalah 0.096 gram dan massa yodoform hasil rekristalisasi adalah 0.841 gram. Dengan demikian massa yodoform hasil kristalisasi yang diperoleh melalui perhitungan ialah 0.937 gram. Sedangkan melalui percobaan, massa yodoform hasil kristalisasi yang diperoleh adalah 1.026 gram. Seharusnya hasil yang diperoleh di perhitungan dan percobaan sama. Perbedaan yang menyebabkan hasil yang diperoleh itu tidak sesuai yakni: 1. Proses penyaringan yang kurnag sempurna. 2. Tidak semua kristal yodoform terlarut di dalam etanol karena masih terdapatnya kristal yodoform yang tidak dapat dipindahkan dari kertas saring pada saat percobaan rekristalisasi. 3. Proses dalam penimbangan yang kurang tepat. Pada percobaan kristalisasi yodoform, % hasil yang diperoleh termasuk kecil yakni 17.1%. Hasil ini sebenarnya tidak terlalu baik dikarenakan masih kurang dari 50%. Beberapa hal yang dapat menyebabkan hal ini antara lain: 1. Penambahan NaOCl telah dihentikan di saat belum semua kristal yodoform terbentuk. 2. Penyaringan yang dilakukan tidak terlalu sempurna. 3. Penimbangan yang kurang teliti.
o

Pada percobaan rekristalisasi, % hasil yang diperoleh cukup besar yakni 81.9688%. Persen hasil ini sudah cukup baik karena sudah melebihi dari 50%. Perolehan % hasil yang cukup besar pada saat rekristalisasi desebabkan karena pada saat perhitungan % hasil, massa kristal yodoform hasil rekristalisasi dibagi dengan massa kristal yodoform hasil kristalisasi bukan massa dari KI awal. 4. Penentuan Titik Leleh Pada percobaan penentuan titik leleh yodoform digunakan alat untuk menentukan titik leleh suatu zat yaitu thiele. Thiele mempunyai 3 lubang yakni lubang kecil untuk meletakkan pipa kapiler, lubang besar untuk meletakkan termometer, dan lubang untuk mengamati perubahan pada saat pelelehan. Pada percobaan penentuan titik leleh, kristal yodoform hasil rekristalisasi dimasukkan sedikit demi sedikit ke dalam pipa kapiler. Kemudian, pipa kapiler tersebut dimasukkan ke dalam lubang kecil pada thiele. Setelah itu, termometer juga dimasukkan ke dalam lubang besar pada thiele. Kemudian, Bunsen dinyalakan. Untuk menyalakan bunsen, gas dinyalakan terlebih dahulu. Kemudian katup aliran gas diputar perlahan-lahan juga dan diatur agar api tidak terlalu besar dan berwarna biru. Apabila bunsen telah dinyalakan, thiele diletakkan pada statif dan ditempatkan di atas bunsen. Ketika kristal yodoform mulai meleleh pertama kali, suhu dicatat sebagai titik leleh awal. Kemudian setelah seluruh kristal yodoform tersebut meleleh, suhu dicatat sebagai titik leleh akhir. Kemudian, titik leleh yodoform dapat ditentukan. Dari hasil percobaan diperoleh titik leleh yodoform yakni 122 C sedangkan berdasarkan literature titik leleh yodoform yakni 120 C. Perbedaan hasil yang diperoleh ini disebabkan karena kurangnya yodoform yang dimasukkan ke pipa kapiler sehingga perubahan saat meleleh tidak terlalu jelas. 5. Pengujian Yodoform Dalam percobaan pengujian yodoform, larutan yang diuji adalah isopropyl alkohol, asetofenon dan etil asetoasetat. Langkah awal pada percobaan ini ialah memasukkan 4-5 tetes larutan isopropyl alkohol, asetofenon dan etil asetoasetat masing- masing ke dalam tabung reaksi besar. Ketiga larutan tersebut berwarna awal bening. Kemudian, ke dalam masing-masing tabung reaksi ditambahkan dioksan sebanyak 5 ml. Penambahan dioksan befungsi untuk menstabilkan ion . Setelah ditambah dioksan, ketiga larutan tersebut tetap bening. Kemudian ditambahkan 1
o o

ml NaOh 10%. Setelah ditambahkan NaOh, ketiga larutan tetap berwarna bening. Setelah itu, ke dalam masing-masing larutan ditambahkan larutan I2 yang berwarna cokelat kehitaman. Pada saat ditambahkan larutan I2, larutan akan berubah menjadi kuning. Akan tetapi, apabila dikocok, warna kuning akan hilang dan larutan kembali bening. Penambahan I2 dilakukan hingga warna larutan berubah kuning dan tidak hilang warnanya meskipun dikocok setelah penambahan I 2.Kemudian larutan dipanaskan pada suhu 60 C selama 2-3 menit. Setelah dipanaskan, pada larutan isopropyl alkohol berwarna kuning bening,asetofenon berwarna orange keruh dan pada larutan etil asetoasetat berwarna orange bening.. Setelah dipanaskan, ketiga larutan tersebut ditambah NaOH encer, isopropyl alkohol akan berwarna kuning keruh,asetofenon berwarna orange keruh dan etil asetoasetat berwarna orange bening. Pada larutan isopropyl alkohol dan asetofenon terdapat endapan berwarna kuning sedangkan pada larutan til asetoasetat tidak terdapat endapan.
o

Berdasarkan hasil pengujian yodoform, didapatkan hasil bahwa untuk larutan isopropyl alkohol terbentuk kristal yodoform berupa endapan di dasar tabung. Reaksi yang terjasi ialah: CH3 CH3 CH OH (isopropyl alkohol) + NaOI CH3 C CH3 + NaI + H2O O CH3 C CH3 O CH3 C CI3 O + NaOH CH3 C CI3 O CH3 C O Na + CHI3 I O (yodoform)
+

3 NaOI

+ 3 NaOH

Untuk larutan asetofenon, terbentuk kristal yodoform berupa endapan di dasar tabung reaksi. Reaksi yang terjadi adalah: CH3 C CH3 O CH3 C CI3 O + NaOH + 3 NaOI CH3 C CI3 O CH3 C O Na + CHI3 I O (yodoform)
+

+ 3 NaOH

Untuk larutan etil asetoasetat, tidak terbentuk kristal yodoform karena larutan berwarna orange bening dan tidak terbentuk endapan. Jadi dari ketiga larutan yang telah diuji, hanya isopropyl alkohol dan asetofenon yang menunjukkan hasil yang positif. Sedangkan untuk etil asetoasetat, tidak menunjukkan hasil yang positif.

BAB IV KESIMPULAN
1. Kalium iodida, aseton, dan natrium hipoklorit apabila di campur dapat membentuk yodoform melalui reaksi haloform. 2. NaOCl sebagai reagen pengendap. 3. Yodoform larut dalam pelarut organik. 4. Hasil kristalisasi yodoform tidak memiliki kemurnian yang tinggi. 5. Hasil rekristalisasi yodoform memiliki kemurnian tinggi. 6. Semakin besar % hasil maka semakin banyak yodoform yang terbentuk. 7. Semakin kecil pori-pori kertas saring, semakin banyak yodoform yang diperoleh. 8. Semakin cepat laju alir pada jet ejector, semakin cepat penyaringan. 9. Isopropil dan asetofenon dapat bereaksi membentuk yodoform.

DAFTAR PUSTAKA
http://tech.dir.groups.yahoo.com/group/kimia_Indonesia/message/1863 http://harmudzie-kim.blogspot.com/2009/12/percobaan-1-pemisahan-campuran-yang-tak.html http://harifsyahzi.multiply.com/journal/item/2 http://en.wikipedia.org/wiki/buchner_funnel http://www.jtbaker.com/msds/enghlish/i3480.html http://en.wikipedia.org/wiki/Ethyl_acetoacetate http://en.wikipedia.org/wiki/Iodine http://id.wikipedia.org/wiki/corong_B%C3%BCchner www.siggy.chem.ucla.edu/vch/136/unknow_1_qual_analy.doc www.chemguide.co.uk/organicprops/alcohols.iodoform.html

LAMPIRAN A DATA PERCOBAAN DAN DATA LITERATUR


A. DATA PERCOBAAN 1. Pembuatan Yodoform Warna 6 gram KI padat+100 ml akuadest Larutan 6 gram KI+2 ml aseton Larutan 6 gram KI+2 ml aseton+NaCl 5% Bening Bening Kuning keruh Bau Tidak berbau Menyengat Bau khas yodoform

2. Kristalisasi Yodoform Bentuk yodoform Warna yodoform Massa kertas saring (whatman 42) Massa total (kertas saring+kristal yodoform) 3. Rekristalisasi Yodoform warna Yodoform serbuk Yodoform+10 ml etanol 95% Yodoform+10 ml etanol 95%+dipanaskan Kuning Kuning Kuning Bau Bau alkohol Bau alkohol Bau alkohol Bau khas yodoform Bau khas yodoform : kristal : kuning : 0.648 gram : 1.674 gram

Pengotor disaring Larutan didinginkan dan kristal yodoform disaring

Kuning Beninng

* Hasil Rekristalisasi Bentuk yodoform : Kristal

Warna yodoform

: Kuning

Massa Kertas saring : Untuk menyaring pengotor (whatman 41) : 0.695 gram a) Untuk menyaring pengotor (whatman 41) : 0.695 gram b) Untuk menyaring yodoform (whatman 41) : 0.532 gram Massa total :

a) Kertas saring+pengotor : 0.791 gram b) Kertas saring+yodoform : 1.373 gram 4. Penentuan Tititk Leleh Yodoform Titik leleh awal (yodoform mulai mencair) Titik leleh akhir (seluruh yodoform mencair) 5. Pengujian Yodoform Perubahan Warna Isopropil Alkohol Warna Awal (4-5 tetes) Penambahan 5 ml dioksan Penambahan 1 ml NaOH 10% Penambahan larutan I2 Pemanasan o 60 C Penambahan NaOH encer Kristak yodoform Bening Bening Bau Alkohol Menyengat Asetofenon Warna Bening Bening Bau Menyengat Menyengat Etil AsetoAsetat Warna Bening Bening Bau Menyengat Menyengat Tidak menyengat Tidak menyengat Tidak menyengat Tidak menyengat : 119 C : 125 C
o o

Bening Kuning bening Kuning bening Kuninh keruh

Menyengat Khas yodoform Khas yodoform Khas yodoform

Bening Kuning orange Kuning orange Kuning orange

Menyengat Khas yodoform Khas yodoform Khas yodoform

Bening Orange bening Orange bening Orange bening

Terbentuk endapan kuning

Terbentuk endapan kuning

Tidak terbentuk endapan

B. Data Literatur Titik leleh yodoform = 120 C (Sumber: www.jtbaker.com/msds/enghlishhtml/i3480.htm)


o

LAMPIRAN B CONTOH PERHITUNGAN


1. Kristalisasi Yodoform Massa KI padat Massa kertas saring = 6 gram = 0.648 gram = 1.674 gram

Massa total (kertas saring+Kristal yodoform)

Massa kristal yodoform = massa total massa kertas saring = 1.674 - 0.648 Massa kristal yodoform = 1.026 gram

% Hasil Kristal yodoform

x 100%

= = 17.1 %

(gram) x 100%

% Hasil Kristal yodoform 2. Rekristalisasi a) Massa kertas saring

= 0.532 gram = 1.373 gram

Massa total (kertas saring+Kristal yodoform)

Massa Kristal yodoform = massa total massa kertas saring = 1.373 - 0.532 Massa Kristal yodoform = 0.841 gram

% Hasil Kristal yodoform

x 100%

(gram) x 100%

% Hasil Kristal yodoform

= 81.9688 %

b) Massa kertas saring Massa total (kertas saring + pengotor) Massa pengotor

= 0.695 gram = 0.791 gram

= massa total massa kertas saring = 0.791 - 0.695

Massa pengotor

= 0.096 gram

% Hasil Kristal pengotor

x 100%

=
% Hasil Kristal pengotor

(gram) x 100%

= 9.3567 %

3. Perbandingan Massa Yodoform Hasil Kristalisasi a) Dari Perhitungan Menghitung massa pengotor Massa kertas saring = 0.695 gram = 0.791 gram

Massa total (kertas saring + pengotor) Massa pengotor

= massa total massa kertas saring = 0.791 - 0.695

Massa pengotor

= 0.096 gram

Menghitung massa yodoform hasil kristalisasi Massa yodoform = massa yodoform rekristalisasi + massa pengotor = 0.841 + 0.096 Massa yodoform = 0.937 gram

b) Dari percobaan Massa yodoform hasil kristalisasi 4. Penentuan Titik Leleh Titik leleh awal = 119 C Titik leleh akhir = 125 C Titik leleh yodoform =
o o

= 1.026 gram

=
Titik leleh yodoform

= 122oC x 100%

% kesalahan =

= % kesalahan = 1.667 %

x 100%

You might also like