You are on page 1of 167

ETIKA DAN HUKUM KEDOKTERAN

Oleh: Prof. Dr. E. Saefullah, SH., LL.M.


Gurubesar Unpad dan Unisba

Daftar Referensi
Al-Quran dan Hadits Albert R. Jones, et. al., Clinical Ethics A Practical Approach to Ethical Decisions in Clinical Medicine, International Edition, Sixth Ed., Mc Graw Hill Medical Publishing Division, New York, 2006. Burhanuddin Salam, Etika Individual Pola Dasar Filsafat Moral, Penerbit PT Rineka Cipta, Jakarta, 2000 Konsil Kedokteran Indonesia, Himpunan Peraturan Tentang Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia, Jakarta, 2006.

--------------------------------------, Kemitraan Dalam Hubungan Dokter-Pasien, Jakarta, 2006. Jenny Teichman, Etika Sosial, Penerbit Kanisius, Jakarta, 1998 Mel Thompson, Ethics, Hodder Arnold, London, 2003 Miftah Faridl, Islam Dalam Berbagai Aspeknya, Penerbit Pustaka, Bandung, 2003 Moekijat, Asas-Asas Etika, Penerbit CV Mandar Maju, 1995

Nathan T. Sidley (ed.), Law and Ethics, Human Sciences Press, Inc., New York, 1985 Puteri Nemie Jahan Kassim, Medical Negligence Law In Malaysia, International Law Book Services, Petaling Jaya, 2003 Steven H. Miles, The Hipocratic Oath And The Ethics of Medicine, Oxford University Press, New York, 2005

Sudibyo Soepardi (penerjemah), Kode Etik Kedokteran Islam (Islamic Code of Medical Ethics), Akademika Pressindo, Jakarta, 2001 Vernon D. Plueckhahn, et.al., Law And Ethics In Medicine for Doctors in Victoria, V.D. Plueckhahn, Victoria, 1994 Vincent Ryan Ruggiero, Thinking Critically About Ethical Issues, McGraw Hill Higher Education, New York, 2004

Konsep Kesehatan (Jasmani) Menurut Islam


Berkat kasih-sayang Allah, manusia diciptakan sbg makhluk yg paling sempurna (ahsanu taqwim), baik secara biologis maupun secara anatomis, rohaniah dan jasmaniah (QS At-Tiin, ayat 4). Adalah kewajiban manusia utk menjaga dan memelihara rahmat Allah itu baik pancaindera maupun anggota tubuh lainnya.
6

Konsep Kesehatan .

Oleh krn itu, mejaga kesehatan bagi seorang muslim mrpk bagian dr ibadah kpd Allah. Seorang mukmin yg kuat lbh disukai oleh Allah drpd mukmin yg lemah (Hadist Rasulullah saw). Selanjutnya beliau menyatakan bahwa, sebaik2-nya mukmin adalah yg banyak memberikan manfaat bg manusia2 lain.
7

Konsep Kesehatan

Tidak mungkin seseorang bermanfaat kalau badannya tidak sehat. Setiap bentuk ibadah spt: shalat, puasa, haji, jihad, dan dakwah pd hakekatnya mrpk perintah untuk menjaga kesehatan. Kesehatan mrpk nikmat hidup yg hrs disyukuri. Sabda Nabi saw: Ada dua nikmat yg banyak dilupakan manusia: yi sehat dan waktu luang. (HR. Bukhari).
8

Konsep Kesehatan

Nabi saw juga bersabda: Gunakan atau

manfaatkan lima kesempatan sebelum tiba lima kesempitan, yi: hidupmu sebelum ajalmu, sehatmu sebelum sakit, kelapanganmu sebelum kesempitanmu, masa mudamu sebelum masa tuamu, kayamu sebelum kamu fakir. (HR. Imam Ahmad dan Imam al-Baihaqi).

Konsep Kesehatan .
Setiap rasa sakit yg diderita tdk dpt dilepaskan dari perilaku dan perbuatan manusia. Apa saja nikmat yg kamu peroleh dari Allah SWT dan apa saja bencana yg menimpamu adalah kesalahan dirimu sendiri. (QS. An-Nisa: 79). Namun utk setiap penyakit ada obatnya. Sesungguhnya Allah tdk menurunkan suatu penyakit kecuali Allah manurunkan pula obatnya, baik yg diketahui oleh orang maupun yg blm diketahuinya, kecuali penyakit maut. (HR. Al-Hakim).
10

(Hadits lain menyebut kecuali penyakit tua). Dlm Islam dikenal dua terminologi ttg sehat, yi shihhah dan afiyah. Shihhah ad keadaan tubuh yg memungkinkan seluruh faal tubuh bekerja dg baik, sdg afiyah ad keadaan yg lebih sempurna.

Berbagai langkah yg diatur dlm Islam utk menjaga kesehatan manusia, a.l.:
11

> hidup selalu bersih serta gemar mewujudkan kesucian dan kebersihan (QS. AlBaqarah: 222); > makan yg halal dan baik (halalan wa thayyiban) serta tdk ber-lebih2an (QS. AlBaqarah: 195 dan Al-Araf: 31) > menjauhkan diri dari perbuatan2 yg dpt membahayakan tubuh dan mental (QS. AlBaqarah: 195);
12

Konsep kesehatan .
> janganlah membunuh anak2mu (mis.aborsi) krn takut kemiskinan (QS. Al-Israa: 31); > menjauhkan diri dari perbuatan2 keji spt: zinah, liwath (homoseksual), dsb. (QS. AlIsraa: 32); > minum dari apa yg berada dlm perutnya (berupa) susu yg bersih antara tinja dan darah, yg mudah ditelan bg orang2 yg meminumnya (QS. An-Nahl: 66);
13

Konsep Kesehatan
> pada madu lebah terdapat obat yg menyembuhkan bg manusia (QS. An-Nahl: 69) > apabila ditimpa penyakit hrs segera mencari obat utk menyembuhkannya. Islam mengajarkan agar manusia berobat sbg ikhtiar utk menyembuhkan penyakit. Rasulullah sering menyatakan bhw Allah tdk menurunkan penyakit kecuali bersama obatnya. Melalui pengobatan, atas izin Allah, orang yg menderita sakit sembuh kembali.
14

Konsep Kesehatan

> dlm upaya berobat ini Islam memberikan


tuntunan, a.l: berobat didasari motivasi ibadah kpd Allah dg penuh harapan sakitnya akan sembuh kembali.

15

Konsep Kesehatan

> cara yg paling baik utk menjaga kesehatan diri ad berolah-raga, yi olah raga yg dilakukan dg niat baik dan tdk bertentangan dg syariat Islam. Di antara olah raga yg pernah diterangkan oleh Hadits adalah lari. Menrt St Aisyah, Rasulullah pernah berlomba dg saya dan saya menang. Kmd saya berhenti, dan ketika badan saya menjadi gemuk, Rasulullah berlomba lagi dan beliau menang. (HR. Imam Ahmad dan Dawud).
16

Konsep Kesehatan

> olah raga lainnya adalah gulat (Rasulullah pernah bergulat dg Rukanah bbrp kali (HR. Abu Dawud); panahan (HR. Bukhari); renang (HR. Al-Baihaqi); anggar (HR. Bukhari dan Muslim); pacuan kuda (HR. Ahmad). olah raga lainnya termasuk urusan dunia yg boleh dilakukan oleh setiap muslim sepanjang tdk bertentangan dg nilai dan norma Islam.

17

Konsep Kesehatan
> Di antara olah raga yg tdk sesuai dg nilai dan norma Islam, a.l.: yg mempertontonkan aurat, yg dpt merusak mental/badan yg melakukannya, yg mengarah pad zinah, judi, dan maksiat lainnya, yg meng-hambur2-kan kekayaan secara berlebihan, menimbulkan kerusuhan, yg meninggalkan shalat dan ibadah lainnya.

18

Etika, Moral, dan Hukum


Istilah dan Pengertian Etika berasal dr bhs Yunani ethos yg berarti: watak, adat, kebiasaan, adatkebiasaan, perasaan, sikap, cara berpikir, akhlak, budi, kesusilaan. Moral berasal dr bhs Latin mos atau dlm bentuk jamaknya mores yg scr etimologis identik dg ethos yi adat atau cara hidup.
19

Etika, Moral, dan Hukum


Jadi kedua kata tsb. (etika dan moral) menunjukkan cara berbuat yg jadi adat kebiasaan krn persetujuan atau praktek sekelompok manusia. Dgn dmk etika dpt diartikan sbg setiap kesediaan jiwa seseorang utk senantiasa taat dan patuh kpd seperangkat perat. kesusilaan.

20

Etika, Moral, dan Hukum

Kata moral dlm percakapan umum diartikan lbh sempit, terutama dihub. dlm kaitan dg perilaku sosial mis. seksual. Sementara kata etika sering digunakan dlm hal2 yg berhub. dg perilaku profesional.

21

Fungsi2 Etika
1. Kelanggengan bagi komunitas Jika, pd wkt yl, pernah ada kelompok yg tlh menerapkan suatu value/nilai ttg pembinasaan diri, kelompok tsb. cenderung tdk akan lama lagi bersama kita. Adl suatu aksioma bhw dlm kurun wkt yg lama, tdk ada sistem etika yg digunakan oleh suatu kelompok dpt bertentangan dg kelangengan, atau kelompok itu akan hilang.
22

$
Sepanjang pilihan akan nilai2 yg dibuat oleh suatu kelompok mempengaruhi nasib kelompok tsb, sistem2 etika boleh dikatakan berlaku atas dasar seleksi alamiah.
2.

Kelanggengan individu
Pengetahuan ttg apa right dan wrong kadang2 dpt memberikan pedoman bagi seseorang dlm menjalani kehidupannya.
23

Sbg hsl dr pedoman tsb, dg mengikuti ketentuan2 yg tepat, seseorang mngk dpt bertahan/hidup lbh baik drpd dia hidup tanpa mengikuti ketentuan2 tsb. (Hal ini berlaku juga bg suatu kelompok). Mengikuti isi ketentuan2 akan sngt bermanfaat bg mrk yg kapasitas mentalnya terbatas, shg mrk tdk dpt memanfaatkan fleksibiltas yg tepat bila situasinya memerlukan dmk.
24

$
Keterbatasan kemampuan mental selalu mahal, tp mngk bisa lbh murah bila ketentuan2 diikuti se-tepat2nya. 3. Mempengaruhi tingkah-laku yg lain a. Etika berkaitan dg kesan pribadi, yg berhub dg status seseorang di masy dan dg sistem reward-punishment dlm diri org tsb. Umumnya, org2 lbh memberikan penghargaan kpd dirinya

25

ketika mrk merasa sbg org2 yg baik ketika berbuat hal2 yg benar drpd mrk merasa sbg org2 jelek ketika berbuat salah. Bgmn pun, org2 diberi penghargaan, kadang2 konkrit, dlm interaksi antar mrk jika mrk baik, dan mrk dihukum jika mrk buruk.

26

b. Prinsip2 etika dpt digunakan sbg suatu kedok utk rasionalisasi tindakan2 seorang yg pandai, utk menyembunyikan atau mengalihkan perhatian dr motif sesungguhnya atas perbuatan2nya. c. Pernyataan2 etika dpt digunakan sbg suatu jeritan sederhana dlm rapat umum utk menarik dukungan dr partisan politis.
27

Etika, Moral, dan Hukum


Kode Etik Setiap profesi mengembangkan Kode Etik sendiri sbg pedoman ke arah tingkah-laku yg pantas bagi para anggotanya yg mempunyai kewajiban2 khusus thd masy., krn sifat pendidikan dan aktivitasnya berbeda dg angg masy pd umumnya.
28

Sementara penerapannya sangat berat/sulit, tdk absolute dan berbeda di antara berbagai masy dan profesi, dan setiap saat dpt berubah sesuai dg perubahan sikap dan keyakinan masy. Umumnya Kode Etik profesi berisi tiga komponen utama: Standar ttg kompetensi profesi, Standar ttg integritas profesi, dan Standar ttg etiket profesi.
29

Etika, Moral, dan Hukum


Kode Etik Kedokteran, adl sbg pedoman (tdk hrs diikuti secara membabibuta), atau digunakan sbg suatu pengganti dr pemikiran ttg masalah nyata yg dihadapi. Selanjutnya etika juga diartikan sbg suatu disiplin yg berhub. dg apa yg baik dan apa yg buruk atau dg apa yg benar dan apa yg salah atau dg tugas dan kewajiban moral (Ethics is the discipline dealing with what is good and bad or right and wrong or with moral duty and obligation).

30

Etika, Moral, dan Hukum

Pengertian etika secara umum adl cabang


filsafat yg membicarakan tingkah-laku manusia yg dilakukan dg sadar dilihat dr sudut baik dan buruk. Etika sering disamakan artinya dg filsafat kesusilaan atau filsafat moral, juga filsafat nilai yg bicara soal baik - buruk, oleh krn itu sering juga disebut filsafat praktis.

31

Etika, Moral, daan Hukum

Perbuatan atau kelakuan seseorang yg tlh jadi sifat baginya atau tlh mendarah daging disebut akhlak atau budi-pekerti. Budi tumbuhnya dlm jiwa, bila tlh dilahirkan dlm bentuk perbuatan namanya pekerti. Jadi budi-pekerti, pangkal penilaiannya adl dr dlm jiwa, semasa menjadi angan2, imajinasi, niat hati, sampai ia lahir ke luar berupa perbuatan nyata.
32

Etika, Moral, dan Hukum


Sistem penilaian: Menurut hukum etika, sesuatu perbuatan itu dinilai pd 3 tingkat, tingkat pertama: ketika blm lahir jadi perbuatan, jdi msh berupa rencana dlm kata hati, niat; tingkat kedua: sesudh berupa perbuatan nyata, yi pekerti; tingkat ketiga: akibat atau hasil dr perbuatan itu, yi baik atau buruk.
33

Etika, Moral, dan Hukum

Apa yg msh brp kata hati atau niat, dlm bahasa falsafah atau psikologi, biasa disebut karsa atau kehendak, kemauan, wil. Isi dr karsa atau kemauan itulah yg akan direalisasi oleh perbuatan. Langkah2 yg ditempuh oleh perbuatan itulah yg dinilai.

34

Etika, Moral, dan Hukum


Dlm hal ini terdpt 4 variabel: a. Tujuannya baik, tp cara utk mencapainya tdk baik; b. Tujuannya tdk baik, cara mencapainya (kelihatan-nya) baik; c. Tujuannya tdk baik, dan cara mencapainya juga tdk baik; d. Tujuannya baik, cara mencapainya juga baik.
35

Etika, Moral, dan Hukum


Definisi Ilmu Moral/Etika: Ilmu yg mencari keselarasan perbuatan2 manusia dg dasar2 yg se-dalam2nya yg diperoleh dg akal budi manusia. Fungsi Ilmu Moral/Etika: Etika sbg suatu ilmu, mrpk salah satu cabang dr filsafat. Sifatnya praktis, normatif, dan fungsional, shg dg dmk suatu ilmu yg langsung berguna dlm pergaulan hidup se-hari2. Etika juga dpt menjadi asas dan menjiwai norma2 dlm kehidupan, di samping sekaligus memberikan penilaian thd corak perbuatan seseorang sbg manusia.
36

Tanggung

Jawab Moral Manusia

Pengertian Tangg Jawab Moral Manusia

Apakah tanggung jawab itu? Dlm percakapan se-hari2 sering kita dengar:

- Kalau ia tak mau, rebut saja, saya yg bertanggung jawab. - Perkosaan itu dilakukan oleh para pemuda nakal yg tdk bertanggung jawab.
37

Etika, Moral, dan Hukum


- Keluarganya ditinggalkan begitu saja, dia benar2 orang yg tak tahu tanggung jawab. - Masalah ketertiban di kelas, adalah tanggung jawab dosen. Pd contoh pertama, tanggung jawab di sini mencerminan kesediaan menanggung resiko akibat dari perbuatan. Pd contoh kedua, tanggung jawab di sini se-akan2 menghendaki adanya imbalan.
38

Bila para pemuda tadi tdk lari dan bersedia membayar ganti rugi, sdh dpt dikatakan tahu bertanggung jawab. Pd contoh ketiga, pengertian tanggung jawab di sini mengarah pd kepatuhan thd kewajibannya sbg kep keluarga yg hrs mengurus anak dan isterinya. Pd contoh keempat, tanggung jawab di sini juga mengarah kpd penyelesaian tugas yg hrs dilaksanakan.
39

Etika. Moral, dan Hukum

Dr keempat contoh tsb, dpt kita lihat bhw


pengertian tanggung jawab itu, menuntut adanya: - respon, jawaban thd tuntutan dr sesuatu (tugas atau perbuatan), dimana diri si penanggung jawab turut di dlmnya. - keberanian sikap, bersedia menanggung/memikul resiko thd baik atau buruknya hasil perbuatan itu.
40

Etika, Moral, dan Hukum


Dimensi Tanggung Jawab
Moral Manusia Dari segi filsafat, suatu tanggung jawab itu sedikitnya didukung oleh 3 dimensi/unsur: - Kesadaran; - Kecintaan/kesukaan; - Keberanian.
41

etika. Moral, dan Hukum

- Kesadaran = consciousness; sadar berisi


pengertian: tahu, kenal, mengerti shg dpt memperhitungkan arti, guna sp pd soal akibat dr sesuatu perbuatan atau pekerjaan yg dihadapi. Seseorang baru dpt dimintai tanggung jawab, bila ia sadar ttg apa yg diperbuatnya.

- Kecintaan = love, affection; cinta, suka,


menimbulkan rasa kepatuhan, kerelaan dan kesediaan berkorban.
42

Etika, Moral, dan Hukum


Cinta pd tanah air, menyebabkan prajurit rela mengorbankan nyawa utk mempertahankan kemerdekaan. Sadar akan arti tanggung jawablah,menyebabkan mereka patuh berdiri di bawah terik matahari atau hujan lebat utk menjaga, apakah diawasi atau tidak. Bila tak ada kesadaran itu, dg sendirinya tak ada rasa cinta, tak ada kesukaan atau kerelaan utk berkorban.
43

Etika, Moral, dan Hukum


- Keberanian = courage, bravery.
Berani berbuat, berani bert-jawab. Berani di sini, didorong oleh rasa keikhlasan krn tdk bersikap ragu2 dan takut thd sgl macam rintangan yg timbul kmd sbg konsekuensi dr perbuatan. Krn adanya tang-jawab itulah, seseorang yg berani, juga memerlukan adanya pertimbangan dan perhitungan sblm bertindak. Jadi tdk sembrono atau membabi buta.
44

PROFESI

Pekerjaan dan Profesi

= Bekerja mrpk kegiatan fisik dan pikir yg terintegrasi. Pekerjaan dpt dibedakan: (a) kemampuan, yi fisik dan intelektual; (b) kelangsungan, yi sementara dan tetap (terus-menerus); (c) lingkup, yi umum an khusus (spesialisasi); (d) tujuan, memperoleh pendapatan dan tanpa pendapatan.
45

Dgn dmk, pekerjaan dpt diklasifikasikan ke dlm 3 jenis: (a) Pekerjaan dlm arti umum, yi pekerjaan apa saja yg mengutamakan kemampuan fisik, baik sementara atau tetap dg tujuan memperoleh pendapatan (upah). (b) Pekerjaan dlm arti tnt, yi pekerjaan yg mengutamakan kemampuan fisik atau intelektual, baik sementara atau tetap dg tujuan pengabdian.
46

(c) Pekerjaan dlm arti khusus, yi pekerjaan bid tnt, mengutamakan kemampuan fisik dan intelektual, bersifat tetap, dg tujuan memperoleh pendapatan. Kriteria Profesi Dari 3 jenis pekerjaan tadi, profesi adl pekerjaan pd butir (c), dg kriteria sbb: (a) meliputi bid tnt; (b) berdsrkan keahlian dan ketrampilan khusus (c) bersifat tetap atau terus-menerus;
47

(d) lbh mendahulukan pelayanan drpd imbalan (pendapatan); (e) bertanggung jawab thd diri sendiri dan masy. (f) terkelompok dlm suatu organisasi. Berdsrkan kriteria tsb., profesi dpt dirumuskan sbg pekerjaan tetap bid tnt berdsrkan keahlian khusus yg dilakukan scr bertanggung jawab dgn tujuan memperoleh penghasilan. Pekerja yg menjalankan profesi disebut profesional.

48

> Scr rinci kriteria profesi tsb sbb: (a) Spesialisasi - Pekerjaan bid tnt adl spesialisasi yg dikaitkan dg bid keahlian yg dipelajari/ditekuni. - Biasanya tdk ada rangkapan dg pekerjaan lain di luar keahliannya, mis. dokter tdk merangkap apoteker, notaris dg pengacara, shg dia tdk mungkin melakukan pekerjaannya scr profesional.
49

(b) Keahlian dan ketrampilan = Pekerjaan bid tntn itu berdsrkan keahlian dan ketrampilan khusus, yg diperoleh melalui pendidikan dan latihan. = Pendidikan dan latihan tsb ditempuhnya scr resmi pd lembaga yg diakui pemerintah berdsrkan undang2 yg dibuktikan oleh sertifikasi yg dikeluarkan/diakui oleh pemerintah
50

Contoh: = Notaris, keahliannya dibuktikan oleh ijazah program pendidikan notariat Fakultas Hukum. = Dokter, keahiannya dibuktikan oleh ijazah program pendidikan kedokteran Fakultas Kedokteran. = Dmk juga Akuntan, Apoteker, Arsitektur, Perawat, Dokter Gigi, Dosen/Guru, dll.
51

(c) Tetap atau terus-menerus + Pekerjaan bid tnt itu bersifat tetap, artinya tdk ber-ubah2 pekerjaan, mis. sekali berkiprah pd profesi dokter tetap sbg dokter. + Terus-menerus artinya berlangsung utk jangka wkt lama sp pensiun, atau akhir masa kerja profesi ybs.

52

(d) Mengutamakan pelayanan - Pekerjaan bid tnt itu lbh mengutamakan pelayanan drpd imbalan (pendapatan). Artinya mendahulukan apa yg hrs dikerjakan, bkn berapa bayaran yg diterima. - Kepuasan konsumen/pelanggan lbh diutamakan. - Pelayanan tsb diperlukan krn keahlian profesional (bkn amatir), yg selalu bekerja dg baik, benar, dan adil.
53

- Baik artinya teliti, tidk asal kerja, tdk sembrono. Benar, artinya diakui oleh profesi ybs. Adil artinya tdk melanggar hak pihak lain, Sdg imbalan dg sendirinya akan dipenuhi scr wajar apabila konsumen/pelanggan merasa puas dg pelayanan yg diperolehnya.

54

(e) Tanggung jawab + Dlm memberikan pelayanannya, profesional itu bert. jawb kpd diri sendiri dan kpd masy. Artinya, dia bekerja krn integritas moral, intelektual, dan profesional sbg bag dr kehidupannya. Dlm memberikan pelayanan, seorang profesional selalu mempertahankan cita2 luhur profesi sesuai dg tuntutan kewajiban hati nuraninya, bkn krn sekedar hobi belaka.
55

+ Bert. jawab kpd masy, artinya kesediaan memberikan pelayanan se-baik2nya sesuai dg profesinya, tanpa membedakan antara pelayanan bayaran dan cuma2, serta menghasilkan layanan yg bermutu, yg berdampak positif bagi masy. + Pelayanan yg diberikan tdk se-mata2 bermotif mencari keuntungan melainkan juga pengabdian kpd sesama manusia.
56

+ Bert jawab juga berarti berani menanggung sgl resiko yg timbul akibat pelayanannya itu. + Kelalaian dlm melaksanakan profesi menimbulkan dampak yg membahayakan atau merugikan diri sendiri, orang lain, dan berdosa kpd Tuhan.

57

(f) Organisasi profesi = Para profesional terkelompok dlm suatu organisasi, yg biasanya mnrt bid keahlian dan cabang ilmu yg dikuasai. = Bertens: menyatakan kelompok profesi mrpk masy moral (moral community) yg memiliki cita2 dan nilai2 bersama. = Kelompok profesi memiliki kekuasaan sendiri dan bert jawab khusus. Kelompok ini memp acuan yg disebut Kode Etik Profesi.
58

Contoh organisasi profesi: + Ikatan Dokter Indonesia (IDI); + Ikatan Notaris Indonesia (INI); + Ikatanan Hakim Indonesia (IKAHI); + Persatuan Guru RI (PGRI); + Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI), dsb.

59

Pengakuan thd organisasi profesi didsrkan pd nilai moral yg tercermin pd keahlian dan ketrampilan anggota profesi ybs, bkn krn ketentuan hukum positif.

60

Nilai Moral Profesi


Profesi kedokteran mrpk profesi yg menuntut pemenuhan nilai moral dr pengembannya. Nilai moral mrpk kekuatan yg mengarahkan dan mendasari perbuatan luhur (terpuji). Franz Magnis Suseno (desesuaikan) mengemukakan lima kriteria nilai moral yg kuat yg mendasari kepribadian profesional:
61

a) Kejujuran Kejujuran adl dsr utama. Tanpa kejujuran dia akan mengingkari misi profesinya. Dua sikap yg tdpt dlm kejujuran: = Sikap terbuka, hal ini berkenaan dg pelayanan pasen, kereaan melayani scr bayaran atau scr cuma2. = Sikap wajar, hal ini berkenaan dg pebuatan yg tdk belebihan, tdk otoriter, tdk sok kuasa, tdk kasar, tdk menindas, tdk memeras.
62

b) Otentik Otentik artinya menghayatai dan menunujukkan diri sesuai dg keasliannya, kepribadian yg sebenarnya, a.l.: - tdk menyalah gunakan wewenang; - tdk melakukan perbuatan yg merendahkan martabat (perbuatan tercela); - mendahulukan kepentingan klien (pasien);
63

- berani berinisiatif dan berbuat sendiri dg bijaksana, tdk semata-mata menunggu perintah atasan; - tdk mengisolasi diri dr pergaulan sosial.

64

c) Bertanggung jawab Dlm menjalankan tugasnya, profesi kedokteran wajib bertanggung jawab, artinya: = kesediaan melakukan sebaik mngk tugas apa saja yg termsk lingkup profesinya; = bertindak scr proporsional, tanpa mem-bedakan pekerjaan bayaran dan cuma2; = kesediaan memberikan laporan pertanggung jawaban atas pelaksanaan kewajibannya.

65

d) Kemandirian moral Artinya, tdk mudah terpengaruh atau tdk mudah mengikuti pandangan moral yg terjadi di sekitarnya, melainkan membentuk penilaian dan memp pendirian sendiri. Mandiri scr moral berarti tdk dpt dibeli oleh pendpt mayoritas, tdk terpengaruh oleh pertimbangan untung rugi (pamrih), menyesuaikan diri dg nilai kesusilaan dan agama.
66

e) Keberanian moral Keberanian moral adl kesetiaan thd suara hati nurani yg menyatakan kesediaan utk menan-gung resiko konflik. Dgn kata lain teguh pada pendirian yg diyakininya benar, apapun resikonya.

67

ETIKA PROFESI
Setiap kelompok profesi memiliki norma2 yg jadi penuntun perilaku anggotanya dlm melaksanakan tugas profesinya. Norm2 tsb dirumuskan dlm bentuk tertulis yg disebut Kode Etik Profesi. Kode Etik Dokter mrpk bentuk realisasi etika profesi dokter yg wajib ditaati oleh setiap profesional dokter ybs.

68

Kode Etik Profesi

Arti Kode Etik Profesi

Bertens menyatakan, kode etik profesi mrpk norma yg ditetapkan dan diterima oleh kelompok profesi, yg mengarahkan atau memberi petunjuk kpd anggotanya bgmn seharusnya berbuat dan sekaligus menjamin mutu moral profesi itu di mata masyarakat.
69

Apabila satu anggota kelompok profesi itu berbuat menyimpang dr kode etiknya, mk kelompok profesi itu akan tercemar di mata masy. Oleh karena itu, kelompok profesi hrs menyelesaikannya berdasarkan kekuasaannya sendiri.

70

Kode etik profesi mrpk produk etika terapan krn dihasilkan berdasarkan penerapan pemikiran etis atas suatu profesi. Kode etik profesi dpt berubah dan diubah seiring dg perkembangan ilmu penget dan teknologi, shg anggota kelompok profesi tdk akan ketinggalan jaman.

71

Kode etik profesi mrpk hasil pengaturan diri profesi ybs, dan ini perwujudan nilai moral yg hakiki, yg tdk dipaksakan dr luar. Kode etik profesi hanya berlaku efektif apabila dijiwai oleh cita2 dan nilai2 yg hidup dlm lingkungan profesi itu senditri. Kode etik profesi mrpk rumusan norma moral manusia yg mengemban profesi itu.

72

Kode etik profesi menjadi tolok ukur perbuatan anggota kelompok profesi. Kode etik profesi mrpk upaya pencegahan berbuat yg tdk etis bagi anggotanya. Setiap kode etik profesi selalu dibuat tetulis yg tersusun scr teratur, rapi, lengkap, tanpa cacat, dlm bahasa yg baik, shg menarik perhatian dan menyenangkan pembacanya. Semua yg tergambar adl perilaku yg baik2.
73

Fungsi Kode Etik Profesi


= Mengapa kode etik profesi perlu dirumuskan scr tertulis? Mnrt Soemaryono (1995) ada tiga alasan: (a) sbg sarana kontrol sosial; (b) sbg pencegah campur tangan pihak lain; (c) sbg pencegah kesalah-pahaman dan konflik.

74

= Kode etik profesi mrpk kriteria prinsip profesional yg tlh digariskan, shg dpt diketahui dg pasti kewajiban profesional anggota lama, baru, atau calon anggota kelompok profesi. = Dg dmk dpt dicegah kemungkinan terjadi konflik kepentingan antara sesama anggota kelompok profesi, atau antara anggota kelompok dg masy.
75

Anggota kelompok profesi atau anggota masy dpt melakukan kontrol melalui rumusan kode etik profesi, apakah anggota kelompok profesi tlh memenuhi kewajiban profesionalnya sesuai dg kode etik profesi. Kode etik profesi tlh menentukan standarisasi kewajiban profesional anggota kelompok profesi, shg pemerintah atau masy tdk perlu lagi campur tangan utk menentukan bgmn seharusnya anggota kelompok profesi melaksanakan kewajiban profesionalnya.
76

Kode etik profesi mrpk kristalisasi perilaku yg dianggap benar menurut pendapat umum krn berdasarkan pertimbangan kepentingan profesi yg bersangkutan. Kode etik profesi yg baik adl yg mencerminkan nilai moral anggota kelompok profesi sendiri dan pihak yg membutuhkan pelayanan profesi yg bersangkutan.
77

Penegakan Kode Etik Profesi


- Penegakan kode etik adl usaha melaksanakan kode etik sbgmn mestinya, mengawasi pelaksanaannya agar tdk terjadi pelanggaran, dan jika terjadi pelanggaran memulihkan kode etik yg dilanggar itu agar ditegakkan kembali.

- Bentuk pemulihan itu berupa penindakan thd


pelanggar kode etik.
78

- Penegakan tsb meliputi tingkatan sbb.:


a. teguran/himbauan agar menghentikan pelanggaran, dan jangan melakukan pelanggaran kembali; b. mengucilkan pelanggar dari kelompok profesi sbg orang yg tdk disenangi sampai dia menyadari kembali perbuatannya; c. memberlakukan tindakan hukum/uu bila pelanggaran tsb merugikan negara atau kepentingan umum.
79

Asal-usul Etika Kedokteran


Etika Kedokteran modern dimulai di Yunani yg pd abad ke-5 SM, suatu kode disusun utk mengatur standar tingkah-laku dan pelayanan oleh profesi kedokteran pd saat itu. Kode tsb dijadikan satu dg Hippocratic Oath yg terus berpengaruh pd kode etik modern. Deklarasi Jenewa pada 1948, adalah versi modern dr Hippocatic Oath. Deklarasi kmd scr ber-turut2 diubah pd Sidang ke-22 di Sydney, 1968 dan Sidang ke-23 di Venice, 1983.

80

Hipocratic Oath (Sumpah Dokter)

At the time of being admitted as a Member of the Medical Profession:

- I solemnly pledge myself to consecrete my life to the service of humanity; - I will give to my teachers the respect and gratitude which is their due;

81

- I will practise my profession wth conscience and dignity; - The health of my patient will be my first consideration; - I will respect the secrets which are confided in me, even after the patient has died;

82

Hypocratic Oath

- I will maintain by all the means in my power, the honour and the noble traditions of the medical profession;

- My colleagues will be my brothers; I will not


permit considerations of religion, nationality, race, party politics or social standing to intervene between my duty and my patients
83

Hypocratic Oath

- I will maintain the utmost respect for human life from its beginning even under threat and I will not use my medical knowledge contrary to the laws of humanity; - I make these promises solemnly, freely and upon my honour.

84

Sumpah Dokter Islam

Pd tgl 12 16 Jan 1981, di Kuwait diselenggarakan First International Conference on Islamic Medicine yg menghasilkan Kode Etik Kedokteran Islam. Konferensi tsb juga merumuskan Sumpah Dokter Islam, sbb:

85

Sumpah Dokter Islam


Saya bersumpah dgn nama Allah Yang Maha Besar: 1. Mengingat Allah dlm melaksanakan profesi saya. 2. Melindungi jiwa manusia dlm semua tahap dan semua keadaan, melakukan semampu mungkin utk menyelamatkannya dr kematian, penyakit, rasa nyeri, dan kecemasan.
86

Sumpah Dokter Islam

3. Memelihara kemuliaan manusia, menutupi pribadinya, dan menyimpan rahasianya. 4. Dlm sgl hal, menjadi alat dan rahmat Allah memberikan perawatan kedokteran pada yg dekat dan yg jauh, yg taat dan yg berdosa serta teman maupun lawan.

87

Sumpah Dokter Islam

5. Berjuang mengejar ilmu dan menggunakannya utk keuntungan dan bukan aniaya bagi kemanusiaan. 6. Menghormati guru saya, mengajari sejawat saya yg masih muda, dan menjadikan saudara bagi setiap anggota profesi kedokteran yg bersatu dlm kesucian dan amal.
88

Sumpah Dokter Islam

7. Memelihara kepercayaan saya dlm pribadi dan dlm masyarakat, menghindari dr segala yg dapat menodai saya di mata Allah, NabiNya dan orang yg seakidah dgn saya. 8. Semoga Allah menjadi saksi thdp sumpah ini.

89

Landasan Etika Kedokteran


Meski banyak masalah kontroversi dlm etika kedokteran, penting utk dicatat bhw kewajiban moral yg sangat mendasar diterima oleh hampir semua orang sepanjang masa. Ada 4 (empat) prinsip khusus moral yg relevan dg praktek kedokteran: Autonomy - hak dr individu utk membuat keputusan atas namanya sendiri.

90

Landasan Etika Kedokteran

Beneficence - wajib utk berbuat sebaik mungkin. Non-maleficence - wajib utk tdk merugikan. Justice - suatu prinsip yg luas, termasuk ide ttg keadilan dan pembagian yg fair.

91

Landasan Etika Kedokteran


Juga perlu dipahami dua pendekatan

filofofis utama berikut yg berkaitan dg masalah etika: The Utilitarian approach the end justifies the means The Deontological approach which identifies absolute moral values in their own rights, as do for example the ten commandments.
92

Hak-hak Pasen
Kewajiban dokter utk melayani pasennya adl hal terpenting dari etika kedokteran. Prinsip bhw dokter hrs berbuat baik dan tdk boleh merugikan pasennya terdpt dlm setiap kode etik kedokteran. Dasar dr pengertian doctor Patient relationship dan esensi dr pelayanan pasen yg baik, adl partnership based on mutual respect, trust and confidence between the medical practitioner and the patient.
93

Hak-hak Pasen

Dlm hal ini termasuk menghormati akan kompetensi pasen dewasa utk, pd akhirnya, menetapkan haknya apa yg akan terjadi padanya. Tradisi hubungan dokter-pasen secara pribadi dmk, keadaanya kini menjadi agak tegang. Di antara banyak faktor penyebabnya adl makin meningkatnya keterlibatan pemerintah dlm membiayai pelayanan
94

Hak-hak Pasen

kesehatan, makin meningkatnya dokter yg berpraktek dlm grup2 dan di rumah2 sakit, kebutuhan yg lbh besar utk spesialisasi diberbagai bidang praktek dokter, dan makin banyaknya ketergantungan penanganan dokter thd dokter lain, ahli2 teknologi, fisioterafis, pekerja sosial, psikologis, dll, di dalam penanganan normal dr setiap pasen.

95

Hak-hak Pasen

Tambahan pula, keterampilan dokter (doctors skills) kini digunakan dlm berbagai situasi spt abortion, sterilization, artificial insemination, invitro fertilization, human organ transplantation, dying with dignity, the right to live, euthanasia and law enforcement. Hal ini semua sering secara signifikan bertolak-belakang dr satu atau lbh 4 prinsip dasar moral tsb tadi. Banyak dr masalah2 tsb. tampil sbg masalah2 yg sangat kontroversial antara moral dan hukum.
96

Hak-hak Pasen

Pd Sept 1981 World Medical Association mengadakan Sidangnya ke-34 di Lisabon. Deklarasi Lisabon mengeluarkan statemen ttg hak2 dr pasen, sbb.: Recognising that there may be practical, ethical or legal difficulties, a physician should always act according to his/her conscience and always in the best interest of the patient.

97

Hak-hak Pasen

The

following Declaration represents some of the principal rights which the medical profession seeks to provide to patients. Whenever legislation or government action denies these rights of the patient, physicians should seek by appropriate means to assure or to restore them.

98

Hak-hal Pasen

(a) The patient has the right to choose his physician freely. (b) The patient has the right to be cared for by a physician who is free to make clinical and ethical judgments without any outside interference. The patient has the right to accept or to refuse treatment after receiving adequate information.
99

Hak-hak Pasen

(d) The patient has the right to expect that his physician will respect the confidential nature of his medical and personal details. (e) The patient has the right to die in dignity. (f) The patient has the right to receive or to decline spiritual and moral confort, including the help of a minister of an appropriate religion.
100

Medical Negligence Malpractice


A. Hakekat hub ant profesi kesehatan dg pasien dan arti dr malpraktek 1. Hubungan yg bersifat jaminan (fiduciary relationship). Hukum mengharuskan seorang dokter bertindak dg itikad baik yg maksimal dg menghormati semua aspek dr diagnosa dan prosedur penanganannya.
101

Med. Negligence : Hakekat Hub 2. Hubungan kontraktual (contractual relationship). = Pengadilan biasanya memutuskan bhw terdpt hub kontraktual ant pasien dg ahli kesehatan khususnya dokter, baik secara tegas atau diam2. Seorang dokter memp kewajiban secara hukum, berdasarkan suatu kontrak secara diam2, utk bertindak dg kecakapan yg memadai dan bertindak hati2 serta sesuai dg kewajiban2 profesi.
102

Med. Negligence : Hakekat Hub

= Tambahan pula, seorang dokter terikat oleh setiap janji yg dibuatnya secara tegas. Namun dg menjamin kpd seorang pasien bhw suatu prosedur penanganan atau suatu operasi akan berhasil, berarti dokter telah mengikatkan diri bhw dia akan berhasil. Meskipun tdk disertai kontrak yg tegas.

103

Med. Negligence : Hakekat Hub

3. Tanggung jawab berdasarkan perbuatan melawan hukum (tort/negligence liability).

- Kebanyakan kasus malpraktek kedokteran didasarkan pd teori tanggung jawab ini. Hukum menjatuhkan sanksi berdasarkan suatu kewajiban utk bertindak secara wajar bagi melindungi orang lain.
104

Med. Negligence: Hakekat Hub.

- Seseorang yg menyebabkan kerugian yg dpt diduga (forseeable injury) thd orang lain krn kesalahannya berarti dia tlh melanggar kewajiban dan krn itu bertanggung jawab atas kerugian tsb. Ini berarti ahli kesehatan harus bertindak dg kadar yg sama ttg dasar2 perawatan yg berlaku pada setiap orang.
105

Med. Negligence: Hakekat Hub . - Sebagai tambahan, berdasarkan hub yg bersifat khusus dg pasien, ahli2 kesehatan berkewajiban kpd pasien utk memberikan perlindungan dg kadar yg khusus atas hal2 yg membahayakannya. Dia hrs mencegah orang lain dr terjadinya kekurangan2 dlm praktek profesinya dg selalu mentaati standar2 profesi.
106

Med. Negligence : Hakekat Hub.

- Standar ttg kecakapan (skill) dan perawatan


(care) mengharuskan utk bertindak berdasarkan kecakapan dan perawatan yg ekstra, bahkan dg kadar yg paling baik sekalipun.

107

Med. Negligence : Hakekat Hub.

4. Pengungkapan berita. Terdpt kewajiban secara diam2 di pihak dokter utk menahan diri dr pengungkapan keterangan yg dibuat pasien dlm konteks hubungan pasien dokter. Pengungkapan oleh dokter adalah sah,dan bahkan mungkin diperlukan, jika kewajiban yg lebih tinggi menuntutnya.

108

Med. Negligence : Hakekat Hub

Utk perlindungan dan keselamatan pihak ketiga, pengungkapan berita yg bersifat rahasia kadang2 diperlukan. Hakikat dan tingkat dr pengungkapan tsb., bgmn pun, tergantung pd kesiapan dan beratnya bahaya, dmk juga tergantung pd tersedianya tindakan2 lain bagi perlindungan pihak ketiga.
109

Pengungkapan berita diperbolehkan, jika relevan, mis. dlm pembelaan di pengadilan bagi tuntutan hukum thd malpraktek. Pengungkapan kpd pemerintah diperbolehkan jika dikehendaki oleh undang2, mis., laporan ttg battered child syndrome di banyak negara.
110

5. Lisensi/ijin praktek. Pembuat undang2 memiliki kekuasaan utk mengawasi lisensi atau mengadakan persyaratan2 sertifikasi bagi praktek pengobatan. Perkecualian dr keharusan adanya ijin praktek adl kewenangan negara, mis., bagi personil kesehatan militer, tindakan2 dlm keadaan darurat, dan pengobatan yg se-mata2 bersifat religius/spritual,
111

Mnrt UU No. 29/2004 Ttg Praktek Kedokteran, Ps. 37 (1), Srt Izin Praktek dikeluarkan oleh pejabat kesehatan di kabupaten/kota di tempat dokter/drg ybs berpraktek. Syarat2 utk mendpt izin praktek (Ps. 38) al: a. memiliki surat registrasi dokter/drg yg msh berlaku; b. memp tempat praktek; c. rekomendasi dr org. profesi.
112

a.Badan penilai negara,


Sesuai dg perundang-undangan dpt memberikan atau membatalkan ijin praktek, berdasrkan alasan yg bervariasi: 1) Immoral, dishonorable, or unprofessional conduct; 2) Malpractice; 3) Fraud, deceit, or misrepresentation; 4) Commission of a crime involving moral turpidute; 5) Drug abuse.
113

b. Cabang2 praktek dr petugas kesehatan yg memerlukan lisensi/ijin:


1) Physician and surgeons; 2) Dentists; 3) Osteopathic physicians; 4) Nurses and nurse-practitioners.

5) Phychologists;

114

6) Occupational, physical, or respiratory therapists; 7) Social workers; 8) Pharmacists; 9) Optometrists; 10) Chiropractic practitioners.

115

B. Kerugian (injury), ganti rugi (damages), dan penyebab (causation) 1. Kerugian dan ganti rugi. Meski seorang yg berpraktek melakukan malpraktek, tdk perlu menyembuhkan dan tdk hrs mengganti rugi, bila tindakannya itu tdk menimbulkan kerugian.
116

Contoh: seorang perawat yg bersalah krn lalai/lupa utk memastikan bhw peralatan yg berada di bawah tanggung jawabnya berada dlm keadaan benar2 steril utk digunakan dlm suatu operasi, dia telah melakukan mal praktek. Jika tdk terjadi infeksi sbg akibatnya, dia tdk dpt dipertanggung-jawabkan utk membayar ganti rugi, krn tindakannya itu tdk menyebabkan kerugian.
117

Dasar teoritis utk menghrskan pembayaran ganti rugi adl utk mengganti kerugian bagi pihak korban atas penderitaan yg disebabkan oleh tergugat. Tujuan dr sistem hukum yg menghrskan membayar ganti rugi tsb. adl utk menempatkan pihak korban dlm keadaan sebaik2nya, tapi tdk lebih baik drpd sblm kecelakaan dan menderita kerugian.
118

Jika tdk ada unsur kesalahan besar (gross negligence), kesengajaan, atau penipuan/ kecurangan, ganti rugi sbg hukuman (punitive damages), tdk diperbolehkan dlm kasus2 malpraktek. Menentukan ganti rugi sering lbh sulit drpd menetapkan bhw ada tanggung jawab.

119

Ganti rugi dibayarkan utk dua macam kerugian. Pertama, utk cacat jasmaniah; kedua, utk rasa sakit dan penderitaan. Kompensasi utk cacat fisik dpt berupa biaya pengobatan, biaya perawatan pemulihan penyembuhan di RS (convalescent care), dan biaya2 lain yg wajar yg perlu dikeluarkan oleh si penderita.
120

Ganti rugi juga meliputi kompensasi utk kehilangan penghasilan selama penyembuhan dan penghasilan yg diharapkan sbg akibat dari cacat fisik yg permanen. Meskipun secara relatif mudah utk menentukan biaya2 setelah pengobatan, meramalkan biaya2 yad dan kehilangan penghasilan adl sesuatu yg sulit dan tdk menentu.
121

Dasar ganti rugi macam kedua, yi rasa sakit dan penderitaan. Menetapkan harga thd rasa sakit dan penderitaan didasarkan pd legal fiction bhw uang dpt digunakan sbg kompensasi.Tdk ada metode utk mensahkan putusan bhw sejumlah uang yg diberikan menggantikan rasa sakit dan penderitaan. Putusan itu adl prinsip yg berlaku.
122

2. Kemungkinan sbg penyebab

(proximate-cause).
Proximate cause adl istilah hukum yg di gunakan utk menggambarkan hub sebabakibat ant suatu perbuatan dan akibatnya. Persoalan sebab-akibat ini sering menjadi isu utama dlm malpraktek.

123

Adl tdk cukup bagi penggugat utk membuktikan bhw tindakan dokter might have, atau could have, atau possibly have menyebabkan kerugian. Hukum mengharuskan bhw penyebabnya terbukti pd suatu kepastian medis. (penting utk dicatat bhw di sini adl kepastian medis, bukan kepastian hukum, dan ini berdasarkan pd kriteria medis, bukan kriteria hukum).
124

Alasannya, penentuan sebab-akibat yg hrs dibuktikan, dg perkecualian yg jarang terjadi, dg kesaksian ahli medis. Standar kepastian medis, meski dlm sebagian besar kasus, sering digantikan oleh suatu standar probabilitas medis yg lebih lunak dlm bbrp kejadian. Suatu contoh mis dlm misdiagnosis, dimana kegagalan men-diagnose suatu masalah yg memperkecil kemungkinan berhasilnya suatu pengobatan dan penyembuhan.
125

- Penerapan hukum ttg proximate cause dan


standar kepastian medis ini adl mrpk isu utama dlm kasus malpraktek oleh dokter yg gagal utk mendiagnose suatu penyuntikan pd sumsum tulang belakang bg kanker yg sangat ganas (a highly malignant spinal cancer). Meskipun gagal dlm mendiagnose, pengadilan memutuskan dokter tdk bersalah.
126

Pengadilan berpendpt bhw proximate cause tdk terbukti, krn tdk ditemukan cukup bukti bhw jika diagnosenya benar, pembedahan/ operasi akan menyebabkan umur pasien lbh panjang.

127

3. Res ipsa loquitur the thing speaks for itself. Dlm banyak kejadian, penggugat menuntut ganti rugi akibat malpraktek tdk perlu membuktikan apa penyebab terjadinya kerugian; mis, penggugat dpt mengajukan kasus tanpa mengajukan kesaksian ahli medis. Persyaratan2 yg hrs ada utk memberlakukan res ipsa loquitur dlm suatu kasus, adalah:
128

a. Suatu kerugian sbg akibat; b. Keadaan adalah satu2nya dimana kerugian biasanya tdk terjadi kecuali krn adanya kesalahan; c. Tergugat adalah menguasai keadaan; d. Tergugat lbh mengetahui ttg kejadian tsb drpd penggugat.

129

- Res ipsa loquitur berlaku thd kasus dimana gigi pasien copot pd saat pasien dianestesi selama operasi utk pengambilan amandel. Biasanya, gigi pasien tdk copot selama operasi. Krn dokter bedah dan dokter2 lain, didampingi suster yg hadir, menguasai keadaan, dan krn mrk diperkirakan mengetahui apa yg menyebabkan terjadinya kerugian sdg pasien tdk, maka doktrin tsb berlaku.
130

4. Contributory negligence.
Korban/pasien turut bersalah menyebabkan kerugian. Doktrin c.n. menghalangi pasien utk memperoleh ganti rugi dr praktisi kesehatan. Doktrin c.n. berlaku meski kesalahan pasien relatif lbh kecil dibandingkan dg kesalahan praktisi kesehatan. Sejauh kesalahan pasien merpkan bagian dr proximate causation dr kerugian, ganti kerugian tdk diperoleh.

131

Doktrin c.n. berakar dr hukum Inggris, yg mendasar kan pd premis adalah wajar bhw seseorang memiliki kewajiban utk menjaga dirinya sbgmn juga thd orang lain. Pemberlakuan c.n. di bidang malpraktek medis, diterapkan pada keadaan sbb.:

132

a. Kerugian sbg akibat langsung dr perbuatan pasien sendiri. b. Adanya campur-tangan dr pasien. c. Tdk mengikuti petunjuk2 yg diberikan oleh dokter utk mencegah kerugian. d. Menolak utk mengikuti perawatan yg benar. e. Menolak mengikuti perawatan lebih lanjut
133

5. Comparative negligence. Doktrin cpn diterima di bbrp negara. Doktirn ini mengatur bhw jika kesalahan penggugat (pasien) lbh kecil drpd kesalahan tergugat (dokter), mk penggugat memperoleh ganti rugi. Ganti rugi yg diperoleh penggugat dikurangi sejumlah persentase kesalahan yg dilakukannya.
134

C. Skill and Care.


1. The general standard. Praktisi kesehatan dihrskan memiliki skill yg standar dan melaksanakan perawatan standar pula. Secara umum dia diharapkan memiliki dan mampu melaksanakan derajat skill dan pengetahuan standar yg dimiliki dan dilaksanakan oleh praktisi kesehatan dr sekolah kedokteran yg sama atau dr masyarakat yg
135

sama, dan menggunakan perawatan yg standar dan wajar serta memiliki ketekunan dlm mengaplikasikan skill dan pengetahuannya dlm menghadapi suatu kasus. Tanpa adanya kontrak khusus, praktisi kesehatan tdk terikat utk menjamin hasil yg memadai, atau utk melaksanakan skill dan perawatan yg luar biasa, atau ia hrs menyelenggarakan skill dan perawatan dg tingkat yg sangat tinggi.
136

Standard skill dan perawatan yg biasa digunakan baik utk diagnose maupun utk pengobatan. Penentuan apakah tindakan2 praktisi kesehatan telah memenuhi standar adalah suatu masalah ttg fakta yg dibuat oleh evaluator.

2. The specialist.
Seorang dokter yg menamakan diri sbg spesialis hrs melaksanakan skill dan pengetahuan yg dimilikinya sederajat dg spesialis lainnya di bidang yang sama.
137

Seorang spesialis, sbgmn juga dokter umum, hanya diharuskan utk melaksanakan skill dan perawatan yg ordinary, tapi standar yg dia lakukan diukur oleh ordinary spesialis juga. Adl tdk cukup bhw tindakan2nya sbg wajar/ layak (reasonable) oleh perbandingan dg non spesialis.
138

Beberapa Contoh Kasus


Contractual relationship Kasus 1: (Carpenter v. Moor, 51 Wash. 2d 795, 322 P.2d 125) Although there was no evidence of negligence or fault on the part of the dentist, a patient was allowed to recover in an action against a dentist for breach of contract. The dentist had agreed to make upper and lower partial plates to the patients complete satisfaction.

139

Kasus 2: (Herrera v. Roesing, Colo, App., 533 P.2d 60) After performing a tubal ligation, the physician made remarks to the effect that the patient would not get pregnant in the future. Later, the woman did become pregnant and sued the doctor for breach of contract. The court held for the physician, finding that the doctor had made no warranty prior to the surgery and that his remarks after surgery were merely opinions and not guarantees.
140

Kasus 3: (Grady v. Turlin, 170 Conn. 443, 365 A.2d 1076) The legal application of proximate cause and the medical certainty standard was the main issue ia a case of malparctice by physicians who faild to diagnose a highly malignant spinal cancer. Despite the failure of diagnosis, the court directed a verdict in favor of the physicians. The court found that proximate cause was not established, because of absence of sufficient evidence that if the correct diagnosis had been made, surgery would have prolonged the patients life.
141

Kasus 4: (Lockhart v. Besel, 71 Wash.2d 112, 426 P.2d 605) After a tonsillectomy performed by the defendant, the patient began to hemorrhage and lost a great deal of blood. The physician-defendant did nothing to control the condition. Although there was no medical testimony concerning the the cause of death, the testimony by laywitnesses to the excessive amount of blood which the child lost was held to be sufficient to justify the verdict that the child had bled to death.
142

Kasus 5: (Stejskal v. Darrow, 55 N.D. 606, 215 N.W. 83) After going to physician for treatment, a woman was brought by the physician to a hospital, where she was refused admittance. Although the physician was directed to take her to another hospital, he returned her to his office, where he put her on a couch and gave her no treatment. Her death was later determined to have been caused by a rupture of her uterus following instrumental interfernce with pregnancy. The evidence establihed the physicians negligence with sufficient certainty.
143

Res ipsa loquitur Kasus 6 : (Brown v. Shortlidge, 98 Cal.App. 322, 277 P. 134) Res ipsa loquitur was applied to a case where a patients tooth was knocked out while the patient was under anesthetic during an operation for removal of his tonsils. Normally, a patients tooth would not be knocked out during such an operation. Since the surgeon and other doctors, along with the nurses present, were in control of the situation, and because they would be expected to know what happened to cause the injury while the patient would not, the doctrine was applicable.
144

Contributory negligence Kasus 7 : (Rochester v. Katalan, 320 A.2d 704) After a patient died of multiple drug intoxication, an action was brought against the patients physician for wrongful death. Although the physician had administered a large dose of methadone, the action was barred by the decedents contributory negligence, where the decedent had falsely told the physician that he was a heroin addict. He had also deliberately manifested physical symptons of heroin withdrawal after soliciting the medication, without informing the physician that he had consumed alcoholic beverages and librium pills earlier that day.
145

Skil and Care Kasus 8 : (Cobbs v. Grant, 8 Cal. 3rd 229, 104. Cal.Rptr. 505, 502 P.2d 1) The application of the ordinary standard of skill relieved a surgeon from liability in an case where the surgeon severed an artery at the hilum of the spleen during an operation for a duodenal ulcer. Expert testimony established that even with due care, the spleen may be injured in approximately five percent of such cases.
146

Bbrp petimbangan ttg masalah2 khusus

A. Kelalaian yg hampir sepenuhnya dpt dicegah: 1. Di bid pembedahan, kebidanan, dan anestesi. a. Mengoperasi pasen yg salah. b. Lalai menghitung peralatan dan spon sblm dan ssdh suatu prosedur (tertinggal benda di dlm bdn pasen mngk yg paling sering terjadi pd kasus malpraktek. trmsk benda2 yg tertinggal oleh anestesiologis)
147

c. Lalai utk memastikan bhw peralatan, se- suai dg fungsinya, tersedia utk digunakan pd saat diperlukan. d. Pelaksanaan prosedur suatu nonemergency dimana tdk ada persetujuan sblmnya. e. Lalai utk menyediakan atau persiapan yg cukup bg keadaan darurat ssdh operasi.
148

f. Lalai utk memastikan bhw posisi pasen slm operasi tdk akan menyebabkan penderitaan akibat saraf tertarik, pembuluh darah tertahan, dsb., atau membolehkan pasen menjadi hypothermic slm operasi. g. Memulai operasi nonemergency dg menyertakan seorang staf yg mabuk atau tdk kapabel.
149

h. Lalai utk memberitahu dan memperoleh persetujuan dr pasen hamil sehub dg kemungkinan bhw dokter kandungan tdk dpt secara pribadi melakukan kelahiran yg sebenarnya. i. Lalai to have a protocol bagi persiapan pra-anestesia dr pasen dan utk memonitor pasen slm anestesia.
150

j. Melaksanakan prosedur utk pertama kali atau stlh wkt yg lama tanpa meninjau kembali prosedur tsb., termasuk kemungkinan adanya komplikasi2 secara anatomis atau yg lainya.

151

2. Di bid pengobatan atau pembedahan a. Tdk tahu secara pasti obat2 apa yg dpt menyebabkan alergi pd pasen. b. Lalai utk mengawasi dan memonitor para bawahannya yg diberi kekuasaan/kewenangan olehnya. c. Mencatat, atau bahkan memberi resep, suatu obat yg berbeda dr orang yg sebenarnya, atau memberi obat kpd pasen yg salah.
152

d. Menulis resp obat baru tanpa mengetahui sblmnya efek samping apa yg mngk timbul. e. Lalai utk melakukan persetujuan familinya dlm hal pasen tdk mampu. f. Lalai utk mendptkan seperangkat prosedur tertulis utk pemeriksaan scr periodik bhw sistem2 diagnostic dan therapeutic seseorang adl berfungsi dan berada di tempat.
153

g. Memberikan informasi tanpa persetujuan kpd pihak yg tdk berhak. h. Menulis resep obat2 scr tdk terbatas kpd pasen tanpa memeriksa kasus tsb scr periodik dan scr pribadi. i. Menolak adanya konsultan yg di panggil jika diminta oleh pasen. j. Menggunakan prosedur yg tdk lazim atau percobaan tanpa persetujuan sblmnya.
154

k. Lalai utk memberitahu pasen jika ada kesalahan penting tlh terjadi (mis, ada spon yg tertinggal di dlm tubuh). l. Lalai utk mencatat no. telepon utk menghubungi pasen, termsk nasihat yg diberikan, resep obat2an, dsb. m. Mengizinkan praktek seseorang tanpa kendali shg dia selalu ter-buru2, kecapaian, bekerja lbh keras, dan di bawah tekanan.
155

3. Di bid Keperawatan a. Lalai memberitahu para dokter yg menangani kasus ketika terdpt perkembangan yg serius dr kondisi pasen. Memberikan informasi yg benar kpd dokter dg mengambil langkah2 yg perlu utk meninggalkan pesan pd berbg tempat yg ber-beda dan utk menghubungi dokter secepatnya. Pd bbrp keadaan darurat, mgk usaha meng-hubungi dokter lain sbg tindakan sementara.
156

b. Lalai memberitahu para pihak yg tepat utk mengetahui bhw peralatan yg penting tdk befungsi. c.Memeriksa setiap perintah yg kelihatannya tdk cocok utk kasus tsb. Membuat penyelidikan tsb kpd dokter adl benar jika perintah yg diteliti tsb sepertinya tdk lazim pd jenis kasus tsb. (Sebaiknya scr bijak, peranannya bkn utk
menolak putusan dokter, kecuali dlm siatuasi yg ekstrim. Dlm hal ini, penting utk mendiskusikannya dg supervisor keperawatan).
157

d. Kesalahan dlm meminta bantuan ketika keperluan pasen menjadi terlalu besar utk dikerjakan oleh staf yg ada. e. Memberikan pengobatan yg salah, salah dosis, salah bentuk (tablet atau cairan), dg kesalahan alur administrasi, memberikan kpd pasen yg salah, atau bahkan pd wkt yg salah. f. Salah utk menjaga pasen yg tdk berdaya, mis, dg menjaga terus sisi-kereta ke atas, spt bg yg sngt tua, sngt muda, atau mrk yg tdk sadar sepenuhnya.
158

4. Di bid tehnisi rumah sakit dan terapis a. Lalai utk memastikan bhw setiap tisu, contoh darah, atau x ray, dsb. berlabel secara tepat spt tanggal, pasen, nomor rumah sakit, dan bagian dr badan (Termsk kiri-kanan, atasbawah, dsb.). b. Lalai utk mencocokan darah scr tepat utk transfusi. c. Lalai memberitahu dokter yg bertugas jika timbul masalah sehub dg pasen.

159

5. Umum a. Lalai memiliki protokol utm memantau lingkungan dimana pasen dan yg lainnya cukup cahaya guna menjaga keselamatan pasen. b. Lalai utk membetulkan keadaan, jika ditemukan, yg berbahaya mis, kursi yg kakinya copot, permadani yg licin, dsb.
160

n. Lalai utk bertanya kpd teman sejawat, profesor, atau membaca buku2 jika dokter kebingungan ttg kasus yg dihadapinya. o. Terlibat dg pasen selain dlm hub yg benar2 ant dokter-pasen, mis, seksual, bisnis, menerima hadiah dr pasen selain tanda penghargaan, atau sbg ahli waris berdasar surat wasiat pasen.
161

p. Lalai utk memberitahu pasen jika suatu diagnostik penting ditemukan stl pasen tlh tdk berhub lagi dg dokter. (mis, suatu keadaan yg abnormal yg penting dr hsl X-ray yg diterima stl pasen tlh meninggalkan rumah sakit). q. Menulis resep atau suatu perintah rumah sakit yg tidak terbaca.
162

Undang-Undang RI No. 29 Thn 2004 Tentang Praktik Kedokteran


Apa yg dimaksud dg praktek kedokteran? Apa yg dimaksud dg Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) itu? Apa yg dimaksud Sertifikat Kompetensi? Apa itu registrasi? Apa yg dimaksud surat ijin praktek? Siapa itu pasien? Apa yg disebut profesi kedokteran itu?
163

Apa yg dimaksud dg organisasi profesi dokter? Apa kolegium kedokteran Indonesia dan kolegium kedokteran gigi Indonesia itu? Apa pula yg dimaksud dg Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia (MKDI)? Mengapa praktek kedokteran perlu diatur? Apa fungsi, tugas, dan wewenang KKI itu? Registrasi dokter dan dokter gigi
164

Penyelenggaraan Praktek Kedokteran: = Srt Iizin Praktek; = Pelaksanaan Praktek; = Pemberian Pelayanan; = Standar Pelayanan; = Persetujuan Tindakan; = Rekam Medis; = Rahasia Kedokteran; = Hak dan Kewajiban Dokter dan Dokter Gigi; = Hak dan Kewajiban Pasen
165

Disiplin Kedokteran dan Kedokteran Gigi: - Fungsi dan tugas MKDI; - Pengaduan; - Pemeriksaan; - Keputusan. Pembinaan dan Pengawasan: + Siapa yg berwenang, + Tujuan, + Larangan2.
166

Ketentuan Pidana: = Tanpa surat tanda registrasi, = Tanpa izin praktek, = Menggunakan identitas tanpa hak, = Menggunakan alat tanpa hak, = Tidak melakukan hal2 tertentu, = Memperkerjakan dokter yg tdk memenuhi persyaratan.

167

You might also like