You are on page 1of 4

Kolera Penyakit saluran pencernaan akut yang disebabkan oleh bakteri dan ditandai gejala dalambentuknya yang berat

dengan onset yang tiba-tiba, diare terus menerus, cair seperti air cucian beras, tanpa sakit perut, disertai muntah, dan mual

Vibrio cholera
Vibrio cholerae adalah salah satu bakteri yang masuk dalam family Vibronaceae selain dari Aeromonas dan Plesiomonas, dan merupakan bagian dari genus Vibrio. Bakteri ini pertama kali ditemukan oleh Robert Koch pada tahun 1884. V. cholerae banyak ditemui di permukaan air yang terkontaminasi dengan feces yang mengandung kuman tersebut, oleh karena itu penularan penyakit kolera dapat melalui air, makanan, dan sanitasi yang buruk. Distribusi Geografis Vibrio choleare ditemukan hampir di semua negara berkembang, dimana pengolahan air bersih belum dilakukan dengan baik. Di Afrika klera telah menjadi penyakit epidemic sejak 30 tahun terakhir. Menurut WHO, kolera adalah indikator dari perkembangan social di suatu Negara, jika di suatu Negara tingkat penyakit kolera masih tinggi, maka kebersihan air di Negara tersebut masih kurang. Pada 2003, WHO mencatat terdapat 111.575 kasus kolera di 45 negara berkembang, termasuk Indonesia Hampir 5,5 juta kasus kolera terjadi setiap tahunnya di Asia dan Afrika. Sekitar 8% dari pada kasus-kasus ini cukup berat sehingga memerlukan perawatan rumah sakit dan 20% dari kasus-kasus berat ini berakhir dengan kematian. World Health Organization (WHO) pada awal tahun 2004 melaporkan adanya kejadian luar biasa kolera di enam negara di Afrika. Puncak kasus kolera di daerah endemik banyak dijumpai pada anak-anak berumur 2-9 tahun, menyusul wanita masa produktif yaitu antara 15-35 tahun

Morfologi dan Klasifikasi Morfologi


Bakteri gram negatif Batang lurus dan agak lengkung Terdapat tunggal dan dalam rantai berpilin Tidak berkapsul Tidak membentuk spora Bergerak flagella tunggal polar Aerobik, anaerobik fakultatif

Suhu optimum untuk pertumbuhan pada suhu 18-37 oC Tumbuh baik pada agar Thiosulfate-citrate-bile-sucrose (TCBS), yang menghasilkan koloni berwarna kuning Dapat tumbuh pada pH yang sangat tinggi (8,5-9,5) dan sangat cepat mati oleh asam

Klasifikasi

Tingkatan Superkingdom Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus Spesies

Klasifikasi V. cholerae Bacteria Bacteria Proteobacteria Gammaproteobacteria Vibrionales Vibrionaceae Vibrio cholerae

Siklus Hidup Vibrio cholera manusia feces air manusia tumbuhan

Transmisi Kontaminasi air yang di konsumsi manusia oleh feces yang mengandung kuman kolera merupakan penyebab infeksi kolera, selain itu makanan seperti sayuran yang di pupuk dengan kotoran manusia dan tidak di bersihkan pada waktu mengkonsumsi dapat menjadi factor penyebab infeksi. Pada feses penderita ditemukan jutaan atau lebih bakteri vibrio cholera di setiap milliliter fecesnya. Penyebaran penyakit kolera ini melalui jalur pengapalan, rute perdagangan, dan rute migrasi. Penyakit ini menyebar melalui kontak orang ke orang lain yang melibatkan individu yang terinfeksi ringan atau asimptomatik (carrier), melalui air, makanan yang terkontaminasi dengan tinja yang juga terinfeksi melalui serangga. Vibrio cholera dapat bertahan hidup di dalam air hingga 3 minggu.

Gejala Diare yang encer dan berlimpah tanpa didahului oleh rasa mulas atau tenesmus. Feaces atau kotoran (tinja) yang semula berwarna dan berbau berubah menjadi cairan putih manis yang

keruh (seperti air cucian beras) tanpa bau busuk ataupun amis, tetapi seperti menusuk. Feaces (cairan) yang menyerupai air cucian beras ini bila diendapkan akan

mengeluarkan

gumpalan-gumpalan putih. Diare terjadi berkali-kali dan dalam jumlah yang cukup banyak. Terjadinya muntah setelah didahului dengan diare yang terjadi, penderita tidaklah merasakan mual sebelumnya. Kejang otot perut bisa juga dirasakan dengan disertai nyeri yang hebat.

Banyaknya cairan yang keluar akan menyebabkan terjadinya dehidrasi dengan tandatandanya seperti ; detak jantung cepat, mulut kering, lemah fisik, mata cekung, hypotensi dan lain-lain yang bila tidak segera mendapatkan penangan pengganti cairan

tubuh yang hilang dapat mengakibatkan kematian. Diagnosis Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan uji laboratorium meliputi, pemeriksaan feces mikroskopis dengan menemukan bakteri vibrio cholera, biakan kultur bakteri vibrio cholera pada media TCBS menghasilkan koloni berwarna kuning, atau reaksi spesifik

biokimia. Secara umum, gejala klinis berupa diare seperti air cucian beras dengan frekuensi lebih dari 10 kali sehari sudah dapat dijadikan dasar diagnosis dalam memberikan terapi.

Terapi Prinsip dasar pengobatan kolera ini adalah mengganti kehilangan air dengan elektrolit untuk mengurangi dehidrasi dan kekurangan elektrolit dengan memasukan secara intravena cairan yang mengandung natrium, kalium, klorida dan bicarbonat. Antibiotika yang sering digunakan untuk mengobati kolera adalah tetrasiklin. Tetrasiklin yang diberikan peroral dapat mengurangi keluarnya tinja yang mengandung kuman kolera dan memperpendek masa ekskresi V. cholerae. Tetrasiklin dapat diberikan dengan dosis 4 x 500 mg(1 tablet) pada dewasa, hindari penggunaan pada anak-anak karena efek samping tetrasiklin dapat menghambat pertumbuhan tulang. Pada anak, obat yang digunakan adalah kotrimoksazol dengan dosis 120-240 mg/kg BB setiap kali pemberian, diberikan 2 kali sehari.

Pencegahan Pencegahan dapat dilakukan dengan memperbaiki sanitasi lingkungan, khususnya makanan dan air. Pasien kolera seharusnya diisolasi, agar tidak menularkan penyakitnya di lingkungan sekitarnya. Bagi wisatawan yang memasuki daerah endemis kolera sebaiknya mendapatkan imunisasi atau vaksin terhadap kolera. Vaksin ini memberikan proteksi 60-80% untuk masa 3-6 bulan.

You might also like