You are on page 1of 11

BAB I TATA TERTIB DAN KETERATURAN PEMIMPIN FORMAL DAN INFORMAL I.

PENGANTAR Tata tertib dan keteratuiran itu sama halnya dengan kebutuhan akan makanan dan perlindungan yang sangat diperlukan oleh manusia. Bahkan binatang, misalnya kawanan ikan, segerombolan burung dan sekumpulan gajah dihutan rimba, memepertahankan kehidupan secara menggerombol atau kooperatif; dan mengikuti pola tata tertib yang pasti, walaupun semuanya berlangsung atas dasar instingnya. Tanpa pola tata tertib dan kooperatif mereka tidak akan bertahan hidup, dan tidak akan mampu bertahan keberadaannya. Juga terbit dan tenggelamnya matahari, bulan dan bintang-bintang, pergantian hari menjadi malam, runtutan musim Barat, masa pancaroba dan musim Timur, semua itu merupakan bertuk keteraturan dan tata tertib alam. Demikin pula dengan keadaan manusia: dari bayi, kanak-kanak sampai usia dewasa, relasi pria-wanita dan anak keturunannya yang paling sederhana dalam bentuk keluarga, sampai dengan bentuk relasi social yang serba rumit berwujud kompleks industri, sindikat-sindikat dagang dan uni bangsa-bangsa; semuanya merupakan gejala ketertiban dan budaya manusia yang terus menerus bergerak secara dinamis. Dalam kekompleksan masyarakat demikin manusia harus hidup bersamasama dalam suasana tertib dan terbimbing oleh pemimpin; dan tidak bisa hidup menyendiri. Maka demi efisiensi kerja dalam upaya mencapai tujuan bersama, dan untuk mempertahankan hidup bersama, diperlukan bentuk kerja kooperatif. Dan semua kegiatan kooperatif dak karya budaya (aktivitas membuat budaya) itu perlu diatur, perlu dipimpin.

II.

TEORI DAN TEKNIK KEPEMIMPINAN Kepemimpinan merupakan cabang dari kelompok ilmu administrasi,

khusunya ilmu administraspengukuti Negara. Sedang ilmu administrasi adalah

salah satu cabang dari ilmu-ilmu social, dan merupakan salah satu perkembangan dari filsafat. Dalam kepemimpinan ini terdapat hubungan antar manusia, yaitu hubungan mempengaruhi (dari pemimpin) dan hubungan kepatuhan-ketaatan para pengikut/bawahan karena dipengaruhi oleh kewibawaan pemimpin. Para pengikut terkena pengaruh kekuatan darin pemimpinnya, dan bangkitlah secara spontan rasa ketaatan pada pemimpin. Kepemimpinan dimasukkan dalam kategori ilmu terapan dari ilmu-ilmu social, sebab prinsip-prinsip, definisi, dan teori-teorinya diharapkan dapat bermanfaat bagi usaha peningkatan taraf hidup manusia. Seperti ilmu-ilmu lain, kepemimpinan sebagai cabang ilmu bertujuan untuk: 1) Memberikan pengertian mengenai kepemimpinan secara luas, 2) Menafsirkan dari tingkah laku pemimpin, dan 3) Pendekatan terhadap permasalahan social yang dikaitkan dengan fungsi kepemimpinan, yaitu: a. Teori kepemimpinan, dan b. Teknik kepemimpinan. Teori kepempinan adalah: 1) Suatu penggenaralisasian dari suatu seri fakta mengenai sifat-sifat dasar dan perilaku pemimpin dan konsep-konsep kepemimpinan; 2) Dengan menekankan latar belakang historis, dan sebab musabab timbulnya kepemimpinan serta persyaratan untuk menjadi pemimpin; 3) Sifat-sifat yang diperlukan seorang pemimpin, tugas-tugas pokok dan fungsinya, serta etika profesi yang perlu dipakai oleh pemimpin. Teknik kepemimpinan adalah: 1) Kemampuan dan keterampilan teknis pemimpin dalam menerapkan teori-teori kepemimpinan ditengah praktik kehidupan dan dalam organisasi tertentu, dan 2) Melingkupi konsep-konsep pemikirannya, perilaku sehari-hari, serta peralatan yang digunakan.

Dalam sistematika ulasan mengenai materi kepemimpinan, terlebih dahulu ditekankan masalah teori kepemimpinan. Baru kemudian didukung oleh uraianuraian mengenai bentuk serta teknik kepemimpinan. Hal ini ditujukan kepada: 1) Agar para pemimpin benar-benar menguasai teknik-teknik kepemimpinan (sebagai bentuk perilaku praktis); sehingga berhasil fungsinya selaku pemimpin dalam menerapkan teknik-teknik tertentu ditengah kehidupan dan organisasi. 2) Melalui pemahamn teori-teori kepemimpinan, maka perilaku pemimpin akan lebih efektif, dan lebih sinkron dengan nilai dan norma-norma organisasi serta menajemen. Dengan demikina dapat ditingkatkan kualitas kepemimpinannya. Tampaknya ada kecendrungan di tanah air sekarang ini untuk lebih menyukai gaya kepemimpinan yang datang dari luar negeri - kkhususnya Negara Eropa dan Amerika Serikat . sedang ciri-ciri utama dari kepemimpinan yang diwariskan oleh nenek moyang sendiri ((raja-raja, negarawan, pemimpin agama, seniman, sastrwan besar dan tokoh pemimpin masyarakat lainnya) cenderung diabaikan atau dilupakan. Padahal, syarat-syrat kepemimpinan yang diwariskan oleh para leluhur itu bila dikaji kembali dan diterapkan, pasti akan memberikan bobot moral, ajaran untuk memebentuk watak dan kepribadian pemimpin, serta dapat meningkatkan kualitas teknis dan sosialnya. Sehubungan dengan uraian diatas, maka perlu dikaji kembali dan dipertahankan nilai-nilai moral yang bersumber pada pandangan hidup bangsa sendiri, untuk memunculkna sekelompok pemimpin yang berwatak baik, berkepribadian, dan memiliki tanggung jawab susila yang tinggi. Disamping itu, kita dapat menyerap sifat-sifat utama dari kepemimpinan Barat, antara lain adalah cirri yang demokratis, rasional, objektif, efektif, dan efisien.

III. ORDE, ORGANISASI, ADMINISTRASI Manusia pada akhirnya harus menyadari, bahwa dirinya adalah anggota dari satu dunia yang teratur dan mempunyai ketertiban sendiri. Sgenap aspek kebudayaan manusia merupakan bentuk tata tertib yang dinamis yang mempunyai hokum-hukum serta otonomi sendiri. Tanpa ketertiban, dunia akan merupakan

kekacauan besar, merupakan kekacauan yang tidak terkendali, dan pasti mengakibatkan musibah bagi umat manusia. Maka salah satu cara untuk memelihara, mengurus, mngelola, mengendalikan dan mengatu (melakukan) regulasi terhadap dunia ini ialahberupa administrasi. Administrasi secara harfiah berasal dari Ad dan ministrare = mengelola,, mengurus, memilihara, mengendalikan, memerintah.

IV. PEMIMPIN FORMAL DAN INFORMAL Pemimpin formal adalah orang yang oleh organisasi/lembaga tertentu ditunjuk sebagai pemimpin, berdasarkan keputusan dan pengankatan resmi untuk memangku suatu jabatan dalam struktur organisasi, dengan segala hak dan kewajiban yang berkaitan dengannya, untuk mencapai sasaran organisasi. Maka ciri-ciri pemimpin formal ialah: 1) Berstatus sebagai pemimpin formal selama masa jabatan tertentu, atas dasar legalitas formal oleh penunjukan pihak yang berwenang (ada legitimasi). 2) Sebelum pengangkatannya, dia harus memenuhi beberapa persyratan forma terlebih dahulu. 3) Ia diberi dukungan oleh organisasi formal untuk menjalankan tugas kewajibannya. Karena itu dia memiliki atasan/superiors. 4) Dia mendapatkan balas jasa materiil dan immateriil tertentu serta emolument (keuntungan ekstra, penghasilan sampingan, dan lainnya. 5) Dia bisa mencapai promosi atau kenaikan pangkat formal, dan dapat dimutasikan. 6) Apabila dia melakukan kesalahan-kesalahan, dia akan dikenai sanksi atau hukuman. 7) Selama menjabat kepemimpinan, dia diberi kekuasaan dan wewenang, antara lain: menentukan policy, memberikan motivasi kerja kepada bawahan, menggariskan pedoman dan petunjuk, mengalokasikan jabatan dan

penempatan bawahannya. Pemimpin informal adalah orang yang tidak mendapatkan pengangkatan formal sebagai pemimpin, namun karena ia memiliki sejumlah kualitas yang

unggul, dia mencapai kedudukan sebagai orang yang mampu mempengaruhi kondisi psikis dan perilaku suatu kelompok atau masyarakat. Ciri-ciri pemimpin informal antara lain adalah: 1. Tidak memiliki penunjukan yang formalatau legitimitas sebagai pemimpin. 2. Kelompok rakyat atau masyarakat memilih dirinyadan mengakuinya sebagai pemimpin. Status kepemimpinannya berlangsung selama kelompok yang bersangkutan masih mau mengakui dan menerima pribadinya. 3. Dia tidak menerima dukungan dari suatu organisasi formal dalam menjalankan tugas kepemimpinannya 4. Biasanya tidak mendapatkan imbalan balas jasa, atau imbalan jasa itu diberikan secara suka rela. 5. Tidak pernah dimutasikan, tidak pernah mencapai promosi, dan tidak memiliki atasan. Dia tidak perlu memenuhi persyaratan formal tertentu. 6. Apabila ia melakukan suatu kesalahan, ia tidak dapat dihukum, hanya saja respek terhadap dirinya akan berkurang, pribadinya tidak diakui, dan ditinggalkan oleh massanya. Pengaruh pemimpin-pemimpin informal ini dapat positif namun juga dapat negatifsifatnya, demikian pula peranannya di tengah masyarakat. Peranan sosialnya dalam memberikan pengaruh berupa sugesti, larangan, dan dukungan oleh masyarakat luas untuk menggerakkan atau berbuat sesuatu. Besarnya peranan itu tergantung pada besar kecilnya dampak sosial yang disebabkan oleh kepemimpinannya, serta tinggi-rendahnya status sosial yang diperolehnya, dan status sosial ini pada umumnya dicapai karena beberapa faktor dibawah ini: 1. Keturunan: misalnya keturunan bangsawan, pendeta, keluarga kaya raya, dan lain-lain. 2. Karena ia memiliki harta yang melimpah ruah yang dihasilkannya sendiri. 3. Taraf pendidikan yang lebih tinggi 4. Pengalaman hidup yang lebih banyak, sehingga ia memiliki kualitas dan keterampilan tekhnis tertentu. 5. Memiliki sifat-sifat kharismatik dan ciri-ciri herediter unggul lainnya. 6. Jasa-jasa yang diberikan kepada masyarakat.

Secara ringkas dapat dikatakan bahwa baik pemimpin formal, maupun pemimpin informal dapat menduduki jabatan kepemimpinannya disebabkan oleh faktor berikut: 1. Penunjukan dan penetapan dari atasan. 2. Karena warisan kedudukan yang berlangsung turun-temurun. 3. Karena dipilih oleh pengikut dan pendukungnya. 4. Karena pengakuan yang tidak resmi dari bawahan. 5. Karena kelebihannya memiliki kualitas pribadi. 6. Karena tuntutan situasi kondisi atau kebutuhan zaman.

V.

PEMIMPIN DAN ORGANISASI Organisasi adalah sistem kegiatan terkoordinasi dari kelompok orang yang

bekerjasama mengarah pada tujuan bersama di bawah kewenangandan kepemimpinan. Selanjutnya, hubungan antara pemimpin/ organisasi, management, dan administrasi itu sangat erat sekali. Kepemimpinan terutama mempunyai fungsi sebagai kepemimpinan,

penggerak/dinamisator dan koordinator dari suber daya manusia, sumber daya alam, semua dana, dan sarana yang telah disiapkan oleh sekumpulan manusia yang berorganisasi. Manajemen manurut RW. Morell dalam bukunya Management: Ends and means menuliskan Management adalah aktivitas dalam organisasi, terdiri dari penentuan tujuan-tujuan (sasaran) suatu organisasi dan penentuan sarana-sarana untuk mencapai sasaran yang efektif. Administrasi Menurut P. Sondang Siagian ialah keseluruhan kerjasama antar 2 orang manusia atau lebih didasarkan atas rasionalitas tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Maka menurut definisi tersebut dapat disipulkan hal-hal yang penting dalam administrasi adalah: 1. Adanya sekumpulan manusia yang melakukan kerjasama. 2. Yang memiliki alasan tertentu untuk bertingkah laku dalam mencapai tujuan

3. Dengan menggunakan segala sarana, dana, peraturan dalam perurutan waktu tertentu. Maka usaha dan kerjasama ini dapat dicapai dengan efisien dan efektif, apabila dilaksanakan sesuai cara tertentu, ialah menggunakan manajemen, karena itu manajemen dapat dianggap sebagai inti dari administrasi. Pada umumnya manajemen berperan dan berfungsimerencanakan, mengorganisir, melakukan evaluasi, dan mengontrol segenap aktifitas organisasi serta administrasi. Maka keberhasilan organisasi untuk mencapai tujuan yang ingin diraih bergantung pada kepemimpinannya yaitu apakah kepemimpinan tersebut mampu menggerakkan semua sumber daya manusia, sumber daya alam, sarana, dana, dan waktu secara efektif-efisien secara terpadu dalam proses manajemen. Pola kepemimpinan setiap organisasi berbeda-beda. Pola kepemimpinan organisasi bisnis berbeda dengan pola kepemimpinan partai politik, berbeda pula dengan pola kepemimpinan organisasi sosial. Demikian pula dengan pola kepemimpinan pemerintah setiap negara, masing-masing dengan ciri-ciri keunggulan dan kelemahannya. Sebab pola kepemimpinan dari satu pemeritahan itu ditentukan oleh beberapa determinan, yaitu: 1. Filsafat Negara sebagai pandangan hidup dan pandangan dunia. 2. Faktor ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, nasional yang berkembang di Negara yang bersangkutan. 3. Kepribadian pemimpin-pemimpinnya dengan segala sifat, kebiasaan,

tempramen, dan wataknya, yang menentukan corak organisasi yang akan digunakan, pembantu-pembantu yang mengelilinginya, sarana yang dipakai, ideologi yang dianut, dan tujuan-tujuan yang ingin dicapai.

BAB II ARTI KERJA BAGI MANUSIA DAN KAITANNYA DENGAN KEPEMIMPINAN I. PENGANTAR Bekerja itu merupakan aktivitas sosial bagi manusia, dengan dua fungsi pokok, yaitu: 1. Memprodusir barang/benda-benda dan jasa jasa bagi diri sendiri dan orang lain; dan 2. Mengikat individu pada pola interrelasi manusiawi dengan individu lain; karena orang harus selalu bekerjasama dan berkomunikasi dengan orang lain untuk mempertahankan keberadaannya. Aspek terpenting dari bekerja ialah: motivasi kerja; yaitu motivasi untuk mendapatkan nilai-nilai ekonomis tertentu dalam wujud gaji, honorarium, premi, bonus, kendaraan dan rumah dinas, dan lain-lain. Juga bisa berwujud nilai-nilai sosial. Nilai sosial atau nilai immateriil ini antara lain berupa: penghargaan, respek, kekaguman kawan-kawan, status sosial, prestise dan martabat diri. II. NILAI BEKERJA/KARYA BAGI MANUSIA Pandangan bahwa orang kurang menyukai pekerjaan itu sudah banyak ditinggalkan pada zaman modern sekarang. Kenyataan menunjukkan, bahwa banyak buruh profesional, ahli-ahli teknik, seniman-seniman, juru-juru dengan keahlian tinggi dan pakar ilmu pengetahuan, semuanya bersungguh-sungguh dan mencintai pekerjaannya. Maka pandangan modern melihat kerja/karya manusia itu sebagai berikut: 1. Kerja itu mempakan aktivitas dasar dan bagian essensial dari kehidupan manusia. 2. Kerja merupakan aktivitas sosial yang memberikan bobot dan isi kepada kehidupannya. 3. Moral dari individu itu tidak mempunyai kaitan langsung dengan kondisi fisik/materiil dari pekerjaan.

4. Insentif kerja itu banyak bentuknya, antara lain ialah: uang, jaminan sosial, jaminan hari tua, status sosial, dan lain-lain. Beberapa aspek penting dari kerja yang perlu dibahas dan diperhatikan oleh pemimpin ialah: motivasi dan lingkungan kerja. Motivasi bekerja itu tidak hanya berwujud kebutuhan ekonomis yang bersifat materiil saja (misalnya berbentuk uang), akan tetapi bisa juga berwujud: respek/penghargaan dari lingkungan, prestise dan status sosial, yang semuanya merupakan bentuk ganjaran sosial yang immateril sifatnya. Tidak selalu motif uang itu menjadi motif primer bagi orang yang bekerja. Kebanggaan akan hasil karya sendiri, interest atau minat yang besar terhadap pekerjaan, merupakan insentif kuat untuk mencintai suatu pekerjaan. Lingkungan kerja; yaitu lingkungan atau kondisi materiil dan kondisi psikologis. Kondisi materiil yang baik, banyak memberikan fasilitas kemudahan kerja. Namun kondisi materiil yang prima itu belum tentu atau bahkan sedikit sekali berkaitan langsung dengan moral yang baik. Sama halnya kondisi fisik yang sangat buruk/berbahaya, sering tidak berkorelasi langsung dengan moral yang buruk/rendah, dan sikap menolak terhadap pekerjaan. Unsur perasaan itu besar sekali peranannya bagi penentuan sikap pemimpin dan pengikut-pengikut. Sehingga masalah pokok bagi ilmu kepemimpinan dan manajemen modern ialah: bagaimana caranya membuat kegiatan-kegiatan individual dan organisasi-organisasi karya ini menjadi lebih human/manusiawi lagi. Adapun alasan-alasannya ialah sebagai berikut: 1. Organisasi kerja/karya itu pada inti hakikinya harus mempakan sistem yang human (penuh unsur-unsur kemanusiaan); jangan dianggap seperti sistem robot atau sistem mesin belaka. 2. Manajemen dalam organisasi kerja itu pada dasarnya harus merupakan: usaha koordinasi tenaga manusia yang bertumpu pada bakat dan kemampuan individu masing-masing yang terus-menerus harus dikembangkan. 3. Secara implisit, organisasi kerja tersebut hams memberikan kesempatan kepada setiap warganya untuk berkembang dan (merealisasikan diri); juga untuk memberikan kontribusi sosial, sesuai dengan bakat dan kemampuan masing-masing orang.

4. Keadilan dan kesejahteraan itu harus merata, baik pada lapisan masyarakat atas, maupun pada lapisan bawah. Orang bekerja itu pada dasarnya tidak melulu dikuasai oleh motif-motif ekonomis belaka namun terdapat juga dorongan batiniah yang sangat kuat untuk mencari satu tempat atau status sosial di mana individu dapat berakar, untuk dihargai orang lain, mencari sekuritas, untuk diterima menjadi bagian terintegrasi dari satu unit; dan untuk memainkan satu peranan (untuk berfungsi). Dengan demikian seseorang dapat menemukan arti dari karya/kerjanya, dan bisa menghayati makna hidupnya.

III. MASYARAKAT MODERN DAN MASALAH KERJA Selanjutnya, situasi bekerja dalam masyarakat modern yang serba kompleks sekarang selalu membutuhkan kerjasama untuk mencapai tujuan bersama. Dalam situasi kerja sedemikian selalu dibutuhkan pemimpin dan kepemimpinan demi efisiensi kerja. Muncullah kemudian hirarki organisasi dengan beberapa lapisan otoritas (kekuasaan); mulai dari pemimpin teratas atau top-manajer, pemimpin tengahan, sampai opseter dan mandor-mandor pada eselon bawahan. Kecuali lapisan atas, semua orang yang sibuk bekerja dalam proyek tersebut mempunyai pemimpin atau boss. Sistem otoritas yang disebutkan di atas kita kenal sebagai organisasi garis. Di samping organisasi-garis dalam kegiatan organisatoris, masih ada organisasi fungsional dan organisasi staf. Jika organisasi garis beroperasinya berdasarkan otoritas, maka organisasi fungsional beroperasinya berdasarkan tipe pekerjaan yang harus dilaksanakan. Sedangkan organisasi staf operasinya berlandaskan spesialisasi, yang dilakukan oleh para ahli atau spesialis-spesialis. Sehubungan dengan pembagian tugas dalam kerja kooperatif itu, khususnya dalam struktur-struktur organisasi raksasa yang amat kompleks modern, masalah koordinasi merupakan usaha pelik yang harus diperhatikan oleh setiap pemimpin. Masalah paling gawat dalam koordinasi ini ialah komunikasi. Tanpa komunikasi yang efisien, tidak mungkin orang mengadakan koordinasi. Juga tidak mungkin dijalin relasi human yang memuaskan. Komunikasi yang

tidak lancar misalnya disebabkan oleh faktor waktu, ruangan, dan sistem pembagian kerja bisa menimbulkan sentimen-sentimen, prasangka-prasangka dan ketegangan-ketegangan tertentu; dan mudah menimbulkan konflik-konflik di antara bermacam-macam individu atau kelompok. Selanjutnya kesulitan-kesulitan dalam komunikasi dapat timbul pula oleh adanya birokrasi. Birokrasi pada jawatan-jawatan pemerintah itu biasanya di dalam dunia industri-business dan keorganisasian sosial disebut sebagai sistem. Dalam praktek sehari-hari dan dalam perkembangan prosesnya, sistem pembagian dalam biro-biroyang semula diharapkan bisa melancarkan jalannya organisasi, di kemudian hari hampir selalu condong jadi terlalu formalistis dan separatis (memecah-belah). Terjadilah kemudian overbirokratisasi, dalam mana setiap pemimpin (pengusaha, kepala, direktur, komandan, dari yang kecil sampai yang besar) melaksanakan wewenangnya semau sendiri, dan sering bertindak sewenang-wenang atas dasar semboyan aji-aji mumpung kuasa. Lahirlah pula sistem over-sentralisasi, dalam mana banyak kekuasaan dipusatkan pada diri seorang atau beberapa orang pemimpin saja. Secara ringkas dapat dinyatakan sedemikian: jika overbirokratisasi cenderung mengakibatkan para anggota unit kerja menjadi flegmatis (lamban) dan apatis, maka oversentralisasi mengakibatkan organisasi menjadi berat di atas atau top-heavy (busung kepala). Sehingga secara ekonomis organisasi atau unit kerja menjadi tidak efisien sama sekali; sekaligus mengakibatkan menurunnya moral bawahan atau para pengikut (para anggota organisasi). Lagi pula, pada umumnya setiap orang mempunyai kebutuhan untuk memiliki seorang pemimpin yang baik, yang kuat, dihormati dan dikagumi, dan terhadap dirinya orang memberikan loyalitas atas dasar relasi yang pribadi sifatnya. Semua kebutuhan itu dikaitkan dengan efisiensi kerja, dan demi jaminan untuk mendapatkan kepuasan, kegairahan, serta kesenangan dalam setiap aktivitas kerja; baik yang berlangsung di rumah sendiri, di tengah masyarakat luas, maupun di dalam lembaga-lembaga pemerintahan pada umumnya.

You might also like