Professional Documents
Culture Documents
I. PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan salah satu sektor penting dalam pembangunan di setiap negara.
Menurut Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 pendidikan adalah upaya dan cita-cita
negara dalam mencerdaskan bangsa. Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2004
pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mengembangkan segala potensi
yang dimiliki peserta didik melalui proses pembelajaran. Pendidikan bertujuan untuk
mengembangkan potensi anak agar memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, berkepribadian, memiliki kecerdasan, berakhlak mulia, serta memiliki keterampilan
yang diperlukan sebagai anggota masyarakat dan warga negara. Untuk melihat tingkat
pencapaian tujuan pendidikan, diperlukan suatu evaluasi.
Ujian akhir nasional (UAN) merupakan salah satu alat evaluasi yang dikeluarkan
Pemerintah yang merupakan bentuk lain dari Ebtanas (Evaluasi Belajar Tahap Akhir) yang
sebelumnya dihapus. Benarkah UAN merupakan alat ukur yang sesuai untuk mengukur
tingkat pencapaian tujuan pendidikan khususnya profesionalisme tenaga pendidik dan
kependidikan ?.
Pemerintah tidak pernah berhenti berupaya meningkatkan profesionalisme guru dan
kesejahteraan guru. Pemerintah telah melakukan langkah-langkah strategis dalam kerangka
peningkatan kualifikasi, kompetensi, kesejahteraan, serta perlindungan hukum dan
perlindungan profesi bagi mereka. Langkah-langkah strategis ini perlu diambil, karena
apresiasi tinggi suatu bangsa terhadap guru sebagai penyandang profesi yang bermartabat
merupakan pencerminan sekaligus sebagai salah satu ukuran martabat suatu bangsa.
Hingga saat ini secara kuantitatif populasi guru di Indonesia sangat besar. Secara
nasional masih banyak guru yang belum memenuhi persyaratan kualifikasi akademik. Data
tahun 2008 jumlah guru yang belum memenuhi kualifikasi S-1/D IV sebanyak 1.656.548.
Untuk mempercepat seluruh guru memenuhi persyaratan kualifikasi pendidikan yang
diharapkan tuntas pada tahun 2015 sesuai dengan amanat UU Nomor 14 Tahun 2005,
pemerintah melalui Departemen Pendidikan Nasional sejak tahun 2006 memberikan
subsidi peningkatan kualifikasi guru pada satuan pendidikan dasar dan menengah yang
sedang dan akan menempuh pendidikan jenjang S1/D-IV ,baik guru PNS maupun guru
bukan PNS. Sejalan dengan itu, pelaksanaan sertifikasi guru yang telah dimulai sejak tahun
2007 akan terus dilakukan, sehingga diharapkan guru-guru yang ada dan telah memenuhi
persyaratan dapat memperoleh sertifikat sesuai dengan kriteria dan rentang waktu yang
ditetapkan dalam undang-undang (Baedhowi, 2009).
1. Optimalisasi kelompok kerja guru (KKG) dalam: (1) memfasilitasi kegiatan yang
dilakukan di pusat kegiatan guru berdasarkan masalah dan kesulitan yang dihadapi
tenaga pendidik, (2) memberikan bantuan profesional kepada para guru kelas dan
mata pelajaran di sekolah, (3) meningkatkan pemahaman, keilmuan, keterampilan
serta pengembangan sikap profesional berdasarkan kekeluargaan dan saling
mengisi (sharing), (4) meningkatkan pengelolaan proses pembelajaran yang aktif,
kreatif, dan menyenangkan (Pakem). Sebagai implementasi Keputusan Mendikbud
RI No. 0487 Tahun 1982 tentang Sekolah Dasar, dan Keputusan Dirjen Dikdasmen
No. 079/C/Kep./I/1993, tentang Pedoman Pelaksanaan Sistem Pembinaan
Profesional Guru.
2. Optimalisasi supervise, yang secara umum meliputi 2 (dua) bagian kegiatan yang
termasuk dalam kategori supevisi pengajaran, yakni: Pertama Supervisi yang
dilakukan oleh Kepala Sekolah kepada guru-guru dan Kedua supervisi yang
dilakukan oleh Pengawas Sekolah kepada Kepala Sekolah dan guru-guru untuk
meningkatkan kinerja. Kegiatan supervisi ini dilakukan oleh Pengawas Sekolah
yang bertugas di suatu Gugus Sekolah, Supandi (1986:252).
*)Makalah disampaikan pada seminar nasional “Peningkatan Profesionalisme Pendidik dan Tenaga 2
Kependidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unib” 6 Juni 2009.
**)Guru SMP Tenera Agricinal Sebelat Putri Hijau Bengkulu Utara
IV. UAN SULIT MEMBENTUK TENAGA PENDIDIK DAN KEPENDIDIKAN
PROFESIONAL
1. Pengingkaran terhadap Pancasila dan UUD 1945, Ayat 5 Pasal 31 bab XIII UUD
1945 “Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan
menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk memajukan
peradapan dan kesejahteraan umat manusia”. Penjabaran dari ayat di atas yang
perlu dimajukan oleh pemerintah setidaknya ada tiga; Pertama, pegetahuan
mencakup beberapa disiplin ilmu, Kedua, menguasai Teknologi, dan Ketiga,
menjunjung tinggi nilai nilai agama dan persatuan, artinya dengan hanya beberapa
mapel yang di UANkan berarti UAN tidak menjiwai UUD 1945.
2. UAN bertentangan dengan UU Sisdiknas, Pasal 58 Ayat (1) dinyatakan bahwa
evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan oleh pendidik untuk memantau
proses, kemajuan, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara
berkesinambungan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa penyelenggaraan
UAN telah merampas kewajiban guru dalam melaksanakan penilaian hasil belajar
siswa.
3. UAN bertentangan dengan Otonomi Daerah, Undang-Undang No. 22 Tahun 1999
dipahami bahwa kebijakan UAN dilaksanakan bersamaan dengan dikeluarkannya
kebijakan otonomi daerah. Selain itu pada saat yang sama juga dikenalkan
kebijakan otonomi sekolah melalui manajemen berbasis sekolah. Evaluasi sudah
seharusnya menjadi hak dan tanggung jawab daerah termasuk sekolah, tetapi
pelaksanaan UAN telah membuat otonomi sekolah menjadi terkurangi karena
sekolah harus tetap mengikuti kebijakan UAN sebagai penentu kelulusan siswa.
4. Evaluasi bertujuan untuk mempertanggungjawabkan penyelenggaraan pendidikan
kepada masyarakat yang harus memiliki satu kesatuan terpadu antara kognitif,
afektif dan psikomotor, tetapi UAN hanya menguji kognitif saja.
5. UAN tidak menganut Diversifikasi kurikulum, jika dihubungkan dengan
kurikulum, maka UAN juga tidak sejalan dengan salah satu prinsip yang dianut
dalam pengembangan kurikulum yaitu ”diversifikasi kurikulum”. Artinya bahwa
pelaksanaan kurikulum disesuaikan dengan situasi dan kondisi daerah masing-
masing. Kondisi sekolah di Jakarta dan kota-kota besar tidak bisa disamakan
dengan kondisi sekolah-sekolah di daerah perkampungan, apalagi di daerah
terpencil. Kondisi yang jauh berbeda mengakibatkan proses belajar mengajar juga
berbeda. Sekolah di lingkungan kota relatif lebih baik karena sarana dan prasana
lebih lengkap.
6. Mapel UAN menyuburkan lahan diskriminatif sesama guru, tanggung jawa,
Prioritas, dan Pendapatan.
7. Faktor keberuntungan yang menyertai UAN, untuk mencapai suatu keberhasilan
setiap anak akan melakukan berbagai hal tanpa terkecuali, dan menurut saya itu hal
yang wajar karena memang kondisi mengharapkan demikian (Kiranya kita semua
memahami akan hal itu), bekerja sama, mencontek, atau yang terpuruk menyilang
indah (asal-asalan dan nasib-nasiban), Pada akhirnya lulus. Apakah ini termasuk
kedalam arti sebuah keberhasilan?. Mungkin berdasarkan bukti fisik mungkin ia
tetapi dalam konteks keberhasilan yang hakiki sudah barang tentu tidak. Berbicara
mengenai keberuntungan lulus UAN bagaimana tentang Maia Rosyida siswa
sekolah menengah universal (SMU) alternatif Qaryah Thayyibah Kalibening
Salatiga yang hanya menyilang indah alias ngawur dan lulus UAN kendatipun
mendapatkan nilai yang pas-pasan (Samba S., 2006).
8. Komersialisasi Buku-Buku UAN, realitas di dunia pendidikan kita tiap tahun ajaran
baru atau pergantian kurikulum siswa disibukkan dengan buku-buku baru yang
ditawarkan guru (pihak sekolah). Hampir setiap tahun ajaran baru maupun
*)Makalah disampaikan pada seminar nasional “Peningkatan Profesionalisme Pendidik dan Tenaga 3
Kependidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unib” 6 Juni 2009.
**)Guru SMP Tenera Agricinal Sebelat Putri Hijau Bengkulu Utara
pergantian semester, orang tua dipusingkan oleh banyaknya sumbangan ditambah
beban biaya pendidikan untuk membeli buku, di samping itu guru sedikit
banyaknya harus mempelajari lagi muatan kompetensi dasar dan standar
kompetensi yang ada.
9. Pelaksaan UAN bukti tidak sepahamnya Ditjen Dikdasmen dengan Ditjen Dikti,
Kebijakan UAN selama ini menunjukkan ketidaksinkronan dua lembaga strategis
di dalam Depdiknas, yakni antara Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan
Menengah (Ditjen Dikdasmen) dengan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
(Ditjen Dikti). Indikasinya, nilai ujian akhir pada jenjang SD bisa digunakan untuk
masuk SMP dan nilai ujian akhir SMP bisa dipakai untuk masuk SMA, akan tetapi,
nilai ujian akhir SMA tidak bisa dipergunakan untuk masuk perguruan tinggi.
Setiap tahun perguruan tinggi tetap mengadakan seleksi penerimaan mahasiswa
baru. Ini berarti jajaran Ditjen Dikti tak percaya dengan mutu pembelajaran dan
hasil ujian akhir pada SMA yang dinaungi Ditjen Dikdasmen.
*)Makalah disampaikan pada seminar nasional “Peningkatan Profesionalisme Pendidik dan Tenaga 4
Kependidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unib” 6 Juni 2009.
**)Guru SMP Tenera Agricinal Sebelat Putri Hijau Bengkulu Utara
V. Solusi
VI. PENUTUP
Meningkatkan Profesionalisme tenaga pendidik dan kependidikan dapat dilakukan
dengan 5 cara, yang meliputi : (1) optimalisasi potensi diri langsung pada tenaga
pendidik dan kependidikan, (2) perbaikan metode evaluasi, (3) persamaan persefsi
terhadap kebijakan ditingkat pusat, (3) penerpan kurikulum yang konsisten,
(4) kontribusi positif daerah terhadap kebijakan pusat dan (5)optimalisasi pengawasan
yang logis.
PUSTAKA
Baedhowi, 2009, Peningkatan Profesionalisme Tenaga Pendidik dalam upaya
Mewujudkan Sumber Daya Manusia Pendidikan yang Unggul dan Mandiri, Dirjen
Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PMPTK) Departemen
Pendidikan Nasional.
Hakman P.S., 2007. Haruskah UAN di pertahankan. Gema Tenera. Sebelat Bengkulu
Utara.
Keputusan Mendikbud RI No 0487 Tahun 1982 tentang Sekolah Dasar, dan Keputusan
Dirjen Dikdasmen No. 079/C/Kep./I/1993, tentang Pedoman Pelaksanaan Sistem
Pembinaan Profesional Guru.
Samba Sujono, Lebih baik tidak sekolah, Qaryah Thayyibah. Kalibening Salatiga.
*)Makalah disampaikan pada seminar nasional “Peningkatan Profesionalisme Pendidik dan Tenaga 8
Kependidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unib” 6 Juni 2009.
**)Guru SMP Tenera Agricinal Sebelat Putri Hijau Bengkulu Utara
BUKU YANG Nama : Hakman Pawiran Sarim
TTL : Manna, 08 Februari 1976
DIBUAT Phone : 081373645822
Pendidikan : S1 Kehutanan UNIB
Pekerjaan : Guru dan Kaur Kurikulum SMP Tenera
Istri : Enung Sri Hindayani, S.Pd.
Riwayat Pekerjaan :
1. Administrasi Tinar Usaha Putri Lampung
2. Jurnalis Semarak Bengkulu
3. Jurnalis Ratra Nasional
4. Pengajar SMP Tenera
5. Pembina Paskibraka Pendidikan Tenera
6. Pembina Karya buku dan karya ilmiah Pendidikan
Tenera Agricinal.
7. Pimred Bulletin Jum’at Masjid Baabussalam
Agricinal Sebelat.
Pengalaman Organisasi :
1. Ketum Ikatan Pelajar Bengkulu Selatan di
Argamakmur
2. BPM FP. UNIB
3. LSM MIRAF Bengkulu
Tulisan :
1. Haruskan UAN dipertahankan
2. TIK untuk SMP kelas VII
3. Modul pelatihan OpenOffice.org Calc
4. Pemberdayaan perpustakaan yang efektive
5. Budidaya Nilam
*)Makalah disampaikan pada seminar nasional “Peningkatan Profesionalisme Pendidik dan Tenaga 9
Kependidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unib” 6 Juni 2009.
**)Guru SMP Tenera Agricinal Sebelat Putri Hijau Bengkulu Utara